DISUSUN OLEH
SRI KHAYANI
11202020
2. Anatomi Panggul
Menurut morfologinya, jenis-jenis panggul dibedakan menjadi 4, yaitu :
a. Panggul ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar atau
dengan diameter transversal yang lebih panjang sedikit daripada
diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu
bawah panggul yang cukup luas.
b. Panggul anthropoid, dengan diameter anteroposterior yang lebih
panjang daripada diameter transversa dan dengan arkus pubis
menyempit sedikit.
c. Panggul android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai
segitiga berhubungan dengan penyempitan ke depan, dengan spina
iskiadika menonjol ke dalam dan dengan arkus pubis yang menyempit.
d. Panggul platipelloid, dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih
pendek daripada diameter transversa pada pintu atas panggul dan
dengan arkus pubis yang luas.
Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis.
Os koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang-
tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan
antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang
terdapat artikulasio sakro- iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan
os ilium. Dibawah terdapat artikulasio sakro-koksigea yang
menghubungkan os sakrum (tulang panggul) dan os koksigis (tulang
tungging).
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan
pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat
bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat
bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat
dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan
pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat
ditekan ke belakang.
Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea
terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak
dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada
ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ-organ abdominal
selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot-otot dan
ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh
pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan
pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita
temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus levator ani dan
muskulus koksigeus.
Adapun ukuran panggul adalah sebagai berikut :
1) Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra
sacrum, linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata
diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium,
Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan
jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh
permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan
tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di
vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan
jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium
sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang
konjugata diagonalis.
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium
yang dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm,
panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan
konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam
simfisis dengan promontorium, selisih antara konjugata vera dengan
konjugata obstetrika sedikit sekali.
2) Panggul Tengah (Pelvic Cavity)
Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran
klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat
penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting
pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini
yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul
terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina
isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara
sacrum dengan garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.
Sectio Caesarea
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi.
(Doenges, 2001)
b. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anestesi, efek
hormonal, distensi kandung kemih. (Doenges, 2001)
c. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah
dalam pembedaran. (Doenges, 2001)
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas
dan nyeri. (Judith, 2005)
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
(Doenges, 2001)
f. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan
tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan. (Doenges, 2001)
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan peran atau
transmisi interpersonal. (Doenges, 2001)
h. Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan terhambatnya
pengeluaran ASI, perpisahan dengan bayi. (Carpenito, 2009)
i. Kurang pengetahuan berhubungan dengan mengenai perubahan
fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan
perawatan diri. (Doenges, 2001)
3. Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek
anestesi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ......x 24 jam, bersihan
jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
Tidak mengalami penumpukan sekret, bunyi nafas bersih, dan dapat
melakukan batuk efektif.
Intervensi :
1) Kaji faktor-faktor penyebab (sekret, penurunan kesadaran, reflek
batuk).
Rasional : Penumpukan sekret, penurunan kesadaran dan reflek
batuk
menurun dapat menghalangi jalan nafas.
2) Pertahankan klien pada posisi miring, maka sekret dapat
mengalir ke bawah.
Rasional : dengan memberikan posisi miring, maka sekret dapat
mengalir ke bawah.
3)Kaji posisi lidah, yakinkan tidak jatuh ke belakang dan menghalangi
nafas.
Rasional : posisi lidah yang jatuh ke belakang dapat menghalangi
jalan nafas.
4)Tinggikan kepala tempat tidur.
Rasional : pengembangan paru lebih maksimal.
5)Ajarkan batuk efektif.
Rasional : untuk pengeluaran sekret dan jalan nafas.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan,
efek anastesi, efek hormonal dan distensi kandung kemih.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ........x 24 jam, klien
tidak mengalami nyeri.
Kriteria hasil :
Mampu mengidentifikasikan cara mengurangi nyeri, mengungkapkan
keinginan untuk mengontrol nyerinya, dan mampu untuk
tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi :
1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, dan lamanya.
Rasional : memberikan informasi untuk membantu memudahkan
tindakan keperawatan.
2) Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri.
Rasional : meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang
dialaminya.