a. Pengkajian :
1) Rumah/Klinik:
pasien
pasca operatif
2) Unit Bedah :
lain.
3) Ruang operasi :
c) Mengidentifikasi pasien
1) Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu :
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat
dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik,
b) Status Nutrisi
dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein
gastric tube).
e) Pencukuran daerah operasi
sebelum pembedahan.
f) Personal Hygine
dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga
tegang.
melalui mulut.
(b) Pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
(e) Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa
penyembuhan.
pembedahan/operasi.
c. Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :
1) Usia
fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun . sedangkan pada bayi
fungsi organ.
2) Nutrisi
hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.
3) Penyakit Kronis
5) Merokok
d. Persiapan Penunjang
protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan
EKG.
antara lain :
kelainan darah.
darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya
PP (ppst prandial).
pemeriksaan ASA.
1) ASA grade I
2) ASA grade II
4) ASA grade IV
25.
5) ASA grade V
50.
f. Informed Consent
terhadap pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek
hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent.
medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap
anastesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan
Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor seperti: kondisi nutrisi
kerjasama yang baik dengan perawat dan tim selama dalam perawatan.
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung
betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak
keluarga.
g. Persiapan Mental/Psikis
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas
petugas.
maupun penunjang.
operasi)
pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke
rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda
Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk
tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama
berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.
bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa,
Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar
2. Konsep Penyakit
a. Definisi
pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih
batu dalam kolises dan atau pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena
1) Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium
a) Batu Kalsium
metabolisme endogen.
b) Batu Struvit
c) Batu Urat
terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6,
c. Etiologi
terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
pasien wanita.
(sedentary life).
d. Manifestasi Klinik
1) Obstruksi.
5) Kolik.
7) Hematuri.
9) Nyeri hebat.
e. Patofisiologi
kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang
ginjal).
g. Komplikasi
obstruksi.
h. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Radiologi
c) CT Scan
d) IVP
c) Scintigraphy.
3) Pemeriksaan Laboratorium
i. Penatalaksanaan
pembedahan terbuka.
1) ESWL/ Lithotripsi
6) Pengangkatan Bedah
meliputi :
dalam urin.
kali sehari).
asam (pH urine harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5
4) Medikamentosa.
kekambuhan adalah :
2) Rendah oksalat.
hiperkalsiuria.
4) Rendah purin.
5) Diet ini diberikan pada pasien yang menderita penyakit ginjal asam
3. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
I. Identitas
Nama :
5. Olahragawan.
1. Nyeri
3. Hematuria
4. Diare
5. Oliguria
6. Demam
7. Disururia
4. Genogram.
VI. Riwayat Bio-Sosio-Spiritual
a. Aktivitas/istirahat
duduk.
b. Sirkulasi
c. Eliminasi.
4) Diare.
1) Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung
f. Keamanan
1) Penggunaan alcohol.
2) Demam/menggigil.
g. Penyuluhan/pembelajaran
hiperparatiroidisme.
vitamin.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Pre Operatif
kandung kemih.
muntah.
d) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
2) Intra Operatif
pembedahan.
haemoragik/ hipovolemik.
3) Post Operatif
anastesi.
c. Intervensi
1) Pre operatif
terkontrol.
Intervensi Rasional
1. Catat lokasi, lamanya 1. Membantu mengevaluasi
intensitas (0-10) dan penyebaran. tempat abstruksi dan kemajuan
gerakan kalkulus
2. Jelaskan penyebab nyeri dan 2. Berikan kesempatan untuk
pentingnya melaporkan tentang pemberian analgesic sesuai waktu
perubahan kejadian/karakteristik (membantu dalam meningkatkan
nyeri. koping pasien dan dapat
menurunkan ansietas).
3. Berikan tindakan nyaman 3. Menaikkan relaksasi
contoh pijatan punggung menurunkan tegangan otot dan
lingkungan istirahat. menaikkan koping
4. Perhatikan keluhan/menetap 4. Obstruksi lengkap ureter
nya nyeri abdomen. dapat menyebabkan perforasi dan
ekstravasasi urine ke dalam area
perineal.
5. Berikan banyak cairan bila 5. Cairan membantu
tidak ada mual, lakukan dan membersihkan ginjal dan dapat
pertahankan terapi IV yang mengeluarkan batu kecil.
diprogramkan bila mual dan
muntah terjadi.
6. Dorong aktivitas sesuai 6. Gerakan dapat meningkatkan
toleransi, berikan analgesic dan pasase dari beberapa batu kecil
anti emetic sebelum bergerak bila dan mengurangi urine statis.
mungkin. Kenmyamanan meningkatkan
istirahat dan penyembuhan mual
disebabkan oleh peningkatan
nyeri.
a) Diagnosa : Perubahan eliminasi urine berdasarkan slimuti kandung
Intervensi Rasional
1. Awasi pemasukan dan 1. Memberikan informasi
keluaran serta karakteristik urine tentang fungsi ginjal, dan adanya
komplikasi contoh infeksi dan
perdarahan
2. Tentukan pola berkemih 2. Kalkulus dapat menyebabkan
normal dan perhatikan variasi ekstibilitas yang menyebabkan
sensasi kebutuhan berkemih
segera
3. Dorong meningkatkan 3. Peningkatan hidrasi
pemasukan cairan membilas bakteri,darah dan
debris dan dapat membantu
4. Periksa semua urine catat lewatnya batu.
adanya keluaran batu dan kirim 4. Penemuan batu
ke laboratorium untuk analisa memungkinkan identifikasi tipe
5. Observasi perubahan status batu dan mempengaruhi pilihan
mental,perilaku atau tingkat terapi.
kesadaran 5. Akumulasi sisa uremik dank
6. Awasi pemeriksaan e tidak seimbangan elektrolit
laboratorium, contoh BUN, dapat menjadi toksik di SSP.
elektrolit, kreatinin. 6. Peninggian BUN, kreatinin
dan elektrolit mengidentifikasikan
disfungsi ginjal.
a) Diagnosa : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual/muntah.
Intervensi Rasional
1. Awasi intake dan Output 1. Membandingkan keluaran
actual dan yang diantisifikasi
membantu dalam evaluasi
adanya/derajat statis/kerusakan
2. Catat insiden muntah, diare ginjal.
perhatikan karakteristik dan 2. Mual/muntah, diare secara
frekuensi mual/muntah dan diare. umum berdasarkan baik kolik
ginjal karena saraf ganglion
3. Awasi Hb /Ht, elektrolit seliaka pada kedua ginjal dan
lambung.
4. Berikan cairan IV 3. Mengkaji hidrasi dan
efektifian/kebutuhan intervensi.
4. Mempertahankan volume
5. Berikan diet tepat, cairan sirkulasi bila pemasukan oral
jernih, makanan lembut sesuai tidak cukup/menaik fungsi ginjal.
toleransi. 5. Makanan mudah cerna
menurunkan aktivitas GI/iritasi
dan membantu mempertahankan
cairan dan keseimbangan nutrisi.
Intervensi Rasional
1. Kaji ulang proses penyakit dan 1. Memberikan pengetahuan dasar
harapan di masa yang datang. dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
2. Tekankan pentingnya 2. Pembilasan sistem ginjal
peningkatan pemasukan cairan, menurunkan kesempatan statis
contoh 3-4 liter per hari atau 6-8 ginjal atau pembentukan batu.
liter perhari. Dorong pasien
melaporkan mulut kering, diuresis
(keringat berlebihan) dan untuk
peningkatan pemasukan cairan
baik bila haus atau tidak.
3. Diet rendah purin, contoh 3. Menurunkan pemasukan oral
membatasi daging berlemak, terhadap prekusor asam urat.
kalkun, tumbuhan polong,
gandum dan alkohol.
4. Diet rendah kalsium, contoh 4. Menurunkan resiko pembentukan
membatasi susu, keju, sayur, batu kalsium.
berdaun hijau, yogurt.
5. Diet rendah oksalat, contoh 5. Menurunkan pembentukan batu
membatasi makan coklat, oksalat.
minuman mengandung kafein,
bit, bayam.
6. Diet rendah kalsium/ fosfat 6. Mencegah kalkulus fosfat dengan
dengan jeli karbonat aluminium membentuk presipitrat yang larut
30-40 ml, 30 menit/jam. dalam traktus GI, menguragi
beban nefron ginjal.
7. Diskusikan program obat-obatan, 7. Obat-obatan diberikan untuk
hindari obat yang dijual bebas mengasamkan mengakalikan
dan membaca semua label urine, tergantung pada penyebab
produk/ kandungan dalam dasar pembentukan batu.
makanan.
8. Mendengar dengan aktif tentang 8. Membantu pasien berkerja
terapi / perubahan pola hidup. melalui perasaan dan
meningkatkan rasa kontrol apa
yang terjadi.
9. Tunjukan perawatan yang tepat 9. Meningkatkan kemampuan
terhadap insisi/ kateter bila ada. perawatan diri, dan kemandirian.
2) Intra Operatif
dengan haemoregik/hipovolemik.
3) Post Operatif
Intervensi Rasional
1. Kaji intensitas,sifat, lokasi 1. Menentukan tindakan
pencetus daan penghalang factor selanjutnya.
nyeri.
2. Berikan tindakan kenyamanan non 2. Dengan otot relkas posisi dan
farmakologis, anjarkan tehnik kenyamanan dapat mengurangi
relaksasi, bantu pasien memilih nyeri.
posisi yang nyaman.
3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan 3. Peradangan dapat menimbulkan
kemerahan. nyeri.
4. Anjurkan pasien untuk menahan 4. Untuk mengurangi rasa nyeri. R/
daerah insisi dengan kedua tangan obat.
bila sedang batuk.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk 5. Analgetik dapat mengurangi
pemberian analgetik. nyeri.
Intervensi Rasional
1. Kaji pola berkemih normal pasien. 1. Untuk membandingkan apakah
ada perubahan pola berkemih.
2. Kaji keluhan distensi kandung 2. Kandung kemih yang tegang
kemih tiap 4 jam. disebabkan karena sumbatan
kateter.
3. Ukur intake output cairan. 3. Untuk mengetahui keseimbangan
cairan.
4. Kaji warna dan bau urine dan 4. Untuk mengetahui fungsi ginjal.
nyeri.
5. Anjurkan klien untuk minum air 5. Untuk melancarkan urine.
putih 2 Lt /sehari , bila tidak ada
kontra indikasi.
pemasangan kateter.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan laporkan tanda dan gejala 1. Mengintervensi tindakan
infeksi luka (demam, kemerahan, selanjutnya.
bengkak, nyeri tekan dan pus)
2. Kaji suhu tiap 4 jam. 2. Peningkatan suhu menandakan
adanya infeksi.
3. Anjurkan klien untuk menghindari 3. Menghindarkan infeksi.
atau menyentuk insisi.
4. Pertahankan tehnik steril untuk 4. Menghindari infeksi silang
mengganti balutan dan perawatan
luka.