Disusun Oleh:
TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS
4) Respirasi
Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama
pascapartum. Napas pendek, cepat atau perubahan lain memerlukan evaluasi
adanya kondisi seperti kelebihan volume cairan, asma, eksaserbasi atau
embolus paru (Varney, dkk., 2007:961).
1.1.3.11 Perubahan Perilaku dan Respon Psikologis
Ibu mengalami perubahan besar pada fisik dan fisiologis, ia membuat
penyesuaian yang sangat besar baik tubuh maupun psikisnya, mengalami stimulasi
dan kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi realitas
bayinya, berada di bawah tekanan untuk cepat menyerap pembelajaran yang
diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya. Ibu
merasa tanggung jawab luar biasa yang dipikulnya menjadi nyata dan tuntutan
ditempatkan pada dirinya sebagai ibu.
Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran,
pada saat yang sama ibu baru mungkin frustasi karena merasa tidak kompeten dan
tidak mampu mengontrol situasi (Varney, dkk., 2007:964).
Menurut beberapa peneliti, menerima peran sebagai orang tua adalah suatu
proses yang terjadi dalam tiga tahap yaitu:
1) Ketergantungan (taking in)
Bagi beberapa ibu baru tahap ini terjadi pada hari ke-1 dan ke-2 setelah
melahirkan. Rubin (1961) dalam Hamilton (2008) menjelaskan bahwa hari
tersebut merupakan tahap menerima, waktu dimana ibu membutuhkan
perlindungan dan pelayanan.
2) Ketergantungan-Ketidaktergantungan (taking hold)
Mulai sekitar hari ke-3 dan berakhir pada minggu ke-4 sampai ke-5
pascapartum. Ibu akan menerima peran barunya dan belajar semua tentang hal
baru. Namun demikian, tubuhnya mengalami perubahan yang sangat
signifikan sebagai akibat pengaruh hormonal yang sangat kuat, keluarlah ASI.
Uterus dan perineum terus dalam proses penyembuhan, pasien menjadi
keletihan. Ketika ia kembali ke rumah, ia mungkin merasakannya lebih buruk
lagi.
Selama fase ini system pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda
yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia
dapat istirahat dengan baik.
3) Saling Ketergantungan (letting go)
Dimulai sekitar minggu ke-5 sampai ke-6 setelah kelahiran, system
keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggotanya yang baru. Keluarga
sudah tidak turut campur lagi dan kegiatan sehari-hari telah kembali
dilakukan. Secara fisik ibu mampu untuk menerima tanggung jawab normal
dan tidak lagi menerima peran sakit.
1.1.4 Penatalaksanaan
1. Melakukan evaluasi kontinu dan penatalaksanaan kesejahteraan wanita
a. Mengukur tanda-tanda vital
b. Memeriksa payudara
c. Auskultasi jantung dan paru-paru
d. Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, diastasis, evaluasi kandung
kemih.
e. Evaluasi perineum terhadap memar, edema, hematoma, penyuluhan
terhadap jahitan, inflamasi
f. Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau lokhea
2. Memulai pemulihan dari ketidaknyamanan fisik
3. Memberi bantuan dalam menyusui
4. Memfasilitasi peran sebagai orang tua
5. Pemberian obat-obat umum pada periode pascapartum
a. Analgesik
Untuk menghilangkan nyeri, contoh: ibuprofen 800mg (morfin),
asetaminofen dengan kodein 30 mg (Tylenol 3). Wanita yang melahirkan
normal tidak perlu memerlukan apapun yang lebih kuat daripada ibuprofen
pada hari kedua pascapartum.
b. Laksatif
c. Wanita yang mengalami persalinan lama hingga berjam-jam tanpa makan
atau mengalami laserasi sehingga menembus sfingter rectum dapat
Methergin 0,2 mg per oral setiap 4 jam untuk 6 dosis
Diresepkan untuk ibu mengalami atonia uteri yang signifikan setelah
melahirkan untuk menurunkan resiko hemoragi postpartum lambat.
2.1 Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu
dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang terjadi (Sarwono, 2002 ; 123).
Kunjun Waktu Tujuan
gan
1 6-8 jam setelah - Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
persalinan uteri.
- Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan maa nifas karena atonia uteri.
- Pemberian ASI awal.
- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi.
- Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
Intervensi:
1. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri non
farmakologi dan non invasive
R/: pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan tindakan non
farmakologi lain seperti fiksasi menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
2. Ajarkan relaksasi teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat
mengurangi intensitas nyeri dan tingkatkan relaksasi massage.
R/: Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 dalam
jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri
3. Ajarkan metode distraksi selama fase akut
R/: Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang menyenangkan
4. Beri kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi yang
nyaman
R/: istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan
kenyamanan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic
R/: analgesic mempunyai efek efektif sebagai pereda nyeri pada ibu post
partum.
6. Observasi intensitas dan tipe nyeri, VAS, istirahat pasien, TTV (nadi, TD,
suhu, RR)\
R/: Nyeri merupakan respon subyektif yang dapat dikaji dengan menggunakan
skala nyeri. Pasien dapat beristirakat dengan tenang, TTV dalam batas
normal menunjukkan masalah nyeri dapat teratasi.
6) Retensi urine berhubungan dengan edema jaringan local, efek dari pengobatan
atau anestesi, nyeri ketidakmampuan mengambil posisi untuk berkemih.
Tujuan: pasien dapat berkemih secara adekuat setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan criteria hasil:
- Kandung kemih kosong sempurna
- Tidak ada sisa setelah BAK
- Jumlah urine >100-200cc
- Pola berkemih teratur
Intervensi:
1. Jelaskan pada pasien penyebab retensi urine
R/: retensi urine disebabkan oleh trauma karena kelahiran, peningkatan
kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anestesi
2. Anjurkan ibu untuk minum banyak
R/: Minum banyak dapat membantu mempertahankan fungsi ginjal
3. Pasang dower kateter apabila ada indikasi
R/: Dower kateter dapat membantu proses evakuasi urine
4. Observasi kandung kemih, pola berkemih, produksi urine
R/: Kandung kemih kosong, pola berkemih lancer dan teratur sertaproduksi
urine lebih dari 100-200 cc menunjukkan tidak adanya retensi urine.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Alih bahasa: Maria A.
Wijayanti. Jakarta: EGC.
Carpenito & Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa:
Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Pada penelitian jurnal yang disampaikan oleh peneliti Susilo Rini,Indri Heri
Susanti tentang Penurunan Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesarea Pasca
Intervensi Biologic Nurturing Baby Led Feeding mengatakan bahwa :
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 28 dari 41 responden
(68,3%) mengalami penurunan skala nyeri pasca intervensi biologic
nurturing baby led feeding. Hasil analysis menunjukkan terdapat penurunan
nyeri yang bermakna pada ibu post SC sebelum dan sesudah intervensi
biologic nurturing baby led feeding (p<0,01).
Kesimpulan : Intervensi biologic nurturing baby led feeding dapat
menurunkan nyeri pada ibu post section caesarea.
Isi jurnal terlampir
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS SC
I. PENGKAJIAN
Ibu mengungkapkan nyeri hilang timbul seperti ditusuk-tusuk pada luka operasi di
perut bagian bawah terutama saat berubah posisi, NRS 4.
I.3 Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit yang pernah diderita
Ny. E mengungkapkan mempunyai penyakit jantung berdebar-debar dan tidak
pernah menderita penyakit HT, DM, Hepatitis, TB dan penyakit lainnya.
2) Riwayat Pengobatan yang dilakukan
Ny. E mengungkapkan tidak sedang dalam pengobatan
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. E mengungkapkan anggota keluarga tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit HT, DM, TB, Hepatitis. Anggota keluarga tidak ada yang memiliki
keturunan kembar
I.4Riwayat menstruasi
1. HPHT : 10-4-2019
2. Perkiraan persalinan : 17-1-2020
3. Menarche : 13 tahun
4. Siklus : siklus setiap 30 hari selama 7-10 hari/siklus
5. Sifat haid/darah : encer tapi kadang terdapat gumpalan darah.
Mengganti pembalut 3x dalam sehari.
6. Dysmenorrhoe : tidak ada keluhan nyeri saat haid
7. Flour albus : tidak ada flour albus
I.5Riwayat Keluarga Berencana
Perkawinan No.
Perempuan
Abortus
Prematur
aterm
2. 1 √
2900 g
Partus SC
dengan
dokter √ √
3 thn
sedikit
Berat lahir
3250 g
3. Hamil ini
GIII P 20002
ANC: 10 x di Poli BKIA RS Katolik Budi Rahayu Blitar.
Tanggal Keluhan Sekarang Tindakan
20-6-2019 Mual Kalsium dan As.Fol
11-7-2019 Mual -
6-8-2019 Batuk pilek 2 minggu, tidak Kalsium dan Obipluz
panas
5-9-2019 Taa Kalsium dan Obipluz
10-10-2019 Taa Kalsium dan Obipluz
5-11-2019 Taa dan gerak bayi sering Livron dan Obipluz
23-11-2019 Taa dan gerak bayi sering Livron dan Obipluz
10-12-2019 Taa Livron dan Obipluz
2-1-2020 Taa dan gerakan bayi Livron dan Obipluz
berkurang
9-1-20120 Keputihan dan gerak anak Livron dan Obipluz
sering
I.8Riwayat persalinan
Pada tanggal 10 Januari 2020 jam 08.47 WIB Ny. E Partus SC presentasi bayi
letak belakang kepala, jenis kelamin laki-laki, umur kehamilan 38-39 minggu.
I.9 Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Aktivitas Istirahat
Di rumah: Ny. E mengungkapkan selama kehamilan bangun pagi jam 05.00
setiap pagi menyiapkan sarapan anak dan peralatan sekolah anak memandikan
anak , mengantar anak ke sekolah , setelah itu pulang ke rumah lalu
mengerjakan pekerjaan rumah. Tidur malam jam 11.00-05.00 WIB, tidur siang
sekitar jam 13.00WIB selama 1 ½ jam.
Di Rumah Sakit Ny. E mengungkapkan selama dirumah sakit tidak dapat tidur
karena bayi sering menagis untuk menyusui. Ibu hanya dapat miring ke kanan
dan miring ke kiri. Ekspresi wajah ibu menyeringai saat merubah posisi.
2) Nutrisi
Di rumah: Ny. E mengungkapkan dirumah makan 3 x/hari, ibu makan sedikit
tapi sering (±7 sendok) ibu makan nasi, sayur sop, bayam dan suka makan bauh-
buahan, kadang ngemil roti. Minum dalam sehari ±3 litter, tidak ada diet khusus.
Saat di kaji : ibu sudah makan roti makan dan minum air kacang hijau 1 gelas,
diet bebas. Ibu tidak mual tidak muntah. Pasien terpasang infus RD 5%
500cc/12 jam IV.
3) Personal hygiene
Laktasi: Ny. E mengungkapkan telah melakukan IMD pada saat bayi baru lahir.
ASI yang diberikan ASI eksklusif. ASI yang di produksi ibu masih sedikit. Ibu
sudah tau cara menyusui yang benar, hal tersebut terlihat dari bayi tidak rewel,
setelah menyusui bayi tertidur dengan pulas, warna kulit bayi segar, ibu bisa
menemukan bekas asi dalam mulut bayi, ibu sudah menyusui ± 8 kali.
Kontrasepi : Ny. E mengungkapkan mengetahui tentang tujuan kontrasepsi yaitu
untuk mencegah terjadinya kehamilan, Ny. E tahu tentang macam-macam
kontrasepsi, keuntungan dan kerugian masing-masing kontrasepsi beserta waktu
yang tepat untuk melakukan kontrasepsi serta rencana penggunaan kontrasepsi.
Hanya saja Ny.E tidak ingin menggunakan KB karena tidak di ijinkan oleh
suami. Ny. E mengungkapkan sudah mengetahui bahwa ia dapat hamil kembali
dengan jarak lebih dari 2 tahun.
I.12 Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum pasien baik, ekspresi menyeringai saat berubah posisi
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36,4oC, RR 18x/menit,
CRT kembali dalam 2 detik, akral hangat
3) Kepala dan Leher
Kulit kepala bersih, tidak berketombe, rambut berminyak. Tidak ada edema
pada daerah palpebra, warna konjungtiva pink, sklera putih tidak ikterus, wajah
tidak sembab, tidak ada kloasma gravidarum, mukosa bibir lembab, tidak
sianosis, tidak sariawan, tidak ada carries gigi, leher tidak ada pembesaran vena
jugularis dan kelenjar tiroid.
4) Dada
Suara napas vesikuler, irama reguler, mamae: payudara kiri dan kanan simetris,
kulit payudara tidak mengkilat, mamae teraba lembek, puting menonjol, ada
pengeluaran colostrum, puting susu bersih, tidak ada masa atau benjolan di
mamae.,
5) Abdomen
Terdapat luka bekas operasi tertutup kasa tidak merembes, adanya linea nigra,
adanya striae lividie, tidak ada pembesaran hepar, TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik.
6) Vesika Urinaria
Vesika urinaria kosong, terpasang dower chateter, warna kuning jernih.
7) Vulva dan Perineum
Keadaan vulva bersih, lochea rubra merah tua ± ½ pembalut/8 jam, tidak
berbau.
8) Anus
1.1.15 Terapi
1) Tranexid 500 g IV
Komposisi: Asam Tranexamat 50 mg
Indikasi: mencegah perdarahan.
2) Farbion 5000 2x1 drip
Komposisi: Thiamin,Pyrodoxin, Cobalamin
Indikasi: Vitamin penambah energy,Nutrisi untuk darah, memperlancar
produksi DNA
3) RD 5 500 ml/24jam
Komposisi: Kalsium Klorida Dihidrat, Dekstrosa Anhydrous, Sodium
Klorida
Indikasi: Kekurangan cairan, pengganti nutrisi, kekurangan kalium,
kalsium,magnesium dan natrium.
4) Ceftriaxone 1 gr 3x1 IV
Komposisi: Antibiotik
Indikasi: Infeksi bakteri
5) Ondansentron 4 mg 3x1 IV
Komposisi: Ondansentron
Indikasi: Mual muntah
6) Paracetamol 1 gr 4x1 IV
Komposisi: Parasetamol
Indikasi: Menurunkan demam dan Nyeri
7) CDR 1x 250 mg PO
Komposisi: Kalsium, Vit. C,D, B6
Indikasi: Suplemen Ca, Vit. C, D dan B6 selama kehamilan dan menyusui,
masa pertumbuhan dan mempercepat penyembuhan luka.
3.2 Analisa Data
DO :
- P= post sc
- Q= nyeri
seperti
ditusuk-tusuk
- R= perut
bawah
- S= NRS 4
- T= nyeri
timbul saat
berubah
posisi(5 mnt)
- Ekspresi
wajah tampak
menyeringai
saat merubah
posisi
- Luka operasi
kering tidak
merembes.
- Suhu 36,4oC.
- Terpasang
kateter.
Prioritas Diagnosa Keperawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Luaran(SLKI) Intervensi(SIKI)
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 1x 1. Observasi :
pertemuan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekwensi,
- Keluhan nyeri berkurang kualitas, intensitas nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi skala nyeri
2. Terapeutik :
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi (relaksasi
nafas dalam dan distraksi )
untuk mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
( missal suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Edukasi :
- Jelaskan penyebab,periode
dan pemicu nyeri
-Jelaskan strategi meredakan
nyeri
4. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu
2 Setelah dilakukan tindakan Perawatan Area Insisi
keperawatan selama 1x 24 jam 1. Observasi
Kontrol Resiko Meningkat - Periksa lokasi insisi adanya
dengan kriteria hasil : kemerahan, bengkak.
- Kemampuan mencari - Monitor proses
informasi tentang factor penyembuhan area insisi.
resiko meningkat - Monitor tanda dangejala
- Kemampuan infeksi.
mengidentifikasi factor 2. Terapeutik
resiko meningkat - Bersihkan area insisi
- Kemampuan menghindari
dengan pembesihan yang tepat.
- Usap area insisi dari area
factor resiko meningkat
yang bersih menuju area yang
kurang bersih.
- Ganti balutan luka sesuai
jadwal.
3. Edukasi
- Jelaskan prosedur kepada
pasien, dengan menggunakan
alat bantu
- Ajarkan meminimalkan
tekanan pada tempat insisi
- .Ajarkan cara merawat area
insisi.