Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya
(Budi anna keliat, 2009).
Menyadari pentingnya stimulus yang adequat tersebut serta melihat kenyataan
bahwa selama beberapa hari kami amati banyak kasus kasus dengan menarik diri di
ruang Jiwa C , maka kami terdorong untuk menerapkan asuhan keperawatan klien
Tn. S dengan masalah utama menarik diri pada kasus Shizoprenia hebifrenik dengan
tujuan :
1. Mempelajari kasus menarik diri disesuaikan dengan teori dan konsep yang telah
diterima
2. Memberikan asuhan keperawatan pada klien menarik diri dengan pendekatan
proses keperawatan
3. Mendesiminasikan asuhan keperawatan klien menarik diri.

Asuhan keperawatan ini kami buat selama kami praktek dari tanggal 2 April
sampai dengan tanggal 12 April 2001 di Ruang Jiwa C RSUD DR . SUTOMO
SURABAYA
Daftar Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar
4. Resiko mencederai diri dan orang lain
5. Ketidakefektifan pelaksanaan regimen teraupetik
6. Defisit perawatan diri
7. Kurangnya pengetahuan keluarga dalam perawatan klien

POHON MASALAH

Resiko mencederai diri


Dan orang lain

Penatalaksanana regimen
Defisit perawatan diri Teraupetik inefektif

Perubahan persepsi sensori :


Halusinasi lihat dengar

Kurangnya motivasi dalam Isolasi sosial : Menarik diri Kurang


Perawatan diri pengetahuan keluarga
dalam merawat klien
di rumah

Harga diri rendah

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

2. Perubahan persepsi sensori : Resiko halusinasi lihat dan dengar berhubungan dengan
menarik diri

3. Penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan keluarga dalam merawat klien di rumah

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi dalam perawatan diri
BAB III

TINJAUAN TEORI

A. PROSES TERJADINYA MASALAH KEPERAWATAN

Gangguan hubungan sosial adalah keadaan dimana individu kurang berpartisipasi dalam
jumlah berlebihan atau hubungan sosial yang tidak efektif (Rawlins, 1993).
Sedangkan definisi dari isolasi sosial adalah keadaan dimana individu/kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatannya dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak.(Carpenito,
1998). Dari dua definisi tersebut terlihat bahwa individu menarik diri mengalami
gangguan dan kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang biasanya dialami klien dengan latar
belakang lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,kekecewaan dan
kecemasan.

Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor predisposisi dari gangguan hubungan sosial
adalah : 1) faktor perkembangan dimana setiap gangguan dalam pencapaian tugas
perkembangan akan menyebabkan seseorang mempunyai masalah respon sosial yang
maladaptif. Untuk faktor perkembangan, setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas
yang harus dilalui individu dengan baik. Bila tugas perkembangan ini tidak dapat dilalui
dengan baik maka akan menghambat tahap perkembangan selanjutnya, 2) faktor genetik
dimana salah satu faktor yang menunjang adalah adanya respon sosial yang maladaptif
dari orang tua atau garis keturunan diatas, 3) faktor komunikasi dalam keluarga dimana
masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontributor untuk mengembangkan
gangguan tingkah laku. Masalah komunikasi tersebut antara lain sikap bermusuhan ,
selalu mengkritik, menyalahkan, kurang kehangatan, kurang memperhatikan anak, emosi
yang tinggi. Komunikasi dalam keluarga amatlah penting dengan memberikan
pujian,adanya tegur sapa dan komunikasi terbuka . Kurangnya stimulasi, kasih sayang
dan perhatian dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang akan
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. 4)faktor sosio kultural yaitu norma yang
tidak mendukung terhadap pendekatan orang lain atau norma yang salah yang dianut
keluarga, seperti anggota keluarga yang gagal diasinglan dari lingkungan sosial.

Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan


hubungan dengan orang lain, akibatnya klien menjadi regresi, mengalami penurunan
dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien
semakin tenggelam dalam pengalaman dan pola tingkah laku masa lalu serta tingkah laku
primitif antara lain pembicaraan yang austik dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan
kenyataan sehingga dapat berakibat lanjut terjadinya halusinasi dan gangguan
komunikkasi verbal karena klien tidak mau berinteraksi secara verbal dengan orang lain.
Halusinasi pada klien dapat menimbulkan resiko mencederai diri dan orang lain apabila
halusinasinya menyuruh klien untuk melakukan kekerasan pada diri maupun orang lain
dan lingkungan sekitarnya.

Klien dengan harga diri rendah akan membuat dirinya enggan berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Tidak adanya dukungan untuk berinteraksi membuat klien semakin
menarik diri dari lingkungannya. Akibat menarik diri, klien akan mengalami halusinasi.
Halusinasi pada akhirnya akan menguasai klien, pada tahapan lebih lanjut, sehingga
memunculkan resiko kekerasan. Harga diri rendah juga akan menimbulkan koping
mekanisme pada klien di mana ia mengkompensasikan perasaannya dengan waham
kebesaran untuk mengatasi harga dirinya yang rendah. Waham akan mempengaruhi
komunikasi klien dimana setiap berkomunikasi klien selalu terarah pada wahamnya
sendiri sehingga terjadi gangguan komunikasi verbal.

Pada kasus tuan S awal kejadiannya disebabkan karena adanya ancaman dari teman-
temannya bahwa klien tidak akan di ajak bergaul dengan teman group musiknya bila
tidak mengikuti aturan main, padahal teman-temannya bermaksud bergurau, tapi klien
merasa malu. Hal itu terjadi tahun 1995 ketika klien masih duduk di bangku STM kelas II
dan klien dirawat di Rumah sakit selama 9 hari. Selanjutnya klien berobat jalan, namun
sudah kurang lebih 1,5 tahun klien tidak pernah berobat. Kejadian yang menyebabkan
klien MRS yang kedua ini berawal dari keinginan klien dan keluarga agar klien melamar
pekerjaan di tempat kerja pamannya yang berada di Banjarmasin , tapi gagal. Akibat
kegagalanya ini klien merasa kecewa karena klien berangan angan bila bekerja dapat
membantu penghasilan keluarga. Sebagai anak tertua klien merasa harus dapat membantu
orangtuanya. Selanjutnya klien merasa tidak berguna, lalu menarik diri dengan
menyendiri dalam kamar sambil termenung, tidak mau merawat diri, tidak mau makan,
kadang-kadang bicara sendiri atau ngomel-ngomel tanpa sebab jelas. Bila diajak bicara
bicaranya ngelantur, tidsk terarah dan terkadang diam tidak mau menjawab, akhirnya
terjadi gangguan komunikasi verbal. Dalam kehidupan sehari hari klien tidak mau
bergaul dengan tetangga dan tidak pernah bercerita tentang masalah pribadinya.

Masalah klien yang biasa muncul pada klien menarik diri adalah koping individu tidak
efektif, koping keluarga tidak efektif, harga diri rendah,isolasi sosial menarik diri, resiko
tinggi halusinasi,kerusakan interaksi sosial, intoleransi aktivitas dan defisit perawatan diri
( Depkes 1995 ). Sedangkan masalah keperawatan yang terjadi pada Tn S adalah : Isolasi
sosial menerik diri, harga diri rendah, resiko halusinasi, , koping keluarga tidak efektif :
penatalaksanaan regimen teraupeutik in efektif, defisit perawatan diri. .

B. TINDAKAN KEPERAWATAN

Dalam menyusun tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan di atas


digunakan beberapa sumber antara lain : Carpenito (1998 ) , Stuart dan Sundeen (1995 ).

ISOLASI SOSIAL : Menarik diri


Prinsip tindakan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Interaksi sering dan singkat
3. Dengarkan dengan sikap empati
4. Beri umpan balik yang positif
5. Ciptakan suasana yang ramah dan bersahabat
6. Jujur dan menepati semua janji
7. Susun dan tulis daftar kegiatan harian bersama klien sesuai dengan jadwal ruangan,
minat serta kemampuan klien
8. Bimbing klien untuk meningkatkan hubungan sosial secara bertahap mulai dari klien-
perawat, klien dua orang perawat, klien-dua perawat-dan klien lain, klien dengan
kelompok kecil, klien dengan kelompok besar
9. Bimbing klien untuk ikut ambil bagian dalam aktivitas kelompok seperti dalam terapi
aktivitas kelompok : sosialisasi
10. Berikan pujian saatklien mampu berinteraksi dengan orang lain
11. Diskusikan dengan keluarga untuk mengaktifkan support system yang ada
12. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat anti depresan

HARGA DIRI RENDAH

Prinsip Tindakan :
1. Perluas kesadaran klien
- Bina hubungan saling percaya
- Berikan pekerjaan pada klien pada tingkat kemampuan yang dimiliki
Maksimalkan peran serta klien dalam hubungan terapeutik
2. Dukung ekplorasi diri klien
- Bantu klien untuk menerima perasaan danpikiran- pikirannya
- Bantu mengklarifikasi konsep diri dan hubungan denganorang lain melalui
keterbukaan
- Berikan respon empati bukan simpati dan tekankan bahwa kekuatan untuk
berubah ada pada diri klien
3. Bantu klien merumuskan perencanaan yang realistik
- Bantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah
- Bantu mengkonseptualkan tujuan yang realistik.

PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI ; Resiko halusinasi lihat dan dengar

Prinsip tindakan :
1. Tetapkan hubungan saling percaya dan lakukan dengan kontak sering dan singkat
2. Kaji gejala halusinasi
3. Fokus pada gejala dan minta klien untuk menjelaskan apa yang terjadi
4. Tidak mendukung atau menentang halusinasi
5. Bantu klien menjelaskan dan membandingkan halusinasi saat ini dan yang baru saja
dialami
6. Dorong klien untuk mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan tindakan
yang berhubungan dengan halusinasi ( saat ini maupun yang lalu )
7. Bantu klien menjelaskan kebutuhan yang mungkin direfleksikan dalam isi halusinasi
8. Hadirkan realitas
9. Gunakan bahasa yang jelas dan komunikasi secara langsung serta pertahankan kontak
mata
10. Diskusikan penyebab, isi, waktu terjadi dan cara untuk memutus halusinasi
11. Berikan tugas dan aktivitas yang dapat dilakukan
12. Diskusikan manfaat dari taerapi medis dengan klien

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Prinsip Tindakan :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Fasilitasi peralatan perawatan diri klien
3. Motivasi klien dalam melakukan perawatan diri
4. Dorong klien untuk mengungkapkan keuntungan dan manfaat dari perawatan diri
5. Beri reinforcemen positif atas tindakan klien yang mendukung ke arah perawatan diri.

PENATALAKSANAAN REGIMEN TERAPEUTIK IN EFEKTIF

Prinsip tindakan :
1. Tingkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit dan terapi yang
diperlukan
2. Libatkan keluarga dalam rencana perawatan klien
3. Optimalkan penggunaan sumber dan sistem pendukung
BAB IV
PELAKSANAAN

Asuhan keperawatan terhadap Tn S dilaksanakan dalam 10 kali pertemuan. Di bawah ini


akan diuraikan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk setiap diagnosa, evaluasi
serta tindak lanjutnya.

Diagnose keperawatan
Perubahan sensori persepsi : Resiko halusinasi lihat dan dengar berhubungan
dengan menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya sehingga halusinasi lihat
dan dengar tidakterjadi.
Implementasi :
Pada pertemuan pertama , perawat membina hubungan saling percaya dengan
klien dengan cara : mengucapkan salam dan menyapa klien dengan ramah,
memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pertemuan, menunjukkan sikap tenang dan
penuh perhatian dengan menemani klien dan membuat kontrak yang jelas. Melakukan
interaksi sering dan singkat. Membicarakan dengan klien penyebab menarik diri.
Mendiskusikan akibat menarik diri,mendiskusikan keuntungan dalam berinteraksi dengan
orang lain. Memotivasi klien untuk bersosialisasi dengan perawatlain, klien lain secara
bertahap. Memberikan pujian saat klien mau berinteraksi dengan perawat lain dan klien
lain. Mendampingi klien saat memulai interaksidengan perawat lain atau klienlain,
menyusun aktivitas sehari -–ari klien sesuai kemampuannya, kesanggupannya serta
dengan perencanaandi ruangan.
Evaluasi :
Pada pertemuan ke 3 hubungan saling percaya sudah dapat terbina dengan lebih
baik. Tetapi klien masih belum bisa menyebutkan penyebab menarik dirinya. Klien juga
belum mampu menyebutkan keuntungan berinteraksi denganorang lain. Pada pertemuan
ke 4 sudah bisa bersosialisasi dengan perawat lain dan klien lain., tapi masih belum bisa
menyebutkan penyebab tidak maubergaul dengan orang lain, Pada pertemuan ke 5 klien
dapat menjelaskan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan klien sudah mau
berinteraksi dengan klien lain,bahkan bergandengan tangan dengan klien lain.
Tindak lanjut
Mempertahankan implementasi yang telah diberikan. Melakukan kerja sama
dengan perawat ruangan untuk melatih aktifitas yang teratur dan mendiskusikan
mengenai partisipasi keluarga dalam merawat klien .

Isolasi sosial : menarik diri berhubungandengan harga diri rendah

Tujuan Umum :
Klien dapat meningkatkan harga dirinya, sehingga klien dapat berhubungan dengan orang
lain.
Implementasi :
Mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat klien melalui cara :
menyapa klien dengan ramah dan mengucapkan salam., menjelaskan tujuan pertemuan,
menunjukkan sikap empati, membuat kontrak yang jelas untuk pertemuan selanjutnya .
Menunjukkan sikap penuh perhatian dan penghargaan dengan menemani klien walaupun
klien menolak untuk berinteraksi . Mendorongklien untuk menyebutkan aspek/
kemampuan positif yang dimiliki klien dan memberikan pujian terhadap kemampuan
positif klien yang menonjol. Mendiskusikan dan memotivasi klien untuk mengungkapkan
perasaan, pikiran dan mendengarkan klien dengan perhatian
Evaluasi
Pada pertemuan ke 5 klien mulai mau menyebutkan kemampuan yang dimilikinya
dan klien mau menunjukkan kemampuannya di depan perawat yaitu klien dapat
menyanyi dan pandai bermain gitar. Namun klien masih sulit untuk memulai
pembicaraan. Pertemuan ke 6 klien lebih dapat berinteraksi dengan klien lain dan dapat
tersenyum membalas sapaan perawat.
Tindak lanjut :
Mempertahankan interaksi yang sudah dicapai klien dan merencanakan untuk
diikutkan dalam terapi aktivitas kelompok.

Penatalaksanaan regimen teraupetik in efektif berhubungan dengan


kopingkeluarga inefektif

Tujuan Umum :
Penatalaksanaan regimen teraupetik efektif
Implementasi :
Mengajak keluarga untuk mengidentifikasi perilaku klien yang mal adaftif usaha
memberi perawatan pada klien,memberi pujian atas tindakan keluarga yang adaptif,
mendiskusikan dengan keluarga tindakan yang dapat dalakukan terhadap keluarga untuk
menunjang kesembuhan klien ( memberikan aktivitas, memotivasi melakukan hobinya
mengajak klien pada realitas ),mendiskusikan tentang pentingnya peran
keluarga,menganjurkan bersikap hangat, menghargai dan tidak memarahi klien, serta
memberi pujian terhadap perilaku klien yang adaptif , memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk mengambil keputusan tentang koping yang efektif dalam merawat klien,
menanyakan kepada keluarga bagaimana persepsi dan penerimaan linkungan dengan
adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, mendiskusikan dengan
keluarga cara penyampaian pada masyarakat tantang anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa,menganjurkan keluarga untuk konsultasi ke fasilitas bila menemukan
kesulitan, memotivasi klien dan keluarga untuk kontrol teratur
Evaluasi
Pada pertemuan ke 6 sampai ke 10 terlihat keluarga mencoba menerapkan apa
yang telah didiskusikan dengan perawat dan akan melaksanakannya ketika klien harus
pulang.

Tindak lanjut
Memberikan dorongan kepada keluarga dan merencanakan untuk kunjungan
rumah

Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kurang motivasi dalam perawtan diri

Tujuan Umum :
Klien dapat meningkatkan motivasi tentang kebersihan diri, sehingga kebutuhan klien
terjaga dan terpelihara
Implementasi :
Mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina, dengan cara
mengucapkan salam dan menunjukkan sikap ramah saat berinteraksi dengan klien.
Menciptakan lingkungan yang tenang saat berinteraksi. Memberikan kesempatan pada
klien untuk mengungkapkan perasaannya dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
Memotivasi klien untuk mandi memakai sabun, menggosok gigi, mengganti pakaian
setiap hari, memotivasi klien untuk memotong kuku seminggu sekali bila terlihat kotor
dan panjang, mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
perawatan diri, memberikan pujian atas perilaku klien yang mendukung pada perawatan
diri.
Evaluasi :
Pada pertemuan 1 dan 2 klien belum bersedia untuk melakukan perawatan diri,
klien selalu menunggu ayahnya untuk perawatan diri, klien terlihat kusam ,rambut acak-
acakan, baju lusuh karena klien menolak untuk perawtan diri.Pertemuan ke 3 klien sudah
bersedia ke kamar mandi di antar ayahnya, sudah bersedia mandi tetapi belum bersedia
memakai baju yang rapi dan menyisir rambut. Pertemuan ke 3, 4 ,5
Klien sudah mandi sendiri tapi tidak bersedia memakai handuk sehingga baju terlihat
basah. Sampai pertemuan terakhir klien bersedia mandi bila disuruh , bukan atas
kemauan sendiri, tapi klien sudah bisa melakukan sendiri dengan pengawasan
Tindak lanjut :
Mempertahankan pemberian motivasi kepada klien dalam melakukan perawatan
diri, membuat jadual kegiatan klien sehari-hari. Meningkatkan kualitas ADL klien dengsn
mendorong klien untuk melaksanakan semua ADL yang telah dibuat dan mengikut
sertakan keluarga dalam memonitor ADL klien.

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan sejauh mana keberhasilan tindakan keperawatan
secara teoritis yang telah diaplikasikan pada kasus Tn. S, dimana proses terjadinya
menarik diri pada klien hampir sama dengan teori yakni disebabkan oleh harga diri
rendah. Harga diri rendah disebabkan beberapa kegagalan dan kekecewaan yang pernah
dialami pada masa lalu hingga menyebabkan klien mengisolasi diri dari
lingkungannya,tidak mau bergaul dengan lingkungannya, tidak peduli dengan aktivitas.

Untuk diagnosa perubahan persepsi sensori : resiko halusinasi dengar, berhubungan


dengan menarik diri, sesuai dengan teori. Tindakan keperawatan yang paling utama dan
pertama adalah membina hubungan saling percaya, meskipun tidak ada respon dari klien.
Tindakan yang dilakukan perawat antara lain kontak sering dan singkat, memberi
dukungan,mendengarkan ungkapan klien. Kontak sering dan singkat pada klien dapat
diterima oleh klien dan tindakan tersebut dapat berhasil. Aplikasi teori mendiskusikan
dengan klien penyebab menarik diri, akibat menarik diri, melibatkan klien untuk
berinteraksi dengan perawat dan klien lain serta memberikan pujian atas kemampuan
klien. Melibatkan klien dalam aktivitas kelompok, berinteraksi dengan perawat dan
sesama klien , dapat menjadikan klien lebih ceria.

Untuk diagnosa keperawatan menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah telah di
aplikasikan teori tindakan keperawatan. Klien mampu berinteraksi dengan lingkungan
tetapi klien belum mampu untuk membuat jadual kegiatan sesuai kemampuannya. Hal ini
bisa disebabkan tugas –tugas sudah dikerjakan oleh petugas kesehatan dan klien merasa
enggan untuk melakukannya.

Untuk diagnosa penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan dengan


koping keluarga yang tidak efektif telah dilakukan tindakan keperawatan dengan
mendiskusikan bersama keluarga hal –hal yang dapat menyebabkan kekambuhan , upaya
yang bisa dilakukan oleh keluarga untuk menanggulangi permasalahan, serta respon dari
anggota keluarga yang lain terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
serta mendiskusikan upaya penerimaan oleh anggota keluarga dan lingkungannya.
Keluarga berjanji akan memperlakukan dan mengupayakan sesuai dengan hasil diskusi
dengan perawat.
Dukungan positif dari keluarga dan lingkungan akan mempercepat kesembuhan klien.

Defisit perawatan diri timbul akibat klien menarik diriyang menyebabkan klien tidak
berminat dan tidak mempunyai kemauan dalam hal perawtan diri. Terhadap masalah ini
perawat telah berusaha untuk memotivasi klien dalam melakukan perawatan diri yaitu
dengan membandingkan keadaan klien sebelum dan sesudah klien melakukan perawatan
diri. Dengan upaya ini perawat telah menemukan beberapa perubahan positif pada diri
klien. Usaha yang telah dilakukan belum memberi hasil yang maksimal . Oleh karena itu
diharapkan perawat dan keluarga selalu memberimotivasi kepada klien.

Keberhasilan asuhan keperawatan pada klien Tn. S ada beberapa faktor yang
berpengaruh antara lain : kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan perawat
ruangan dalam memberikan asuhan keperawatan, pemberian obat yang teratur, serta
peran serta keluarga dalam merawat klien dan kooperatif dengan perawat. Sedangkan
hambatan yang ditemui adalah asuhan keperawatan diberikan tidak secara
kontinyu,mengingat tidak setiap hari selama 2 minggu mahasiswa praktek. Hambatan
lain , keluarga dan klien ingin segera pulang walaupun klien belum mampu
melaksanakan adl secara mandiri dengan alasan dana yang terbatas. Perawat dapat
memberikan motivasi untuk kontrol dan meminum obat secara teratur serta melanjutkan
perawatan di rumah sesuai dengan kemampuan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai