Anda di halaman 1dari 37

KONSEP DASAR PENYAKIT

”SECTIO CAESAREA”

A.    Definisi

Sectio Caesarea adalan suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. (Moctar. R, 1998).

B.     Indikasi

1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)


2. Panggul sempit
3. Disproporsi sevalo pelvic yaitu ketidak seimbangan antara ukuran kepala dan
pangul
4. Ruptur uteri
5. Partus lama
6. Partus tidak maju
7. Distosia sereviks
8. Preeklamsia, eklamsia dan hipertensi
9. Mal presentase janin :

a.       Letak lintang


b.      Letak bokong
c.       Presentase dahi dan muka
d.      Presentase rangkap
e.       Gameli
C.    Jenis-Jenis Operasi Sectio Caesarea

1. Sectio Caesarea Transperitonealisis

a.       Sectio Caesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri.
 Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
sepanjang 10 cm.
1)      Kelebihan
a)      Mengeluarkan janin lebih cepat
b)      Tidak menimbulkan komplikasi kandung kemih tertarik
c)      Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
2)      Kekurangan

1
a)      Infeksi mudah menyebar secara intraabdominak karena tidak ada
reperitonelisasi yang baik
b)      Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri
spontan.
b.      Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan
insisi pada segmen bawah rahim.
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada
segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm.
1)      Kelebihan
a)      Penjahitan luka lebih mudah
b)      Penutupan lukan dengan reperitonealisis yang baik
c)      Tupang tindih peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
d)     Perdarahan kurang
e)      Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri
spontan kurang / lebih kecil.
2)      Kekurangan
a)      Luka dapat menyebar ke bawah, kiri dan kanan
b)      Keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi

2. Sectio Caesarea Ekstraperitonealisis, yaitu tanpa membuka peritoneum


parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.

D.    Komplikasi

1. Infeksi puerperal (nifas)

Ringan     :    dengan kenaikan suhu beberapa hari saja


Sedang     :    dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung
Berat        :    dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik

2. Perdarahan disebabkan adanya :

a.       Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka


b.      Atoni uteri
c.       Perdarahan pada plasenta

2
3. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonelisis terlalu tinggi
4. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang
E. Panggul Sempit

Macam-Macam Panggul Sempit

Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis

melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala

dan panggul

Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :

1.      Kesempitan pintu atas panggul

2.      kesempitan bidang bawah panggul

3.      Kesempitan pintu bawah panggul

Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar tuberum sebagai

dasar bersamaan.Ukuran – ukuran yang penting ialah :

- Diameter transversa (diameter antar tuberum ) 11 cm

- diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum

11 ½ cm

- diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke

ujung os sacrum 7 ½ cm. Pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak

antara tubera ossis ischii 8 atau kurang kalau jarak ini berkurang dengan

sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat

dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul. Menurut

thomas dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan

3
diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm )

Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga

sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan

putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita

melakukan SC bisanya dapat diselesaikan dengan forcepe dan dengan

episiotomy yang cukup luas.

- Kesempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera kurang dari 10 cm

atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. Conjugata vera dilalui

oleh diameter biparietalis yang ± 9½ cm dan kadang-kadang mencapai 10

cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat

menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah

diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit.

2. Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi

sebagai berikut :

1.      Kelainan karena gangguan pertumbuhan

2.      Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil

3.      Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa

4.      Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka belakang

5.      Panggul corong :pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit

6.      Panggul belah : symphyse terbuka

7.      kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya

4
8.      Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit

picak dan lain-lain

9.      Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang

10.  Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring

11.  kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang

12.  kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong

13.  sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring

14.  kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah

coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.

Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura dari tulang panggul yang

menjadi penyebab kelainan panggul.

3. Pengaruh panggul sempit pada kehamilan dan persalinan

Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun

persalinan.

• Pengaruh pada kehamilan

1. Dapat menimbulkan retrafexio uteri gravida incarcerate. Karena

kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi gravida fundus atau

gangguan peredaran darah

Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung

Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan tanda

panggul sempit.

5
2. Kepala tidak turun kedalam panggul pada bulan terakhir dapat

menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang.

3. Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari

pada ukuran bayi pukul rata.

• Pengaruh pada persalinan

1. Persalinan lebih lama dari biasa.Karena gangguan pembukaan dan

banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak. Kelainan

pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum waktunya,

karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul

selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan

cervix karena tertahan pada pintu atas panggul

2. Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi

misalnya :

Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya diameter

bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat

melalui conjugata vera yang sempit itu.

Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan

“knopfloch mechanismus” (mekanisme lobang kancing).

3. Pada panggul sempit kepala anak mengadakan hyperflexi supaya

ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan lahir sekecil-

kecilnya

6
4. Pada panggul sempit melintang sutura sagitalis dalam jurusan muka

belang (positio occypitalis directa) pada pintu atas panggul.

5. Dapat terjadi ruptura uteri kalau his menjadi terlalu kuat dalam

usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul sempit.

Sebaiknya jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh

panggul sempit dapat terjadi infeksi intra partum. Infeksi ini tidak

saja membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan kematian

anak didalam rahim. Kadang-kadang karena infeksi dapat terjadi

tympania uteri atau physometra.

6. Terjadi fistel : tekanan yang lama pada jaringan dapat menimbulkan

ischaemia yang menyebabkan nekrosa. Nekrosa menimbulkan

fistula vesicovaginalis atau fistula recto vaginalis. Fistula

vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung kencing

tertekan antara kepala anak dan symphyse sedangkan rectum jarang

tertekan dengan hebat keran adanya rongga sacrum.

7. Ruptur symphyse dapat terjadi , malahan kadang – kadang ruptur

dari articulatio scroilliaca.

8. Kalau terjadi symphysiolysis maka pasien mengeluh tentang nyeri

didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat tungkainya. Parase

kaki dapat menjelma karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf

didalam rongga panggul , yang paling sering adalah kelumpuhan N.

Peroneus .

7
• Pengaruh pada anak

- Patus lama misalnya: yang lebih dari 20 jam atau kala II yang

lebih dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi

kalau ketuban pecah sebelum waktunya.

- Prolapsus foeniculli dapat menimbulkan kematian pada anak

- Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak.

Terutama kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari ½

cm. selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda

tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium (os

parietal) malahan dapat terjadi fraktur impresi.

Persangkaan Panggul sempit

Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau :

1.      primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36

2.      Pada primipara ada perut menggantung

3.      Pada multipara persalinan yang dulu – dulu sulit

4.      kelainan letak pada hamil tua

5.      kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose,pincang dan lain-lain)

6.      osborn positip

- Prognosa

Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor

1.      Bentuk panggul

2.      Ukuran panggul, jadi derajat kesempitan

8
3.      Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul

4.      Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala

5.      Presentasi dan posisi kepala

6.      His

Diantara faktor-faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti dan

sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena itu

ukuran – ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya

persalinan.

Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir

dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 ½ cm. Sebaliknya kalau

CV 8 ½ cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung

selamat. Karena itu kalau CV < 8 ½ cm dilakukan SC primer ( panggul

demikuan disebut panggul sempit absolut )

Sebaliknya pada CV antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung pada

banyak faktor:

1.      Riwayat persalinan yang lampau

2.      besarnya presentasi dan posisi anak

3.      pecahnya ketuban sebelum waktunya memburuknya prognosa

4.      his

5.      lancarnya pembukaan

6.      infeksi intra partum

7.      bentuk panggul dan derajat kesempitan karena banyak faktor yang

mempengaruhi hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8 ½ – 10cm

9
(sering disebut panggul sempit relatip) maka pada panggul sedemikian

dilakukan persalinan percobaan.

·        Penatalaksanaan CPD (Cephalus Pelvix Disproporsional )

a. Persalinan Percobaan

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala

janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per

vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan

tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut

tidak dapar diketahui sebelum persalinan.

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa

pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.

Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena

kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan

disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan.

Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat

diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar

sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral

yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam

kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut

tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul,

sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan

lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong

memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan

10
menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong

menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke

diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan. Persalinan percobaan ada

dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of labour serupa dengan

persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir

dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam

kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak

lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang

tinggi pada cara ini. Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir

sontan per vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik.

Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali

kemajuannnya,

keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap

dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta

pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.

b. Seksio Sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan

kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat

dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti

primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki. Seksio sesarea

sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan

11
perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas

mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.

c. Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada

simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

d. Kraniotomi dan Kleidotomi

Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin

dengan cara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga

janin dapat dengan mudah lahir pervaginam. Kraniotomi, terdiri atas perforasi kepala

janin, yang biasanya diikuti oleh kranioklasi.

e. Kleidotomi

Tindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi kepala dilahirkan, akan

tetapi dialami kesulitan untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah janin

meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula)

pada satu atau kedua klavikula. Dibawah perlindungan spekulum dan tangan kiri

penolong dalam vagina, klavikula dan jika perlu klavikula belakang digunting, dan

selanjutnya kelahiran anak dengan berkurangnya lebar bahu tidak mengalami

kesulitan. Apabila tindakan dilakukan dengan hati-hati, tidak akan timbul luka pada

jalan lahir. Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi.

12
Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka

dilakukan seksio sesarea.

·        Terapi

Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya

dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps memperkecil

ruangan jalan lahir.

4.            Nifas

Nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,

masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu. (Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal, 2002)

Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat

kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)

Periode

Masa nifas dibagi dalam 3 periode:

1. Early post partum (Dalam 24 jam pertama).

13
2. Immediate post partum (Minggu pertama post partum).

3. Late post partum (Minggu kedua sampai dengan minggu keenam).

Tujuan Asuhan Kebidanan :

v Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.

v Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

v Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan

bayi sehat.

v Memberikan pelayanan keluarga berencana.

Tanda dan Gejala :

1. Perubahan Fisik

2. Sistem Reproduksi

3. Uterus

4. Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil. Proses ini

dipercepat oleh rangsangan pada puting susu :

Tahapan pengeluaran lochea :

ü Rubra (merah) : 1-3 hari.

ü Serosa (pink kecoklatan) : 4-9 hari

ü Alba (kuning-putih) : 10-14 hari

14
Lochea terus keluar sampai 3 minggu. Bau normal seperti menstruasi, jumlah

meningkat saat berdiri. Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.

Perubahan Fisik Pada Masa Nifas

- Serviks Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari,

struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak

bercelah.

-Vagina

Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak

hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal

dengan ovulasi.

Ø Episiotomi => Penyembuhan dalam 2 minggu.

- Payudara

Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena

peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui,

engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang.

Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.

- Sistem Endokrin

15
·         HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi

dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi.

·         Hormon pituitari

Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada

pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.

·         Sistem Kardiovaskuler

v Tanda-tanda vital

Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post

partum terjadi bradikardi.

v Volume darah

Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu

Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.

v Perubahan hematologik

Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.

v Jantung

Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.

·         Sistem Respirasi

Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali

setelah 3 minggu post partum.

16
·         Sistem Gastrointestinal

v Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.

v Nafsu makan kembali normal.

v Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.

·         Sistem Urinaria

v Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.

v Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.

v Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.

·         Sistem Muskuloskeletal

Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti

2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.

·         Sistem Integumen

Hiperpigmentasi perlahan berkurang.

·         Sistem Imun

Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.

ASUHAN  KEPERAWATAN  TEORITIS

17
A.    Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah,kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik
fisik, mental, sosial dan lingkungan. (Effendy, 1995)

1.      Pengkajian data dasar klien (Doengus, 1998)

Riwayat :
-       Tinjau kembali catatan perinatal dan intra operasi : tinjau kembali indikasi
untuk kelahiran sesarea.
-       Catat jenis dari anestesia intra operatif dan obat-obat yang diberikan dalam
intra operatif dan dalam masa penyembuhan / pemulihan jangka pendek ; catat
kehilangan darah selama menjalani prosedur pembedahan.
-       Respon klien dan keluarga terhadap pengalaman kelahiran dapat
menggambarkan kekecewaan.
-       Kondisi dari bayi yang baru lahir atau umur kehamilan pada kelahiran dapat
perlu dirawat ke bagian unit perawatan intensif neonatal (NICU).
-       Keluhan gangguan kenyamanan disebabkan oleh trauma pembedahan atau
setelah nyeri.     

2.       Pemeriksaan fisik :

1.    Fundus akan benar-benar berkontraksi, akan tetap berada pada umbilicus
selama kira-kira 7 hari post partum dan selanjutnya akan infolusi satu jari per
hari.
2.    Lochia sedang dan bebas dari bekuan-bekuan yang banyak, aliran yang
terakhir lebih lama melalui kelahiran caecarea dari pada melalui kelahiran
vagina.
3.    Balutan / verban abdominal kurang sedikit noda / kotor atau tetap kering dan
utuh.
4.    Pemasangan kateter kemungkinan dipasang selam 24 jam dan akan
menglirkan urine jernih dan kekuning-kuningan.
5.    Bunyi usus kemungkinan tidak ada, redub atau berbedah.
6.    Kateter parenteral apabilah digunakan, sebaiknya infuse bebas dari tanda-
tanda infeksi.
7.    Mulut kemungkinan kering, menampilkan efek dari obat-obatan pre-operasi
dan anastesi.
8.    Abdomen lembut dan tidak tagang.
9.    Larutan pencuci lock heparin kemungkinan digunakan sebagai pemberian
antibiotik.

3.      Pemerikasaan Diagnostik :

18
1.    Pemeriksaan darah lengkap dan Hb, untuk mengkaji perubahan dari
tingkat pre-operasi dan menilai kehilangan darah selama pembedahan.
2.    Darah vagina, dan kultur lochia dapat diambil.
3.    Urinalisis dengan kultur dan sensitifitas kemungkinan diambil untuk
memastikan infeksi saluran perkemihan.

4.      Prioritas keperawatan :

1.    Kaji status fisik klien dan tingkat kenyamanan.


2.    Mencegah komplikasi post operasi.
3.    Memudahkan klien meningkatkan rasa tanggung jawab untuk merawat
dirinya dan bayinya.
4.    Tingkatkan respon emosional positif terhadap kelahiran dan untuk peran
orang tua.

B.     Diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan/kesimpulan yang diambil dari


pengkajian tentang status kesehatan klien.
1.      Diagnosa keperawatan      :  Perubahan dalam rasa nyaman, nyeri akut.
Tujuan umum                    : Gangguan kenyamanan dapat dicegah atau
berkurang.

Intervensi Rasionalisasi
1.    Kaji fisiologi dan lokasi 1.     Klien tidak dapat
ketidaknyamanan. Catat tanda- mengungkapkan keluhan
tanda verbal dan non verbal. tentang nyeri dan
ketidaknyamanan ; walaupun
nyeri otot post operasi
mungkin diharapkan, dapat
menampilkan perkembangan
komplikasi.
2.     Menolong mengurangi nyeri,
2.    Berikan informasi tentang dihubungkan dengan nyeri agar
nyeri dan bantu pasien pasien lebih memahami dan
melakukan teknik distraksi dan meningkatkan rasa nyaman
teknik relaksasi. pasien.
3.     Nyeri dapat menimbulkan
3.    Nilai tekanan darah dan kurang istirahat dan
denyut nadi, catat perubahan peningkatan dalam tekanan
tingkah laku. Bedakan kurang darah dan denyut nadi
istirahat yang berhubungan
dengan shock dari yang
berhubungan dengan nyeri. 4.     Relaksasi nyeri dan
4.    Ubah  posisi pasien, kurangi

19
rangsangan dan lakukan pengalihan dari sensasi nyeri  
pengosokan punggung.
Anjurkan pasien melakukan
teknik relaksasi.

2.         Diagnosa keperwatan   :  Resiko injuri berhubungan dengan lamanya


kelahiran atau  rangsangan oksitoksin berlebihan.
       Tujuan umum                :  Komplikasi dicegah atau dikurangi ; tanda-tanda
vital, dan pemeriksaan laboratorium dalam batas normal              

Intervensi Rasionalisasi
1.      Tinjau kembali riwayat 1.      Adanya faktor-faktor resiko
prenatal dan postnatal terhadap seperti kelelahan miometrial,
faktor-faktor yang mendukung ketegangan uterus yang
klien terhadap komplikasi. berlebihan, rangsangan
oksitoksin yang lama, anastesi
umum, atau bawaan
tromboplebitis prerenal klien
sangat rentan terhadap
komplikasi post opersi. Sayatan
klasik ke dalam uterus
dihubungkan dengan kehilangan
darah intra operasi yang banyak
dari pada sayatan ke dalam
segmen uterus bagian bawah.
2.      Peningkatan takanan darah
dapat  menandakan
berkembangnya atau
2.      Monitor tekanan darah, nadi berlanjutnya status
dan suhu. Catat kedinginan hipersesitive  magnesium
dan kelembaban kulit, sulfate atau pengobatan anti
kelemahan atau nadi kecil dan hipertensi, hipotensi dan
perubahan perilaku. takikardi bisa mengambarkan
dehidrasi dan hipovolemia.
3.      Tingkatkan peristaltic untuk
mengurangi ketidaknyamanan
3.      Anjurkan pergerakan dini dari penumpukan gas dimana
dan penghindaran selama 3 hari setelah kelahiran
pembentukan gas makanan sesarea.
dan sayuran karbonat. 4.      Membantu mencegah ketidak
nyamanan berhubungan dengan
4.      Palpasi kandung kemih, ketidaknyamanan yang
kemungkinan pengosongan berlebihan.

20
berkala setelah pengangkutan 5.      Tiap sakit kepala
kateter. kemungkinan dangan tusukan
5.      Nilai adanya intensitas sakit spinal dan kemungkinan
kapala selama perubahan dari disebabkan oleh mengalirnya
posisi recumbent ke posisi cairan serebrospinal.
berdiri selama 24 jam setelah
anasthesi block subarachroid. 6.      Meningkatkan kenyamanan
6.      Beri analgetik setia 3-4 jam, dimana memperbaiki status
tingkatkan dari jadwal spikologis dan menambah
intramuskuler dan subkutan ke pergerakan. 
jadwal oral.
        
                   
3.         Diagnosa keperawatan  :  Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
anastesi.
       Tujuan umum             :    Frekuensi pernapasan dalam batas normal, bunyi paru
normal dan vesikuler terdengar.

Intervensi Rasionalisasi
1.      Kaji frekuensi nadi dan 1.  Tachicardy dan peningkatan
pernapasan napas dapat menandakan
hypoksia.
2.      Pertahankan jalan udara 2.  Mencegah obstuksi jalan napas.
klien dengan miringkan
kepala. 3.  Kurangnya suara napas adalah
3.      Lakukan auskultasi suara indikasi adanya obstruksi oleh
napas. mucus atau lidah dan dapat
dibenahi dengan mengubah
posisi ataupun pengisapan.
Berkurangnya suara pernapasan
diperkirakan telah terjadimya
atelektasis.
4.  Dilakukan untuk memastikan
efektivitas pernapasan sehingga
4.      Observasi frekwensi dan upaya memperbaikinya dapat
kedalaman pernapasan. segera dilakukan.
5.  Meningkatnya pernapasan,
takikardi dan bradikardi
5.      Pantau tanda-tanda vital menunjukan kemungkinan
setip 4 jam. terjadinya hipoksia.
6.  Elevasi kepala dan posiisi
miring akan mencegah
6.      Letakan klien pada posisi terjadinya aspirasi muntah,
yang sesuai tergantung pada posisi yang benar akan

21
kekuatan pernapasan. mendorong ventilasi pada lobus
paru menurunkan tekanan
diafagma.
7.  Ventilasi dalam yang aktif
membuka alveolus,
mengeluarkan sekresi dari
7.      Lakukan latihan gerak sistim pernapasan.
sesegera mungkin pada klien 8.  Dilakukan untuk meningkatkan
yang reaktif. pengambilan oksigen
pengeluaran gas tersebut.
8.      Berikan tambahan oksigen
sesuai kebutuhan.

4.      Diagnosa keperawatan      :  Resiko infeksi berhubungan dengan


Tujuan umum  :    Sel darah putih, suhu, nadi, tetap dalam batas normal.
Penyembuhan insisi terjadi dengan tujuan pertama ; uterus tetap  lembut dan
tidak empuk dan lochia bebas dari bau.
Intervensi Rasional
1.    Angkat balutan verban 1.    Memudahkan insisi untuk
abdomen sesuai indikasi kering dan meningkatkan
penyembuhan setelah 24 jam
pertama menjalani prosedur
pembedahan.
2.    Bantu sesuai keperluan 2.    Insisi biasanya sudah cukup
dengan mengangkat benang sembuh untuk pengangkatan
kulit benang pada 4-5 hari setelah
prosedur pembedahan.
3.    Anjurkan klien untuk mandi 3.    Mandi sering diijinkan setelah
air hangat setiap hari. hari ke-2 menjalani prosedur
kelahiran caesarea dapat
meningkatkan kebersihan dan
dapat merangsang sirkulasi dan
penyembuhan luka
4.    Berikan oxytoksin atau
4.    Mempertahankan kontraksi
preparat ergometrium, beri
miometrial oleh karena
infuse oksitoksin yang sering
menurunya penyebaran bakteri
dianjurkan secara rutin untuk 4
melalui dinding uterus,
jam setelah prosedur
membantu dalam pengeluaran
pembedahan.
bekuan dan selaput.
5.    Ambil darah vaginal dan
5.    Bekterimial lebih sering pada
kultur urine bila infeksi
ibu yang mengalami ruptur
dicurigai.
membrane untuk 6 jam atau
lebih lama dari pada klien yang
mempunyai membran tetap utuh

22
sebelum menjalani kelahiran
caesarea, pemasangan kateter
tidak tetap, mempredisposisi
klien untuk kemungkinan
infeksi.
6.    Berikan infus antibiotik 6.    Menurunkan / mengurangi
profilaksis.      kemungkinan endometritis post
partum sebagaimana halnya
dengan komplikasi seperti abses
insisi atau trombophlebitis
pelvis.   
    
5.      Diagnosa keperawatan      :  Perubahan eliminasi usus, konstipasi
Tujuan umum      : Bunyi usus ada, pola eliminasi normal ditetapkan kembali.
Intervensi Rasionalisasi
1.    Auskultasi bunyi usus di 1.      Biasanya bunyi usus tidak
empat kuadran abdomen setiap terdengar di hari pertama
4 jam setelah kelahiran. setelah prosedur pembedahan,
pusing/pingsan di hari ke dua
dan aktifitas di hari ke tiga.
2.    Palpasi abdomen, catat 2.      Distensi atau
ketegangan atau ketidaknyamanan menandakan
ketidaknyamanan. pembentukan gas dan
penumpukan atau
kemungkinan ileus peralitik.
3.    Catat pengeluaran flatus atau 3.      Menandakan pergerakan
sendawa rectum.
4.    Pertahankan tingkat hidrasi 4.      Hidrasi membantu mencegah
dengan cairan oral saat bunyi penyerapan yang berlebihan
usus ada dari saluran intestinal dan
mencegah konstipasi.
5.    Hindari pemberian minuman 5.      Semua penyumbang
yang sangat panas atau dingin pembentukan gas.
dan yang mengandung
karbohidrat  kepada ibu.
6.    Anjurkan latihan kaki dan 6.      Pergerakan yang berkembang
peregangan abdomen, maju setelah 24 jam setelah
meningkatkan pergerakan dini. kelahiran caesarea
meningkatkan peristaktik
dalam pengeluaran serta
menghilangkan atau mencegah
nyeri gas.
7.    Berikan cairan oral ketika
7.      Klien biasanya dapat
bunyi usus ada, tingkatkan dari
menerima cairan oral dengan
cairan jernih ke cairan lengkap.

23
baik setelah prosedur
8.    Berikan diet yang tetap pembedahan jika pergerakan
protein untuk 24-48 jam usus ada.
pertama setelah kelahiran 8.      Membentu mencegah atau
caesarea saat peristaltic.    memperkecil pembentukan
gas.   

6.         Diagnosa keperawatan    :  Kurang pengetahuan berhubungan dengan


kurangnya informasi tentang perawatan pasca melahirkan caesarea.
Tujuan umum      :    Mengatasi kurang pengetahuan dan kurang informasi.
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji tingkat pengetahuan ibu 1.   Membantu ibu untuk
dan keluaga ,dan identifikasi menentukan rencana dalam
area kebutuhan belajar. memperoleh informasi.
Tentukan strategi yang cocok
untuk belajar .dokumentasikan
aktifitas ibu dan reaksi.
2. Kaji status fisik ibu, 2.   Ketidaknyamanan
merencanakan berhubungan dengan usus,
kelompok/individu mengikuti kandung kemih atau insisi
pemberian obat-obatan atau yang biasanya kurang berat
klien berada dalam keadaan setelah post operasi 3-6 hari,
nyaman dan istirahat. kemungkinan ibu
berkonsentrasi lebih lengkap
3. Kaji status spikologi dan respon pada pembelajaran.
terhadap kelahiran caesarea dan 3.   Kecemasan berhubungan
peran menjadi ibu. dangan kemampuan ibu untuk
merawat dirinya sendiri dan
4. Kaji kesiapan untuk belajar. anaknya.
4.   Selama hari 2-3 post partum,
lkien biasanya menerima untuk
5. Berikan infirmasi yang belajar.
berhubungan dangan perawatan 5.   Memudahkan kemandirian,
diri sendiri. membantu mencegah infeksi
dan meningkatkan
6. Berikan infirmasi yang penyembuhan.
berhubungan dabgam 6.   Membantu ibu / keluarga
perawatan bayi, anjurkan untuk dalam pengawasan tugas yang
mendemonstrasikan kembali. baru.
7. Berikan pengajaran pulang
mengenai kemungkinan
komplikasi 7.   Dapat mengetahui perdarahan
atau gangguan dalam
penyembuhan memerlukan

24
8. Berikan informasi yang penilaian selanjutnya oleh
berhubungan dengan dokter.
pemeriksaan tindak lanjut post 8.   Seringkali penilaian post
partum. partum bagi ibu dengan
  kelahiran seksio caesarea
dijadwalkan pada 1 minggu
sampai sesuai kebutuhan.     

7.      Diagnosa keperawatan      :  Kurangnya perawatan diri.


Tujuan umum      :      Kebutuhan klien dan bayi terhadap kenyamanan dan
kebersihan dasar terpenuhi.
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji beratnya dan lamannya 1.  Intensitas/kehebatan nyeri
ketidaknyamanan. mempunyai respon emosional
dan tingka laku sehingga
kemungkinan ibu tidak mampu
mempokuskan pada aktifitas
perawatan diri sampai
kebutuhan fisik terhadap
kenyamanan terpenuhi.
2. Kaji status spikologis 2.  Pengalaman nyeri fisik
kemungkinan ditambah dengan
keprihatinan emosional yang
mempengaruhi keinginan dan
motivasi ibu untuk menerima
kemandirian.
3. Kaji jenis anestesis, catat 3.  Ibu yang menjalani anastesi
setiap instruksi atau protocol spinal untuk berbaring datar
mengenai pengaturan. tanpa bantal untuk 6-8 jam
setelah pemberian anastesi.
4. Ganti posisi klien setiap 1-2 4.  Membantu mencegah
jam, bantu klien dalam latihan komplikasi pembedahan seperti
pernapasan, pergerakan dan phlebitis atau pneumonia yang
latihan kaki dapat terjadi ketika tingkat
ketidaknyamanan dapat
mempengaruhi penggantian
posisi normal klien.
5. Berikan bantuan seperlunya 5.  Meningkatkan harga diri,
dengan kebersihan (perawatan meningkatkan perasaan aman
mulut, mandi, menggosok dan nyaman.
belakang, perawatan perineal).

25
6. Tawarkan pilihan bila 6.  Memungkinkan beberapa
mungkin catat pilihan kemandirian sekalipun ibu
minuman, penjadwalan mandi. tergantung pada balutan
professional.
7. Berikan kesempatan kepada 7.  Bantuan dalam babarapa
ibu untuk berinteraksi dan interaksi pertama atau hingga
memeluk bayinya. Bantu keteter intervena diangkat,
seperlunya. mencegah ibu dari gangguan
perasaan atau
8. Monior kemajuan dalam ketidaknyamanan.
peningkatan tanggung jawab 8.  Melalui hari ke 2-3 post partum
untuk merawat diri dan bayi ibu bergerak dari fase talking in
serta dalam motivasi psikologi. ke fase talking hold.

 
C.    Perencanaan

Perencanaan merupakan tahap selanjutnya setelah pengkajian dan penentuan


diagnosa keperawatan.

D.    Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan/ intervensi sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat dengan menerapkan rencana tersebut dalam
tindakan nyata.

E.     Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sisitimatis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

26
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. R.U DENGAN POST
OPERASI SECTIO CAESAREA HARI KE-3 DI IRINA D ATAS
RSU Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO

A.    Pengkajian

      Biodata identitas


1.      Identitas pasien
            Nama                         : Ny. R.U
Umur                         : 19 tahun
Jenis Kelamin            : Perempuan
Alamat                       : Banjer Linkungan V
Agama                       : Islam
Suku/ Bangsa            : Gorontalo/ Indonesia
Pendidikan terakhir   : SMP
Pekerjaan                   : -
No. Med. Reg           : 111966
Tanggal MRS            : 27-7-2007 Jam 10.30 WITA
Tanggal Operasi        : 28-7-2013 Jam 14.00 WITA
Tanggal Pengkajian   : 1-8-2013 Jam 08.00 WITA
Diagnosa medis         : G1P0A0. 19 tahun, hamil 40-41 minggu janin intra uterin
tunggal hidup. Letak kepala + gawat janin.
2.     Identitas suami
            Nama                         :  Tn. R.B
            Umur                         :  21 tahun
            Pendidikan Terakhir  :  STM
            Pekerjaan                   :  Karyawan toko
            Agama                       :  Islam
            Suku/ Bangsa            : Gorontalo/ Indonesia
            Alamat                       :  Kelurahan Banjer Lingkungan V

B.     Pengkajian

27
1.     Keluhan utama.
      Rasa nyeri pada daerah luka operasi
2.     Riwayat keluhan utama.
Nyeri pada daerah luka operasi dibagian perut (region umbilicalis) dirasakan
setelah dilakukan operasi pada tanggal 28 -07 – 2013. Nyeri dirasakan pasien
melakukan pergerakan atau mobilisasi, nyeri meningkat saat pasien mengejan
dan menurun saat pasien berbaring. Nyeri terlokalisasi pada daerah luka operasi,
tidak difus (tidak menyebar), dan berada pada skala 5 (sedang. Durasi nyeri
sekitar 1-2 menit, hilang timbul.
      Riwayat kesehatan keluarga.
            Di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit Hypertensi, jantung, paru-
paru, ginjal, hati, diabetes.
3. Riwayat reproduksi
Menarche        : 13 tahun
Siklus haid      : Teratur
Lamanya haid : 3-4 sehari
Banyaknya      : 3x ganti pembalut
4. Riwayat kehamilan
G1 P0 A0 19 thn, hamil 40-41 minggu
HPHT                : 11-10-2012
HTP                   : 18-7-2013
ANC                  : 4x (di Puskesmas)
TT                      : 2x (di Puskesmas)
5.    Status obstetrikus: P1 A0
6.    Riwayat persalinan sekarang
            Kala 1 :  Sejak tanggal 27-07-2013 jam 10.30 pasien merasakan nyeri perut
bagian bawah melingkar sampai belakang, nyeri dirasakan hilang timbul,
pengeluaran lendir bercampur darah lewat jalan lahir. Dan tanggal 28/7/2013 jam
14.10 di putuskan untuk SC.
            Kala 2  :  Jam 10.25 bayi lahir section caesarea dengan letak kepala. Lahir
bayi perempuan tanggal 28/7/2007 jam 14.25 WITA, BBL 2850 gr, PBL 47 cm,
AS 6-7.
            Kala 3  : Plasenta lahir lengkap dengan selaput, BPL 500 gr.
            Kala 4  :   Keadaan umum: baik, kontraksi uterus baik.
Perdarahan    : 500 cc
Diuresis         : 200 cc
Total              : 700 cc
Mulai SC       : 14.10 WITA tanggal 28/7/2013

28
Selesai           : 15.35 WITA
Total              : 26 jam
7.                Riwayat KB
            Pasien belum pernah menggunakan KB.
8.    Rencana KB
            Pasien berencana untuk menggunakan KB suntik.
9.    Riwayat Psikososial
            Pasien merasa senang menerima bayi yang baru lahir walaupun harus melalui
operasi section caesarea dan bertanya-tanya bagaimana caranya menyusui bayi
karena merasa canggung/kaku.
            Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga/masyarakat adalah baik, pasien
aktif mengikuti kegiatan masyarakat. Pasien tidak mengkhawatirkan pembayaran
di rumah sakit karena pasien terdaftar sebagai peserta Gakin.

C.  14 kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Hendersen


1)     Pola napas.
           Sebelum sakit   : Pasien tidak mengalami gangguan pernapasan
           Saat dikaji        : Pasien tidak mengalami gangguan pernapasan frekwensi
20x/ mnt.
2)    Pola makan/minum
           Sebelum sakit   : Pasien makan 3x sehari dengan menu: nasi, sayur, ikan dan buah
dan minum air putih 7-8 gelas/ hari.
           Saat dikaji        : Pasien makan makanan bubur yang diberikan dari rumah sakit,
porsi dihabiskan dan minum air putih.
3)   Eliminasi
           Sebelum sakit   : BAB : frekwensi 1-2 kali sehari
                                       BAK : frekwensi 5-6 kali sehari
           Saat dikaji        :  BAB : frekwensi 1 kali sehari
                                       BAK : frekwensi 4-5 kali sehari
4)   Pergerakan
            Sebelum sakit   :  Pasien dapat melaksanakan aktivitas di rumah sendiri sebagai
ibu rumah tangga misalnya menyapu, memasak, dan lain-lain
           Saat dikaji        : Aktivitas pasien terbatas oleh karena nyeri pada luka operasi,
nyeri terasa ditusuk-tusuk apabila pasien mengejan unutk BAB dan batuk, dan
menghilang saat pasien berbaring. Aktivitas pasien di bantu oleh perawat dan
keluarga dengan skor sebagai berikut; mandi: 2, berpakaian/berdandan: 2,
mobilisasi di tempat tidur: 1, ambulasi: 2, dengan keterang untuk skor tersebut

29
sebagau berikut: 0= mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain,
3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung atau tidak mampu.
5)     Istirahat dan tidur
           Sebelum sakit  : Pasien tidur siang : 15.00-16.00 WITA, tidur malam: 21.00-
06.00 WITA
            Saat dikaji        :  Pasien tidak mengalami kesulitan untuk tidur.

6)     Memilih, menggunakan dan melepaskan pakaian


      Sebelum sakit   :  Pasien dapat memilih, mengenakan dan melepaskan pakaian
sendiri.
      Saat dikaji        :  Pasien dibantu oleh perawat dan keluarga dalam menggunakan
dan melepaskan pakaian.
7)     Kebersihan dan kesegaran tubuh
      Sebelum sakit   : Pasien mandi 2 kali sehari, menggunakan sabun mandi, keramas
2-3 kali menggunakan shampoo, sikat gigi 2 kali sehari memakai pasta gigi.
      Saat dikaji        : Pasien dibersihkan di tempat tidur dengan cara diwaslap,
menggunakan haduk kecil.
8)      Mencegah dan menghindar bahaya
      Sebelum sakit   : Pasien bisa mencegah dan menghindari bahaya sendiri.
      Saat dikaji        : Untuk mengurangi rasa nyeri, pasien membatasi gerak dan
aktivitasnya.

9)     Beribadah sesuai kepercayaan


      Sebelum sakit   : Pasien rajin mengikuti majelis tahlim.
      Saat dikaji        : Pasien hanya dapat berdoa di tempat tidur
10) Mengerjakan dan melaksanakan sesuatu untuk memenuhi perasaan
      Sebelum sakit   : Pasien dapat mengerjakan pekerjaan di rumah.
      Saat dikaji        :  Pasien hanya terbaring di tempat tidur, tidak dapat bergerak
dengan bebas.
11) Komunikasi
      Dalam berkomunikasi baik dengan dokter, perawat dan keluarga, kooperatif serta
mau mengungkapkan perasaanya.
12) Suhu tubuh
      Sebelum sakit   : Pasien jarang mengalami peningkatan suhu tubuh.
      Saat dikaji        : Suhu tubuh pasien 36.5 C.
13) Berpartisipasi dalam hal rekreasi
      Sebelum sakit   : Penggunaan waktu senggang dilakukan dengan cara menonton
TV bersama keluarga.
      Saat dikaji        : Pasien tidak dapar berekreasi

30
14) Belajar memuaskan keingintahuan yang mengarah pada perkembangan
kesehatan.
      Saat dikaji        :   Pasien bertanya-tanya bagaiman cara meneteki bayi.

D.    Pemeriksaan fisik

1.      Keadaan umum      : baik


2.      Kesadaran              : compos mentis
3.      Tanda-tanda vital   : TD 100/mmHg, N: 80x/mnt, R: 20x/mnt, SB: 36,5° C
4.      TB/BB                   : 144 cm/ 48 kg
Head to toe
a.        Kepala     :    bentuk bulat, rambut hitam, penyebaran merata, tidak rontok,
kulit kepala tampak bersih, ekspresi wajah tampak menahan sakit.
b.        Mata        :    bentuk simetris kiri dan kanan, konyuntiva tidak anemis, sklesa
tidak ikterus.
c.        Hidung    :    simetris kiri dan kanan tidak ada sekat, nasal soptum terletak di
tengah.
d.       Telinga     :    simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, pendengaran baik.
e.        Mulut/gigi   : bibir kering, gusi warna merah muda, gigi idak ada caries, tidak
ada perdarahan.
f.         Leher           : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.
g.        Payudara     : hyperpigmentasi areola mamae, puting susu menonjol ada
pengeluaran ASI.
h.      Abdoman
Inspeksi      :  luka post sectio caesarea panjang +/- 10 cm bentuk luka insisi linea
medial inferior di jahit dengan cat gut. Tanda-tanda REEDA
   - Red    : tidak ada kemerahan
   - Edema : tidak ada pembengkakan
   - Ekimosis : tidak ada kebiruan
               - Drainase : tidak ada pengeluaran cairan/pus
                                         - Approximaxion : luka jahitan rapat
Palpasi        :  Terdapat nyeri tekan pada daerah perut (region umbilicalis),
dengan skala nyeri : 5 sedang yang terurai sebagai berikut
                             Tangisan
                                         Tidak menangis           : 0
                             Gerakan
                                         Tidak melakukan gerakan yang negatif          : 0
                             Rangsangan emosi
                                         Ringan                         : 1

31
                             Postur tubuh
                                         Meletakkan tangan di daerah luka                  : 2
                             Mengeluh nyeri
                                                Dapat melokalisasi daerah nyeri                     : 2
                     TFU: pertengahan sympisis-pusat.
                     Auskultasi : peristaltik usus normal
Perkusi     : –
i.          Genetalia
Lochia          :   tampak warna kuning bercampur sedikit darah dan lendir
(sanguinolenta)
Kebersihan   :   baik
Anus             :   tidak ada hemoroid
j.          Ekramitas
Atas          : dapat digerakkan tidak ada masalah
Bawah    : kaki simetris kiri dan kanan, tidak ada odema, tidak ada varices

E.      Pemeriksaan penunjang

a.       Pemeriksaan laboratorium tanggal 28/7/2013


Jenis Hasil Nilai ujian
HB 11.7 gr % 12-16 gr %
Leukosit 8400/mm3 4000-
10000/mm3
Trombosit 156 10/L 150-450 10/L

b.      Pemeriksaan USG tanggal 28/7/2013


             Kesan janin intra uterin tunggal hidup letak kepala aterm

F.        Theraphy tanggal 28/7/2013


       Cefadoxil 3x1
       Metronidasol tab 3x1
       Sf  1x1
       Diet TKTP
       Rawat luka

G.       Pegelompokan data

1)    Data subjektif


-           Ibu mengatakan nyeri pada luka operasi

32
-           Ibu mengatakan tidak bisa bebas bergerak
-           Ibu megatakan masih kaku/canggung dalam meneteki bayi

2)    Data objektif


-        Ekspresi wajah tampak menahan sakit
-        Terdapat luka operasi sectio caesarea di abdomen +/- 10 cm ditutupi
gaas
-          Terdapat nyeri pada daerah abdomen (region umbilicalis) dengan
skala nyeri : 5 sedang yang terurai sebagai berikut:
                             Tangisan
                                         Tidak menangis           : 0
                             Gerakan
                                         Tidak melakukan gerakan yang negatif          : 0
                              Rangsangan emosi
                                         Ringan                         : 1
                             Postur tubuh
                                         Meletakkan tangan di daerah luka                  : 2
                             Mengeluh nyeri
                                                Dapat melokalisasi daerah
nyeri                     : 2
-          Aktivitas dibantu perawat dan keluarga dengan skor sebagai berikut;
mandi: 2, berpakaian/berdandan: 2, mobilisasi di tempat tidur: 1,
ambulasi: 2, dengan keterang untuk skor tersebut sebagau berikut: 0=
mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu
bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung atau tidak mampu.
-        Cara meneteki bayi yang salah bayi diletakkan di atas bantal dan badan
ibu membungkuk untuk meneteki
-        TTV TD 100/70 mmHg, N: 80/mnt, R:20x/mnt, SB: 36,5 C.

H.       Analisa data

No. Data Etiologi Masalah

1. DS  : Ibu mengeluh nyeri Luka operasi Nyeri


pada luka ß
DO : Terputusnya
-            Ekspresi wajah kontinuitas jaringan
tampak menahan ß

33
No. Data Etiologi Masalah

sakit Menstimuli saraf-


-           Terdapat luka saraf perifer,
post operasi hari ke-3 menghantar impuls
diabdomen, panjang ke otak bagian
luka + 10 cm ditutup hipotalamus
gaas ß
-          Terdapat nyeri Nyeri dipersepsikan
pada daerah abdomen
(region umbilicalis)
dengan skala nyeri: 5
sedang yang terurai
sebagai berikut
Tangisan; Tidak
menangis: 0,
Gerakan; Tidak
melakukan gerakan
yang negatif: 0,
Rangsangan emosi;
Ringan: 1, Postur
tubuh; Meletakkan
tangan di daerah luka:
2, Mengeluh nyeri;
Dapat melokalisasi
daerah nyeri: 2
-        TTV: TD100/70
mmhg, N: 80x/mnt,
R: 20 x/mnt, SB 36.5

2. Keterbatasan aktifitas Tindakan Keterbatasan


berhubungan dengan pembedahan aktivitas
adanya luka operasi ß
DS  :  Ibu mengeluh/ Adanya luka operasi
mengatakan tidak ß
bisa bergerak dengan Kelemahan fisik
bebas ß
DO :  Keterbatsan aktifitas

34
No. Data Etiologi Masalah

-         Terdapat luka


operasi sepanjang +
10 cm ditutupi
dengan gaas
-          Aktivitas dibantu
perawat dan keluarga
dengan skor sebagai
berikut; mandi: 2,
berpakaian/berdandan
: 2, mobilisasi di
tempat tidur: 1,
ambulasi: 2, dengan
keterang untuk skor
tersebut sebagau
berikut: 0= mandiri,
1= dibantu sebagian,
2= perlu bantuan
orang lain, 3= perlu
bantuan orang lain
dan alat, 4=
tergantung atau tidak
mampu.
3. Kurangnya Peran baru sebagai Kurang
pengetahuan ibu pengetahuan
berhubungan dengan ß
kurangnya informasi Kurangnya informasi
tentang langkah- tentang teknik/
langkah/ teknik langkah-langkah
pemberian ASI yang pemberian ASI yang
benar yang ditandai benar
dengan : ß
DS  :  Kurangnya
-          Ibu mengatakan pengetahuan
masih kaku dalam
meneteki bayi
DO : 

35
No. Data Etiologi Masalah

-          Badan ibu


membungkuk, bayi
diletakkan di atas
bantal

I.       Prioritas Masalah

1.      Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan


2.      Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan adanya luka operasi
3.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
teknik/langkah-langkah pemberian ASI yang benar

36
37

Anda mungkin juga menyukai