DYSTOSIA
Disusun untuk memenuhi tugas Blok Sistem Reproduksi
Oleh:
WAHYUNI
135070201111006
KELOMPOK 5 REGULER
1. DEFINISI
Distosia berasal dari bahasa Yunani, Dys atau dus berarti buruk atau
jelek, tosia berasal dari tocos yang berarti persalinan, sehingga
distosia merupakan persalinan yang sulit, tidak ada kemajuan dalam
persalinan atau merupakan persalinan yang membawa satu akibat
buruk bagi janin maupun ibu (Winkjosastro et al, 2006).
Secara harafiah, distosia berarti persalinan sulit yang ditandai oleh
terlalu lambatnya kemajuan persalinan (Cunningham, et al., 2010).
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang
timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima factor
persalinan (Bobak, 2004).
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau
abnormal, yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan
dengan 5 faktor persalinan sebagai berikut:
a. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif
atau akibat upaya mengedan ibu (kekuatan/power)
b. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)
c. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi
besar, dan jumlah bayi
d. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
e. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan
dengan pengalaman, persiapan, budaya, serta sistem pendukung
2. ETIOLOGI
Distosia terjadi karena beberapa faktor, yaitu kelainan power,
passage, dan passanger:
a.) Kelainan Power
Power adalah kekuatan ibu mendorong janin, yaitu kekuatan his
dan kekuatan ibu dalam mengejan. His normal yaitu his yang
timbul dominan pada fundus uteri, simetris, kekuatannya semakin
lama semakin kuat dan sering serta mengalami fase relaksasi
yang baik. Kelainan his ini dapat berupa inersia uteri hipertonik
atau inersia uteri hipotonik. Kontraksi uterus atau his secara
normal terjadi pada awal persalinan yakni pada kala 1, pada awal
kala 1 his yang timbul masih jarang yaitu 1 kali dalam 15 menit
dengan kekuatan 20 detik, his ini semakin lama
akan timbul
maka
persalinan
dilakukan
dengan
menggunakan
dikanan atau dikiri lintang atau dikanan atau kiri belakang, setelah
kepala memasuki bidang tengah panggul (Hodge III), kepala akan
memutar ke depan akibat terbentur spina ischiadika sehingga
ubun-ubun kecil berada didepan (putaran paksi dalam), namun
terkadang tidak terjadi putaran sehingga ubun-ubun kecil tetap
berada dibelakang atau melintang, keadaaan ini disebut dengan
deep
transvere
arrest,
oksipitalis
posterior
persisten
atau
satu
kelainan
janin,
kedudukan
presentasi
sementara
belakang
sehingga
kepala
dan
keadaan
biasanya
dapat
presentasi
muka
dimana
letak
janin
janin,
hal
ini
merupakan
keadaan
dimana
cairan
kematian
maternal
akibat
komplikasi
kehamilan
dan
lain
7,9%.1
primigravida
sebesar
66,7%.
Angka
ini
menunjukkan
Sebagai
mengidentifikasi
contoh,
0,9
persen
Gross
dari
dan
rekan
hampir
(1987)
11.000
berhasil
persalinan
untuk
melahirkan
bahu
hanya ditemukan
pada
24
antara
0,6
sampai1,4
persen
(American
College
of
McFarland et al, 1995; Nocon et al, 1993). Berkisar dari 1 per 1000
bayi dengan berat badan kurang dari 3,500g, sampai 16 per 1000
bayi yang lahir di atas 4000 g. Di samping banyak studi untuk
mengidentifikasi faktor predisposisi distosia bahu, lebih dari 50%
kasus terjadi tanpa adanya faktor risiko.
4. KLASIFIKASI
a. Persalinan disfungsional ( distosia
karena
kelainan
kekuatan)
Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang
menghambat
kemajuan
dilatasi
serviks
normal,
kemajuan
mendorong
sampai
ke
servik.
Uterus
mungkin
segitiga
kemudian
berubah
menjadi
presentasi
muka
atau
fundus.
Letak lintang
Letak lintang
ialah
suatu
keadaan
dimana
janin
kembar,kelainan
bentuk
rahim
seperti
uterus
arkuatus/uterus subseptus.
Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga
panggul dijumpai tangan, lengan/kaki, atau keadaan dimana
disamping bokong janin dijumpai tangan. Presentasi ganda
terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup sempurna oleh
kepala atau bokong, misalnya pada seorang multipara dengan
kekuatan
kontraksi
selama
persalinan
dan
sternocleidomastoideus.
Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan
cairan serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala
menjadi besar sehingga terjadi pelebaran sutura-sutura dan
ubun-ubun.
Hidrosefalus
akan
menyebabkan
disproporsi
sefalopelvic.
Kelainan bentuk janin yang lain
Janin kembar melekat (double master)
Torakopagus (pelekatan pada dada) merupakan janin kembar
melekat yang paling sering menimbulkan kesukaran persalinan.
Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari
asites atau tumor hati, limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali
dijumpai.
Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati
bagian terendah janin didalam jalan lahir setelah ketuban
pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus funikuli sangat
berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat
terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan
akibat gangguan oksigenasi. Prolaksus funikuli dan turunnya
tali pusat disebabkan oleh gangguan adaptasi bagian bawah
janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak
tertutup oleh bagian bawah janin.
d. Distosia karena kelainan posisi ibu
Posisi bisa menimbulkan dampak positif
dan
negatif
pada
Cemas
juga
berkaitan
menyebabkan
dengan
peningkatan
hormon
level
(seperti:
strees
yang
endorphin,
dan
Nulliparas
< 20 jam
Multiparas
> 14 jam
prolonged
Fase dilatasi aktif
<1.2 cm/jam
<1.5 cm/jam
protracted
Secondary
2 jam
2 jam
no change
Protracted descent
Arrest of descent
Persalinan
< 1 cm/jam
1 jam
>5 cm /hari
< 2 cm/jam
1/2 jam
10 cm /hari
precipitous
Failure of descent
Tidak
laten
arrest:
ada
perubahan
selama
fase
preeklampsia
gizi. Stenosis
pada
dan
vulva
terkadang
terjadi
karena
akibat
gangguan
perlukaan
dan
yang
menimbulkan
neoplasma
jarang
ditemukan.
kesulitan. Tumor
Yang
sering
dalam
ditemukan
merupakan
lembaran
kertas
dibawah
kepala
uteri
menyebabkan
merupakan
distosia
tumor
apabila
pada
uteri
yang
dapat
mioma
uteri
menghalangi
c. Nulipara
Tapi faktor-faktor tersebut tidak memiliki nilai yang cukup prediktif
untuk dijadikan sebagai skrining awal terjadinya distosia (Ould El
Joud & Bouvier-Colle, 2001).
Gilbert (2007) menyatakan beberapa faktor yang dicurigai dapat
meningkatkan resiko terjadinya distosia uterus sebagai berikut:
a) Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)
b) Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital,
c)
d)
e)
f)
kecemasan
g) Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya
Faktor risiko lain untuk distosia antara lain:
Kelainan bentuk panggul, diabetes gestasional, kehamilan
postmature, riwayat persalinan dengan distosia bahu dan ibu yang
pendek.
Maternal:
Kelainan anatomi
panggul,
diabetes
gestational,
kehamilan
sungsang
dan
jumlah
kehamilan
serta
adanya
kelainan
kongenital lain
Pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi
dan posisi janin
2) Ultrasonografi (USG): Menggunakan gelombang suara yang
dipantulkan
untuk
membentuk
gambaran
bayi
di
layar
kandungan.
Masalah dengan plasenta. USG dapat menilai kondisi plaasenta
bayi
dalam
pada
Leopold
teraba
kepala
dalam
perlu
diadakan.
Apabila
persalinan
nyeri
Penatalaksanaan
menyingkirkan
dan
menyebabkan
disfungsi
uterus
kemungkinan
wanita
hipotonik
disproporsi
tertidur.
biasanya
sefalopelvis (CPD)
serviks,
apakah
gangguan
pembukaan
seperti:
persalinan
pervaginam
tidak
mungkin
dan
harus
tindakan
untuk
mempercepat
jalannya
yang
persalinan
agar
ubun-ubun
kecil
dapat
diputar
kedepan.
presentasi
belakang
kepala
tidak
perlu
dilakukan
lahir
dalam
presentasi
dahi
menunjukkan
kaput
a. Dalam kehamilan
Mengingat bahayanya,
sungsang
sebaiknya
dihindarkan.
Untuk
persalinan
itu
dalam
sewaktu
letak
pemeriksaan
menunggu
sambil
mengawasi
kemajuan
persalinan,
pada
pemeriksaan
antenatal
ditemukan
letak
tindakan
untuk
mempercepat
persalinan
hanya
transabdominal
dengan
jarum spinal
juga
dianjurkan.
Prolaksus funikuli
Pada prolaksus funikuli janin menghadapi bahaya hipoksia,
karena tali pusat akan terjepit antara bagian terendah janin dan
jalan lahir. Apabila tali pusat masih berdenyut tapi pembukaan
belum lengkap tindakan yang harus dilakukan adalah reposisi tali
pusat atau seksio sesaria.
Penanganan Umum
a. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
b. Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
c. Kolaborasi dalam pemberian :
Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
Berikan analgesiaberupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM)
atau morvin 10 mg (IM)
d. Perbaiki keadaan umum
Penanganan Khusus
a. Kelainan His
DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
Pemeriksaan dalam
b. Kelainan janin
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan luar
MRI
Komplikasi
Komplikasi Maternal
Rupture Uteri
Komplikasi Fetal
Fraktura Clavicle
Kematian janin
Fraktura humerus
11.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan
A. Identitas Klien (nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,
agama, suku/ bangsa)
B. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama : Biasanya
dalam
kehamilan
sekarang
ada
sebelumnya,
biasanya
ada
penyulit
persalinan
F. Pemerikasaan Fisik
Kepala
Muka pucat
Mata
Biasanya konjungtiva anemis
Thorak
Inpeksi
pernafasan
Frekuensi,
kedalam,
jenis
pernafasan,
atau
perabaab
lembek,
pada
biasanya
simpisis
anak
biasanya
kembar/
blas
tidak,
penuh/
tidak
lakukan
untuk
8) Pola reproduksi
Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi
multipel.
9) Pola kognitif-perseptual
Biasanya tidak ada masalah dengan alat indra.
10)
Pola coping
Klien biasanya tampak cemas dan ketakutan
11)
Pola keyakinan
Pada keadaan ini klien susah menjalankan kewajibannya dalam
beribadah karena sakit yang ia alami
Analisa Data
MASALAH
DATA
O
1.
ETIOLOGI
Etiologi dan faktor risiko
DS:
Klien mengeluh nyeri
DO:
Peningkatan
tekanan darah
Wajah tegang dan
gelisah
KEPERAWATA
N
Nyeri Akut
Pervaginam
Malposisi/malpresentasi bayi
dan bentuk panggul ibu sempit
2.
DS:
Nyeri Akut
Etiologi dan faktor risiko
Risiko
Pasien mengeluh
gangguan
merasakan
hubungan ibu
kenceng-kenceng
Pasien mengeluh
respon psikologis)
janin
keletihan
DO:
Persalinan lama
Penekanan kepala
janin pada panggul
Laserasi jalan lahir
ibu
Prolaps organ
panggul
Hipoksia pada janin
3.
DS:
DO:
Dilakukan persalinan
SC
Peningkatan
tubuh
suhu
Dilakukan SC
Risiko Infeksi
Risiko infeksi
4.
DS:
Klien mengeluh
badannya lemas
Klien mengatakan
Ansietas
respon psikologis)
buruk
Upaya mengejan yang lama
DO:
Wajah klien tampak
pucat
Wajah klien tampak
tegang
Prioritas Diagnosa
1. Nyeri akut b.d agen injuri (laserasi jalan lahir)
2. Risiko gangguan hubungan ibu janin janin ditandai dengan prolaps
organ panggul dan hipoksia janin.
3. Risiko infeksi b.d prosedur invasif (persalinan SC)
4. Ansietas b.d ancaman pada status kesehatan yang ditandai
dengan persalinan yang lama
Rencana Keperawatan
Diagnosa 1
Nyeri akut b.d agen injuri (laserasi jalan lahir)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan klien melaporkan nyeri berkurang
Kriteria Hasil : Pada evaluasi hasil didapatkan skor 4 pada indikator
NOC
INDIKATOR
O
1.
2.
3.
Melaporkan nyeri
Panjang episode nyeri
Wajah mengekspresikan
nyeri
4. Gelisah
5. Tekanan darah
Ket: 1) severe, 2) substantial, 3) moderate, 4) mild, 5) none
NOC: Comforf Status
N
INDIKATOR
O
1.
2.
3.
4.
5.
Kontrol gejala
Dukungan sosial dari keluarga
Hubungan sosial
Perawatan sesuai dengan kebutuhan
Kemampuan
mengkomunikasikan
kebutuhan
Ket: 1) severely compromised, 2) substantially compromised, 3)
moderatly compromised, 4) mildly compromised, 5) no compromised
NIC : Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Kurangi faktor presipitasi
4. Pilih dan lakukan penangan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi,
dan interpersonal)
5. Tingkatkan istirahat
3. Membantu
pasien
duduk
di
samping
tempat
tidur
untuk
Indikator
Frekuensi kontraksi
uterus
Durasi kontraksi uterus
Intensitas kontraksi
uterus
Kemajuan dilatasi servik
Keterangan :
1) Severe deviation from normal range
2) Substantial deviation from normal range
3) Moderate deviation from normal range
4) Mild deviation from normal range
5) No deviation from normal range
NIC : Labour induction
1. Kaji riwayat kehamilan untuk informasi yang berkaitan yang dapat
mempengaruhi induksi.
2. Pantau TTV ibu dan janin sebelum induksi.
3. Lakukan atau membantu dengan farmakologi (laminaria dan
prostaglandin gel) untuk meningktakan kesiapan serviks.
4. Amati onset dan perubahan aktivitas uterus.
5. Lakukan pemberian secara IV (oksitosin) untuk merangsang aktivitas
uterus.
6. Memantau kemajuan persalinan untuk menjadi pengingat tanda dari
kemajuan persalinan normal.
7. mengevaluasi kembali status serviks dan memverifikasi presentasi
sebelum memulai langkah-langkah induksi lanjut.
Diagnosa 3
Risiko infeksi b.d prosedur invasif (persalinan SC)
Tujuan
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24jam,
INDIKATOR
O
1. Kulit abras
2. Panas
3. Trauma abdominal
Ket: 1) severe, 2) substantial, 3) moderate, 4) mild, 5) none
NIC: Incision Site Care
1. Inspeksi area insisi terhadap kemerahan, pembengkakan, atau
tanda dehiscence atau evisceration
2. Mencatat karakteristik setiap drainage
3. Monitor proses penyembulan area insisi
4. Membersihkan area sekitar insisi dengan solusi pembersihan yang
5.
6.
7.
8.
9.
tepat
Monitor tanda dan gejala infeksi
Membersihkan area insisi jika ada drainage
Menggunakan salep antiseptik sesuai permintaan
Mengganti balutan secara interval
Menggunakan balutan yang teapt untuk melindungi insisi
Diagnosa 4
Ansietas b.d ancaman pada status kesehatan yang ditandai dengan
persalinan yang lama
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1x24 jam.
Diharapkan kecemasan dan ketakutan klien berkurang
Kriteria Hasil: Didapatkan skor 4 pada indikator NOC
NOC: Anxiety Self- Control
No
Indikator
.
1.
2.
3.
kecemasan
Merencanakan strategi koping
4.
5.
takut
Dorong keluarga untuk menemani pasien
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan kecemasan
Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
Cuningham F G, Norman F, Kenneth J, Larry C, John C, Katharine D, et al.
2010. Abnormal