PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Atresia Ani merupakan malformasi anorektal, dimana tidak
lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus, tertutupnya
anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara
tetap pada daerah anus. Anus imperforate ini dapat meliputi bagian
anus, rektum, atau bagian diantara keduanya ( Wong, Donna L 2004).
Salah satu penatalaksanaan Atresia Ani adalah dengan dilakukan
kolostomi, dimana kolostomi tersebut dapat memberikan kesempatan
pada pasien untuk hidup dan beraktivitas layaknya manusia normal,
diharapkan kualitas hidupnya menjadi lebih baik (repository.usu.ac.id).
Spektrum malformasi anorektum berkisar dari stenosis anus
sederhana sampai persistensi kloaka; insiden berkisar dari 1 dalam
4000 sampai 5000 kelahiran hidup tetapi merupakan salah satu
kegawatan bedah pada saluran cerna.
Angka kejadiannya tergolong rendah dibandingkan penyakit lain
dalam saluran pencernaan. Kejadian di Amerika Serikat 600 anak lahir
dengan Atresia Ani (Walker, 1996). Sedangkan di Indonesia sendiri
kasus bayi lahir dengan Atresia Ani ada 1:10000 kelahiran hidup. Data
yang diperoleh dari medical record
rentang waktu tahun 2011 sampai 2012 dilaporkan jumlah pasien yang
dirawat dengan Atresia Ani adalah 98 orang (19,6%).
1
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
Atresia Ani post operasi kolostomi dengan pendekatan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada kasus tersebut.
b. Mampu menganalisa data yang diperoleh dari hasil pengkajian.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan
analisa data dan menentukan prioritas masalah.
d. Mampu menentukan rencana keperawatan yang tepat dan
rasional untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul.
e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan.
f. Mampu mengevaluasi tindakan
keperawatan
yang
telah
dilaksanakan.
g. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
diberikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Malformasi anorektal merupakan suatu kelainan malformasi
kongenital, dimana tidak lengkapnya perkembangan embrionik
pada bagian anus, tertutupnya anus secara abnormal atau dengan
kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus. Anus
imperforate ini dapat meliputi bagian anus, rektum, atau bagian
diantara keduanya ( Wong, Donna L 2004).
Atresia Ani adalah malformasi kongenital dimana rektum tidak
mempunyai lubang keluar (Walley, 1996).
kolumna
rektum.
Infeksi
yang
terjadi
disini
dapat
gangguan
perkembangan
septum
urorektal
yang
memisahkannya.
5. Klasifikasi
a. Pengelompokan berdasarkan tipe :
Tipe 1 (anal stenosis): saluran anus atau rektum bagian bawah
laki-laki.
Atresia ani letak rendah : kantong rektum telah secara
sempurna melewati otot levator dan fistula biasanya jelas
tampak dikulit didalam garis tengah (yaitu anus yang tergerser
ke anterior).
K
elainan anorektum
A. Membran anal, 1. udara direktum, 2. tulang belakang sakrum
B. Anus imperforatus rendah (mungkin dengan fistel ke
peritonium anterior).
C. Anus imperforatus tinggi (mungkin sekali dengan fistule ke
uretra atau buli-buli.
D. Atresia sakrum, 1. Udara dalam rektum, 2. Tulang belakang
sakrum, 3. Atresia rektum, 4. Anus.
melalui
membran
fistula,
menghindari
masalah
proksimal stoma.
b. Setelah umur 1 tahun atau berat badan lebih 8 kg dilakukan
operasi defenitif, dimana rectal pouch ditarik keposisi anus yang
normal dan juga dilakukan fistelektomi.
c. Penutupan kolostomi dilakukan beberapa bulan setelah tindakan
operasi pertama dan kedua (setelah anoplasti sembuh).
9. Komplikasi
a. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
b. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
c. Komplikasi jangka panjang :
Penyempitan (stenosis) pada anus (akibat kontraksi jaringan
training.
Inkontinensia (akibat penyempitan anal).
Prolaps mukosa anus (menyebabkan inkontinensia).
Fistula kambuhan atau pembentukan fistula kembali (akibat
tegangan di area pembedahan dan infeksi)
10
medis, alamat.
Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, golongan
11
hingga tetesan.
Sistem gastrointestinal
Berat badan lahir, berat badan saat ini, ASI / susu formula
yang diberikan,cara pemberian minum,
abdomen (supel,
ukuran).
Sistem neurosensori
Tingkat kesadaran, respon nyeri, lingkar kepala, tangisan,
ubun-ubun, kejang, hipotoni, reflek, pupil, reaksi terhadap
cahaya, gerakan.
Sistem integumen
Warna kulit, suhu tubuh, turgor kulit, kebersihan dan
integritas kulit.
Sistem reproduksi
Perempuan (vagina, menstruasi, pemasangan kateter),
pada laki-laki (preputium, hipospadia, scrotum, pemasangan
kateter).
Sistem Eliminasi
BAK frekuensi, warna dan jumlah produksi urine.
BAB melalui anus atau stoma, pola defekasi, konsistensi,
jumlah dan warna feces.
Psikososial
12
obstipasi
berhubungan
cairan
dengan
dan
elektrolit
dengan
prosedur
tubuh
13
dengan
3. Intervensi keperawatan
a. Diagnosa pre operasi
1) Gangguan eliminasi:
obstipasi
berhubungan
dengan
kembung.
Intervensi
:
Puasakan bayi.
Beri posisi tidur semi fowler.
Observasi keadaan perut, muntah dan keluarnya mekonium.
Kolaborasi pemasangan OGT untuk dekompresi.
Kolaborasi untuk tindakan operasai koreksi anus; kolostomi.
2) Resiko
gangguan
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit
urine
1-3/kgbb/jam,
tidak
ada
muntah,
turgor
kulit
tidak
ada
elastis,
normal.
Intervensi
:
Monitor intake output, produksi urine.
Kaji tanda-tanda dehidrasi.
Catat adanya muntah.
Kolaborasi pemeriksaan laboratorium.
Kolaborasi pemberian intravena.
14
Intervensi
:
Timbang BB setiap hari.
Berikan cairan parenteral, TPN sesuai dengan program.
Pertahankan kepatenan infus.
Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.
4) Kecemasan
orang
tua
berhubungan
dengan
prosedur
operasi.
Jelaskan tentang pengobatan dan perawatan yang khusus
16
Kriteria hasil
Intervensi :
Monitor dan kaji tanda dan gejala nyeri.
Catat dan laporkan jika bayi gelisah.
Atur posisi bayi agar tidak menekan daerah luka
operasi.
Berikan rasa nyaman dengan lingkungan yang tenang.
Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
dengan feces.
Bersihkan dan keringkan kulit sekitar stoma sebelum
teratasi
: BAB lancar melalui kolostomi, abdomen
17
stoma
Libatkan orang tua dalam perawatan kolostomi.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan
dengan evaluasi keperawatan, perawat dapat mengetahui sejauh
mana tujuan keperawatan berhasil atau tidak, dan tidak melakukan
pengkajian ulang sehingga dapat memutuskan apakah rencana
keperawatan dapat dihentikan, dilanjutkan dan diperbaiki.
Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan secara terus
menerus untuk menilai hasil dari setiap tindakan yang telah
dilakukan, sedangkan evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang
dilakukan sekaligus pada akhir semua tindakan keperawatan yang
dilakukan.
Untuk memudahkan dalam pendokumentasian kemajuan
pencapaian tujuan digunakan SOAP, yaitu Subjektif, Objektif,
Assesment, dan Planning.
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini akan diuraikan laporan asuhan keperawatan pada
By Ny. L
19
Nama ibu
: Ny L
Umur
: 38 tahun
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Gol Darah
: Tidak diketahui
Pekerjaan
: IRT
Nama ayah : Tn W
Umur
: 43 tahun
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Gol Darah
: AB
Pekerjaan
: Wiraswasta
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Riwayat antenatal
Ibu dengan G5P4A1 umur kehamilan 33 34 minggu, ANC
secara teratur di RS Mutiara Bunda Cileduk. Selama kehamilan
tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit tertentu.
Keluhan yang dirasakan selama kehamilan tidak ada. Riwayat
penyakit keturunan tidak ada. Pada umur kehamilan 33-34
minggu tanggal 19 Mei 2012 jam 19.00 wib ibu mengalami pecah
ketuban, lalu ibu segera dibawa ke RS Sari Asih dan di rawat
inap. Dokter kandungan mengatakan proses kelahiran akan
dilakukan secara operasi saesar karena indikasi letak lintang dan
ketuban pecah dini, sementara sebelum tindakan operasi saesar
dilakukan,
21
dirawat dalam
22
Eos
:7%
(2,7 %)
Batang
:(3,0 %)
N. Segmen
: 25 %
(56 %)
Limfosit
: 60 %
(34 %)
Monosit
:8%
(4 %)
Elektrolit
Natrium
: 162 mmol/i
(135 142)
Kalium
: 5,6 mmol/i
(3,5 5,0)
Chlorida
: 135 mmol/i
(96 108)
Calsium
: 11,8 mg/dl
(8,1 10,4)
CRP
:13,8 mg/dl
(0,3)
b. Radiologi
Foto abdomen 2 posisi knee chest (21 Mei 2012),
Kesan : Atresia Ani letak tinggi
USG Kepala : (4 juni 2012).
Kesan : tak tampak massa, suspect open lips shizencephali
kiri dengan hipogenesis corpus callosum, tak tampak
perdarahan.
USG Abdomen (4 Juni 2012).
Kesan : GER grade 2 tak tampak HPS, hepar pankreas,
lien, ginjal kanan dan buli normal, hidronefrosis kiri grade 1,
kedua testis intrascrotum, hypoplasia, testis bilateral
(volume testis kanan 0,06 ml, kiri 0,11ml), tak tampak
kontur uterus.
c. Hasil konsul kulit (4 Juni 2012)
Observasi
: tidak perlu tindakan atau terapi khusus,
merupakan tumor jinak pembuluh darah
Saran
yang menetap.
: terapi laser vaskuler untuk mengurangi
7. Analisa data
N
O
1
DATA
DS : _
DO :
Bayi umur 15 hari
BB lahir 2300
MASALAH
Nutrisi
gram,
kurang
BB kebutuhan tubuh
BB 6,3 %
Terpasang OGT no.8
Minum SFP 8x50 ml per syringe
jam
HB : 11,8 g/dl
Intake : + 68 ml/7 jam, output :
2,9 ml/kgbb/jam
USG Abdomen (4 Juni 2012).
Kesan : GER grade 2
DS:DO:
Resiko infeksi
Post Operasi kolostomi hari ke-
15
Bayi aktif, menangis kuat
Suhu tubuh aksila 36,8O
dari
BAB ada
Hasil laboratorium
- CRP 13,8 mg/dl
- hematokrit 33%
- leukosit :17.600 /i,
- kultur darah ulang : hasil
-
3.
belum tumbuh
darah tepi :
Bas : 6
Eos : 7
Batang : N.segmen : 25
Limposit : 60
Monosit : 8
Ds :
Do :
Resiko
Suhu tubuh 36,8o C dengan suhu
o
inkubator 31 C
Usia gestasi 33 34 minggu
Umur 15 hari
BB Sekarang 2237 gram
Akral hangat
Sianosis tidak ada
26
perubahan
thermoregulasi; hipotermi
8. Masalah Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
b. Resiko infeksi
c. Perubahan pola eliminasi BAB
d. Resiko perubahan thermoregulasi; hipotermi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
2. Perubahan pola eliminasi BAB berhubungan dengan tidak adanya
lubang pada anus dan adanya kolostomi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh imatur.
4. Resiko perubahan thermoregulasi; hipotermi berhubungan dengan
kontrol suhu imatur
Diagnosa Keperawatan Prioritas
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
2. Perubahan pola eliminasi BAB berhubungan dengan tidak adanya
lubang pada anus dan adanya kolostomi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh imatur
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
27
Tujuan
Kriteria hasil :
Intervensi
warna
Beri minum sesuai jadwal dan kebutuhan
Timbang berat badan setiap hari pada jam dan timbangan yang
sama.
Catat intake output
Atur posisi tidur bayi, kepala lebih tinggi untuk mengurangi
resiko muntah.
Kolaborasi dengan ahli gizi.
cerna.
Menimbang berat badan : 2237 gram.
Mencatat intake : + 68 cc/7 jam, output : 2,9 cc/kgbb/jam
Mengatur posisi tidur bayi, kepala lebih tinggi.
28
10 cc susu cerna.
Menimbang berat badan : 2251 gram.
Mencatat intake : + 27 cc/7 jam, output : 3,4 cc/kgbb/jam
Mengatur posisi tidur bayi, kepala lebih tinggi bayi dimiringkan
ke kiri
.
29
5 cc susu cerna.
Memberi terapi oral Prefulsid 0,5 mg
Menimbang berat badan : 2231 gram.
Mencatat intake : + 15 cc/7 jam, output : 3, 8 cc/kgbb/jam
Mengatur posisi tidur bayi, kepala lebih tinggi, bayi terlentang.
30
stoma
Libatkan orang tua dalam perawatan kolostomi.
31
32
33
kolostomi penuh.
Observasi tanda-tanda iritasi pada kolostomi.
Kolaborasi dalam laboratorium: pemeriksaan kultur darah
ulang, darah lengkap, CRP dan pemberian antibiotik.
dengan pasien.
Membersihkan kantong kolostomi dengan air hangat sampai
bersih kantong kolostomi terpasang dengan baik, tidak ada
pada
daerah
sekitar
dengan bayinya.
Mengambil sample darah untuk pemeriksaan kultur darah
ulang kultur darah ulang dilakukan tanggal 04 Juni 2012.
34
dengan pasien
Membersihkan kantong kolostomi dengan air hangat sampai
bersih kantong kolostomi terpasang dengan baik, tidak ada
35
dengan pasien
Membersihkan kantong kolostomi dengan air hangat sampai
bersih kantong kolostomi terpasang dengan baik, tidak ada
pada
daerah
sekitar
36
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada bab ini penulis akan membahas terhadap asuhan
keperawatan pada By Ny. L dengan Atresia Ani post operasi kolostomi
hari ke-14 di Ruang Seruni RSAB Harapan Kita, yang dilakukan dari
tanggal 04 Juni 2012 sampai dengan 6 Juni 2012, yang meliputi :
A. Pengkajian
Pada tahap ini penulis menggunakan metode wawancara
dengan orang tua bayi, perawat, dan dokter, observasi langsung,
pemeriksaan
fisik,
melihat
catatan
perawat
dan
catatan
37
ada
muntah
dan
residu
karena
adanya
GER
(Gastroesofageal refluks).
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang muncul pada kasus Atresia Ani Post Operasi
Kolostomi secara teoritis adalah sebagai berikut :
1. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan efek anastesi
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan pengeluaran yang berlebihan saat operasi.
3. Resiko perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pembatasan intake.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka
pembedahan.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
sekunder terhadap pengeluaran feces.
6. Perubahan pola eliminasi BAB
iritasi kimia
berhubungan
dengan
C. Perencanaan
Perencanaan dilakukan setelah diagnosa keperawatan dibuat
dan ditentukan yang menjadi prioritas berdasarkan masalah yang
ada Disini penulis memprioritaskan tiga diagnosa keperawatan
yang muncul sesuai dengan data yang didapat pada By Ny L
dengan dua masalah aktual dan satu masalah resiko. Perencanaan
terdiri dari tujuan, kriteria hasil dan intervensi. Tujuan yang ingin
dicapai disini adalah mengatasi masalah yang ada berdasarkan
diagnosa keperawatan yang muncul dalam kriteria waktu tertentu.
Sedangkan
kriteria
hasil
yang
direncanakan
adalah
untuk
rencana
keperawatan
yang
telah
disusun.
39
BAB V
40
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Atresia Ani adalah malformasi kongenital dimana rektum tidak
mempunyai lubang keluar (Walley, 1996).
Asuhan keperawatan yang diberikan berfokus menangani hal-hal
berikut ini yaitu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, mengatasi pola
eliminasi, dan menghindari terjadinya infeksi.
Pada tahap pengkajian antara teori dan kasus terdapat banyak
kesamaan, yaitu pada pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan
medis dari Atresia Ani.
Pada tahap diagnosa keperawatan terdapat kesenjangan antara
teori dengan kasus, pada teori terdapat enam diagnosa yang muncul
sedangkan pada kasus ditemukan empat diagnosa, terdapat dua
diagnosa yang berbeda dengan teori.
Pada tahap perencanaan penulis merencanakan sesuai dengan
teori , sedangkan pada tahap pelaksanaan penulis melakukan
implementasi sesuai dengan yang direncanakan.
Evaluasi yang diberikan pada pasien dilaksakan setelah dilakukan
tindakan keperawatan, untuk
41
perawat
diharapkan
dapat
memberikan
asuhan
melakukan
asuhan
DAFTAR PUSTAKA
42
Sjamsuhidajat, R& Wim De Jong (2005), Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta :
EGC.
Whalley, S and Wong, D.L (2004), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,
(Monica Ester Penerjemah), Jakarata : EGC.
Suriadi & Yuliani, Rita (2001), Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan
Keperawatan Pada Anak, Edisi 2, Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L (2009), Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol.2, Edisi 6,
Jakarta : EGC
Susan, S.F (2006), Perioperatiive Nursing, Second Editor, London.
www.repository.usu.ac.id
43