OLEH :
INSTALASI ANESTESI
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR PROVINSI JATIM
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Hari : Senin
BAB I
1.1 Pengertian
Atresia Ani atau Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara congenital
(Dorland, 1998). Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran
yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun
tidak berhubungan langsung dengan rectum (sumber Purwanto. 2001 RSCM). Atresia Ani
merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L.
Wong, 520 : 2003). Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi
Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu :
1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam
1.2 Etiologi
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur
bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai
1.3 Patofisiologi
1. Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak
upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
c) Rendah : rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan
ujung rectum paling jauh 1 cm. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum .
Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
1.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
1. Asidosis hiperkioremia.
1.6 Klasifikasi
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat
anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia
12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi
waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan
ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status
nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter
sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya
hemostratau skapel
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Monitor status hidrasi ( keseimbangan cairan tubuh intake dan output ) dan
b) Lakukan monitor status gizi seperti timbang berat badan, turgor kulit, bising
c) Lakukan perawatan colostomy, ganti colostomy bag bila ada produksi, jaga
sekitar stoma diberi zink salep, colostomy bag diganti segera setiap ada
produksi.
1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum
2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel
mekonium.
adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang
5. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut
sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk
tersebut.
b) Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan
sigmoid, kolon/rectum.
c) Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala
dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto
daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat
diukur.
BAB II
Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya reflek.
dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
a. Anestesi Umum
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan
b. Anestesi Regional
Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh tertentu.
Anestesi regional terdiri dari spinal anestesi, epidural anestesi, kaudal anestesi.
Metode induksi mempengaruhi bagian alur sensorik yang diberi anestesi. Ahli anestesi
memberi regional secara infiltrasi dan lokal. Pada bedah mayor, seperti perbaikan
hernia, histerektomi vagina, atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi regional
atau spinal anestesi hanya dilakukan dengan induksi infiltrasi. Blok anestesi pada
saraf vasomotorik simpatis dan serat saraf nyeri dan motoric menimbulkan
vasodilatasi yang luas sehingga klien dapat mengalami penurunan tekanan darah yang
tiba – tiba.
c. Anestesi Lokal
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan. Obat
Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari.
A. Pengertian
sehingga jalan nafas bebas hambatan dan pertukaran gas adekuat. Intubasi endotrakea
dapat dilakukan melalui beberapa lintasan antara lain melalui hidung (nasotrakeal),
B. Tujuan
C. Indikasi
3. Pemberian anestesi
1) Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak memungkinkan
pasien masih dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi dengan orang
lain.
sering kali perilaku melawan (pasien delirium dan eksitasi dengan gerakan
pernapasan yang teratur (sampai nafas spontan hilang), dan hilangnya reflek
mata serta dilatasi pupil secara progresif. Pembedahan dapat dilakukan dengan
yang sangat dalam dengan hilang pernapasan dan stimulus pusat vasomotor,
yang pada kondisi itu dapat terjadi kematian secara cepat. Pembuluh darah
1. Cuci tangan
a) Laki-laki : no 7-8
b) Wanita : no 6,5-7,5
8. Minta pasien nafas dalam 3x atau oksigenasi dengan bag and mask atau ambu
propofol)
13. Dorong blade sampai pangkal epiglotis, masukkan ETT sesuai ukuran
14. Cek apakah ETT benar masuk, isi cuff lalu fiksasi
G. Kriteria Ekstubasi
1. Hipoksia
2. Hipercarbi
7. Pasien sadar
BAB III
Pemeriksaan Penunjang
Data Penunjang Laboratorium
Darah Lengkap
Hemoglobin (HGB) : 13,30 g/dl
Eritrosit (RBC) : 5,09 juta
Leukosit (WBC) : 7,60 10³/mm³
Hematokrit : 39,00 %
Trombosit (PLT) : 307,00 10³/mm³
Serum Elektrolit
Natrium (Na) : 138 mmol/L
Kalium (K) : 4,25 mmol/L
Clorida (Cl) : 111 mmol/L
Faal Hemostatis:
PPT
- Pasien : 10,20 detik
- Kontrol : 10,7 detik
- INR : 0,98
APTT
- Pasien : 31,40 detik
- Kontrol : 25,3 detik
Faal Ginjal:
Ureum : 20,0 mg/dl
Creatinin : 0,45 mg/dl
Faal Hati :
Bilirubin Total : 0,26 mg/dl
Bilirubin Direk : 0,12 mg/dl
Bilirubin Indirek : 0,14 mg/dl
AST/SGOT : 35 U/L
ALT/SGPT : 10 U/L
Albumin : 4,28 g/dl
Data Penunjang :
Foto Rontgen : -
CT Scan : -
MRI : -
EKG : -
ANALISA DATA ( PRE ANESTESI)
masalah teratasi
Jam Nama Obat/ Dosis jam Nama Obat/ Dosis Jam Nama Obat/dosis
08.30 Fentanyl 70 mcg
08.32 Propofol 40 mg
08.33 Atracurium 10 mg
08.40 Dexametason 5 mg
08.40 Metamizole 400 mg
08.45 Asam Traneksamat
500 mg
N TD
220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
Keseimbangan Cairan
BALANCE CAIRAN 1 2 3
BB : 18,5 kg Hb : 13,3 Kristaloid 200 cc 300 cc 500 cc
EBV : 1.387 cc Input Koloid 0 0 0
ABL (10) : 344 cc Darah 0 0 0
M: 58,5 cc Urine 100 cc 100 cc 250 cc
O: 55,5 cc Output Darah 10 cc 15 cc 25 cc
M+O 114 cc 228 cc 342 cc
Defisit / Excess Defisit / Excess Defisit / Excess
TOTAL
- 44 -73 -167
ANALISA DATA (INTRA ANESTESI)
Data Subyektif :
Data Obyektif
( √ ) KU Cukup, GCS 456 TD : 90/60 mmHg ( √ ) Skala nyeri = 1
( - ) Sesak (+) Nadi : 98x/mnt ( - ) Menggigil
( √ ) Terpasang O2 8 lpm SpO2 : 99 % ( - ) Mual & Muntah
RR : 20x/mnt (- ) Aldrete/Bromage skore= -
12.20 13.20 14.20
N TD
220
200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40
20
A. Bromage score Nilai
Jika terdapat gerakan penuh tungkai 3
Jika mampu fleksikan lutut ttp tidak bisa angkat tungkai 2
Jika tidak mampu memfleksikan lutut 1
Jika tidak mampu memfleksikan pergelangan kaki 0
Pasien boleh pindah ruang jika nilai bromage score ≥ 2
06-03-2023 1. Memonitoring suhu tubuh 06-03-2023 S : ibupasien mengatakan tubuh Ningsih
12.25 2. Memonitoring tanda dan gejala akibat 13.00 anaknya sudah lebih hangat
hipotermi
3. Memberikan selimut
4. Menyediakan lingkungan yang hangat
masalah teratasi
Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.
Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines
for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa,
Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
Dorland. (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorlana. Alih Bahasa: Dyah Nuswantari Ed. 25.
Jakarta: EGC
Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC.
Jakarta.
Long, Barbara. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Terjemahan: Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan. USA: CV Mosby