Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan bayi melalui insisi pada dinding abdomen
dan Rahim. Pada beberapa dekade terakhir, cara ini telah jauh lebih sering dilakukan.
Prevalensinya di sejumlah rumah sakit di Inggris berkisar 15% atau lebih. Sectio
caesarea telah menggantikan teknik persalinan per vaginam dengan bantuan alat yang
berkomplikasi dan semakin sering digunakan dalam menangani janin yang beresiko.
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding Rahim dengan syarat Rahim dalam keadaan utuh
Sectio caesarea adalah pelahiran janin melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen
dan uterus. Tindakan ini dipertimbangkan sebagai pembedahan abdomen mayor (Reeder
dkk, 2015).
1
2. Jenis Sectio Caesarea
ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi jenis ini sudah sangat
jarang dilakukan hari ini karena sangat berisiko terhadap terjadinya komplikasi.
b. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum di lakukan pada
masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko terjadinya pendarahan dan cepat
penyembuhannya.
c. Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal ini
dilakukan dalam kasus-kasus dimana pendarahan yang sulit tertangani atau ketika
d. Bentuk lain dari bedah caesar seperti extraperitoneal SC atau Porro SC.
a. Rahim dalam keadaan utuh (karena pada sectio caesarea uterus akan diinsisi).
a. Perdarahan
antara 500 sampai 1000 mL. Darah yang sudah direaksi silang harus tersedia dan
infus sudah terpasang. Antisipasi perdarahan banyak dilakukan pada kasus plasenta
2
previa atau kehamilan kembar karena mungkin terjadi gangguan retraksi uterus pada
Jika terjadi robekan pada insisi segmen bawah saat mengeluarkan bayi, pembuluh
darah uterus yang besar mungkin ikut robek dan akan terjadi perdarahan hebat.
Pasien dapat cepat masuk dalam keadaan syok. Kehilangan darah biasanya
dikendalikan dengan jahitan, tetapi jika tidak mungkin dilakukan, operator mungkin
serviks tidak selalu mudah dilakukan dan karena itu histerektomi subtotal dapat
dilakukan.
adalah kerusakan oragan-organ seperti vesika urinaria dan uterus saat dilakukan
operasi dan komplikasi yang berhubungan dengan anestesi, perdarahan, infeksi dan
Sementara itu, Aksu, Kucuk, Duzgun, (2011) menyatakan bahwa risiko komplikasi
akibat tindakan operasi caesar adalah vena thrombosis, karena berbagai faktor seperti
membuat kategori pasca operasi seksio sesarea menjadi dua yaitu rendah dan sampai
risiko tinggi.
3
Bonney & Jenny (2010) menjelaskan bahwa komplikasi pasca operasi sectio
membrane.
Sedangkan Leifer (2012) menyatakan bahwa komplikasi pada ibu yang dilakukan
1) Terjadinya aspirasi.
2) Emboli pulmonal.
3) Perdarahan.
4) Infeksi urinaria.
6) Thrombophlebitis.
1) Kelahiran caesar mungkin direncanakan ketika ukuran panggul ibu terlalu kecil
4
(cephalopelvic disproportion). Caesar yang berulang mungkin diperlukan apabila
mengalami kemajuan dan tercatat ada kondisi yang berbahaya bagi ibu dan janin
b) Sayatan horizontal pada bagian uterus yang lebih rendah merupakan yang
1) Persiapan administrasi
2) Persiapan fisik
3) Persiapan mental
4) Persiapan penunjang
6) Informed concent
7) Persiapan lain-lain
5
1) Dapat menghindari bahaya anastesi umum (intubasi yang gagal, inhalasi isi
lambung).
3) Memungkinkan ibu (dan pasangannya) untuk melihat dan mendengar bayi pada
saat kelahiran.
waktu dan jika waktu yang tersedia terlalu singkat dan jika tidak ingin dilakukan
1) Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal
(dystosia).
jalan lahir.
6
serta bila disertai dengan ketuban pecah dini dilakukan persalinan operasi
sectio caesarea.
2) Penyakit penyerta :
a) HELLP Syndrome
yang besar terhadap ibu dan janin (Wantania, 2017). Komplikasi pre-
enzymes, low platelet), rupture liver, edema paru, gagal ginjal, DIC
Penatalaksanaan pada ibu hamil tergantung dari usia gestasi dan tingkat
7
Herpes simplex virus (HSV) adalah virus DNA double stranded, kapsid
Virus ini masuk melalui membrane mukosa dan kulit yang tidak intak,
saat intrapartum.
c) Plasenta previa
previa ada banyak dan mencakup kehamilan dengan jarak terlalu rapat,
vagina yang tidak nyeri pada bulan terakhir kehamilan disebabkan oleh
8
Penatalaksanaan pada plasenta previa dilakukan dengan cara persalinan
Komplikasi plasenta previa bagi ibu adalah kehilangan tonus otot (atoni),
rupture uterus, retensi jaringan plasenta, dan embolisme udara. Bagi janin
d) Usia Ibu
erat dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta bayinya. Usia
ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua (< 20 tahun dan > 35 tahun)
persalinan (Prawirohardjo,2010).
Penatalaksanaan dan komplikasi, pada ibu hamil usia muda dengan faktor
risiko perdarahan. Pada ibu hamil usia tua persalinan yang dianjurkan
yang disebabkan kontraksi jaringan otot rahim yang kurang baik dan
9
e) Usia Kehamilan
Usia kehamilan ibu umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari. Usia
kehamilan adalah batas waktu ibu mengandung, yang dihitung mulai dari
dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilasasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
persalinan aterm adalah sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan
Komplikasi yang dapat terjadi adalah kematian janin dalam rahim, akibat
10
insufiensi plasenta karena menuanya plasenta dan kematian yang
f) Kehamilan Berisiko
Pada saat persalinan, curah jantung meningkat lebih tinggi lagi selama
2010).
11
Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
2010).
12
(3) Pre-eklamsia dan eklamsia
13
apabila terjadi dapat menimbulkan ancaman perdarahan post partum.
Faktor-faktor nutrisi utama yang berperan adalah besi, asam folat dan
adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat
dekompensasi kordis.
Kowalski, 2017).
14
Masalah selama kehamilan meliputi kematian janin, makrosomia (janin
(6) HIV
vertikal (dari ibu ke anak). Selama masa kehamilan sangat penting untuk
kelahiran, yaitu saat kontak bayi dengan cairan tubuh ataupun darah ibu.
profilaksis ARV diberikan pada ibu saat menjelang kelahiran dan pada
Jenis persalinan yang disarankan pada wanita hamil dengan infeksi HIV
gestasi 36 minggu. Bagi wanita dengan viral load < 50 kopi/mL tanpa
dengan viral load > 400 kopi/mL disarankan persalinan dengan seksio
sesarea. Untuk wanita dengan viral load 50 – 399 kopi/mL pada usia
15
gestasi 36 minggu sectio caesarea dapat di pertimbangkan sesuai perkiraan
viral load, lama terapi, faktor obstetric, dan pertimbangan pasien. Bagi
wanita dengan riwayat seksio sesarea dan viral load ≤ 50 kopi/mL dapat
dicoba persalinan per vaginam. Saat seksio sarea yang disarankan adalah
Jaringan parut dapat menyebabkan uterus mudah robek bila dilakukan persalinan
normal sehingga pada ibu hamil yang sudah pernah menjalani persalinan SC,
Komplikasi pada ibu yang memiliki riwayat SC, resiko rupture uteri pada kehamilan
selanjutnya dapat menyebabkan kelainan pada letak plasenta, yaitu plasenta previa
(Suryawinata & Islamy, 2019). Karena adanya bahaya yang lebih besar akan
timbulnya rupture uteri pada riwayat SC, maka perlu dilakukan SC ulang.
h) Jarak Kehamilan
berikutnya (Depkes RI, 2010). Jarak kehamilan adalah jarak interval waktu antara
dua kehamilan yang berurutan dari seseorang wanita. Jarak kehamilan yang pendek
secara langsung akan memberikan efek pada kesehatan wanita maupun janin yang
16
dikandung. Wanita setelah melahirkan membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk
selanjutnya. Bila jarak kehamilan dan persalinan terlalu dekat maka cenderung
menimbulkan kerusakan pada sistem reproduksi (Sawitri dkk, 2014 dalam Rifdiani,
2016).
Jarak kehamilan terlalu dekat yaitu jarak kehamilan yang kurang dari 2 tahun. Jarak
kehamilan ideal yaitu jarak kehamilan yang memiliki batas waktu yang normal.
Jarak kehamilan terlalu jauh yaitu jarak kehamilan yang memiliki kurun waktu lebih
Melahirkan kembali dengan jarak kehamilan < 2 tahun memiliki risiko lebih
2016). Jarak kehamilan anak yang < 2 tahun, rahim ibu belum siap untuk
Janin dan plasenta dihubungkan dengan tali pusat yang berisi 2 arteri dan satu vena; vena
berisi darah penuh oksigen, sedangkan arteri yang kembali dari janin berisi darah kotor
(Prawirohardjo, 2014).
Tali pusat berisi masa mukopolisakarida yang disebut jeli Wharton dan bagian luar
adalah epitel amnion. Panjang tali pusat bervariasi, yaitu 30 – 90 cm. pembuluh darah tali
pusat berkembang dan berbentuk seperti heliks, agar terdapat fleksibilitas dan terhindar
17
dari torsi. Tekanan darah arteri pada akhir kehamilan diperkirakan 70/60 mmHg,
sedangkan tekanan vena diperkirakan 25 mmHg. Pada kehamilan aterm arus darah pada
tali pusat berkisar 350 ml/menit. Pada bagian ibu dimana arteri spiralis menyemburkan
darah, tekanan relative rendah yaitu 10 mmHg. Arus darah uteroplasenta pada kehamilan
aterm diperkirakan 500-750 ml/menit. Tekanan darah yang relative tinggi pada kapilar,
termasuk pada vili dapat mengakibatkan kebocoran sehingga darah ibu tidak masuk ke
janin.
normal sejak awal menyebabkan model arteri spiralis tidak sempurna (relative kaku). Hal
ini menyebabkan sirkulasi uteroplasenta abnormal dan berakibat risiko preeclampsia. Ada
beberapa kondisi akut yang juga mempengaruhi fungsi plasenta, yaitu solusio plasenta,
1) Gawat janin
yang kemudian berakhir dengan sectio caesarea atau persalinan buatan lainnya
jantung janin (DJJ) dan memeriksa kemungkinan adanya meconium didalam cairan
amnion.
18
2) Prolapses funikuli (tali pusat penumpang)
Prolapses tali pusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi, kurang dari 1 per 200
kelahiran, tetapi dapat mengakibatkan tingginya kematian janin. Oleh karena itu,
a) Tali pusat terkemuka, bila tali pusat berada dibawah bagian terendah janin dan
b) Tali pusat menumbung, bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah
c) Occult prolapse, tali pusat berada disamping bagian terendah janin turun ke
vagina, tali pusat dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atau tidak.
Tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir akan mengurangi
atau menghilangkan sirkulasi plasenta. Bila tidak dikoreksi, komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian janin. Penatalaksanaan pada prolaps tali pusat yaitu tali
pusat berdenyut, jika tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup. Tali pusat tidak
berdenyut, jika tali pusat tidak berdenyut berarti janin telah meninggal.
3) Kehamilan kembar
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan lebih dari satu janin. Sebagian besar
kehamilan tersebut merupakan kasus kembar dua atau ganda (Hanretty, 2014).
Kehamilan kembar dua biasanya terjadi pada wanita yang paritasnya tinggi dan pada
wanita yang berusia lebih tua pada saat terjadi pembuahan. Kehamilan kembar dua
dizigotik juga lebih sering dijumpai pada wanita yang perawakannya tinggi dan
19
gemuk. Komplikasi yang terjadi peningkatan motalitas perinatal yaitu persalinan
post partum.
20
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Depkes RI. (2010). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta
Dinas Kesehatan Jabar. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Dharma, Kusuma Kelana. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan Panduan Melaksanakan
dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Media
Donsu, Jenita Doli Tine. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Hanretty, Kevin P. (2014). Ilustrasi Obstetri. Edisi Ketujuh. Singapore: Chee Hooi Ping
Hartati, Suryani & Anik Maryunani, (2015). Asuhan Keperawatan Ibu Postpartum Seksio
Sesarea Pendekatan Teori Model Selfcare dan Comfort. Jakarta: CV Trans Info Media
Manuaba. (2010). Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC
Manurung, Suryani. (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan
Intranatal. Jakarta: Trans Info Media
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam, (2017). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Purwoastuti, Endang & Elisabeth Siwi Walyani. (2015). Panduan Materi Kesehatan Reproduksi
& Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustakabarupress
Reeder, Sharon J. Martin, Leonide L & Deborah Koniak-Griffin. (2010). Keperawatan
Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga. Volume 2. Jakarta: EGC
21
Rosdahl, Caroline Bunker, & Kowalski, Mary T. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar
Keperawatan Maternal & Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC
Sastroasmoro, S, & Sofyan I. (2014). Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-5.
Jakarta: CV. Sagung Seto
Walyani, Elisabeth Siwi. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal.
Yogyakarta: Pustakabarupress
Wiknjosastro, Hanifa. (2010). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo
Handayani, Sri., & Mubarokah, Kismi. (2019). Kondisi Demografi Ibu dan Suami Pada Kasus
Kematian Ibu. 3(1), 99-108.
Pamilangan, Edwin D., Wantania, John J.E., & Lumentut, Anastesia M. (2019).Indikasi Seksio
Sesarea di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2017 dan 2018. 8(1), 137-145.
Pratiwi, R. A.B., Gunanegara, R. F., & Ivone, J. (2019). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Persalinan dengan Sectio Caesarea di RSUD Lembang pada Tahun 2017. 2(3), 838-846.
Sari, Ruri Maiseptya., & Absari, Nuril. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Tindakan Sectio Caesaera di Rumah Sakit DKT Bengkulu.
Sulastri., Wahyuningsih, Mae Sri Hartati., & Hapsari, Elsi Dwi. (2018). Efek Pemberian
Aromaterapi Jeruk Masam Terhadap Intensitas Nyeri Pasca Bedah Sesar.
Sumardi, Fitri Sepviyanti., Umar, Nazaruddin., Rehatta, Margaritta., & Saleh, Siti Chasnak.
(2016). Pengelolaan Anestesi untuk Evakuasi Hematoma Epidural pada Wanita dengan
Kehamilan 22 – 24 Minggu. 5(2),
Susanti, Tri. (2018). Hubungan Usia Dan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Plasenta Previa
Di Rsud Dr. H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2018
Susanto, Praditia, Yoan Putri., & Juniarti, Nurul Wahdaniah. (2019). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Penatalaksanaan Persalinan Sectio Caesarea di RS TK.III Pelamonia
Makassar Tahun 2019.
Wulandari, P., & Maharani, R. P. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan
Persalinan. 5(2), 64-71.
22