Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS SECTIO CAESAREA

NY. E DI PAVILIUN I RSK BUDI RAHAYU BLITAR

Disusun Oleh:

Yuda Nursanti Nim : 1912046

Samsiah Nim : 1912048

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR
2019/2020
BAB I

TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS

1.1 Konsep Dasar Teori


1.1.1 Konsep Dasar Seksaria Sesarea
1) Definisi
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina Seksio
sesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim
(Rustam Mochtar, 1998)
Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim.(Arif Mansjocr, dkk, 1999)
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.(Sarwono, 2000)
2) Istilah
a) Seksio Sesarea Primer (Elektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa.janin akan dilahirkan secara seksio
sesarea, tidak diharapkan Lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul
sempit (CV kecil dari 8 cm)
b) Seksio Sesarea Sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percohaan gagal,
baru dilakukan seksio sesarea
c) SeksioSesarea Ulang (Repeat Caesarean Section)
lbu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesarea (Previous
Caesarean Section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio
sesarea ulang
d) Seksio Sesarea Histerektomi (Caesarean Section Hysterectomy)
Adalah suatu operasi dimana setelah .janin dilahirkan dengan seksio
sesarea, langsung dilakukan histeroktomi oleh karena suatu indikasi
e) Operasi Porro (Porno Operation)
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri tentunya
janin sudah mati), dan langsung dilakukan histeroktomi, misalnya pada
keadaan infeksi rahim yang berat. Seksio sesarea oleh ahli kebidanan
disehut obstetric panacea, yaitu obat atau terapi ampuh dari semua masalah
obstetri. (Rustam Mochtar, hal. 117, 1998)
3) Indikasi Dilakukan Seksio Sesarea
- Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
- Panggul sempit
- Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis
ialah CV=8 cm. Panggul dengan CV=8cm dapat dipastikan tidak dapat
melahirkan janin dengan normal, harus diselesaikan dengan seksio
sesarea. CV antara 8¬14 cm boleh dicoba dengan partus percobaan,
barn setelah gagal dilakukan seksio sesarea sekunder.
- Disproporsi selalopelvik yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dan panggul
- Ruptura uteri mengancam
- Partus lama (Prolonged labor)
- Partus talc maju (Obstructed Labor)
- Distosia serviks
- Pre-Eklamsi dan hipertensi
- Malpresentasi janin
a) Ietak lintang
Greenhill dan Lastman sama-sama sependapat :
- Bila ada kesempitan panggul, maka seksio sesarea adalah yang terbaik
dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
- Semua primigravida dengan lelak lintang harus ditolong dengan seksio
sesarea, walau tidak ada perkiraan panggul sempit
- Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara
lain-lain
b) Letak bokong
Seksio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada:
- Panggul sempit
- Primipara
- Janin besar dan berharga
c) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain
tidak berhasil
d) Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
e) Gemelli, menuraut Eastman Seksio sesarea dianjurkan:
- Bila janin pertama lelak lintang atau presentasi bahu (shoulder
presentation)
- Bila terjadi interlok (locking of the twins)
f) Distosia oleh karena tumor
g) Gawat janin dsb (Rustam Mochtar, hal. 118, 1998)
4) Jenis-jenis Seksio Sesarea
Abdomen (Seksio Sesarea Abdominalis)
1. Seksio Sesarea Klasik atau Korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri. Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm
a. Indikasi Seksio sesarea klasik
- Bila tedadi kesukaran dalam memisahkan kandung kencing untuk
mencapai segmen bawah rahim, misalnya karena adanya
perlekatan perlekatan akibat pembedahan seksio sesarea yang
lalu, atau adanya tumor-tumor di daerah segmen bawah rahim
Janin besar dalam letak lintang
- Plasenta previa (dengan insersi plasenta di dididing depan
segmen bawah rahim
b. Kelebihan
- Mengeluarkan janin lebih cepat
- Tidak rnengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
- Sayatan diperpanjang proximal atau distal
c. Kekurangan
- Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik
- Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan
2. Seksio Sesarea Ismika atau Profunda atau Low Cervical dengan insisi
pada segmen bawah rahim (Low Cervical Tmasversal) kira-kira 10 cm.
a. Kelebihan
- Penjahitan luka lebih mudah
- Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
- Tumpang Tindih dan peritoneal Flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
- Perdarahan kurang
- Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri
spontan kurang atau lebih kecil
b. Kekurangan
- luka dapat menyebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan atonia uteri putus sehingga mengakibatkan pendarahan
yang banyak
- Keluhan pada kandung kemih post-operatif tinggi
5) Komplikasi
a) Infeksi peuerperalis (nifas)
- Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
- Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi
dan perut sedikit kembung
- Berat : dengan peritonitis,sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
terjadi kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi. Penanganannya adalah dengan pemberian cairan,
elektrolit dan antibiotika yang adekuat dan tepat.
b) Pendarahan, disebabkan karena :
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- Atonia uteri
- Pendarahan pada placental bed
c) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
repetonisasi terlalu tinggi
d) kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.
1.1.2 Konsep Dasar Ibu Nifas Fisiologis
Periode pascapartum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai berbagai
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, dkk.,
2004:492).
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi
wanita pada kondisi tidak hamil. Periode ini disebut juga puerperium dan wanita
yang mengalami puerperium disebut puerperal. Periode pemulihan pascapartum
berlangsung sekitar enam minggu (Varney, dkk., 2007:958).
1.1.3 Perubahan Fisiologis dan Anatomis Puerperium
1.1.3.1 Sistem Reproduksi
1) Uterus
(1) Proses Involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Sub involusi adalah
kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil. Penyebabnya
yang paling sering ialah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi
(Bobak, dkk., 2004:493).
Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua atau
endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai
dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus
juga ditandai dengan warna dan jumlah lokea (Varney, dkk., 2007:959).
Involusi TFU Berat Uterus (gram)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350
6 minggu Bertambah kecil 50
8 minggu Sebesar normal 30

Menurut Bobak (2004:493) dalam waktu 12 jam, tinggi fundus


mencapai ± 1cm diatas umbilicus. Dalam beberapa hari kemudian
perubahan involusi berlangsung cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm
setiap 24 jam. Pada hari keenam postpartum fundus normal akan berada
di pertengahan umbilicus dan simfisis pubis. Pada hari ke 9 fundus tidak
bisa dipalpasi pada abdomen.
(2) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan
volume intrauterine yang sangat besar (Bobak, dkk., 2004:493). Selama
1 sampai 2 jam pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak teratur. Penting sekali untuk mempertahankan
kontraksi uterus selama masa ini, suntikan oksitosin (pitosin) secara
intravena atau intramuscular diberikan segera setelah plasenta lahir.
(3) Afterpain
Afterpain adalah rasa sakit saat kontraksi yang dialami oleh ibu
multipara selama 3 sampai 4 hari postpartum. Sedangkan pada primipara
nyeri tidak biasa terjadi karena tonus uterus meningkat sehingga fundus
pada umumnya tetap kencang (Bobak, dkk., 2004:493).
(4) Lokea
Lokea adalah istilah untuk secret dari uterus yang keluar melalui
vagina selama puerperium (Varney, dkk., 2007:960).
Lokea rubra berwarna merah karena mengandung darah dan
jaringan desidua, ini adalah lokea yang pertama mulai keluar segera
setelah pelahiran dan terus berlanjut selama 2 sampai 3 hari pertama
pascapartum.
Lokea serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat dari
lokea rubra. Berhenti 7 sampai 8 hari dengan warna merah muda, kuning
atau putih hingga transisi menjadi lokea alba. Lokea serosa mengandung
cairan serosa, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit.
Lokea alba mulai terjadi hari ke sepuluh pascapartum dan hilang
sekitar periode 2 sampai 4 minggu. Warna lokea alba putih krem,
mengandung leukosit dan sel desidua.
2) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pascapartum
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke
bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis
dan rapuh selama beberapa hari setelah melahirkan. Ektoserviks (bagian
serviks yang menonjol ke vagina) terlihat memar dan ada sedikit laserasi.
Muara serviks menutup secara perlahan, 2 jari mungkin masih bisa
dimasukkan ke dalam muara serviks pada hari ke-4 sampai ke-6 pascapartum.
Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum
melahirkan, tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah (Bobak, dkk.,
2004:495).
3) Vagina dan Perineum
Segera setelah kelahiran, vagina tetap terbuka lebar, terdapat edema dan
memar. Setelah 1 sampai 2 hari pascapartum, tonus otot vagina kembali, celah
vagina tidak lebar dan edema berkurang. Dinding vagina menjadi lunak lebih
besar dari biasanya dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan
kembalinya rugae vagina setelah minggu ke-3 pascapartum (Varney, dkk.,
2007:960).
Perineum menjadi kendur karena teregang oleh tekanan kepala bayi yang
bergerak maju. Postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari keadaan sebelum
melahirkan.
1.1.3.2 Payudara dan Laktasi
1) Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama
wanita hamil (estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin,
kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang
dibutuhkan hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian
ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak (Bobak, dkk., 2004:498).
2) Memulai Laktasi
Setelah kelahiran, kadar estrogen dan progesterone menurun secara
drastis yang memungkinkan prolaktin merangsang sintesis ASI. Kadar
prolaktin meningkat drastis pada 3 jam pertama setelah melahirkan Kadar
prolaktin meningkat dengan segera pada awal penghispan dan jumlah prolaktin
yang dilepaskan serta volume ASI yang dihasilkan secara langsung berkaitan
dengan jumlah penghisapan.
Sekresi dan ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari pertama
setelah wanita melahirkan. Ditemukan adanya nyeri pada payudara saat palpasi
yang dilakukan hari kedua dan ketiga seiring dimulainya produksi susu. Hari
ketiga atau keempat pascapartum dapat terjadi pembengkakan (engorgement).
Payudara teregang (bengkak), keras, nyeri bila ditekan, hangat jika diraba
(kongesti pembuluh darah menimbulkan rasa hangat). Distensi payudara
terutama disebabkan oleh kongesti sementara vena dan pembuluh limfatik,
bukan akibat penimbunan air susu. Air susu dapat dikeluarkan melalui puting.
Jaringan payudara di aksila (tail of Spence) dan jaringan payudara atau puting
tambahan juga bisa terlihat. Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya
dan rasa tidak nyaman akan berkurang dalam 24 sampai 36 jam pertama.
Apabila bayi belum menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam
beberapa hari sampai satu minggu (Bobak, dkk., 2004:499).
1.1.3.3 Sistem Endokrin
1) Hormon Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan berbagai
hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon human
placental lactogen (hPL), estrogen dan kortisol serta placental enzyme
insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan sehingga kadar gula darah
menurun secara bermakna pada masa puerperium. Kadar estrogren dan
progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta lahir, kadar
terendahnya dicapai kira-kira 1 minggu pascapartum. Penurunan kadar
estrogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan
ekstraseluler berlebihan yang terakumulasi selama masa hamil.
2) Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan
tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita
menyusui berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follicle-stimulating
hormone (FSH) terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui,
disimpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar
prolaktin meningkat (Bobak, dkk., 2004:496).
1.1.3.4 Sistem Urinarius
1) Komponen Urine
Glikosuria ginjal yang diiduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria
positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal. BUN (blood urea
nitrogen), yang meningkat selama masa pascapartum merupakan akibat
otolisis uterus yang berinvolusi. Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot
uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama 1 sampai 2 hari
setelah wanita melahirkan (Bobak, dkk., 2004:497).
2) Diuresis Pascapartum
12 jam setelah melahirkan ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
tertimbun di jaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisme untuk
mengurangi cairan yang teretensi selama hamil ialah diaphoresis luas, terutama
pada malam hari selama 2 sampai 3 hari pascapartum (Bobak, dkk., 2004:498).
3) Uretra dan Kandung Kemih
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung
kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan
untuk berkemih menurun. Rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat
dorongan saat melahirkan, laserasi vagina atau episiotomy menurunkan atau
mengubah reflex berkemih (Bobak, dkk., 2004:498).

1.1.3.5 Sistem Pencernaan


1) Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengonsumsi makanan ringan. Permintaan untuk memperoleh makanan 2 kali
dari jumlah biasanya (Bobak, dkk., 2004:498).
Ibu nifas memerlukan diet dan gizi yang lebih baik untuk membantu
tubuhnya pulih kembali. Diet yang diperlukan banyak mengandung protein,
besi, kalsium, vitamin, serat makanan harus mencakup 3000 ml cairan yang
1000 ml diantaranya adalah susu. Asupan kalori per hari harus ditingkatkan
sampai 2700 Kalori.
2) Defekasi
BAB secara spontan bisa tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah ibu
melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun
selama proses persalinan dan pada masa pascapartum. Ibu sering kali merasa
nyeri saat BAB karena nyeri yang dirasakan di perineum akibat episiotomy,
laserasi dan hemoroid. Kebiasaan BAB yang teratur akan dicapai setelah tonus
usus kembali normal (Bobak, dkk., 2004:498).
1.1.3.6 Sistem Kardiovaskuler
1) Volume Darah
Penyesuaian pembuluh darah maternal setelah melahirkan berlangsung cepat.
Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi wanita yaitu:
(1) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh
darah maternal 10%-15%.
(2) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus
vasodilatasi.
(3) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama wanita
hamil. Oleh karena itu syok hipovolemik tidak terjadi pada perdarahan
normal.
2) Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat
sepanjang wanita hamil. Segera setelah melahirkan keadaan ini akan
meningkat bahkan lebih tinggi karena darah yang biasanya melalui
uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum (Bobak, dkk., 2004:499).
1.1.3.7 Sistem Neurologi
Rasa baal dan kesemutan pada jari biasanya hilang setelah anak lahir.
Nyeri kepala pascapartum bisa disebabkan karena berbagai keadaan, termasuk
hipertensi akibat kehamilan, stress. Lama nyeri kepala bervariasi 1 sampai 3
hari sampai beberapa minggu (Bobak, dkk., 2004:500).
1.1.3.8 Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi system musculoskeletal mencakup hal yang membantu
relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat Ibu akibat
pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai ke-8
pascapartum (Bobak, dkk., 2004:500).
1.1.3.9 Sistem Integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak
menghilang seluruhnya. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha
dan panggul makin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya (Bobak, dkk.,
2004:501).
1.1.3.10 Tanda-Tanda Vital
1) Suhu
Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 380C sebagai efek akibat
dehidrasi persalinan dan kemudian akan menurun (Bobak, dkk., 2004:500).
2) Nadi
Denyut nadi, volume sekuncup dan curah jantung tinggi selama proses
persalinan dan akan normal kembali setelah 1 jam pascapartum. Minggu ke-8
sampai ke-10 pascapartum denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil
(Bobak, dkk., 2004:500).
3) Tekanan Darah
Setelah melahirkan banyak wanita mengalami peningkatan tekanan darah
sistolik dan diastolic yang akan kembali normal secara spontan dalam
beberapa hari (Varney, dkk., 2007:961).

4) Respirasi
Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama
pascapartum. Napas pendek, cepat atau perubahan lain memerlukan evaluasi
adanya kondisi seperti kelebihan volume cairan, asma, eksaserbasi atau
embolus paru (Varney, dkk., 2007:961).
1.1.3.11 Perubahan Perilaku dan Respon Psikologis
Ibu mengalami perubahan besar pada fisik dan fisiologis, ia membuat
penyesuaian yang sangat besar baik tubuh maupun psikisnya, mengalami stimulasi
dan kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi realitas
bayinya, berada di bawah tekanan untuk cepat menyerap pembelajaran yang
diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya. Ibu
merasa tanggung jawab luar biasa yang dipikulnya menjadi nyata dan tuntutan
ditempatkan pada dirinya sebagai ibu.
Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran,
pada saat yang sama ibu baru mungkin frustasi karena merasa tidak kompeten dan
tidak mampu mengontrol situasi (Varney, dkk., 2007:964).
Menurut beberapa peneliti, menerima peran sebagai orang tua adalah suatu
proses yang terjadi dalam tiga tahap yaitu:
1) Ketergantungan (taking in)
Bagi beberapa ibu baru tahap ini terjadi pada hari ke-1 dan ke-2 setelah
melahirkan. Rubin (1961) dalam Hamilton (2008) menjelaskan bahwa hari
tersebut merupakan tahap menerima, waktu dimana ibu membutuhkan
perlindungan dan pelayanan.
2) Ketergantungan-Ketidaktergantungan (taking hold)
Mulai sekitar hari ke-3 dan berakhir pada minggu ke-4 sampai ke-5
pascapartum. Ibu akan menerima peran barunya dan belajar semua tentang hal
baru. Namun demikian, tubuhnya mengalami perubahan yang sangat
signifikan sebagai akibat pengaruh hormonal yang sangat kuat, keluarlah ASI.
Uterus dan perineum terus dalam proses penyembuhan, pasien menjadi
keletihan. Ketika ia kembali ke rumah, ia mungkin merasakannya lebih buruk
lagi.
Selama fase ini system pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda
yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia
dapat istirahat dengan baik.
3) Saling Ketergantungan (letting go)
Dimulai sekitar minggu ke-5 sampai ke-6 setelah kelahiran, system
keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggotanya yang baru. Keluarga
sudah tidak turut campur lagi dan kegiatan sehari-hari telah kembali
dilakukan. Secara fisik ibu mampu untuk menerima tanggung jawab normal
dan tidak lagi menerima peran sakit.
1.1.4 Penatalaksanaan
1. Melakukan evaluasi kontinu dan penatalaksanaan kesejahteraan wanita
a. Mengukur tanda-tanda vital
b. Memeriksa payudara
c. Auskultasi jantung dan paru-paru
d. Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, diastasis, evaluasi kandung
kemih.
e. Evaluasi perineum terhadap memar, edema, hematoma, penyuluhan
terhadap jahitan, inflamasi
f. Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau lokhea
2. Memulai pemulihan dari ketidaknyamanan fisik
3. Memberi bantuan dalam menyusui
4. Memfasilitasi peran sebagai orang tua
5. Pemberian obat-obat umum pada periode pascapartum
a. Analgesik
Untuk menghilangkan nyeri, contoh: ibuprofen 800mg (morfin),
asetaminofen dengan kodein 30 mg (Tylenol 3). Wanita yang melahirkan
normal tidak perlu memerlukan apapun yang lebih kuat daripada ibuprofen
pada hari kedua pascapartum.
b. Laksatif
c. Wanita yang mengalami persalinan lama hingga berjam-jam tanpa makan
atau mengalami laserasi sehingga menembus sfingter rectum dapat
Methergin 0,2 mg per oral setiap 4 jam untuk 6 dosis
Diresepkan untuk ibu mengalami atonia uteri yang signifikan setelah
melahirkan untuk menurunkan resiko hemoragi postpartum lambat.
2.1 Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu
dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang terjadi (Sarwono, 2002 ; 123).
Kunjun Waktu Tujuan
gan
1 6-8 jam setelah - Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
persalinan uteri.
- Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan maa nifas karena atonia uteri.
- Pemberian ASI awal.
- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi.
- Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2 6 hari - Memastikan involusi uterus berjalan normal


setelah uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus,
persalinan tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3 2 minggu setelah Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan).


persalinan

4 6 minggu setelah - Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia


persalinan atau bayi alami.
- Memberikan konseling untuk KB secara dini.

1.2 Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian Keperawatan
1) Anamnesis
Identitas klien meliputi nama dan usia untuk menentukan resiko tinggi
terutama bila usia lebih 35 tahun memiliki organ-organ yang mengalami
penurunan fungsi dan proliferasi sel sehingga penyembuhan dapat lebih lama
Pendidikan berfungsi untuk menentukan penjelasan yang akan diberikan,
semakin tinggi tingkat pendidikan biasanya diikuti dengan tingkat
pemahaman yang lebih tinggi
Alamat dan no telepon sebagai informasi bila dibutuhkan menghubungi
keluarga jika ada sesuatu yang mendadak
Agama dan suku bangsa untuk mengetahui adanya adat-istiadat tertentu yang
harus dilakukan setelah melahirkan.
Status perkawinan dan identitas suami untuk mengetahui kejelasan status istri
dan anak
Keluhan utama yang sering didapat adalah mules, nyeri bekas luka jahitan,
nyeri payudara
Riwayat menstruasi untuk memantau prediksi dan melihat keteraturan
menstruasi setelah fungsi organ kembali normal
Riwayat obstetri sebelumnya untuk mengetahui adanya kelainan persalinan
dan masa nifas sehingga meningkatkan pengawasan.
Riwayat kontrasepsi untuk mengetahui keluhan, komplikasi sebelum hamil
dan rencana pemakaian kontrasepsi yang akan datang
Riwayat kehamilan dan persalinan untuk mengukur tingkat pengawasan yang
akan diberikan.
2) Riwayat Sakit dan Kesehatan
Meliputi penyakit yang pernah diderita, riwayat penyakit keluarga, riwayat
alergi makanan dan obat-obatan.
3) Psikososial Spiritual
Pengkajian mekanisme koping digunakan untuk menilai respon klien
terhadap kondisi pascapartum dan pengaruhnya terhadap keluarga. Adanya
perubahan hubungan dan peran karena klien memiliki anggota keluarga yang
baru.
4) Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital:
Suhu sedikit meningkat pada hari pertama 36,20C - 380C kemudian
sudah normal pada hari kedua, nadi mungkin didapatkan takikardi atau
bradikardi pada hari pertama kemudian kembali normal pada hari kedua,
tekanan darah dan RR sedikit meningkat pada hari 1 tetapi kembali normal
setelah hari kedua.
Pada daerah kepala dan leher:
Melihat tingkat anemis pada konjuctiva dan kemungkinan ikterus pada
sclera yang menandakan adanya kelainan fungsi hati, pembesaran kelenjar
tiroid, dan vena jugularis.
Pada daerah dada:
Pada hari 1 payudara sering didapatkan lunak jika di palpasi, kolostrum
dapat dikeluarkan. Pada hari 2 didapatkan Mulai terasa lebih padat, kadang
terasa besar. Pada hari 3 didapatkan Vaskularisasi meningkat dan mulai
membengkak, terasa padat dan lebih hangat saat disentuh, susu diharapkan
keluar 2 sampai 4 hari setelah bayi lahir.
Pada abdomen:
Memantau perkembangan kontraksi uterus dan TFU, pada hari 1 teraba
Setinggi umbilicus atau sedikit dibawahnya, padat. Pada hari 2 teraba 1 cm
atau lebih di bawah umbilicus, padat. Pada hari 3 teraba 2 cm atau lebih
dibawah umbilicus, padat.
Pada vulva dan perineum:
Memantau pengeluaran lokhea, pada hari 1 yaitu rubra, moderat,
sedikit bekuan, seperti cairan menstruasi normal, sedikit bau. Pada hari 2
yaitu rubra moderat sampai sedikit, bau tetap atau tidak ada bau menyengat.
Pada hari 3 yaitu rubra sampai serosa sedikit, bau tetap sama. Sedangkan
pada daerah perineum yang terjadi perlukaan bisa didapatkan edema, bersih,
sembuh, utuh, tepi episiotomy menutup dengan baik dan terus dipantau setiap
hari.
1.2.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1) Risiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri sekunder akibat trauma
selama proses persalinan, kelahiran dan episiotomy.
Tujuan: Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan
kriteria hasil:
- TTV dalam batas normal (TD <140/90 mmHg, Nadi: 60-100 x/mnt, Suhu:
36,5-37,50C, RR:16-20 x/menit).
- Tidak ada kemerahan pada genitalia
- Tidak ada pembengkakan
- Tidak nyeri
Intervensi:
1. Jelaskan pada ibu untuk segera melaporkan kepada perawat apabila merasa
nyeri/ rasa tidak enak dan mengganggu
R/: Nyeri merupakan salah satu indikator adanya infeksi
2. Lakukan perawatan teratur setiap kali mandi pada area perineum
R/: keadaan perineum yang bersih meminimalkan resiko terjadinya infeksi.
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotic sesuai indikasi
R/: Antibiotik mencegah dan mengatasi mikroorganisme penyebab infeksi
4. Observasi area perineum, episiotomy, keadaan luka dan jahitan
R/: Lesi merupakan port de entry bagi invasi bakteri
5. Observasi TTV, tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, nyeri, panas)
R/: Deteksi dini adanya infeksi dan menentukan dengan segera langkah
untuk mengatasi infeksi.

2) Konstipasi berhubungan dengan ketakutan nyeri defekasi, penurunan


peristaltis setelah melahirkan, penurunan aktivitas, penurunan asupan cairan,
efek dari analgetik, penurunan tonus otot perut.
Tujuan: eliminasi alvi adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan
kriteria:
- Pola eliminasi dalam rentang yag diharapkan
- Feses lembut dan berbentuk
- Mengeluarkan feses tanpa bantuan
- Mengkonsumsi cairan dan serat yang adekuat
- Latihan dalam jumlah yang adekuat.
Intervensi:
1. Berikan penjelasan pada ibu dan keluarga tentang penyebab terjadinya
konstipasi
R/: konstipasi terjadi karena tonus otot menurun selama proses persalinan
dan masa nifas. Selain itu, pemahaman mengenai kondisi kesehatan saat
ini dan mengurangi rasa cemas
2. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan banyak serat
R/: diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltic dan
eliminasi secara teratur.
3. Berikan minum cukup 2000-2500 cc/hari. Jika tidak ada kontraindikasi.
R/: masukkan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses
yang sesuai pada usus.
4. Lakukan mobilisasi sesuai denga keadaaan ibu
R/: aktivitas fisik regular membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus
otot abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik.
5. Auskultasi bising usus
R/: bising usus menandakan sifat aktifitas peristaltic
6. Observasi pola eliminasi dan karakteristik feses
R/: pola eliminasi yang teratur dan feses lembut dan berbentuk
menunjukkan eliminasi alvi adekuat

3) Nyeri berhubungan dengan involusi rahim, trauma pada perineum, episiotomy,


hemoroid, pembengkakan payudara.
Tujuan: Nyeri berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan kriteria:
- Intensitas istirahat cukup
- VAS 0-1
- Ibu tidak gelisah
- TTV dalam batas normal (Nadi, TD, Suhu, RR)

Intervensi:
1. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri non
farmakologi dan non invasive
R/: pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan tindakan non
farmakologi lain seperti fiksasi menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
2. Ajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat
mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi massage.
R/: Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 dalam
jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri
3. Ajarkan metode distraksi selama fase akut
R/: Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang menyenangkan
4. Beri kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi yang
nyaman
R/: istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan
kenyamanan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic
R/: analgesic mempunyai efek efektif sebagai pereda nyeri pada ibu post
partum.
6. Observasi intensitas dan tipe nyeri, VAS, istirahat pasien, TTV (nadi, TD,
suhu, RR)\
R/: Nyeri merupakan respon subyektif yang dapat dikaji dengan menggunakan
skala nyeri. Pasien dapat beristirakat dengan tenang, TTV dalam batas
normal menunjukkan masalah nyeri dapat teratasi.

4) Ketidakefektifan penatalaksanaan berhubungan dengan kurang pengetahuan


tentang perawatan ibu nifas, perawatan bayi, dan macam dan jenis KB
Tujuan: tingkat pengetahuan pasien meningkat setelah diberikan informasi
dengan kriteria:
- Mengungkapkan pemahaman secara verbal
- Mampu mengidentifikasi berbagi faktor yang berhubungan dengan
informasi yang disampaikan
Intervensi:
1. Jelaskan tentang perawatan ibu post partum atau mengenai berbagai
informasi yang terkait dengan kondisi post partum
R/: Memberi pengetahuan dasar sehingga dapat mengurangi dampak
komplikasi dari kondisi post partum
2. Beri dukungan psikologis agar klien menjalankan apa yang sudah
disepakati.
R/: Membantu klien dan keluarga dalam penatalaksaan perawatan klien
meningkatkan kemampuan klien dan keluarga tentang pentingnya
perawatan post partum
3. Observasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan ibu
post partum
R/: Menjadi dasar bagi perawat untuk menjelaskan sesuai pengetahuan
klien dan daoat menghindari pembicaraan yang tidak perlu karena klien
dan keluarga sudah mengetahuinya.
4. Jelaskan ke pasien tentang tujuan KB.
R/ Ibu mengetahui bahwa KB memiliki tujuan berdasarkan usia yang
membantu menentukan pilihan.
5. Jelaskan keuntungan dan kerugian macam dan jenis KB.
R/ Ibu mengetahui dengan pasti keunggulan dan kelemahan jenis-jenis KB.
6. Berikan kesempatan untuk berpikir.
R/ Ibu dapat berpikir dengan matang sehingga pemilihan jenis KB benar-
benar dirasakan sesuai dengannya.
7. Observasi pengetahuan ibu tentang KB dengan menentukan pilihan KBnya.
R/ Ibu yang dapat memilih KB yang akan digunakan menggambarkan ibu
tersebut tahu pilihan Kbnya.

5) Ketidakefektifan pola menyusui berhubungan dengan nyeri, pengaturan posisi


bayi, respon fisiologis normal, putting yang masuk ke dalam.
Tujuan: menyusui lebih efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan
criteria hasil:
- Mengetahui faktor yang mengganggu menyusui
- Mengetahui faktor yang mampu meningkatkan menyusui
- Menunjukkan posisi yang efektif
- Menyusui bayi dengan rileks
Intervensi:
1. Jelaskan pada ibu tentang perawatan payudara
R/: Perawatan payudara dapat menstimulasi kelancaran produksi ASI dan
mengurangi nyeri akibat bendungan ASI
2. Libatkan keluarga dalam memberikan motivasi dalam proses laktasi
R/: Dukungan emosional sangat membantu dalam peningkatan harga diri
dan menyadari perann sebagai ibu.
3. Anjurkan berganti posisi untuk merotasi cakupan mulut bayi
R/: Berganti posisi menghindari adanya bendungan ASI pada satu sisi
payudara
4. Yakinkan mulut bayi diposisikan dengan tepat pada putting susu
R/: Memaksimalkan isapan air susu dan menghindari distensi abdomen
karena bayi menghisap udara.
5. Observasi posisi ibu dalam menyusui, faktor-faktor yang menggganggu dan
meningkatkan menyusui.
R/: Posisi yang tepat dalam menyusui dan faktor-faktor yang mengganggu
menyusui dapat meningkatkan keefktifan dlam proses menyusui

6) Retensi urine berhubungan dengan edema jaringan local, efek dari pengobatan
atau anestesi, nyeri ketidakmampuan mengambil posisi untuk berkemih.
Tujuan: pasien dapat berkemih secara adekuat setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan criteria hasil:
- Kandung kemih kosong sempurna
- Tidak ada sisa setelah BAK
- Jumlah urine >100-200cc
- Pola berkemih teratur
Intervensi:
1. Jelaskan pada pasien penyebab retensi urine
R/: retensi urine disebabkan oleh trauma karena kelahiran, peningkatan
kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anestesi
2. Anjurkan ibu untuk minum banyak
R/: Minum banyak dapat membantu mempertahankan fungsi ginjal
3. Pasang dower kateter apabila ada indikasi
R/: Dower kateter dapat membantu proses evakuasi urine
4. Observasi kandung kemih, pola berkemih, produksi urine
R/: Kandung kemih kosong, pola berkemih lancer dan teratur sertaproduksi
urine lebih dari 100-200 cc menunjukkan tidak adanya retensi urine.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Alih bahasa: Maria A.
Wijayanti. Jakarta: EGC.

Carpenito & Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa:
Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Ladewig, Patricia W. 2005. Buku saku Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru


Lahir. Alih Bahasa: Salmiyatun. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta:Salemba


Medika.

Ujiningtyas, C. Sri Hari. 2009. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal. Jakarta:


Salemba Medikamenyebabkan rasa nyeri/ integritas jahitan sehingga
keinginan mereka untuk defekasi menurun. Pemberian pelunak feses ringan
seperti dokusat sodium (colace) 50-100mg per hari/2 kali sehari akan
membantu mempertahankan fungsi defekasi normal.

Pada penelitian jurnal yang disampaikan oleh peneliti Susilo Rini,Indri Heri
Susanti tentang Penurunan Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesarea Pasca
Intervensi Biologic Nurturing Baby Led Feeding mengatakan bahwa :
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 28 dari 41 responden
(68,3%) mengalami penurunan skala nyeri pasca intervensi biologic
nurturing baby led feeding. Hasil analysis menunjukkan terdapat penurunan
nyeri yang bermakna pada ibu post SC sebelum dan sesudah intervensi
biologic nurturing baby led feeding (p<0,01).
Kesimpulan : Intervensi biologic nurturing baby led feeding dapat
menurunkan nyeri pada ibu post section caesarea.
Isi jurnal terlampir

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS SC
I. PENGKAJIAN

Tanggal MRS : 09 – 01 – 2020 Jam : 16.00 WIB


Tanggal Partus : 10 – 01 – 2020 Jam : 08.47 WIB
Tanggal pengkajian : 11 – 01 – 2020 Jam : 06.45 WIB
(22 jam 2 menit)
Ruang/Kelas : Paviliun 1/ III
1.1 Biodata

Nama ibu : Ny. E Nama suami : Tn. Y


Umur : 32 tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Blitar Alamat : Blitar
Status perkawinan : 1 kali menikah
Diagnosa Persalinan : Partus Sectio cesarean dengan indikasi bekas section
caesarea presentasi bayi letak belakang kepala, jenis kelamin laki-laki , umur
kehamilan 38-39 minggu.
I.2 Keluhan Utama

Ibu mengungkapkan nyeri hilang timbul seperti ditusuk-tusuk pada luka operasi di
perut bagian bawah terutama saat berubah posisi, NRS 4.
I.3 Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit yang pernah diderita
Ny. E mengungkapkan mempunyai penyakit jantung berdebar-debar dan tidak
pernah menderita penyakit HT, DM, Hepatitis, TB dan penyakit lainnya.
2) Riwayat Pengobatan yang dilakukan
Ny. E mengungkapkan tidak sedang dalam pengobatan
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. E mengungkapkan anggota keluarga tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit HT, DM, TB, Hepatitis. Anggota keluarga tidak ada yang memiliki
keturunan kembar
I.4Riwayat menstruasi
1. HPHT : 10-4-2019
2. Perkiraan persalinan : 17-1-2020
3. Menarche : 13 tahun
4. Siklus : siklus setiap 30 hari selama 7-10 hari/siklus
5. Sifat haid/darah : encer tapi kadang terdapat gumpalan darah.
Mengganti pembalut 3x dalam sehari.
6. Dysmenorrhoe : tidak ada keluhan nyeri saat haid
7. Flour albus : tidak ada flour albus
I.5Riwayat Keluarga Berencana

Ny.E mengungkapkan setelah melahirkan anak pertama pasien tidak


menggunakan KB. Setelah melahirkan anak ke dua pasien hanya menggunakan
KB alami dan kondom saat berhubungan. Tidak pernah menggunakan KB suntik
atau pil. Kehamilan ini direncanakan oleh keluarga karena ingin dapat anak
perempuan.
I.6Riwayat Obstetri yang lalu
Kehamilan No.

Perkawinan No.

Riwayat jenis jenis Hidup Meninggal Riwayat


Penolong

Kehamilan yang persalinan kelamin Sebabnya Puerperium


lalu yang lalu
Laki-laki

Perempuan
Abortus

Prematur

aterm

1 √ Partus dokter √ √ Uri lahir


Spontan 5 thn spontan
dengan dengan
Berat Lahir perdarahan

2. 1 √
2900 g
Partus SC
dengan
dokter √ √
3 thn
sedikit

Berat lahir
3250 g
3. Hamil ini

I.7Riwayat kehamilan sekarang

GIII P 20002
ANC: 10 x di Poli BKIA RS Katolik Budi Rahayu Blitar.
Tanggal Keluhan Sekarang Tindakan
20-6-2019 Mual Kalsium dan As.Fol
11-7-2019 Mual -
6-8-2019 Batuk pilek 2 minggu, tidak Kalsium dan Obipluz
panas
5-9-2019 Taa Kalsium dan Obipluz
10-10-2019 Taa Kalsium dan Obipluz
5-11-2019 Taa dan gerak bayi sering Livron dan Obipluz
23-11-2019 Taa dan gerak bayi sering Livron dan Obipluz
10-12-2019 Taa Livron dan Obipluz
2-1-2020 Taa dan gerakan bayi Livron dan Obipluz
berkurang
9-1-20120 Keputihan dan gerak anak Livron dan Obipluz
sering

Imunisasi TT : Balita : lengkap


SD : 2x
Hamil : 1x

I.8Riwayat persalinan

Pada tanggal 10 Januari 2020 jam 08.47 WIB Ny. E Partus SC presentasi bayi
letak belakang kepala, jenis kelamin laki-laki, umur kehamilan 38-39 minggu.
I.9 Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Aktivitas Istirahat
Di rumah: Ny. E mengungkapkan selama kehamilan bangun pagi jam 05.00
setiap pagi menyiapkan sarapan anak dan peralatan sekolah anak memandikan
anak , mengantar anak ke sekolah , setelah itu pulang ke rumah lalu
mengerjakan pekerjaan rumah. Tidur malam jam 11.00-05.00 WIB, tidur siang
sekitar jam 13.00WIB selama 1 ½ jam.
Di Rumah Sakit Ny. E mengungkapkan selama dirumah sakit tidak dapat tidur
karena bayi sering menagis untuk menyusui. Ibu hanya dapat miring ke kanan
dan miring ke kiri. Ekspresi wajah ibu menyeringai saat merubah posisi.

2) Nutrisi
Di rumah: Ny. E mengungkapkan dirumah makan 3 x/hari, ibu makan sedikit
tapi sering (±7 sendok) ibu makan nasi, sayur sop, bayam dan suka makan bauh-
buahan, kadang ngemil roti. Minum dalam sehari ±3 litter, tidak ada diet khusus.
Saat di kaji : ibu sudah makan roti makan dan minum air kacang hijau 1 gelas,
diet bebas. Ibu tidak mual tidak muntah. Pasien terpasang infus RD 5%
500cc/12 jam IV.
3) Personal hygiene

Di rumah: Ny. E mengungkapkan dirumah tidak melakukan perawatan


payudara, ibu mandi 2x/hari, cuci rambut 2 hari sekali karena ibu merasa gerah
dan rambut mudah berminyak, gosok gigi 2x/hari saat mandi .
Di rumah Sakit: Ny. E mandi di bantu oleh petugas, gosok gigi 1x sehari dan
belum cuci rambut, pasien sudah tau cara cebok yang benar dari depan ke
belakang. Pasien sudah mengganti pembalut sebanyak 2 kali dan vulva hygiene
di bantu oleh petugas.
4) Eliminasi
Di rumah: Ibu mengungkapkan BAB 1x sehari, konsitensi lembek. BAK 10-11
kali/ hari warna kuning jernih.
Di rumah sakit: Selama dirumah sakit Ny. E belum BAB. Menggunakan selang
kateter dengan jumlah urin 200 CC/8 jam, warna kuning jernih.
I.10 Riwayat Psikososial-spiritual
1) Status emosi ibu: Seharusnya Ny. E masuk dalam adaptasi psikologis taking in
dimana dalam fase ini ibu masih fokus pada diri sendiri, ibu belum mampu
merawat bayinya, karena ibu hanya mampu miring kanan dan kiri sehingga
untuk menggendong bayi dan menyusui bayi harus di bantu oleh petugas.
2) Reaksi dan persepsi terhadap kelahiran bayi: Ny. E mengungkapkan merasa
bersyukur atas kelahiran bayinya. Ny.E sangat antusias melihat bayinya, Ny.E
menggendong bayi dengan bahagia. Skor bonding 12. Walau mendapatkan bayi
laki-laki kembali, Ny.E tetap menerima bayinya dengan penuh kasih sayang.
3) Kebutuhan interaksi dengan orang lain: Selama hamil Ny. E tinggal bersama
dengan suami dan anak-anaknya. Ny. E dekat dengan keluarga dan memiliki
hubungan yang baik dengan tetangga.
4) Kebiasaan dan kepercayaan: ibu mengungkapkan setelah melahirkan sebelum
28 hari tidak boleh memotong kuku dan rambut. Boleh meotong kuku dan
rambut setelah mandi besar.
I.11 Pengetahuan dan sikap

Laktasi: Ny. E mengungkapkan telah melakukan IMD pada saat bayi baru lahir.
ASI yang diberikan ASI eksklusif. ASI yang di produksi ibu masih sedikit. Ibu
sudah tau cara menyusui yang benar, hal tersebut terlihat dari bayi tidak rewel,
setelah menyusui bayi tertidur dengan pulas, warna kulit bayi segar, ibu bisa
menemukan bekas asi dalam mulut bayi, ibu sudah menyusui ± 8 kali.
Kontrasepi : Ny. E mengungkapkan mengetahui tentang tujuan kontrasepsi yaitu
untuk mencegah terjadinya kehamilan, Ny. E tahu tentang macam-macam
kontrasepsi, keuntungan dan kerugian masing-masing kontrasepsi beserta waktu
yang tepat untuk melakukan kontrasepsi serta rencana penggunaan kontrasepsi.
Hanya saja Ny.E tidak ingin menggunakan KB karena tidak di ijinkan oleh
suami. Ny. E mengungkapkan sudah mengetahui bahwa ia dapat hamil kembali
dengan jarak lebih dari 2 tahun.
I.12 Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum pasien baik, ekspresi menyeringai saat berubah posisi
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,4oC, RR 18x/menit,
CRT kembali dalam 2 detik, akral hangat
3) Kepala dan Leher
Kulit kepala bersih, tidak berketombe, rambut berminyak. Tidak ada edema
pada daerah palpebra, warna konjungtiva pink, sklera putih tidak ikterus, wajah
tidak sembab, tidak ada kloasma gravidarum, mukosa bibir lembab, tidak
sianosis, tidak sariawan, tidak ada carries gigi, leher tidak ada pembesaran vena
jugularis dan kelenjar tiroid.
4) Dada
Suara napas vesikuler, irama reguler, mamae: payudara kiri dan kanan simetris,
kulit payudara tidak mengkilat, mamae teraba lembek, puting menonjol, ada
pengeluaran colostrum, puting susu bersih, tidak ada masa atau benjolan di
mamae.,
5) Abdomen
Terdapat luka bekas operasi tertutup kasa tidak merembes, adanya linea nigra,
adanya striae lividie, tidak ada pembesaran hepar, TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik.
6) Vesika Urinaria
Vesika urinaria kosong, terpasang dower chateter, warna kuning jernih.
7) Vulva dan Perineum

Keadaan vulva bersih, lochea rubra merah tua ± ½ pembalut/8 jam, tidak
berbau.
8) Anus

Tidak Ada hemoroid


9) Ekstremitas:
Tidak ada varises, tidak ada edema, reflek patela +/+.

1.1.15 Terapi
1) Tranexid 500 g IV
Komposisi: Asam Tranexamat 50 mg
Indikasi: mencegah perdarahan.
2) Farbion 5000 2x1 drip
Komposisi: Thiamin,Pyrodoxin, Cobalamin
Indikasi: Vitamin penambah energy,Nutrisi untuk darah, memperlancar
produksi DNA
3) RD 5 500 ml/24jam
Komposisi: Kalsium Klorida Dihidrat, Dekstrosa Anhydrous, Sodium
Klorida
Indikasi: Kekurangan cairan, pengganti nutrisi, kekurangan kalium,
kalsium,magnesium dan natrium.
4) Ceftriaxone 1 gr 3x1 IV
Komposisi: Antibiotik
Indikasi: Infeksi bakteri
5) Ondansentron 4 mg 3x1 IV
Komposisi: Ondansentron
Indikasi: Mual muntah
6) Paracetamol 1 gr 4x1 IV
Komposisi: Parasetamol
Indikasi: Menurunkan demam dan Nyeri
7) CDR 1x 250 mg PO
Komposisi: Kalsium, Vit. C,D, B6
Indikasi: Suplemen Ca, Vit. C, D dan B6 selama kehamilan dan menyusui,
masa pertumbuhan dan mempercepat penyembuhan luka.
3.2 Analisa Data

N Tanggal Data Etiologi Masalah


o
1. 10/01/20 DS : Agen Pencedera Fisik Nyeri Akut
Ibu
mengungkapkan
nyeri hilang
timbul seperti
ditusuk-tusuk
pada luka operasi
terutama saat
berubah posisi,

DO :
- P= post sc
- Q= nyeri
seperti
ditusuk-tusuk
- R= perut
bawah
- S= NRS 4
- T= nyeri
timbul saat
berubah
posisi(5 mnt)
- Ekspresi
wajah tampak
menyeringai
saat merubah
posisi
- Luka operasi
kering tidak
merembes.

2 10/01/20 DS : - Prosedur infasif Resiko


DO:
Infeksi
- Luka operasi
tertutup kasa
tidak ada
perembesan

- Suhu 36,4oC.

- Terpasang
kateter.
Prioritas Diagnosa Keperawatan

No Tanggal Diagnosa Keperawatan


.
1. 10/01/20 Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera Fisik yang dibuktikan
dengan pasien mengungkapkan nyeri hilang timbul seperti ditusuk-tusuk pada
luka jahitan saat berubah posisi, NRS 4, ekspresi wajah menyeringai saat
berubah posisi.
2. 10/01/20 Resiko Infeksi di buktikan dengan efek Prosedur Invasif.

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Luaran(SLKI) Intervensi(SIKI)
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 1x 1. Observasi :
pertemuan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekwensi,
- Keluhan nyeri berkurang kualitas, intensitas nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi skala nyeri
2. Terapeutik :
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi (relaksasi
nafas dalam dan distraksi )
untuk mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
( missal suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Edukasi :
- Jelaskan penyebab,periode
dan pemicu nyeri
-Jelaskan strategi meredakan
nyeri
4. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu
2 Setelah dilakukan tindakan Perawatan Area Insisi
keperawatan selama 1x 24 jam 1. Observasi
Kontrol Resiko Meningkat - Periksa lokasi insisi adanya
dengan kriteria hasil : kemerahan, bengkak.
- Kemampuan mencari - Monitor proses
informasi tentang factor penyembuhan area insisi.
resiko meningkat - Monitor tanda dangejala
- Kemampuan infeksi.
mengidentifikasi factor 2. Terapeutik
resiko meningkat - Bersihkan area insisi
- Kemampuan menghindari
dengan pembesihan yang tepat.
- Usap area insisi dari area
factor resiko meningkat
yang bersih menuju area yang
kurang bersih.
- Ganti balutan luka sesuai
jadwal.
3. Edukasi
- Jelaskan prosedur kepada
pasien, dengan menggunakan
alat bantu
- Ajarkan meminimalkan
tekanan pada tempat insisi
- .Ajarkan cara merawat area
insisi.

Anda mungkin juga menyukai