Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL TERAPI KELOMPOK STIMULUS PERESEPSI

SENSORI : HALUSINASI DI RUANG FLAMBOYAN RSJ DR.


RADJIMAN WIDIODININGRAT LAWANG MALANG

DI SUSUN OLEH :

1. Dwi Utami (0321008)


2. Inayatul karomah (0321016)
3. Maulidiya Dwi Astanti ( 0321020)
4. Murni Nur . H (0321026)
5. Ria Sova (0321030)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULUS


GANGGUAN PERESEPSI SENSORI HALUSINASI DI RUANG
FLAMBOYAN RSJ DR. RADJIMAN WIDIODININGRAT LAWANG
MALANG

Telah Disahkan
Pada tanggal :
Hari :

Lawang, 17 juni 2022

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Hartin Suidah S.Kep.,Ns.M.,Kes Vivi Soegeyanti S.Kep.,Ns


NIP. 10.02.036 NIP.198011232003122006

Mengetahui,

Kepala Ruangan

Maulidah Chasanah S.Kep.,Ns

NIP.196805301989032002

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusunan Proposal Terapi Aktivitas Kelompok ini dapat
terselesaikan. Proposal Terapi Aktivas Kelompok ini disusun untuk memenuhi salah
satu persyaratan penyelesaian pendidikan Program Studi Profesi Ners STIKES DIAN
HUSADA . Selama proses penyusunan proposal ini mahasiswa/mahasiswi dibimbing
dan dibantu oleh berbagai pihak.
Semoga amal kebaikannya diterima oleh Allah SWT.Dalam penyusunan
proposal ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Lawang, Juni 2022

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikotik merupakan gangguan mental berat yang sering ditemukan di
seluruh dunia. Prevalensi Psikotik bervariasi terentang dari 1-1,5 %, sedangkan
insiden terjadinya skizofrenia tiap tahun di seluruh dunia sebesar 0,7 kasus per
1000 penduduk. Gangguan jiwa berat Psikotik sering kali mengalami gangguan
dalam pikiran, gangguan perasaan dan tingkah laku sehingga menimbulkan
penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari baik fungsi pekerjaan dan fungsi
sosial yang menyebabkan kualitas hidupnya turun/rendah.
Gangguan jiwa Psikotik mempunyai gejala positif yaitu Perilaku
halusinasi, seringkali berdampak membahayakan diri sendiri maupun orang lain
seperti marah tanpa sebab mondar mandir,bicara sendiri bahkan mempunyai
respon yang maladaptif yang ditandai dengan kehilangan motivasi dan tanggung
jawab, Klien sering mengikuti isi dari halusinasinya (Hawari, 2010).
Berdasarkan Studi pendahuluan yang kami lakukan tentang masalah-
masalah keperawatan pada klien gangguan jiwa yang menjalani perawatan
pada ruang rawat inap FlamboyanRSJ dr.Radjiman Wediodiningrat
Lawang,selama tiga hari didapatkan data yaitu jumlah klien yang dirawat dengan
rata-rata 25 orang, masalah keperawatan klien dengan Perilaku Kekerasan
menempati urutan pertama berjumlah 2 klien,lalu masalah keperawatan dengan
Halusinasi sebanyak10klien, klien dengan Defisit Perawatan Diri 2 klien, klien
dengan Isolasi Sosial sebanyak 5 klien, klien dengan Harga Diri Rendah 1
kliendan klien dengan dengan gangguan proses pikir Waham sebanyak 5 klien,
(Dokumentasi Askep Ruang). Bentuk dari penatalaksanaan terapi Pada Psikotik
selain dengan pengobatan medis juga dengan bentuk terapi modalitas yang salah
satunya adalah Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi. Terapi tersebut
telah dilaksanakan oleh perawat di ruang rawat inap RSJ dr.Radjiman
Wediodiningrat Lawang dan mempunyai hasil yang baik.

4
Berdasarkan permasalahan dan data di atas kami mencoba ingin
mengaplikasikan pelaksaan terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi untuk
mendapatkan pengalaman praktek secara nyata di lapangan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Untuk membantu Klien dalam mengendalikan perilaku yang berkaitan
dengan halusinasinya sehingga klien bisa berhubungan secara realita
1.2.2 Khusus
a. Klien dapat mengenal halusinasinya yang melipuiti isi,frekuensi perasaan
saat halusinasi serta tindakan yang dilakukan saat terjadi halusinasi
b. Klien mampu mengekspresikan pikiran dan perasaanya
c. Klien mampu meyebutkan cara mengontrol halusinasinya
d. Klien dapat memilih cara mengontrol cara halusinasinya
e. Klien dapat melaksanakan cara baru yang dipilih untuk mengontrol
halusinasinya

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Klien
Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan konsumen jiwa
sehat dalam kelompok secara bertahap
1.3.2 Manfaat Bagi Terapis
a. Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara
holistik
b. Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan
Strategi Pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan keperawatan
klien.

5
1.3.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai bahan
kepustakaan, khususnya bagi mahasiswa keperawatan sebagai aplikasi dari
pelayanan Mental Health Nurse yang optimal pada klien dengan konsumen
jiwa sehat.
1.3.4 Manfaat Bagi Ruang Flamboyan RS Jiwa dr.Radjiman Wediodiningrat
Lawang
Sebagai masukan dalam implementasi asuhan keperawatan yang holistik pada
pasien dengan konsumen jiwa sehat, sehingga diharapkan keberhasilan terapi
lebih optimal.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

2.1 Pengertian
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu orang
dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama. Anggota
kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani
sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif,
kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini akan
mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok memberi dan
menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam
kelompok(Keliat, 2011).

2.2 Tujuan Dan Fungsi Kelompok


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan
orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan mal-adaptif. Kekuatan
kelompok ada pada kontribusi dari setiap anggota dan pemimpin dalam mencapai
tujuan.
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling
membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.
Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungan
interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku adaptif. Anggota
kelompok merasa memiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota
kelompok yang lain.

7
2.3 Jenis Terapi Kelompok
1. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit).Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi
jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan
fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya
2. Kelompok terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis,
tumbuh kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita hamil
yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal.
Banyak kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-group.
Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut:
a. Mencegah masalah kesehatan;
b. Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok;
c. Mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling
membantu dalam menyelesaikan masalah.
3. Terapi Aktivitas Kelompok
TAK adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif untik menfasilitasi
pengalaman seseorang serta meningkatkan perawatan diri dan harga
diri.Aktivitas yang digunakan sebagai terapi didalam kelompok yaitu
membaca puisi, seni, musik, menari, dan literatur.Terapi aktivitas kelompok
dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/Sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas
kelompok stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok Stimulasi Sensori.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/Sensori melatih
mensensorikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami,
diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi
adaptif.Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori digunakan sebagai
stimulus pada sensori klien.Terapi aktivitas kelompok orientasi realita melatih

8
klien mengorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien.Terapi
aktivitas kelompok Stimulasi Sensori untukmembantu klien melakukan
Stimulasi Sensori dengan individu yang ada disekitar klien.

2.4 Kualifikasi terapi aktivitas kelompok


Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jika telah
dipersiapkan secara profesional. American Nurses’ Association (ANA)
menetapkan pada praktik keperawatan psikiatri dan klinikal spesialis dapat
berfungsi sebagai terapis kelompok. Sertifikat dari ANA sebagai spesialis klinik
dalam keperawatan psikiatri kesehatan jiwa menjamin perawat mahir dan
kompeten sebagai terapis kelompok. The American Group Psychotherapy
Association (AGPA) sebagai badan akreditasi terapis kelompok menetapkan
anggotannya minimal berpendidikan master.
Perawat yang memimpin kelompok terapeutik dan kelompok tambahan
(TAK), persyaratannya harus mempunyai pengetahuan tentang masalah klien dan
mengetahui metode yang dipakai untuk kelompok khusus serta trampil berperan
sebagai pemimpin.
1 Sebagai leader dan co leader
Adapun fungsi dari leader dan co leader sebagai berikut
a. Menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi dalam kelompok.
b. Membantu anggota untuk menyadari dinamis kelompok.
c. Membantu motivator.
d. Membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan.
e. Mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
2. Sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai
anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok
lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
3. Sebagai observer
Tugas observer dalam terapi aktifitas kelompok berupa:

9
a. Mencatat serta mengamati respon klien.
b. Mengamati jalannya aktifitas terapi.
c. Mencegah peserta droup out.
a. TAK Sosialisai diindikasikan pada klien dengan masalah isolasi soial dan
gangguan interaksi sosial
b. TAK Stimulasi Sensori diindikasikan pada klien dengan gangguan stimulasi
sensori
c. TAK Orientasi Realita diindikasikan pada klien dengan halusinasi yang
terkontrol dan waham
d. TAK Stimulasi Persepsi diindikasikan pada klien dengan halusinasi
e. TAK Peningkatan Harga Diri diindikasikan pada klien dengan gangguan
konsep diri
f. TAK Penyaluran Energi diindikasikan pada klien dengan perilaku kekerasan

2.5 Indikasi
a. Klien Psikotik
b. Klien yang mengalami stress dalam kehidupannya
c. Klien dengan masa anak-anak tidak menyenangkan
d. Klien dengan ketergantungan napza

10
BAB III
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

3.1 PENGERTIAN
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist (Yosep, 2009).

3.2 KRITERIA INSKLUSI


1. Bersedia menjadi peserta
2. Klien dengan halusinasi

3.3 KRITERIA EKSLUSI


1. klien tidak kooperatif
2. klien sakit fisik

3.4 TUGAS DAN WEWENANG


1. Leader
Tugas:
a. Memimpin jalannya TAK
b. Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya TAK
c. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK
d. Memimpin diskusi kelompok

11
2. CO leader
Tugas:
a. Membuka acara
b. Mendampingi leader
c. Mengambil alih posisi leader jika leader bloking
d. Menyerahkan kembali posisi kepada leader
e. Menutup acara diskusi
3. Fasilitator
Tugas:
a. memberikan stimulus dan memotifator pada anggota kelompok untuk
aktif mengikuti jalan terapi.
4. Observer
Tugas:
b. Mengobservasi jalannya kegiatan
c. Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien selama
kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
5. Tugas Klien
a. Mengikuti seluruh kegiatan;
b. Berperan aktif dalam kegiatan;
c. Mengikuti proses evaluasi.

3.5 PERATURAN KEGIATAN


1. Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir;
2. Klien tidak boleh berbicara bila belum diberi kesempatan; perserta tidak
boleh memotong pembicaraan orang lain;
3. Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan;
4. Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi :
a. Peringatan lisan

12
Nama Peserta / klien
No Nama Peserta Masalah Keperawatan
1 Ny. S Gangguan Persepsi Sensori
2 Ny. W Gangguan Persepsi Sensori
3 Ny. N Gangguan Persepsi Sensori
4 Ny. E Gangguan Persepsi Sensori
5 Ny. N Gangguan Persepsi Sensori

Nama Terapis
Sesi Leader Co. Leader Fasilitator Fasilitator
Observer
1 2
SESI 1 Murni Maulidiya Inayatul Dwi .U Ria Sova

SESI II Murni Maulidiya Inayatul Dwi.U Ria Sova

13
3.6 TEKNIK PELAKSANAAN
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI
SESI I: MENGENAL HALUSINASI

Tema : Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Perawatan Diri


Sasaran : Pasien Halusinasi ()
Hari/ tanggal : Sabtu 18-06-2022
Waktu : 30 menit
Tempat : Di Taman Flamboyan

B. Tujuan
1. Klien mengenal isi halusinasi
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal frekuensi halusinasi
4. Klien mengenal perasaan bila mengalami halusinasi
C. Sasaran
1. Kooperatif
2. Tidak terpasang restrain.

D. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang

14
E. MAP

F K L
Keterangan :
L : Leader K K
Co: Co Leader
F : Fasilitator O
F
O : Observer
K : Klien
K C K
o
F. Alat
1. Sound system
2. Spidol
3. Papan tulis (white board)
4. Papan nama
G. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab

H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan
sensori persepsi: Halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam
b. Evaluasi validasi: terapis menanyakan perasaan peserta hari ini.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan

15
2) Terapis menjelaskan aturan main
a) Masing-masing klien memperkenalkan diri: nama, nama panggilan
b) Jika ada klien yang mau meninggalkan kelompok harus meminta
izin pada terapis
c) Lama kegiatan 30 menit
d) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Kerja
a. Terapi memperkenalkan diri (nama, dan nama paggilan) teraah jarum jam
b. Terapis menjelaskan yang akan dilaksanakan, yaitu masing-masing klien
membagi pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan
menceritakan:
1) Isi halusinasi
2) Waktu terjadinya
3) Frekuensi halusinasi
4) Perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi.
c. Meminta klien menceritakan halusinasi yang dialami secara berurutan
dimulai dari klien yang ada disebelah kiri terapis, seterusnya bergiliran
searah jarum jam.
d. Saat seorang klien menceritakan halusinasi, setelah cerita selesai terapis
mempersilahkan klien lain untuk bertanya sebanyak-banyaknya 3
pertanyaan.
e. Lakukan kegiatan (b) sampai semua klien selesai mendapat giliran.
f. Setiap kali klien bias menceritakan halusinasinya, terapis memberikan
pujian.

4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompok.

16
b. Rencana tindakan lanjut
1) Terapi menganjurkan kepada peserta jika mengalami halusinasi segera
menghubungi perawat atau teman lain .
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapi membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK berikutnya
yaitu belajar mengontrol halusinasi.
2) Terapis membuat kesepakatan dengan klien dan tempat TAK
berikutnya.

I. Evaluasi dan dokumentasi


No. Aspek yang dinilai Nama Peserta TAK

1. Menyebutkan isi
halusinasi
2. Menyebutkan waktu
halusinasi
3. Menyebutkan frekuensi
halusinasi
4. Menyebutkan perasaan
bila halusinasi timbul
Jumlah

Petunjuk:
1. Di bawah judul nama peserta TAK, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK,
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi nilai sebagai berikut:
dilakukan = 1, tidak dilakukan = 0,
3. Apabila peserta TAK yang bisa menjawab ada 5 orang dengan nilai ≥ 3 bisa
lanjut ke TAK sesi selanjutnya,
4. Apabila peserta TAK yang bisa menjawab kurang dari 5 orang maka harus
mengulang TAK lagi.

17
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI
SESI II: MENGONTROL HALUSINASI: MENGHARDIK

Tema : Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Perawatan Diri


Sasaran : Pasien Halusinasi ()
Hari/ tanggal : Sabtu 18-06-2022
Waktu : 30 menit
Tempat : Di Taman Flamboyan

A. Tujuan
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusnasi.
2. Klien dapat memahami dinamika halusinasi
3. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
4. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

B. Setting
1. Klien duduk melingkar
2. Kelompok ditempat yang tenang

C. Alat
1. Sound system

D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Simulasi

18
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mempersiapkan alat
b. Mempersiapkan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik: terapi mengucapkan salam
b. Evaluasi/validasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang telah terjadi.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main
a) Lama kegiatan 45 meint
b) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal dan akhir
c) Jika akan meninggalkan kelompok, klien harus meminta izin.
3. Kerja
a. Terapi meminta masing-masing klien secar berurutan searah jarum jam
menceritakan apa yang dilakukan jika mengalami halusinasi dan apakah itu
bias mengatasi halusinasinya.
b. Setiap selesai klien menceritakan pengalamannya, terapis memberikan
pujian dan mengajak peserta lain memberikan tepuk tangan.
c. Terapi menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul.
d. Terapi memperagakan cara menghardik halusinasi
e. Terapi meminta masing-masing klien memperagakan menghardik
halusinasi dimulai dari peserta disebelah kiri terapi berurutan searah jarum
jam sampai semua peserta mendapat giliran.
f. Terapi memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan saat
setiap klien bertepuk tangan saat setiap klien selesai memperagakan
menghardik halusinasi.

19
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapi menyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapi memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Terapi menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang sudah
dipelajari jika halusinasi muncul

c. Kontrak yang akan datang


1) Terapi membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya yaitu
belajar mengontrol halusinasi dengan cara lain
2) Terapi membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK

F. Evaluasi dan dokumentasi


No. Aspek yang dinilai Nama Peserta TAK

1. Menyebutkan cara yang


selama ini digunakan
mengatasi halusinasi
2. Menyebutkan
efektifitas cara
3. Menyebutkan cara
mengatasi halusinasi
dengan menghardik
4. Memperagakan
menghardik halusinasi
Jumlah

Petunjuk:
1. Di bawah judul nama peserta TAK, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK,
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi nilai sebagai berikut:

20
dilakukan = 1, tidak dilakukan = 0,
3. Apabila peserta TAK yang bisa menjawab ada 5 orang dengan nilai ≥ 3 bisa
lanjut ke TAK sesi selanjutnya,
4. Apabila peserta TAK yang bisa menjawab kurang dari 5 orang maka harus
mengulang TAK lagi.

21
BAB IV
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN

4.1 SESI 1
Sesi I : Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Hari : Sabtu 18-06-2022
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Di Taman Flamboyan

Mengenal Halusinasi
No Peran Nama Mahasiswa
1 Leader Murni Nur H
2 Co Leader Maulidiya Dwi Astanti
3 Observer Ria Sova
4 Fasilitator 1 Inayatul Karomah
5 Fasilitator 2 Dwi Utami

Nama Klien
No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5
Menyebut Isi 1 1 1 1 1
1
Halusinasi
Menyebutkan Waktu 1 1 1 1 1
2
terjadi Halusinasi
Menyebut Situasi 1 1 1 1 1
3
Halusinasi Muncul
Menyebut Perasaan 1 1 1 1 1
4
saat berhalusinasi

Jumlah 4 4 4 4 4

22
Penjelasan :
1) Ny. S setelah di lakukan TAK sesi 1 mampu mengenal isi halusinasi, mampu
menyebutkan waktu terjadi halusinasi, mampu menyebut situasi halusinasi
muncul, mampu menyebut perasaan saat berhalusinasi.
2) Ny. W setelah di lakukan TAK sesi 1 mampu mengenal isi halusinasi, mampu
menyebutkan waktu terjadi halusinasi, mampu menyebut situasi halusinasi
muncul, mampu menyebut perasaan saat berhalusinasi.
3) Ny. N setelah di lakukan TAK sesi 1 mampu mengenal isi halusinasi, tidak
mampu menyebutkan waktu terjadi halusinasi, mampu menyebut situasi
halusinasi muncul, mampu menyebut perasaan saat berhalusinasi.
4) Ny. E setelah di lakukan TAK sesi 1 mampu mengenal isi halusinasi, mampu
menyebutkan waktu terjadi halusinasi, mampu menyebut situasi halusinasi
muncul, mampu menyebut perasaan saat berhalusinasi.
5) Ny. N setelah di lakukan TAK sesi 1 mampu mengenal isi halusinasi, tidak
mampu menyebutkan waktu terjadi halusinasi, mampu menyebut situasi
halusinasi muncul, mampu menyebut perasaan saat berhalusinasi.
Dokumentasi dari hasil observer pelaksanaan TAK:
a) Leader mampu memimpin jalannya TAK.
b) Perlengkapan TAK lengkap.

4.2 SESI II
Sesi II: Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Hari : Sabtu 18- 06 - 2022
Waktu : 09. 00 WIB
Tempat : Di Taman Flamboyan

23
Kemampuan Menghardik Halusinasi
No Peran Nama Mahasiswa
1 Leader Murni Nur H
2 Co Leader Maulidiya Dwi Astanti
3 Observer Ria Sova
4 Fasilitator 1 Inayatul Karomah
5 Fasilitator 2 Dwi Utami

Nama Klien
No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5
1. Menyebutkan cara
yang selama ini 1 1 1 1 1
digunakan mengatasi
halusinasi
2. Menyebutkan 1 1 1 1 1
efektivitas cara
3. Menyebutkan cara
mengatasi halusinasi 1 1 1 1 1
dengan menghardik
4. Memperagakan
menghardik 1 1 1 1 1
halusinasi
4 4 4 4 4
Jumlah

Penjelasan :
1) Ny. S setelah di lakukan TAK sesi 2 mampu menyebutkan cara yang selama ini
digunakan mengatasi halusinasi, mampu menyebutkan efektivitas cara, mampu
menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik, mampu
memperagakan menghardik halusinasi.
2) Ny. W setelah dilakukan TAK sesi ke 2 tidak mampu menyebutkan cara yang
selama ini digunakan mengatasi halusinasi, mampu menyebutkan efektivitas
cara, tidak mampu menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik,
mampu memperagakan menghardik halusinasi.
3) Ny. E setelah di lakukan TAK sesi 2 mampu menyebutkan cara yang selama ini
digunakan mengatasi halusinasi, mampu menyebutkan efektivitas cara, mampu

24
menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik, mampu
memperagakan menghardik halusinasi.
4) Ny.N setelah di lakukan TAK sesi 2 mampu menyebutkan cara yang selama ini
digunakan mengatasi halusinasi, mampu menyebutkan efektivitas cara, mampu
menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik, mampu
memperagakan menghardik halusinasi.
5) Ny. N setelah di lakukan TAK sesi 2 mampu menyebutkan cara yang selama ini
digunakan mengatasi halusinasi, mampu menyebutkan efektivitas cara, mampu
menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik, mampu
memperagakan menghardik halusinasi.

Dokumentasi dari hasil observer pelaksanaan TAK:


a) Leader mampu memimpin jalannya TAK.
b) Perlengkapan TAK lengkap.

25
BAB V
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Setelah melakukan TAK pada klien dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi. Dapat diambil kesimpulan TAK yang dilakukan berjalan dengan
lancar karena adanya faktor intrinsik dan TAK memiliki dampak positif. Berikut
ini adalah hasil dari pelaksaan TAK :
1. Sesi I dari 1 peserta TAK, 5 peserta (100%) mampu mengenal halusinasinya
2. Sesi II dari 5 peserta TAK, 5 peserta (100%) yang mampu mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik.

3.2. Saran
Dari kesimpulan diatas kami menyarankan sebagai berikut:

1. Dalam memberikan TAK gangguan sensori persepsi halusinasi hendaknya


hubungan saling percaya dilakukan secara bertahap, mulai dari perawat
kemudian perawat lain serta pada klien lainnya
2. Terapi aktivitas kelompok stimulus hendaknya dilakukan secara teratur
3. Memberikan reinforcement positif setiap melakukan kegiatan maupun terapi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Akemat (2009), Pedoman Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi. Tidak


dipublikasikan Malang: Panitia Pelatihan Nasional Terapi Modalitas
Keperawatan Profesional Jiwa RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang.

Hawari,D.2010.Pendekatan Hoistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.Jakarta:


FKUI.

Keliat B. A (2010). Terapi Aktifitas Kelompok. Tidak dipublikasikan Malang: Panitia


Pelatihan Nasional Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang.

Keliat B. A dan Akemat (2011). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.


Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika

27

Anda mungkin juga menyukai