BATU PYELUM
RSSA Malang
Oleh :
Wahyuni
NIM 135070201111006
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PADA PASIEN TN. IS DENGAN BATU PYELUM
Disusun untuk memenuhi Tugas Profesi di Ruang 19 RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun oleh :
Wahyuni 135070201111006
Hari :
Tanggal :
( ) ( )
NIP NIP
Mengetahui
Kepala Ruang 19
RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
( )
NIP
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN
Ruang : 19 Minggu :
- Memasang infus
- Melakukan transfusi darah
- Mengambil darah intra arteri
- Mengambil darah vena
- Memasang NGT
- Memberikan cairan makanan per
sonde
- Melakukan katerisasi urin
- Menyiapkan pasien untuk
pemeriksaan diagnostic
- Melakukan keterampilan dan
prosedur kepada pasien dengan
masalah transportasi gas (melalui
kanula binasal, melalui NRBM
dan RBM)
- Memberikan latihan nafas dalam
dan batuk efektif untuk
mengeluarkan sekret
- Melakukan suction
- Memberikan pendidikan
kesehatan kepada Pasien (misal
dialisis peritoneal, DM, GGK dll).
- Mengenali suara jantung notmal
- Mengenali suara paru normal
- Memberikan posisi yang benar
pada pasien yang sesak nafas dll
- Melakukan pemeriksaan EKG
- Mengukur CVP
- Mengukur GCS
- Menyiapkan pasien untuk tes
alergi
- Memberikan kompres hangat
- Memberikan posisi yg benar pada
pasien yg sesak nafas
- Melakukan terapi insulin melaui
pen dan drip
- Melakukan monitoring dan
kecukupan nutrisi
- Mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
- Menyusun discharge planning
- Melakukan nebulizer
- Menghitung bising usus
- Melakukan GC
- Menghitung jumlah darah pada
kasus IVH
- Merawat luka dengan teknik
aseptik
Mengetahui
Preseptor R. 19 Mahasiswa
. Wahyuni
NIM 135070201111006
LAPORAN PENDAHULUAN
ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya lebih kurang 25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada
rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung
kemih. Lapisan dinding ureter terdiri dari :
DEFINISI
Batu saluran kemih dapat ditemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks
ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun
ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang
terbentuk di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000).
Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan
aliran kemih atau infeksi (Hassan, 1985)
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu
kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan
dapat terbentuk pada :
1. Ginjal (Nefrolithiasis)
2. Ureter (Ureterolithiasis)
3. Vesica urinaria (Vesicolithiasis)
4. Uretra (Urethrolithiasis). (Hassan, 1985)
ETIOLOGI
Menurut Williams (2012) Penyebab dari batu terdiri daripada beberapa hal yang sangat
kompleks dan dijelaskan seperti berikut :
Diet
Defisiensi vitamin A menyebabkan terjadinya deskuamasi lapisan epitel sehingga
terbentuknya nidus yang terdeposisi menjadi batu. Mekanisme ini biasanya aktif terjadi pada
pembentukan batu bulu-bulu (vesikolithiasis) (Williams, 2012).
Gangguan pengendapan urin dan koloid
Dehidrasi mengakibatkan larutan urin terkonsentrasi sehingga terbentuk persipitat.
Kurangnya koloid urin yang berfungsi menyerap bahan larut, atau mukoprotein, yang
memecahkan kalsium, akan terkristalisasi sehingga membentuk batu (Williams, 2012).
Kekurangan sitrat pada urin
Adanya sitrat pada urin, sekitar 300 900 mg per 24 jam (1, 6 4, 7 mmol per 24 jam) yang
terdiri dari asam sitrus menyebabkan kalsium fosfat tidak larut dan mempertahankan sitrat
dalam larutan (Purnomo, 2003 dan Williams, 2012).
Infeksi pada ginjal
Infeksi rentan menyebabkan pembentukan batu saluran kemih. Baik secara klinis maupun
eksperimental sudah membuktikan bahwa batu sangat sering terjadi apaila air kemih
terinfeksi dengan adanya streptococci pemecah-urea, staphylococci dan terutamanya
Proteus spp (Purnomo, 2003 dan Williams, 2012).
Stasis Urin dan Inadequasi Drainase Urin
Secara teoritis batu dapat terbentuk di saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang
sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin), yaitu pada sistem kalises ginjal atau
buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada sistem pelvikalises (stenosis uretero-pelvis),
divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura,
dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu (Purnomo, 2003 dan Williams, 2012).
Immobilisasi yang Lama
Immobilisasi sangat rentan untuk menyebabkan dekalsifikasi tulang dan meningkatkan
ekskresi kalsium pada urin sehingga memicu pembentukan batu kalsium fosfat (Purnomo,
2003 dan Williams, 2012).
Hiperparatiroidisme
Hiperparatiroidisme yang mengakibatkan terjadinya hiperkalsemia dan hiperkalsuria
ditemukan pada 5 persen atau kurang penderita BSK dengan gambaran batu radiopak pada
pemeriksaan foto polos abdomen. Pada kasus-kasus batu rekuren atau batu multipel,
penyebab ini harus disingkirkan dengan pemeriksaan yang tertentu (Purnomo, 2003 dan
Williams, 2012).
FAKTOR RISIKO
Menurut Purnomo (2003) terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya
dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
a. Faktor intrinsic
1. Herediter (keturunan)
Studi menunjukkan bahwa penyakit batu diwariskan. Untuk jenis batu umum
penyakit, individu dengan riwayat keluarga penyakit batu memiliki risiko dua kali lipat lebih
tinggi menjadi batu bekas. Ini risiko yang lebih tinggi mungkin karena kombinasi dari
predisposisi genetik dan eksposur lingkungan yang sama (misalnya, diet). Meskipun
beberapa faktor genetik telah jelas berhubungan dengan bentuk yang jarang dari
nefrolisiasis, (misalnya, cystinuria), informasi masih terbatas pada gen yang berkontribusi
terhadap risiko bentuk umum dari penyakit batu (Pearle, 2009).
2. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. Untuk pria, insiden
mulai meningkat setelah usia 20, puncak antara 40 dan 60 tahun. Untuk wanita, tingkat
insiden tampaknya lebih tinggi pada akhir 20-an pada usia 50, sisa yang relatif konstan
selama beberapa dekade berikutnya (Purnomo, 2003 dan Pearle, 2009).
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan.
b. Faktor Ekstrinsik
1. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang
lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk
batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpaipenyakit batu
saluran kemih.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet
Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran
kemih.
5. Pekerjaan
Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk dan kurang aktifitas atau
sedentary life.
KLASIFIKASI
1) Batu kalsium
Kalsium adalah batu yang paling banyak menyebabkan BSK (70%-80%). Dijumpai
dalam bentuk batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran. Terbentuknya batu
terkait kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi, overdosis
vit D, gangguan kelenjar paratiroid, kanker, penyakit ginjal. Batu kalsium terdiri dari dua tipe :
(Purnomo, 2003).
Whewellite (monohidrat): batu padat, konsentrasi as. oksalat tinggi pada air kemih.
Kombinasi kalsium - magnesium menjadi weddllite (dehidrat): kuning, mudah hancur
(Purnomo, 2003).
Faktor terjadinya batu oksalat adalah sebagi berikut: (Purnomo, 2003)
4) Batu Sistin
Batu Sistin terjadi saat kehamilan, disebabkan gangguan ginjal, kelainan metabolism
sistin yaitu kelainan absorpsi sistin di mukosa usus.. Merupakan batu yang jarang dijumpai
dengan insiden 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan ornithine berkurang,
pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine asam (Pearl,
2012). Pembentukan batu dapat terjadi karena urine sangat jenuh, individu yang memiliki
riwayat batu sebelumnya, individu yang statis karena imobilitas. Batu lainnya : batu xantin
(defisiensi enzim xantin oksidase), triamteren, silikat
PATOFISIOLOGI
Terbentuknya batu biasanya terjadi air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat
membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang
normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk
asam urat, sistin dan mineral struvit.
MANIFESTASI KLINIS
Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala
berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada
penderita batu ginjal antara lain :
Ukuran dan letak batu biasanya menentukan perubahan patologis yang terjadi pada traktus
urinarius :
a. Pada ginjal yang terkena
- Obstruksi
- Infeksi
- Epitel pelvis dan calis ginja menjadi tipis dan rapuh.
- Iskemia parenkim.
- Metaplasia
b. Pada ginjal yang berlawanan
- Compensatory hypertrophy
- Dapat menjadi bilateral
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Anamnesis
Hal-hal yang perlu digali dalam anamnesis adalah usia, ukuran batu, jumlah batu, ginjal
yang dipengaruhi oleh batu, batu keluar spontan atau dilakukan intervensi, infeksi terkait, gejala
yang terjadi, penyakit penyerta Chrohns disease, colectomy, sarcoidosis, hyperparathyroidism,
hyperthyroidism, gout, riwayat keluarga yang mengalami batu saluran kemih, riwayat
pemakaian obatAcetazolamide, asam askorbat, kortikosteroid, antasida yang mengandung
kalsium, triamterene, acyclovir, indinavir. Juga perlu ditanyakan pekerjaan dan gaya hidup
(Pahira, J dan Pevzner, 2008).
2. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik antara lain (Stoller, 2013 dan Lingga, 2001):
a. Kadang-kadang teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.
b. Nyeri tekan/ketok pada pinggang.
c. Batu uretra anterior bisa di raba.
d.Pada keadaan akut paling sering ditemukan adalah ketegangan oto kelembutan
dipinggul (flank tenderness), ini disebabkan oleh hidronefrosis akibat obstruksi
sementara yaitu saat batu melewati ureter menuju kandung kemih.
3. Laboratorium
Pada urin biasanya dijumpai hematuria dan kadang-kadang kristaluria. Hematuria biasanya
terlihat secara mikroskopis, dan derajat hematuria bukan merupakan ukuran untuk
memperkirakan besar batu atau kemungkinan lewatnya suatu batu. Tidak adanya hematuria
dapat menyokong adanya suatu obstruksi komplit, dan ketiadaan ini juga biasanya
berhubungan dengan penyakit batu yang tidak aktif. Pada pemeriksaan sedimen urin, jenis
kristal yang ditemukan dapat memberi petunjuk jenis batu. Pemeriksaan pH urin < 5
menyokong suatu batu asam urat, sedangkan bila terjadi peningkatan pH (7) menyokong
adanya organisme pemecah urea seperti Proteus sp, Klebsiella sp, Pseudomonas spdan batu
struvit (Purnomo, 2003 dan Sjamsuhidayat, 2003).
4. Radiologis
Ada beberapa jenis pemeriksaan radiologis yaitu menurut Purnomo (2003) dan
Sjamsuhidayat (2003).:
a. Foto polos abdomen
Foto polos abdomen dapat menentukan besar, macam dan lokasi batu radiopaque.
Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radiopaque dan paling sering
dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.
b. Intravenous Pyelography(IVP)
IVP dapat menentukan dengan tepat letak batu, terutama batu-batu yang Radiolusen
dan untuk melihat fungsi ginjal. Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya batu semi
opaque ataupun batu non opaque yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen.
c. CT Scan
CT Scan (Computerized Tomography)adalah tipe diagnosis sinar X yang dapat
membedakan batu dari tulang atau bahan radiopaque lain.
d. Retrograde Pielography (RPG)
Dilakukan bila pada kasus-kasus di mana IVP tidak jelas, alergi zat kontras, dan IVP
tidak mungkin dilakukan.
e. Ultrasonografi (USG)
USG dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada
keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada
wanita yang sedang hamil. USG ginjal merupakan pencitraan yang lebih peka untuk
mendeteksi batu ginjal dan batu radiolusen daripada foto polos abdomen. Cara terbaik
untuk mendeteksi BSK ialah dengan kombinasi USG dan foto polos abdomen. USG
dapat melihat bayangan batu baik di ginjal maupun di dalam kandung kemih dan adanya
tanda-tanda obstruksi urin.
f. Radioisotop
Untuk mengetahui fungsi ginjal secara satu persatu, sekaligus adanya sumbatan pada
gagal ginjal.
PENATALAKSANAAN
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan
agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi
pada BSK adalah apabila batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi atau harus diambil karena
sesuatu indikasi sosial (Purnomo, 2003).
BSK dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL,
melalui tindakan endourologi, bedah laparoskopi ataupun pembedahan terbuka (Purnomo,
2003).
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk BSK dengan ukuran kurang dari 5mm karena
diharapkan batu dapat keluar spontan, terutama batu pada ureter. Batu pada ureter dengan
ukuran 4-5mm memiliki kemungkinan sekitar 40-50% untuk keluar spontan. Sedangkan
batu ureter dengan ukuran lebih dari 6mm memiliki kemungkinan sekiar 15% untuk keluar
spontan. Terapi medikamentosa atau biasa disebut Medical Expulsive Therapy (MET) ini
bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, memperlancar aliran urin untuk membantu batu
keluar spontan. Obat-obatan yang biasa diberikan berupa alpha-blocker, obat anti inflamasi
non-steroid (OAINS), agen diuretikum dan steroid dosis rendah (Purnomo, 2003 dan Stoller,
2013).
b. Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL)
ESWL adalah alat pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada
tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal atau batu buli-buli
tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Melalui gelombang kejut, batu dipecah
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Namun
tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan rasa nyeri kolik dan
menyebabkan hematuria (Purnomo, 2003).
c. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang
terdiri atas memecah batu dan kemudian mengeluarkannya melalui alat yang dimasukkan
langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui
insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara atau dengan insersi laser.
Beberapa tindakan endourologi menurut Purnomo (2003) dan Stoller (2013), antara lain :
a. PCNL (Percutaneous Nephro Lithotomy) yaitu usaha pengeluarkan batu yang berada di
ginjal dan ureter proksimal dengan memasukkan alat endoskopi kedalam sistem kalises
melalui insisi pada kulit. PCNL biasanya dilakukan pada BSK dengan ukuran lebih dari
2,5cm, BSK yang resisten terhadap ESWL, batu kaliks inferior dengan bentuk infundibulum
yang sempit dan panjang serta adanya tanda-tanda obstruksi.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu (litotriptor) kedalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan melalui evakuator
Ellik.
c. Ureteroskopi atau Uretero-renoskopi adalah memasukkan alat ureteroskopi per-uretram
guna melihat keadaan ureter atau sistem pelviokaliks ginjal. Dengan menggunakan energi
tertentu, batu dalam ureter atau sistem pelviokaliks ginjal dapat dipecah.
d. Bedah Terbuka
Di rumah sakit yang belum memiliki fasilitas untuk melakukan tindakan endourologi,
laparoskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui tindakan
pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka meliputi pielolitotomi atau nefrotomi untuk
mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang
pasien harus menjalani nefrektomi atau pengangkatan ginjal karena ginjalnya sudah tidak
berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami
pengkerutan akibat BSK yang menimbulkan obstruksi dan infeksi menahun (Purnomo,
2003).
KOMPLIKASI
a. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter dan
urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine. Sementara urine
terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul
nyeri pinggang, teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi
gagal ginjal (Lingga, 2001).
b. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal dan
kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai mengigil,
sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra (Lingga, 2001).
c. Gagal ginjal
Ini adalah akibat hidronefrosis yang terjadi karena batu saluran kemihdimana bisa
mangganggu ginjal secara fungsi dan struktur (Lingga, 2001).
d. Hematuria atau kencing darah
e. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu
f. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring hasil
metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan
kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.
PENCEGAHAN
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya batu ginjal yaitu:4, 10
1. Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang
baru (Pearl, 2012).
2. Dianjurkan untuk banyak minum air putih (8-10 gelas per hari) (Pearl, 2012 dan Portis,
2001).
3. Diet rendah kalsium seperti ikan salam, sarden, keju, sayur kol. Makin tinggi kalsium, kian
tinggi pula eskresinya yang menambah pembentukan kristalisasi garam-garam kapur (Pearl,
2012)..
4. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentuk batu kalsium) di dalam air
kemih, diberikan kalsium sitrat (Pearl, 2012)..
5. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium,
merupakan akibat mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat,
kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu asupan makanan tersebut dikurangi
(Pearl, 2012).
6. Pengobatan penyakit yang dapat menimbulkan batu ginjal seperti hyperparatiroidisme,
sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker.
7. Dianjurkan mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, jeroan karena makanan tersebut
menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
8. Untuk mengurangi pembentukan asam urat biasa diberikan allopurinol.
9. Kurangi minuman bersoda dan es teh karena mengandung asam fosfat yang akan
meningkatkan pembentukan batu dalam ginjal.
10. Mulailah berolahraga dan kurangi berat badan.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu
ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
- Penggunaan alkohol
- Demam/menggigil
7. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis
- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
2. Diagnosa Keperawatan
PRE OPERATIF
a. Nyeri b.d. inflamasi, obstruksi dan abrasi traktus urinarius
Tujuan: Nyeri berkurang/teratasi
Criteria hasil:
- Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
- Ekspresi wajah tampak rileks
- Klien dapat mengontrol nyeri dengan melakukan teknik napas dalam.
Intervensi :
- Kaji karakteristik dan skala nyeri
- Beri pendampingan dan posisi nyaman
- Kaji TTV
- Cegah injury saat nyeri (kolik) timbul, spt aktivitas dapat mengurangi nyeri, bantu
saat ambulasi
- Ajarkan/anjurkan tehnik relaksasi, distraksi
- Kolaborasi pemberian analgetik
c. Resiko kurang volume cairan b.d. ketidakadekuatan intake cairan (mual/muntah) efek
iritasi syaraf abdominal/pelvic karena batu ginjal/ureter
Tujuan : intake dan output cairan seimbang.
Criteria hasil :
- Tidak mual, muntah.
- Berat badan normal
Intervensi :
- Monitor Intake dan outpur
- Kaji keluhan mual, muntah, observasi karakteristik muntah
- Observasi dan anjurkan keadekuatan intake cairan dalam batas toleransi jantung
dan ginjal, k/p timbang BB
- Kolaborasi pemberian cairan infus, pemeriksaan lab, antiemetik
e. Resiko komplikasi : infeksi, sepsis, gga, dll b.d. proses abrasi/iritasi sekunder
pembentukan batu di . (spesifik)
Tujuan : tidak terjadi infeksi atau sepsis
Criteria hasil :
- Tidak ada edema
- Tidak ada infeksi atau sepsis
Intervensi :
- Kaji tanda2 awal terjadinya infeksi atau sepsis (menggigil, demam, dsb)
- Kaji tanda2 terjadinya GGA (karakteristik dan jumlah urine / 24 jam, edema,
px.penunjang, dsb)
POST OPERASI
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya/rusaknya kontinuitas jaringan
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi
DO :
- Klien tampak gelisah
- Ekspresi wajah klien tampak meringis
- Klien tampak berhati-hati dengan daerah bekas operasi
- TTV dalam keadaan abnormal
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang dalam jangka waktu 3 hari perawatan
Criteria hasil :
- Nyeri berkurang/hilang
- Klien tampak rileks
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 - 10).
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Berikan tindakan kenyamanan seperti perubahan posisi.
4. Ajarkan teknik latihan napas dalam, pedoman imajinasi.
5. Penatalaksanaan analgetik sesuai indikasi.
b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang pengobatan dan perawatan
selanjutnya.
DS :
- Klien mengatakan merasa cemas dengan kondisi/keadaan penyakitnya.
DO :
- Klien tampak gelisah, cemas
- Ekspresi wajah nampak tegang
- Tanda-tanda vital dalam keadaan abnormal
Tujuan : Ansietas teratasi dalam jangka waktu 3 hari perawatan.
Kriteria Hasil :
- Cemas berkurang/hilang
- Klien nampak tenang
Intervensi :
1. Buat hubungan saling percaya dengan klien/orang terdekat.
2. Berikan informasi tentang penyakitnya dan teknik pengobatannya.
3. Bantu pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah/perasaan.
4. Beri penguatan informasi klien yang telah diberikan sebelumnya.
c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan insisi bedah/ adanya luka operasi
dan prosedur invasive.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi dan mencapai waktu penyembuhan
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
1. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernafasan
cepat, gelisah.
2. Observasi daerah luka operasi.
3. Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik aseptik dan septic.
4. Ganti balutan dengan sering, pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang masa
penyembuhan.
5. Kolaborasikan pemberian antibiotik sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, Rusepno. 1985.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta: Penerbit UI, 1985.
840-843.
Lingga, Suparlan. 2001. Karakteristik Penderita Batu Saluran Kemih di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan. USU
Penn Clinical Manual of Urology. 2008. Urinary Stone Disease. Pahira, J dan Pevzner, M;8:24
Price, Sylvia Anderson, Ph.D., R.N. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
(Edisi keempat). Jakarta : EGC
Sjamsuhidayat, R., dan Jong W. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. (Edisi Kedua). Jakarta : EGC
Stoller, ML. 2013.Urinary Stone Disease. In: Smith & Tanagho's General Urologi. 18th Ed. USA:
Mc Graw Hill,
ASUHAN KEPERAWATAN
BATU PYELUM
RSSA Malang
Oleh :
Wahyuni
NIM 135070201111006
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
A. Identitas Klien
Nama : Tn. IS .............................. No. RM : 11352xxx ........................
Istri klien mengatakan sejak 6 bulan yang lalu klien mengeluh nyeri pada pinggang kiri
kemudian klien diperiksakan ke RS bangil, dilakukan tindakan pemasangan kateter dan
pemeriksaan foto thorax abdomen didapatkan hasil suspect batu ginjal kiri dan USG urologi
didapatkan hasil nefrolithiasis sinistra dan benign prostatic hyperplasia (Grade I). Kemudian
dari RS Bangil klien dirujuk ke RSSA Malang, tanggal 14 Agustus 2017 klien dilakukan
Transurethral Resection of Prostat (TURP) di RSSA Malang. Tanggal 17 Agustus klien
dipulangkan. Semenjak KRS klien sering kontrol ke RS setiap hari senin, dan pada tanggal
22 September 2017 klien diminta MRS untuk operasi batu ginjal yaitu extended
phyelolithotomi. Saat pengkajian klien post left extended phyelolithotomi hari pertama, klien
mengeluh nyeri pada area operasi (dipinggang kiri), dank lien tampak meringis, klien
terpasang drain dipinggang kiri klien.
3. Imunisasi:
( v) BCG (v) Hepatitis
4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
5. Obat-obatan yg digunakan:
E. Riwayat Keluarga
Istri klien mengatakan kakak klien telah meninggal dan mempunyai riwayat penyakit
hipertensi.
GENOGRAM
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Ikatan Pernikahan
: Keturunan
: Pasien
: Meninggal
F. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
G. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 0 . 2
Mandi 0 2
Berpakaian/berdandan 0 . 2
Toileting 0 2
Mobilitas di tempat tidur 0 . 2
Berpindah 0 2
Berjalan 0 2 ............................
Naik tangga 0 .............................. 2 ............................
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 = tidak mampu
I. Pola Eliminasi
Rumah Rumah Sakit
BAB:
- Frekuensi/pola 1x/hari 1x/hari .....................................
- Konsistensi Lembek ............................... Lembek ...................................
- Warna & bau Kuning ................................ Kuning .....................................
- Kesulitan Tidak ada Tidak ada ...............................
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada................................
BAK:
- Frekuensi/pola > 7x/hari > 5x/hari .........................................
- Konsistensi Cair .......................................... Cair ..........................................
- Warna & bau Kuning Kuning
- Kesulitan Kesulitan mobilisasi ke toilet.
Saat BAK, urin yang keluar hanya menetes (sedikit sekali) sehingga klien
merasa tidak puas dan merasa masih ada sisa urin di kandung kemihnya .............
- Upaya mengatasi Klien dibawa ke RS dan dipasang kateter Klien dibantu anaknya .........
J. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit
M. Konsep Diri
1. Gambaran diri: Klien merasa semenjak sakit produktivitasnya berkurang, aktivitasnya
terbatasi karena sewaktu-waktu nyeri pada pinggang kiri klien muncul. Saat nyeri tersebut
muncul aktvitas apapun yang klien lakukan harus dihentikan terlebih dahulu. ..................................
2. Ideal diri: Klien mengatakan ingin bisa segera sembuh, beraktivitas kembali seperti
sebelumnya.
3. Harga diri: Klien mengatakan semenjak sakit klien tetap bersosialisasi dengan baik
dengan lingkungannya, klien tidak merasa malu dengan penyakitnya. ............................................
4. Peran: Klien mengatakan semenjak MRS klien tidak dapat bekerja. Akan tetapi, hal itu
tidak menjadi masalah bagi klien karena istri klien membantu keuangan keluarga dengan
bekerja sebagai buruh pabrik.
5. Identitas diri: tidak ada masalah dengan identitas klien. Klien menggunakan baju dan
berpenampilan sesuai dengan identitasnya sebagai seorang laki-laki.
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: tidak ada
5. Upaya yg dilakukan untuk mengatasi: tidak ada
O. Pola Komunikasi
1. Bicara: ( V) Normal ( )Bahasa utama: Bahasa Indonesia
( ) Tidak jelas (v) Bahasa daerah: Bahasa jawa
( ) Bicara berputar-putar (v) Renaltang perhatian:Baik
(V ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain ( ) Afek: ...............................................
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut: Jawa
b. Pantangan & agama yg dianut: Klien beragama Islam
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 (v) Rp. 1 juta 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 500.000 ( ) Rp. 1.5 juta 2 juta
P. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (V ) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
( ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti, ...........................................................
T. Terapi
Klien mengatakan tidak tahu penyakit apa yang sedang diderita dan klien yakin penyakitnya
bisa segera disembuhkan.
V. Kesimpulan
Berdasarkan pengkajian, klien post left extended phyelolithotomi dan terdapat balutan pada
pinggang kiri klien, balutan bersih, tidak ada rembesan, leukosit meningkat yaitu 24,19
106/uL sehingga dapat disimpulkan klien mengalami masalah keperawatan risiko infeksi.
Selain itu, klien mengeluh nyeri pada area operasi, klien tampak meringis sehingga dapat
disimpulkan klien mengalami masalah keperawatan nyeri akut. Klien juga dibantu dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-harinya seperti makan, minum, mandi, toileting sehingga
dapat disimpulkan klien mengalami masalah keperawatan defisit perawatan diri. Klien juga
bertanya kepada perawat tentang pencegahan dari penyakitnya sehingga klien mengalami
masalah keperawatan kurang pengetahuan.
W. Perencanaan Pulang
Tujuan pulang: rumah
Transportasi pulang: mobil
Dukungan keluarga: istri dan anak klien
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: BPJS
Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang: jika terdapat tanda-tanda infeksi pada
luka klien seperti terdapat nanah, berbau segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit
Pengobatan: rawat luka
Rawat jalan ke: Poli bedah
Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah: Berobat rutin, kontrol rutin, rawat luka
Keterangan lain: hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah yaitu perawatan diri (BAK, BAB,
mandi), pemantauan pemberian obat, pemantauan diet.
Lampiran
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Persepsi nyeri
Nyeri
(Berdasarkan prioritas)
Ruang : 19
4 02/10/17
Defisit perawatan diri b.d nyeri yang ditandai
dengan klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari seperti makan, minum, mandi,
berpakaian, dan toileting secara mandiri
Diagnosa no.1
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 jam, diharapkan nyeri yang
klien rasakan berkurang atau hilang
Intervensi
NIC: Pain Management
1. Kaji nyeri klien secara komperehensif meliputi penyebab, kualitas, lokasi nyeri,
kepararahan, dan waktu munculnya nyeri
2. Amati isyarat non verbal terkait keluhan nyeri
3. Monitor TTV terhadap nyeri
4. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti nyeri
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa No.2
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan jumlah cairan
pada drain berkurang dank lien tidak menunjukkan tanda-tanda ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
No. Indikator 1 2 3 4 5
1 CRT 5 detik 4 detik 3 detik 2 detik 1 detik
2 TD sistolik < 90 90-99 100- 110-119 120-130 mmHg
109
Intervensi
1. Lakukan penilaian terhadap sirkulasi perifer secara komprehensif (meliputi cek nadi
perifer, edema, CRT,warna kulit, dan suhu ekstremitas)
2. Pelihara hydrasi yang adekuat untuk mencegah peningkatan viskositas darah
3. Cegah infeksi pada luka
4. Anjurkan pasien dan keluarga untuk melindungi area luka
5. Monitor ekstremitas terhadap adanya panas, nyeri, kemerahan
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa no.3
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, diharapkan tidak terjadi tanda-tanda
infeksi pada luka post operasi klien
Indikator 1 2 3 4 5
Draianse Merembes Merembe Merembes Ada tapi tidak Tidak ada
purulent pada s pada pada merembes
seluruh balutan balutan pada balutan
balutan
Demam 38 37,7-37,9 37,3-37,6 37- 37,2 36,0-36,9
Peningkatan sel 21 106/uL 15,1-20 10,4-15 5,1-10,3 4,3-5 106/uL
darah putih 106/uL 106/uL 106/uL
Intervensi
Diagnosa no.4
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan klien
bersih
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Makan Tidak mampu Dibantu alat Dibantu 1 orang Dibantu alat Mandiri
dan orang
2. Toileting Tidak mampu Dibantu alat dan Dibantu 1 orang Dibantu alat Mandiri
orang
3. Oral Hygiene Tidak mampu Dibantu alat dan Dibantu 1 orang Dibantu alat Mandiri
orang
4. Berpakaian Tidak mampu Dibantu alat dan Dibantu 1 orang Dibantu alat Mandiri
orang
5. Mandi Tidak mampu Dibantu alat dan Dibantu 1 orang Dibantu alat Mandiri
orang
Intervensi
NIC: Bathing
NIC: Dressing
Diagnosa no.5
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit yang spesifik
2. Jelaskan perjalan penyakit
3. Review pengetahuan pasien mengenai kondisinya
4. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit
5. Beri informasi kepada keluarga atau orang yang penting bagi pasien mengenai
perkembangan pasien
6. Diskusikan penanganan penyakit dan pencegahan penyakit
7. Jelaskan komplikasi yang dapat terjadi
IMPLEMENTASI
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- Klien mengeluh - Klien tampak Masalah Lanjutkan - Mengkaji nyeri klien meliputi S:
nyeri pada area meringis teratasi intervensi penyebab, kualitas, lokasi nyeri, - Klien mengatakan
bekas operasi - Hasil pemeriksaan sebagian no. 1, 2, kepararahan, dan waktu nyeri berkurang
yaitu dipinggang TTV 3, 4, 5 munculnya nyeri dengan skala 2
kiri klien menunjukkan: - Mengamati isyarat non verbal dan dirasakan
Palliative: nyeri TD: 120/80 mmHg terkait keluhan nyeri hilang timbul
akibat post N: 81x/menit - Memeriksa tanda-tanda vital
operasi batu ginjal RR: 21x/menit (tekanan darah, nadi, RR, suhu) O:
Qualitas: nyeri S: 36,00C - Mengajarkan teknik relaksasi - Klien meringis
terasa cenut- napas dalam sesekali saat
cenut - Kolaborasi dengan dokter untuk nyeri dirasakan
Regio: area pemberian obat anti nyeri yaitu - Hasil
operasi pinggang Injeksi antrain 3x1 g pemeriksaan TTV
kiri menunjukkan
Skala: skala 5 TD: 120/90
Time: nyeri terus- mmHg
menerus N: 80x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,20C
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
no. 1,2,3,4,5
CATATAN PERKEMBANGAN
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- Klien mengatakan - Klien meringis Masalah Lanjutkan - Mengkaji nyeri klien meliputi S:
nyeri berkurang sesekali saat nyeri teratasi intervensi penyebab, kualitas, lokasi nyeri, - Klien mengatakan
dengan skala 2 dirasakan sebagian no. 1, 2, kepararahan, dan waktu nyeri berkurang
dan dirasakan - Hasil pemeriksaan 3, 4, 5 munculnya nyeri dengan skala 1
hilang timbul TTV menunjukkan - Mengamati isyarat non verbal dan dirasakan
TD: 120/90 terkait keluhan nyeri hilang timbul
mmHg - Memeriksa tanda-tanda vital
N: 80x/menit (tekanan darah, nadi, RR, suhu) O:
RR: 20x/menit - Mengajarkan teknik relaksasi - Klien meringis
S: 36,20C napas dalam sesekali saat
- Kolaborasi dengan dokter untuk nyeri dirasakan
pemberian obat anti nyeri yaitu - Hasil
Injeksi antrain 3x1 g pemeriksaan TTV
menunjukkan
TD: 120/90
mmHg
N: 80x/menit
RR: 21x/menit
S: 36,20C
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
no. 1,2,3,4,5
CATATAN PERKEMBANGAN
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- Klien - Klien meringis Masalah Lanjutkan - Mengkaji nyeri klien meliputi S:
mengatakan sesekali saat teratasi intervensi penyebab, kualitas, lokasi nyeri, - Klien mengatakan
nyeri nyeri dirasakan sebagian no. 1, 2, kepararahan, dan waktu nyeri area operasi
berkurang - Hasil 3, 4, 5 munculnya nyeri (pinggang kiri)
dengan skala 1 pemeriksaan - Mengamati isyarat non verbal dirasakan hilang
dan dirasakan TTV terkait keluhan nyeri timbul dengan
hilang timbul menunjukkan - Memeriksa tanda-tanda vital skla 1
TD: 120/90 (tekanan darah, nadi, RR, suhu) - Klien mengatakan
mmHg - Mengajarkan teknik relaksasi nyeri terasa
N: 80x/menit napas dalam cenut-cenut
RR: 21x/menit - Kolaborasi dengan dokter untuk
S: 36,20C pemberian obat anti nyeri yaitu O:
Injeksi antrain 3x1 g - Klien tampak
meringis sesekali
saat nyeri
dirasakan
- Hasil
pemeriksaan TTV
menunjukkan
TD 120/90 mmHg
N: 81x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,20C
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
no. 1,2,3,4,5
CATATAN PERKEMBANGAN
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- Klien - Klien tampak Masalah Lanjutkan - Mengkaji nyeri klien meliputi S:
mengatakan meringis teratasi intervensi penyebab, kualitas, lokasi nyeri, - Klien mengatakan
nyeri area sesekali saat sebagian no. 1, 2, kepararahan, dan waktu sudah tidak merasa
operasi nyeri dirasakan 3, 4, 5 munculnya nyeri nyeri
(pinggang kiri) - Hasil - Mengamati isyarat non verbal O:
dirasakan pemeriksaan terkait keluhan nyeri - Klien tidak tampak
hilang timbul TTV - Memeriksa tanda-tanda vital meringis
dengan skla 1 menunjukkan (tekanan darah, nadi, RR, suhu) - Hasil pemeriksaan
- Klien TD 120/90 - Mengajarkan teknik relaksasi TTV menunjukkan:
mengatakan mmHg napas dalam TD 120/90 mmHg
nyeri terasa N: 81x/menit - Kolaborasi dengan dokter untuk N: 82x/menit
cenut-cenut RR: 20x/menit pemberian obat anti nyeri yaitu RR: 20x/menit
S: 36,20C Injeksi antrain 3x1 g S: 36,30C
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
CATATAN PERKEMBANGAN
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- - Hasil pemeriksaan Masalah Lanjutkan - Menilai sirkulasi perifer S:
laboratorium teratasi intervensi -
seperti mengecek nadi
menunjukkan: sebagian no.1,2,3
Hb: 12,40 g/dL perifer, CRT,warna kulit O:
HT 38,50 % - Jumlah cairan -/+ 40 cc/24 jam
(mengecek adanya
Trombosit 324 103/uL pada drain yang terpasang di
PPT 10,40 kemerahan), dan suhu pinggang kiri klien dan jenis
APTT 29,60 cairan sanguinosa (berwarna
ekstremitas
- Hasil pemeriksaan TTV merah)
menunjukkan: - Menganjurkan pasien dan - Hasil pemeriksaan TTV
Tekanan darah : menunjukkan:
keluarga untuk melindungi
120/80 mmHg TD: 120/90 mmHg
Suhu : 36oC area luka N: 80x/menit
Nadi: 81 x/menit RR: 20x/menit
- Memelihara hidrasi dengan
RR: 21 x/menit S: 36,20C
- Warna kulit normal memberikan cairan NS: - Hasil pemeriksaan fisik
tidak ada kemerahan, menunjukkan Warna kulit normal
D10= 2:1 dan melakukan
tidak pucat, akral tidak ada kemerahan, tidak
hangat, CRT< 2 detik tindakan kolaborasi pucat, akral hangat, CRT< 2
- Jumlah cairan pada detik
memberikan injeksi kalnex
drain -/+ 100cc/24 jam,
jenis cairan sanguinosa 3x500 mg
(berwarna merah) A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi no. 1,2,3
CATATAN PERKEMBANGAN
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- - Jumlah cairan -/+ 40 Masalah Lanjutkan - Menilai sirkulasi perifer S:
cc/24 jam pada drain teratasi intervensi -
seperti mengecek nadi
yang terpasang di sebagian no.1,2,3
pinggang kiri klien dan perifer, CRT,warna kulit O:
jenis cairan sanguinosa
(mengecek adanya - Jumlah cairan -/+ 40 cc/ 24 jam
(berwarna merah) pada drain yang terpasang di
- Hasil pemeriksaan TTV kemerahan), dan suhu pinggang kiri klien, jenis cairan
menunjukkan: ekstremitas sanguinosa (berwarna merah)
TD: 120/90 mmHg - Hasil pemeriksaan TTV
N: 80x/menit - Menganjurkan pasien dan menunjukkan
RR: 20x/menit TD: 120/90 mmHg
keluarga untuk melindungi
S: 36,20C N: 80x/menit
- Hasil pemeriksaan fisik area luka RR: 21x/menit
menunjukkan warna kulit S: 36,20C
- Memelihara hidrasi dengan
normal, tidak ada - Hasil pemeriksaan fisik
kemerahan, tidak pucat, memberikan cairan NS dan menunjukkan warna kulit
akral hangat, CRT< 2 normal, tidak ada kemerahan,
melakukan tindakan
detik tidak pucat, akral hangat, CRT<
kolaborasi memberikan 2 detik
A: masalah teratasi sebagian
injeksi kalnex 3x500 mg
P: Lanjutkan intervensi no. 1,2,3
CATATAN PERKEMBANGAN
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- - Jumlah cairan -/+ 40 Masalah Lanjutkan - Menilai sirkulasi perifer S:
cc/ 24 jam pada drain teratasi intervensi -
seperti mengecek nadi
yang terpasang di sebagian no.1,2,3
pinggang kiri klien, perifer, CRT,warna kulit O:
jenis cairan - Jumlah cairan 0 cc pada drain
(mengecek adanya
sanguinosa (berwarna yang terpasang di pinggang kiri
merah) kemerahan), dan suhu klien
- Hasil pemeriksaan TTV ekstremitas - Hasil pemeriksaan TTV
menunjukkan menunjukkan
TD: 120/90 mmHg - Menganjurkan pasien dan TD: 120/90 mmHg
N: 80x/menit N: 80x/menit
keluarga untuk melindungi
RR: 21x/menit RR: 21x/menit
S: 36,20C area luka S: 36,20C
- Hasil pemeriksaan fisik - Hasil pemeriksaan fisik
- Memelihara hidrasi dengan
menunjukkan warna menunjukkan warna kulit
kulit normal, tidak ada memberikan cairan NS dan normal, tidak ada kemerahan,
kemerahan, tidak tidak pucat, akral hangat, CRT<
melakukan tindakan
pucat, akral hangat, 2 detik
CRT< 2 detik kolaborasi memberikan
injeksi kalnex 3x500 mg
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
CATATAN PERKEMBANGAN
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- Klien mengatakan - Balutan klien Masalah Lanjutkan - Memantau tanda dan S:
nyeri pada area tampak bersih, teratasi intervensi gejala infeksi sistemik - Klien mengatakan nyeri
operasi yaitu ukuran balutan sebagian 1,2,3,4 dan local pada area operasi
dipinggang kiri 22cmx2cm, tidak - Memantau hasil berkurang dengan skala 2
ada rembesan, laboratorium jumlah O:
area sekitar luka sel darah putih - Balutan klien tampak
tidak kemerahan, - memeriksa kulit dan bersih, ukuran balutan
balutan tertutup membrane mukosa 22cmx2cm, tidak ada
dengan rapat dan terhadap adanya rembesan, area sekitar luka
tidak ada yang kemerahan, tidak kemerahan, balutan
terbuka. ekstremitas hangat tertutup dengan rapat dan
- Jumlah cairan -/+ dan adanya drainage tidak ada yang terbuka.
100 cc/24 jam - Menganjurkan klien - Jumlah cairan -/+ 40 cc/24
pada drain yang untuk meningkatkan jam pada drain yang
terpasang di intake cairan dan terpasang di pinggang kiri
pinggang kiri klien, nutrisi klien dan jenis cairan
jenis cairan sanguinosa (berwarna
sanguinosa merah) Jumlah sel darah
(berwarna merah) putih pada pemeriksaan lab
- Jumlah sel darah yaitu 24,19 106/uL
putih pada - Suhu : 36,20 C
pemeriksaan lab
yaitu 24,19 106/uL A: masalah teratasi sebagian
- Suhu : 36,00 C P: lanjutkan intervensi no.
1,2,3,4,5
CATATAN PERKEMBANGAN
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- Klien mengatakan - Balutan klien Masalah Lanjutkan - Memantau tanda dan S:
nyeri pada area tampak bersih, teratasi intervensi gejala infeksi sistemik dan - Klien mengatakan nyeri
operasi berkurang ukuran balutan sebagian 1,2,3,4,5 local pada area operasi
dengan skala 2 22cmx2cm, tidak - Memantau hasil berkurang dengan skala 1
ada rembesan, laboratorium jumlah sel O:
area sekitar luka darah putih - Balutan klien tampak
tidak kemerahan, - memeriksa kulit dan bersih, ukuran balutan
balutan tertutup membrane mukosa 22cmx2cm, tidak ada
dengan rapat dan terhadap adanya rembesan, area sekitar
tidak ada yang kemerahan, ekstremitas luka tidak kemerahan,
terbuka. hangat dan adanya balutan tertutup dengan
- Jumlah cairan -/+ drainage rapat dan tidak ada yang
40 cc/24 jam - Menganjurkan klien untuk terbuka.
pada drain yang meningkatkan intake - Jumlah cairan -/+ 40
terpasang di cairan dan nutrisi cc/24 jam pada drain
pinggang kiri - Kolaborasi pemberian yang terpasang di
klien dan jenis antibiotik yaitu Injeksi pinggang kiri klien dan
cairan Gentamycine 2x80 mg jenis cairan sanguinosa
sanguinosa (berwarna merah)
(berwarna - Jumlah sel darah putih
merah) pada pemeriksaan lab
- Jumlah sel darah yaitu 24,19 106/uL
putih pada - Suhu : 36,20 C
pemeriksaan lab
yaitu 24,19 A: masalah teratasi sebagian
106/uL P: lanjutkan intervensi no.
- Suhu : 36,20 C 1,2,3,4,5
CATATAN PERKEMBANGAN
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- Klien - Balutan klien Masalah Lanjutkan - Memantau tanda dan gejala S:
mengatakan tampak bersih, teratasi intervensi infeksi sistemik dan local - Klien mengatakan
nyeri pada ukuran balutan sebagian 1,2,3,4,5 - Memantau hasil laboratorium nyeri area operasi
area operasi 22cmx2cm, tidak jumlah sel darah putih (pinggang kiri)
berkurang ada rembesan, - memeriksa kulit dan membrane dirasakan hilang
dengan skala 1 area sekitar luka mukosa terhadap adanya timbul dengan skla 1
tidak kemerahan, kemerahan, ekstremitas hangat dan nyeri terasa
balutan tertutup dan adanya drainage cenut-cenut
dengan rapat dan - Menganjurkan klien untuk O:
tidak ada yang meningkatkan intake cairan dan - Balutan klien
terbuka. nutrisi tampak bersih, tidak
- Jumlah cairan -/+ - Kolaborasi pemberian antibiotik ada rembesan
40 cc/24 jam pada yaitu Injeksi Gentamycine 2x80 - Jumlah cairan 0
drain yang mg cc/24 jam pada
terpasang di drain yang
pinggang kiri klien terpasang di
dan jenis cairan pinggang kiri klien
sanguinosa - Jumlah sel darah
(berwarna merah) putih pada
- Jumlah sel darah pemeriksaan lab
putih pada yaitu 24,19 106/uL
pemeriksaan lab - Suhu : 36,20 C
yaitu 24,19 106/uL
- Suhu : 36,20 C A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
no. 1,2,3,4,5
CATATAN PERKEMBANGAN
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- Klien - Balutan klien Masalah Lanjutkan - Memantau tanda dan gejala S:
mengatakan tampak bersih, teratasi intervensi infeksi sistemik dan local - Klien mengatakan
nyeri area ukuran balutan sebagian 1,2,3,4,5 - Memantau hasil laboratorium sudah tidak
operasi 22cmx2cm, tidak jumlah sel darah putih merasakan nyeri
(pinggang ada rembesan, area - memeriksa kulit dan membrane pada area operasi
kiri) sekitar luka tidak mukosa terhadap adanya O:
dirasakan kemerahan, balutan kemerahan, ekstremitas hangat - Balutan klien
hilang timbul tertutup dengan dan adanya drainage tampak bersih,
dengan skla rapat dan tidak ada - Menganjurkan klien untuk ukuran balutan
1 dan nyeri yang terbuka. meningkatkan intake cairan dan 22cmx2cm, tidak
terasa - Jumlah cairan 0 cc/ nutrisi ada rembesan, area
cenut-cenut 24 jam pada drain - Kolaborasi pemberian antibiotik sekitar luka tidak
yang terpasang di yaitu Injeksi Gentamycine 2x80 kemerahan, balutan
pinggang kiri klien, mg tertutup dengan
jenis cairan rapat dan tidak ada
- Jumlah sel darah yang terbuka.
putih pada - Drain klien telah
pemeriksaan lab dilepas
yaitu 24,19 106/uL
- Suhu : 36,20 C A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
CATATAN PERKEMBANGAN
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- Istri klien - Klien dibantu Masalah Lanjutkan - Membantu menyiapkan S:
mengatakan saat akan ke teratasi intervensi makanan pasien -
klien diseka kamar mandi sebagian no. 1,2,3 - Menganjurkan keluarga untuk
1x/hari - Klien disuapi menyeka pasien rutin 2x/hari O:
oleh istrinya dan mengganti pakain pasien - Klien dibantu anaknya saat
dan terkadang - Menganjurkan keluarga untuk mobilisasi ke kamar mandi
anaknya saat membantu membersihkan - Makanan klien disiapkan
makan gigi dan mulut pasien 2x/hari oleh petugas rumah sakit
- Klien disuapi anaknya saat
makan
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- - Klien dibantu anaknya Masalah Lanjutkan - Membantu menyiapkan S:
saat mobilisasi ke teratasi intervensi makanan pasien -
kamar mandi sebagian no. 1,2,3 - Menganjurkan keluarga untuk
- Makanan klien menyeka pasien rutin 2x/hari O:
disiapkan oleh petugas dan mengganti pakain pasien - Makanan klien disiapkan
rumah sakit - Menganjurkan keluarga untuk oleh petugas rumah sakit
- Klien disuapi anaknya membantu membersihkan - Saat makan, klien sudah
saat makan gigi dan mulut pasien 2x/hari dapat makan sendiri tanpa
disuapi
- Saat mobilisasi ke toilet
klien dibantu anaknya
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- - Makanan klien Masalah Lanjutkan - Membantu menyiapkan S:
disiapkan oleh petugas teratasi intervensi makanan pasien -
rumah sakit sebagian no. 1,2,3 - Menganjurkan keluarga untuk
- Saat makan, klien menyeka pasien rutin 2x/hari O:
sudah dapat makan dan mengganti pakain pasien - Makanan klien disiapkan
sendiri tanpa disuapi - Menganjurkan keluarga untuk oleh petugas
- Saat mobilisasi ke membantu membersihkan - Klien dapat makan sendiri
toilet klien dibantu gigi dan mulut pasien 2x/hari tanpa disuapi
anaknya - Klien dapat mengganti
pakain sendiri tanpa
dibantu
- Saat mobilisasi ke toilet,
klien dibantu anaknya atau
istrinya
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- - Makanan klien Masalah Lanjutkan - Membantu menyiapkan S:
disiapkan oleh petugas teratasi intervensi makanan pasien -
- Klien dapat makan sebagian no. 1,2,3 - Menganjurkan keluarga untuk
sendiri tanpa disuapi menyeka pasien rutin 2x/hari O:
- Klien dapat mengganti dan mengganti pakain pasien - Klien dapat makan sendiri
pakain sendiri tanpa - Menganjurkan keluarga untuk tanpa disuapi anak atau
dibantu membantu membersihkan istrinya
- Saat mobilisasi ke gigi dan mulut pasien 2x/hari - Klien dapat mengganti
toilet, klien dibantu pakaian sendiri tanpa
anaknya atau istrinya dibantu
- Klien dapat mobilisasi ke
toilet secara mandiri
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
CATATAN PERKEMBANGAN
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- Klien mengatakan - Saat dijelaskan Masalah Lanjutkan - Mengkaji tingkat S:
tidak mengetahui tentang teratasi intervensi pengetahuan pasien terkait - Klien mengatakan sudah
apa itu penyakit penyakitnya klien sebagian no. dengan proses penyakit batu mulai paham dengan
batu ginjal dan memperhatikan 1,2,3,4,5,6 ginjal penyakit batu ginjal,
penyebabnya dengan baik - Menjelaskan penyebab batu penyebab, tanda dan
- Klien mengatakan - Setelah diberikan ginjal gejala, pencegahan, dan
ingin mengetahui penjelasan, klien - Mereview pengetahuan penganan batu ginjal pre
lebih banyak dapat menjawab pasien mengenai kondisinya op dan post op
tentang beberapa - Menjelaskan tanda dan
penyakitnya pertanyaan gejala yang umum dari batu O:
terkait batu ginjal ginjal - Klien dapat menjawab
- Mendiskusikan managemen dengan benar saat
penyakit batu ginjal dan diberikan pertanyaan
pencegahannya tentang definisi,
- Menjelaskan tindakan yang penyebab, tanda dan
bisa klien lakukan untuk gejala, pencegahan dan
mempercepat kesembuhan penatalaksanaan batu
luka pasien setelah operasi ginjal pre op dan post op
batu ginjal - Klien masih bingung
dengan perjalanan
penyakitnya
DX. MEDIS : Batu Pyelum, In complete double System, Hidronefrosis grade IV RUANG : 19 RSSA
S O A P I E
- Klien mengatakan - Klien dapat Masalah Lanjutkan - Mengkaji tingkat S:
sudah mulai menjawab teratasi intervensi pengetahuan pasien terkait - Klien mengatakan saat ini
paham dengan dengan benar sebagian no. dengan proses penyakit batu sudah mengetahui tentang
penyakit batu saat diberikan 1,2,3,4,5,6 ginjal penyakit dan kondisinya,
ginjal, penyebab, pertanyaan - Menjelaskan penyebab batu tindakan yang bisa
tanda dan gejala, tentang definisi, ginjal dilakukan untuk
pencegahan, dan penyebab, tanda - Mereview pengetahuan mempercepat
penganan batu dan gejala, pasien mengenai kondisinya kesembuhan luka
ginjal pre op dan pencegahan dan - Menjelaskan tanda dan
post op penatalaksanaan gejala yang umum dari batu O:
batu ginjal pre op ginjal - Klien dapat menjawab
dan post op - Mendiskusikan managemen pertanyaan dengan benar
- Klien masih penyakit batu ginjal dan terkait penyakit batu ginjal
bingung dengan pencegahannya - Klien dapat menjawab
perjalanan - Menjelaskan tindakan yang pertanyaan dengan benar
penyakitnya bisa klien lakukan untuk terkait tindakan yang bisa
mempercepat kesembuhan klien lakukan untuk
luka pasien setelah operasi mempercepat
batu ginjal kesembuhan lukanya
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
PATOFISIOLOGI
Hiper Kerusakan Imobilisasi yang Intake cairan Iklim yang Aktivitas yang Makanan tinggi
Idiopatik ISK
paratiroidisme nefron lama yang kurang panas/dingin kurang kalsium, oksalat,
purin
Hiperkalsemia Bakteri pemecah
urea Pengendapan urin
Statis urin Kelebihan kalsium
Kalsifikasi oksalat, purin
Sedimentasi dan pH urin Asam
Kristalisasi
Proses Kristalisasi
Terbentuknya calculi
UROLITHIASIS
KURANG
ANSIETAS PENGETAHUAN
LANJUTAN
RESIKO GGK
INFEKSI HIPERTERMIA
Gangguan pola tidur
Peningkatan ureum dan
Edema
kreatinin
Kelebihan volume
cairan
RESUME KEPERAWATAN
A. RINGKASAN KEPERAWATAN
NAMA : Tn. IS
TANGGAL LAHIR : 01-06-1964
NO. RM : 11352426
NO. REG :1728474
R. PERAWATAN : 19
TGL. MRS : 22-09-2017
TGL. KRS : 06-10-2017
KEADAAN KRS : composmentis, GCS 456, terdapat balutan pada pinggang kiri
klien
RAWAT JALAN
B. RIWAYAT SINGKAT KEPERAWATAN
1. Masalah Kesehatan pada awal/saat MRS:
1) Nyeri akut
2) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
3) Risiko infeksi
4) Defisit perawatan diri
5) Kurang pengetahuan
2. Tindakan keperawatan selama dirawat:
1) Mengkaji nyeri klien secara komprehensif (meliputi penyebab nyeri, kualitas,
lokasi nyeri, keparahan, waktu muncul nyeri)
2) Mengajarkan klien teknik relaksasi napas dalam
3) Melakukan pengukuran tanda-tanda vital (TD, nadi, RR, suhu)
4) Menilai status sirkulasi perifer seperti CRT, suhu ekstremitas, warna kulit
5) Memberikan cairan NS, D5, D10
6) Memantau adanya tanda-tanda infeksi
7) Mengganti balutan
8) Menganjurkan keluarga klien untuk membantu klien memenuhi kebutuhan
sehari-hari klien, seperti makan, minum, mandi, berpakain, toileting
9) Memberikan informasi kepada klien terkait kondisi klien, pencegahan penyakit
10) Menjelaskan tindakan yang bisa klien lakukan untuk meningkatkan
penyembuhan luka operasi klien seperti meningkatkan intake nutrisi, mobilisasi.
3. Evaluasi/Perkembangan Pasien:
S:
- Klien mengatakan nyeri sudah tidak merasa nyeri
- Klien mengatakan saat ini sudah mengetahui tentang penyakit dan kondisinya,
tindakan yang bisa dilakukan untuk mempercepat kesembuhan luka
O:
BATU PYELUM
RSSA Malang
Oleh :
Wahyuni
NIM 135070201111006
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
RESUME KEPERAWATAN
S O A P I E
No.dx S O A P I E
2 - Klien - GCS 456 Masalah 1. Monitor 1. Memonitor S: - klien mengatakan sakit kepala sudah
mengatakan - Sklera mata kiri terlihat teratasi status status sedikit berkurang, namun klien merasa
sakit kepala kemerahan sebagian neurologis neurologis pergerakan lehernya menjadi terbatas,
masih seperti - Pada mata kanan 2. Monitor 2. Memonitor tidak leluasa untuk bergerak, dan
kemarin, dan terlihat racoon eyes TTV, TTV, bergerak sedikit terasa nyeri
belum yang telah memudar pernafasa pernafasan,
- TD 120/70 mmHg O:
berkurang n, mencatat
- Nadi 80 x/mnt
mencatat pola dan - Sklera mata kiri terlihat kemerahan
- RR 20 x/mnt
pola dan irama nafas - Pada mata kanan terlihat racoon eyes
- Suhu 36,7 C
- Terdapat riwayat irama setiap pada yang telah memudar
syncope (+), kejang (+) nafas jam 09.00 - TD 110/80 mmHg
setiap dan 12.00 - Nadi 92 x/mnt
- P : klien mengeluh
pada jam 3. Memonitor - RR 20 x/mnt
nyeri akibat terkena
gergaji kayu dan nyeri 09.00 dan input dan - Suhu 36,8 C
bertambah jika 12.00 ouput cairan - Terdapat riwayat syncope (+), kejang
(+)
digunakan untuk 3. Monitor 4. Membatasi
- P :nyeri muncul apabila leher
bergerak, input dan aktivitas
digunakan untuk bergerak
- Q : nyeri tajam dan ouput klien
berat, - Q : nyeri tajam dan berat,
cairan 5. Memberikan
- R : nyeri dirasakan di - R : nyeri dirasakan di area leher hingga
4. Batasi tindakan kepala,
area leher hingga
kepala, aktivitas yang nyaman - S : skala nyeri 4,
- S : skala nyeri 6, klien 6. Menghindari - T : nyeri mulai muncul setelah terkena
- T : nyeri mulai muncul 5. Berikan memfleksika gergaji kayu hingga saat pengkajian,
setelah terkena gergaji tindakan n leher klien nyeri hilang timbul
kayu hingga saat yang 7. Melakukan - Hasil CT-Scan 27 September 2017
pengkajian, nyeri nyaman pemberian EDH pada region temporal kanan
hilang timbul volume 5 cc
6. Hindari obat
- Hasil CT-Scan 27 - Mual (-), muntah (-)
memfleksi 8. Fenitoin
September 2017 - GCS 456
kan leher 3x100 mg
EDH pada region - Fenitoin 3x100 mg (Po.) (+)
klien (Po.) (+)
temporal kanan A: Masalah teratasi sebagian
7. Kolaborasi
volume 5 cc
pemberia
P: Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan
n obat
Intervensi dilanjutkan No. 1-7
RESUME KEPERAWATAN
S O A P I E