Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Atresia Ani merupakan malformasi anorektal, dimana tidak
lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus, tertutupnya
anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara
tetap pada daerah anus. Anus imperforate ini dapat meliputi bagian
anus, rektum, atau bagian diantara keduanya ( Wong, Donna L 2004).
Salah satu penatalaksanaan Atresia Ani adalah dengan dilakukan
kolostomi, dimana kolostomi tersebut dapat memberikan kesempatan
pada pasien untuk hidup dan beraktivitas layaknya manusia normal,
diharapkan kualitas hidupnya menjadi lebih baik (repository.usu.ac.id).
Spektrum malformasi anorektum berkisar dari stenosis anus
sederhana sampai persistensi kloaka; insiden berkisar dari 1 dalam
4000 sampai 5000 kelahiran hidup tetapi merupakan salah satu
kegawatan bedah pada saluran cerna.
Angka kejadiannya tergolong rendah dibandingkan penyakit lain
dalam saluran pencernaan. Kejadian di Amerika Serikat 600 anak lahir
dengan Atresia Ani (Walker, 1996). Sedangkan di Indonesia sendiri
kasus bayi lahir dengan Atresia Ani ada 1:10000 kelahiran hidup. Data
yang diperoleh dari medical record

RSAB Harapan Kita dalam

rentang waktu tahun 2011 sampai 2012 dilaporkan jumlah pasien yang
dirawat dengan Atresia Ani adalah 98 orang (19,6%).
1

Berdasarkan tingginya angka kejadian kasus Atresia Ani tersebut,


maka kelompok tertarik

untuk mengangkat dan melaksanakan

Asuhan keperawatan pada By Ny L dengan Atresia Ani post operasi


kolostomi hari ke-14 di Ruang Seruni RSAB Harapan Kita Jakarta
dari tanggal 4 Juni 2012 sampai dengan tanggal 6 Juni 2012.
Perawat harus berupaya mengatasi setiap masalah pada Atresia
Ani dengan memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan
komprehensif.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
Atresia Ani post operasi kolostomi dengan pendekatan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada kasus tersebut.
b. Mampu menganalisa data yang diperoleh dari hasil pengkajian.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan
analisa data dan menentukan prioritas masalah.
d. Mampu menentukan rencana keperawatan yang tepat dan
rasional untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul.
e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan.
f. Mampu mengevaluasi tindakan

keperawatan

yang

telah

dilaksanakan.
g. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
diberikan.

C. RUANG LINGKUP PENULISAN


Ruang lingkup penulisan makalah ini hanya membatasi pada
asuhan keperawatan pada bayi Ny.L dengan Atresia Ani post operasi
kolostomi hari ke 14 yang dirawat di ruang Seruni RSAB Harapan
Kita dari tanggal 4 Juni sampai dengan 6 Juni 2012.
D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis memperoleh informasi dan
data melalui observasi yaitu pengamatan secara langsung keadaan
klien, wawancara dengan orang tua bayi, catatan medis, catatan
kesehatan lain, catatan perawat di Ruang Seruni dan wawancara
dokter tim perinatologi.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Malformasi anorektal merupakan suatu kelainan malformasi
kongenital, dimana tidak lengkapnya perkembangan embrionik
pada bagian anus, tertutupnya anus secara abnormal atau dengan
kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus. Anus
imperforate ini dapat meliputi bagian anus, rektum, atau bagian
diantara keduanya ( Wong, Donna L 2004).
Atresia Ani adalah malformasi kongenital dimana rektum tidak
mempunyai lubang keluar (Walley, 1996).

Menurut Suriadi, 2001 Atresia Ani adalah tidak lengkapnya


perkembangan embrionik pada distal anus secara abnormal.
2. Anatomi Fisiologi
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. Sumbunya
mengarah ke ventrokranial yaitu ke arah umbilikus dan membentuk
sudut yang nyata ke dorsal dengan rektum dalam keadaan istirahat.
Pada saat defekasi sudut ini menjadi lebih besar. Batas atas
kanalis anus disebut garis anorektum, garis mukokutan, linea
pektinata, atau linea dentata.
Didaerah ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus
antara

kolumna

rektum.

Infeksi

yang

terjadi

disini

dapat

menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel.


Lekukan antar-sfingter sirkuler dapat diraba didalam kanalis analis
sewaktu melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas antara
sfingter interen dan sfingter ekstern (garis hilton).
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari
sfingter intern dan sfingter ekstern. Sisi posterior dan lateral cincin
ini terbentuk dari fusi sfingter intern, otot longitudional, bagian
tengah dari otot levator (puborektalis), dan komponen M.sfingter
eksternus. M.sfingter internus terdiri atas serabut otot polos,
sedangkan M.sfingter eksternus terdiri atas serabut otot lurik.
3. Patofisiologi
Patofisiologi Atresia Ani adalah rektum dan anus pada saat usia
kehamilan 7-12 minggu dari kloaka (anus bagian bawah) yang
merupakan awal dari pembentukan sistem perkemihan (urogenital)
dan anus, pada saat pembentukan urogenital kloaka bagian

belakang terbuka dan rektum terpisah dari membran anal bagian


atas. Dinding saluran rektum bagian bawah menebal dan
membentuk suatu panggul dari bagian belakang membran kloaka
membentuk membran ani sedangkan bagian depan membentuk
membran kloaka dan dikelilingi oleh otot yang akan menjadi sfingter
ani bagian luar.
Keadaan dimana terjadi ketidaknormalan pada dinding saluran
rektum, sehingga bagian tersebut tidak memisah atau tidak
membentuk saluran anus yang disebut Atresia Ani.
BAGAN PATOFISIOLOGI ATRESIA ANI
Kelainan kromosom
Riwayat genetik
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Terjadi ketidaknormalan pertumbuhan dan perkembangan
saluran rektum
Dinding saluran rektum tidak memisah /
tidak membentuk saluran anus
Atresia Ani
4. Etiologi
Malformasi anorektal mewakili keseluruhan variasi pada
abnormalitas dari anomali anal ringan sampai malformasi kloaka
yang kompleks. Penyebab pada sisa malformasi yang serupa,
belum jelas dan mungkin multifaktor. Terdapat alasan yang mungkin
di percaya terdapat komponen genetik. Ada juga peningkatan
resiko pada saudara dengan pasien yang menderita malformasi
anus untuk lahir dengan malformasi, sebanyak 1 dalam 100 orang,

dibandingkan dengan insiden dalam 500 orang pada populasi


umum.
Atresia Ani disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan
pembentukan anus dari tonjolan embriogenik umumnya terjadi
pada usia kehamilan 7-12 minggu atau 3 bulan. Pada kelainan
bawaan anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan
otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter
internal mungkin memadai. 30% anak yang mempunyai sindrom
genetik, kelainan kromosom, atau kelainan pemisahan kloaka
menjadi rektum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai
dengan

gangguan

perkembangan

septum

urorektal

yang

memisahkannya.
5. Klasifikasi
a. Pengelompokan berdasarkan tipe :
Tipe 1 (anal stenosis): saluran anus atau rektum bagian bawah

mengalami stenosis dalam berbagai derajat.


Tipe 2 (membran ani persisten): terdapat suatu membran tipis

yang menutupi anus karena menetapnya membran anus.


Tipe 3 (anal agenesis): anus tidak terbentuk dan rektum
berakhir sebagai suatu kantong yang buntu terletak pada jarak
tertentu dari kulit didaerah anus yang seharusnya terbentuk
(lekukan anus). Anal agenesis paling sering terjadi (80%)

biasanya disertai dengan fistula.


Tipe 4 (rektal atresia): saluran anus dan rektum bagian bawah
membentuk suatu kantong buntu yang terpisah, pada jarak

tertentu dari ujung rektum yang berakhir sebagai kantong


buntu.
b. Pengelompokan berdasarkan letak :
Atresia ani letak tinggi : lesi tinggi terletak diatas levator dan
mungkin memiliki koneksi fistula ke vagina atau kandung

kemih/uretra pars prostatika pada laki-laki.


Lesi itermediate ditandai dengan ujung kantong rektum berakhir
didalam levator dan fistula ke vagina atau bulbus uretra pada

laki-laki.
Atresia ani letak rendah : kantong rektum telah secara
sempurna melewati otot levator dan fistula biasanya jelas
tampak dikulit didalam garis tengah (yaitu anus yang tergerser
ke anterior).

K
elainan anorektum
A. Membran anal, 1. udara direktum, 2. tulang belakang sakrum
B. Anus imperforatus rendah (mungkin dengan fistel ke
peritonium anterior).
C. Anus imperforatus tinggi (mungkin sekali dengan fistule ke
uretra atau buli-buli.
D. Atresia sakrum, 1. Udara dalam rektum, 2. Tulang belakang
sakrum, 3. Atresia rektum, 4. Anus.

Anus imperforatus tinggi


A. Fistule rektovesikal, 1. Udara dalam rektum, 2. Tulang
belakang sakrum, 3. Kandung kemih, 4. Simfisis, 5. Uretra,
6. Fistel rekto fesikal.
B. Fistel rekto-uretral, 7. Fistel rekto-uretral.
6. Manifestasi Klinis
a. Tidak ada lubang anus.
b. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam sampai 28 jam setelah
lahir.
c. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
d. Muntah berwarna hijau.
e. Mekonium keluar melalui sebuah fistula (saluran abnormal dari
dua organ) atau anus yang salah letaknya.
f. Ada tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
g. Distensi abdomen.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan rektal dengan cara memasukkan termometer atau
rektal tube kedalam anus kurang lebih sepanjang 2 cm.
b. Pemeriksaan Radiologis : untuk mengetahui ada tidaknya
sumbatan pada saluran pencernaan yang dimulai dari lambung
sampai anus.
c. Pemeriksaan urine untuk mengetahui adanya mekonium dalam
urine.
d. Invertogram yaitu pemeriksaan radiologi lateral dengan posisi
terbalik. Biasanya dilakukan pada wanita yang memiliki fistula
diluar himen (atresia ani letak rendah).

e. Ultrasound terhadap abdomen untuk melihat fungsi organ dalam


terutama sistem pencernaan dan mencari adanya penyebab lain
seperti obstruksi karena massa tumor.
8. Penatalaksanaan Medis
Pada lesi letak rendah, dapat dilakukan operasi anoplasti segera
setelah didiagnosis ditegakkan tanpa memerlukan kolostomi. Untuk
stenosis awal dengan lokasi normal, dapat dilakukan dilatasi
(busing) setiap hari dengan ukuran yang makin besar. Setelah
beberapa bulan akhirnya anus dapat dimasuki jari tangan dan pada
saat ini dilatasi tidak dapat dilanjutkan.
Pada lesi letak tinggi atau dengan fistel ke traktus urinarius atau
vagina, operasi dilakukan dengan 3 tahap yaitu :
a. Kolostomi pada saat baru lahir
Ada dua tempat kolostomi yang dianjurkan pada neonatus,
yaitu tranversokolostomi dan sigmoidostomi. Untuk kolostomi
yang mudah dan aman adalah stoma laras ganda. Pada
pembedahan harus diperhatikan preservasi seluruh otot dasar
panggul dan persyarafannya.
Keuntungan tipe kolostomi ini adalah :
Menurunkan sebagian kecil fungsi dari distal kolon.
Dalam kasus rektourinari fistula besar dimana pasien
mengeluarkan BAB kesaluran urine, BAB keluar dengan
mudah

melalui

membran

fistula,

menghindari

masalah

hiperchloremic asidosis yang dikarenakan oleh penyerapan

urine, infeksi saluran kemih dapat dihindari.


Relatif lebih mudah untuk mencuci dan membersihkan bagian

kolon distal ke kolostomi.


Distal kolostogram lebih mudah dilakukan.
9

Stoma terpisah menghindarkan feces dari proksimal distal ke


distal bowel, yang menghindari feces dari bagian distal dan

infeksi saluran kemih


Dengan tekhnik ini ada kemungkinan kecil terjadinya prolaps

proksimal stoma.
b. Setelah umur 1 tahun atau berat badan lebih 8 kg dilakukan
operasi defenitif, dimana rectal pouch ditarik keposisi anus yang
normal dan juga dilakukan fistelektomi.
c. Penutupan kolostomi dilakukan beberapa bulan setelah tindakan
operasi pertama dan kedua (setelah anoplasti sembuh).
9. Komplikasi
a. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
b. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
c. Komplikasi jangka panjang :
Penyempitan (stenosis) pada anus (akibat kontraksi jaringan

parut dari pembedahan dua organ yang berbeda).


Konstipasi (akibat dilatasi sigmoid).
Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet

training.
Inkontinensia (akibat penyempitan anal).
Prolaps mukosa anus (menyebabkan inkontinensia).
Fistula kambuhan atau pembentukan fistula kembali (akibat
tegangan di area pembedahan dan infeksi)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui
wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik,

10

pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta review catatan


sebelumnya.
a. Identitas klien dan orang tua
Nama klien, tanggal lahir, usia bayi saat ini, jenis kelamin,
agama, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa

medis, alamat.
Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, golongan

darah dan alamat.


Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, golongan

darah dan alamat.


b. Riwayat maternal
Jumlah gravida, usia gestasi, ANC teratur atau tidak, penyakit
keturunan atau penyakit infeksi dan non infeksi, komplikasi
kehamilan, nutrisi selama kehamilan, obat yang di konsumsi
selama kehamilan.
c. Riwayat kelahiran
Data yang perlu dikaji meliputi proses kelahiran, gangguan
atau kesulitan selama proses persalinan, menilai adanya
polihidroamnion atau tidak, ketuban pecah dini, warna air
ketuban, nilai apgar, kecepatan tindakan resusitasi dan respon
terhadap resusitasi.
d. Pemeriksaaan fisik
Sistem pernafasan
Nafas spontan atau dengan alat bantu nafas, frekuensi dan
irama nafas, sesak, retraksi, suara tambahan (wheezing dan

ronchi), lendir (konsistensi dan warna).


Sistem kardiovaskuler

11

Bunyi jantung, frekuensi jantung, tekanan darah, capillary


refill time (CRT), denyut arteri femoralis, ekstremitas (hangat,
dingin, oedema dan pucat). Pemasangan infus, jenis cairan

hingga tetesan.
Sistem gastrointestinal
Berat badan lahir, berat badan saat ini, ASI / susu formula
yang diberikan,cara pemberian minum,

abdomen (supel,

kembung, tegang), muntah,residu, bising usus, turgor kulit,


BAB (konsistensi, jumlah, warna feces), stoma (bentuk dan

ukuran).
Sistem neurosensori
Tingkat kesadaran, respon nyeri, lingkar kepala, tangisan,
ubun-ubun, kejang, hipotoni, reflek, pupil, reaksi terhadap

cahaya, gerakan.
Sistem integumen
Warna kulit, suhu tubuh, turgor kulit, kebersihan dan

integritas kulit.
Sistem reproduksi
Perempuan (vagina, menstruasi, pemasangan kateter),
pada laki-laki (preputium, hipospadia, scrotum, pemasangan

kateter).
Sistem Eliminasi
BAK frekuensi, warna dan jumlah produksi urine.
BAB melalui anus atau stoma, pola defekasi, konsistensi,
jumlah dan warna feces.

Psikososial

12

Kesiapan orang tua terhadap kondisi bayinya, kecemasan


orang tua tentang kondisi bayinya, kemampuan orang tua
dalam merawat bayinya.
2. Diagnosa keperawatan
Data yang diperoleh perlu dianalisa terlebih dahulu, sebelum
mengemukakan diagnosa keperawatan, sehingga dapat diperoleh
diagnosa keperawatan yang spesifik. Diagnosa keperawatan yang
mungkin dapat muncul pada pasien Atresia Ani dibedakan menurut
waktunya;
a. Diagnosa Pre operasi
1) Gangguan eliminasi;

obstipasi

penyumbatan di daerah anus.


2) Resiko gangguan keseimbangan

berhubungan
cairan

dengan

dan

elektrolit

berhubungan dengan keluaran yang berlebihan.


3) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pembatasan intake; puasa.
4) Kecemasan orang tua berhubungan

dengan

prosedur

pembedahan dan kondisi bayi.


b. Diagnosa Post operasi
1) Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan efek anastesi.
2) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan pengeluaran yang berlebihan saat operasi.
3) Resiko perubahan nutrisi kurang kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan pembatasan intake.


4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya
luka pembedahan.
5) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kimia
sekunder terhadap pengeluaran feces.
6) Perubahan pola eliminasi BAB berhubungan
penyumbatan di daerah anus.

13

dengan

3. Intervensi keperawatan
a. Diagnosa pre operasi
1) Gangguan eliminasi:

obstipasi

berhubungan

dengan

penyumbatan di daerah anus.


Tujuan
: diharapkan tidak terjadi gangguan eliminasi.
Kriteria hasil : bayi dapat BAB, abdomen supel, tidak ada

kembung.
Intervensi
:
Puasakan bayi.
Beri posisi tidur semi fowler.
Observasi keadaan perut, muntah dan keluarnya mekonium.
Kolaborasi pemasangan OGT untuk dekompresi.
Kolaborasi untuk tindakan operasai koreksi anus; kolostomi.
2) Resiko

gangguan

keseimbangan

cairan

dan

elektrolit

berhubungan dengan keluaran yang berlebihan.


Tujuan
: keseimbangan cairan dan elektrolit adekuat.
Kriteria hasil : selaput mukosa lembab, TD dan HR normal,
produksi

urine

1-3/kgbb/jam,

tidak

ada

muntah,

turgor

kulit

tidak

ada

elastis,

oedema, hasil elektrolit darah dalam batas

normal.
Intervensi
:
Monitor intake output, produksi urine.
Kaji tanda-tanda dehidrasi.
Catat adanya muntah.
Kolaborasi pemeriksaan laboratorium.
Kolaborasi pemberian intravena.

3) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan pembatasan intake; puasa.
Tujuan
: kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : BB tidak turun > 10 %, gula darah dalam batas
normal, tidak ada oedema.

14

Intervensi
:
Timbang BB setiap hari.
Berikan cairan parenteral, TPN sesuai dengan program.
Pertahankan kepatenan infus.
Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.

4) Kecemasan

orang

tua

berhubungan

dengan

prosedur

pembedahan dan kondisi bayi.


Tujuan
: kecemasan orang tua berkurang.
Kriteria hasil : ekspresi wajah orang tua tenang, orang tua
mempunyai koping yang positif, orang tua
terlibat dalam perawatan.
Intervensi
:
Kaji tingkat kecemasan orang tua.
Dorong orang tua untuk mengekspresikan perasaannya.
Kolaborasi dalam pemberian informasi tentang tindakan

operasi.
Jelaskan tentang pengobatan dan perawatan yang khusus

pada jam-jam pertama setelah operasi.


Libatkan orang tua dalam perawatan.
Komunikasi terapeutik.

b. Diagnosa post operasi


1) Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan efek anastesi.
Tujuan
: pola nafas efektif.
Kriteria hasil : tidak sesak, tidak apnu, frekuensi nafas normal
40-60 x/menit, saturasi oksigen > 90%, hasil
AGD dalam batas normal.
Intervensi
:
Pertahankan kepatenan jalan nafas.
Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
Monitor tanda-tanda vital.
Monitor saturasi oksigen.
Kolaborasi dalam pemeriksaan AGD, GDS, dan elektrolit.
Kolaborasi dalam penggunaan alat bantu nafas.
Set ventilator sesuai dengan order.
15

2) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan


dengan pengeluaran yang berlebihan saat operasi.
Tujuan
: keseimbangan cairan dan elektrolit adekuat.
Kriteria hasil
: TD dan HR normal, produksi urine 1-3
cc/kgbb/jam, turgor kulit elastis, tidak ada
perdarahan, hasil elektrolit dan darah lengkap
normal.
Intervensi
:
Monitor TD, kekuatan dan irama nadi, suhu.
Monitor intake, output dan produksi urine setiap shift.
Kaji status hidrasi, perdarahan, edema.
Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium dan koreksinya.
3) Resiko perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pembatasan intake.
Tujuan
: kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil
: BB tidak turun > 10%, kadar GDS dalam
batas normal, tidak edema, bising usus
normal.
Intervensi
:
Timbang bb setiap hari.
Auskultasi bising usus.
Observasi pengeluaran BAB dan BAK.
Berikan cairan parenteral, TPN sesuai dengan program.
Pertahankan kepatenan infus.
Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium; GDS dan
koreksinya.
4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya
luka pembedahan.
Tujuan
: rasa nyaman terpenuhi

16

Kriteria hasil

: bayi tidak gelisah, bayi dapat tidur dengan


nyenyak, frekuensi nafas normal, HR dalam
batas normal.

Intervensi :
Monitor dan kaji tanda dan gejala nyeri.
Catat dan laporkan jika bayi gelisah.
Atur posisi bayi agar tidak menekan daerah luka

operasi.
Berikan rasa nyaman dengan lingkungan yang tenang.
Kolaborasi dalam pemberian analgetik.

5) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kimia


sekunder terhadap pengeluaran feces.
Tujuan
: diharapkan integritas kulit utuh.
Kriteria hasil
: kulit sekitar stoma tidak teriritasi dan tidak ada
kemerahan
Intervensi
:
Lakukan perawatan stoma
Ganti penampung kolostomi setiap penampung penuh

dengan feces.
Bersihkan dan keringkan kulit sekitar stoma sebelum

memasang penampung feces baru.


Observasi adanya eksoriasi, infeksi pada kulit sekitar stoma.
6) Perubahan pola eliminasi BAB berhubungan dengan
penyumbatan di daerah anus dan adanya kolostomi.
Tujuan
: diharapkan perubahan pola eliminasi BAB
Kriteria hasil

teratasi
: BAB lancar melalui kolostomi, abdomen

supel, kembung tidak ada


Intervensi
:
Observasi, warna, konsistensi dan volume BAB
Observasi adanya distensi abdomen
Lakukan perawatan kolostomi
Bersihkan kantong stoma setiap 3 jam atau bila penuh.

17

Observasi adanya oedema, prolaps dan perdarahan pada

stoma
Libatkan orang tua dalam perawatan kolostomi.

4. Evaluasi
Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan
dengan evaluasi keperawatan, perawat dapat mengetahui sejauh
mana tujuan keperawatan berhasil atau tidak, dan tidak melakukan
pengkajian ulang sehingga dapat memutuskan apakah rencana
keperawatan dapat dihentikan, dilanjutkan dan diperbaiki.
Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan secara terus
menerus untuk menilai hasil dari setiap tindakan yang telah
dilakukan, sedangkan evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang
dilakukan sekaligus pada akhir semua tindakan keperawatan yang
dilakukan.
Untuk memudahkan dalam pendokumentasian kemajuan
pencapaian tujuan digunakan SOAP, yaitu Subjektif, Objektif,
Assesment, dan Planning.

18

BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini akan diuraikan laporan asuhan keperawatan pada
By Ny. L

dengan Atresia Ani post operasi kolostomi hari ke-14 di

Ruang Seruni RSAB Harapan Kita yang dimulai sejak tanggal 4


sampai 6 Juni 2012.
Adapun dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada By Ny. L
meliputi proses pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan
(tujuan, kriteria hasil), perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(SOAP).
A. PENGKAJIAN
Data demografi
1. Identitas Pasien meliputi
Nama
: By Ny L
Tempat tanggal lahir : Jakarta 20 mei 2012
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tanggal masuk RS : 20 mei 2012
Nomor RM
: 80 48 62
Diagnosa medis
: Atresia Ani post operasi kolostomi
Alamat
: Jl. Kembang Jakarta Barat
Tanggal Pengkajian : 4 Juni 2012
Gol Darah
:B
2. Identitas Orang Tua

19

Nama ibu
: Ny L
Umur
: 38 tahun
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Gol Darah
: Tidak diketahui
Pekerjaan
: IRT
Nama ayah : Tn W
Umur
: 43 tahun
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Gol Darah
: AB
Pekerjaan
: Wiraswasta
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Riwayat antenatal
Ibu dengan G5P4A1 umur kehamilan 33 34 minggu, ANC
secara teratur di RS Mutiara Bunda Cileduk. Selama kehamilan
tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit tertentu.
Keluhan yang dirasakan selama kehamilan tidak ada. Riwayat
penyakit keturunan tidak ada. Pada umur kehamilan 33-34
minggu tanggal 19 Mei 2012 jam 19.00 wib ibu mengalami pecah
ketuban, lalu ibu segera dibawa ke RS Sari Asih dan di rawat
inap. Dokter kandungan mengatakan proses kelahiran akan
dilakukan secara operasi saesar karena indikasi letak lintang dan
ketuban pecah dini, sementara sebelum tindakan operasi saesar
dilakukan,

diberikan terapi pematangan paru janin terlebih

dahulu. Tanggal 20 Mei 2012 jam 08.00 wib dilakukan operasi


saesar di RS Sari Asih.
b. Riwayat Kelahiran
Bayi lahir pada tanggal 20 Mei 2012 jam 08.57 Wib secara
SC atas indikasi ketuban pecah dini dan letak lintang, usia
gestasi 33-34 minggu. Apgar score 6/8 jenis kelamin laki-laki,
20

BBL 2300 gr /PB 46 cm/ LK 32 cm /LD 31 cm/ LL 11 cm, ketuban


jernih. Pemeriksan fisik didapatkan kelainan kongenital yaitu
tidak adanya lubang pada anus bayi, kemudian bayi dirujuk ke
RSAB Harapan Kita karena di RS Sari Asih tidak mempunyai
dokter spesialis bedah anak.
c. Riwayat penyakit masa lalu
Bayi masuk ke Ruang Seruni Jam 14.20 wib dengan
diagnosa medis NKB SMK dengan Atresia Ani. Keadaan umum
bayi sadar, nafas spontan irreguler, tangis kuat, tidak ada sesak,
tidak ada retraksi, tidak ada sianosis, akral hangat, suhu tubuh
aksila 36,8o C HR 152 x/menit RR 52 x/menit Sao2 100%, bayi
sudah dipuasakan dan terpasang OGT no 8 untuk dekompresi.
Abdomen supel muntah tidak ada terpasang IVFD Dextrose 10%
+ Calsium Gluconas 6 ml/jam.
Kemudian dilakukan Rontgen dua posisi knee chest dengan
kesan Atresia Ani letak tinggi. Dari hasil pemeriksaan tersebut
direncanakan operasi kolostomi pada tanggal 21 Mei 2012.
Orang tua bayi setuju untuk dilakukan tindakan operasi
kolostomi, maka pada tanggal 21 mei 2012 Jam 14.00 Wib
dilakukan operasi kolostomi.
Setelah operasi kolostomi dilakukan bayi sudah bisa BAB
melalui kolostomi. Bayi mendapatkan terapi antibiotik Bactesyn
2x175mg dan Mikasin 2x17,5mg selama 9 hari karena hasil
kultur darah steril maka antibiotik dihentikan. Pada umur 12 hari
bayi tampak ikterik dan diberikan terapi sinar.
d. Riwayat penyakit sekarang

21

Saat pengkajian tanggal 4 Juni 2012 jam 10.00 Wib


didapatkan By Ny L umur 15 hari, usia gestasi 33-34 minggu
dengan usia gestasi koreksi 35-36 minggu

dirawat dalam

inkubator. BB sekarang 2237 gram keadaan umum bayi sadar,


reflek membuka mata baik, nafas spontan irreguler, gerakan
aktif, menangis kuat, tanda-tanda vital suhu tubuh aksila 36,8 oC
HR 132 x/menit RR 30 x/menit, bayi terpasang OGT untuk
minum 8 x 50 ml per syringe pump selama 1 jam, ada reflek
muntah dan muntah sebanyak 5 ml saat minum dan sesudah
minum, abdomen supel, BAB ada melalui stoma, konsistensi
lembek, warna kuning. Bayi mendapat terapi peroral Ferokid syr
1 x 0,3 ml.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernafasan
Bayi bernafas spontan irreguler tanpa bantuan oksigen, RR 30
x/menit, SaO2 97%, sesak tidak ada, retraksi tidak ada, suara
nafas vesikuler.
b. Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung normal, HR 132 x/menit, CRT < 3 detik, denyut
arteri femoralis kanan dan kiri sama kuat, ekstremitas teraba
hangat, balance cairan + 68 cc/7 jam, urine 2,9 cc/kgbb/jam.
c. Sistem Gastrointestinal
BB lahir 2300 gram BB sekarang 2237 gram, abdomen supel,
residu 5 cc (5%), minum ASI / SFP 8 x 50 ml per syringe pump
selama 1 jam, ada reflek muntah saat minum, saat minum dan
setelah minum bayi muntah 5 cc susu. Mukosa mulut
lembab, turgor kulit elastis, bising usus 16 x/menit.

22

d. Sistem Neuro Sensori


Keadaan umum bayi sadar, respon terhadap nyeri ada,
tangisan kuat, lingkar kepala 32 cm, ubun ubun datar, pupil
isokor, reaksi terhadap cahaya ada, gerakan aktif, kejang tidak
ada.
e. Sistem Integumen
Warna kulit merah muda, akral hangat, suhu aksila 36, 8oC
dengan suhu inkubator 31oC, turgor kulit elastis, pada daerah
sekitar genetalia, paha, bokong dan kaki kiri tampak
kemerahan, kulit bersih, kepala bersih, sekret mata tidak ada,
pada abdomen kiri bawah terdapat stoma, warna stoma
merah muda, tali pusat sudah lepas dan kering.
f. Sistem Reproduksi
Jenis kelamin laki-laki, penis ada, scrotum dan testis tidak
ada, hipospadia, tidak terpasang kateter.
g. Sistem eliminasi
BAK : Produksi urine 2,9 ml/kgbb/jam, warna kuning jernih
BAB : feces keluar lewat stoma, konsistensi lembek, warna
kuning, jumlah defekasi 105 ml/24jam.
h. Psikososial
Orang tua bayi menjenguk bayi setiap hari saat jam kunjung,
selalu melakukan kontak mata, menyentuh dan berbicara
dengan bayinya, orang tua selalu menanyakan kepada
perawat atau dokter tentang kondisi bayinya.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium (4 Juni 2012)
Darah lengkap
Hemoglobin
: 11,8 g/dl
(13,5 - 18 g/dl)
Hematokrit
: 33 %
(40 -45%)
Trombosit
: 599.000 /ui
(150.000-400.000)
Leukosit
: 17.600 /ui
(4.500 11.000)
Darah tepi
Bas
:6%
(0,3 %)
23

Eos
:7%
(2,7 %)
Batang
:(3,0 %)
N. Segmen
: 25 %
(56 %)
Limfosit
: 60 %
(34 %)
Monosit
:8%
(4 %)
Elektrolit
Natrium
: 162 mmol/i
(135 142)
Kalium
: 5,6 mmol/i
(3,5 5,0)
Chlorida
: 135 mmol/i
(96 108)
Calsium
: 11,8 mg/dl
(8,1 10,4)
CRP
:13,8 mg/dl
(0,3)
b. Radiologi
Foto abdomen 2 posisi knee chest (21 Mei 2012),
Kesan : Atresia Ani letak tinggi
USG Kepala : (4 juni 2012).
Kesan : tak tampak massa, suspect open lips shizencephali
kiri dengan hipogenesis corpus callosum, tak tampak

perdarahan.
USG Abdomen (4 Juni 2012).
Kesan : GER grade 2 tak tampak HPS, hepar pankreas,
lien, ginjal kanan dan buli normal, hidronefrosis kiri grade 1,
kedua testis intrascrotum, hypoplasia, testis bilateral
(volume testis kanan 0,06 ml, kiri 0,11ml), tak tampak

kontur uterus.
c. Hasil konsul kulit (4 Juni 2012)
Observasi
: tidak perlu tindakan atau terapi khusus,
merupakan tumor jinak pembuluh darah
Saran

yang menetap.
: terapi laser vaskuler untuk mengurangi

ukuran lesi setalah usia 3 bulan.


6. Program Pengobatan
Po Ferokid syr 1 x 0,3 ml
Diet ASI / SFP 8 x 50 ml
IVFD Dextrose 1,5 ml/jam
Injeksi : Bactesyn 2 x 175 mg dan Mikasin 2 x 17,5 mg
Diet SF Pregestimil 8 x 50 ml per syringe pump selama 1 jam.
24

7. Analisa data
N
O
1

DATA
DS : _
DO :
Bayi umur 15 hari
BB lahir 2300

MASALAH

Nutrisi
gram,

kurang

BB kebutuhan tubuh

sekarang 2237 gram, penurunan

BB 6,3 %
Terpasang OGT no.8
Minum SFP 8x50 ml per syringe

pump selama satu jam


Muntah 5 ml, residu 5 ml per 6

jam
HB : 11,8 g/dl
Intake : + 68 ml/7 jam, output :

2,9 ml/kgbb/jam
USG Abdomen (4 Juni 2012).
Kesan : GER grade 2

DS:DO:

Resiko infeksi
Post Operasi kolostomi hari ke-

15
Bayi aktif, menangis kuat
Suhu tubuh aksila 36,8O

dengan suhu inkubator 31o C


Usia gestasi 33 34 minggu
Umur 15 hari
25

dari

BB Sekarang 2237 gram


Adanya kolostomi dan stoma
berwarna merah muda, produksi

BAB ada
Hasil laboratorium
- CRP 13,8 mg/dl
- hematokrit 33%
- leukosit :17.600 /i,
- kultur darah ulang : hasil
-

3.

belum tumbuh
darah tepi :
Bas : 6
Eos : 7
Batang : N.segmen : 25
Limposit : 60
Monosit : 8

Ds :Perubahan pola eliminasi


Do :
Bayi post operasi kolostomi hari BAB
ke -14.
Lubang anus tidak ada
Bayi BAB lewat kolostomy,

kantong kolostomi berisi feses


dengan konsistensi lembek warna
kuning.
4.

Ds :
Do :

Resiko
Suhu tubuh 36,8o C dengan suhu
o

inkubator 31 C
Usia gestasi 33 34 minggu
Umur 15 hari
BB Sekarang 2237 gram
Akral hangat
Sianosis tidak ada

26

perubahan

thermoregulasi; hipotermi

Kutis memorata tidak ada.

8. Masalah Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
b. Resiko infeksi
c. Perubahan pola eliminasi BAB
d. Resiko perubahan thermoregulasi; hipotermi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
2. Perubahan pola eliminasi BAB berhubungan dengan tidak adanya
lubang pada anus dan adanya kolostomi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh imatur.
4. Resiko perubahan thermoregulasi; hipotermi berhubungan dengan
kontrol suhu imatur
Diagnosa Keperawatan Prioritas
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
2. Perubahan pola eliminasi BAB berhubungan dengan tidak adanya
lubang pada anus dan adanya kolostomi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh imatur

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.

27

Tujuan

: Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

Berat badan tidak turun > 10 %


Toleransi minum baik
Tidak ada muntah, tidak ada residu
Abdomen supel, tidak ada kembung

Intervensi

Hitung kalori sesuai kebutuhan bayi


Cek posisi OGT, dan residu setiap 6 jam catat jumlah dan

warna
Beri minum sesuai jadwal dan kebutuhan
Timbang berat badan setiap hari pada jam dan timbangan yang

sama.
Catat intake output
Atur posisi tidur bayi, kepala lebih tinggi untuk mengurangi

resiko muntah.
Kolaborasi dengan ahli gizi.

Implementasi : (4 Juni 2012)

Menghitung kalori bayi : 143 kal/kgbb/hari


Mengecek posisi OGT tepat dilambung.
Mengaspirasi lambung / 6 jam residu 5 cc susu cerna.
Memberi minum bayi dengan susu formula prematur 8 x 50 cc
per syringe pump selama 1 jam, bayi muntah 5 cc susu

cerna.
Menimbang berat badan : 2237 gram.
Mencatat intake : + 68 cc/7 jam, output : 2,9 cc/kgbb/jam
Mengatur posisi tidur bayi, kepala lebih tinggi.

28

Evaluasi : (4 Juni 2012)

S:O : bayi terpasang OGT no 8, minum susu formula prematur 8 x


50 cc melalui syringe pump selama 1 jam, muntah 15 cc/24
jam, residu 45 cc/24 jam, BBL 2300 gram, BB sekarang 2237

gram , abdomen supel, turgor kulit baik.


A : masalah nutrisi belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi keperawatan

Implementasi : (5 Juni 2012)

Menghitung kalori bayi : 122 kal/kgbb/hari


Memasang jalur IVFD Dextrose 5% -1,5 cc/jam dengan

tekhnik aseptik dan antiseptik sesuai hasil kolaborasi.


Mengecek posisi OGT tepat dilambung.
Mengaspirasi lambung / 6 jam residu 3 cc susu cerna.
Memberi minum bayi dengan susu formula Pregistimil 8 x 50 cc
per syringe pump selama 1 jam sesuai instruksi, bayi muntah

10 cc susu cerna.
Menimbang berat badan : 2251 gram.
Mencatat intake : + 27 cc/7 jam, output : 3,4 cc/kgbb/jam
Mengatur posisi tidur bayi, kepala lebih tinggi bayi dimiringkan
ke kiri
.

Evaluasi : (5 Juni 2012)

S:O : Bayi terpasang IVFD Dekstrose 5 % 1,5 cc/jam,


terpasang OGT no 8, minum susu formula pregistimil 8 x 50 cc

29

melalui syringe pump selama 1 jam, muntah 10 cc/24 jam


susu cerna, residu 15 cc/24 jam susu cerna, BBL 2300 gram,

BB sekarang 2251 gram , abdomen supel, turgor kulit baik.


A : masalah nutrisi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi keperawatan

Implementasi : (6 Juni 2012)

Menghitung kalori bayi : 99 kal/kgbb/hari


Mengecek posisi OGT tepat dilambung.
Mengaspirasi lambung / 6 jam residu tidak ada.
Memberi minum bayi dengan susu formula pregistimil 8 x 40 cc
per syringe pump selama 1 jam sesuai instruksi, bayi muntah

5 cc susu cerna.
Memberi terapi oral Prefulsid 0,5 mg
Menimbang berat badan : 2231 gram.
Mencatat intake : + 15 cc/7 jam, output : 3, 8 cc/kgbb/jam
Mengatur posisi tidur bayi, kepala lebih tinggi, bayi terlentang.

Evaluasi : (6 Juni 2012)

S:O : Bayi terpasang IVFD Dekstrose 5 % 1,5 cc/jam,


terpasang OGT no 8, minum susu formula pregistimil 8 x 40 cc
melalui syringe pump selama 1 jam, muntah 5 cc/24 jam susu
cerna, residu tidak ada, BBL 2300 gram, BB sekarang 2231

gram , abdomen supel, turgor kulit baik.


A : masalah nutrisi belum teratasi sepenuhnya.
P : lanjutkan intervensi keperawatan
Kolaborasi untuk follow up pemeriksaan USG Abdomen
ulang.

30

2. Perubahan pola eliminasi BAB berhubungan dengan tidak adanya


lubang pada anus dan adanya kolostomi.
Tujuan
: Diharapkan perubahan pola eliminasi BAB teratasi
Kriteria hasil : BAB lancar melalui kolostomi, abdomen supel,
kembung tidak ada
Intervensi
:
Observasi adanya distensi abdomen
Lakukan perawatan kolostomi tiap 3 jam atau bila penuh
Observasi dan catat volume, konsistensi serta warna BAB
Observasi adanya oedema, prolaps dan perdarahan pada

stoma
Libatkan orang tua dalam perawatan kolostomi.

Implementasi: (4 Juni 2012)


Mengobservasi daerah abdomenabdomen teraba supel.
Membersihkan kantong kolostomi dengan air hangat sampai
bersih kantong kolostomi terpasang dengan baik, tidak ada

kebocoran, dan terlihat bersih.


Mengobservasi dan mencatat volume BAB 20 gram/ 7 jam,

konsistensi lembek, warna kuning.


Mengobservasi stomatidak ada oedema, tidak ada prolaps

dan perdarahan pada stoma


Melibatkan orang tua pada saat perawatan kolostomi orang
tua ikut serta saat dilakukan perawatan kolostomi.

Evaluasi: (4 Juni 2012)


S:O: abdomen teraba supel, tidak ada kembung, BAB lancar melalui
kolostomi, konsistensi lembek, warna kuning, volume 85
gram/24 jam, stoma berwarna merah muda, tidak ada oedema,

31

tidak terjadi prolaps dan perdarahan,orang tua ikut serta dalam


melakukan perawatan kolostomi.
A: perubahan pola eliminasi BAB belum teratasi
P:Intervensi dilanjutkan
Implementasi: (5 Juni 2012)
Mengobservasi daerah abdomenabdomen teraba supel
Membersihkan kantong kolostomi dengan air hangat sampai
bersih kantong kolostomi terpasang dengan baik, tidak ada

kebocoran, dan terlihat bersih.


Mengobservasi dan mencatat volume BAB 50 gram/ 7 jam,

konsistensi lembek, warna kuning.


Mengobservasi stomatidak ada oedema, tidak ada prolaps

dan perdarahan pada stoma


Melibatkan orang tua pada saat perawatan kolostomi orang
tua ikut serta saat dilakukan perawatan kolostomi.

Evaluasi: (5 Juni 2012)


S:O: abdomen teraba supel, tidak ada kembung, BAB lancar melalui
kolostomi, konsistensi lembek, warna kuning, volume 95
gram/24 jam, stoma berwarna merah muda, tidak ada oedema,
tidak terjadi prolaps dan perdarahan,orang tua ikut serta dalam
melakukan perawatan kolostomi.
A: Perubahan pola eliminasi BAB belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Implementasi: (6 Juni 2012)

32

Mengobservasi daerah abdomenabdomen teraba supel


Membersihkan kantong kolostomi dengan air hangat sampai
bersih kantong kolostomi terpasang dengan baik, tidak ada

kebocoran, dan terlihat bersih.


Mengobservasi dan mencatat volume BAB 10 gram/ 7 jam,

konsistensi lembek, warna kuning.


Mengobservasi stomatidak ada oedema, tidak ada prolaps

dan perdarahan pada stoma


Melibatkan orang tua pada saat perawatan kolostomi orang
tua ikut serta saat dilakukan perawatan kolostomi.

Evaluasi: (6 Juni 2012)


S:O: Abdomen teraba supel, tidak ada kembung, BAB lancar melalui
kolostomi, konsistensi lembek, warna kuning, volume 40gram/24 jam, stoma berwarna merah muda, tidak ada oedema,
tidak terjadi prolaps dan perdarahan,orang tua ikut serta dalam
melakukan perawatan kolostomi.
A: Perubahan pola eliminasi BAB belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Lakukan perawatan kolostomi dan libatkan orang tua
dalam perawatan kolostomi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh imatur
Tujuan

: Resiko infeksi tidak terjadi

33

Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36.5C-37.5 C),


bayi aktif tangis kuat, tidak ada letargi, tidak terjadi
iritasi pada daerah sekitar kolostomi, CRP dalam
batas normal (0 6 mg/ dl), leukosit dalam batas
normal (4.500 11.000 u/i, kultur darah steril.
Intervensi :
Ukur tanda-tanda vital tiap tiga jam.
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
Lakukan perawatan kolostomi tiap 3 jam atau setiap kantong

kolostomi penuh.
Observasi tanda-tanda iritasi pada kolostomi.
Kolaborasi dalam laboratorium: pemeriksaan kultur darah
ulang, darah lengkap, CRP dan pemberian antibiotik.

Implementasi: (4 Juni 2012)


Mengukur tanda-tanda vital tiap tiga jam suhu: 37.2c, HR:

144 x/menit RR: 52 x/menit


Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak

dengan pasien.
Membersihkan kantong kolostomi dengan air hangat sampai
bersih kantong kolostomi terpasang dengan baik, tidak ada

kebocoran, dan terlihat bersih.


Mengobsrevasi
tanda
iritasi

kolostomitidak terjadi iritasi disekitar daerah kolostomi.


Menganjurkan orang tua mencuci tangan sebelum kontak

pada

daerah

sekitar

dengan bayi orang tua selalu cuci tangan sebelum kontak

dengan bayinya.
Mengambil sample darah untuk pemeriksaan kultur darah
ulang kultur darah ulang dilakukan tanggal 04 Juni 2012.
34

Memberikan antibiotik injeksi Bactesyn 2x175 mg dan Mikasin


2x17,5 mgreaksi alergi tidak ada.

Evaluasi: (4 Juni 2012)


S: O: Suhu tubuh 36,8c, HR: 140 x/menit RR: 40 x/menit
bayi aktif tangis kuat, tidak ada letargi, tidak terjadi iritasi pada
daerah sekitar kolostomi, kantong kolostomi terlihat bersih,
pemberian antibiotik dilanjutkan.
A: Resiko infeksi tidak menjadi aktual
P: Intervensi dilanjutkan
Implementasi: (5 Juni 2012)
Mengukur tanda-tanda vital tiap tiga jam suhu: 37.1c, HR:

134 x/menit RR: 42 x/menit


Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak

dengan pasien
Membersihkan kantong kolostomi dengan air hangat sampai
bersih kantong kolostomi terpasang dengan baik, tidak ada

kebocoran, dan terlihat bersih.


Mengobsrevasi tanda-tanda iritasi pada kolostomitidak terjadi

iritasi disekitar daerah kolostomi.


Memberikan antibiotik injeksi Bactesyn 2x175 mg dan Mikasin
2x17,5 mgreaksi alergi tidak ada.

Evaluasi: (5 Juni 2012)


S: O: Suhu tubuh 37c, HR: 138 x/menit RR: 46 x/menit
bayi aktif tangis kuat, tidak ada letargi, tidak terjadi iritasi pada
daerah sekitar kolostomi, kantong kolostomi terlihat bersih,
pemberian antibiotik dilanjutkan.
A: Resiko infeksi tidak menjadi aktual
P: Intervensi dilanjutkan

35

Implementasi: (6 Juni 2012)


Mengukur tanda-tanda vital tiap tiga jam suhu: 36,9c, HR:

140 x/menit RR: 42 x/menit


Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak

dengan pasien
Membersihkan kantong kolostomi dengan air hangat sampai
bersih kantong kolostomi terpasang dengan baik, tidak ada

kebocoran, dan terlihat bersih.


Mengobservasi tanda-tanda iritasi

kolostomitidak terjadi iritasi disekitar daerah kolostomi.


Memberikan antibiotik injeksi Bactesyn 2x175 mg dan Mikasin

pada

daerah

sekitar

2x17,5 mgreaksi alergi tidak ada.


Evaluasi: (7 Juni 2012)
S: O: Suhu tubuh 36,7c, HR: 142 x/menit RR: 50 x/menit
bayi aktif tangis kuat, tidak ada letargi, tidak terjadi iritasi pada
daerah sekitar kolostomi, kantong kolostomi terlihat bersih,
pemberian antibiotik dilanjutkan.
A: Resiko infeksi tidak menjadi aktual
P: lanjutkan intervensi keperawatan
Follow up hasil kultur
Kolaborasi dalam evaluasi pemeriksaan ulang laboratorium

36

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada bab ini penulis akan membahas terhadap asuhan
keperawatan pada By Ny. L dengan Atresia Ani post operasi kolostomi
hari ke-14 di Ruang Seruni RSAB Harapan Kita, yang dilakukan dari
tanggal 04 Juni 2012 sampai dengan 6 Juni 2012, yang meliputi :
A. Pengkajian
Pada tahap ini penulis menggunakan metode wawancara
dengan orang tua bayi, perawat, dan dokter, observasi langsung,
pemeriksaan

fisik,

melihat

catatan

perawat

dan

catatan

perkembangan medis di Ruang Seruni.


Penulis menemukan kesenjangan antara pengkajian secara
teori dengan pengkajian yang di dapat pada By Ny L, dimana
secara teori pasien dengan Atresia Ani post operasi kolostomi tidak
ditemukan lagi masalah pada sistem gastrointestinal seperti

37

muntah, sedangkan pada By Ny L post operasi kolostomi hari ke-14


masih

ada

muntah

dan

residu

karena

adanya

GER

(Gastroesofageal refluks).

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang muncul pada kasus Atresia Ani Post Operasi
Kolostomi secara teoritis adalah sebagai berikut :
1. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan efek anastesi
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan pengeluaran yang berlebihan saat operasi.
3. Resiko perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pembatasan intake.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka
pembedahan.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
sekunder terhadap pengeluaran feces.
6. Perubahan pola eliminasi BAB

iritasi kimia

berhubungan

dengan

penyumbatan di daerah anus.


Sedangkan pada kasus yang kami temukan pada By Ny L adalah :
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat..
2. Perubahan pola eliminasi BAB berhubungan dengan tidak
adanya lubang pada anus dan adanya kolostomi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh imatur.
4. Resiko perubahan thermoregulasi; hipotermi berhubungan
dengan kontrol suhu imatur.
38

C. Perencanaan
Perencanaan dilakukan setelah diagnosa keperawatan dibuat
dan ditentukan yang menjadi prioritas berdasarkan masalah yang
ada Disini penulis memprioritaskan tiga diagnosa keperawatan
yang muncul sesuai dengan data yang didapat pada By Ny L
dengan dua masalah aktual dan satu masalah resiko. Perencanaan
terdiri dari tujuan, kriteria hasil dan intervensi. Tujuan yang ingin
dicapai disini adalah mengatasi masalah yang ada berdasarkan
diagnosa keperawatan yang muncul dalam kriteria waktu tertentu.
Sedangkan

kriteria

hasil

yang

direncanakan

adalah

untuk

menetapkan standar yang akan dicapai berdasarkan pada data


fokus. Intervensi disusun berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang
ingin dicapai.
D. Implementasi
Implementasi pada By Ny L dilaksanakan selama 3 hari mulai
dari tanggal 4-6 Juni 2012. Implementasi merupakan upaya
merealisasikan

rencana

keperawatan

yang

telah

disusun.

kerjasama yang baik antara tim kesehatan dan keluarga sangat


diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan tindakan keperawatan.
E. Evaluasi

39

Tahap evaluasi merupakan tahap penilaian keberhasilan dalam


asuhan keperawatan dari perencanaan yang telah ditetapkan.
Kegiatan evaluasi dibagi menjadi dua yaitu: evaluasi proses dan
evaluasi hasil.
Evaluasi proses didokumentasikan dalam catatan perawatan
berupa respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Sedangkan evaluasi hasil adalah penilaian akhir apakah asuhan
keperawatan yang dilakukan dapat berhasil mencapai tujuan
tersebut. Adapun prioritas masalah pada nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi sepenuhnya, masalah perubahan
pola eliminasi BAB belum teratasi sepenuhnya, dan masalah resiko
infeksi tidak menjadi aktual
F. Pendokumentasian
Penulis mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang
dilakukan sesuai dengan yang direncanakan dari setiap masalah
keperawatan.

BAB V

40

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Atresia Ani adalah malformasi kongenital dimana rektum tidak
mempunyai lubang keluar (Walley, 1996).
Asuhan keperawatan yang diberikan berfokus menangani hal-hal
berikut ini yaitu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, mengatasi pola
eliminasi, dan menghindari terjadinya infeksi.
Pada tahap pengkajian antara teori dan kasus terdapat banyak
kesamaan, yaitu pada pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan
medis dari Atresia Ani.
Pada tahap diagnosa keperawatan terdapat kesenjangan antara
teori dengan kasus, pada teori terdapat enam diagnosa yang muncul
sedangkan pada kasus ditemukan empat diagnosa, terdapat dua
diagnosa yang berbeda dengan teori.
Pada tahap perencanaan penulis merencanakan sesuai dengan
teori , sedangkan pada tahap pelaksanaan penulis melakukan
implementasi sesuai dengan yang direncanakan.
Evaluasi yang diberikan pada pasien dilaksakan setelah dilakukan
tindakan keperawatan, untuk

memecahkan masalah keperawatan

yang ada. Dari hasil evaluasi pada BY NY L didapatkan dua masalah

41

diagnosa yang belum sepenuhnya teratasi dan satu masalah tidak


menjadi aktual.
B. SARAN
Saran yang kami berikan berdasarkan masalah yang kami
temukan selama pemberian asuhan keperawatan adalah:
1. Untuk

perawat

diharapkan

dapat

memberikan

asuhan

keperawatan pada pasien dengan baik untuk mencegah


terjadinya komplikasi lebih lanjut.
2. Untuk kelompok diharapkan mampu

melakukan

asuhan

keperawatan pada Atresia Ani maupun yang lainnya, perbanyak


referensi untuk membuka wawasan lebih maju tentang ilmu
kesehatan.
3. Untuk keluarga diharapkan mampu melakukan perawatan
kolostomi secara mandiri dirumah.

DAFTAR PUSTAKA

42

Sjamsuhidajat, R& Wim De Jong (2005), Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta :
EGC.
Whalley, S and Wong, D.L (2004), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,
(Monica Ester Penerjemah), Jakarata : EGC.
Suriadi & Yuliani, Rita (2001), Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan
Keperawatan Pada Anak, Edisi 2, Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L (2009), Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol.2, Edisi 6,
Jakarta : EGC
Susan, S.F (2006), Perioperatiive Nursing, Second Editor, London.
www.repository.usu.ac.id

43

Anda mungkin juga menyukai