Anda di halaman 1dari 20

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A.

Definisi Cephalopelvic disproportion (CPD)


adalah disproporsi antara ukuran janin dan ukuran pelvis, yakni ukuran pelvis
tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin tertentu
melalui pelvis sampai terjadi kelahiran pervagina (Varney, 2007). B. Klasifikasi
Klasifikasi Panggul Sempit (Disproporsi Sefalo Pelvic) menurut Prawirohardjo
(2012) antara lain : a) Kesempitan pintu atas panggul (pelvic outlet) (1)
Pembagian intensitasan panggul sempit (a) Intensitas I : Conjugata Vera 9-10
cm = borderline (b) Intensitas II : Conjugata Vera 8-9 cm = relatif (c) Intensitas
III : Conjugata Vera 6-8 cm = ekstrim (d) Intensitas IV : Conjugata Vera 6 cm =
mutlak (absolut) (2) Pembagian menurut tindakan (a) Conjugata Vera 8-10 cm
= partus percobaan (b) Conjugata Vera 6-8 cm = SC primer (c) Conjugata Vera
6 cm = SC mutlak (absolut) (d) Inlet dianggap sempit bila Conjugata Vera C.
Etiologi Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul menurut
Munabi, Luboga, Luboobi, & Mirembe (2016) sebagai berikut : a. Kelainan
karena gangguan pertumbuhan 1. Panggul sempit seluruh : semua ukuran
kecil

2. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa 3.


Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuranmuka
belakang 4. Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul
sempit. 5. Panggul belah : symphyse terbuka b. Kelainan karena penyakit
tulang panggul atau sendi-sendinya 1. Panggul rachitis : panggul picak,
panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain 2. Panggul
osteomalacci : panggul sempit melintang 3. Radang articulatio sacroilliaca :
panggul sempit miring c. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang
belakang 1. Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul
corong 2. Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit
miring. d. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis,
luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring. e.
Fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul
Etiologi cephalopelvic disproportion (CPD) dibagi menjadi dua faktor yaitu
maternal dan janin. Cephalopelvic disproportion terjadi ketika ada gangguan
pada faktor maternal, janin, atau kombinasi keduanya (Cunningham et al.,
2014). Cephalopelvic Disproportion Absolut Cephalopelvic
disproportion absolut terjadi bila ukuran panggul terlalu sempit dan dapat
juga dikombinasi dengan ukuran janin terlalu besar. Faktor Maternal
(Passageway) Faktor Maternal yang dapat menyebabkan CPD absolut antara
lain: a. Panggul sempit baik diameter inlet, midpelvis, atau outlet b. Eksostosis
pelvis

5
c. Spondilolistesis d. Tumor di anterior sacrococcygeal Faktor Janin
(Passenger) Faktor janin yang dapat menyebabkan CPD absolut adalah
sebagai berikut: a. Makrosomia (berat janin >4.000 gram) b. Hidrosefalus
Cephalopelvic Disproportion Relatif Cephalopelvic disproportion relatif terjadi
akibat kelainan letak, posisi, atau defleksi kepala janin sehingga kepala tidak
dapat melewati panggul dan mempersulit persalinan per vaginam. Pada
beberapa literatur, beberapa penyebab CPD relatif dikelompokkan tersendiri
sebagai malpresentasi. Faktor janin yang menyebabkan CPD relatif adalah
sebagai berikut: a. Kepala janin tidak fleksi sempurna (defleksi) b. Presentasi
occiput-posterior c. Presentasi face-brow d. Ketidakmampuan kepala janin
untuk terkompresi (mold)/ molase menyesuaikan ukuran dan bentuk pintu
pelvis dikarenakan adanya suatu sindrom/ kelainan kongenital atau karena
proses osifikasi tulang. D. Faktor Risiko Faktor risiko yang berhubungan
dengan CPD antara lain usia ibu yang muda, tinggi badan yang rendah, tipe
pelvis tertentu, malnutrisi kronis pada ibu sebelum hamil, obesitas, diabetes
gestasional, riwayat terapi fertilitas, polihidramnion, riwayat SC sebelumnya,
dan usia kehamilan >41 minggu (Tsvieli, Sergienko, & Sheiner, 2012). 1. Usia

Risiko CPD meningkat pada ibu hamil usia muda dan usia remaja pada usia
<20 tahun. Penelitian di Romania dalam kurun waktu 2007-2014 menunjukkan
bahwa CPD sangat umum ditemukan pada ibu hamil berusia remaja. Pada usia
remaja, ukuran dan bentuk panggul belum berkembang secara sempurna
(Socolov et al., 2017). 2. Tinggi Badan Tinggi badan ibu yang ≤145 cm
menandakan ukuran panggul yang lebih sempit sehingga meningkatkan risiko
terjadinya CPD. Penelitian di Thailand dan Indonesia juga menunjukkan bahwa
ibu dengan tinggi badan ≤145 cm lebih berisiko mengalami CPD dan
meningkatkan angka persalinan dengan sectio caesarea (Sihombing, Saptarini,
& Putri, 2017; Toh-Adam, Srisupundit, & Tongsong, 2012). Tinggi badan ibu
hamil dapat memberikan gambaran ukuran panggul. Ibu hamil di
negaranegara Asia Tenggara mayoritas lebih pendek dibandingkan ibu hamil
di negara barat. Walaupun ukuran janinnya lebih kecil, namun ibu hamil
dengan tinggi badan ≤145 cm tetap memiliki risiko lebih tinggi dalam
mengalami partus macet (obstructed labor). Pada penelitian lain, angka
prevalensi cephalopelvic disproportion pada kelompok ibu dengan tinggi
badan ≤145 cm adalah sebesar 16,3% dengan odds ratio 2,4, sedangkan
angka prevalensi keseluruhan SC adalah 8,1% (Sihombing et al., 2017). 3. Tipe
Pelvis Tipe pelvis android dan platipeloid memiliki risiko yang lebih tinggi
mengalami CPD. Tipe pelvis ginekoid dan antropoid yang dapat ditemukan
pada 75% perempuan merupakan bentuk pelvis yang mempermudah proses
persalinan per vaginam (Sihombing et al., 2017). E. Patofisiologi Cephalopelvic
disproportion (CPD) adalah disproporsi antara ukuran janin dan ukuran pelvis,
yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi
keluarnya janin tertentu melalui pelvis sampai terjadi kelahiran pervagina. Dari
sini perlu dilakukan

pembedahan yang biasa disebut dengan setio caesaria. Sectio caesaria adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka perut dan dinding
uterus atau vagina atau suatu histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam
rahim. Dari sini klien mengalami adaptasi fisiologi dan psikologi (Pahlavi, Sari,
& Ramkita, 2017). Pada adaptasi fisiologi seperti terputusnya kontiunitas yang
dapat menyebabkan nyeri. Komplikasi, pendarahan, dan volume darah
menurun dapat menyebabkan resti kurang volume cairan serta jalan masuk
organisme dapat menyebabkan resti infeksi serta Hb turun, O2 dan nutrisi ke
sel berkurang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas, efek anestesi
menyebabkan peristaltik usus menurun serta apabila belum flaktus tidak
boleh makan minum akibatnya pemenuhan nutrisi bertahap dapat
menyebabkan terjadinya perubahan pola makan yang akan menyebabkan
munculnya konstipasi. Penurunan hormon estrogen dan progesteron dapat
menyebabkan multimulasi hipofisis anterior dan posterior menimbulkan
sekresi prolaktin yang menimbukan laktasi yang menyebabkan pengeluaran
ASI tidak lancar yang dapat menimbulkan pembengkakan payudara (Pahlavi
et al., 2017). Adaptasi psikologi itu ada taking in, taking hold dan letting go.
Kalau taking in dapat menyebabkan ketergantungan yang mengakibatkan
mobilitas fisik menurun yang dapat menyebabkan gangguan perawatan diri
sedangkan taking hold dan letting go kurangnya informasi yang dimiliki
pasien tentang perawatan bayi dan cara menyusui bayi yang benar
menyebabkan kurang pengetahuan tentang perawatan bayi dan cara
menyusui bayi yang benar (Pahlavi et al., 2017).

CPD Sectio cesar Insisi Abdomen

Adaptasi psikologi

Adaptasi fisiologi

Taking in

Terputusnya kontuitas
Komplikasi

Jalan masuk organisme

Penurunan hormone estrogen dan progesterone Ketergantungan

Nyeri

Perdarahan

Volume darah menurun

Resiko hipovolemia

Resiko infeksi

Multimulasi hipofisis anterior dan posterior

Hb menurun

Sekresi prolaktin

O2 dan nutrisi ke sel berkurang

Laktasi

Intoleransi aktivitas

Taking hold letting go

Pengeluaran ASI tidak lancar

Menyusui tidak efektif

Mobilisasi fisik menurun

Defisit perawatan diri

Kurang informasi tentang perawatan bayi dan cara menyusui bayi dengan
benar

Defisit pengetahuan
F. Komplikasi CPD dapat menyebabkan persalinan lama, yang dapat memicu
terjadinya perdarahan postpartum dan ruptur uteri. Komplikasi Maternal
Komplikasi maternal akibat partus macet pada CPD antara lain: 1. Ruptur uteri
2. Infeksi intrauterin 3. Trauma kandung kemih atau rektum akibat penekanan
kepala janin terlalu lama selama proses persalinan yang menimbulkan
inkontinensia atau fistula vesico-vagina atau recto-vagina. 4. Perdarahan
postpartum yang dapat berakibat syok hemoragik dan kematian 5.
Hipoglikemia 6. Gangguan kontraksi rahim 7. Laserasi vagina, perineum,
serviks 8. Fraktur sakrum dan coccyx Komplikasi pada Janin Komplikasi yang
dapat ditemukan pada janin adalah: 1. Asfiksia

10

2. Distosia bahu 3. Trauma pada persalinan : fraktur klavikula, cedera kepala


maupun servikal 4. Molase 5. Kerusakan jaringan otak 6. Prolaps tali pusat 7.
Kematian janin (Moegni, 2013)

G. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Radiologi Untuk Pelvimetri dibuat 2


buah foto a. Foto pintu atas panggul Ibu dalam posisi setengah duduk
(Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus diatas pintu atas panggul b.
Foto lateral Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal
pada trochanter maya samping H. Penatalaksanaan a. Persalinan Percobaan

11

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara


kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat
berlangsung per vaginam dengan selamat dapat dilakukan persalinan
percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi,
termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat diketahui
sebelum persalinan. Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak
belakang kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau
kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh
lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar
terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang menjadi
penyulit persalinan percobaan. Pada janin yang besar kesulitan dalam
melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam
proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu
sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas, kemudian
hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan
hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak
berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul,
sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang
dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil,
penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan
janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri,
penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu
depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan.
b. Seksio Sesarea Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul
berat dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.

Seksio

juga

dapat

dilakukan

pada

kesempitan

panggul

ringan

apabila

ada

komplikasi

seperti

12

primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per
vaginam belum dipenuhi. c. Simfisiotomi Tindakan ini dilakukan
dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis. Tindakan ini sudah
tidak dilakukan lagi. d. Kraniotomi dan Kleidotomi Pada janin yang
telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul
sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan
seksio sesarea. Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang
menentukan apakah anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak
faktor lain yang memegang peranan dalam prognosa persalinan. Bila
konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan
persalinan, pasti tidak disebabkan oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari
8,5 cm dan anak cukup bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut. 1) CV
8,5 – 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan
partus spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan secio
caesaria sekunder atas indikasi obstetric lainnya 2) CV = 6 -8,5 cm dilakukan
SC primer 3) CV=6 cm dilakukan SC primer mutlak. Disamping hal-hal
tersebut diatas juga tergantung pada:

13

a. His atau tenaga yang mendorong anak. b. Besarnya janin, presentasi dan
posisi janin c. Bentuk panggul d. Umur ibu dan anak berharga e. Penyakit ibu I.
Diagnosa Keperawatan Diagnosis keperawatan adalah pernyataan mengenai
masalah kesehatan klien yang aktual atau potensial yang dapat dikelola
melalui intervensi keperawatan mandiri. Diagnosis keperawatan adalah
pernyaataan yang ringkas, jelas, berpusat pada klien dan spesifik pada klien
(Rosdahl & Kowalski, 2014): A. Nyeri B. Resiko hipovolemia C. Resiko infeksi D.
Intoleransi aktivitas E. Menyusui tidak efektif F. Defisit perawatan diri G. Defisit
pengetahuan

14

Sumber: (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) J. SLKI dan SIKI No 1

SDKI Nyeri

SLKI Setelah

SIKI dilakukan Manajemen nyeri

tindakan keperawatan 3 x Observasi : 24 jam maka tingkat nyeri - Identifikasi

lokasi,

menurun dengan kriteria

durasi,

hasil :
intensitas nyeri

- Keluhan

nyeri

cukup

menurun - Meringis

dan

- Identifikasi skala nyeri

- Identifikasi factor yang memperberat dan

- Gelisah cukup menurun menurun

kualitas,

cukup - Identifikasi respon nyeri non verbal

menurun - Kesulitan

frekwensi,

karakteristik,

memperingan nyeri

Tidur Terapeutik - Berikan teknik non farmakologi (terapi

music,

kompres

hangat,

kompres dingin, teknik relaksasi napas dalam) - Kontrol

lingkungan
yang

memperberat rasa nyeri

15

- Fasilitasi istirahat dan tidur - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

dalam

pemilihan

strategi

meredakan nyeri Edukasi - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri -


Jelaskan strategi meredakan nyeri Kolaborasi - Kolaborasi

pemberian

analgetik,

bila perlu

16

Resiko

Setelah

dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)

hipovolemia

tindakan keperawatan 3 x Observasi 24 jam maka status cairan -

Periksa

tanda

dan
gejala

membaik dengan kriteria

hypovolemia (mis.fruekensi nadi

hasil :

meningkat, nadi teraba lemah,

- Turgor kulit

tekanan darah menurun, turgor kulit menurun, membrane mukosa

cukup meningkat

kering,

- Edema perifer cukup

volume

urin

menurun,

haus, lemah)

menurun -

Monitor intake dan output cairan

Monitor fruekensi dan kekuatan nadi

Monitor tekanan darah

Monitor waktu pengisian kapiler


-

Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urine

Terapeutik -

Hitung kebutuham cairan

Edukasi

17

Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

Kolaborasi -

Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)

Kolaborasi

pemberian

cairan

IV

hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 3

Resiko infeksi

monitor 0,4%) dilakukan Pencegahan infeksi

Setelah

tindakan keperawatan 3 x Observasi 24

jam
maka

resiko -

infeksi berkurang dengan kriteria hasil : - Demam: menurun - Kemerahan :


menurun - Nyeri : menurun

Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik

Terapeutik -

Batasi jumlah pengunjung

Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan

- Bengkak: menurun

pasien -

Pertahankan teknik aseptic pada pasien resiko tinggi

Edukasi -

Ajarkan cara cuci tangan yang benar

18

Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi 4

Manajemen energi

Intoleransi
Setelah

aktivitas

tindakan keperawatan 3 x

Observasi

24 jam maka toleransi

aktivitas

dilakukan

Kolaborasi pemberian imunisasi

Keluhan

lelah

menurun -

Kecepatan

mengakibatkan kelelahan

meningkat

dengan kriteria hasil :

berjalan

Monitor kelelahan fisik dan emosional

Monitor pola dan jam tidur


-

Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

meningkat -

Jarak

berjalan

meningkat -

Frekuensi membaik

Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang

Terapeutik -

Sediakan

lingkungan

nyaman

dan

rendah stimulus nadi

Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif

Berikan

aktivitas

distraksi

yang
menenangkan

19

Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi -

Anjurkan tirah baring

Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

Anjurkan menghubungi perawat jika tanda

dan

gejala

kelelahan

tidak

koping

untuk

berkurang -

Ajarkan

strategi

mengurangi kelelahan Kolaborasi -

Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

5
dilakukan Menyusui tidak Setelah tindakan keperawatan 3 x efektif 24 jam
maka status menyusui

meningkat

dengan kriteria hasil :

Edukasi menyusui Observasi - Identifikasi Kesiapan dan kemampuan


menerima informasi Terapeutik - Dukung ibu meningkatkan kepercayaan

20

- Perlekatan bayi pada

diri dalam menyusui

payudara ibu :

- Libatkan system pendukung

Meningkat

Edukasi

- Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar: meningkat

- Berikan konseling menyusui - Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi -
Ajarkan perawatan payudara antepartum

- Berat badan bayi: meningkat

- Ajarkan perawatan payudara post partum

- Suplai asi adekuat: meningkat 6

Defisit perawatan diri

Setelah

dilakukan

Dukungan Perawatan Diri


tindakan keperawatan 3 x

Observasi:

24 jam maka perawatan

- Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan

diri meningkat dengan kriteria hasil : - Kemampuan mandi meningkat -


Kemampuan mengenakan pakaian meningkat

diri sesuai usia - Monitor tingkat kemandirian - Identifikasi kebutuhan alat


bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan Terapeutik: - Sediakan
lingkungan yang teraupetik

21

- Kemampuan makan meningkat

- Siapkan keperluan pribadi - Dampingi dalam melakukan perawatan

- Kemampuan ke toilet (BAB/ BAK)

diri sampai mandiri - Fasilitasi untuk menerima keadaan

meningkat

ketergantungan - Jadwalkan rutinitas perawatan diri Edukasi - Anjurkan


melakukan perawatan diri

Defisit pengetahuan

tindakan keperawatan 3 x

Observasi

(D.0111)

24 jam maka Tingkat


-

pengetahuan

dilakukan

secara konsisten sesuai kemampuan Edukasi Kesehatan (I.12383)

Setelah

menerima informasi

meningkat

dengan kriteria hasil : Perilaku

Pertanyaan

Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan

sesuai

dan

menurunkan

motivasi perilaku hidup bersih dan

anjuran meningkat (5) -

Identifikasi kesiapan dan kemampuan

sehat

tentang

masalah yang dihadapi Terapeutik -

menurun (5) -
Persepsi yang keliru terhadap

masalah -

Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan Jadwalkan pendidikan


kesehatan sesuai

22

menurun (5)

kesepakatan -

Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi -

Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup


bersih dan sehat

Sumber: (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018; Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)

23

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Spong, C. Y., Dashe, J. S.,
Hoffman, B. L., … Sheffield, J. S. (2014). Williams Obstetrics (24th ed.). United
States of America: McGraw-Hill Education. Moegni, E. dan O. (2013).
Kontrasepsi. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan
Rujukan, 231–256. Munabi, I. G., Luboga, S. A., Luboobi, L., & Mirembe, F.
(2016). Association between Maternal Pelvis Height and Intrapartum Foetal
Head Moulding in Ugandan Mothers with Spontaneous Vertex Deliveries.
Obstetrics and Gynecology International, 2016, 7–9.
https://doi.org/10.1155/2016/3815295 Pahlavi, I. R., Sari, R. D. P., & Ramkita,
N. (2017). Multigravida dengan Riwayat Sectio Caesarea Atas Indikasi
Disproporsi Kepala Panggul dengan Penyerta Tumor Paru, Kekurangan Energi
Kronik dan Anemia Berat. Jurnal Medula, 7(4), 30–36. Prawirohardjo, S. (2012).
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2nd ed.).
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku
Ajar Keperawatan Dasar (10th ed.). Jakarta: EGC. Sihombing, N., Saptarini, I., &
Putri, D. S. K. (2017). The Determinants of Sectio Caesarea Labor in Indonesia
( Further Analysis of Riskesdas 2013). Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 63–
75. https://doi.org/10.22435/kespro.v8i1.6641.63-75 Socolov, D. G., Iorga, M.,
Carauleanu, A., Ilea, C., Blidaru, I., Boiculese, L., & Socolov, R. V. (2017).
Pregnancy during Adolescence and Associated Risks: An 8-Year HospitalBased
Cohort Study (2007-2014) in Romania, the Country with the Highest Rate of
Teenage Pregnancy in Europe. BioMed Research International, 2017.
https://doi.org/10.1155/2017/9205016 Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017).
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta Selatan: DPP PPNI. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.).

Anda mungkin juga menyukai