Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Lansia

1.1.1 Definisi

Manusia lanjut usia adalah sesorang yang karena usianya yang


lanjut mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU
Kesehatan No 36 Tahun 2009 pasal 138).

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi, dimulai sejak
permulaan kehidupan (Nugroho, 2008).

Menua (menjadi tua) adalah sesuatu proses menghilangnya secara


perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(CONSTANTANINDES, 1994).

Dapat disimpulkan bahwa usia lanjut adalah suatu kejadian yang


pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang
dalam tahap akhir perkembangan manusia, yang dimana tidak dapat
dihindari oleh siapapun disertai adanya penuranan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain,

1.1.2 Klasifikasi Lansia


1. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah (Depkes RI, 2003).

4. Lansia potensial
Lansia masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).

5. Lansia tidak potensial


Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah. Sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

1.1.3 Karakteristik Lansia


Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki
karakteristik sebagai berikut :

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.
13 tentang kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
1.1.4 Tipe Lansia

Beberapa tipe lansia bergantung pada karakter , pengalaman hidup,


lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya
(Nugroho,2000).

Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Tipe arif bijaksana


Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan
menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi
undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik, dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,
dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasiaf dan acuh tak acuh.
Dalam buku Mengenal usia lanjut dan perawatannya (maryam,
2008).

1.1.5 Macam-macam Proses Menua

1. Penuaan Primer : Perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang


mempunyai inri DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak
mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil
oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang
mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan
imunologi dan mudah terjadi infeksi.
2. Penuaan Sekunder : Proses penuaan akibat dari faktor lingkungan,
fisik, psikis dan sosial. Stres fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat
mempercepat proses menjadi tua. Contoh diet suka memakan
oksidator, yaitu makanan yang hampir expired. Gairah hidup yang
dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan
kepribadian seseorang, misal pada kepribadian tipe A yang tidak
pernah puas dengan apa yang diperolehnya ( Arita, 2011).
1.1.6 Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erickson, kesepian lansia untuk beradaptasi atau


menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut
dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.
Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya
melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina
hubungan yang serasi dengan orang-orang disekitarnya, maka pada
usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan
pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga,
mengembangkan hobi bercocok tanam, dan lain-lain.
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun


2. Mempersiapkan diri untuk pensiun
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
4. Mempersiapkan kehidupan baru
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat
secara santai
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan
1.1.7Batasan Usia Lanjut
Birren dan Jenner, membedakan usia menjadi :

1. Usia Biologis, yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang


sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup tidak mati.
2. Usia psikologis, menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk
mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang
dihadapinya.
3. Usia sosial, menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan
masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya
(Nugroho, 2000).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi :


1. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2. Usia lanjut (elderly), antara 60-74 tahun.
3. Usia tua (old), antara 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old), usia diatas 90 tahun.

Menurut Setyonegoro, dalam Nugroho (2000), pengelompokan usia


lanjut adalah sebagai berikut :

1. Usia dewasa muda (elderly adulhood), 18 atau 20-25 tahun.


2. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 atau 65
tahun.
3. Lanjut usia (geriatric age), lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi
untuk umur 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), dan lebih
dari 80 tahun (very old).

1.1.8Permasalahan Umum Yang Terjadi Pada Lansia

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya


penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa
secara khusus pada lansia.
Lanjut usia yang secara psikososial yang dinyatakan krisis bila :
1. Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan
orang lain).
2. Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakat
karena berbagai sebab, diantaranya setelah menjalani masa
pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian
pasanga hidup dan lain-lain.
Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
(homeostatis) sehingga membawa lansia kearah
kerusakan/kemerosotan (deteriosasi) yang progresif terutama karena
aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif,
apatis dsb. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stresor
psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup,
kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak
hukum, atau trauma psikis.

1.1.9Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

1. Perubahan-perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem
organ tubuh diantaranya sistem pernafasan, pendengaran,
penglihatan, kardio vaskuler, sistem pengaturan temperatur tubuh,
sistem respirasi, muskuloskletal, gastrointestinal, genitourinaria,
endokrin dan integumen.

2. Perubahan-perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa


b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (Hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan gizi akibat kehilakngan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman-teman dan family
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
3. Perubahan Psikososial
a. Kehilangan financial (income berkurang)
b. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).
c. Kehilangan teman/kenalan/relasi
d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan dan
- Merasakan atau sadar akan kematian, Perubahan dalam
cara hidup (memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit)
- Penyakit kronis dan ketidakmampuan
- Kemampuan Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.
Biaya hidup meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya
pengobatan bertambah.
- Timbulnya kesepian akibat pengasingan dari lingkungan
sosial.
- Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
- Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan
dengan teman-teman dan family.
- Hilangnya kekuatan dan ketanggapan fisik: perubahan
terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri
- Adanya gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan
ketulian

4. Perkembangan Spiritual
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya (Maslow, 1970).
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray
dan Zentner, 1970).
1.2 Hipertensi
1.2.1Pengertian

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan


darah diastolik ≥ 90 mmHg, Tu bila pasien memakai obat antihipertensi.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan yang lebih tinggi dari
140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.

1.2.2Etiologi

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.


Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi
menjadi 2 golongan yaitu:

a. Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang


mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan
saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na,
obesitas, merokok dan stress.

b. Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena peNyakit parenkim renal/vakuler


renal, penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil, serta gangguan
endokrin, dll.

1.2.3 Patofisiologi

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang


diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah. Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang meNyebabkan retensi natrium. Hal tersebut
akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ
seperti jantung

1.2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah
meningkatkan tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis,
pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang,
lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah.

1.2.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol adalah

a) Krisis Hipertensi
b) Penyakut jantung dan pembuluh darah : penyakit jantung koroner dan
penyakit jantung hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung
yang timbul pada penderita hipertensi.
c) Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko
paling penting untuk timbulNya stroke. Kekerapan dari stroke
bertambah dengan setiap kenaikan tekanan darah.
d) Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan
perubahan neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai
akibat tekanan arteri yang meningkat dan kembali normal apabila
tekanan darah diturunkan.
e) Nefrosklerosis karena hipertensi.
f) Retinopati hipertenssi.
1.2.6 Penatalaksanaan
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:

a) Penatalaksanaan Non Farmakologis.


1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam
plasma.

2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.

b) Penatalaksanaan Farmakologis.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan
hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan
antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin
angitensin.

1.2.7 Pemeriksaan Diagnostik


a. Hb/Ht: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas).
b. BUN/kreatinin: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
c. Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh
peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalsium serum
e. Kolesterol dan trygliserid
f. Urin analisa
g. Foto dada
h. CT Scan
i. EKG
1.2.8Usaha Pencegahan Hipertensi
a. Mengurangi konsumsi garam
b. Menghindari kegemukan
c. Membatasi konsumsi lemak
d. Olahraga teratur
e. Makan banyak sayur segar
f. Tidak merokok dan tidak minum alkohol
g. Latihan relaksasi atau meditasi
h. Berusaha membina hidup yang positif.
A. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis
a. Pengkajian
1) Aktifitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton

Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung

2) Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.

Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.

3) Integritas Ego
Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.

Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.

4) Eliminasi
Riwayat peNyakit ginjal, obstruksi.

5) Makanan/ cairan
Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/
turun), riwayat penggunaan diuretik.

Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adaNya oedem.

6) Neurosensori
Gejala: Keluhan pusing berdeNyut, sakit kepala sub oksipital,
gangguan penglihatan.

Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori,


perubahan retina optik.

Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan.

7) Nyeri/ ketidakNyamanan
Gejala: Angina, Nyeri hilang timbul pada tungkai, Nyeri abdomen/
masssa.

8) Pernafasan
Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea,
batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.

Tanda: BuNyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/


penggunaan alat bantu pernafasan.

9) Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi, cara berjalan.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi pembuluh darah.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
3) Gangguan rasa Nyaman Nyeri : sakit kepela berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup
monoton.
5) Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping
tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
6) Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitNya berhubungan
dengan kurang informasi.
c. Rencana Keperawatan
1) Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi pembuluh darah.
Kriteria Hasil :

Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan


darah / beban kerja jantung, mempertahankan TD dalam rentang
individu yang dapatditerima, memperlihatkan norma dan frekwensi
jantung stabil dalam rentang normal pasien.

Rencana Keperawatan :

 Observasi tekanan darah.


Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah
vaskuler.

 Catat keberadaan, kualitas deNyutan sentral dan perifer.


Rasional : deNyutan karotis,jugularis, radialis dan femoralis
mungkin teramati / palpasi.

 Auskultasi tonus jantung dan buNyi napas.


Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat
karena adaNya hipertropi atrium, perkembangan S3
menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adaNya
krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder
terhadap terjadiNya atau gagal jantung kronik.

 Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian


kapiler.
Rasional : adaNya pucat, dingin, kulit lembab dan masa
pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi /
penurunan curah jantung.

 Catat adaNya demam umum / tertentu.


Rasional : dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan
ginjal atau vaskuler.

 Berikan lingkungan yang Nyaman, tenang, kurangi aktivitas /


keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamaNya
tinggal.
Rasoinal : membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis,
meningkatkan relaksasi.
 Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
Rasional : dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan
stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan
tekanan darah.

 Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian terapi anti


hipertensi.
Rasional : menurunkan tekanan darah.

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Kriteria Hasil :

Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /


diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur.

Rencana Keperawatan :

 Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan


parameter : frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi
istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau Nyeridada,
kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusig atau
pingsan.
Rasional : parameter menunjukan respon fisiologis pasien
terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh
kelebihan kerja / jantung.

 Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan


kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan
perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
Rasional : stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk
memajukan tingkat aktivitas individual.

 Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri.


Rasional : konsumsi oksigen miokardia selama berbagai
aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada.
Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba
pada kerja jantung.

 Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan


kursi mandi, meNyikat gigi / rambut dengan duduk dan
sebagaiNya.
Rasional : teknik penghematan energi menurunkan
penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.

 Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode


aktivitas.
Rasional : seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap
kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.

3) Gangguan rasa Nyaman Nyeri : sakit kepala berhubungan dengan


peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
Kriteria Hasil :

Melaporkan Nyeri/ketidak Nyamanan tulang/terkontrol,


mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan,
mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan.

Rencana Keperawatan :

 Pertahankan tirah baring selama fase akut.


Rasional : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.

 Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit


kepala, misalNya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung
dan leher serta teknik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler
serebral dengan menghambat / memblok respon simpatik,
efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasiNya.
 Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk
panjang,dan membungkuk.
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
meNyebabkan sakit kepala pada adaNya peningkatkan tekanan
vakuler serebral.

 Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.


Rasional : meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas
yang berlebihan yang memperberat kondisi klien.

 Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam


setelah makan.
Rasional : menurunkan kerja miocard sehubungan dengan
kerja pencernaan.

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti


ansietas, diazepam dll.
Rasional : analgetik menurunkan Nyeri dan menurunkan
rangsangan saraf simpatis.

4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup
monoton.
Kriteria Hasil :

klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan


kegemukan, menunjukan perubahan pola makan, melakukan /
memprogram olah raga yang tepat secara individu.

Rencana Keperawatan :

 Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara


hipertensi dengan kegemukan.
Rasional : kegemukan adalah resiko tambahan pada darah
tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan
peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa tumbuh.

 Bicarakan pentingNya menurunkan masukan kalori dan batasi


masukan lemak,garam dan gula sesuai indikasi.
Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadiNya
aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi
untuk hipertensi dan komplikasiNya, misalNya, stroke,
peNyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam
memperbaNyak volume cairan intra vaskuler dan dapat
merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.

 Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.


Rasional : motivasi untuk penurunan berat badan adalah
internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat
badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.

 Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.


Rasional : mengidentivikasi kekuatan / kelemahan dalam
program diit terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan
inividu untuk meNyesuaikan / peNyuluhan.

 Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien,


MisalNya : penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.
Rasional : penurunan masukan kalori seseorang sebaNyak 500
kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5
kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat
mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan
umumNya dengan cara mengubah kebiasaan makan.

 Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian


termasukkapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan
dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.
Rasional : memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi
yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk
memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah / dapat
mengontrol perubahan.

 Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat , hindari


makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur,
es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning
telur, produk kalengan, jeroan).
Rasional : menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan
kolesterol penting dalam mencegah perkembangan
aterogenesis.

 Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.


Rasional : memberikan konseling dan bantuan dengan
memenuhi kebutuhan diet individual.

5) Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping


tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistk.
Kriteria Hasil :

Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensiNya,


meNyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi,
mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah
untuk menghindari dan mengubahNya.

Rencana Keperawatan :

 Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi


perilaku, MisalNya: kemampuan meNyatakan perasaan dan
perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
Rasional : mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup
seorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan
terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari.
 Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidak mampuan untuk mengatasi / meNyelesaikan masalah.
Rasional : manifestasi mekanisme koping maladaptive
mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic.

 Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan


kemungkinan strategi untuk mengatasiNya.
Rasional : pengenalan terhadap stressor adalah langkah
pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor.

 Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan


partisifasi maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional : keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri
yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan
dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik.

 Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup.


TaNyakan pertaNyaan seperti : apakah yang anda lakukan
merupakan apa yang anda inginkan ?
Rasional : fokus perhatian klien pada realitas situasi yang
relative terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan.
Etika kerja keras kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar
dapat mengarah pada kurang perhatian pada kebutuhan-
kebutuhan personal.

 Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan


perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk meNyesuaikan
ketibang membatalkan tujuan diri / keluarga.
Rasional : perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak
berdaya.
6) Kurang pengetahuan mengenai kondisi peNyakitNya berhubungan
dengan kurang informasi.
Kriteria hasil :

 MeNyatakan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan,


mempertahankan TD dalam pemahaman tentang proses
peNyakit dan regiment pengobatan, mengidentifikasi efek
samping obat dan parameter normal.
Rencana Keperawatan :

 Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko


kardivaskuler yang dapat diubah, misalNya : obesitas, diet
tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton,
merokok, dan minum alkohol (lebih dari 60 cc / hari dengan
teratur) pola hidup penuh stress.
Rasional : faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan
dalam menunjang hipertensi dan peNyakit kardiovaskuler serta
ginjal.

 Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang


terdekat kesalahan konsep dan meNyangkal diagnosa karena
perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi
minimal klien / orang terdekat untuk mempelajari peNyakit,
kemajuan dan prognosis.
Rasional : bila klien tidak menerima realitas bahwa
membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku
tidak akan dipertahankan.

 Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, peNyebab,


tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
Rasional : mengidentivikasi tingkat pegetahuan tentang proses
peNyakit hipertensi dan mempermudah dalam menentukan
intervensi
 Jelaskan pada klien tentang proses peNyakit hipertensi
(pengertian, peNyebab, tanda dan gejala, pencegahan,
pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes.
Rasional : meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien
tentang proses penyakit hipertensi

Anda mungkin juga menyukai