Kinanti Primandini 115070207111013 Wisam Wafi K. 115070207111015 Maretta Sekar Dewi 115070207111017 Giovanny Sumeinar 115070207111019 Dewanti Erin Sasmi 115070213111001 Dhinar Ika W. P 115070207111025 Yuni Widiyaningsih 115070207111027 Baiq Ririn V. S. 115070207111029 Isroah 115070207111031
Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. (Harjono, RM. 2000) Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rektum dan atresia rektum. Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai sindroma VACTRERL (Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb) (Faradilla, 2009).
Dibagi menjadi 3 sub kelompok anatomi : Atresia ani tipe tinggi (supralevator) Atresia ani tipe intermediate Atresia ani tipe rendah (infralevator) - Dari bentuknya : - Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar. - Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus. - Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus. - Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.
Anal pit dibagi 2 golongan yang dikelompokkan menurut jenis kelamin : 1. Laki-laki a. Golongan I Dibagi menjadi 5 kelainan yaitu: kelainan fistel urin atresia rektum perineum datar fistel tidak ada invertogram: udara > 1 cm dari kulit
b. Golongan II Dibagi 5 kelainan, yaitu: kelainan fistel perineum membran anal stenosis anus fistel tidak ada invertogram: udara < 1 cm dari kulit.
1. Perempuan a. Golongan I Dibagi menjadi 6 kelainan, yaitu: kelainan kloaka fistel vagina fistel rektovestibular atresia rektum fistel tidak ada invertogram: udara > 1 cm dari kulit. b. Golongan II Pada perempuan dibagi 4 kelainan, yaitu: kelainan fistel perineum stenosis anus fistel tidak ada invertogram: udara < 1 cm dari kulit (Hamami A.H, 2004).
Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik. Gangguan organogenesis Genetik dan abnormalitas kromosom Berkaitan dengan sindrom down
Insidensi rata-rata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup. Insidensi Atresia Ani di Amerika Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia, insidensi bervariasi dari 0,4 3,6 per 10.000 kelahiran hidup. Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 1 kasus dalam 2500 kelahiran hidup. Kejadian di Amerika Serikat 600 anak lahir dengan atresia ani. Data yang didapatkan kejadian atresia ani timbul dengan perbandingan 1 dari 5000 kelahiran. (Ranjan L. Fernando, 2001). Di indonesia atresia ani merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar. Dari berbagai penelitian yang ada frekuensi penderita atresia aniberkisar antara 5-25%. Penelitian dari berbagai daerah di indonesia menunjukkan angka yang sangat bervariasi tergantung pada tingkat atresia ani di tiap-tiap daerah. ( soemoharjo, 2008).
Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula). Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
Bayi/anak dengan atresia ani letak tinggi bahkan memiliki penampakan perineum yang datar (flat), keadaan ini disebut dengan "rocker bottom" appearance. Pada pemeriksaan rectal touch terdapat adanya membran anal. Perut kembung. 1. Anamnesis : Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir Tidak ditemukan anus, kemungkinan juga ditemukan adanya fistula Bila ada fistula pada perineum maka mekoneum (+) dan kemungkinan kelainan adalah letak rendah
2. Pemeriksaan penunjang a. Radiologi dengan Barium Enema Akan terlihat gambaran klasik seperti daerah transisi dari lumen sempit ke daerah yang melebar. Pada foto 24 jam kemudian, terlihat retensi barium dan gambaran mikrokolon pada Hirschsprung segen panjang. b. Biopsi hisap rektum Digunakan untuk mencari tanda histologik yang khas, yaitu tidak adanya sel ganglion parasimpatik di lapisan muskularis mukosa, dan adanya serabut saraf yang menebal. Pada pemeriksaan histokimia, aktivitas kolinesterase meningkat.
Invertogram Invertogram adalah teknik pengambilan foto untuk menilai jarak puntung distal rectum terhadap marka anus dikulit peritoneum
Pemeriksaan foto abdomen setelah 18-24 jam setelah lahir agar usus terisis, dengan cara Wangenstein Reis (kedua kaki dipegang posisi badan vertikal dengan kepala dibawah) atau knee chest position (sujud) dengan bertujuan agar udara berkumpul didaerah paling distal. Bila terdapat fistula lakukan fistulografi. Atresia ani tipe rendah Indikasi : jika dalam pemeriksaan masih dijumpai sfingter ani internus dan eksternus serta usus bagian dorsal masih melewati musculus levator ani. Pengelolaan :dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan tes provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot,sfingter ani ekternus stenosis anus hanya membutuhkan dilatasi membran anus yang tipis, mudah dibuka segera setelah lahir.
Atresia ani tipe tinggi Indikasi : jika pada pemeriksaan tidak dijumpai sfingter ani internus dan usus berakhir di sebelah proksimal musculus puborektalis Pengelolaan : Tahap pertama (masa neonatus) : Dilakukan operasi colostomy. Colostomy tidak boleh melewati 3 hari setelah lahir untuk pengalihan feses sementara dan untuk mengoreksi deformitas rectal Tahap ke dua (usia 6-12 bulan) : Tindakan operasi yang bersifat definitif dengan prinsip pengobatan Operatif Posterior Sagital Anorektoplasi (PSARP). Posisi anus yang tepat di daerah sfingter eksternus dan posisi anatomi usus pada penyangga puborektal Tahap ke tiga : dilakukan minimal 3 bulan setelah PSARP. Untuk menutup colostomy tahap pertama (operasi penutupan colostomy)
KOLOSTOMY KOLOSTOMY: suatu operasi untuk membentuk suatu lubang buatan antara kolon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Lubang buatan ini bisa bersifat sementara atau selamanya. Adapun Macam dari kolostomi : Kolostomi transversum Kolostomi sigmoid Kolostomi kolon asenden Kolostomi kolon desenden (Anderson,2002).
ANOPLASTY ANOPLASTY: tindakan pembedahan untuk membuat anus pada penderita malformasi anorektal. Adapun macam anoplasty diantaranya : Abdominoperineal Pulltrough Posterosagittal Anorectoplasty (PSARP) Limited Posterosagittal Anorectoplasty Anoplasti Perineal Anoplasti Laparoscopik
ABDOMINOPERINEAL PULLTROUGH INDIKASI : Rektum terletak sangat tinggi dan tidak mungkin dicapai melalui insisi perineum . Dilakukan dengan: Posisi pronasi, panggul diganjal bantal dilanjutkan posisi supinasi Insisi sagital mulai koksigeus melalui pusat kontraksi sfingter ani ke arah perineum Bila didapatkan fistel dipisahkan dan dijahit
POSTEROSAGITTAL ANORECTOPLASTY (PSARP) INDIKASI Atresia ani letak tinggi Fistel rektouretral Fistel rektovesikal Fistel rektovestibular Fistel rektovaginal Kloaka Dilakukan dengan : Identifikasi sfingter ani eksterna Insisi posterosagital Identifikasi otot perineum stimulator elektrik Insisi diperdalam dengan memotong sfingter ani dan otot levator sampai mencapai rektum Dinding rektum diinsisi dan dijahit Fistel dicari, dipisahkan, dan diligasi Rektum dipisahkan dengan uretra dan jaringan sekitarnya Diseksi melingkari rektum sampai rektum mencapai perineum Otot levator dan sfingter ani dijahit dengan mengikutsertakan sebagian dinding rektum Fiksasi rektum di perineum
C. Limited PSARP Tidak diperlukan pemotongan otot levator untuk mencapai rektum INDIKASI : Atresia ani letak rendah (<1sm) Dilakukan dengan: Posisi pronasi, punggung diganjal bantal Identifikasi pusat kontraksi sfingter Insisi posterosagital, diperdalam sampai mencapai rektum dengan memotong sfingter ani Dinding rektum diinsisi dan dijahit Diseksi melingkari rektum sampai rektum mencapai perineum Fiksasi rektum di perineum
D. ANOPLASTI PERINEAL INDIKASI : Fistel anoperineal dan anovestibular
E. LAPAROSKOPIK ANOPLASTI INDIKASI : Atresia ani letak tinggi (supralevator)