Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PELATIHAN PERAWAT ANASTESI DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI PADA KLIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS ATRESIA ANI DENGAN ANASTESI INTUBASI
ENDOTRACHEAL TUBE
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR PROVINSI JATIM

OLEH :

RAHMAWATI NINGSIH, S.Kep


KLINIK UTAMA SUKMA WIJAYA SAMPANG

INSTALASI ANESTESI
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR PROVINSI JATIM
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI


PADA An. H DENGAN DIAGNOSA ATRESIA ANI
DENGAN ANESTESI INTUBASI ENDOTRACHEAL TUBE
RSUD Dr SAIFUL ANWAR PROVINSI JATIM

Telah Disetujui pada :

Hari : Senin

Tanggal : 27 Maret 2023

Tempat : RSUD Dr. Saiful Anwar


Malang, 27 Maret 2023
Peserta Pelatihan Pembimbing

(Rahmawati Ningsih, S.Kep)


( Ns. Djatmi Ekorini, S.Kep )
197008141997032003

BAB I

KONSEP DASAR TENTANG PENYAKIT

1.1 Pengertian
Atresia Ani atau Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara congenital

(Dorland, 1998). Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran

yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak

sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun

tidak berhubungan langsung dengan rectum (sumber Purwanto. 2001 RSCM). Atresia Ani

merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L.

Wong, 520 : 2003). Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi

untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.

Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu :
1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus

2. Membran anus yang menetap

3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam

jarak dari peritoneum

4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung

1.2 Etiologi

Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa

lubang dubur

2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan

3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum

bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai

keenam usia kehamilan

1.3 Patofisiologi

Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :

1. Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit

karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik

2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa

lubang dubur

3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada

kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan

4. Berkaitan dengan sindrom down

5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan

Terdapat tiga macam letak


a) Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis)

dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak

upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital

b) Intermediate : rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya

c) Rendah : rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan

ujung rectum paling jauh 1 cm. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum .

Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius

1.4 Manifestasi Klinis

1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.

2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.

3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.

4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).

5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.

7. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)

1.5 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :

1. Asidosis hiperkioremia.

2. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.

3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).

4. Komplikasi jangka panjang.

a) Eversi mukosa anal

b) Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)

5. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.


6. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)

7. Prolaps mukosa anorektal.

8. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)

1.6 Klasifikasi

Klasifikasi atresia ani :

1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat

keluar.

2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.

3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.

4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum

1.7 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan

kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk

kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat

anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia

12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi

waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan

ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status

nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter

sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya

memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan

hemostratau skapel

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Monitor status hidrasi ( keseimbangan cairan tubuh intake dan output ) dan

ukur TTV tiap 3 jam.

b) Lakukan monitor status gizi seperti timbang berat badan, turgor kulit, bising

usus, jumlah asupan parental dan enteral.

c) Lakukan perawatan colostomy, ganti colostomy bag bila ada produksi, jaga

kulit tetap kering.

d) Atur posisi tidur bayi kearah letak colostomy.

e) Berikan penjelasan pada keluarga tentang perawatan colostomy dengan cara

membersihkan dengan kapas air hangat kemudian keringkan dan daerah

sekitar stoma diberi zink salep, colostomy bag diganti segera setiap ada

produksi.

1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum

dilakukan pada gangguan ini.

2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel

mekonium.

3. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan

adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang

mencegah udara sampai keujung kantong rectal.

4. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.

5. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut

sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk

1,5 cm. Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.

6. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan


a) Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah

tersebut.

b) Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan

gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus,

pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah

sigmoid, kolon/rectum.

c) Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala

dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto

daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat

diukur.
BAB II

KONSEP DASAR ANESTESI

2.1 Pengertian Anestesi

Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek.

Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan

dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

2.2 Macam-Macam Anestesi

a. Anestesi Umum

Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan

kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi anggota tubuh. Pembedahan

yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan

manipulasi jaringan yang luas.

b. Anestesi Regional

Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh tertentu.

Anestesi regional terdiri dari spinal anestesi, epidural anestesi, kaudal anestesi.

Metode induksi mempengaruhi bagian alur sensorik yang diberi anestesi. Ahli anestesi

memberi regional secara infiltrasi dan lokal. Pada bedah mayor, seperti perbaikan

hernia, histerektomi vagina, atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi regional

atau spinal anestesi hanya dilakukan dengan induksi infiltrasi. Blok anestesi pada

saraf vasomotorik simpatis dan serat saraf nyeri dan motoric menimbulkan

vasodilatasi yang luas sehingga klien dapat mengalami penurunan tekanan darah yang

tiba – tiba.
c. Anestesi Lokal

Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan. Obat

anestesi menghambat konduksi saraf sampai obat terdifusi ke dalam sirkulasi.

Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari.

2.3 Konsep General Anestesi Intubasi Endotracheal

A. Pengertian

Intubasi endotracheal adalah tindakan memasukan pipa endotrakhea ke dalam trakhea

sehingga jalan nafas bebas hambatan dan pertukaran gas adekuat. Intubasi endotrakea

dapat dilakukan melalui beberapa lintasan antara lain melalui hidung (nasotrakeal),

mulut (orotrakeal) dan melalui tindakan trakeostomi

B. Tujuan

1) Pembebasan jalan nafas

2) Pemberian nafas buatan dengan bag and mask

3) Pemberian nafas buatan secara mekanik (respirator)

4) Memungkinkan penghisapan sekret secara adekuat

5) Mencegah aspirasi asam lambung (dengan adanya balon yang dikembangkan)

6) Mencegah distensi lambung

7) Pemberian oksigen dosis tinggi

C. Indikasi

1. Ada obstruksi jalan nafas bagian atas

2. Pasien yang memerlukan bantuan nafas dengan respirator

3. Pemberian anestesi

4. Terdapat banyak sputum (pasien tidak dapat mengeluarkan sendiri)


D. Kontra Indikasi

1) Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak memungkinkan

untuk dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus dilakukan adalah

cricothyroidectomy pada beberapa kasus

2) Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra

servical, sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.

E. Tahap-Tahap General Anestesi

1) Stadium I (tahap Analgesia), mengacu pada hilangnya sensai nyeri, sementara

pasien masih dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi dengan orang

lain.

2) Stadium II (tahap Eksitasi), merupakan periode peningkatan kegembiraan dan

sering kali perilaku melawan (pasien delirium dan eksitasi dengan gerakan

diluar kehendak), dengan berbagai tanda stimulasi simpatis (misalnya:

takikardi, peningkatan penapasan, 12 perubahan tekanan darah). Dalam tahap

ini kadang pasien mengalami inkotinensia dan muntah.

3) Stadium III (Pembedahan), melibatkan relaksasi otot rangka, pulihnya

pernapasan yang teratur (sampai nafas spontan hilang), dan hilangnya reflek

mata serta dilatasi pupil secara progresif. Pembedahan dapat dilakukan dengan

aman pada tahap

4) Stadium IV (Depresi medulla oblongata), merupakan kondisi depresi SSP

yang sangat dalam dengan hilang pernapasan dan stimulus pusat vasomotor,

yang pada kondisi itu dapat terjadi kematian secara cepat. Pembuluh darah

pasien kolaps dan jantung berhenti berdenyut, disusul dengan kelumpuhan

nafas sehingga perlu bantuan alat bantu nafas dan sirkulasi


F. Persiapan Intubasi

1. Cuci tangan

2. Posisi pasien terlentang

3. Kepala diganjal bantal kecil setinggi 10 cm

4. Tinggikan bed pasien sampai umbilikus perawat

5. Pilih ukuran ETT

a) Laki-laki : no 7-8

b) Wanita : no 6,5-7,5

c) Anak-anak : usia (th)+4


4
6. Periksa balon pipa/cuff ETT dengan spuit 20 cc

7. Pasang blade yang sesuai

8. Minta pasien nafas dalam 3x atau oksigenasi dengan bag and mask atau ambu

bag dengan O2 100% 5 menit agar pasien tidak hipoksia

9. Masukkan obat-obat sedasi dan muscle relaxan (fentanyl, midazolam,

propofol)

10. Bagging dulu, masukkan relaxan

11. Ventilasi dulu 2-3 menit

12. Buka mulut dengan laringoskop sampai terlihat epiglotis

13. Dorong blade sampai pangkal epiglotis, masukkan ETT sesuai ukuran

14. Cek apakah ETT benar masuk, isi cuff lalu fiksasi

G. Kriteria Ekstubasi

1. Hipoksia

2. Hipercarbi

3. Volum tidal tercapai


4. Pernafasan reguler

5. Ada pernafasan torakal

6. Ada pergerakan tangan

7. Pasien sadar
BAB III

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANESTESI


PADA FASE PERIANESTESI

Nama Pasien : An. H No.Register : 11552267


Umur : 7 Tahun Dokter Operator : dr Jay
Ruang Rawat : Rinjani Asisten Operasi : dr Sud
Diagnosa Medis : Atresia Ani Transversostomy Perawat Instrumen : Hutpri
Status DT MAR dengan Perawat Sirkuler : Rizka
Fistel Perianal Dokter Anestesi :dr Prastika/dr Hafidz
Tindakan : Evakuasi Fecaloma perColon Perawat Anestesi : Dwi
Tgl. Pengkajian : 06 Maret 2023 Tanggal Operasi : 06 Maret 2023
Jam Mulai OP. : 08.45 WIB Jam Selesai OP. : 12.00 WIB

PENGKAJIAN PRE ANESTESI


DATA SUBYEKTIF
 Keluhan Utama : takut
 Riwayat penyakit saat ini: pasien dengan atresia ani transversostomy status DT MAR dengan
fistel perianal dan akan dilakukan evakuasi fecaloma per colon
 Riwayat penyakit yang lalu: pasien pernal dilakukan operasi colostomy pada tanggal 16
Februari 2017
 Riwayat anestesi/ operasi terdahulu : pasien pernah dioperasi colostomy dengan general
anestesi intubasi endotracheal tube
 Riwayat kebiasaan pasien (Perokok, alcohol, obat obatan) : -
DATA OBYEKTIF
a. Sistem Pernafasan (B1)
Jalan Nafas : Paten / Obstruksi
Sesak nafas : Ya / tidak, terpasang O2 : - lpm
Artificial airway : Oro/Nasofaringeal tube/ ETT / Tracheocanule
RR : 22 x/menit
SpO2 : 99 %
Gigi : Palsu (-) Cakil (-) Tongos (-) Ompong (-)
Buka Mulut : 3 jari
MALAMPATTI : 1 / 2 / 3 / 4
Jarak Mentothyroid : 6 cm
Gerak leher : Flexy / Ekstensi
Suara nafas : Vesikuler / Bronkovesikuler
Ronchi : - - Whezing : - -
- - - -
Riwayat Asthma : Ya / Tidak
Lain lain : -
a. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Tensi : 90/60 mmHg
Nadi : 110x/menit
Suhu : 36,5 ‘C
CRT : <2’ , >2’
Sirkulasi : S1 S2 Tunggal (reguler / irreguler) / extra systole / Gallop
Lain2 : -
Konjungtiva : Anemis / Pink pale
Sianosis : Ya / Tidak
Perfusi :
b. Sistem Persyarafan (B3)
Keadaan Umum : baik
GCS :E4V5M6
Skala nyeri :-
Reflek pupil : Isokor / Anisokor / Miosis / Pint point / Midriasis
Reflek cahaya : +/+
Motorik : 5 5
5 5
Plegi : Ya ( Tetra D S / Hemi D S ) Tidak
Parese : Ya ( Tetra D S / Hemi D S ) Tidak
Lain lain : -
c. Sistem Perkemihan (B4)
Produksi urine :BAK spontan
Keluhan : Kencing menetes (-), Inkontinensia (-), Retensi Urine (-)
Oliguri (-),Anuria (-), Hematuri (-),
Disuria (-), Poliuria (-), tidak ada keluhan (√)
Warna urine : kuning jernih
Kandung Kemih : Membesar / Tidak
Kateter : Terpasang / Tidak
Blass punctie : Terpasang / Tidak
d. Sistem Pencernaan (B5)
Mukosa bibir : Lembab / Kering
Abdomen : Supel / Distended / Nyeri tekan
Bising Usus : 10x/menit
Terpasang NGT : Tidak / Ya
Terpasang Drain : Tidak /Ya
Diare : Tidak / Ya Frekuensi : -
Lain-lain :pasien dengan colostomy
e. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Pergerakan sendi : Bebas / terbatas
Fraktur : Tidak / Ya lokasi : -
Kompartemen Syndrom : Tidak / Ya lokasi : -
Turgor : Baik / Kurang / Jelek
Hiperpigmentasi : Tidak / Ya
Dekubitus : Tidak / Ya
Ikterik : Tidak / Ya
Lain -lain :-
Keadaan Umum : Baik
Tanda Vital : Tensi : 90/60 mmHg Nadi : 110x/menit Suhu : 36,5’C
RR : 22x/menit SpO2 : 99%
TB / BB : 115 cm / 18,5 kg
Surat Persetujuan Operasi : Tidak ada / Ada
Protese dan Gigi Palsu : Tidak ada / Ada
Cat kuku dan Lensa Kontak : Tidak ada / Ada
Perhiasan : Tidak pakai / Pakai
Folley Catheter : Tidak ada / Ada produksi : - cc ( Ditampung / Dibuang )
NGT : Tidak ada / Ada
Persiapan Skiren / Cukur : Tidak / Ya
Huknah / Gliserin : Tidak / Ya Jam : -
Persiapan darah : Tidak ada / Ada, Berapa kantong (-)
Contoh darah : Tidak ada / Ada
IV line : Tidak ada / Ada ( TaKa / TaKi )
Lokasi : Vena perifer / Central / Lain-lain ...............
Jenis Cairan : Kristaloid / Koloid / Darah Tetesan :20 tpm
Terakhir makan & minum : Makan : 02.00 WIB Minum : 03.00 WIB
Obat yang telah dikonsumsi : Tidak ada / Ada Jenis : -
Alergi obat : Tidak ada / Ada Jenis : -
Obat Premedikasi : Tidak ada / Ada Jenis : Midazolam
Jam : 08.30 WIB
Status ASA : 1 2 3 4 5
Jenis Operasi : Emergency/ Elektif

Pemeriksaan Penunjang
Data Penunjang Laboratorium
Darah Lengkap
Hemoglobin (HGB) : 13,30 g/dl
Eritrosit (RBC) : 5,09 juta
Leukosit (WBC) : 7,60 10³/mm³
Hematokrit : 39,00 %
Trombosit (PLT) : 307,00 10³/mm³

Serum Elektrolit
Natrium (Na) : 138 mmol/L
Kalium (K) : 4,25 mmol/L
Clorida (Cl) : 111 mmol/L

Faal Hemostatis:
PPT
- Pasien : 10,20 detik
- Kontrol : 10,7 detik
- INR : 0,98
APTT
- Pasien : 31,40 detik
- Kontrol : 25,3 detik
Faal Ginjal:
Ureum : 20,0 mg/dl
Creatinin : 0,45 mg/dl

Faal Hati :
Bilirubin Total : 0,26 mg/dl
Bilirubin Direk : 0,12 mg/dl
Bilirubin Indirek : 0,14 mg/dl
AST/SGOT : 35 U/L
ALT/SGPT : 10 U/L
Albumin : 4,28 g/dl

Data Penunjang :
Foto Rontgen : -

CT Scan : -

MRI : -

EKG : -
ANALISA DATA ( PRE ANESTESI)

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS: pasien mengatakan takut Krisis Situasional (D.0080)
dioperasi (Tindakan Operasi) Ansietas berhubungan
DO: dengan krisis
- Pasien tampak gelisah dan rewel situasional
- Ibunya tidak boleh jauh-jauh
- TD : 90/60 mmHg
- N : 110x/menit
- RR : 20x/menit
- SpO2 : 99%
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama: An. H
No RM: 11552xxx
Tanggal : 06 Maret 2023

NO Diagnosis Luaran Intervensi

1 (D.0080) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Reduksi Ansietas


Ansietas berhubungan dengan selama 15 menit diharapkan ansietas Observasi
krisis situasional (tindakan menurun dengan kriteria luaran - Monitor tanda-tanda ansietas
operasi) yang ditandai dengan - Verbalisasi khawatir akibat kondisi Terapeutik
- Pasien tampak gelisah dan menurun - Ciptakan suasana terapeutik untuk
rewel - Perilaku gelisah menurun menumbuhkan kepercayaan
- Ibunya tidak boleh jauh- - Pasien mulai mengantuk karena - Gunakan pendekatan yang tenang dan
jauh pengaruh obat meyakinkan
- TD : 90/60 mmHg Edukasi
- N : 110x/menit - Anjurkan keluarga tetap bersama pasien
- RR : 20x/menit bila perlu
- SpO2 : 99% Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat anti ansietas
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama (Inisial) : An. H
No RM : 11552xxx
OK : 509

TGL/ JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TGL / JAM EVALUASI PPA

06/03/2023 1. Memonitoring tanda-tanda ansietas 06/03/2023 S : - Ningsih


08.00 2. Menciptakan suasana terapeutik untuk 08.15
menumbuhkan kepercayaan
3. Menggunakan pendekatan yang tenang dan 
meyakinkan - pasien tenang dan mengantuk
4. Menganjurkan keluarga tetap bersama pasien - TD : 90/60 mmHg
bila perlu - N : 98x/menit
5. Berkolaborasi pemberian obat anti ansietas - RR : 20x/menit
- SpO2 : 99%

masalah teratasi

P : intervensi dihentikan


INTRA ANESTESI
Anestesi mulai : 08.30 WIB s/d 12.20 WIB

Pembedahan mulai : 08.45 WIB s/d 12.00 WIB


Jenis pembiusan : General : a. Intubasi Endotracheal Tube
b. Laringeal Mask Airway (LMA)
c. Face Mask
d. Total Intravena Anestesi (TIVA)
Regional : a. Sub Arachnoid Block (SAB)
b. Epidural Block
c. Combined Subarachnoid-epidural (CSE)
d. Block Ganglion / saraf perifer
e. Kaudal
Lain – Lain : -
Jenis Operasi : 1. Bersih 2. Bersih kontaminasi
3. Kotor 4. Kontaminasi
Golongan Operasi : 1. Khusus 2. Besar 3. Sedang 4. Kecil
Plate Diathermi : Lokasi : 1. Bokong 2. Tungkai kaki 3. Bahu
4. Tangan 5. Paha
Dipasang oleh : perawat sirkuler
Pemeriksaan sebelumnya : 1. Utuh 2. Menggelembung
Pemeriksaan sesudah : 1. Utuh 2. Menggelembung
Monitor Anestesi : 1. Tidak 2. Ya 3. Standby
Mesin Anestesi : 1. Tidak 2. Ya 3. Standby
Persiapan Statics : 1. Lengkap. 2. Belum Lengkap
Anestesi Dengan : 1. Induksi : Propofol
2. Analgesik : Fentanyl
3. Maintenance : Sevoflurane
Relaksasi dengan : Atracurium
Ukuran ETT & kedalaman : ETT no 5 kedalaman 18 cm
Mode (Presure/Volume) : Volume Control
Teknik Anestesi : General Anestesi Intubasi Sleep Apnea
Stadium Anestesi : Stadium 3 Plana 2
Lembar observasi Intra operasi
Tabel 3.3 Obat obatan

Jam Nama Obat/ Dosis jam Nama Obat/ Dosis Jam Nama Obat/dosis
08.30 Fentanyl 70 mcg
08.32 Propofol 40 mg
08.33 Atracurium 10 mg
08.40 Dexametason 5 mg
08.40 Metamizole 400 mg
08.45 Asam Traneksamat
500 mg

08.35 09.35 10.35

N TD

220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
Keseimbangan Cairan
BALANCE CAIRAN 1 2 3
BB : 18,5 kg Hb : 13,3 Kristaloid 200 cc   300 cc 500 cc 
EBV : 1.387 cc Input Koloid 0   0 0 
ABL (10) : 344 cc Darah 0   0 0 
M: 58,5 cc Urine 100 cc  100 cc  250 cc 
O: 55,5 cc Output Darah 10 cc  15 cc  25 cc 
  M+O 114 cc 228 cc  342 cc 
Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess
TOTAL
- 44 -73 -167
ANALISA DATA (INTRA ANESTESI)

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS : - Agen farmakologis ( D.0005)
DO: (obat anestesi) Pola napas tidak
- Pasien terpasang ETT no 5 efektif berhubungan
- Pernapasan dengan volume control dengan efek agen
- Volume tidal 150 Kelemahan otot-otot farmakologis (obat
- RR : 22x/menit pernapasan anestesi)
- M.V : 3,1
- FiO2 : 45
- FG Flow : 3,50 Pola nafas tidak
- SpO2 : 99% efektif
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : An. H
No RM : 11552xxx
Tanggal : 06 Maret 2023
N Diagnosis Luaran Intervensi
O
1 (D.0005) Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen jalan napas
Pola napas tidak efektif keperawatan selama 4x60 menit Observasi
berhubungan dengan efek agen diharapkan pola napas membaik dengan - Monitor TTV pasien
farmakologis (obat anestesi) yang kriteria luaran - Monitor sputum pasien
ditandai dengan - Dispnea menurun Terapeutik
- Pasien terpasang ETT no 5 - Frekuensi napas membaik - Pertahankan kepatenan jalan napas
- Pernapasan dengan volume - Kedalaman napas membaik - Lakukan penghisapan lendir kurang
control dari 15 detik
- Volume tidal 150 - Lakukan hiperoksigenasi sebelum
- RR : 22x/menit penghisapan endotracheal
- M.V : 3,1 2. Pemantauan respirasi
- FiO2 : 45 Observasi
- FG Flow : 3,50 - Monitor saturasi oksigen
- SpO2 : 99% - Monitor nilai BGA jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama (Inisial) : An. H
No RM : 11552267
OK : 509

TGL/ JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TGL / JAM EVALUASI PPA

06-03-2023 1. Memonitoring TTV pasien 06-03-2023 S : - Ningsih


08.35 2. Memonitoring sputum pasien 12.20
3. Mempertahankan kepatenan jalan napas
4. Melakukan penghisapan lendir kurang 
dari 15 detik - Jalan napas paten
5. Melakukan hiperoksigenasi sebelum - Tidak ada lendir/sekret
penghisapan endotracheal - SpO2 : 99%
6. Memonitoring saturasi oksigen - Nadi : 90x/menit
7. Memonitoring nilai BGA jika perlu - RR : 20x/menit

masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan (1,3,6)


POST ANESTESI

Data Subyektif :
Data Obyektif
( √ ) KU Cukup, GCS 456 TD : 90/60 mmHg ( √ ) Skala nyeri = 1
( - ) Sesak (+) Nadi : 98x/mnt ( - ) Menggigil
( √ ) Terpasang O2 8 lpm SpO2 : 99 % ( - ) Mual & Muntah
RR : 20x/mnt (- ) Aldrete/Bromage skore= -
12.20 13.20 14.20

N TD

220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
A. Bromage score Nilai
Jika terdapat gerakan penuh tungkai 3
Jika mampu fleksikan lutut ttp tidak bisa angkat tungkai 2
Jika tidak mampu memfleksikan lutut 1
Jika tidak mampu memfleksikan pergelangan kaki 0
Pasien boleh pindah ruang jika nilai bromage score ≥ 2

B.   Aldrete Score (dewasa)


Nilai Warna:
         Merah muda    (2)
         Pucat               (1)
         Sianosis           (0)
Pernapasan:
         Dapat bernapas dalam dan batuk                    (2)
         Dangkal namun pertukaran udara adekuat     (1)
         Apnoea atau obstruksi                                    (0)
Sirkulasi:
         Tekanan darah menyimpang <20% dari normal         (2)
         Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal     (1)
         Tekanan darah menyimpang >50% dari normal         (0)
Kesadaran:
         Sadar, siaga dan orientasi                               (2)
         Bangun namun cepat kembali tertidur            (1)
         Tidak berespons                                              (0)
Aktivitas:
         Seluruh ekstremitas dapat digerakkan            (2)
         Dua ekstremitas dapat digerakkan                  (1)
         Tidak bergerak                                                (0)
Jika jumlahnya > 8, pasien dapat dipindahkan ke ruangan.
C. Steward Score (anak-anak)
Pergerakan: Kesadaran:
         Gerak bertujuan                      (2)√          Menangis                                             (2)√
         Gerak tak bertujuan                (1)          Bereaksi terhadap rangsangan              (1)
         Tidak bergerak                       (0)          Tidak bereaksi                                     (0)
Pernafasan:
         Batuk, menangis                     (2)√ Jika jumlah > 5, pasien dapat dipindahkan
         Pertahankan jalan nafas          (1) ke ruangan
         Perlu bantuan                         (0)
ANALISA DATA (POST ANESTESI)
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1 DS :ibu pasien mengatakan anaknya Terpapar suhu (D.0140)
sedikit dingin lingkungan rendah Resiko Hipotermi
DO: -
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : An. H
No RM : 11552xxx
Tanggal : 06 Maret 2023
NO Diagnosis Luaran Intervensi

1 (D.0140) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Manajemen Hipotermi


Resiko hipotermi berhubungan selama 15 menit diharapkan termoregulasi Observasi
dengan terpapar suhu lingkungan membaik dengan kriteria hasil - Monitor suhu tubuh
rendah - Menggigil menurun - Monitor tanda dan gejala akibat hipotermi
- Suhu tubuh membaik Terapeutik
- Berikan selimut
- Sediakan lingkungan yang hangat
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama (Inisial) : An. H
No RM : 11552xxx
OK : 509

TGL/ JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TGL / JAM EVALUASI PPA

06-03-2023 1. Memonitoring suhu tubuh 06-03-2023 S : ibupasien mengatakan tubuh Ningsih
12.25 2. Memonitoring tanda dan gejala akibat 13.00 anaknya sudah lebih hangat
hipotermi
3. Memberikan selimut
4. Menyediakan lingkungan yang hangat 

masalah teratasi

P : intervensi dihentikan


DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.

Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines
for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa,
Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.

Dorland. (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorlana. Alih Bahasa: Dyah Nuswantari Ed. 25.
Jakarta: EGC

Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC.
Jakarta.

Long, Barbara. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Terjemahan: Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan. USA: CV Mosby

Anda mungkin juga menyukai