Disusun Oleh :
Kelompok 5
Muhammad Fahrizal, S. Kep NIM: 11194692210143
Laili Fahriza, S. Kep NIM: 11194692210139
Noor Mahmudianti, S. Kep NIM: 11194692210147
Rini Kresti Sundari, S. Kep NIM: 11194692210153
1
Untuk mengatasi gangguan stimulasi persepsi pada klien jiwa,
terapi aktivitas kelompok sering diperlukan dalam praktek keperawatan
kesehatan jiwa karena merupakan keterampilan therapeutik. Therapi
aktivitas kelompok merupakan bagian dari therapi modalitas yang
berupaya meningkatkan psikotherapi dengan sejumlah klien dalam waktu
yang bersamaan.Dan merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk
klien gangguan jiwa.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSJ Sambang
Lihum khususnya Ruang Tenang Pria sebagian besar pasien menderita
halusinasi. Oleh karena itu, perlu diadakan Terapi Aktivitas Kelompok
tentang halusinasi. Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum adalah salah satu
rumah sakit jiwa yang berdiri dibawah Kementerian Kesehatan RI. Pasien
yang dirawat di RSJ Sambang Lihum mengalami masalah kejiwaan yang
bermacam-macam. Salah satu ruang rawat inap di rumah sakit ini adalah
Ruang Tenang Pria yang merupakan ruang rawat inap dewasa laki-laki
kelas 3. Beberapa pasien dalam Ruang Tenang Pria tampak memiliki
masalah dalam berinteraksi dengan teman lain dan dengan perawat
ruangan. Oleh karena itu, kami melakukan tindakan TAK halusinasi yaitu
Art therapy sebagai kegiatan yang dilakukan pada klien dengan masalah
mental dengan menggunakan media yang artristik, dengan proses yang
kreatif dan menghasilkan suatu kerajinan seni untuk mengeksplorasi
perasaan, meningkatkan kesadaran diri, mengelola perilaku dan
meningkatkan ketrampilan sosial, meningkatkan orientasi dan
menurunkan kecemasan (Hidaayat et al, 2022).
Jenis art therapy seperti menggambar, melukis ataupun aktivitas
artistik lainnya salah satunya musik. Terapi musik adalah seni yang
mengekspresikan emosi dan pikiran dengan menyuarakan atau
mengungkapkan suara dalam keteraturan dan pemahaman estetis. Musik
memiliki fitur terapeutik juga memiliki manfaat untuk menghilangkan
stress, kecemasan, dan ketegangan serta dapat mengekspresikan emosi
dan pikiran. Terapi musik adalah jenis rehabilitas psikososial, bila
digunakan bersama dengan obat-obatan dapat secara positif
memperbaiki gejala skizofrenia kronis. Ini juga bisa meningkatkan kualitas
hidup, meningkatkan fungsi kognitif, meningkatkan keterampilan,
2
memperkuat ego pasien, dan memberikan ekspresi emosional pada
pasien skizofrenia (Hidaayat et al, 2022).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
dengan gangguan jiwa berat sebanyak 1.727 orang Riskesdas, (2013).
Prevalensi gangguan jiwa di Jawah Tengah sebesar 2,3 % dengan jumlah
seluruh Rumah Tangga (RT) yang dianalisis 294.959 terdiri dari 2
1.027.763 Anggota Rumah Tangga (ART) yang berasal dari semua umur
(Livana, 2020).
Salah satu bentuk penanganan medis untuk pasien dengan
halusinasi adalah dengan Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi,
dimana TAK (Terapi Aktifitas Kelompok) merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok pasien dengan
halusinasi. Aktivitas digunakan sebagai terapi,dan kelompok digunakan
sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang
saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium
tempat pasien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki
perilaku lama yang maladaptif (Aritonang, 2021).
Art therapy sebagai kegiatan yang dilakukan pada klien dengan
masalah mental dengan menggunakan media yang artristik, dengan
proses yang kreatif dan menghasilkan suatu kerajinan seni untuk
mengeksplorasi perasaan, meningkatkan kesadaran diri, mengelola
perilaku dan meningkatkan ketrampilan sosial, meningkatkan orientasi
dan menurunkan kecemasan. Art Therapy adalah gabungan pendekatan
psikoterapi dengan berdasarkan pada mind body, pada kegiatan ini klien
lebih mampu untuk dapat mengekspresikan perasaan melalui sensori
maupun kinestetik. Art therapy juga bisa berdampak untuk meningkatkan
kesehatan lansia dengan mengurangi emosi negatif, meningkatkan
konsep diri dan menurunkan kecemasan (Widyastuti, 2018).
Penanganan pasien skizofrenia dengan masalah halusinasi dapat
dilakukan dengan kombinasi psikofarmakologi dan intervensi psikososial
seperti psikoterapi, terapi keluarga, dan terapi okupasi yang
menampakkan hasil yang lebih baik. Tindakan keperawatan pada pasien
dengan halusinasi difokuskan pada aspek fisik, intelektual, emosional,
dan sosio spiritual. Satu diantaranya penanganan pasien skizofrenia
dengan halusinasi adalah terapi musik. Terapi music adalah seni yang
mengekspersikan emosi dan pikiran dengan menyuarakan atau
mengungkapkan suara dalam keteraturan dan pemahaman estetis. Musik
5
memiliki manfaat untuk menghilangkan stress, kecemasan, dan
ketegangan serta dapat mengekspresikan emosu dan pikiran. Terapi
music adalah jenis rehabilitas psikososial, bila digunakan bersama
dengan obat-obatan dapat secara positif memperbaiki gejala skizofrenia
kronis. Ini juga bisa meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan fungsi
kognitif, meningkatkan keterampilan, memperkuat ego pasien, dan
memberikan ekspresi emosional pada pasien skizofrenia. Dengan
demikian dapat berkontribusi pada kesejahteraan fisiologis dan psikologis
pasien.
Terapi musik diberikan untuk membangkitkan gelombang otak alfa
yang dapat memberikan rasa relaksasi sehingga menimbulkan perilaku
yang tenang bagi penderita gangguan jiwa jenis halusinasi sehingga
menurunkan risiko timbulnya dampak dari tingkat stresor (Mekeama et al,
2022). Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan
meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan
menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan
memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spritual. Pada
zaman modern, terapi musik banyak digunakan oleh psikolog maupun
psikiater untuk mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan,
gangguan mental atau gangguan psikologis, Tujuan terapi musik adalah
memberikan relaksasi pada tubuh dan pikiran penderita, sehingga
berpengaruh terhadap pengembangan diri, dan menyembuhkan
gangguan psikososialnya (Mekeama et al, 2022).
Penggunaan terapi kelompok dalam praktek keperawatan jiwa akan
memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau
terapi serta pemulihan kesehatan. Terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi ini sebagai upaya untuk memotivasi proses berpikir, mengenal
halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi serta mengurangi
perilaku mal adaptif. Salah satu bentuk pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok yaitu dengan cara melakukan kegiatan menggambar bagi
pasien gangguan jiwa merupakan bentuk komunikasi dari alam bawah
sadarnya, berdasarkan pemikirannya atau benda-benda yang muncul
akan menimbulkan gambaran yang merupakan ekpresi dari sendiri.
Dengan menggambar pasien gangguan jiwa dapat memperbaiki aspek
6
kognitif, afektif dan psikomotorik. Menggambar merupakan salah satu
kemampuan dari psikomotorik (Sutinah, 2020).
7
BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
3.4 Setting
1. Klien duduk melingkar.
2. Tempat tenang dan nyaman Keterangan Gambar:
L : Leader
CL L
CL : Co-Leader
F : fasilitator
K K
O : Observer
K : Klien
K K
K K
F O
8
3.5 Struktur Pelaksanaan
Susunan perawat pelaksana TAK sebagai berikut :
a. Leader : Rini Kresti Sundari
Tugas :
1. Menyiapakan proposal kegiatan TAK
2. Menyampaikan tujuan dan peratauran kegiatan terapi aktivitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai.
3. Menjelaskan aturan permainan.
4. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya.
5. Mampu memimpin aktivitas kelompok dengan baik dan bersih.
6. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
b. Co-leader : Laili Fahriza
Fungsi :
1. Mendampingi leader
2. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
pasien
3. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan
yang telah dibuat
4. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami bloking dalam
proses terapi
c. Fasilitator : Muhammad Fahrizal
Tugas :
1. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
2. Ikut serta dalam kegiatan kelompok
3. Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi
d. Observer : Noor Mahmudianti
Tugas :
1. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
2. Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non-verbal pasien
selama kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
3. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan,
proses, hingga penutupan.
9
3.6 Alat
Alat yang diperlukan pada terapi aktivitas kelompok, yaitu :
a. Handphone
b. Speaker
c. Terminal
3.7 Metode
a. Demonstrasi audio
b. Sharing persepsi untuk mengetahui tanda gejala halusinasi
10
No Pertanyaan YA TIDAK Keterangan
1. Klien dapat menjelaskan isi
halusinasi yang dialaminya
2. Klien dapat menjelaskan
jenis halusinasi yang
dialaminya
3. Klien dapat menjelaskan
waktu halusinasinya muncul
yang dialaminya
4. Klien dapat menjelaskan
frekuensi halusinasi muncul
yang dialaminya
5. Klien dapat menjelaskan
situasi halusinasi yang
dialaminya
6. Klien dapat menjelaskan
respon yang dikeluarkan
saat halusinasi yang
dialaminya muncul
b. Sesi 2
Pada sesi 2 setelah observer melakukan penilian dan
mencatat hasil, pada tahap ini melakukan terapi aktivitas
kelompok dengan mendengarkan musik berjudul: “kemesraan ini”
fasilitator mengamati kemudian di nilai oleh observer selama
pasien mendengarkan musik. Adapun penilaian selama sesi 2
sebagai berikut:
No Pertanyaan YA TIDAK Keterangan
1. Klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
2. Klien memberi respon
(bernyanyi, menari atau
berjoget)
3. Klien memberi perndapat
11
tentang musik yang
didengarkan
4. Klien dapat menjelaskan
perasaan setelah
mendengarkan musik
c. Sesi 3
Pada sesi 3 observer melakukan penilian kembali terhadap
halusinasi dan penilaian kemampuan halusinasi dengan
mendengarkan musik melalui lembar observasi sebagai berikut:
12
berjoget)
9. Klien memberi perndapat
tentang musik yang
didengarkan
10. Klien dapat menjelaskan
perasaan setelah
mendengarkan musik
4. Terminasi
a. Evaluasi:
Evaluasi dilakukan melalui lambar observasi
b. Tindak lanjut: terapis menganjurkan klien untuk mendengarkan musik
sebagai cara untuk mengalihkan halusinasi
c. Kontrak yang akan datang:
1) Terapis menyepakati TAK berikutnya.
2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK.
13
DAFTAR PUSTAKA
Livana, P. H., Ruhimat, I. I. A., Sujarwoo, S., Suerni, T., Kandar, K., Maya, A., &
Nugroho, A. (2020). Peningkatan Kemampuan Pasien dalam Mengontrol
Halusinasi melalui Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi. Jurnal
Ners Widya Husada, 5(1), 35-40.
Sari, F. S., Hakim, R. L., Kartina, I., Saelan, S., & Kusuma, A. N. H. (2018). ART
DRAWING THERAPY EFEKTIF MENURUNKAN GEJALA NEGATIF DAN
POSITIF PASIEN SKIZOFRENIA. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada,
248-253.
14
Widyastuti, R. H., Rachma, N., Hartati, E., Nurrahima, A., Mu’in, M., & Andriany,
M. (2018). Art Therapy Sebagai Upaya Penatalaksanaan Psikogeriatri di
Panti Wreda Di Kota Semarang. JPPM (Jurnal Pengabdian dan
Pemberdayaan Masyarakat), 2(2), 335-341.
15