PENDAHULUAN
BAB II
GAMBARAN KASUS
BAB III
LANDASAN TEORI
BAB IV
TINDAKAN KEPERAWATAN
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan kasus yang diamati serta membandingkannya
dengan teori yang didapat, untuk mengetahui sejauh mana faktor pendukung dan faktor
penghambat, serta solusinya dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny.S
dengan Perilaku kekerasan di Ruang Mawar RS.Jiwa yang dilaksanakan mulai tanggal
A.Pengkajian
Pada tahap pengkajian ini penulis menemukan kesesuaian antara teori dan kasus,
yaitu penyebab dari Perilaku kekerasan diteori adalah salah satu respon terhadap stresor
yang dihadapi oleh seseorang yang dihadapi pada diri sendiri atau dengan orang lain
dengan lingkungan secara verbal maupun non verbal.Bentuknya bisa berupa amuk,
bermusuhan yang berpotensi melukai, merusak baik fisik maupun kata-
kata( Kio,wardana dan arimbawa,2020) karena klien sering mengamuk dan marah-
marah memukuli adiknya, perasaan marah muncul karena merasa adiknya selalu ingin
menyakitinya.. Pada tinjauan teori dijelaskan faktor predisposisi yaitu dari faktor
biologis, psikologis dan social budaya, selaras dengan yang dialami Ny.S. Klien
,mengalami gangguan faktor psikologis yaitu merasa adiknya selalu ingin menyakitinya
Klien sebelumnnya pernah mengalami penyakit gangguan jiwa drirawat 5x di
RSJ. sikap dan perilaku klien ditemukan sering mengamuk, Manifestasi klinis yang
ditemukan pada klien cara bicara keras,intonasi datar,sering curiga dengan lawan
bicara,tidak memangdang lawan bicara,selaras dengan teori. Mekanisme koping pada
klien ditemukan Bila ada masalah dipendam sendiri selaras dengan teori didalam teori
diterangkan bahwa ada mekanisme koping adaptif dan maladaftif, jadi klien termasuk
yang maladaptif.
Penata laksanaan farmakologi yang diberikan pada Ny.S Resperidon 2-8 mg/hr
tidak ada kesesuaian antara teori dan kasus yaitu di teori mendapatkan terapi
lorazepam,clonazepam,benzodiazepine yang gunanya mengendalikan agitasi, obat anti
depresan,amitripilin dan obat anxiety untuk mengendalikan prilaku kekerasan, pada
pasien tidak dapat karena klien sudah dirawat 5 kali sehingga klien hanya meminum
obat anti depresan saja karena pasien sudah dapat mengontrol emosi klien.
Pohon masalah yang didapat kasus yaitu Resiko bunuh diri, perilaku kekerasan,
harga diri rendah.
B. Diagnosa Keperawatan
DS:
DO:
Alam Perasaan : Pasien tambu sedih Afek : datar, pasien tambu curiga dengan
lawan bicara
Interaksi selama wawancara : tidak memandang lawan bicara, tak tambu marah.
Pasien tambu mengepal jari jari tangan nya
pasien pernah dirawat dengan alasan yang sama
Penulis tidak menemukan hambatan saat menegakan diagnosa. Karena data yang
didapat sudah lengkap dan valid. Faktor pendukungnya karena sudah terbina hubungan
saling percaya dan saling berinteraksi klien kooperatif.
A. Perencanaan Keperawatan
Tahap lanjut dari diagnosa perawatan yang akan di tegakkan yaitu : perncanaan
berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah di prioritaskan, maka kriteria hasil
ditentukan dengan menggunakan tolak ukur SMART ( Specific, Missurable, Accurable,
Time ) perencanaan yang terdapat pada teori dan tinjauan kasus diatas tidak ada
perbedaan yang berarti pada masing-masing diagnosa, tujuan disesuaikan dengan
kondisi klien sebagai tujuan yang ditetatapkan harus spesifik, perencanaan untuk
melibatkan keluarga dalam proses penyembuhan klien, dalam menetapkan perencanaan,
mengikutsertakan keluarga dalam pengobatan.
B. Pelaksanaan keperawatan
Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang sudah
disusun dari masing-masing diagnosa keperawatan.Pada kasus perilaku kekerasan
terdiri dari SP klien dan SP keluarga.SP yang sudah dilaksanakan pada diagnosa
gperilaku kekerasan, adalah SP 1 klien yaitu dapat membina hubunga saling percaya,
klien juga dapat mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan. SP II pada klien yaitu
klien dapat meluapkan kemarahan dengan tehnik relaksasi nafas dalam yang dilakukan
berkali-kali sampai rasa marah berkurang atau hilang, klien dapat memasukan kegiatan
ke dalam jadwal kegiatan harian. SP III pada klien yaitu klien dapat mengevaluasi
jadwal kegiatan harian, klien dapat cara lain untuk mengurangi marah dengan cara
memukul benda yang lembut seperti bantal untuk dipukul saat marah datang dapat
dilakukan beberapa kali sampai marah berkurang atau hilang yang tujuannya
mengendalikan dan mengontrol kemarahan. Kegiatan memukul bantal dapat dimasukan
ke dalam jadwal kegiatan harian, dan SP IV pada klien yaitu klien dapat mengevaluasi
jadwal kegiatan harian klien, klien dapat mengetahui tentang mengontrol kemarahan
dengan cara mendekatkan diri pada allah, berdzikir,sholat diharapkan dapat membantu
pada klien dengan prilaku kekerasan untuk dapat mengontrol dan mengurangi
kemarahannya lalu pada SP V pada klien yaitu klien dapat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian menjelaskan tentang penggunaan obat secara teratur dan menyebutkan
nama obatnya serta efek ssamping obat tersebut klien dapat memasukan dalam jadwal
kegiatan harian, sedangkan SP keluarga tidak dilaksanakan karena penulis tidak pernah
bertemu dengan keluarga.
C. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan perlu ada evaluasi, setalah dilakukan implementasi keperawatan penulis
dapat mengevaluasi tindakan pada diagnosa keperawatan gangguan perubahan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Keluarga
Agar keluarga selalu memberikan motivasi kepada klien dan juga perawatan perilaku
kekerasan, selalu mendampingi dan memberikan aspek positif terhadap klien saat
dirumah.
2. ruang rawat inap
meningkatkan peralatan dan pelayanan serta pemberian askep yang dapat meningkatkan
proses penyembuhan kllien dengan diagnosa perilaku kekerasan