A. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500
gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
B. Indikasi
1. Indikasi Medis
a) Power
Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan lemah, ibu
b) Passanger
Diantaranya, anak terlalu besar, anak “mahal” dengan kelainan letak lintang, primi
gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada pintu atas
panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan
melemah).
c) Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan lahir atau
pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak,
umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota (kondiloma sifilitik yang
lebar dan pipih), condyloma acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip
kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C (Dewi, 2007).
2. Indikasi Ibu
a) Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki
resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun
ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko,
b) Tulang Panggul
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
proses persalinan.
selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada
terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau
pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action)
atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses
sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang
proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan
pangkal paha yang semakin kuat dan “menggigit”. Kondisi tersebut karena
keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan
Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar 120- 160.
c) Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah
jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada
d) Faktor Plasenta
i. Plasenta previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau selruh jalan
lahir.
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding
dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan
untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi (operasinya
atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di
samping atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.
ii. Terlilit tali pusat : Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya.
Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi
a. Sayatan melintang
dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphysisis) di atas batas rambut
kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. keuntunganya adalah parut pada rahim kuat
sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari.
Hal ini karna pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami
kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh lebih sempurna (Kasdu, 2003).
ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini jarang
dilakukan karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi (Dewi, 2007).
D. Komplikasi
1) Infeksi puerperal
2) Perdarahan disebabkan banyak pembuluh darah terputus dan terbuka serta atonia uteri
1) Pasien dibaringkan miring dikamar pulih dengan pemantauan ketat : tensi, nadi, nafas
tiap 15 menit jam pertama kemudian 30 menit dalam 1 jam berikutnya dan setelah itu
tiap 1 jam
2) Pasien tidur dengan muka kesamping dan yakinkan kepalanya agak tengadah agar
3) Letakkan tangan atas di depan badan agar mudah melakukan pengambilan tensi
4) Analgesi yang diberikan ialah suppositoria ketoprofen supp 2 kali/12 jam atau
tramadol, Oral diberikan tramadol tiap 6 jam atau phenil butazone atau parasetamol,
5) Pasien telah dapat menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya sedikit kemudian
dapat duduk pada jam ke 8-12, dapat berjalan-jalan bila mampu pada 24 jam pasca
6) Makan-Minum
- Setelah diperiksa peristaltic pada 6 jam pasca bedah, bila positif maka dapat
diberikan minum hangat sedikit dan lebih banyak apabila mengalami anestesi
spinal dan pasien tidak muntah. Pada anestesi umum mungkin akan lebih lambat
timbulnya peristaltic.
- Bila pasien telah flatus maka ia dapat makan. Dimulai makan lunak atau makan
7) Perawatan luka
- Kasa harus dilihat pada hari pertama pasca bedah, bila basah atau berdarah harus
dibuka dan diganti, umumnya kasa perut dapat diganti pada hari ke3-4 sebelum
- Jahitan yang perlu dibuka dapat dilakukan pada 5 hari pasca bedah
8) Pengangkatan kateter dan infus
- Kateter dibuka 12-14 jam pasca bedah, bila terdapat hematuria maka
pengangkatan ditunda
- Kateter tetap dipertahankan bila : rupture uteri, partus lam, edema perineal,
sepsis, perdarahan
9) Laboratorium
- Perawatan 3-4 hari kiranya cukup untuk pasien. Berikan instruksi mengenai
setelah pulang. Pasien dapat mandi biasa setelah hari kelima dengan
- Pasien diminta dating segera bila terdapat : perdarahan, demam dan nyeri perut
berlebihan
Keadaan Secara tiba-tiba bila janin tidak menerima O2 cukup sehingga mengalami
hipoksia. Janin yang beresiko tinggi untuk mengalami kegawatan (hipersia) adalah janin
yang pertumbuhannya terhambat, janin dari ibu dengan diabetes, janin preterm dan post
term, Janin dengan kelainan letak, dan janin kelainan bawaan atau infeksi.
G. Etiologi Fetal Distress
e) Penyakit hipertensi
f) Penyakit jantung
1) DJJ abnormal :
Terjadi saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukan adanya
kegawatan janin.
hipoksia
2) Mekoneum
Cairan amnion yang hijau kental menandakan jumlah air ketuban yang sedikit.
Tahapan-tahapan adaptasi psikologi pada masa nifas menurut Reva Rubin yaitu :
1) Fase Taking In (1-3 hari) ketergantungan
Yaitu pada saat 2-3 hari bersalin, ibu bersikap pasif dan sangat tergantung segala
Yaitu terjadi pada hari ke 2-4 setelah bersalin, ibu menjadi khawatir akan
kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawab sebagai ibu semakin
besar. Pada tahap ini ibu berpuasa untuk menguasai keterampilan bayi, ibu mungkin
Masa ini terjadi setelah ibu sudah berada dirumahnya dan melibatkan mengambil
khususnya interaksi sosial, depresi post partum sering terjadi pada masa ini
penyebab diantaranya adalah kekecewaan emosional dan takut yang dialami selama
kehamilan dan persalinan, rasa sakit pada nifas awal, kelelahan karena kurang tidur
selam persalinan dan post partum, kecemasan pada kemampuan untuk merawat
bayinya kerumah.
b. Alasan Dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit perut,
perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak
8) Rasa Aman
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah melahirkan).
9) Suhu
Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang normal yaitu 36-
37oC.
10) Ibadah
Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas.
11) Hubungan sosial dan komunikasi
Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan lingkungannya
selama fase nifas.
12) Produktivitas
Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam fase nifas.
13) Rekreasi dan hiburan
Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat
fresh dan relaks.
14) Kebutuhan belajar
Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang perawatan ibu dan
bayi selama masa nifas.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara
waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan
darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum.
Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, dapat menunjuk kemungkinan adanya
pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.
b) Suhu
Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan
disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 oC
pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi
atau sepsis nifas.
c) Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu
habis persalinan karena ibu dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi utamanya
pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat,
kira-kira 110x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya
bila disertai peningkatan
d) Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi cepat
pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda
syok.
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah konjungtiva
pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain
b) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar tiroid,
pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.
c) Thorak
- Payudara: payudara membesar, uting mudah erektil, pruduksi kolostrums /48
jam. Kaji ada tidaknya massa, atau pembesaran pembuluh limfe.
- Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal
- Paru: kaji pernafasa ibu
d) Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi,
tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie alba, albican.
e) Genetalia
- Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal.
- Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
- Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur internal dan
eksternal.
- Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi mukus normal.
g) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat, adanya
nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan kaji homans’ sign (nyeri saat
kaki dorsofleksi pasif)
2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis yang ditemukan pada ibu dengan Post SC sesuai (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) adalah :
3.Intervensi Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan agen pencedera
Fisik,prosedur operasi (D.007)
Kriteria hasil (SLKI) : (PPNI 2018 )
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Kesulitan tidur menurun
Intervensi:
a. Identiffikasi karakteristik nyeri
b. Identifikasi riwayat obat
c. Monitor TTV
d. Monitor efektifitas analgesik
e. Tetapkan efektifitas analgesik untuk mengoktimalkan pasien
f. Jelaskan efek samping obat
g. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik
MK : Gangguan Pola
Tidur
Pengeluaran lochea Perdarahan
Ejeksi ASI
Kurang O2
Nutrisi bayi Bengkak
MK : Resiko Syok
terpenuhi
Kelemahan (Hipovolemik)
MK : Ketidakefektifan
Pemberian ASI
MK : Defisiensi
MK : Defisit Perawatan Diri
pengetahuan
MK : Nutrisi Bayi Kurang
dari Kebutuhan Tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Benson, R. 2008. Buku Saku Obsteteri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: Penerbit EG
Mansjoer, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G. 2009. Memahami Kesehatan Reroduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: Penerbit
EGC
Owen, E. 2005. Panduan Kesehatan Bagi Wanita. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya