Anda di halaman 1dari 10

ASKEP PERIOPERATIF PROSTATEKTOMY

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I (KMB I)

Oleh :

Iyut Pratiwi PO714201151021

Karlina Ende Putri PO714201151022

Kasmita Karim PO714201151023

Kiki Nirmala PO714201151024

Lisna Sulistyani PO714201151025

PROGRAM STUDI D.IV KEPERAWATAN MAKASSAR


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
MAKASSAR
2016
A. Anatomi
Kelenjar proatat adalah suatu jaringan fibromuskular dan kelenjar
grandular yang melingkari urethra bagian proksimal yang terdiri dari kelnjar
majemuk, saluran-saluran dan otot polos terletak di bawah kandung kemih dan
melekat pada dinding kandung kemih dengan ukuran panjang : 3-4 cm dan lebar :
4,4 cm, tebal : 2,6 cm dan sebesar biji kenari, pembesaran pada prostat akan
membendung uretra dan dapat menyebabkan retensi urine, kelenjar prostat terdiri
dari lobus posterior lateral, anterior dan lobus medial, kelenjar prostat berguna
untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang ada uretra dan vagina. Serta
menambah cairan alkalis pada cairan seminalis.
B. Definisi
1. Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian
mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah.
(Jong, Wim de, 1998).
2. Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat,
disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat
meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan
penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr.
Sutomo, 1994 : 193).
C. Tanda dan gejala
1. Hilangnya kekuatan pancaran saat miksi (bak tidak lampias)
2. Kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih.
3. Rasa nyeri saat memulai miksi/
4. Adanya urine yang bercampur darah (hematuri).

D. Patofisiologi
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara
perlahan-lahan pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat
sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah
prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.
Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat
detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai
(trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika
dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan
mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel.
Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut
detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan
tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang
berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Pathways (terlampir)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan
urin.
2. Radiologis
Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning,
cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan
apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans
abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain
untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula
menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi
lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong,
1997).
3. Prostatektomi Retro Pubis
Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak
dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui
insisi pada anterior kapsula prostat.
4. Prostatektomi Parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.
F. Terapi
1. Non Operatif
a. Pembesaran hormon estrogen & progesteron
b. Massase prostat, anjurkan sering masturbasi
c. Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek
d. Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan
e. Pemasangan kateter
2. Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
a. TUR (Trans Uretral Resection)
b. STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)
c. Retropubic Extravesical Prostatectomy)
d. Prostatectomy Perineal
G. Fokus Pengkajian
1. Pre op
a. Sirkulasi : peningkatan tekanan darah
b. Eliminasi : Distensi VU, nokturia, disuria,hematuri, konstipasi, penurunan
aliran /kekuatan/dorongan aliran urin (menetes)
c. Nutrisi dan cairan : Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan
d. Nyeri/kenyamanan : Nyeri supra pubis, nyeri punggung bawah
e. Keamanan (demam)
f. Seksualitas : Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi, pembesaran dan nyeri
tekan prostat
g. Penyuluhan dan pembelajaran
h. Riwayat keluarga : kanker, HT, penyakit ginjal, penggunaan anti
hipertensi,antibiotik, alergi obat.
A. Asuhan Keperawatan Pre Operasi
1. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 Ds : Nyeri akut Agen injuri biologis
- P: pasien mengatakan nyeri pada perut
bawah bertambah ketika ingin BAK
dan berkurang ketika BAK selaesai
- Q: nyeri seperti terbakar
- R: regio hipogastrik
- S: skala nyeri 9
- T: hilang timbul
- Do: pasien tampak menahan sakit, urin
sedikit kemerahan, distensi kandung
kemih.
2. Rumusan Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
3. Rencana Pre Operasi
Dx Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan - Tentukan riwayat nyeri, lokasi,
- Memberikan informasi yang
tindakan durasi dan intensitas diperlukan untuk merencanakan
keperawatan asuhan.
diharapkan nyeri - Berikan pengalihan seperti
- Untuk meningkatkan kenyamanan
berkurang dengan reposisi dan aktivitas dengan mengalihkan perhatian klien
criteria hasil: menyenangkan seperti dari rasa nyeri.
- Klien mampu mendengarkan musik atau
-
mengontrol rasa nonton TV
nyeri melalui - Menganjurkan tehnik Meningkatkan kontrol diri atas efek
aktivitas penanganan stress (tehnik samping dengan menurunkan stress
- Melaporkan nyeri relaksasi, visualisasi, dan ansietas
yang dialaminya bimbingan), gembira, dan
- Mengikuti berikan sentuhan therapeutik.
program
pengobatan
-
Mendemontrasikan
tehnik relaksasi dan
pengalihan rasa
nyeri melalui
aktivitas yang
mungkin

4. Pelaksanaan Dan Evaluasi Preoperasi


Dx Implementasi Evaluasi
 Tentukan riwayat nyeri, lokasi,
- Nyeri masih dirasakan pada daerah perut bawah,
durasi dan intensitas nyeri bertambah ketika pasien ingin berkemih,
nyeri menjalar kesemua lapang perut nyeri
dirasakan terus menerus
 Berikan pengalihan -
seperti Pasien mampu merespon ketika ditanya,
reposisi dan aktivitas berkomunikasi terbuka menceritakan kondisi
menyenangkan seperti kesakitanya
mendengarkan musik -
atau
berkomunikasi
 Menganjurkan tehnik penanganan Pasien mampu melakukan tekhnik relaksasi secara
stress (tehnik relaksasi, mandiri, nyeri masih dirasakan
-
visualisasi, bimbingan), gembira,
dan berikan sentuhan therapeutic
 Menganjurkan pasien berdoa Pasien tampak berdoa dengan khusyuk
B. Asuhan Keperawatan Intra Bedah
1. Analisa data intra operasi
No Data Masalah Etiologi
1 Ds : -
Do: Resiko kekurangan volume Kehilangan cairan aktif
- Input : cairan
Makan : puasa
Minum :puasa
Infuse : 700 cc
AM : 5 ml/Kgbb/hari, 250 m/24
jam, 20,8 ml / 2jam.
Output
Urin : 0,5-1ml/Kgbb/jam, jadi 25-
50 cc/jam, dalam 2 jam =
50-100 cc/jam
Perdarahan : ± 600 cc
Iwl : 15ml/kgbb/hari, jadi
750 ml/hari =
31ml/jam, dalam 2 jam
= 62 ml/jam
- Bc : intake – output
: 720,8- 762
: - 41,2 ml
Kebutuhan cairan : 30-40 ml/kg
bb/hari = 1500-2000 ml/hari = 125 –
166,7 cc/2jam
2. Rumusan Diagnosa Keperawatan
Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan kenilangan cairan aktif
3. Rencana intra operasi
Dx Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan  Monitor status hidrasi - Mengetahui tanda-tanda syok
tindakan keperawatan hipovolemik
diharapkan tidak terjadi - Mengetahui respon organ vital
 Monitor status
perdarahan berlebih akibat kehilangan cairan aktif
hemodinamik pasien
dengan kriteria hasil: - Mempertahankan keseimbangan
 Monitor balance cairan
- Urin output dalam cairan normal
rentang normal - Memenuhi kebutuhan cairan
- Status hemodinamik  Monitor pemberian elektrolit tubuh

dalam rentang normal cairan melalui intra vena- Bernanfaat untuk pemberian
- Tidak terdapat tanda-  Monitor perdarahan terapi resusitasi cairan

tanda syok hipovolemik selama operasi

4. Pelaksanaan Dan Evaluasi Intra Operasi


Dx Implementasi Evaluasi
 Memonitor status hidrasi - Tak tampak tanda-tanda syok hipovolenik
-
 Memonitor status Tekanan darah : 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, RR
hemodinamik pasien :20 kali/menit, SpO2 : 95 %, akral dingin
- Bc : intake – output
: 720,8- 762
: - 41,2 ml
 Memonitor balance cairan - Kebutuhan cairan : 30-40 ml/kg bb/hari = 1500-
2000 ml/hari = 125 – 166,7 cc/2jam
-
 Memonitor pemberian cairan Cairan Rl 700 ml, masuk via intra vena, loading.
melalui intra vena -
 Memonitor perdarahan Perdarahan aktif selama operasi (-)
selama operasi
C. Asuhan Keperawatan Paska Operasi
1. Analisa Data Pasca Operasi
No Data Masalah Etiologi
1 Ds : - Resiko jatuh Efek samping penggunaan
Do: obat anastesi
- SpO2 : 95%
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Aldrete score 3
Tampak belum bisa menggerakan
ekstremitas bagian bawah
-
2. Rumusan Diagnosa Keperawatan
Resiko cidera berhubungan dengan efek samping penggunaan obat anastesi
3. Rencana Pasca Operasi
Dx Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan - Kaji tingkat aktivitas yang - Mengidentifikasi kategori
tindakan keperawatan dijalani pasien selama di aktivitas yang dijalani pasien.
selama 2x24 jam masalah rumah sakit. -
resiko jatuh dapat teratasi- Naikkan restrain jika perlu Mengantisipasi terjadinya jatuh
dengan kriteria hasil sbb -: Dampingi pasien selama di saat pasien banyak bergerak
1. Tidak terjadi jatuh atau RR - Saat pasien akan jatuh ada yang
cidera fisik - membantu menopang tubuhnya
2. Pasien dapat beraktivitas Beritahu pada keluarga - Mengidentifkasi tanda-tanda
dan atau ambulasi dengan pasien untuk tetap menjaga terjadinya jatuh
tenang atau mengawasi aktivitas
3. Pasien terjaga pasien
keamanannya dalam
beraktivitas
4. TD : 140/90 mmHg
5. Pasien dapat mengenali
lingkungan diruangan
-

4. Pelaksanaan Dan Evaluasi Pasca Operasi


Dx Implementasi Evaluasi
 Kaji tingkat aktivitas yang - Pasien mampu memenuhi ADLnya selama diRs
dijalani pasien selama di secara mandiri, setelah operasi pasien tampak tenang
rumah sakit. - Restrain terpasang, pasien berada posisi savety
 Naikkan restrain jika perlu - Pasien sadar dan kooperatif
-
 Dampingi pasien selama di RR Keluarga mengerti anjuran yang diberikan,
Beritahu pada keluarga pasien dibuktikan keluarga aktif bertanya posisi yang aman
untuk tetap menjaga atau ketika diruangan.
mengawasi aktivitas pasien

Anda mungkin juga menyukai