Anda di halaman 1dari 20

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu

insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan

utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).

Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500

gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006).

Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding

perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002).

B. Indikasi

1. Indikasi Medis

Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :

a) Power

Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan lemah, ibu

berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga.

b) Passanger

Diantaranya, anak terlalu besar, anak “mahal” dengan kelainan letak lintang, primi

gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada pintu atas

panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan

melemah).

c) Passage

Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan lahir atau

pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak,

umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota (kondiloma sifilitik yang
lebar dan pipih), condyloma acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip

kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C (Dewi, 2007).

2. Indikasi Ibu

a) Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki

resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun

ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko,

misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan

preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu

kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.

b) Tulang Panggul

Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak

sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak

melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya

proses persalinan.

c) Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea

Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan

selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada

indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi

terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau

membuka, operasi bisa saja dilakukan.

d) Faktor Hambatan Jalan Lahir


Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga

tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan

pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.

e) Kelainan Kontraksi Rahim

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action)

atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses

persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati

jalan lahir dengan lancar.

f) Ketuban Pecah Dini

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus

segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar

sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang

mengelilingi janin dalam rahim.

g) Rasa Takut Kesakitan

Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami

proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan

pangkal paha yang semakin kuat dan “menggigit”. Kondisi tersebut karena

keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan

cemas menjalaninya. Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat

proses persalinan alami yang berlangsung (Kasdu, 2003).


3. Indikasi Janin

a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)

Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar 120- 160.

Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin melemah, lakukan

segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan janin.

b) Bayi Besar (makrosemia)

c) Letak Sungsang

Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah

jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada

posisi yang lain.

d) Faktor Plasenta

i. Plasenta previa

Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau selruh jalan

lahir.

ii. Plasenta lepas (Solution placenta)

Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding

rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk

menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau

keracunan air ketuban.

iii. Plasenta accreta

Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada umumnya

dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan

untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi (operasinya

meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta.


e) Kelainan Tali Pusat

i. Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung) : keadaan penyembulan sebagian

atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di

samping atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.

ii. Terlilit tali pusat : Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya.

Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi

dari plasenta ke tubuh janin tetap aman.(Kasdu, 2003).

C. Jenis-Jenis Sectio Caesarea

Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :

a. Sayatan melintang

Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR). Sayatan melintang

dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphysisis) di atas batas rambut

kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. keuntunganya adalah parut pada rahim kuat

sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari.

Hal ini karna pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami

kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh lebih sempurna (Kasdu, 2003).

b. Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)

Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang memberikan suatu

ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini jarang

dilakukan karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi (Dewi, 2007).

D. Komplikasi

1) Infeksi puerperal

2) Perdarahan disebabkan banyak pembuluh darah terputus dan terbuka serta atonia uteri

3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih

4) Kemungkinan rupture uteri spontanea pada kehamilan mendatang


E. Manajemen Post Operatif

1) Pasien dibaringkan miring dikamar pulih dengan pemantauan ketat : tensi, nadi, nafas

tiap 15 menit jam pertama kemudian 30 menit dalam 1 jam berikutnya dan setelah itu

tiap 1 jam

2) Pasien tidur dengan muka kesamping dan yakinkan kepalanya agak tengadah agar

jalan nafas bebas

3) Letakkan tangan atas di depan badan agar mudah melakukan pengambilan tensi

4) Analgesi yang diberikan ialah suppositoria ketoprofen supp 2 kali/12 jam atau

tramadol, Oral diberikan tramadol tiap 6 jam atau phenil butazone atau parasetamol,

injeksi ; petidine 50-75 mg diberikan tiap 6 jam bila perlu

5) Pasien telah dapat menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya sedikit kemudian

dapat duduk pada jam ke 8-12, dapat berjalan-jalan bila mampu pada 24 jam pasca

bedah bahkan mandi sendiri pada hari kedua

6) Makan-Minum

- Setelah diperiksa peristaltic pada 6 jam pasca bedah, bila positif maka dapat

diberikan minum hangat sedikit dan lebih banyak apabila mengalami anestesi

spinal dan pasien tidak muntah. Pada anestesi umum mungkin akan lebih lambat

timbulnya peristaltic.

- Bila pasien telah flatus maka ia dapat makan. Dimulai makan lunak atau makan

biasa pada hari pertama

7) Perawatan luka

- Kasa harus dilihat pada hari pertama pasca bedah, bila basah atau berdarah harus

dibuka dan diganti, umumnya kasa perut dapat diganti pada hari ke3-4 sebelum

pulang, dan luka dapat diberikan salep betadine sedikit

- Jahitan yang perlu dibuka dapat dilakukan pada 5 hari pasca bedah
8) Pengangkatan kateter dan infus

- Infus dapat diangkat 24 jam pasca bedah

- Kateter dibuka 12-14 jam pasca bedah, bila terdapat hematuria maka

pengangkatan ditunda

- Kateter tetap dipertahankan bila : rupture uteri, partus lam, edema perineal,

sepsis, perdarahan

9) Laboratorium

- Pemerikasaan laboratoeium yang diperlukan adalah Hb dan hematokrit. Biasanya

terjadi penurunan Hb 2%.

- Bila Hb < 8% diperhitungkan transfusi

10) Pemulangan pasien

- Perawatan 3-4 hari kiranya cukup untuk pasien. Berikan instruksi mengenai

perawatan luka dan keterangan tertulis mengenai teknik pembedahan

- Pasien diminta dating untuk ditindaklanjuti mengenai perawatan luka 7 hari

setelah pulang. Pasien dapat mandi biasa setelah hari kelima dengan

mengeringkan luka dan merawat seperti biasa

- Pasien diminta dating segera bila terdapat : perdarahan, demam dan nyeri perut

berlebihan

F. Definisi Fetal Distress

Keadaan Secara tiba-tiba bila janin tidak menerima O2 cukup sehingga mengalami

hipoksia. Janin yang beresiko tinggi untuk mengalami kegawatan (hipersia) adalah janin

yang pertumbuhannya terhambat, janin dari ibu dengan diabetes, janin preterm dan post

term, Janin dengan kelainan letak, dan janin kelainan bawaan atau infeksi.
G. Etiologi Fetal Distress

a) Persalinan yang berlangsung lama

b) Induksi persalinan dengan oksitosin

c) Ada perdarahan atau infeksi

d) Insufisiensi plasenta posterm, preeklamsia

e) Penyakit hipertensi

f) Penyakit jantung

g) Malnutrisi ibu, anemia, iso imunisasi RH dan penyakit ginjal

h) Posisi tidur ibu (Posisi terlentang)

i) Anastesi epidural (obat-obatan) : Mepivacaine, lidocaine, bupivacaine

H. Tanda Gawat Janin

1) DJJ abnormal :

- Bradikardi : DJJ kurang dari 110 x/menit

Terjadi saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukan adanya

kegawatan janin.

- Taki Kardi : DJJ lebih dari 160 x/menit

Dapat merupakan reaksi terhadap adanya : demam pada ibu,obat-obatan yang

dapat menyebabkan takhikardi,misalnya :obat tokolitik,amnionitis,bila ibu tidak

mengalami takhikardi,DJJ lebih dari 160 x/menit menunjukan adanya anval

hipoksia

2) Mekoneum

Cairan amnion yang hijau kental menandakan jumlah air ketuban yang sedikit.

I. Perubahan Psikologis Post Partum

Tahapan-tahapan adaptasi psikologi pada masa nifas menurut Reva Rubin yaitu :
1) Fase Taking In (1-3 hari) ketergantungan

Yaitu pada saat 2-3 hari bersalin, ibu bersikap pasif dan sangat tergantung segala

energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang adanya bayi

2) Fase Taking Hold (4-10 hari) belajar dan praktek

Yaitu terjadi pada hari ke 2-4 setelah bersalin, ibu menjadi khawatir akan

kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawab sebagai ibu semakin

besar. Pada tahap ini ibu berpuasa untuk menguasai keterampilan bayi, ibu mungkin

menjadi sensitif dalam ketidakmampuan merawat bayi.

3) Fase Latting Go (3-4 minggu) mampu sendiri.

Masa ini terjadi setelah ibu sudah berada dirumahnya dan melibatkan mengambil

tanggung jawab dalam merawat bayinya diri dengan tuntutan ketergantungannya

khususnya interaksi sosial, depresi post partum sering terjadi pada masa ini

penyebab diantaranya adalah kekecewaan emosional dan takut yang dialami selama

kehamilan dan persalinan, rasa sakit pada nifas awal, kelelahan karena kurang tidur

selam persalinan dan post partum, kecemasan pada kemampuan untuk merawat

bayinya kerumah.

J. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat.

b. Alasan Dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit perut,
perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak

c. Riwayat Masuk Rumah Sakit


Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini meliputi berat
badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan lain-lain.

d. Riwayat Obstertri dan Ginokologi


Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama, keluhan, dan
HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lal,
dan riwayat keluarga berencana yang meliputi akseptor KB, msalah, dan rencana
KB.

e. Pola Kebutuhan Sehari-Hari


1) Bernafas
Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan.
2) Nutrisi
Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori,
protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu
makan, pola minum, jumlah, frekuensi. Kehilangan nafsu makan mungkin
dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
3) Eliminasi
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya
infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass,
apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut
BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet. Diuresis biasanya
terjadi diantara hari kedua dan kelima.
4) Aktivitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat
diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
5) Istirahat dan Tidur
Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat,
penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
Insomnia mungkin teramati.
6) Personal Hygine
Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut
dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
7) Rasa nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke-5 pasca
partum.

8) Rasa Aman
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah melahirkan).
9) Suhu
Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang normal yaitu 36-
37oC.
10) Ibadah
Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas.
11) Hubungan sosial dan komunikasi
Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan lingkungannya
selama fase nifas.
12) Produktivitas
Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam fase nifas.
13) Rekreasi dan hiburan
Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat
fresh dan relaks.
14) Kebutuhan belajar
Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang perawatan ibu dan
bayi selama masa nifas.

f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara
waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan
darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum.
Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, dapat menunjuk kemungkinan adanya
pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.
b) Suhu
Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan
disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 oC
pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi
atau sepsis nifas.
c) Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu
habis persalinan karena ibu dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi utamanya
pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat,
kira-kira 110x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya
bila disertai peningkatan
d) Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi cepat
pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda
syok.
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah konjungtiva
pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain

b) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar tiroid,
pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.

c) Thorak
- Payudara: payudara membesar, uting mudah erektil, pruduksi kolostrums /48
jam. Kaji ada tidaknya massa, atau pembesaran pembuluh limfe.
- Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal
- Paru: kaji pernafasa ibu

d) Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi,
tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie alba, albican.

e) Genetalia
- Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal.
- Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
- Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur internal dan
eksternal.
- Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi mukus normal.

f) Perinium dan Anus


Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis, discharge, loss of
approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.

g) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat, adanya
nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan kaji homans’ sign (nyeri saat
kaki dorsofleksi pasif)

2. Diagnosa Keperawatan

Kemungkinan diagnosis yang ditemukan pada ibu dengan Post SC sesuai (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera Fisik,prosedur operasi (D.007)

2. Resiko infeksi berhubungan dengan efek


prosedur infasi
(D.0142)
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan
Hambatan lingkungan
(D.0005)

3.Intervensi Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan agen pencedera
Fisik,prosedur operasi (D.007)
Kriteria hasil (SLKI) : (PPNI 2018 )
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Kesulitan tidur menurun
Intervensi:
a. Identiffikasi karakteristik nyeri
b. Identifikasi riwayat obat
c. Monitor TTV
d. Monitor efektifitas analgesik
e. Tetapkan efektifitas analgesik untuk mengoktimalkan pasien
f. Jelaskan efek samping obat
g. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik

2) Resiko infeksi berhubungan dengan efek


prosedur infasi (D.0142)

Kriteria Hasil (SLKI)


a. Area luka membaik
b. Kebersihan badan meningkat
c. Kebersihan tangan meningkat
Intervensi :
a. Memonitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
b. Membatasi jumlah pengunjung
c. Memberikan perawatan kulit pada area edema
d. Mencuci tangan
e. jelaskan tanda dan gejala infeksi
f. Mengajarkan mencuci tangan dengan benar
g. Mengolaborasi pemeberian imunisasi, jika perlu
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan
lingkungan (D.0005) Kriteria hasil (SLKI) :

d. Keluhan sulit tidur menurun


e. Keluhan sering ter jaga menurun
f. Keluhan tidak puas menurun
g. Keluhan istirahat tidak
cukup menurun Intervensi :

a. Identifikasi faktor pengganggu tidur


b. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
c. Modifikasi lingkungan
d. Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyaman
e. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
f. Kolaborasikan pemberian obat tidur, jika perlu
Pathways Sectio Caecaria
Indikasi Medis, Indikasi Ibu
Sectio Caesarea
dan Indikasi Janin

Post anasthesi Luka Post Operasi


Post Partum Nifas

Penurunan Jaringan terputus Jaringan terputus Jaringan terbuka Distensi kandung


medulla oblongata kemih
Penurunan kerja Merangsang area Proteksi kurang
Penurunan refleksi otot eliminasi sensorik Oedem dan memar
batuk di urerta
Gangguan rasa nyaman Invasi bakteri
Penurunan
Akumulasi sekret peristaltik usus Penurunan sensitivitas &
MK : Nyeri MK : Resiko Infeksi
sensasi kandung kemih
MK : Inefektif
MK : Konstipasi
bersihan jalan
MK : Gangguan
nafas
Penurunan progresteron & Psikologi Eliminasi Urin
estrogen
Penambahan anggota baru
Merangsang pertumbuhan
Kontraksi uterus kelenjar mamae

Masa kritis Tuntutan anggota baru


Involusi Peningkatan hormone
prolaktin

Perubahan pola peran Bayi menangis


Adekuat Tidak adekuat Merangsang laktasi oksitosin

MK : Gangguan Pola
Tidur
Pengeluaran lochea Perdarahan
Ejeksi ASI

Hb Kekurangan vol.cairan &


elektrolit Efektif Tidak efektif

Kurang O2
Nutrisi bayi Bengkak
MK : Resiko Syok
terpenuhi
Kelemahan (Hipovolemik)
MK : Ketidakefektifan
Pemberian ASI
MK : Defisiensi
MK : Defisit Perawatan Diri
pengetahuan
MK : Nutrisi Bayi Kurang
dari Kebutuhan Tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Benson, R. 2008. Buku Saku Obsteteri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: Penerbit EG

Chyntia, E. 2010. Pahami Kista Anda Akan Terbebaskan. Yogyakarta: Maximus

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:

Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Mansjoer, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga jilid 1. Jakarta: Media

Aesculapius

Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.

Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G. 2009. Memahami Kesehatan Reroduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: Penerbit

EGC

Owen, E. 2005. Panduan Kesehatan Bagi Wanita. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya

Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. 2009. Ilmu Kandungan Edisi 2.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Anda mungkin juga menyukai