OLEH :
SEPTIANIS HERLINA NAINI
OLEH :
NIM.03.21.034
i
LEMBAR PERSETUJUAN
STUDI KASUS
Dengan Judul
Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Post Op Orif Fraktur Femur Di
Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo
Oleh :
Septianis Herlina Naini
NIM : 03.21.034
Telah disetujui untuk diajukan dihadapan penguji pada tanggal 28 April 2022
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
ii
LEMBAR PENGESAHAN
STUDI KASUS
Dengan Judul:
Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Post Op Orif Fraktur Femur Di
Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo
Oleh:
Septianis Herlina Naini
NIM : 03.21.034
Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto
Tim Penguji
Mengesahkan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada
Ketua
NPP : 10.02.044
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya
yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
kasus ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Post Op
Orif Fraktur Femur Di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo” tepat pada waktunya.
Program Studi Profesi Ners STIKES Dian Husada Mojokerto. Penyusunan studi
kasus ini tidak lepas dari masukan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
3. Hj. Iis Suwanti, SST., M.Kes selaku pembimbing utama yang bersedia
Stikes Dian Husada Mojokerto angkatan tahun 2022 yang telah memberi
v
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moral maupun material yang
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan studi kasus ini dengan sebaik-
Oleh karena itu, demi kesempurnaan penulis mengharapkan adanya kritik dan
Penulis
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak.....................................................................................................................vii
BAB 1. PENDAHULUAN
ix
2.1.2 Penyebab......................................................................................................... 6
2.3.10 Penatalaksanaan............................................................................................38
2.4.1 Pengkajian...................................................................................................... 41
x
2.3.4 Implementasi Keperawatan..........................................................................52
xi
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN
Lampiran .................................................................................................................88
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Konsep Diagnostik Keperawatan Fraktur Femur ................................... 50
Tabel 2.2 Konsep Intervensi Keperawatan.............................................................51
Tabel 4.1 Pengkajian Identitas Pada Partisipan 1 & 2 di Ruang Tulip 3 RSUD
Sidoarjo Tahun 2021...............................................................................58
Tabel 4.2 Pengkajian Riwayat Penyakit Pada Partisipan 1 & 2 di Ruang Tulip 3
RSUD Sidoarjo Tahun 2021....................................................................59
Tabel 4.3 Hasil Observasi Pemeriksaan Fisik dan Data Psikososial-Spritual Pada
Partisipan 1 & 2 di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo Tahun 2021............60
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium Pada Partisipan 1 & 2 di
Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo Tahun 2021............................................63
Tabel 4.5 Terapi Pada Partisipan 1 & 2 di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo Tahun
2021.........................................................................................................65
Tabel 4.6 Analisa Data Pengkajian Pada Partisipan 1 & 2 di Ruang Tulip 3 RSUD
Sidoarjo Tahun 2021...............................................................................65
Tabel 4.7 Diagnosa Keperawatan Pada Partisipan 1 & 2 di Ruang Tulip 3 RSUD
Sidoarjo Tahun 2021...............................................................................67
Tabel 4.8 Intervensi Keperawatan Pada Partisipan 1 & 2 di Ruang Tulip 3 RSUD
Sidoarjo Tahun 2021...............................................................................68
Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan Pada Partisipan 1 & 2 di Ruang Tulip 3
RSUD Sidoarjo Tahun 2021....................................................................69
Tabel 4.10 Evaluasi Keperawatan Pada Partisipan 1 & 2 di Ruang Tulip 3 RSUD
Sidoarjo Tahun 2021...............................................................................72
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skala Nyeri Deskriptif..........................................................................10
Gambar 2.2 Skala Nyeri Numerik............................................................................11
Gambar 2.3 Skala Nyeri Analog..............................................................................12
Gambar 2.4 Anatomi Tulang Femur........................................................................23
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Lembar SOP Tarik Nafas Dalam .........................................................88
Lampiran 2 Format Asuhan Keperawatan Medical Bedah...................................... 90
Lampiran 4 Lembar Konsultasi................................................................................98
xvi
DAFTAR SIMBOL
. : Titik
, : Koma
“ : Petik
( : Buka Kurung
) : Tutup Kurung
< : Kurang Dari
≥ : Lebih Dari Sama Dengan
: : Titik dua
; : Titik Koma
/ : Per, Atau
+ : Tambah
- : Sampai
˚ :Derajat
ᵅ :Alfa
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
kecelakaan lalu lintas di jalan raya, yang dapat menyebabkan cedera pada anggota
gerak atau yang disebut fraktur. Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang
rawan baik yang bersifat total maupun sebagian yang disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik (Helmi, 2015). Salah satu tindakan penanganan kasus Fraktur adalah
yang menggunakan cara invasif dengan membuat sayatan dan diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan. Jadi, Tindakan dari prosedur pembedahan, pasien akan
kurang lebih 15 juta orang dengan angka prevalensi 3,2%. Fraktur pada tahun
(2018) meningkat menjadi 21 juta orang dengan angka prevalensi 3,8% akibat
kecelakaan lalu lintas (Mardiono dkk,2018). Data yang ada diindonesia kasus
fraktur paling sering yaitu fraktur femur sebesar 42% diikuti fraktur humerus
sebanyak 17% fraktur tibia dan fibula sebanyak 14% dimana penyebab terbesar
adalah kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil,
motor atau kendaraan rekreasi 65,6% dan jatuh 37,3% mayoritas adalah pria
73,8% (Desiarama & Aryana, 2018). Fraktur yang terjadi di Jawa timur,
Kabupaten Sidoarjo pada tahun (2019) sebanyak sebanyak 2.065 jiwa, pada tahun
(2018) sebanyak 3.39 jiwa yang mengalami kejadian fraktur (Riskesdas, 2018).
1
2
Fraktur yang terjadi di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo pada tahun (2021) mencatat
pasien yang mengalami fraktur femur pada bulan September 2021 terdapat 11
kasus, Oktober 2021 terdapat 13 kasus, November 2021 terdapat 10 kasus , dan
karena jatuh dan kecelakaan lalu lintas dan hampir seluruhnya mengalami Nyeri.
abnormal pada tulang (fraktur patologik ) (Noorisa, 2016). Dampak lain yang
timbul pada fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada bagian tubuh yang
terkena cidera, merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa nyeri. Nyeri terjadi
yang harus diatasi apabila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang
Masalah Keperawatan yang muncul pada pasien fraktur adalah nyeri akut,
dan perawat, yang menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan
rasa nyeri, manajemen non farmakologi tekhnik yang dilakukan dengan cara
3
relaksasi tarik nafas dalam dan distraksi pemberian kompres hangat yang dapat
untuk meredakan nyeri (Medarti, 2015). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
membuat Karya tulis Ilmiah dengan kasus “ Asuhan Keperawatan Nyeri Akut
Pada Pasien Post Op ORIF Fraktur Femur di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo”.
Batasan masalah pada studi kasus ini adalah “Asuhan Keperawatan Nyeri
Akut Pada Pasien Post Op ORIF Fraktur Femur di Ruang Tulip 3 RSUD
Sidoarjo”.
Bagaimana Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Post Op ORIF Fraktur
Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Post Op ORIF Fraktur Femur di Ruang
1. Melakukan pengkajian pada nyeri akut pada pasien post op ORIF fraktur
Keperawatan nyeri akut pada pasien post op ORIF fraktur femur di Ruang Tulip 3
RSUD Sidoarjo.
5
Pada studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai refrensi serta
bagi perawat khususnya dalam penanganan pasien post op ORIF Fraktur Femur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definsi
2.1.2 Penyebab
a. Subyektif
Mengeluh nyeri
b. Obyektif
1) Tampak meringis
6
7
3) Gelisah
5) Sulit tidur
a. Subyektif
(tidak tersedia)
b. Obyektif
5) Menarik diri
7) Diaforesisi
(PPNI SDKI,2018)
hubungan antara stimulus dan respon nyeri yang bersifat langsung dan
8
atau lebih tipe stimulus tertentu, dan tujuan perjalanan neuron aferen primer
stimulus di perifer (Price & Wilson, 2002 dalam Andarmoyo, S., 2013)
reseptor sensori yang dirangsang oleh pola tertentu. Nyeri merupakan akibat
stimulasi reseptor yang menghasilkan pola tertentu dari impuls saraf. Pada
sejumlah causalgia, nyeri pantom, dan neuralgia teori pola ini bertujuan
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa
sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri
dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah
tubuh. Substansi ini disebut endorphine, yang berasal dari kata endogenous
9
ditemukan secara alami di area ini. Setelah melalui penelitian yang seksama,
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu
berikut:
1. Skala Deskritif
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi
10
yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskrpsi ini
diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”.
seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa
2. Nyeri Numerik
Dalam hal ini, partisipan menilai nyeri dengan menggunakan skala 1-10.
Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
0 = tidak ada rasa sakit, merasa normal , 1= nyeri hampir tak terasa (sangat
ringan) = Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk. Sebagian besar waktu Anda
ringan, seperti cubitan ringan pada kulit, 3 (bisa ditoleransi) = nyeri sangat
oleh dokter, 4 (menyedihkan) = Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau
rasa sakit dari sengatan lebah, 5 (sangat menyedihkan) = Kuat, dalam, nyeri
= Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering
menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek samping atau
kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak pernah mengalami sakala
rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan seperti mengalami kecelakaan
parah, tangan hancur, dan kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit
3. Skala analog
menunjukkan letak nyeri terjadi sepanjang garis tersebut. Skala analog seperti
12
- Provocate / Paliatif (P), penyebab terjadinya nyeri dari partisipan, hal yang
membuat nyerinya lebih baik, dalam hal ini perlu dipertimbangkan bagian-
terjadinya nyeri hebat karena dari factor psikologis bukan dari lukanya.
dengan kalimat nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau
sampai kearah nyeri yang sangat. Namun hal ini akan sulit dilakukan
kuantitas.
nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa lama
1. Usia
lebih rinci ketika seorang lansia melaporkan adanya nyeri. Sebagian lansia
terkadang pasrah terhadap apa yang mereka rasakan. Mereka menganggap hal
banyak lansia mencari perawatan kesehatan karena nyeri, yang lainnya enggan
untuk mencari bantuan bahkan ketika mengalami nyeri hebat, karena mereka
menganggap bahwa nyeri yang dirasakan adalah bagian dari proses penuaan
2. Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
berespons terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang
anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak
perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama (Potter & Perry, 2006
3. Kebudayaan
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
(Calvillo dan Flaskerud, 1991; Potter dan Perry, 2006 dalam Andarmoyo, S.,
2013).
4. Ansietas
menghilangkan nyeri (Paice, 1991 ; Potter & Perry, 2006 dalam Andarmoyo, S.,
2013)
5. Keletihan
persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebih berat lagi (Potter & Perry, 2006 dalam
6. Pengalaman sebelumnya
tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang beratmaka ansietas atau
bahkan rasa takut dapat muncul. Sebaliknya, apabila individu mengalami nyeri
15
dengan jenis yang sama berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebt dengan
nyeri dapat menganggu koping terhadap nyeri (Potter & Perry, 2006 dalam
7. Gaya Koping
melakukan latihan, atau menyanyi dapat digunakan dalam askep untuk upaya
mendukung partisipan mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu (Potter & Perry,
partisipan kan meminimalkan kesepian dan ketakutan partisipan (Potter & Perry,
1. Farmakologis
a. Analgesik: yang diberikan pada pasien pasca bedah Fraktur pada umumnya
digunakan untuk nyeri sedang sampai berat, seperti pascaoperasi dan nyeri
maligna. Analgesik ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk menghasilkan
kontrol nyeri atau menghilangkan gejala lain yang terkait dengan nyeri
seperti mual muntah. Agens tersebut diberikan dalam bentuk tunggal atau
nyeri kronik. Obat- obatan ini dapat menimbulkan rasa kantuk dan
inhibitor mampu merelaksasikan otot polos prostat dan saluran kemih akan
(Prabowo, 2014).
17
2. Non farmakologis :
otot. Selain itu, relaksasi akan berdampak terhadap respon psikologis yaitu
yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik dan minta untuk
2.1.8 Proses terjadinya Nyeri Akut pada pasien post op ORIF Fraktur
dengan intensitas tinggi dan rendah. Apabila sel mengalami nekrotik akan
tidak dapat direduksi secara baik dengan reduksi tertutup, untuk mempertahankan
posisi tulang yang tepat pada fragmen tulang (Potter & Perry, 2010). Fungsi ORIF
untuk mempertahankan fungsi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak
mengalami pergerakan. Internal fiksasi ini berupa intra medullary nail, biasanya
pada Fraktur yang mengalami kerusakan pada kontinuitas tulang. Kondisi pos
operasi dimulai saat pasien dipindahkan keruang pemulihan dan berakhir sampai
2. mengurangi nyeri
3. klien dalam melakukan ADL dengan bantuan yang minimal dan dalam
a. fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani dengan
disertai pergeseran
c. Terdapat infeksi
f. Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang
sendiri (Malunion).
4. Latihan otot
agar otot tidak kaku dan terhindar dari pengecilan masa otot akibat latihan
yang kurang.
2.3.1 Definisi
dan Kamitsuru (2015) fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik. Fraktur dapat terjadi di bagian ekstremitas atau anggota
gerak tubuh yang disebut dengan fraktur ekstremitas. Fraktur ekstremitas adalah
fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk lokasi ekstremitas atas (tangan,
pergelangan tangan, lengan, siku, lengan atas, dan bahu) dan ekstremitas bawah
(pinggul, paha, lutut, kaki bagian bawah, pergelangan kaki, dan kaki) (UT
kondisi fraktur ini secara klinis dapat berupa fraktur femur terbuka yang disertai
fraktur femur tertutup yang disebabkan oleh trauma pada paha secara langsung
(Helmi, 2016).
23
lama dan juga kecacatan apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik.
Kompilkasi yang timbul akibat fraktur femur antara lain perdarahan,cedera organ
tersebut terdapat pembuluh darah besar sehingga apabila terjadi cedera fraktur
femur akan berakibat fatal,oleh karena itu diperlukan tindakan segera (Suriya &
Zurianti, 2019).
1. Anatomi
Bagian-bagian Femur :
minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan
Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu
tempat perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput
fovea.
bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat
(pada wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur.
Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit.
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan
epicondylus medialis.
artery, dan femoral vein. Vena yang terdapat pada sekitar tulang femur
atau yang disebut common femoral vein memiliki diameter rata-rata 11,84
Diameter arteri femoralis adalah sekitar 3,9 hingga 8,9 mm. Terdapat
supervisial. Vena ini merupakan vena terpanjang pada tubuh manusia yang
2. Fisiologi Tulang
Kaufman dkk (2018) menjelaskan bahwa fungsi utama sistem skeletal pada
manusia terdiri dari tulang rawan, ligamen da jaringan lain yang melakukan fungsi
sebagai berikut ;
2.3.3 Klasifikasi
1) Fraktur Terbuka
a. Derajat I
Kulit terbuka <1cm, biasanya dari dalam ke luar, memar otot yang ringan
menyerong pendek.
b. Derajat II
c. Derajat III
2) Fraktur Tertutup
a. Derajat 0
b. Derajat 1
c. Derajat 2
Fraktur tertutup dengan memar yang signifikan pada otot, yang mungkin
energi sedang hingga berat dan cidera tulang, sangat beresiko terkena
sindrom kompartemen.
d. Derajat 3
Kerusakan jaringan lunak yang luas atau avulsi subkutan dan gangguan
distal dari trochanter minor. Fraktur jenis ini dibagi dalam beberapa
b. Tipe 2 : garis patah berada 1-2 inci dibawah dari batas trochanter minor
c. Tipe 3 : garis patah berada 2-3 inchi di distal dari batas trochanter minor
kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya aksial dan stres valgus atau varus,
lutut, deformitas yang jelas dengan pemendekan pada tungkai, nyeri bila
bagian distal.
lokal, dan kondisi neurologi vaskuler harus selalu diperiksa adanya tanda
kecelakaan lalu lintas dikota besar atau dari ketinggian, patah pada daerah
penderita jatuh dan syok, salah satu klasifikasi batang femur dibagi
Secara klinik fraktur batang femur dibagi dalam fraktur femur terbuka dan
tertutup.
2.3.4 Etiologi
fraktur kominutif atau memecah, misalnya pada badan vertebra, talus, atau
1. Kekerasan langsung
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
berlebihan pada tulang. Fraktur pada anak-anak biasanya sebagai akibat trauma
jaringan lunak pada anak-anak fleksibel, fraktur terjadi lebih sering daripada
a) Nyeri yang dirasakan terus menerus dan akan bertambah beratnya selama
tajam dan menusuk yang timbul karena adanya infeksi tulang akibat spasme
digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah dari tulang yang
yang normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
melekatnya otot.
tulang sekitar 2,5 sampai 5 cm yang diakibatkan adanya kontraksi otot yang
adanya derik tulang yang disebut sebagai krepitus. Derik tulang tersebut
e) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi karena trauma
dan perdarahan saat terjadinya fraktur. Tanda ini biasanya terjadi setelah
Tidak semua manifestasi klinis diatas dialami pada setiap kasus fraktur
seperti fraktur linear, fisur, dan impaksi. Diagnosis tergantung pada gejala, tanda
fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien akan mengeluh adanya
2.3.6 Patofisiologi
Pada kondisi trauma, diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan tulang
femur individu dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi karena trauma langsung
tulang paha yang menyebabkan faktor patologis tanpa riwayat trauma, memadai
syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak keadaan jaringan
maupun syok neurogenik karena nyeri yang sangat hebat yang dialami klien.
kompartement atau ruang loka dengan manifestasi gejala yang khas, meliputi
keluhan nyeri hebat pada area pembengkakan, penurunan perfusi perifer secara
unilateral pada sisi distal pembengkakan, CRT (Capillary Reffil Time) lebih dari 3
33
detik pada sisi distal pembengkakan, penurunan denyut nadi pada sisi distal
dan diikuti dengan spasme otot paha yang menimbulkan deformitas khas pada
Pathway
Trauma Trauma tidak Kondisi patologis
langsung langsung
Fraktur
Post Op ORIF
Medulla spinali
Kortek cerebri
(Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015)
Dx : Nyeri
Akut
2.3.7 Komplikasi Fraktur Femur
1. Komplikasi Awal
a) Syok
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darah
karena tekanan sumsum lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena
otak, paru, ginjal, dan organ lain. Awitan gejalanya yang sangat cepat
terjadi dari beberapa jam sampai 1 minggu setelah cidera, namun paling
c) Sindrom Kompartement
Merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang
atau gips atau balutan yang menjerat) atau peningkatan isi kompartement
35
36
2. Komplikasi Lambat
tulang menurun. Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah
selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan untuk anggota gerak atas dan lima
b) Non Union
sambungan yang lengkap, kuat dan stabil setelah 6-9 bulan. Non unioin
ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang
c) Mal Union
Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan
37
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro
terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast
yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai
osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur
tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang
lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh
yang lebih tebal diletakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi,
1. X-ray :
Untuk menentukan lokasi atau luasnya fraktur, mengetahui tempat dan tipe
selama proses penyembuhan secara periodik. Hal yang harus dibaca pada x-
ray :
biomekanik/ rotasi
2.3.10 Penatalaksanaan
1) Pada fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermat untuk mencari ada
tidaknya :
1. Kehilangan kulit
2. Kontaminasi luka
3. Iskemia otot cedera pada pembuluh darah dan saraf Intervensi yang dapat
a. Profilaksis antibiotic
kontaminasi yang jelas, luka harus diperluas dan jaringan yang mati
d. Penundaan penutupan
40
e. Penundaan rehabilitasi
f. Fiksasieksterna
1. Terapi konservatif
secara klinis
2. Terapi operatif
Screw.
41
2.4.1 Pengkajian
proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin (Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-
umur (fraktur ekstremitas bawah dapat terjadi pada usia berapapun namun
paling banyak terjadi pada usia produktif), alamat, agama, bahasa yang
banyak terjadi pada kejadian kecelakaan lalu lintas, atlit dan kuli
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah
(3) Region.
Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau
Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala
kemampuan fungsinya.
(5) Time.
bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang
osteoporosis yang sering tejadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang
f. Riwayat Psikososial.
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
masyarakat.
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada
harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk
kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan
3) Pola Eliminasi.
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau
feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
5) Pola Aktivitas.
klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh
orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga
pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan
seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta
rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena
3. Pemeriksaan Fisik
umum dan pemeriksaan setempat (local). Hal ini diperlukan untuk dapat
a. Kesadaran penderita.
keadaan klien.
Kaji apakah Akut, kronik, ringan, sedang, berat, dan pada kasus fraktur
biasanya akut.
c. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun
bentuk.
47
tidak.
Palpasi : kaji adanya nyeri tekan atau tidak dan apakah terdapat
benjolan
b. Mata
tidak
c. Hidung
d. Telinga
Inspeksi : Kaji apakah kedua daun telinga terlihat simetris atau tidak,
f. Leher
g. Dada
(Paru-paru)
Inpeksi :Kaji bentuk dada kanan dan kiri simetris atau tidak, kaji
Ronchi.
(Jantung)
atau irreguler.
49
h. Abdomen
i. Integumen
Palpasi : Kaji CRT (Capillary Refill Time) kurang atau lebih dari 3
1) Atas
otot.
2) Bawah
k. Genetalia
Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, (2018).
2.4.4 Implementasi
keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan. Fokus pada intervensi
2016).
2.4.5 Evaluasi
Teknik penulisan SOAP menurut (Zaidin Ali, 2010) adalah sebagai berikut :
dengan tujuan & kriteria hasil yang kemudian dapat ditarik kesimpulan
teratasi
yang lalu.
Rencana tindak lanjut dapat berupa : rencana diteruskan jika masalah tidak
berubah, rencana dimodifikasi jika masalah tetap dan semua tindakan sudah
masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa
lama dibatalkan, rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan
(Hemanus, 2015).
3. Partisipan tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan sehingga perlu :
oleh perawat.
2. Fokus membaik
3. Meringis menurun
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus.
mendalam dan menyertakan berbagi informasi. Penelitian studi kasus ini adalah
Femur sebagai partisipan dengan masalah nyeri akut di Ruang Tulip 3 RSUD
Sidoarjo.
Pada studi kasus ini pengumpulan data yang diambil oleh penulis adalah
56
57
keluarga partisipan.
1. Pengumpulan data
ditulis dalam bentuk catatan lapangan kemudian disalin dalam bentuk transkrip.
dijadikan satu dalam bentuk transkrip. Data yang terkumpul kemudian dibuat
koding yang dibuat oleh peneliti dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topic
penelitian yang diterapkan. Data obyektif dari laporan dianalisis berdasarkan hasil
3. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
dari pasrtisipan.
4. Kesimpulan
58
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
Penulis memohon ijin kepada pihak terkait sebelum penulisan studi kasus
yang dilakukan agar mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka subyek
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
tidur , Untuk Partisipan 1 berada di Kamar (P) bed 2 yang dilakukan pengkajian
pada tanggal 12 Desember 2021 (17.30). dan Partisipan 2 berada di Kamar (Q)
4.1.2 Pengkajian
Tabel 4.1 Pengkajian Identitas pada partisipan 1 dan 2 di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo tahun
2021
59
60
Tabel 4.2 Pengkajian Riwayat Penyakit pada partisipan 1 dan 2 di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo
tahun 2021
Riwayat
Partisipan 1 Partisipan 2
Penyakit
Keluhan utama Px mengatakan nyeri pada paha kiri Px mengatakan nyeri pada paha
kanan
Tabel 4.3 Hasil observasi,pemeriksaan fisik dan data psiko-sosial-spritual pada partisipan 1 dan 2
di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo tahun 2021
S 36,3˚C 36,5˚C
N 84x/mnt 90x/mnt
TD 96/62 mmHg 163/103mmHg
RR 18x/mnt 20x/mnt
SPo² 100% 98%
GCS 4-5-6 4-5-6
Keadaan Umum Pasien gelisah, pasien tirah baring, pasien tirah baring, pasien tidak bisa
pasien, tidak bisa tidur tidur
Data Psiko-Sosial-Spritual
Pola Persepsi Pasien mengatakan semoga pasien pasien mengatakan, pasien baru
terhadap cepat sembuh agar bisa melakukan pertama kali mrs dan yakin bahwa
kesehatan dan aktivitas dan bisa mengikuti Praktik ini sudah takdir dari allah yang maha
penyakit esa atas peyakitnya dan berharap
klinik seperti biasanya.
pasien bias tertolong.
Pola Nutrisi - Sebelum MRS : 3x sehari, 1 porsi, - Sebelum MRS : Pasien makan 3x
nasi ikan sayur, air putih 1 sehari dengan nasi, lauk, sayur
liter,susu. - Selama MRS : Pasien makan 3x
- Selama MRS : pasien mengatakan sehari 1 porsi habis. Dengan
nafsu makan menurun dalam nasi,sayur,lauk.
sehari makan +/- 10 sendok,
karena nyeri.
Pola Eliminasi - Sebelum MRS: pasien mengatakan -
Sebelum MRS : Pasien BAK 4-
BAK 5x sehari dengan konsistensi
5x sehari dengan konsistensi
kuning jernih kuning jernih
- Selama MRS : pasien mengatakan
- Selama MRS : Pasien terpasang
BAK menggunakan pampers, Dowel Cateter ukuran 24
pampers ganti 2x sehari ,Produksi urine 800cc/8jam
Pola aktivitas dan - Sebelum MRS : pasien mahasiswa
- Sebelum MRS : Pasien sehari-
latihan yang sedang praktik klinik di hari kegiatannya pegawai di RS.
RSUD - Selama MRS : Pasien tidak dapat
- Selama MRS : Pasien mengatakan melakukan aktivitas sendiri,
mengalami keterbatasan gerak karena masih bed rest dan
karena post op, mobilitas fisikaktivitas dibanu oleh perawat
dibantu perawat dan keluarga. dan keluarga
Pola istirahat dan - Sebelum MRS : pasien
- Sebelum MRS : Pasien selama di
tidur mengatakan tidur 8 jam rumah tidur nyanyak, tidur siang,
- Selama MRS : dan tidur malam +/- 7 jam/hari.
pasien
mengatakan sering terbangun- Selama MRS : Pasien tidak bisa
karena nyeri hilang timbul +/- 5
tidur nyenyak pada malam hari
jam/hari,gelisah. karena nyeri dan susah untuk
menggerakan kakinya yang
kanan,tidur +/- 4 jam.
Pola sensori dan Pasien mengatakan dapat merasakan Pasien mengatakan dapat merasakan
kognitif nyeri yang ada pada ekstremitas nyeri pada kakinya sebelah kanan.
bawahnya.
62
- Leher Inspeksi :tidak ada pembesaran pada Inspeksi :tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid,tidak ada lesi pada kelenjar tiroid,tidak
Palpasi :tidak terjadi distensi pada ada lesi
vena jugularis,tidak ada Palpasi :tidak terjadi distensi pada
oedema,tidak ada vena jugularis,tidak ada
benjolan,tidak ada nyeri oedema,tidak ada
tekan saat menelan. benjolan,tidak ada nyeri
tekan saat menelan.
-Thorax/Dada Inspeksi : bentuk dada kanan dan Inspeksi : bentuk dada kanan dan
kiri simetris,pergerakan kiri simetris,pergerakan
dada kanan dan kiri dada kanan dan kiri
simetris, tidak ada lesi,tidak simetris, tidak ada
ada jejas,tidak ada retraksi lesi,tidak ada jejas,tidak
otot pernafasan. ada retraksi otot
Palpasi :taktil fremitus kanan dan kiri pernafasan.
sama, tidak ada benjolan. Palpasi :taktil fremitus kanan dan
Perkusi :terdengar sono pada kiri sama, tidak ada
paru,terdengar pekak pada benjolan.
jantung Perkusi :terdengar sono pada
Auskultasi :irama nafas teratur, paru,terdengar pekak pada
terdengar vesikuler pada jantung
paru dan tidak ada suara Auskultasi :irama nafas teratur,
nafas tambahan ronkhi atau terdengar vesikuler pada
wheezing, terdengar lup- paru dan tidak ada suara
dup pada jantung. nafas tambahan ronkhi
atau wheezing, terdengar
lup-dup pada jantung.
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium pada partisipan 1 dan 2 di Ruang Tulip 3
RSUD Sidoarjo tahun 2021.
Radiologi Hasil
Radiologi Hasil
4.1.5 Terapi
Tabel 4.5 Terapi pada Partisipan 1 dan 2 di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo tahun 2021.
Partisipan 1 Partisipan 2
(12-12-2021) (14-12-2021)
- Infus Plug
- Inj Antrain 3x 500 mg (iv) - Infus Pz 500 cc
TERAPI - Inj Cefosulbactan 3x1 g (iv) - Inj Santagesik 3x 1 g (iv)
- Inj Gentamicin 2x80 mg (iv) - Inj Cefosulbactan 3x 1 g(iv)
- Inj Omeprazole 1x40 mg (iv) - Candesartan 2x8 mg (p.o)
- Atrovastatin 1x 20mg (p.o)
Tabel 4.6 Analisa Data pengkajian pada partisipan 1 dan 2 di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo tahun
2021
Partisipan 1
No Data Etiologi Problem
1 Ds : Px mengatakan nyeri pada Fraktur Nyeri Akut
paha kiri
Partisipan 2
2 Ds : Px mengatakan nyeri pada Fraktur Nyeri Akut
paha kanan
P : Nyeri saat digerakkan
Q : Nyeri Cenut-cenut Tindakan
R : Nyeri pada Femur Dextra pembedahan
S : Skala nyeri 5 (Post op)
T : Nyeri hilang timbul
Do :
- K/u : Cukup Terputusnya
- Kes : Composmentis kontinuitas jaringan
- GCS : 4-5-6
- Tidak bisa tidur
- Terdapat luka insisi ditutup Nyeri akut
kasa pada bagian femur
dextra
- Luka merembes
- Post Op H+1
- Sulit tidur +/- 4 jam
- TTV
S :36,5˚C
N :90x/mnt
TD : 163/103mmHg
RR : 20x/mnt
Spo² :98%
68
Tabel 4.7 Diagnosa keperawatan pada Partisipan 1 dan 2 di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo tahun
2021
No Partisipan Diagnosa Keperwatan
(D.0077)
2 Nyeri Akut b.d luka insisi post op ditandai dengan
adanya :
1. Px mengatakan nyeri pada paha kanan
P : Nyeri saat digerakkan
Q : Nyeri Cenut-cenut
R : Nyeri pada Femur Dextra
Partisipan 2
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri hilang timbul
2. Tidak bisa tidur
(D.0077)
69
4.1.8 Intervensi
Tabel 4.8 Intervensi pada Partisipan 1 dan 2 di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo tahun 2021
4.1.9 Implementasi
Tabel 4.9 Implementasi pada partisipan 1 dan 2 di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo tahun 2021
Diagnosa Implementasi
Keperawatan Partisipan 1
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Nyeri Akut b.d 12 Desember 2021 TTD 13 Desember 2021 TTD 14 Desember 2021 TTD
Post Op
(I.08238) (I.08238) (I.08238)
Manajemen nyeri Manajemen nyeri Manajemen nyeri
18.30 1.Mengidentifikasi lokasi, 18.00 1.Mengodentifikasi lokasi, 07.30 1.Mengodentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, Lina frekuensi, kualitas, Lina frekuensi, kualitas, Lina
intensitas nyeri intensitas nyeri intensitas nyeri
P : nyeri saat digerakan P : Nyeri saat digerakan P :Nyeri saat digerakkan
Q : nyeri seperti ditusuk- Q : Nyeri seperti senut-senut Q :Nyeri seperti senut-
tusuk R:Nyeri pada femur sinistra senut
R :nyeri pada femur S : Skala nyeri 4 R :Nyeri pada femur
sinistra T : Nyeri hilang timbul sinistra
S : skala nyeri 6 2.Mengidentifikasi respon S : Skala nyeri 4
T : nyeri hilang timbul 18.05 nyeri non verbal : px T : Nyeri hilang timbul
18.35 2.Identifikasi respon nyeri tampak sedikit rileks 07.35 2.Mengidentifikasi respon
non verbal Lina 3.Memberikan tehnik Lina nyeri non verbal : px
Respon :px hanya 18.20 nonfarmakologis untuk tampak sedikit rileks Lina
mengerutkan wajah mengurangi rasa nyeri : 07.40 3.Memberikan tehnik
tampak kesakitan tarik nafas panjang, rileks Lina nonfarmakologis untuk
18.40 3. Memberikan tehnik 4.Memfasilitas istirahat dan mengurangi rasa nyeri :
nonfarmakologis untuk 18.25 tidur tarik nafas panjang, rileks
mengurangi rasa nyeri Lina Respon : px sulit tidur +/- 5 07.45 4.Memfasilitas istirahat dan
dengan relaksi tarik nafas jam tidur karena nyeri tidur
dalam 5.Berkolaborasi pemberian Respon : px bisa tidur Lina
Respon : px dapat meniru analgetik Lina malam +/- 6 jam
tekhnik relaksasi 20.00 - Inj Antrain 500 mg 09.00 5.Berkolaborasi pemberian
18.45 4.Memfasilitasi istirahat dan Lina analgetik
71
Diagnosa Implementasi
Keperawatan Partisipan 2
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Nyeri Akut b.d 14 Desember 2021 TTD 15 Desember 2021 TTD 16 Desember 2021 TTD
Post Op (I.08238) (I.08238) (I.08238)
Manajemen nyeri Manajemen nyeri Manajemen nyeri
08.45 1. Mengodentifikasi lokasi, 08.00 1.Mengodentifikasi lokasi, 12.00 1.Mengodentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri Lina intensitas nyeri Lina intensitas nyeri Lina
P : Nyeri saat digerakkan P : Nyeri saat digerakkan P:Nyeri sudah berkurang
Q : Nyeri Cenut-cenut Q : Nyeri senut-senut Q : Nyeri senut-senut
R : Nyeri pada Femur R: Nyeri pada Femur Dextra R: Nyeri pada Femur
Dextra S : Skala nyeri 4 Dextra
S : Skala nyeri 5 T : Nyeri hilang timbul S : Skala nyeri 3
T : Nyeri hilang timbul 2.Mengidentifikasi respon T : Nyeri hilang timbul
2. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal : px 12.05 2.Mengidentifikasi respon
08.50 nyeri non verbal : px tampak sedikit rileks Lina nyeri non verbal : px Lina
tampak sedikit meringis 3.Memberikan tehnik sudah tidak meringis
Lina
saat mencoba 08.05 nonfarmakologis untuk 12.10 3.Memberikan tehnik
menggerakkan mengurangi rasa nyeri : nonfarmakologis untuk
Lina
72
4.1.10 Evaluasi
Tabel 4.10 Evaluasi pada partisipan 1 dan 2 di Ruang Tulip 3 RSUD Sidoarjo tahun 2021
Diagnosa Evaluasi
Keperawata Partisipan 1
n Hari 1 Hari 2 Hari 3
Nyeri Akut 12 Desember 2021 TTD 13 Desember 2021 TTD 14 Desember 2021 TTD
b.d Post Op 21.00 S : Pasien mengatakan nyeri 21.00 S : Pasien mengatakan nyeri 11.00 S :Pasien mengatakan
pada paha kiri pada paha kiri nyeri pada paha kiri
P : nyeri saat digerakkan P : Nyeri saat digerakan P:Nyeri saat digerakan
Q : nyeri tusuk-tusuk Lina Q : Nyeri senut-senut Lina Q : Nyeri senut-senut Lina
R :nyeri pada bagian R:Nyeri pada bagian R:Nyeri pada bagian
femur sinistra femur sinistra femur sinistra
S : skala nyeri 6 S : Skala nyeri 5 S : Skala nyeri 4
T : nyeri hilang timbul T : Nyeri hilang timbul T : Nyeri hilang timbul
O: O:
- K/u : Lemah - K/u : Cukup O:
- Kes : Composmentis - Kes : Composmentis - K/u : Cukup
- Gelisah cukup menurun - Gelisah cukup - Kes : Composmentis
(4) menurun (4) - Gelisah sedang (3)
- Wajah Meringis cukup - Wajah cukup - Wajah meringis
menurun (4) menurun (4) sedang (3)
- Terdapat luka insisi - Terdapat luka insisi - Terdapat luka insisi
ditutup kasa pada femur ditutup kasa pada ditutup kasa pada
sinistra +/- 15 cm femur sinistra +/- 15 femur sinistra +/- 15
- Luka tidak merembes cm cm
- Post op H+2 - Luka kering tidak - Luka kering tidak
- Sulit tidur +/- 5 jam merembes merembes
- TTV - Post op H+3 - Post op H+4
TD : 98/80 mmHg - Tidur sering - Sulit tidur cukup
74
Diagnosa Evaluasi
Keperawata Partisipan 2
n Hari 1 Hari 2 Hari 3
Nyeri Akut 14 Desember 2021 TTD 15 Desember 2021 TTD 16 Desember 2021 TTD
b.d Post Op 11.00 S : Pasien mengatakan nyeri 10.00 S : Pasien mengatakan nyeri 15.00 S :Pasien mengatakan
pada paha kanan pada paha kanan nyeri berkurang
P : nyeri saat digerakkan P : Nyeri saat digerakan P:Nyeri sudah berkurang
Q : nyeri cenut-cenut Lina Q : Nyeri senut-senut Lina Q : Nyeri senut-senut Lina
R :nyeri pada bagian R:Nyeri pada bagian R:Nyeri pada bagian
femur dextra femur dextra femur dextra
S : skala nyeri 5 S : Skala nyeri 4 S : Skala nyeri 2
T : nyeri hilang timbul T : Nyeri hilang timbul T : Nyeri hilang timbul
O: O:
- K/u : Cukup - K/u : Baik O:
- Kes : Composmentis - Kes : Composmentis - K/u : baik
- Sulit tidur cukup - Sulit tidur karena - Kes : Composmentis
menurun nyeri terasa ,tidur +/- - Tidur sudah nyenyak
- Terdapat luka insisi 5 jam - Terdapat luka insisi
ditutup kasa pada - Terdapat luka insisi ditutup kasa pada
bagian femur dextra +/- ditutup kasa pada femur sinistra +/- 20
20cm femur sinistra +/- 20 cm
- Luka merembes cm - Luka kering tidak
- Post op H+1 - Luka tidak merembes merembes
- TTV - Post op H+2 - Post op H+3
TD : 168/109 mmHg - TTV - TTV
Nadi : 86x/mnt TD : 156/90 mmHg TD : 135/96 mmHg
Suhu : 36,6˚C Nadi : 78x/mnt Nadi : 63x/mnt
RR : 20x/mnt Suhu :36,7˚Cx/mnt Suhu :36,6Cx/mnt
SPo² : 98% RR :20x/mnt RR :20x/mnt
A : Nyeri akut belum teratasi Spo²:99% Spo² :99%
P : Intervensi dilanjutkan A :Nyeri akut belum teratasi
76
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian
ke RSUD Sidoarjo pada hari kamis tanggal 09 Desember 2021 pukul 16.45
Sebelum operasi pasien dipindahkan ke Ruang rawat inap. Pada pukul 17.20
dilakukan operasi pada tanggal 10 Desember 2021 pukul 08.30 WIB. Pada saat
dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Desember 2021 pukul 17.30 WIB pasien
mengeluhkan nyeri pada paha sebelah kiri bekas operasi, tampak meringis saat
tampak meringis saat dilakukan palpasi pada daerah luka operasi. Dan dari hasil
pemeriksaan lab X–ray terdapat Fraktur Femur pada Femur 1/3 Sinistra, dan dari
hasil pemeriksaan fisik terdapat luka insisi ditutup kasa pada femur sinistra, luka
insisi +/- 15 cm luka kering tidak merembes dan tidak ada kemerahan pada
lintas saat pergi bersepeda mini (Carfreeday) pada hari minggu pukul 07.15
WIB di Depan pasar Larangan. Pasien langsung dibawa ke IGD RSUD Sidoarjo
pada pukul 07.30 WIB langsung diobservasi dan dilakukan pemasangan spalek/
pasien dipindahkan ke Ruang rawat inap Tulip 3 pada pukul 09.00 WIB. Pasien
dilakukan operasi pada tanggal 13 Desember 2021 pukul 09.15 WIB. Saat
78
dilakukan pengkajian pada tanggal 14 Desember 2021 pukul 08.00 WIB pasien
masih merasa nyeri saat menggerakkan kaki sebelah kanan bekas operasi, nyeri
seperti cenut-cenut dengan skala nyeri 5 hilang timbul. Dari hasil pengkajian
terdapat Fraktur Femur 1/3 Distal Dextra, dan dari hasil pemeriksaan fisik
terdapat luka insisi ditutup kasa pada Femur Dextra, luka insisi +/- 20cm luka
Dari hasil penelitian teori menurut Andarmoyo (2013) Nyeri akut, adalah
nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan
memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai
berat) dan berlangsung untuk waktu yang singkat. Nyeri setelah pembedahan
Dari hasil penelitian menurut peneliti, berdasarkan fakta di atas data pada
keperawatan nyeri akut post operatif ORIF ditandai dengan kedua partisipan
ditusuk-tusuk, skala nyeri 6, tampak gelisahan sulit tidur. Pada partisipan 2 nyeri
bagian luka operasi, skala nyeri 5,peningkatan tekanan darah dan sulit tidur.
79
Nyeri akut berhubungan dengan Post op. Sedangkan Hasil pengkajian diatas
Post op.
akut sebagian besar di akibatkan oleh penyakit, radang, atau injuri. Nyeri ini
awalnya datang tiba-tiba dan biasanya. Nyeri akut biasanya sejalan dengan
respon nyeri non verbal, Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri, Fasilitas istirahat dan tidur, Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri, Ajarkan
analgetik.
Dari hasil penelitian teori dalam manajemen nyeri berdasarkan. (tim pokja
siki dpp ppni, 2017) terdapat 17 intervensi mulai dari observasi, terpeutik,
80
edukasi, dan kolaborasi akan tetapi pada penelitian ini peneliti ini hanya memakai
dengan tinjauan pustaka yang ada. Pada partisipan 2 juga ditetapkan rencana
4.2.4 Implementasi
yang ada. Hal ini dikarenakan peneliti menyesuaikan pada kondisi partisipan.
Dari hasil penelitian teori menurut Satria (2019) yang berjudul Penerapan
pemberian tekhnik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi skala nyeri pada
pasien pos op ORIF Fraktur femur di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan
Tekhnik relaksasi mungkin perlu dianjarkan beberapa kali agar mencapai hasil
sudah bisa melakukan manajemen nyeri secara mandiri, penulis sebagai perawat
dan hari ketiga tindakan yang dilakukan hampir sama dengan hari
pemberian tekhnik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi skala nyeri pada
pasien pos op ORIF Fraktur Femur di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan
provinsi jawa timur. Hal ini dikarenakan terapi relaksasi nafas dalam dapat
menimbulkan relaksasi pada pasien sehingga pasien merasa nyaman dan nyeri
Dari hasil penelitian teori menurut peneliti Pada kedua partisipan, penulis
sudah sesuai dengan rencana intervensi. Tindakan mandiri yang dilakukan adalah
tekhnik relaksasi dengan cara konsentrasi untuk menarik nafas dalam. Respon dari
kedua partisipan dengan tekhnik relaksasi nafas dalam kedua partisipan bisa
4.2.5 Evaluasi
tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut dapat teratasi sebagian.
keperawatan didasarkan pada respon partisipan yang dinilai secara S.O.A.P. pada
82
masing-masing partisipan evaluasi dilakukan sesuai dengan kriteria hasil yang ada
Dari hasil penelitian menurut peneliti tindakan yang telah dilakukan secara
maupun tindakan invasive yaitu operasi ORIF Fraktur Femur dan dilakukan
partisipan 1 masalah partisipan teratasi sebagian terbukti dari kritera hasil nyeri
berkurang, pada evaluasi pertama partisipan menunjukan skala nyeri 6 dan setelah
rileks. Sedangkan pada partisipan 2 nyeri berkurang terbukti hari 1 post operatif
partisipan mengatakan skala nyeri 5 dan pada hari ke 2 skala nyeri 4, kemudian
sedikit rileks. Hasil evaluasi pada kedua partisipan, lebih berhasil partisipan 2
karena masalah nyeri akut teratasi serta skala nyeri akut turun 3 digit. Pada
partisipan 1 keluhan nyeri menurun, skala nyeri menurun 4, dan masalah teratasi
nyeri menurun, skala nyeri menurun 2, dan masalah teratasi setelah 3 hari
tersebut.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Pengkajian
yang tepat. Pengkajian pada kedua partisipan didapatkan data dengan keluhan
nyeri ini ditunjukkan kedua partisipan mengatakan nyeri pada luka post operasi.
mengalami nyeri.
sesuai dengan SDKI. Klasifikasi yang sesuai dengan SLKI antara lain
nyeri, Ajarkan tentang teknik non farmakologi dengan cara teknik relaksasi,
fasilitas istirahta tidue, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
84
5.1.4 Implemetasi Keperawatan
pada hari pertama. Pada hari kedua nyeri berkurang tapi skala nyeri masih sedang
sehingga masalah teratasi sebagian. Pada hari ketiga kedua partisipan pindah
5.2 Saran
Agar rumah sakit mampu memberikan pelayanan yang lebih maksimal lagi
Akut.
85
5.2.3 Bagi Profesi Keperawatan
mutu asuhan keperawatan khususnya pada kasus Post Op ORIF dengan masalah
Nyeri Akut.
keperawatan dengan cara berbeda pada diagnosa Post Op ORIF dengan masalah
Mobilitas Fisik.
86
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo. (2013). Skala Nyeri Visual Analog Scale. Jakarta: Salemba Medika
Atoilah, Elang M. & Kusnadi, Engkus. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Medika
Clevo R,M & Rendy. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Kaufman, dkk. (2018). Anatomy & Psysiology Oregon. USA : Open Oregon
State,Oregon State University.
Keiler, J. (2018). The Femoral Vein Diameter And Lits Correlation With Sex, Age
and Body Mass Index. The Journal Of Venous Desease.
Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian.
87
Of The West African College Of Surgeons. Volume 3.
Perry & Potter. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
Praktik (4th ed). Jakarta : EGC
Smeltzer dan Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (S.K. Endah
Pakaryaningsih,SKp.Monica Ester,ED) (8th ed). Jakarta:EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan : DPP PPNI.
88
Lampiran 1
1 2
Pengertian Tekhnik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada
klien bagaiamana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat
dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan.
Tujuan Untuk mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan,
sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri
Kebijakan Dilakukan pada klien dengan post op fraktur femur
Indikasi 1. pasien yang mengalami stres
2.pasien yang mengalami nyeri yaitu nyeri akut pada tingkat
ringan sampai tingkat sedang akibat penyakit yang kooperatif
3.pasien yang mengalami kecemasan
4.pasien mengalami gangguan pada kualitas tidur seperti
insomnia
Pelaksanaan PRA INTERAKSI
1.membaca status klien
2.mencuci tangan
INTERAKSI
Orientasi
1.salam : memberi salam sesuai waktu
2.memperkenalkan diri
3.validasi kondisi klien saat ini : menanyakan kondisi klien
dan kesiapan klien untuk melakukan kegiatan sesuai kontak
sebelumnya.
4.menjaga privasi klien
5.kontrak : menyampaikan tujuan dan menyepakati waktu
dan tempat dilakukannya kegiatan
KERJA
1.memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila
ada sesuatu yang kurang dipahami/jelas
2.atur posisi agar klien rileks tanpa adanya beban fisik, baik
duduk maupun berdiri. Apabila pasien memilih duduk,
maka bantu pasien duduk di tepi tempat tidur atau posisi
duduk tegak di kursi. Posisi juga bisa semifowler, berbaring
di tenpat tidur dengan punggung tersangga bantal.
3.intruksikan pasien untuk melakukan traik nafas dalam
sehingga rongga paru berisi udara
89
4.instruksikan pasien dengan cara perlahan dan hembuskan
udara mebiarkannya keluar dari setiap bagian anggota
tubuh, pada saat bersamaan minta klien untuk
memutussatkan perhatiannya pada sesuatu hal yang indah
dan mersakan lega.
5.instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal
beberapa saat (1-2 menit)
6.instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam ,
kemudian menghembuskan dengan cara perlahan dan
merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan , kaki,
menuju keparu-paru dan seterusnya, rasakan udara mengalir
keseluruh tubuh.
7.minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan
tangan, udara yang mengalir dan merasakan keluar dari
ujumg-ujung jari tanagn dan kaki kemudian rasakan
kehangatannya.
8.imstruksikan pasien untuk mengulangi tekhnik-tekhnik ini
apabila rasa nyeri kembali lagi
9.setelah pasien mulai merasakan ketenangan , minta pasien
untuk melakukan secara mandiri.
10.ulangi latihan nafas dalam ini sebanyak 3 sampai 5 kali
dalam sehari dalam waktu 5-10 menit
TERMINASI
1.Evaluasi hasil :kemampuan pasien untuk melakukan
tekhnik ini
2.Memberikan kesempatan pada klien untuk memberikan
umpan balik dari terapi yang dilakukan
3.Tindak Lanjut : me jadwalkan latihan tekhnik relaksasi
nafas dalam
4.Kontrak : topik, waktu, tempat untuk kegiatan selanjutnya
DOKUMENTASI
1.Mencatat waktu pelaksanaan tindakan
2.Mencatat Perasaan dan respon pasien setelah diberikan
tindakan
90
Lampiran 2
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
I. IDENTITAS
91
4. Riwayat kesehatan keluarga
………………………………………………………………………………………
…………
92
1) Abdomen
2) Hepar
3) Lien
4) Appendik
7. Pemeriksaan Kelamin dan daerah sekitarnya
1) Genetalia
2) Anus dan perenium 8.Pemeriksaan Ekstrimitas
Pemeriksaan Neurologi
1) Tingkat kesadaran ( Secara Kumulatif )
2) Tanda – tanda rangsangan otak ( Meningeal Sign )
3) Syaraf otak ( Nervus Crainalis )
4) Fungsi motorik
5) Fungsi sensorik
6) Reflek
a. Reflek Fisiologis
b. Reflek Patologis
V.PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan medis :
1. Laboratorium
2. Rongent
3. ECG
4. USG
5. Lain –lain
Mojokerto, ................................
............................................
NIM. ...................................
93
ANALISA DATA
94
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
95
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama :
Pasien: Umur :
No. Register :
Dx Kriteria
No. Tgl Tujuan Intervensi Rasional TT
Keperawatan Hasil
96
TINDAKAN KEPERAWATAN
97
CATATAN PERKEMBANGAN
98
Lampiran 4
Mojokerto, ...........................2022
99
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH
100
dulu baru medis
3. Lanjut bab 4-5
4. Setiap konsul ditulis di lembar
7. 2 Maret 2022 konsul
1. Revisi alinea 1
2. Revisi bab 2 pada konsep
keperawatan
8. 15 Maret 2022
3. Melanjutkan bab 4-5
1. Tambahkan Halaman
2. Diagnosa Keperawataan ditulis
1 saja
3. Tambahkan Saran
9. 13 April 2022 4. Tambahkan SAP yang sesuai
dengan Intervensi
1. Menambahkan halaman
2. revisi diagnosa keperawatan
3. menambahkan saran
10. 16 April 2022 4. menambahkan SAP dan format
pengkajian KMB
Mojokerto, ...........................2022
101
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH
Mojokerto, ...........................2022
102