Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

UJIAN STASE MATERNITAS PADA NY.C

DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SECTIO CAESAR

DENGAN INDIKASI DKP (DISPROPORSI KEPALA PANGGUL)

DI BANGSAL GLADIOL RSUD MUNTILAN

DISUSUN OLEH

YENNI MARLINA SIHOMBING

22160073

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM STUDI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2023
KONSEP SECTIO CAESAR
A. Pengertian
Seksio cesarea berasal dari perkataan Latin “Caedere” yang artinya
memotong. Seksio Cesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina
(Mochtar, 1998 dalam Maryunani, 2019)
Seksio cesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui
irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi).
Definisi ini tidak termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus
rupture uteri atau kehamilan abdominal (Pritchard dkk, 1991 dalam
Maryunani, 2017)
Seksio Cesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana
irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan Rahim (histerektomi) untuk
mengeluarkan bayi (Juditha dan Cynthia, 2009 dalam Maryuani, 2021)

B. Klasifikasi
Menurut Manuaba (2018), menyatakan bentuk pembedahan sectio
caesarea dapat diklasifikasikan menjadi, yaitu :
a. Sectio caesarea klasik
Sectio caesarea klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim.
Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri
kirrakira sepanjang 10 cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya
melahirkan melalui vagina apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan
pembedahan ini.
b. Sectio caesarea trabsperitonel
Sectio caesarea transperitonel profunda disebut juga low cervical yaitu
sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini
dilakukan jika bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup
tipis untuk memungkinkan dibuatnya sayatan transversal. Sebagian
sayatan vertikal dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.
c. Sectio caesarea histerektomi
Sectio caesarea histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah
janin dilahirkan dengan sectio caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan
rahim.
d. Sectio caesarea ekstraperioneal
Sectio caesarea ekstraperitoneal, yaitu sectio caesarea berulang pada
seorang pasien yang sebelumnya melakukan sectio caesarea. Biasanya
dilakukan di atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan
11 insisi dinding dan faisa abdomen sementara peritoneum dipotong ke
arah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus
dapat dibuka secara ekstraperitoneum

C. Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), menyatakan etiologi operasi
sectio caesarea ada dua, yaitu sebagai berikut :
a. Etiologi yang berasal dari Ibu Etiologi yang berasal dari Ibu yaitu pada
primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai kelainan
letak, ada disporporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/panggul),
terdapat sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, placenta previa terutama pada primigravida,
solutsio placenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi-
eklampsia, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
b. Etiologi yang berasal dari janin Etiologi yang berasal dari janin yaitu
fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan
janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, dan kegagalan
persalinan vakum atau forseps ekstraksi.
D. Anatomi Fisiologi

E. Patofiologi (patway)
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan
yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan,
misalnya karena ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul
ibu, keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia dan eklampsia
berat, kelainan letak bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian
sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan
plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut,
persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah
dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya.
Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (Ramadanty, 2018).

F. Pemeriksaan Penunjang
a) Hitung darah lengkap.
b) Golongan darah (ABO),dan pencocokan silang, tes Coombs Nb.
c) Urinalisis : menentukn kadar albumin/glukosa.
d) Pelvimetri : menentukan CPD.
e) Kultur : mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II.
f) Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menetukan
pertumbuha,kedudukan, dan presentasi janin.
g) Amniosintess : Mengkaji maturitas paaru janin.
h) Tes stres kontraksi atau non-stres : mengkaji respons janin
i) terhadapgerakan/stres dari polakontraksi uterus/polaabnormal.
j) Penetuan elektronik selanjutnya :memastikan status janin/aktivitas uterus.

G. Komplikasi
a. Infeksi puerpuralis (nifas)
- Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
- Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi
atau perut sedikit kembung
- Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
b. Perdarahan, disebabkan karena :
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- Atonia uteri
- Perdarahan pada placenta bed
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi. Kemungkinan rupture uteri spontan pada
kehamilan mendatang
H. Penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis
Penatalaksanaan post operasi sectio caesarea, antara lain :
1) Periksa dan catat tanda - tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan 30 menit pada 4 jamkemudian.
2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat.
3) Pemberian tranfusi darah, bila terjadi perdarahan post partum.
4) Pemberian antibiotika.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah sesar efektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
5) Mobilisasi.
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu, paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua
penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
6) Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada
hari kelima setelah operasi. (Mochtar Rustam, 2022)
KONSEP DKP (DISPROPORSI KEPALA PANGGUL
A. Pengertian
Disproporsi kepala panggul yaitu suatu keadaan yang timbul karena
tidak adanya keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala janin
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar sehingga tidak dapat
melewati panggul ataupun kombinasi keduanya (Cunningham, et al., 2018).
Dalam kasus DKP, jika kepala janin belum masuk ke dalam pintu atas
panggul pada saat term, mungkin akan dilakukan seksio sesarea karena risiko
terhadap janin semakin besar apabila persalinan tidak semakin maju. Apabila
kepala janin telah masuk ke dalam pintu panggul, pilihannya adalah seksio
sesarea elektif atau percobaan persalinan (Jones, 2020).
Ibu hamil dengan risiko tinggi terjadinya disproporsi kepala panggul
seharusnya dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas ruangan operasi
sebelum proses persalinan dimulai (Toh-Adam, et al., 2021).
B. Etiologi
1) Faktor Panggul Ibu
Diameter panggul normal Keterangan : Diameter anteroposterior = 12
cm,Diameter transversal = 12,5-13 cm Diameter obliqua = 13 cm
a) Kesempitan pintu masuk panggul Pintu panggul dapat dikatakan
sempit apabila diameternya lebih kecil 1-2 cm atau lebih.
Kesempitan panggul bisa pada pintu atas panggul, ruang tengah
panggul atau pintu bawah panggul, ataupun kombinasi dari ketiganya
(Jones, 2021).
b) Kesempitan pintu atas panggul Bila diameter anteroposterior kurang
dari 10 cm dan transversalnya kurang dari 12 cm, maka pintu atas
panggul dianggap sempit.
c) Kesempitan pintu tengah panggul Apabila ukurannya distansia
interspinarum kurang dari 9,5 cm diwaspadai akan kemungkinan
kesukaran dalam persalinan, ditambah lagi bila ukuran diameter
sagitalis juga pendek.
d) Kesempitan pintu bawah panggul 11 Pintu bawah pangul terdiri atas
segitiga depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar yang
sama, yakni distansia tuberum. Bila distansia tuberum dengan
diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm, maka dapat timbul
kemacetan pada kelahiran ukuran normal.
2) Faktor Janin
Janin Besar Rata-rata bayi baru lahir dengan usia cukup bulan (37
minggu-42 minggu) berkisar antara 2.500 gram hingga 4.000 gram. Janin
besar apabila >4.000 gram.
C. Anatomi Fisiologi
Menurut morfologinya, jenis-jenis panggul dibedakan menjadi 4, yaitu :
1) Panggul ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar atau
dengan diameter transversal yang lebih panjang sedikit daripada
diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu
bawah panggul yang cukup luas.
2) Panggul anthropoid, dengan diameter anteroposterior yang lebih
panjang daripada diameter transversa dan dengan arkus pubis
menyempit sedikit.
3) Panggul android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai
segitiga berhubungan dengan penyempitan ke depan, dengan spina
iskiadika menonjol ke dalam dan dengan arkus pubis yang menyempit.
4) Panggul platipelloid, dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih
pendek daripada diameter transversa pada pintu atas panggul dan
dengan arkus pubis yang luas.
Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os
koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang-
tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan
antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat
artikulasio sakro- iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium.
Dibawah terdapat artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os
sakrum (tulang panggul) dan os koksigis (tulang tungging).
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan
pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat
bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat
bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat
dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan
pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat
ditekan ke belakang.
Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor
dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas
linea terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak
dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada ruang
yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ-organ abdominal selain itu
pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot-otot dan ligamen ke dinding
tubuh.
Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian
dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan
ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk
oleh muskulus levator ani dan muskulus koksigeus.Adapun ukuran panggul
adalah sebagai berikut :
1) Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus
vertebra sacrum, linea innominata, serta pinggir atas simfisis.
Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke
promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur
dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan
menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum,
promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap
menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai
menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan
kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang
ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata
diagonalis.
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke
promontorium yang dihitung dengan mengurangi konjugata
diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata
obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak
antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, selisih
antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.
2) Panggul Tengah (Pelvic Cavity)
Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas.
Pengukuran klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara
langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga
bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak
antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum
merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter
anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm.
Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis
diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.
3) Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun
terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang
menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah
panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah
jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5
cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum
atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir
bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).

D. Pemeriksaan penunjang
a) Pelvimetri X-ray

Indikasi dilakukannya pemeriksaan radiologi pelvimetri antenatal


adalah kecurigaan CPD dan presentasi sungsang yang menetap.
Pemeriksaan pelvimetri menggunakan sinar X digunakan untuk
menentukan diameter pelvis dan diameter kepala janin dan membantu
untuk memutuskan metode persalinan yang tepat

b) USG

untuk memperkirakan ukuran kepala janin dan taksiran berat badan


janin. Fetal Pelvic Index (FPI) dapat memperhitungkan komponen lingkar
kepala janin dan lingkar abdomen dari hasil USG dengan ukuran PAP dan
PBP pasien dari pelvimetri. Nilai FPI yang positif berarti ukuran janin lebih
besar dari ukuran pelvis, sedangkan hasil yang negatif berarti ukuran janin
lebih kecil dari ukuran pelvis

E. Penatalaksananaan non farmakologis dan farmakologis


1) Partus Percobaan
Untuk menilai kemajuan persalinan dan memperoleh bukti ada atau
tidaknya disproporsi kepala panggul, dapat dilakukan dengan partus
percobaan. Pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaaan pada hamil tua
diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuranukuran panggul dalam
semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah
dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat
berlangsung pervaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk
dilakukan persalinan percobaan. Persalinan ini merupakan suatu tes
terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk molase kepala janin.
(Ashar, 2019)
2) Seksio sesarea
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau
seksio sesarea adalah suatu histerotomia melahirkan janin dari dalam
rahim (Cunningham, et al., 2014)

Anda mungkin juga menyukai