OLEH
GEVI MELLIYA SARI
i
LAPORAN STUDI KASUS
OLEH:
GEVI MELLIYA SARI
NIM. 03.16.016
i
SURAT PERNYATAAN
Multipara Post Sectio Caesarea Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini Hari- Ke 0 Di
Ruang Nifas RSUD Bangil Kab Pasuruan” adalah bukan studi kasus orang lain
baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah
disebutkan sumbernya.
Apabila dikemudian hari ditemukan bahwa pernyataan ini tidak benar, saya
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Studi Kasus ini telah disetujui untuk diujikan dihadapan Penguji Laporan
Oleh
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
Ketua Prodi Profesi Ners Stikes Dian Husada,
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diuji dan disahkan oleh Tim Penguji Laporan Studi Kasus
Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto
Pada tanggal 02 September 2017
Mengesahkan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto
Ketua
iv
KATA PENGANTAR
v
9. Segenap dosen dan staff Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada
Mojokerto yang turut membantu menyediakan fasilitas belajar serta arahan-
arahan yang telah diberikan.
10. Sahabat senasib yang telah bersama- sama berjuang selama 5 tahun
11. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Prodi Profesi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto yang telah memberikan semangat
dan dorongan.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Sampul Depan
Sampul Dalam........... .............................................................................. i
Surat Pernyataan....... .............................................................................. ii
LembarPersetujuan Pembimbing ............................................................ iii
Lembar Pengesahan Penguji ................................................................... iv
Kata Pengantar.......... .............................................................................. v
Daftar Isi ................. ............................................................................... vii
Daftar Tabel................ ............................................................................ x
Daftar Gambar........... ............................................................................. xi
Daftar Lampiran........................... ........................................................... xii
Daftar Singkatan dan Arti Lambang......... .............................................. xiii
Abstrak..................................................................................... ............... xiv
vii
2.3 Konsep Menyusui........................................................................ 24
2.3.1 Definisi........ ................................................................................ 24
2.3.2 Reflek Menyusui Pada Ibu................... ....................................... 26
2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI................................. 27
2.3.4 Masalah Dalam Menyusui........................................................... 30
2.4 Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea Dengan
Ketidakefektifan Pemberian ASI ................................................ 35
2.4.1 Pengkajian ................................................................................... 35
2.4.2 Diagnosa.......... ............................................................................ 42
2.4.3 Intervensi.......................... ........................................................... 45
2.4.4 Implementasi............... ................................................................ 47
2.4.5 Evaluasi ....................................................................................... 47
2.5 Literatur Review.......................................................................... 48
viii
DAFTAR TABEL
ix
RSUD Bangil pada tanggal 7-8 Agustus 2017 .......................................... 77
Tabel 4.17 Implementasi Keperawatan pada Partisipan 2 di Ruang Nifas
RSUD Bangil pada tanggal 8-9 Agustus 2017 .......................................... 79
Tabel 4.18 Evaluasi Keperawatan Partisipan 1 dan Partisipan 2 di Ruang
Nifas
RSUD Bangil pada tanggal 7-9 Agustus 2017 .......................................... 81
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
DAFTAR SINGKATAN
xiii
ABSTRAK
Oleh :
Gevi Melliya Sari , Hj. Iis Suwanti, SST., M.Kes2, Heti Aprilin S.Kep., Ns3
1
1
Mahasiswa Profesi Ners Stikes Dian Husada Mojokerto
2
Dosen Pembimbing I Profesi Ners Stikes Dian Husada Mojokerto
3
Dosen Pembimbing I Profesi Ners Stikes Dian Husada Mojokerto
xiv
ABSTRACT
Gevi Melliya Sari1, Hj. Iis Suwanti, SST., M.Kes2, Heti Aprilin S.Kep., Ns3
1
Student Profession Ners Stikes Dian Husada Mojokerto
2
Supervisor I Profession Ners Stikes Dian Husada Mojokerto
3
Supervisor II Profession Ners Stikes Dian Husada Mojokerto
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
menyelamatkan hidup seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak dibawah
enam bulan yang mendapatkan manfaat dari ASI eksklusif . Anak- anak yang
mendapat ASI eksklusif 14 kali lebih mungkin untuk bertahan hidup dalam 6
eksklusif. Mulai pada hari pertama menyusui setelah lahir dapat mengurangi
resiko kematian bayi baru lahir hingga 45 % (Unicef, 2013). Menurut penelitian
Anita, 2015 dan Daniah A, 2016 proses menyusui dapat dilakukan segera setelah
bayi dilahirkan. Bayi yang lahir cukup bulan memiliki naluri untuk menyusu 20 -
30 menit setelah dilahirkan. Namun pada praktikya banyak ibu yang jarang
menyusui bayinya oleh karena ASI tidak keluar dan puting susu masuk. Pada ibu
tinggi karena trend isu ASI eksklusif justru menurun (Syafiq dan Fikawati, 2010).
Angka keberhasilan ASI di Indonesia 55,7% dari cakupan target 39% (Riskesda,
2015). Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) angka rata- rata pemberian ASI
eklusif didunia hanya 38%, Indonesia adalah salah satunya. Berdasarkan data
mengikuti penilaian status kebijakan dan program pemberian makan bayi dan
anak (Infant- Young Child Feeding), (Yuli Saputra, 2016). Berdasarkan data yang
diperoleh pada tahun 2017 di Ruang Nifas RSUD Bangil, 6 bulan terakhir ini rata
– rata jumlah ibu yang melahirkan dengan Sectio Caesarea sebanyak 175 orang.
Kejadian ketuban pecah dini 6 bulan terakhir sebesar 18,3 %. Pada hasil
wawancara dan observasi saat pengkajian dari tanggal 7-9 Agustus 2017 di Ruang
Nifas RSUD Bangil total ibu bersalin dengan Post SC dimana 2 dari 3 jumlah ibu
post partum sectio caesaria dengan indikasi ketuban pecah dini mengatakan ASI
konsumsi makanan dan minuman yang sehat serta rileks ketika menyusui
(Proverawati & Rahmawati, 2010). Masalah- masalah yang biasanya terjadi dalam
pemberian ASI yang disebabkan karena masalah pada payudara antara lain putting
susu masuk atau datar, puting susu lecet, bendungan payudara (engorgement),
mastitis, dan abses payudara serta adanya syndrome ASI kurang dan ibu bekerja.
Pada faktor bayi masalah yang sering timbul yaitu bayi bingung mencari putting
dan bayi malas menyusu. Masalah ketidakefektifan pemberian ASI yang akan
berdampak pada ibu yaitu saluran susu tersumbat kemudian terjadi pengumpulan
air susu dalam kelenjar susu sehingga pengeluaran ASI berkurang (Wenny, dkk.
2011), pada bayi dapat menyebabkan ketidakpuasan dalam menyusu pada ibunya.
3
manfaat menyusui dan pentingnya makanan yang sehat bagi ibu (Saifudin,2002).
secara langsung mengenai perawatan payudara dan cara menyusui yang benar
serta memberikan motivasi baik kepada pasien secara langsung maupun kepada
keluarga pasien untuk memberikan dukungan moril kepada pasien. Selain itu
memperlancar produksi ASI seperti pijat teknik mermet, pijat oksitosin dan
memberikan rasa nyaman dan rileks pada ibu post SC. Dari uraian diatas peneliti
pemberian ASI pada Ibu Multipara Post Sectio Caesaria atas indikasi Ketuban
Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini hari ke- 0 di Ruang Nifas RSUD Bangil
Kab Pasuruan.
4
Multipara Post Sectio Caesarea atas indikasi Ketuban Pecah Dini hari ke -0 di
dapat dilakukan perawat di RSUD bangil dalam penanganan Ibu Multipara Post
Sectio Caesarea atas indikasi ketuban pecah dini hari ke- 0 di Ruang Nifas RSUD
Caesarea atas indikasi ketuban pecah dini hari ke- 0 di Ruang Nifas RSUD
indikasi ketuban pecah dini hari ke- 0 di Ruang Nifas RSUD Bangil Kab
Pasuruan.
indikasi ketuban pecah dini hari ke- 0 di Ruang Nifas RSUD Bangil Kab
Pasuruan.
6. Melakukan evaluasi hasil yang telah dicapai berdasarkan tujuan yang telah
diterapkan.
5
1.5 Manfaat
asuhan keperawatan khususnya pada kasus Multipara Post Sectio Caesarea atas
1. Bagi Perawat
asuhan keperawatan pada pasien Multipara Post Sectio Caesarea atas indikasi
Multipara post sectio caesaria atas indikasi ketuban pecah dini hari ke- 0
4. Bagi Pasien
Dapat digunakan sebagai wacana dan sebagai data untuk melakukan studi
kasus selanjutnya.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
(Bobak,2010).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah partus selesai
dan berakhir kira – kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih
kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan. Batasan waktu nifas
yang paling singkat tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu
2.1.2 Klasifikasi
bagian, yaitu:
1. Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam agama
2. Puerperium Intermedial
3. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
2.2.1 Definisi
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi
sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran
kira 10 cm. Kelebihannya antara lain mengeluarkan janin dengan cepat, tidak
secara intra abdominal karena tidak ada peritonealis yang baik, untuk persalinan
yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri spontan (Padila, 2015).
bawah rahim (low servikal transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari sectio
caesarea ismika, antara lain : penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka
dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari peritoneal flop baik untuk
uteri spontan berkurang atau lebih kecil. Sedangkan kekurangannya adalah luka
serta keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi (Padila, 2015).
(Manuaba,1998).
10
2.2.3 Indikasi
menjadi :
1. Indikasi Medis
a) Power
lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi
tenaga.
b) Passanger
lintang, primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu
lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut
c) Passage
jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa
(kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata (penyakit infeksi
yang menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita),
2. Indikasi Ibu
a) Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun,
memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40
tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko,
misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia.
b) Tulang Panggul
normal. Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), mid pelvis
(ruang tengah panggul), outlet (dasar panggul atau pintu bawah panggul),
kombinasi dari inlet, mid pelvis dan outlet (Mochtar, 1998).Tulang panggul
seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.
12
action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses
persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan
sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang
proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan
pangkal paha yang semakin kuat dan “menggigit”. Kondisi tersebut karena
keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas
menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan
3. Indikasi Janin
(makrosomia), kelainan letak janin seperti letak sungsang atau letak lintang,
presentasi bokong, berat lahir sangat rendah, ancaman gawat janin (fetal distress),
13
janin abnormal, kelainan tali pusat, bayi kembar (Gemeli) (Kasdu, 2003;
Pillitteri,2003).
2.2.4 Komplikasi
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
2. Perdarahan
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
Seksio sesarea elektif yang dilakukan dengan indikasi ketuban pecah dini,
biasanya adalah section caesaria sekunder, yaitu dengan partus percobaan, bila
tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal dilakukan serta adanya
a) Periksa dan catat tanda - tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
d) Pemberian antibiotika.
e) Mobilisasi.
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur
dengan dibantu, paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat
f) Pemulangan
2.3.1 Definisi
pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010). Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda- tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban dini terjadi
pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu
tidak terlalu banyak (Manuaba, 2010). Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan
15
dimana selaput ketuban pecah pada kehamilan yang telah viable dan 6 jam setelah
itu tidak diikuti dengan terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini sama halnya
2.3.2 Etiologi
antara lain serviks inkompeten, faktor keturunan, pengaruh dari luar yang
sebelumnya dua kali atau lebih, faktor yang berhubungan dengan berat badan
sebelum dan selama hamil, merokok selama kehamilan, usia ibu yang lebih tua
mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada usia muda, riwayat
hubungan seksual baru- baru ini, paritas, anemia, dan keadaan sosial ekonomi.
1. Usia
Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35
dan persalinan (Depkes, 2003). Usia ibu yang < 20 tahun, termasuk umur
terlalu muda dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan
3. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama
telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan
sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko
4. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah senantiasa karena kekurangan zat besi. Jika
persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan
relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau
anemia biasanya ditemukan ciri- ciri lemas, cepat lelah, mata berkunang-
yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia pada janin
lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat
17
kordis dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan
gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia
5. Perilaku merokok
dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari
aseton, sianida, hydrogen, dan lain- lain. Merokok pada masa kehamilan dapat
6. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalinan dengan kejadian KPD
Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini
berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester
18
kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan robekan
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
amnosintesis
lebih pada kehamilan gemeli terjadi distensi uterus yang berlebihan. Hal
ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan
tidak seperti amoniak, mungkin cairan tersebut merembes atau menetes, dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri,
kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri pucat,
denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda- tanda infeksi yang terjadi
(Manuaba, 2010).
19
2.3.4 Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini meragukan kita, apakah ketuban benar pecah
atau belum. Apalagi bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil.
Penegakkan diagnosis KPD dapat dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi :
vagina
servikalis.
4. Test nitizin/ lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa) bila
menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta serta
jumlah air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase, bila
2010).
20
21
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperikasa warna, konsentrasi, bau
dan PHnya.
a. Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru,
b. Mikrokopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
pakis.
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit
(Manuaba, 2010).
2.3.7 Komplikasi
Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu :
3. Resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi karena
2.3.8 Penatalaksanaan
infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda- tanda persalinan, ketuban
1. Konserfatif
a. Pengelolaan konserfatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu
c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
d. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes buss
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
f. Jika usia kehamilan 32- 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
g. Nilai tanda- tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda- tanda infeksi intra uterine).
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
2. Aktif
a. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea,
kali.
b. Bila ada tanda- tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
c. Bila skor pelvik < 5, lakukan pmatangan servik, kemudian induksi jika tidak
KPD adalah :
janinnya.
2.4.1 Definisi
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang dihasilkan oleh sepasang paydara
ibu dengan komposisi yang khas serta spesifik untuk perkembangan bayi dan
nutrisi yang paling tepat untuk bayi (Wong, Perry & Hockenberry, 2002;
untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. Kolostrum
juga mengandung protein, Vit A, karbohidrat dan rendah lemak serta merupakan
pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak dipakai dari usus bayi
yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk makanan yang
Komposisi dalam ASI sangat lengkap untuk bayi. ASI mengandung Whey
dan kasein. Whey aadalah protein yang halus, lembut dan mudah di cerna. Kasein
adalah protein yang berbentuk kasar, bergumpal dan sukar dicerna oleh usus bayi.
(Arachidonic Acid) yang ketiganya adalah sejenis asam amino dan asam lemak
1. Mammogenesis
Proses ini dimulai sejak masa sebelum pubertas dan dilanjutkan pada masa
2. Laktognesi I
mampu untuk mengeluarkan ASI akan tetapi ini tidak terjadi karena hormon
3. Laktogenesis II
pada hari ke- 4 post partum. Permulaan sekresi ASI secara berlebihan terjadi
secara tajam akan tetapi tidak sampai mencapai tingkatan yang sama pada
wanita tidak hamil. Sedangkan tingkat prolaktin tetap tinggi. Pada fase ini, ibu
4. Laktognesis III
dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai
26
stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Pada tahap ini apabila ASI banyak
1. Reflek prolaktin
hormone yang meningkatkan produksi susu oleh sel- sel alveolar kelenjar
payudara. Jumlah prolaktin yang diskresi dan jumlah susu yang diproduksi
Stimulus putting susu oleh mulut bayi menyebabkan putting ereksi. Reflek
ereksi putting susu membantu produksi susu melalui sinus- sinus laktiferus ke
dalam kelenjar payudara berkontraksi. Kontraksi sel- sel yang menyerupai otot
ini menyebabkan susu keluar melalui ductus dan masuk kedalam sinus- sinus
laktiferus.
27
juga ibu tidak merasakan sensasi apapun. Tanda- tanda lain let-down adalah
tetesan susu dari payudara ibu dan susu menetes dari payudara lain yang tidak
sedang diisap oleh bayi. Banyak ibu mengalami refleks let down hanya karena
berfikir tentang bayinya atau mendengar bayi lain menangis. Reflek let-down
orgasme.
lain:
1. Faktor bayi
Kurangnya usia gestasi bayi pada saat bayi dilahirkan akan mempengaruhi
refleks hisap bayi. Kondisi kesehatan bayi seperti kurangnya kemampuan bayi
untuk bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat struktur mulut dan
rahang yang kurang baik, bibir sumbing, metabolisme atau pencernaan bayi,
sehingga tidak dapat mencerna ASI, juga mempengaruhi produksi ASI, selain itu
2. Faktor ibu
a) Faktor fisik
Faktor fisik ibu yang mempengaruhi produksi ASI adalah adanya kelainan
endokrin ibu, dan jaringan payudara hipoplastik. Faktor lain yang mempengaruhi
produksi ASI adalah usia ibu, ibu dengan yang usia yang lebih muda atau kurang
dari 35 tahun lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang
usianya lebih tua. Produksi ASI juga dipengaruhi oleh nutrisi ibu dan asupan
28
cairan ibu. Ibu yang menyusui membutuhkan 300 – 500 kalori tambahan selama
masa menyusui.
b) Faktor psikologis
Ibu yang berada dalam keadaan stress, kacau, marah dan sedih, kurangnya
dukungan dan perhatian keluarga serta pasangan kepada ibu dapat mempengaruhi
kurangnya produksi ASI. Selain itu ibu juga khawatir bahwa ASInya tidak
attainment, terutama pada ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai bayi atau
primipara.
Adanya mitos serta persepsi yang salah mengenai ASI dan media yang
yang dapat mempengaruhi ibu dalam menyusui. Ibu bekerja serta kesibukan sosial
1. Teknik Mermet
Teknik mermet ini merupakan kombinasi antara cara memerah ASI dan
memijat payudara sehingga reflek keluar ASI dapat optimal. Teknik ini bertujuan
untuk mengosongkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak dibawah areola
sehingga diharapkan dengan pengosongan ASI pada daerah sinu laktiferus ini
2. Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau reflek let
down. Pijat ini dilakukan dengan cara memijat daerah punggung sepanjang kedua
29
sisi tulang belakang mulai dari nervus ke 5-6 sampai scapula yang akan
bagian belakang sehingga oksitosin keluar. Hormon oksitosin adalah hormon yang
berfungsi untuk merangsang sekresi Air Susu Ibu (ASI). Dengan dilakukan
pemijatan ini, ibu akan merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan
hilang. Jika ibu rileks dan kelelahan dapat membantu merangsang pengeluran
hormone oksitosin. Manfaat dari pijat oksitosin menurut Depkes RI 2007 antara
lain:
1. Ibu duduk, bersandar kedepan, lipat lengan diatas meja didepannya dan
3. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua
4. Menekan kuat – kuat kedua sisi tulang belekang membentuk geakan- gerakan
5. Pada saat bersamaan, pijat kearah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau bahkan
lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa
bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak
mengetahui bahwa :
31
2) ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu
diberikan minuman lain, padahal yang lahir cukup bulan dan sehat
terbenam dengan :
Setelah bayi lahir puting susu datar atau terbenam dapat dikeluarkan
dengan cara :
a. Susui bayi secepatnya segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin menyusu.
b. Susui bayi sesering mungkin (misalnya tiap 2-3 jam), ini akan menghindarkan
dapat membantu bila terdapat bendungan payudara dan putting susu tertarik
kedalam.
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit
ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet.
darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui salah, tapi
c. Payudara bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan
3) Terlambat menyusui
1) Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa
mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa / dihisap ASI tidak keluar.
bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam
terasa ada masa padat, dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi
pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran
atau pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara
1) Bayi tidak puas setiap setelah menyusu, sering sekali menyusu, menyusu
dengan waktu yang sangat lama. Tapi juga kadang bayi lebih cepat menyusu.
menyusu.
3) Payudara tidak membesar selama kehamilan, atau ASI tidak datang, pasca
lahir.
dari 6 kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau dan warna kuning.
Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang
bekerja seperti mengeluarkan ASI ditempat kerja dan ASI disimpan di lemari
1) Ibu dapat dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan kepala di topang
2) Apabila ibu sudah dapat duduk bayi dapat ditidurkan di bantal di atas
pangkuan ibu dengan posisi kaki bayi mengarah ke belakang ibu di bawah
lengan ibu.
3) Dengan posisi memegang bola (football position) yaitu ibu terlentang dan
bayi berada di ketiak ibu dengan kaki ke arah atas dan tangan ibu memegang
kepala bayi.
35
b. Ibu sakit
proses laktasi.
Pemberian ASI
2.5.1 Pengkajian
data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan stastus kesehatan klien saat
ini. Pengkajian haus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem reproduksi
a. Uterus
hamil setelah melahirkan, terjadi setelah plasenta lahir, uterus akan mengeras
pemeriksaan TFU yaitu setelah plasenta lahir hingga 12 jam pertama TFU 1 -
2 jari dibawah pusat. Pada hari ke-6 TFU normalnya berada di pertengahan
simfisis pubis dan pusat. Pada hari ke- 9 atau 12 TFU sudah tidak teraba.
36
b) After Pains (rasa nyeri setelah melahirkan) lebih nyata ditempat uterus
tempat ini biasanya tidak selesai sampai enam minggu setelah melahirkan.
(1) Lochea rubra terdiri dari darah, sisa penebalan dinding rahim, dan sisa-
bercampur darah dan keluar pada hari hari ke 3-6 post partum.
serum, selaput lender, lekosit dan jaringan yang telah mati, keluar
(4) Lochea alba, berwarna putih/jernih yang terdiri dari leukosit, sel epitel,
lendir leher rahim (serviks), dan bakteri atau kuman yang telah mati.
b. Serviks
partum, serviks memendek dan konsentrasinya menjadi lebih padat dan kembali
ke bentuk semula.
37
dalam vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semulanya sangat teregang akan
bayi lahir.
Jaringan perineum yang lembut menjadi edema dan kebiruan. Jika terdapat
luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas)
atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa saja terjadi. Hal ini bisa disebabkan
oleh kurangnya perawatan kebersihan vagina dan perineum. Apabila tidak ada
komplikasi infeksi luka episiotomi dapat sembuh dalam waktu satu minggu
besarnya. Hal ini disebabkan poliserasi sel-sel duktus laktiferus. Proses proliferasi
tinggi sehingga tidak ada hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Pembuluh
payudara menjadi bengkak terisi darah, menyebabkan hangat, bengkak, dan rasa
1) Menurut Sarwono, 2005 perubahan yang terjadi pada kedua mammae antara
lemak.
mammae.
hipofisis hilang.
2) Ada tiga refleks maternal utama sewaktu menyusui adalah sebagai berikut :
a. Reflek prolaktin
hormon yang meningkatkan produksi susu oleh sel-sel alveolar kelenjar mammae.
Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan
dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lamanya bayi
mengisap.
Stimulasi puting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi. Reflek ereksi
puting susu ini membantu propulsi susu melalui sinus-sinus laktiferus ke pori-pori
puting susu.
c. Refleks Let-Down
Refleks ini dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu
tidak merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda Let-Down adalah tetesan susu dari
39
payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara ibu dan susu
menetes dari payudara lain yang tidak sedang diisap oleh bayi. Reflek Let-Down
dapat terjadi selama aktivitas seksual karena oksitosin dilepas selama orgasme.
Kebanyakan ibu merasa sangat rileks atau mengantuk setelah mereka menyusui.
Peningkatan rasa haus merupakan tanda bahwa proses menyusui berlangsung baik
(Bobak, 2004).
3) Manfaat ASI bagi bayi yaitu mengandung berbagai zat penangkal infeksi,
sehingga tidak menyebabkan alergi, kontak kasih sayang ibu dan bayi lebih
lama, ibu merasa bangga dan dibutuhkan, isapan bayi membantu rahim
akan teratur pula sehingga ASI tetap tersedia cukup bagi bayi yang dikasihi,
ASI lebih murah dan selalu tersedia, steril dan hangat setiap waktu.
4) Tanda-tanda bayi kekurangan ASI yaitu usia 2 minggu berat badan bayi
masih kurang dari berat badan lahir, dalam 6 bulan pertama pertambahan
berat badan bayi kurang dari 600 gram, BAK kurang dari 6 kali dengan warna
kuning dan berbau tajam dan BAB jarang dan sedikit tinjanya kering, keras
e. Sistem Endokrin
a. Hormon plasenta : HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron
plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus
menstruasi.
40
menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH< tidak
f. Sistem Kardiovaskuler
a. Tanda-tanda vital : tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena
meningkat.
d. Jantung : kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
f. Sistem Respirasi
g. Sistem Pencernaan
Secara khas penurunan tonus dan mobilitas otot traktus cerna menetap
salama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anestesia
air besar biasanya tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.
Keadaaan ini bisa disebabkan karena tonus otot menurun selama proses persalinan
dan pada awal pasca partum, diare sebelum persalinan, kurang makan atau
dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga rasa nyeri yang dirasakan di perineum
akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur
perlu dicapai kembali setelah tonus otot kembali ke normal (Bobak, 2004).
41
h. Sistem Urinaria
melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urin. Aseton uria bisa terjadi pada
wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah persalinan lama
yang disertai dehidrasi. Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih
selama proses melahirkan. Selain itu, rasa nyeri pada panggul akibat dorongan
kandung kemih biasanya akan pulih dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi
lahir.
1) Komponen urine
BUN (Blood Urea Nitrogen), yang meningkat selama masa pasca partum,
merupakan akibat autolisis uterus yang berinvolusi selama 1-2 hari setelah wanita
melahirkan.
2) Diuresis Pascapartu.
cairan yang terretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada
i. Sistem Muskuloskletal
berlangsung secara lebih baik pada masa pascapartum. Sebagian besar wanita
melakukan ambulasi 4-8 jam setelah melahirkan Adaptasi ini mencakup hal-hal
yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai ke-8
setelah melahirkan.
j. Sistem Integumen
setelah bayi lahir. Kulit meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul
mungkin memudar, serta adanya diaforesis. Ciri yang paling khas adanya bekas
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah
partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama
2) Pemeriksaan urin
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama
jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal
ibu harus di kaji untuk menentukan status rubella dan rhesus dan kebutuhan
2.5.2 Diagnosa
profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien,
singkat dan lugas terkait masalah kesehatan klien berikut penyebabnya yang dapat
dan analisis data yang cermat. Diagnosa keperawatan harus berfokus pada batasan
2) Pola komunikasi dan pemahaman ibu-bayi yang tidak efektif (Isyarat bayi
4) Bayi tidak merasa kenyang setelah menyusui (misal : bayi menangis dalam
1) Tidak ada tanda atau gejala pelepasan oksitosin (refleks let-down atau
7) Menolak latching on
dkk, 2015) :
1) Defisit pengetahuan
2) Anomaly bayi
5) Ambivalen ibu
6) Ansietas ibu
11) Prematuritas
2.5.3 Intervensi
dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna
mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan ini merupakan suatu petunjuk
46
2.5.4 Implementasi
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang baru dimiliki
2.5.5 Evaluasi
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus – menerus pada respon klien
dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah
berjudul pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada Ibu post partum
section sesarea yang dilakuan pada 60 responden ibu post partum dengan
dan memerah ASI terhadap produksi ASI pada ibu postpartum dengan seksio
sesarea dengan nilai Number Needed to Treat (NNT) = 3,3 dan nilai RR
pendidikan serta paritas pijat punggung dan memerah ASI memiliki perbedaan
karakteristik Ibu, ditinjau dari usia 20-34 tahun pada kelompok intervensi
dengan produksi ASI yang lancar nilai p = 0,011. Paritas dengan multiparitas
dengan status tidak bekerja nilai p = 0,023. Simpulan dalam penelitian ini
adalah tindakan pijat punggung dan memerah ASI berpengaruh baik terhadap
produksi ASI yang lancar pada ibu postpartum dengan seksio sesarea. Selain
49
dan ibu yang tidak bekerja berpengaruh baik pada produksi ASI yang lancar.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Mayasari. T, Susanti. Y dan PH. Livana pada
tahun 2017 tentang pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu
pre and post test. Hasil penelitian menggunakan indikator bahwa produksi
ASI meningkat baik pada hari ke 14, dengan nilai P value 0.000 <(0,05) hasil
dari penelitian ini adalah ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI.
produksi kolostrum pada ibu post partum di Puskesmas Rasa Bou Kecamatan
Hu’u Kabupaten Dompu. Populasi penelitian ini adalah ibu post partum
dalam menghasil ASI kolostrum sebanyak 12 orang (80%). ada pengaruh pijat
4. Penelitian yang berjudul hubungan pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap
hubungan pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap pengeluaran ASI diwilayah
kerja puskesmas Raja Basa Indah Bandar Lampung tahun 2015. Penelitian ini
dilakukan pada 15 responden pada bulan Juni- Juli 2015. Berdasarkan hasil
peneliti diketahui sebanyak 9 ibu nifas (60%) yang pengeluaran ASInya cepat,
5 ibu nifas (33 % ) yang pengeluaran ASInya normal dan ibu yang mengalami
yang pengeluaran ASInya lambat, 3 ibu nifas (20 % ) yang pengeluaran asinya
normal dan tidak ada ibu yang mengalami pengeluaran asinya cepat,
produksi ASI ibu post seksio sesarea di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah,
bulan April- Juni ini menunjukkan ada perbedaan proporsi kelancaran ASI
antara kelompok kontrol dan perlakukan dengan P value = 0,000 dan ibu post
seksio sesarea yang diberikan kombnasi teknik mermet dan pijat oksitosin
berpeluang 11,5 kali lebih besar untuk mempunyai produksi ASI lancer
memperlancar keluarnya ASI pada ibu post partum dengan berbagai teknik
seperti teknik mermet dan pijat oksitosin. Penelitian yang dilakukan oleh
51
tentang pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI pada ibu post
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan adalah studi kasus yaitu
pemberian ASI pada ibu multipara post SC Atas indikasi ketuban pecah dini hari
ke-0. Dalam studi kasus ini dilakukan dengan pengambilan data yang mendalam
dan menyertakan berbagai sumber informasi dari data yang didapatkan. Dalam
studi kasus ini pasien diobservasi sampai partisipan tersebut pulang yaitu meliputi
dan evaluasi.
Kabupaten Pasuruan.
Subyek penelitian studi kasus ini adalah dua partisipan dengan masalah
Proses awal dalam pengumpulan data pada penelitian studi kasus ini
keluarga, dan perawat. Sehingga data yang didapat adalah berisi tentang
kebiasaan yang dilakukan tentang pasien dan lain- lain mengenai permasalah
pasien.
2) Observasi dan pemeriksaan fisik langsung pada pasien untuk memperoleh data
ecara obyektif.
integritas peneliti, uji keabsahan data dilakukan dengan pengumpulan data dalam
penelitian ini dimulai dengan inform consent dari pasien yaitu Ny. P dan Ny. K
diagnose medis Post Sectio Caesarea atas indikasi Ketuban Pecah Dini hari ke-0
ditemukan payudara masih lembek, kolostrum belum keluar, putting kiri masuk.
54
Implementasi dilakukan pada saat pasien dalam perawatan yaitu mulai pasien
sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
dengan cara menarasikan jawaban- jawaban dari penelitian yang diperoleh dari
masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti
oleh peneliti dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk
1. Pengumpulan data.
bentuk transkrip.
55
koding yang dibuat oleh penulis dan mempunyai arti tertentu sesuai dengan topik
penelitian yang diterapkan. Data obyektif dari laporan dianalisis berdasarkan hasil
3. Penyajian data.
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
dari responden.
4. Kesimpulan.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
hasil- hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.
data. Cukup menulis nomor atau inisial responden saja untuk menjamin
kerahasiaan identitas.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
57
BAB 4
4.1 Hasil
penunjang.
Gubernur Jawa Timur pada tanggal 19 Desember 1979. Dengan visi : rumah sakit
kesehatan, sarana prasarana serta tenaga yang terintegrasi dengan pendidikan dan
penelitian, mengelola sumber daya dan keuangan secara efektif, efisien, dan
akuntabel. Mottonya yakni peduli dan berkualitas dalam pelayanan. Ruang nifas
merupakan salah satu bagian integral dari RSUD Bangil, terdapat dua dokter
Berdasarkan data yang didapat dari RSUD Bangil untuk ibu post partum sectio
dengan No. Rekam medik 003380XX, Tanggal MRS 7/08/2017, Jam 11:49
indikasi Ketuban Pecah Dini Hari ke- pemberian ASI pada kasus Post
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Keluhan Utama Ibu mengatakan ASI tidak Ibu mengatakan ASI tidak
keluar keluar
B. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien Post partum hari ke- Pasien Post partum hari ke-0,
0, Pasien datang ke RSUD Pasien datang ke RSUD
Bangil Pasuruan dengan Bangil Pasuruan dengan
riwayat kehamilan G2P1A0 riwayat kehamilan G3P1A2
60
C. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche (umur) : 14 Tahun 13 Tahun
Banyaknya ± 3-4 Pembalut/hari ± 3-4 Pembalut/hari
HPHT 23 Oktober 2016 20 Oktober 2016
HPL 30 Juli 2017 27 Juli 2017
Siklus Siklus teratur (28 hari) Siklus teratur (28 hari)
Lamanya ± 7 hari ± 7 hari
Disminore saat sebelum -
Keluhan
menikah
1. Kesanggupan dan
pengetahuan dalam
merawat bayi :
Breast Care Ibu mengetahui cara perawatan Ibu belum mengetahui cara
payudara dari bidan perawatan payudara, dan
belum pernah mendengar
penjelasan dari bu bidan
Perineal Care Ibu tidak mengetahui cara Ibu tidak mengetahui cara
perawatan perineum yang benar perawatan perineum yang
benar
Nutrisi Ibu mengetahui nutrisi yang Ibu mengetahui nutrisi yang
baik untuk ibu pasca bersalin baik untuk ibu pasca bersalin
2. Riwayat Keluarga
Berencana :
Melaksanakan KB Ya, IUD Ya, KB pil
Bila ya jenis
kontrasespsi apa
yang digunakan :
Sejak kapan Pil sejak 4 tahun yang lalu, Selama 3 tahun
menggunakan dipasang IUD setelah operasi dipasang IUD setelah operasi
kontrasepsi SC SC
62
3. Genogram
Ket :
: Laki-Laki Ket :
: Perempuan : Laki-Laki
: Perempuan Meninggal : Perempuan
: laki- laki meninggal : Pasien / Ibu
: Pasien / Ibu : Tinggal Serumah
: Tinggal Serumah : laki- laki meninggal
: Suami Istri : Perempuan Meninggal
: Anak : Suami Istri
: Anak
Tabel 4.2 Pengkajian Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Partisipan 1 di Ruang Nifas RSUD Bangil pada tanggal 7 Agustus
2017 - 8 Agustus 2017
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak
No Umur Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan JK BB PJ Hidup
kehamilan /Mati
No Umur Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan JK BB PJ Hidup/
kehamilan Mati
1. - 2 bln Aborus Kuretase Dokter - - - - - - - -
Tabel 4.5 Pengkajian Pola Kebutuhan Khusus Partisipan 1 di Ruang Nifas RSUD
Bangil pada tanggal 7 Agustus 2017 s.d 8 Agustus 2017
4. Pola tidur dan Pasien tidur ± 8 jam setiap Pasien belum bisa tidur setelah
istirahat hari, tidur setelah selesai operasi
pekerjaan rumahnya dan
bekerja. Tidak ada gangguan
istirahat tidur
5. Pola Personal Pasien mandi 3x/hari, Ibu belum mandi sejak setelah
Hygiene menggunakan sabun, operasi. Pagi ini ibu juga belum
menyikat gigi 3 kali/hari, dan diseka.
mencuci rambut 1 x/2 hari
65
Tabel 4.6 Pengkajian Pola Kebutuhan Khusus Partisipan 2 di Ruang Nifas RSUD
Bangil pada tanggal 07 Agustus 2017- 9Agustus 2017
No Pola kesehatan Sebelum MRS Selama MRS
1. Pola nutrisi Pasien makan sehari 4 kali Saat pengkajian pasien tampak
dengan porsi makan selalu menghabiskan makananya, nafsu
habis dengan menu lauk – makan baik menu dari rumah
pauk, nasi dan sayuran sakit. Minum ½- 1 gelas saat
pengkajian.
Minum 5-6 gelas sehari ±
1500 cc per hari
4. Pola tidur dan Pasien tidur ± 7 jam setiap Pasien belum tidur
istirahat hari, tidur setelah selesai
pekerjaan rumahnya. Tidak
ada gangguan istirahat tidur
5. Pola Personal Pasien mandi 2x/hari, Ibu diseka oleh keluarga
Hygiene menggunakan sabun,
menyikat gigi 3 kali/hari, dan
mencuci rambut 1 x/2 hari
Refleks hisap - Refleks hisap bayi lemah - Refleks hisap bayi lemah pada
bayi pada payudara kanan ibu payudara kanan ibu
- Menghisap payudara ibu hanya - Menghisap payudara ibu hanya
bagian putting bagian puting
Observasi 1 jam - 1 jam setelah menyusui bayi - 1 jam setelah menyusui bayi
setelah menangis menangis
menyusui - Bayi rewel Bayi rewel
Kepala dan rambut Inspeksi : simetris, tidak ada Inspeksi : simetris, tidak ada
luka, warna rambut hitam, luka, warna rambut hitam,
penyebaran merata penyebaran merata
Wajah Inspeksi : tidak ada luka, tidak Inspeksi : tidak ada luka,
ada cloasma gravidarum, tidak ada cloasma
gravidarum,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Palpasi : tidak ada nyeri
tekan
Bibir dan mulut Inspeksi : tidak ada sianosis, Inspeksi : tidak ada sianosis,
mukosa bibir lembab, keadaan mukosa bibir lembab,
mulut bersih, tidak ada keadaan mulut bersih, tidak
stomatitis ada stomatitis
Dada
Pemeriksaan Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak Inspeksi : ictus cordis tidak
terlihat terlihat
Abdomen
Genitourinary
Ekstremitas atas Inspeksi : simetris, tidak ada Inspeksi : simetris, tidak ada
luka, tidak ada edema, tidak luka, tidak ada edema, tidak
ada kesulitan dalam ada kesulitan dalam
pergerakan pergerakan
Ekstremitas bawah Inspeksi : simetris, tidak ada Inspeksi : simetris, tidak ada
luka, tidak ada edema, tidak luka, tidak ada edema, tidak
ada varises, tidak ada kesulitan ada varises, tidak ada
dalam pergerakan kesulitan dalam pergerakan
Tabel 4.9 Data Hasil Pemeriksaan Diagnostik Partisipan 1 di Ruang Nifas RSUD
Bangil tanggal 07Agustus 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Darah lengkap
Neutrofil % 86,4 %
Limfosit % 8,5 %
Monosit % 3,7 %
Eosinofil % 0,7 %
Basofil % 0,1 %
Tabel 4.10 Data Hasil Pemeriksaan Diagnostik Partisipan 2 di Ruang Nifas RSUD
Bangil tanggal 8 Agustus 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Darah lengkap
Neutrofil % 87,4 %
Limfosit % 7,1 %
Monosit % 4,1 %
Eosinofil % 0,4 %
Basofil % 0,1 %
1. Terapi Oral :
- Cefadroxil 3 x 500 mg
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg
- Metergin 3 x 0,125mg
- Roboransia 1x1
1. Terapi Oral :
- Cefadroxil 3 x 500 mg
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg
- Metergin 3 x 0,125mg
- Roboransia 1x1
72
G. Analisa Data
Tabel 4.13 Analisa Data Partisipan 1 dan Partisipan 2 di Ruang Nifas RSUD
Bangil pada tanggal 7Agustus 2017
DO :
Penurunan hormon estrogen
- GCS 4,5,6, composmentis dan progesteron
- Keadaan umum lemah
- TTV
TD: 120/ 80 mmHg
N: 92x / mnt Menstimulasi hipofisis
RR: 20x/mnt anterior dan posterior
S : 36,60C
Sekresi prolaktin dan
- Lochea Rubra
- Kolostrum belum keluar Sekresi oksitosin meningkat
- Puting kiri ibu masuk
- Payudara lembek
- Bayi rewel dan menangis
pada payudara dan Kontraksi sel myopitel
menangis dalam waktu
satu jam setelah menyusui
- Refleks menghisap bayi Penyempitan pada duktus
pada payudara kanan ibu Laktiferus
masih lemah
- Bayi menghisap payudara
kanan ibu hanya sebagian ASI tidak keluar
putting, pada payudara
kiri bayi tidak bisa Tidak tahu cara menyusui
menghisap karena putting yang baik
pada payudara kiri masuk
Pengeluaran ASI tidak efektif
Partisipan 2 : Ketuban pecah dini Ketidakefektifan pemberian
DS : ASI
- Ibu mengatakan ASI
belum keluar Sectio Caesarea
- Ibu mengatakan tidak
mengetahui cara Post Partum
perawatan payudara dan
menyusui yang benar Perubahan Fisiologi
73
DO :
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.15 Intervensi Keperawatan (NANDA NIC NOC 2015) Partisipan 1 dan
Partisipan 2 di Ruang Nifas RSUD Bangil pada tanggal 7 Agustus
2017
(Tujuan, Kriteria Hasil) NIC Rasional
ibu bertambah tentang cara dari bayi (misalnya tentang isyarat menyusui
perawatan payudara dan cara reflex rooting, sucking dari bayi sangat penting
menyusui yang benar dan swallowing). dalam proses laktasi
NOC :
3. Anjurkan ibu untuk 3. Membantu ibu jika
- Ibu mampu menyebutkan
sering menarik puting struktur papila mamae
cara dan
susunya masuk
mendemonstrasikan
perawatan payudara
- Ibu mengetahui dan
mengaplikasikan teknik 4. Pantau integritas kulit 4. Teknik menyusui yang
menyusui yang tepat puting ibu kurang tepat dapat
- ASI/kolostrum dapat menyebabkan iritasi pada
keluar puting ibu
- Ibu tidak mengalami nyeri 5. Ajarkan perawatan 5. Membantu dalam
tekan pada puting payudara dan pantau pengeluaran ASI ibu dan
- Bayi menghisap kuat kemampuan klien untuk mengevaluasi tingkat
- Bayi menyusui dengan melakukan secara teratur pemahaman ibu tentang
tepat perawatan payudara
6. Jelaskan tentang ASI 6. Mengetahui ketepatan ibu
ekslusif dan dalam menyusui bayinya
demonstrasikan teknik
menyusui yang tepat
7. Berikan dan ajarkan pijat
7. Merangsang pengeluaran
oksitosin pada pasien
kolostrum
8. Kolaborasi dengan tim
8. Mempercepat
medis dalam pemberian
penyembuhan luka Post
terapi
Sc
77
4. Implementasi Keperawatan
8. Mengukut TTV
11.00 TD: 120/80 mmHg
N: 92x /mnt
R : 20x/mnt
S : 36,50C
78
08.50 08.45
7. Memberikan pijat
09.00
oksitosin : Pasien
merasa rileks dan
nyaman
8. Mengukur TTV
TD: 110/80 mmHg
11.00
N : 86x/mn
RR : 20x /mnt
S: 366x/ mnt
9. Memberikan obat
13.00
oral
- Cefadroxil 500
mg
- Methergin 0,125
mg
- Asamefenamat
500 mg
- Roboransia 1 tab
81
5. Evaluasi Keperawatan
1 7-8-2017 Ketidakefektifan S:
pemberian ASI
14.00 WIB b.d anomaly 1. Ibu mengatakan kolostrum belum
payudara dan keluar
kurangnya 2. Ibu mengatakan mengetahui cara
pengetahuan perawatan payudara dan cara
tentang menyusui yang benar
perawatan
O:
payudara serta
menyusui yang 1. Tanda – tanda vital
benar
TD : 110/80 mmhg Suhu : 36,5oC
N : 88 x/m RR : 22 x/m
P : Intervensi dilanjutkan
8-8-2017
S:
11.30
1. Ibu mengatakan kolostrum sudah
keluar
2. Ibu mengatakan mengetahui cara
perawatan payudara dan cara
menyusui yang benar
O:
N : 89 x/mnt RR : 20 x/mnt
rutin
3. Melakukan teknik menyusui yang
benar
4. Kontrol pada tanggal 11/08/2017
5. Obat yang dibawa pulang
Cefadroxil 500mg (3x1), Asam
Mefenamat 500mg (3x1),
Methergin 0,125mg (3x1), tablet
Roboransia
2 8-8-2017 Ketidakefektifan S:
pemberian ASI
14.00 WIB b.d anomaly 1. Ibu mengatakan kolostrum belum
payudara dan keluar
kurangnya 2. Ibu mengatakan sudah bisa
pengetahuan melakukan perawatan payudara
tentang dan menyusui yang benar
perawatan
payudara serta
menyusui yang O:
benar
1. Tanda – tanda vital
N : 86 x/m RR : 20 x/m
P : Intervensi dilanjutkan :
2 09/08/2017 Ketidakefektifan S:
pemberian ASI
12.00 WIB b.d anomaly 1. Ibu mengatakan kolostrum sudah
payudara dan keluar
kurangnya 2. Ibu mengatakan mengetahui cara
pengetahuan perawatan payudara dan cara
tentang menyusui yang benar
perawatan
O:
payudara serta
menyusui yang 1. Tanda – tanda vital
benar
TD : 120/70 mmhg
Suhu : 36,7oC
N : 88 x/m
RR: : 20 x/m
WIB,
Discharge Planning :
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian
Pada hasil pengkajian ditemukan beberapa hal yang akan dibahas yaitu
usia, pendidikan, paritas serta keluhan utama yang dirasakan oleh kedua
partisipan. Berdasarkan hasil studi kasus pada tabel 4.1 bahwa partisipan 1 berusia
multipara post SC atas indikasi ketuban pecah dini hari ke- 0. Jarak kehamilan
partisipan 1 sebelumnya dan kehamilan sekarang adalah 4,5 tahun dengan riwayat
pasien tidak menyusui bayinya, dikarenakan partisipan ASI tidak keluar. Pada
baru melahirkan anaknya untuk yang pertama, dikarenakan anak pertama dan
kedua mengalami keguguran, sehingga pada bayi yang sekarang adalah pertama
menurut Prawihardjo (2008) usia ibu yang paling baik dan siap untuk hamil dan
melahirkan yaitu pada usia 20- 35 tahun, usia tersebut adalah usia yang matang
pengeluaran ASI, karena ibu yang melahirkan dengan cara operasi Sectio
Caesarea sering kali sulit menyusui bayinya segera setelah ia lahir. Terutama jika
ibu diberikan anastesi umum. Ibu relative tidak sadar untuk dapat mengurus
bayinya dijam pertama setelah bayi lahir. Kondisi luka operasi membuat proses
menyusui sedikit terhambat. Sementara itu bayi mungkin mengantuk dan tidak
penghilang sakit sebelum operasi. Dan apabila ASI tidak keluar karena tidak
otot disekeliling alveoli dan memeras ASI keluar karena apabila reflek oksitosin
tidak bekerja dengan baik, maka bayi akan mengalami kesulitan untuk mendapat
ASI. Payudara seolah- olah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara tetap
menurut penelitian yang dilakukan oleh Astuti.R dan Rusmil. K, dkk (2015)
memperlancar ASI.
partisipan 2 adalah lulusan SMP, dimana menurut Eny dan Diah (2009)
pendidikan merupakan salah satu masalah dalam menyesui, hal itu berhubungan
dengan respon ibu terhadap penerimaan informasi, ketika informasi yang dterima
tidak sama kebanyakan ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya
87
atau bahkan lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila
keluar, pada pemeriksaan fisik ditemukan payudara lembek serta payudara kiri
masih masuk. Bentuk puting yang masih masuk atau tidak keluar pada payudara
ibu menurut Eny dan Diah (2009) merupakan masalah dalam menyusui. Menurut
Bobak (2004) keadaan payudara pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan
dalam kehamilan. Pada waktu ini payudara belum mengandung ASI, melainkan
adalah cairan kuning yang disekresi oleh payudara pada awal masa nifas. Pada
hari ke 3 post partum, payudara menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu dan kalau areola mamae dipijat, keluarlah cairan putih
dari puting susu. Berdasarkan teori diatas dapat diketahui bahwa pada hari
pertama kelahiran payudara tidak mengandung ASI namun kolostrum yang dapat
keluar saat memijat mamae, namun faktanya tidak semua ibu post secsio caesaria
menyusui ASI belum keluar, hal tersebut terjadi pada sebagian besar ibu post SC
pengetahuan ibu, motivasi, keinginan menyusui dan nutrisi ibu (Ria,2012 Dalam
Alfiansyah,2014).
benar ditandai dengan ibu mengatakan belum mengetahui cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara,puting kiri ibu masuk, payudara lembek, refleks
menghisap bayi pada payudara lemah dan bayi menghisap hanya sebagian puting.
pengetahuan tentang perawatan payudara serta cara menyusui yang benar ditandai
dengan ibu mengatakan belum mengetahui cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, puting kiri ibu masuk, payudara lembek, refleks menghisap
ketidakpuasan atau kesulitan ibu, bayi, atau anak menjalani proses pemberian
ASI. Dengan berbagai macam batasan karakteristik, pada kedua partisipan batasan
dalam jam pertama setelah menyusui, ketidakmampuan bayi untuk latch-on pada
payudara ibu secara cepat, bayi menolak latch-on dan bayi tidak menghisap
payudara secara terus menerus dan tidak tampak tanda pelepasan oksitosin. Pada
untuk meningkatkan keberhasilan respon latch-on (mulut bayi melekat rapat pada
payudara ibu), pola komunikasi dan pemahaman ibu-bayi yang tidak efektif
tidak teratur dan kontinu pada payudara, bayi tidak merasa kenyang setelah
menyusui (misal : bayi menangis dalam jam pertama menyusu). Pada data minor
(mungkin ada) meliputi tidak ada tanda atau gejala pelepasan oksitosin (refleks
let-down atau ejeksi air susu) dan bayi menangis pada payudara. Sedangkan faktor
89
yang berhubungan yang muncul pada kedua partisipan adalah anomaly payudara
ibu dan defisit pengetahuan ibu mengenai cara merawat payudara dan cara
pengetahuan mengatahui cara perawatan payudara dan cara menyusui yang benar.
ibu tentang isyarat menyusui dari bayi (misalnya reflex rooting, sucking dan
swallowing), anjurkan ibu untuk sering menarik puting susunya, pantau integritas
kulit puting ibu, ajarkan perawatan payudara dan pantau kemampuan klien untuk
teknik menyusui yang tepat, serta berikan pijat oksitosin pada pasien.
perawatan payudara dan teknik menyusui yang tepat yaitu observasi pola
menghisap, evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat menyusui dari bayi (misalnya
reflex rooting, sucking dan swallowing), anjurkan ibu untuk sering menarik puting
susunya, pantau integritas kulit puting ibu, ajarkan perawatan payudara dan
pantau kemampuan klien untuk melakukan secara teratur, jelaskan tentang ASI
oksitosin. pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai
90
dari costae ke 5-6 sampai scapula akan mempercepat kerja syaraf parasimpatis
(Suherni, 2008 dalam Hamranani 2013). Pijatan ini memberikan rasa nyaman
pada ibu setelah mengalami proses persalinan dapat dilakukan selama 2-3 menit
ditambahkan satu intervensi yaitu pemberian pijat oksitosin, harapan dari peneliti
dapat membantu merangsang pengeluaran kolostrum pada ibu post partum sectio
caesarea.
Pada tabel 4.15 dalam pelaksanaan keperawatan pada kedua partisipan telah
payudara dan teknik menyusui yang benar, awal saat demonstrasi ibu masih
yang dilakukan oleh peneliti, namun saat feedbeck dengan diberikan pertanyaan
melakukan sendiri dalam pemberian pijat oksitosin. Saat melakukan pasien duduk
di atas tempat tidur dan peneliti membelakangi partisipan serta melakukan back
91
melakukan pijat ini selama 2 menit. Intervensi ini didukung oleh penelitian yang
pijat oksitosin berpengaruh terhadap jumlah produksi ASI pada ibu Post Sectio
Caesarea dengan P value 0,012 yang berarti P ≤0.05. Pada penelitian yang
dan terendah dengan kategori tidak lancar sebanyak 1 orang (6,67%). Pada pijat
oksitosin pemijatan yang dilakukan pada tulang belakang pada costa (tulang
rusuk) ke 5-6 sampai scapula (tulang belikat) yang akan mempercepat kerja saraf
parasimpatis, saraf yang berpangkal pada medulla oblongata dan pada daerah
oksitosin, oksitosin menstimulasi kontraksi sel- sel otot polos yang melingkari
Kedua penelitian ini saling mendukung satu sama lain tentang pengaruh
pijat oksitosin terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu post partum sectio
caesarea.
7 Agustus 2017 sampai dengan 8 Agustus 2017 sedangkan pada partisipan 2 dari
tanggal 8 Agustus 2017 sampai dengan 9 Agustus 2017. Hasil evaluasi yang
didapatkan pada partisipan 1 yaitu tanda – tanda vital : TD : 120/80 mmhg, Suhu
92
yang tepat, puting kiri ibu masih masuk, payudara tegang, reflek menghisap bayi
pada payudara kanan ibu masih lemah tetapi bayi menghisap tepat pada bagian
puting dan areola, tidak ada nyeri tekan pada puting. Sedangkan pada partisipan 2
evaluasi hari terakhir tanda – tanda vital : TD : 120/70 mmhg, suhu : 36,7oc, N :
88 x/m, RR: 20 x/m, kolostrum keluar pada payudara kanan, puting kanan dan kiri
perawatan payudara dan teknik menyusui yang tepat, serta bayi menghisap
payudara kanan baik dan kuat. Pada partisipan 2 ASI sudah keluar pada hari
pertama sedangkan pada partisipan 1 ASI keluar pada hari kedua. dibanding
dengan partisipan 1,
Menurut Asih dan Efendy (2013) evaluasi merupakan tahap terakhir dari
dalam perencanaan.
mengatakan sudah mengetahui cara menyusui yang benar dan merawat payudara,
kolostrum sudah keluar pada payudara kanan, papila mamae sinistra partisipan 1
masih masuk, payudara tegang, bayi menyusu dengan tenang pada payudara serta
reflek latch on sudah kuat. Pada partisipan 2 menunjukkan bahwa ibu mengatakan
sudah mengetahui cara menyusui yang benar dan merawat payudara, kolostrum
keluar pada kedua payudara, kedua putting menonjol, payudara tegang, bayi
menyusu dengan tenang pada payudara serta reflek latch on sudah kuat.
93
Persamaan kedua partisipan sudah mengetahui cara menyusui yang benar, bayi
menghisap pada payudara baik dan kuat. Evaluasi yang di hasilkan sudah sesuai
dengan kriteria hasil yang di tulis dalam perencaan keperawatan. Pada evaluasi
didapatkan bahwa kedua partisipan ingin menyusui bayinya namun kendala yang
dihadapi pada awal-awal menyusui yaitu kolostrum belum keluar. Pada saat
diberikan edukasi untuk meningkatkan nutrisi TKTP ibu pasca melahirkan, tidak
melakukan tarak, minum obat dengan teratur, kontrol sesuai anjuran dokter,
pijat oksitosin.
94
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian
payudara serta cara menyusui yang benar, pada pemeriksaan fisik ditemukan ASI
tidak keluar, payudara lembek, puting kiri masuk. Pada proses menyusui bayi
menangis pada payudara, latch on masih sebagian pada putting, reflek menghisap
caesarea atas indikasi ketuban pecah dini hari ke-0 adalah ketidakefektifan
5.1.3 Perencanaan
NANDA NIC NOC menurut Nurarif, (2015) ditambah dengan pemberian terapi
5.1.4 Tindakan
pasien dan pelaksanaan tersebut dilakukan selama pasien berada di rumah sakit
atau sampai pasien pulang., yaitu 2 hari. Tindakan mandiri yang dilakukan salah
95
5.1.5 Evaluasi
jam. Didapatkan hasil untuk data subyektif ibu mengatakan ASI sudah keluar
serta sudah mengetahui cara menyusui yang benar dan mengetahui cara perawatan
kenyal, ASI sudah keluar, putting susu sudah menonjol, kedua partisipan sudah
bisa melakukan teknik menyusui dengan benar, reflek menghisap bayi kuat pada
semua putting, bayi nampak tenang saat menyusu pada ibu serta tidak ada nyeri
5.2 Saran
caesarea sebelum pulang terkait dengan perawatan diri dan bayi pada masa
nifas.
memperlancar ASI.
Hasil studi kasus ini hendaknya sebagai bahan masukan pendukung teori
pemberian ASI pada kasus post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini
Sebagai informasi atau gambaran yang sesuai antara kasus pada pasien
dengan teori yang ada, sehingga bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa
DAFTAR PUSTAKA
Kasdu, dini 2005. Operasi Caesar: Masalah Dan Solusinya. Jakarta : Puspa
Swara
Lestari H. Julianto I. Murniah S. 2016. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap
Kelancaran produksi kolostrum pada ibu post partum di puskesmas RASA
BOU kecamatan Hu,u Kabupaten Dompu: ISSN. Prima: Mataram
Lampiran 1
NIM : 03.16.016
ilmu pengetahuan. Identitas dan jawaban yang diberikan akan kami rahasiakan.
Atas kesediaan dan kerjasama yang diberikan, peneliti mengucapkan terima kasih.
NIM : 03.16.016
ilmu pengetahuan. Identitas dan jawaban yang diberikan akan kami rahasiakan.
Atas kesediaan dan kerjasama yang diberikan, peneliti mengucapkan terima kasih.
Lampiran 8
MATRIKS JURNAL
2. Efektifitas mengetahui Responden dalam Dilakukan Terdapat pengaruh Penelitian Google scholar (Tesis,
kombinasi efektifitas penelitian ini tindakan teknik antara kombinasi teknik dilakukan pada Mardiyaningsih. E,
teknik mermet kombinasi teknik berjumlah 54 mermet dan mermet dan pijat bulanApril- Juni 2010)
111
dan pijat mermet dan pijat responden, 27 pijat oksitosin oksitosin 2010.
oksitosin oksitosin kelompok kontrol dan
terhadap terhadap 27 kelompok
produksi ASI produksi ASI ibu intervensi
ibu post section post seksio
sesarea di sesarea.
Rumah Sakit
Wilayah Jawa
Tengah,
3 Pengaruh pijat untuk Jumlah sampel 60 Dilakukan tindakan pijat punggung Tahun 2015 Google schoolar
punggung dan menganalisis responden yang dibagi tindakan pijat dan memerah ASI (IJEMC, Volume 2, 1
memerah ASI pengaruh pijat menjadi 30 responden oksitosin dan berpengaruh baik Maret 2015, Astuti,
terhadap punggung dan kelompok intervensi memerah ASI terhadap produksi ASI R.P, Rusmail. P, dkk)
produksi ASI memerah ASI dan 30 responden yang lancar pada ibu
pada ibu post terhadap kelompok kontrol postpartum dengan
partum dengan produksi ASI seksio sesarea
section sesareapada ibu
Postpartum
dengan seksio
sesarea.
4 Pengaruh pijat untuk 30 sampel responden Pijat oksitosin Produksi ASI Tahun 2017 Jurnal Keperawatan
oksitosin mengetahui ibu menyusui meningkat baik pada Volume 9 No 1, Hal
terhadap pengaruh pijat hari ke 14, dengan hasil 24 - 29, Maret 2017
produksi ASI oksitosin ada pengaruh pijat Sekolah Tinggi Ilmu
112
5 Pengaruh pijat untuk Sampel sebanyak 30 Pijat oksitosin Ada pengaruh pijat 2 Oktober- Jurnal Prima, ISSN :
oksitosin mengetahui responden oksitosin terhadap Desember 2016 2477 – 0604
terhadap pengaruh pijat kelancaran produksi Vol. 2 No. 2 Oktober-
kelancaran oksitosin kolostrum pada ibu Desember 2016 | 85-
produksi terhadap postpartum Di 97
kolostrum pada kelancaran Puskesmas Rasa Bou
Ibu post partum produksi Kecamatan Hu’u
dipuskesmas kolostrum pada Kabupaten Dompu.
rasa Bor ibu postpartum
kecamatan hu’u Di Puskesmas
kabupaten Rasa Bou
dompu Kecamatan Hu’u
Kabupaten
Dompu.
113
Lampiran 9
PARTISIPAN I
A. IDENTITAS
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Umur : 32 tahun
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Kamar No. :V
P2A0002
B. RIWAYAT KESEHATAN
Pasien Post partum hari ke-0, Pasien datang ke RSUD Bangil Pasuruan
bidan, bu bidan mengatakan masih belum ada tanda- tanda persalinan, pasien
jam 10.00 Wib, cairan mulai keluar pada jam 08.00 Wib.setelah diperiksa atas
keruang operasi jam 20.00 Wib dan dipindahkan keruang nifas pada tanggal 7
ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, ibu juga
tidak pernah menderita penyakit menurun dan menahun seperti DM, jantung,
hipertensi, asma.
115
C. RIWAYAT OBSTETRI
Lamanya : ± 7 hari
Keluhan : Disminore
Ya, IUD
7. Genogram
Ket :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Perempuan Meninggal
: laki- laki meninggal
: Pasien / Ibu
: Tinggal Serumah
: Suami Istri
: Anak
117
1. Riwayat ANC
No Umur Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan JK BB PJ Hidup
kehamilan /Mati
dan sayuran
BAB.
keluarga
4. Pola tidur dan Pasien tidur ± 8 jam Pasien belum bisa tidur
selesai pekerjaan
istirahat tidur
- Reflek Hisap : Refleks hisap bayi lemah pada payudara kanan ibu,
menghisap payudara ibu hanya bagian putting
F. PEMERIKSAAN FISIK
- Kesadaran : Composmentis
penyebaran merata
- Wajah
- Mata
- Hidung
- Telinga
- Leher
jugularis
- Dada
a) Pemeriksaan paru :
b) Pemeriksaan Jantung
c) Pemeriksaan mammae
- Abdomen
baik,kuat
Perkusi : Timpani
- Genitourinary
- Integumen
- Ekstremitas atas
- Ekstremitas bawah
- Kekuatan Otot :
5 5
5 5
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hematologi
Darah lengkap
Neutrofil % 86,4 %
Limfosit % 8,5 %
Monosit % 3,7 %
Eosinofil % 0,7 %
125
Basofil % 0,1 %
(HGB)
35,90 % 40 – 54
Hematokrit (HCT)
92,70 μm3 81,1 – 96,0
MCV
31,40 pg 27,0 – 31,2
MCH
33,90 g/dL 31,8 – 35,4
MCHC
13,60 % 11,5 – 14,5
RDW
282 103 / μL 155 – 366
PLT
6,6 fL 6,90 – 10,6
MPV
Terapi Oral :
- Cefadroxil 3 x 500 mg
- Metergin 3 x 0,125mg
PARTISIPAN II
A. IDENTITAS
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Nama Suami : Tn A
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Kamar No. :I
P2A1001
B. RIWAYAT KESEHATAN
Pasien Post partum hari ke-0, Pasien datang ke RSUD Bangil Pasuruan
6 Agustus 2017, oleh bidan disuruh untuk kerumah sakit RSUD. Bangil
karena air ketuban yang merembes, tapi pasien datang ke RSUD. Bangil pada
tanggal 7 Agustus 2017 jam 11.49 WIB karena pasien merasa perut berlum
SC karena ketuban pecah dini, pasien masuk kamar operasi jam 16.00 Wib
dan pasien dipindahkan ke ruang nifas tanggal 7 Agustus sekitar jam 21.00
WIB.
pernah menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, ibu juga tidak
hipertensi, asma
128
menular seperti : TBC, hepatitis, namun dari bapak ada riwayat penyakit
C. RIWAYAT OBSTETRI
Lamanya : ± 7 hari
Keluhan :-
Breast Care
Perineal Care
Nutrisi
Senam Nifas
Rencana KB
Menyusui
Ibu mengatakan akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya tapi pasien
Pil
setelah operasi SC
10. Genogram
Ket :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Pasien / Ibu
: Tinggal Serumah
: laki- laki meninggal
: Perempuan Meninggal
130
: Suami Istri
: Anak
Trimester II : Periksa kebidan 2x, pasien tidak mengeluh apa- apa, pasien
mendapatkan obat ramabion, & afolat., dari bidan dianjurkan
meningkatkan gizi untuk ibu hamil dan makan sedikit tapi sering.
Trimester III : Ibu memeriksakan kehamilannya 5x, pada trimester III, ibu
mengatakan sering mual dan muntah. Pasien mendapatkan obat
Fe, Vit C, Kalk, Anjuran dari bidan mengurangi aktivitas, istirahat
yang cukup dan meningkatkan gizi untuk ibu hamil.
131
No Umur Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan JK BB PJ Hidup/
kehamilan Mati
1. - 2 bln Aborus Kuretase Dokter - - - - - - - -
- Reflek Hisap : Refleks hisap bayi lemah pada payudara kanan ibu,
menghisap payudara ibu hanya bagian putting
F. PEMERIKSAAN FISIK
- Kesadaran : Composmentis
penyebaran merata
- Wajah
- Mata
- Hidung
134
- Telinga
- Leher
jugularis
- Dada
d) Pemeriksaan paru :
e) Pemeriksaan Jantung
135
f) Pemeriksaan mammae
- Abdomen
baik,kuat
Perkusi : Timpani
- Genitourinary
- Integumen
136
- Ekstremitas atas
- Ekstremitas bawah
- Kekuatan Otot :
5 5
5 5
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hematologi
Darah lengkap
Neutrofil % 87,4 %
Limfosit % 7,1 %
Monosit % 4,1 %
Eosinofil % 0,4 %
Basofil % 0,1 %
Terapi Oral :
- Cefadroxil 3 x 500 mg
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg
- Metergin 3 x 0,125mg
- ROB Tab Fe 1x1
138
Lampiran 10
1. Deskripsi
A. Topik
Perawatan payudara
B. Sub Topik
Perawatan payudara post partum dengan sectio caesarea
C. Pelaksana
Mahasiswa Ners Stikes Dian Huasada Mojokerto
D. Sasaran
Ibu post SC
E. Tempat
Ruang Nifas RSUD Bangil
F. Hari/Tanggal
Selasa, 8 Agustus 2017
2. Tim Penyuluhan
Pemateri : Gevi Melliya Sari
3. Latar Belakang
Berdasarkan tugas profesi ners dalam penyusunan studi kasus di ruang Nifas
RSUD Bangil dalam departemen maternitas di dapatkan data bahwa perawatan payudara
merupakan masalah yang kurang dipahami oleh sebagian besar masyarakat dan kurang
6. Materi
7. Peserta
Ibu post sectio caesarea
8. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
9. Media
Media yang digunakan untuk penyuluhan antara lain:
1. Lefleat
140
perawatan
payudara
post sectio
caesarea
perawatan
payudara
post sectio
caesarea
5. Jelaskan
Perawatan
terakhir
pada
perawatan
payudara
post sectio
caesarea.
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh peserta.
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya.
12. Evaluasi
1. Ibu dapat menjelaskan pengertian perawatan payudara post sectio caesarea
2. Ibu dapat menyebutkan manfaat perawatan payudara post sectio caesarea
3. Ibu dapat menyebutkan alat perawatan payudara post sectio caesarea
4. Ibu dapat melakukan cara perawatan payudara post sectio caesarea
5. Ibu dapat melakukan perawatan terakhir perawatan payudara post sectio caesarea
143
MATERI PENYULUHAN
2) Handuk bersih
4) Kapas
5) Waslap
Cara yang dilakukan pada payudara ibu pasca persalinan sectio caesarea
3. Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak kelapa atau baby oil
bawah, telapak tangan melingkari payudara dari bagian tengah ke arah atas
145
arah puting susu secara menyeluruh, lakukan gerakan ini sebanyak 20x
7. Merangsang buah dada dengan kompres air hangat lalu dengan air dingin
memungkinkan mandi
3. Memerah ASI
147
1) Letakkan jari dan ibu jari di tiap sisi aerola dan tekan kearah dinding dada
2) Tekan di belakang puting dan aerola diantara ibu jari dan jari telunjuk
148
MOCHTAR (2002) :
5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh darah getah benih dilakukan
2. Mencukupi kebutuhan nutrisi, tidak ada pantangan dalam makan, minum yang
ASI EKSLUSIF
1) Deskripsi
A. Topik
ASI ekslusif
B. Sub Topik
Pemberian ASI ekslusif
C. Pelaksana
Mahasiswa Ners Stikes Dian Huasada Mojokerto
D. Sasaran
Responden
E. Tempat
Ruang Nifas RSUD Bangil
F. Hari/Tanggal
Selasa, 8 Agustus 2017
G. Waktu
08.00 Wib
2) Tim Penyuluhan
3) Latar Belakang
ASI ekslusif makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah.
ASI mengandung berbagai gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Pemberian ASI ekslusif merupakan cara pemberian makanan yang
sangat tepat dan kesempatan terbaik bagi kelangsungan hidup bayi di usia 6 bulan, dan
melanjutkan pemberian ASI sampai umur 2 tahun. Khasiat ASI begitu besar seperti ASI
151
dapat menurunkan resiko bayi mengidap berbagai penyakit. Apabila bayi sakit akan lebih
cepat sembuh bila mendapatkan ASI. ASI juga membantu untuk kecerdasan anak karena
di dalam ASI terdapat nutrien yang diperlukan untukpertumbuhan otak bayi yang tidak
ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi, antara lain: taurin, laktosa, DHA, AA,
6) Materi
7. Kandungan ASI
7) Peserta
1. Keluarga pasien
8) Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
9) Media
1. Lefleat
ASI Bertanya
4. Cara
menyusui
yang benar
5. Cara lain
memberikan
ASI
6. Cara
menyimpan
ASI
1. Jelaskan Mendengarkan
pengertian danmemberikan
ASI ekslusif pendapat
2. Sebutkan
manfaat ASI
bagi bayi dan
ibu
3. Jelaskan cara
menjaga mutu
dan jumlah
produksi ASI
4. Jelaskan cara
menyusui
yang benar
5. Jelaskan cara
lain
memberikan
ASI
6. Jelaskan cara
menyimpan
ASI
154
Uraian tugas :
2. Penyuluh
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah
12) Evaluasi
3. Keluarga dapat menjelaskan cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI
MATERI PENYULUHAN
ASI EKSLUSIF
ASI Ekslusif adalah pemberian ASI sejak bayi dilahirkan sampai usia 6
bulan.
ASI Ekslusif adalah pemberian ASI kepada bayi tanpa tambahan makanan
lain, sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan. Bayi harus mendapat makanan yang lain
supaya dapat tumbuh dengan sempurna, baik fisik maupun rohaninya. ASI
ASI ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
Pemberian ASI ekslusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan
cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa makanan seperti
b. Meningkatkan kecerdasan
c. Berat badan ibu menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan
sebelum hamil
5) Kapan waktu untuk menyusui : Menyusu tidak perlu dibatasi dan tidak
perlu dijadwal
diberikan M-PASI
tahun
4) Bayi diletakkan menghadap ke ibu, kepala bayi pada siku ibu, tangan ibu
Bayi Kembar
159
memberikan ASI ekslusif. Ibu tetap bisa memberikan ASI perah, yakni ASI yang
diperas dari payudara, lalu diberikan pada bayi saat ibu bekerja dikantor.
Memerah ASI ada 2 cara, dengan pompa ASI atau dengan tangan. ASI yang
1) Ditempatkan pada lemari pendingin dan ridak disimpan lebih dari 24 jam
2) ASI disimpan dalam botol yang steril. Diberi label tanggal dan jam simpan
3) Cairkan ASI beku dengan menempatkan pada wadah yang tertutup dalam
G. Kandungan ASI