Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULUS PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)


PADA KLIEN HALUSINASI DIRUANG TENANG PRIA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SAMBANG LIHUM

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Muhammad Fahrizal, S. Kep NIM: 11194692210143
Laili Fahriza, S. Kep NIM: 11194692210139
Noor Mahmudianti, S. Kep NIM: 11194692210147
Rini Kresti Sundari, S. Kep NIM: 11194692210153

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Pelaksanaan..................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3
BAB III PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK).......................6
3.1 Kriteria Klien dalam TAK...........................................................................6
3.2 Daftar Peserta TAK...................................................................................6
3.3 Waktu dan Tempat Kegiatan.....................................................................6
3.4 Setting.......................................................................................................7
3.5 Struktur Pelaksanaan................................................................................7
3.6 Alat............................................................................................................ 8
3.7 Metode......................................................................................................8
3.8 Prosedur Pelaksanaan..............................................................................9
BAB IV HASIL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK).....................................10
4.1 Evaluasi...................................................................................................10
4.2 Dokumentasi...........................................................................................10
BAB V PENUTUP...............................................................................................12
5.1 Kesimpulan...............................................................................................12
5.2 Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
LAMPIRAN......................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kasus gangguan jiwa selalu meningkat dari tahun ke tahun. Angka
prevalensi penderita gangguan jiwa menurut data World Health Organization
(WHO) menyatakan ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah
mental dan diperkirakan ada 450 penderita gangguan jiwa di dunia. Kasus
gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 7,7 % dari seluruh
penduduk Indonesia, dengan pembagian gangguan jiwa berat 1,7 % dan
gangguan mental emosional sebasar 6 %. Dengan jumlah seluruh RT yang
dianalisis adalah 294.959 terdiri dari 1.027.763 ART yang berasal dari
semua umur. Rumah tangga yang menjawab memiliki ART dengan
gangguan jiwa berat sebanyak 1.655, terdiri dari 1.588 RT dengan 1 orang
ART, 62 RT memiliki 2 orang ART, 4 RT memiliki 3 ART, dan 1 RT dengan 4
orang ART yang mengalami gangguan jiwa berat. Jumlah seluruh responden
dengan gangguan jiwa berat sebanyak 1.727 orang Riskesdas, (2013).
Prevalensi gangguan jiwa di Jawah Tengah sebesar 2,3 % dengan jumlah
seluruh Rumah Tangga (RT) yang dianalisis 294.959 terdiri dari 2 1.027.763
Anggota Rumah Tangga (ART) yang berasal dari semua umur (Livana,
2020).
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK): sosialisasi TAK adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial. Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien
gangguan jiwa adalah gangguan persepsi sensori: Halusinasi merupakan
salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien
gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana
pasien mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan.Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi
yang diderita klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai
teman dan asyik dengan fikirannya sendiri. Salah satu penanganannya yaitu
dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk
mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.

1
Untuk mengatasi gangguan stimulasi persepsi pada klien jiwa,
terapi aktivitas kelompok sering diperlukan dalam praktek keperawatan
kesehatan jiwa karena merupakan keterampilan therapeutik. Therapi
aktivitas kelompok merupakan bagian dari therapi modalitas yang
berupaya meningkatkan psikotherapi dengan sejumlah klien dalam waktu
yang bersamaan.Dan merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk
klien gangguan jiwa.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSJ Sambang
Lihum khususnya Ruang Tenang Pria sebagian besar pasien menderita
halusinasi. Oleh karena itu, perlu diadakan Terapi Aktivitas Kelompok
tentang halusinasi. Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum adalah salah satu
rumah sakit jiwa yang berdiri dibawah Kementerian Kesehatan RI. Pasien
yang dirawat di RSJ Sambang Lihum mengalami masalah kejiwaan yang
bermacam-macam. Salah satu ruang rawat inap di rumah sakit ini adalah
Ruang Tenang Pria yang merupakan ruang rawat inap dewasa laki-laki
kelas 3. Beberapa pasien dalam Ruang Tenang Pria tampak memiliki
masalah dalam berinteraksi dengan teman lain dan dengan perawat
ruangan. Oleh karena itu, kami melakukan tindakan TAK halusinasi yaitu
Art therapy sebagai kegiatan yang dilakukan pada klien dengan masalah
mental dengan menggunakan media yang artristik, dengan proses yang
kreatif dan menghasilkan suatu kerajinan seni untuk mengeksplorasi
perasaan, meningkatkan kesadaran diri, mengelola perilaku dan
meningkatkan ketrampilan sosial, meningkatkan orientasi dan
menurunkan kecemasan (Hidaayat et al, 2022).
Jenis art therapy seperti menggambar, melukis ataupun aktivitas
artistik lainnya salah satunya musik. Terapi musik adalah seni yang
mengekspresikan emosi dan pikiran dengan menyuarakan atau
mengungkapkan suara dalam keteraturan dan pemahaman estetis. Musik
memiliki fitur terapeutik juga memiliki manfaat untuk menghilangkan
stress, kecemasan, dan ketegangan serta dapat mengekspresikan emosi
dan pikiran. Terapi musik adalah jenis rehabilitas psikososial, bila
digunakan bersama dengan obat-obatan dapat secara positif
memperbaiki gejala skizofrenia kronis. Ini juga bisa meningkatkan kualitas
hidup, meningkatkan fungsi kognitif, meningkatkan keterampilan,

2
memperkuat ego pasien, dan memberikan ekspresi emosional pada
pasien skizofrenia (Hidaayat et al, 2022).

1.2 Tujuan Pelaksanaan


a. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol emosi,
dan mampu mengikuti terapi aktivitas kelompok bersama-sama.
b. Tujuan Khusus
1) Klien mampu memahami perintah dari leader
2) Klien mampu mengenal nama, tanggal lahir dan usia diri sendiri
3) Klien mampu mempertahankan kontak mata saat berinteraksi
dengan klien yang lain maupun tim pelaksana
4) Klien mampu mengikuti aturan selama permainan
5) Klien mampu mengemukakan pendapat tentang permainan yang
telah dilakukan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan jiwa merupakan suatu masalah kesehatan yang masih


sangat penting untuk diperhatikan, hal itu dikarenakan penderita tidak
mempunyai kemampuan untuk menilai realitas yang buruk. Gejala dan
tanda yang ditunjukkan oleh penderita gangguan jiwa antara lain
gangguan kognitif, gangguan proses pikir, gangguan kesadaran,
gangguan emosi, kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh (Livana,
2020).
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa
menyebutkan bahwa orang dengan gangguan jiwa adalah orang yang
mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan
perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia. Menurut
Undang-undang tersebut, gangguan jiwa merupakan gangguan dalam
pikiran, perilaku maupun perasaan yang berupa gejala-gejala “aneh” pada
diri seseorang. Gejala gangguan jiwa bisa bermacam-macam, namun
yang paling berbahaya ketika kita tidak menganggap hal serius pada
gejala-gejala ini dan seolah akan baik-baik saja (Livana, 2020).
Kasus gangguan jiwa selalu meningkat dari tahun ke tahun. Angka
prevalensi penderita gangguan jiwa menurut data World Health
Organization (WHO) menyatakan ada satu dari empat orang di dunia
mengalami masalah mental dan diperkirakan ada 450 penderita
gangguan jiwa di dunia ( Yosep, 2007). Kasus gangguan jiwa di Indonesia
pada tahun 2013 sebesar 7,7 % dari seluruh penduduk Indonesia,
dengan pembagian gangguan jiwa berat 1,7 % dan gangguan mental
emosional sebasar 6 %. Dengan jumlah seluruh RT yang dianalisis
adalah 294.959 terdiri dari 1.027.763 ART yang berasal dari semua umur.
Rumah tangga yang menjawab memiliki ART dengan gangguan jiwa
berat sebanyak 1.655, terdiri dari 1.588 RT dengan 1 orang ART, 62 RT
memiliki 2 orang ART, 4 RT memiliki 3 ART, dan 1 RT dengan 4 orang
ART yang mengalami gangguan jiwa berat. Jumlah seluruh responden

4
dengan gangguan jiwa berat sebanyak 1.727 orang Riskesdas, (2013).
Prevalensi gangguan jiwa di Jawah Tengah sebesar 2,3 % dengan jumlah
seluruh Rumah Tangga (RT) yang dianalisis 294.959 terdiri dari 2
1.027.763 Anggota Rumah Tangga (ART) yang berasal dari semua umur
(Livana, 2020).
Salah satu bentuk penanganan medis untuk pasien dengan
halusinasi adalah dengan Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi,
dimana TAK (Terapi Aktifitas Kelompok) merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok pasien dengan
halusinasi. Aktivitas digunakan sebagai terapi,dan kelompok digunakan
sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang
saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium
tempat pasien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki
perilaku lama yang maladaptif (Aritonang, 2021).
Art therapy sebagai kegiatan yang dilakukan pada klien dengan
masalah mental dengan menggunakan media yang artristik, dengan
proses yang kreatif dan menghasilkan suatu kerajinan seni untuk
mengeksplorasi perasaan, meningkatkan kesadaran diri, mengelola
perilaku dan meningkatkan ketrampilan sosial, meningkatkan orientasi
dan menurunkan kecemasan. Art Therapy adalah gabungan pendekatan
psikoterapi dengan berdasarkan pada mind body, pada kegiatan ini klien
lebih mampu untuk dapat mengekspresikan perasaan melalui sensori
maupun kinestetik. Art therapy juga bisa berdampak untuk meningkatkan
kesehatan lansia dengan mengurangi emosi negatif, meningkatkan
konsep diri dan menurunkan kecemasan (Widyastuti, 2018).
Penanganan pasien skizofrenia dengan masalah halusinasi dapat
dilakukan dengan kombinasi psikofarmakologi dan intervensi psikososial
seperti psikoterapi, terapi keluarga, dan terapi okupasi yang
menampakkan hasil yang lebih baik. Tindakan keperawatan pada pasien
dengan halusinasi difokuskan pada aspek fisik, intelektual, emosional,
dan sosio spiritual. Satu diantaranya penanganan pasien skizofrenia
dengan halusinasi adalah terapi musik. Terapi music adalah seni yang
mengekspersikan emosi dan pikiran dengan menyuarakan atau
mengungkapkan suara dalam keteraturan dan pemahaman estetis. Musik

5
memiliki manfaat untuk menghilangkan stress, kecemasan, dan
ketegangan serta dapat mengekspresikan emosu dan pikiran. Terapi
music adalah jenis rehabilitas psikososial, bila digunakan bersama
dengan obat-obatan dapat secara positif memperbaiki gejala skizofrenia
kronis. Ini juga bisa meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan fungsi
kognitif, meningkatkan keterampilan, memperkuat ego pasien, dan
memberikan ekspresi emosional pada pasien skizofrenia. Dengan
demikian dapat berkontribusi pada kesejahteraan fisiologis dan psikologis
pasien.
Terapi musik diberikan untuk membangkitkan gelombang otak alfa
yang dapat memberikan rasa relaksasi sehingga menimbulkan perilaku
yang tenang bagi penderita gangguan jiwa jenis halusinasi sehingga
menurunkan risiko timbulnya dampak dari tingkat stresor (Mekeama et al,
2022). Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan
meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan
menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan
memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spritual. Pada
zaman modern, terapi musik banyak digunakan oleh psikolog maupun
psikiater untuk mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan,
gangguan mental atau gangguan psikologis, Tujuan terapi musik adalah
memberikan relaksasi pada tubuh dan pikiran penderita, sehingga
berpengaruh terhadap pengembangan diri, dan menyembuhkan
gangguan psikososialnya (Mekeama et al, 2022).
Penggunaan terapi kelompok dalam praktek keperawatan jiwa akan
memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau
terapi serta pemulihan kesehatan. Terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi ini sebagai upaya untuk memotivasi proses berpikir, mengenal
halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi serta mengurangi
perilaku mal adaptif. Salah satu bentuk pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok yaitu dengan cara melakukan kegiatan menggambar bagi
pasien gangguan jiwa merupakan bentuk komunikasi dari alam bawah
sadarnya, berdasarkan pemikirannya atau benda-benda yang muncul
akan menimbulkan gambaran yang merupakan ekpresi dari sendiri.
Dengan menggambar pasien gangguan jiwa dapat memperbaiki aspek

6
kognitif, afektif dan psikomotorik. Menggambar merupakan salah satu
kemampuan dari psikomotorik (Sutinah, 2020).

7
BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

3.1 Kriteria Klien dalam TAK


Kriteria Klien :
a. Klien dengan gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol.
b. Klien yang mengalami perubahan persepsi.
c. Klien dapat mengekspresikan perasaan melalui gambaran.
d. Klien dapat memberi makna gambar.

3.2 Daftar Peserta TAK


No. Nama Klien Masalah Keperawatan
1. Arga -
2. Fitriansyah -
3. Arinal -
4. Aris Rahman -
5. Ely/Saiful -

3.3 Waktu dan Tempat Kegiatan


Hari/tanggal : Jumat, 17 Februari 2023 dan selasa, 21 Februari 2023
Waktu : 10.00-10.30 WITA
Tempat : Ruang Tenang Pria

3.4 Setting
1. Klien duduk melingkar.
2. Tempat tenang dan nyaman Keterangan Gambar:
L : Leader
CL L
CL : Co-Leader
F : fasilitator
K K
O : Observer
K : Klien
K K
K K

F O

8
3.5 Struktur Pelaksanaan
Susunan perawat pelaksana TAK sebagai berikut :
a. Leader : Rini Kresti Sundari
Tugas :
1. Menyiapakan proposal kegiatan TAK
2. Menyampaikan tujuan dan peratauran kegiatan terapi aktivitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai.
3. Menjelaskan aturan permainan.
4. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya.
5. Mampu memimpin aktivitas kelompok dengan baik dan bersih.
6. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
b. Co-leader : Laili Fahriza
Fungsi :
1. Mendampingi leader
2. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
pasien
3. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan
yang telah dibuat
4. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami bloking dalam
proses terapi
c. Fasilitator : Muhammad Fahrizal
Tugas :
1. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
2. Ikut serta dalam kegiatan kelompok
3. Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi
d. Observer : Noor Mahmudianti
Tugas :
1. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
2. Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non-verbal pasien
selama kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
3. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan,
proses, hingga penutupan.

9
3.6 Alat
Alat yang diperlukan pada terapi aktivitas kelompok, yaitu :
a. Handphone
b. Speaker
c. Terminal

3.7 Metode
a. Demonstrasi audio
b. Sharing persepsi untuk mengetahui tanda gejala halusinasi

3.8 Prosedur Pelaksanaan


1. Persiapan
a. Terapis membuat kontrak dengan klien
b. Terapis menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi/validasi: terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
c. Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK.
2) Terapis menjelaskan aturan main TAK:
a) Klien mengikuti TAK dari awal sampai akhir.
b) Jika akan keluar kelompok, klien harus meminta izin terapis.
c) Lama kegiatan 60 menit.
3. Kerja
pelaksanaan Terapi aktivitas Kelompok ini terbagi dalam beberapa sesi
sebagai berikut:
a. Sesi 1
Sesi 1 melakukan identifikasi halusinasi yang di masukan ke
dalam pretest berikut lembar observasi penilaian halusinasi,
Adapun penilaian selama sesi 1 sebagai berikut:

10
No Pertanyaan YA TIDAK Keterangan
1. Klien dapat menjelaskan isi
halusinasi yang dialaminya
2. Klien dapat menjelaskan
jenis halusinasi yang
dialaminya
3. Klien dapat menjelaskan
waktu halusinasinya muncul
yang dialaminya
4. Klien dapat menjelaskan
frekuensi halusinasi muncul
yang dialaminya
5. Klien dapat menjelaskan
situasi halusinasi yang
dialaminya
6. Klien dapat menjelaskan
respon yang dikeluarkan
saat halusinasi yang
dialaminya muncul
b. Sesi 2
Pada sesi 2 setelah observer melakukan penilian dan
mencatat hasil, pada tahap ini melakukan terapi aktivitas
kelompok dengan mendengarkan musik berjudul: “kemesraan ini”
fasilitator mengamati kemudian di nilai oleh observer selama
pasien mendengarkan musik. Adapun penilaian selama sesi 2
sebagai berikut:
No Pertanyaan YA TIDAK Keterangan
1. Klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
2. Klien memberi respon
(bernyanyi, menari atau
berjoget)
3. Klien memberi perndapat

11
tentang musik yang
didengarkan
4. Klien dapat menjelaskan
perasaan setelah
mendengarkan musik
c. Sesi 3
Pada sesi 3 observer melakukan penilian kembali terhadap
halusinasi dan penilaian kemampuan halusinasi dengan
mendengarkan musik melalui lembar observasi sebagai berikut:

No Pertanyaan YA TIDAK Keterangan


1. Klien dapat menjelaskan isi
halusinasi yang dialaminya
2. Klien dapat menjelaskan
jenis halusinasi yang
dialaminya
3. Klien dapat menjelaskan
waktu halusinasinya muncul
yang dialaminya
4. Klien dapat menjelaskan
frekuensi halusinasi muncul
yang dialaminya
5. Klien dapat menjelaskan
situasi halusinasi yang
dialaminya
6. Klien dapat menjelaskan
respon yang dikeluarkan
saat halusinasi yang
dialaminya muncul
7. Klien mengikuti kegiatand
ari awal sampai akhir
8. Klien memberi respon
(bernyanyi, menari atau

12
berjoget)
9. Klien memberi perndapat
tentang musik yang
didengarkan
10. Klien dapat menjelaskan
perasaan setelah
mendengarkan musik

4. Terminasi
a. Evaluasi:
Evaluasi dilakukan melalui lambar observasi
b. Tindak lanjut: terapis menganjurkan klien untuk mendengarkan musik
sebagai cara untuk mengalihkan halusinasi
c. Kontrak yang akan datang:
1) Terapis menyepakati TAK berikutnya.
2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, M. (2021). Efektifitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Terhadap


Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Ruang
Cempaka Di Rsj Prof. Dr. M. Ildrem Medan Tahun 2019. Jurkessutra:
Jurnal Kesehatan Surya Nusantara, 9(1).

Hidayat, Asep Wahyudin, Hayati Iin, Nugrahaeni Dian Kunthi, Pragholapati


Andria. (2022). Art Therapy pada Gangguan Jiwa Halusinasi: Literature
Review. JURNAL NURSING UPDATE. 13 (1), 65-68

Livana, P. H., Ruhimat, I. I. A., Sujarwoo, S., Suerni, T., Kandar, K., Maya, A., &
Nugroho, A. (2020). Peningkatan Kemampuan Pasien dalam Mengontrol
Halusinasi melalui Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi. Jurnal
Ners Widya Husada, 5(1), 35-40.

Mardiati, S., Elita, V., & Sabrian, F. (2017). PENGARUH TERAPI


PSIKORELIGIUS: MEMBACA AL FATIHAH TERHADAP SKOR
HALUSINASI PASIEN SKIZOFRENIA. Jurnal Ners Indonesia, 8(1), 79-88.

Mekeama, Lusi, Eka putri, Fadliyana Ekawaty, Oktarina Yosi. (2022).


EFEKTIFITAS TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK : MENDENGARKAN
MUSIK TERHADAP PENGALIHAN HALUSINASI. Jurnal Ners Universitas
Pahlawan, 6(2),52-57.

Sari, F. S., Hakim, R. L., Kartina, I., Saelan, S., & Kusuma, A. N. H. (2018). ART
DRAWING THERAPY EFEKTIF MENURUNKAN GEJALA NEGATIF DAN
POSITIF PASIEN SKIZOFRENIA. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada,
248-253.

Sutinah, S., Harkomah, I., & Saswati, N. (2020). TERAPI AKTIVITAS


KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) PADA
KLIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAMBI. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Dalam Kesehatan, 2(2).

14
Widyastuti, R. H., Rachma, N., Hartati, E., Nurrahima, A., Mu’in, M., & Andriany,
M. (2018). Art Therapy Sebagai Upaya Penatalaksanaan Psikogeriatri di
Panti Wreda Di Kota Semarang. JPPM (Jurnal Pengabdian dan
Pemberdayaan Masyarakat), 2(2), 335-341.

15

Anda mungkin juga menyukai