Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN POST SECTIO CAESARIA

DENGAN INDIKASI PEB DIRUANG NIFAS


RSUD DR.H.M. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Maternitas


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Muhammad Fahrizal, S.Kep
NIM. 11194692210143

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PENDAHULUAN POST SECTIO CAESAR
DENGAN INDIKASI PEB DI RUANG NIFAS
RSUD DR. H. M. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Tanggal, 15 Mei 2023

Disusun Oleh:
Muhammad Fahrizal
NIM: 11194692210143

Menyetujui,

Preseptor Akademik (PA) Preseptor Klinik (PK)

Malisa Ariani, S.Kep., Ns., M.Kep Nurdiana, S. Kep., Ns


NIK. 1166022015081 NIP. 198110282009032005
A. Konsep Dasar SC (section caesarea)
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding
abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000
gr atau umur kehamilan > 28 minggu (Manuaba, 2012).
Sectio caesarea merupakan tindakan melahirkan bayi melalui insisi
(membuat sayatan) didepan uterus. Sectio caesarea merupakan metode
yang paling umum untuk melahirkan bayi, tetapi masih merupakan
prosedur operasi besar, dilakukan pada ibu dalam keadaan sadar kecuali
dalam keadaan darurat menurut Hartono (2014).
2. Tujuan
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk
mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan
serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada
plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya, jika perdarahan
hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa,
sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio
caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati.
3. Etiologi
Berdasarkan Manuaba (2012) indikasi ibu dilakukan sectio
caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban
pecah dini. Indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi
4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1) CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-
tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga
panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
2) PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
3) KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi
inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di
atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu. Ketuban
dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan masalah
penting dalam obstetric berkaitan dengan penyulit kelahiran
premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas,perinatal dan menyebabkan
infeksi ibu. Penatalaksanaan sectio cesaria pada pasien yang
mengalami KPD bila ketuban pecah kurang dari 5 jam dan skor
pelvik kurang dari 5.
4) Bayi Kembar (Gemeli)
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
5) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang,
yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna,
presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
4. .Jenis-jenis SC
a. Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis profunda dengan insisi di
segmen bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik
melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
1) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
2) Bahaya peritonitis tidak besar.
3) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah
uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus
uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
b. Sectio caesaria klasik atau section cecaria corporal
Pada cectio cesaria klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan
apabila ada halangan untuk melakukan section caecaria
transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen atas
uterus.
c. Sectio caesaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk
mengurangi bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan
pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak
lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien
infeksi uterin berat.
d. Section caesaria hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan histeroktomi dengan indikasi:
1) Atonia uteri
2) Plasenta accrete
3) Myoma u teri
4) Infeksi intra uteri berat
5. Indikasi SC
a. Indikasi Ibu
1) Usia
2) Tulang panggul (CPD)
3) Persalinan sebelumnya SC
4) Ketuban Pecah Dini
5) Rasa Takut Kesakitan
6) Partus Tidak Maju
7) Pre Eklampsia
b. Indikasi Janin
1) Ancaman Gawat Janin
2) Bayi Besar
3) Gamely (bayi kembar)
4) Letak Sungsang
5) Factor Plasenta
6) Kelainan Tali Pusat
6. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
b. Perdarahan
c. Luka kandung kemih
d. Embolisme paru - paru
e. kurang kuatnya perut pada dinding uterus
7. Penatalaksanaan
Berdasarkan Manuaba (2012) penatalaksanaan pasien post SC
sebagai berikut
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan per-intravena harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan
transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan
peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah
boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan
air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan
tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam /
lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
4) Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah
dan berdarah harus dibuka dan diganti
5) Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah
suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria
tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih (Nanda, 2013).
Post partum atau masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah
placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat organ reproduksi kembali seperti
keadaan sebelum hamil (Siti Saleha, 2013). Post Partum (puerpurium) adalah
masa yang dimulai setetelah partus selesai dan berakhir kira-kira setelah
enam minggu, tetapi seluruh organ genitalia baru pulih kembali seperti
sebelum hamil dalam waktu tiga bulan ( Winkjosastro, 2015). Masa pasca
partum adalah suatu masa antara pelahiran sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan sebelum masa hamil. Istilah puerperium (puer, seorang
anak ,ditambah kata parere, kembali kesemula) merujuk pada masa enam
minggu antara terminasi persalinan dan kembalinya organ reproduksi
kekondisi sebelum hamil. (Reeder, Martin, Koniak-Griffin, 2011; 4). (Dewi,
2020). Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara
perlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa
nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60%
terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab
banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada
wanita post partum (Yanti, 2020). Periode nifas disebut juga trimester
keempat kehamilan.
Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk mengeluakan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Wiknjosastro,2015). Sectio
Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas
500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi &
Wiknjosastro, 2013). Sectio caesaria adalah alternative dari kelahiran vagina
bila keamanan ibu dan janin terganggu ( Doengoes, 2017). Dengan demikian
perawatan pada ibu nifas dengan post operasi sectio caesarea adalah
perawatan pada ibu pada masa setelah melahirkan janin dengan carain
sisi/pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim sampai
organ- organ reproduksi ibu kembali pulih yang berakhir kira-kira 6 minggu.
2. Etiologi
Penyebab preeklamsi beratsampaisekarangbelum di ketahui secara
pasti, tapi pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat
perubahan yang khas pada berbagai alat. Tapi kelainan yang menyertai
penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi
intravaskulaer. Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab
primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan
berbagai gejala yang menyertai preeklamsi. Sebab pre eklamasi belum
diketahui, Vasospasmus menyebabkan :
- Hipertensi, Pada otak (sakit kepala, kejang)
- Pada plasenta (solution placentae, kematian janin)
- Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
- Pada hati (icterus)
- Pada retina (amourose)

Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab


preeklamsia yaitu :
- Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion dan molahidatidosa
- Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
- Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus

3. Patofisiologi
Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah 13,5 g/dL.
Namun kadar hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan
berkisar 11,6 g/dL sebagai akibat pengenceran darah ibu karena peningkatan
volume plasma, ini disebut sebagai anemia fisiologis dan merupakan keadaan
yang normal selama kehamilan. Selama kehamilan, zat besi tidak dapat
dipenuhi secara adekuat dalam makanan sehari- hari. Zat dalam makanan
seperti susu, teh dan kopi menurunkan absorbs besi. Selama kehamilan,
tambahan zat besi diperlukan untuk meningkatkan sel- sel darah ibu dan
transfer ke janin untuk penyimpanan dan produksi sel- sel darah merah. Janin
harus menyimpan cukup zat besi pada 4 sampai 6 bulan terkhir setelah
kelahiran. Selama trimester ketiga, jika asupan zat besi wanita tersebut tidak
memadai, hemoglobin tidak akan meningkat sampai nilai 12,5 g/dL dan dapat
terjadi anemia karena nutrisi. Ini akan mengakibatkan penurunan transfer zat
besi ke janin.
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan
perfusi ke organ ,termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospas
memerupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler
menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.
Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari
sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan
kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai
pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehingga dapat berakibat
terjadinya Intra Uterin (Growth Retardation 2015).
4. Pathway

Faktor risiko : + Frekuensi primigravida, kehamilan


ganda, hidramnion, molahidatidosa, riwayat hipertensi

Preeklamsia Berat

Sectio Caesarea

Post operasi SC

Post anestesi Luka post operasi Nifas


spinal
Penurunan medulla
oblongata
Uterus
Penurunan kerja Jaringan Jaringan
pons terputus terbuka
Penurunan reflek Kontraksi uterus
batuk Penurunan kerja otot Merangsang Proteksi
elimiinasi area sensorik kurang
Tidak adekuat
motorik
Bersihan jalan
napas tidak Konstipasi
Invasi
efektif Nyeri akut Atonia uteri
bakteri

Risiko Infeksi perdarahan

HB  kekurangan
cairan

suplai o2 
Risiko syok

kelemahan

Defisit
perawatan diri

Sumber : Lalenoh, 2018


5. Manifestasi Klinis
Menurut Nanda Nic noc (2015) :
a. Manifestasi klinis yang sering muncul:
1) Pusing
2) Mudah berkunang-kunang
3) Lesu
4) Aktivitas berkurang
5) Rasa mengantuk
6) Susah berkonsentrasi
7) Cepatlelah
8) Prestasi kerja fisik / pikiran menurun
b. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg
seminggu beberapa kali.
c. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka
d. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
1) TD > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
diastolik>15 mmHg
2) Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di
curigai sebagai preeklamsi
e. Proteinuria
1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau
pemeriksaan kuwalitatif +1 / +2.
2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter
atau urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam
5. Komplikasi
a. Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara
lain atonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated
Liver Enzymes, Low Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra
VaskularDiseminata), gagal ginjal, perdarahan otalk, oedem paru, gagal
jantung, syok dan kematian
b. Infeksi
1) Endometritis (radang edometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi,
menjadi keras dan berbenjol-benjol)
5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit
merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada
pengobatan bisa terjadi abses)
6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena
varicose superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi
pada kehamilan dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau
nyeri.)
7) Luka perineum (Ditandai dengan :nyeri local, disuria, temperatur naik
38,3 °C, nadi< 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan
pada tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau
lembab, lukanya meluas)
6. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5%
sebanyak 500cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4: dosis awal 2
gram intravena diberikan dalam 10 menit dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan sebanyak 2 gram perjam drip infus (80ml/jam atau 15-
20 tetes/menit)
2) Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari
160 mmHgdan tekanan diastolic lebih dari 110 mmHg
3) Obat nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10mg oral. Bila dalam 2 jam
belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi (Rohan,2013).
4) Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
5) 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
6) Hari ke- 1-2 :memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa nifas,
7) pemberian informasi tentang senam nifas.
8) Hari ke- 2 :mulai latihan duduk
9) Hari ke- 3 :diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
pre eklamsia yaitu sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Darah Lengkap dan Apusan Darah
- Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).
- Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
- Trombosit menurun (nilai rujukan 150.000-450.000/mm3)
2) Urinalisis ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi Hati
- Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dL).
- LDH (laktat dehidrogenase) meningkat.
- Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 uL.
- Serum Glutamat Pirufat Transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-
45 u/ml)
- Serum Glutamat Oxaloacetic transaminase (SGOT) meningkat (N=
< 31 u/ml)
- Total protein serum menurun (N= 6,7 – 8,7 g/dL)
4) Tes Kimia Darah
Asam urat meningkat> 2,7 mg/dL, dimana nilai normalnya yaitu 2,4 –
2,7 mg/dL

b. Pemeriksaan Radiologi
1) Ultrasonografi (USG).
Hasil USG menunjukan bahwa ditemukan retardasi perteumbuhan
janin intra uterus. Pernafasan intra uterus lambat, aktivitas janin
lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiotografi
Hasil pemeriksaan dengan menggunakan kardiotografi menunjukan
bahwa denyut jantung janin lemah
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan Sectio Caesarea, data yang dapat
ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan
persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan
plasenta previa.
1) Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit
nomor register , dan diagnosa keperawatan.
2) Keluhan utama
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban
yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti
tanda-tanda persalinan.
c) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.
4) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah
dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan
keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut
untuk melakukan BAB.
e) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
g) Pola penagulangan steril
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
i) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,
lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
j) Pola reproduksi dan social
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena
adanya proses persalinan dan nifas.
5) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
c) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan ng keadaan selaput mata pucat (anemia)
karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera
kunuing
d) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
f) Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiper
pigmentasi areola mamae dan papila mamae
g) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena
rupture
j) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
k) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah
turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d efek agen farmakologis
(anestesi)
2) Konstipasi b.d efek agen farmakologis (anestesi)
3) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
4) Defisit perawatan diri b.d kelemahan
5) Risiko syok
6) Risiko Infeksi
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1 Bersihan jalan Bersihan jalan nafas (L. Latihan batuk efektif
nafas tidak efektif 01001) (I.01006)
b.d efek agen Setelah dilakukan tindakan Observasi
farmakologis keperawatan selama 1x8 jam  Identifikasi
(anestesi) bersihan jalan nafas dapat kemampuan batuk
(D.0001) teratasi Terapeutik
Kriteria hasil :  Atur posisi semi fowler
1. Batuk efektif dari skala 3 atau fowler
(sedang) menjadi skala 5 ( Edukasi
meningkat)  Jelaskan tujuan dan
2. Ronki dari skala 3 prosedur batuk efektif
(sedang) menjadi skala 5  Anjurkan tarik napas
(menurun) dalam melalui hidung
3. Sulit bicara dari skala 2  Anjurkan menggulangi
(cukup memburuk) tarik napas dalam
menjadi 3 (sedang) hingga 3 kali
4. Frekuensi napas 2 (cukup  Anjurkan pasien untuk
memburuk) menjadi 3 batuk kuat
(sedang) Kolaborasi
5. Pola napas 2 (cukup Kolaborasi pemberian
memburuk) menjadi 3 mukolitik atau
(sedang) ekspektoran, jika perlu

2 Konstipasi b.d Eleminasi Fekal (l.04033) Manajemen Eliminasi


efek agen Setelah dilakukan tindakan Fekal (I.04151)
farmakologis keperawatan selama 1x8 jam Observasi
(anestesi) konstipasi dapat teratasi  Identifikasi masalah
(D.0049) Kriteria hasil : usus
1. Kontrol pengeluaran  Monitor tanda gejala
feses (1) menurun konstipasi
menjadi (3) sedang
2. Distensi abdomen (1) Terapeutik
meningkat menjadi (3)  Berikan air hangat
sedang  Sediakan makan tinggi
3. Urgency (1) meningkat serat
menjadi (3) sedang Edukasi
4. Nyeri abdomen (1)  Ajarkan makan tinggi
meningkat menjadi (3) serat
sedang
5. Kram abdomen (1)
meningkat menjadi (3)
sedang
3 Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri
agen pencedera Setelah dilakukan tindakan (I.08238)
fisik (D.0077) keperawatan selama 1 x 8 Observasi
jam diharapkan masalah 1. Identifikasi lokasi,
keperawatan nyeri dapat karakteristrik, durasi,
teratasi dengan kriteria hasil: frekuensi, kualiats
1. Keluhan nyeri (1) dan intensitas nyeri
meningkat menjadi (3) 2. Identitas skala nyeri
sedang 3. Identifikasi faktor
2. Meringis (1) yang memperberat
meningkat menjadi (4) nyeri
cukup menurun Terapeutik
3. Kesulitan tidur (2) 1. Berikan teknik non
cukup meningkat farmakologis dalam
menjadi (4) cukup menangani nyeri
menurun 2. Kontrol lingkungan
4. Pola napas (2) cukup yang memperberat
meningkat menjadi (4) rasa nyeri
cukup menurun 3. Fasilitasi istirahat dan
5. Tekanan darah (2) tidur
cukup meningkat Edukasi
menjadi (4) cukup 1. Jelaskan strategi
menurun mengurangi nyeri
2. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
3. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaboratif pemberian
analgetik sesuai order
4 Defisit perawatan Perawatan diri (L. 11103) I.05178 Manajemen
diri b,d Tujuan tangka panjang: Energi
kelemahan Untuk meningkatkan derajat Observasi :
(D.0109) kesehatan , memelihara 1. Monitor kebersihan
kebersihan diri dan tubuh
memperbaiki perawatan diri. 2. Minitor integritas kulit
Tujuan jangka pendek: Terapeutik :
Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan peralatan
keperawatan 1 x 8 jam mandi
diharapkan perawatan diri 2. Fasilitasi menggosok
meningkat. gigi
Kriteria Hasil: 3. Pertahankan
1. Kemampuan mandi kebiasaan kebersihan
meningkat menjadi 5 diri
2. Mempertahankan Edukasi :
kebersihan diri meningkat 1. Jelaskan manfaat
menjadi 5 mandi dan dampak
3. Mempertahankan tidak mandi terhadap
kebersihan mulut kesehatan
meningkat menjadi 5
5 Risiko syok Tingkat Syok (L.03032)
Pemantauan Cairan
(D.0039) Setelah dilakukan tindakan
(I.03121)
keperawatan selama 1x30
Observasi
menit tingkat syok teratasi
- Monitor frekuensi
dengan Kriteria Hasil :
dan kekuatan nadi
- Kekuatan nadi (4) cukup
- Monitor frekuensi
meningkat menjadi (2)
nafas
cukup menurun
- Monitor tekanan
- Tingkat kesadaran (2)
darah
cukup menurun menjadi
- Monitor turgor kulit
(4) cukup meningkat
- identifikasi tanda-
- Saturasi oksigen (2)
tanda hipovelemia
cukup menurun menjadi
- identifikasi faktor
(4) cukup
risiko
- Akral dingin (2) cukup
ketidakseimbangan
meningkat menjadi (5)
cairan
menurun
Terapeutik
- Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan

6 Resiko infeksi Kontrol Resiko (L.14128) Pencegahan infeksi


(D.01420 Setelah diberikan asuhan (I.14539)
keperawatan selama 1x8 jam Observasi
diharapkan risiko infeksi tidak  Monitor tanda dan
terjadi gejala infeksilocal
Kriteria Hasil: Terapeutik
- Kemampuan mencari  Cuci tangan sebelum
informasi tentang faktor dan sesudah kontak
risiko (1) menurun dengan pasien dan
menjadi (5) meningkat lingkungan pasien
- Kemampuan  Pertahankan teknik
mengidentifikasi faktor aseptic pada pasien
risiko (1) menurun beresiko tinggi
menjadi (5) meningkat Edukasi
- Kemampuan melakukan  Jelaskan tanda dan
strategi control resiko (1) gejala infeksi
menurun menjadi (5)  Anjurkan
meningkat meningkatkannutrisi
- Kemampuan  Anjurkanmeningkatkan
menghindari faktor resiko asupan cairan
(1) menurun menjadi (5) Kolaborasi
meningkat
 Kolaborasi
pemberianimunisasi,
jikaperlu
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC

Manuaba, I.B. 2012. Kapita Selekta PenatalaksanaanRutinObstetri Ginekologi


dan KB. Jakarta : EGC

Nanda. 2015.Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi10.


Jakarta: EGC.

Nurarif AH dan Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogyakarta: MediAction.

Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Paenyakit


Dalam. Yogyakarta : NuhaMedika

PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Prawirohardjo, Sarwono. 2012. IlmuKebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Edisi:4 .Jakarta

Anda mungkin juga menyukai