PENDAHULUAN
Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia
ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus
imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi
untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya. Selain itu, orang yang
mengalami atresia ani memerlukan asuhan keperawatan untuk mencapai
kesehatan yang lebih optimal.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas matakuliah Kperawatan Anak. Selain itu dengan disusunnya makalah ini
dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi penyusun dan umumya bagi
pambaca.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Atresia : tidak ada lubang ditempat yang seharusnya berlubang baik karena
cacat bawaan maupun terjadi kemudian, Ani dari kata anus yang berarti lubang
pelepasan atau dubur. Atresia ani: kelainan tidak adanya lubang pelepasan pada
daerah dubur(anus) yang sifatnya bawaan atau muncul kemudian.
Atresia Ani / Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara
congenital (Dorland, 1998).
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai
lubang keluar (Walley,1996).
Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani adalah tidak lengkapnya
perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal
(Suriadi,2001).
Ladd dan Gross (1966) membagi anus inperforata dalam 4 golongan,
yaitu:
1. Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus
2. Membran anus menetap
3. Anus inperforata dan ujung rectum yang buntu terletak pada bermacam-
macam jarak dari peritoneum
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum yang buntu
2
Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula, pada bayi wanita yang
sering ditemukan fisula rektovaginal (bayi buang air besar lewat vagina) dan
jarang rektoperineal, tidak pernah rektobrinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat
terjadi fistula rektourinarius dan berakhir dikandung kemih atau uretra serta jarang
rektoperineal.
Terdapat tiga macam letak
1. Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani
(m.puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit
perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertaidengan fistel ke
saluran kencing atau saluran genital
2. Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak
menembusnya
3. Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara
kulit dan ujungrectum paling jauh 1 cm.Pada wanita 90% dengan fistula ke
vagina/perineumPada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke
traktus urinarius
2.2. Etiologi
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi,
dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Menurut peneletian beberapa
ahli masih jarang terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab
atresia ani. Orang tua yang mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai
peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada anaknya saat kehamilan. 30% anak
yang mempunyai sindrom genetic, kelainan kromosom atau kelainan congenital
lain juga beresiko untuk menderita atresia ani.
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan.
2.3. Pathofisiologi
4
tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa
perut kembung, muntah berwarna hijau.
2.5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
1. Asidosis hiperkioremia.
2. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan
3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
5
6. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukana.
- Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi
di daerahtersebut.
- Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru
lahir dangambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus
impoefartus,p a d a bayi dengan anus impoefartus. Udara
b e r h e n t i t i b a - t i b a d i d a e r a h sigmoid, kolon/rectum.
- Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat
d e n g a n k e p a l a dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang
radio-opak, sehingga padafoto daerah antara benda radio-opak dengan
dengan bayangan udaratertinggi dapat diukur.
2.7. Penatalaksanaan
Medik:
6
2.8. Path Ways
Gangg. pertumbuhan
Fusi
Pembentukan anus dari tonjolan
embriogenik
ATRESI ANI
Mikroorganisme masuk
saluran kemih
Peningkatan tekanan Reabsorbsi sisa
intra abdominal metabolisme oleh tubuh
Dysuria
Mual, muntah
Keracunan
Operasi:
Anoplasti,
Colostomi Resiko nutrisi G3
kurang dr kebthan G3 rasa Eliminasi
nyaman Resti nyeri
BAK
Perubahan defekasi
Trauma jaringan
Pengeluaran tdk
terkontrol
7
2.9. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
1. Biodata klien
2. Riwayat keperawatana.
a. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
3. Riwayat psikologisKoping keluarga dalam menghadapi masalah
4.Riwayat tumbuh kembanga.
a. BB lahir abnormal
b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan
tumbuh kembangpernah mengalami trauma saat sakit
c. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartald. Sakit kehamilan tidak
keluar mekonium
5. Riwayat sosialHubungan social
6. Pemeriksaan fisik
8
Tujuan : Klien mampu mempertahankan pola eliminasi BAB dengan teratur.
Kriteria Hasil :
- Penurunan distensi abdomen.
- Meningkatnya kenyamanan.
Intervensi :
1. Lakukan enema atau irigasi rectal sesuai order
R/ Evaluasi bowel meningkatkan kenyaman pada anak.
2. Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam
R/ Meyakinkan berfungsinya usus
3. 3. Ukur lingkar abdomen
R/ Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya distensi
9
- Klien tidak lemas
Intervensi :
1. Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tenta ng
anatomi danfisiologi saluran pencernaan normal. Gunakan alay, media
dan gambar
R/ Agar orang tua mengerti kondisi klien
2. Beri jadwal studi diagnosa pada orang tua
R/ Pengetahuan tersebut diharapkan dapat membantu menurunkan
kecemasan
3. Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi
R/ Membantu mengurangi kecemasan klien
10
IV. Evaluasi
Pre Oprasi
1. Tidak terjadi konstipasi
2. Devisir volume cairan tidak terjadi
3. Lemas berkurang
Post Oprasi
1. Kerusakan intgritas kulit tidak terjadi
2. Klien mengalami pengetahun perawatan di rumah
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Atresia : tidak ada lubang ditempat yang seharusnya berlubang baik karena
cacat bawaan maupun terjadi kemudian, Ani dari kata anus yang berarti lubang
pelepasan atau dubur. Atresia ani: kelainan tidak adanya lubang pelepasan pada
daerah dubur(anus) yang sifatnya bawaan atau muncul kemudian.
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi,
dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik.
12
DAFTAR PUSTAKA
13