Anda di halaman 1dari 159

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY.

P G2P1A0
UMUR 36 TAHUN DENGAN INDUKSI ATAS INDIKASI
SEROTINUS DI RSU ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas
Akhir Pendidikan Diploma 3 Kebidanan

Disusun oleh:
Wiwin Fajar Khomsiyati
NIM B14046

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha ESA yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Asuhan Kebidanan Ibu
Bersalin Pada Ny. P G2P1A0 Umur 36 Tahun Dengan Induksi Atas Indikasi
Serotinus Di RSU Assalam Gemolong Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun
dengan maksut untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan
dari program studi DIII Kebidanan STIKes Kususma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Wahyu Rima Agustin S.Kep., Ns., M.Kep selaku ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Siti Nurjanah SST., M.Keb selaku Ka. Prodi D3 Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Kartika Dian Listyaningsih, SST., M.Sc selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan
kepada penulis.
4. dr. Wiwiek Irawati, M.Kes selaku direktur di RSU Assalam Gemolong
Sragen yang telah memberi ijin pada penulis dalam melakukan studi.
5. Seluruh dosen dan staff D3 kebidann STIKes Kusuma Husada Surakarta
atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 13 Maret 2017

Penulis

iv
Prodi D3 Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Mei 2017
Wiwin Fajar Khomsiyati
B.14046

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. P G2P1A0


UMUR 36 TAHUN DENGAN INDUKSI ATAS INDIKASI
SEROTINUS DI RSU ASSALAM GEMOLONG
SRAGEN

xi + 114 halaman + 14 lampiran

INTISARI

Latar Belakang : Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang telah


berlangsung selama 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama
haid terahir menurut rumus Nagele dengan siklus haid rata-rata 28 hari
(Maryunani dkk, 2015). Induksi merupakan suatu proses memulai aktivitas uterus
untuk mencapai pelahiran pervaginam (Liu, 2008). Dari studi pendahuluan di
RSU Assalam Gemolong Sragen pada bulan Oktober 2015 sampai bulan Oktober
2016 tercatat pasien dengan bersalin seluruhnya 2.252 orang, dan jumlah
persalinan serotinus dengan induksi 55 (15,89%).
Tujuan Studi Kasus : Mahasiswa mendapat pengalaman nyata dan dapat
memerikan asuhan menggunakan proses manajemen kebidanan pada ibu bersalin
dengan induksi atas indikasi serotinus.
Metodologi Peneliian : Jenis studi kasus menggunakan metode deskriptif
observasional, lokasi studi kasus di RSU Asaalam Gemolong, subjek studi kasus
ibu bersalin Ny. P G2P1A0 umur 36 tahun dengan induksi atas indikasi serotinus,
waktu studi kasus pada 13-14 Maret 2017, teknik pengumpulan data yaitu data
primer (pemeriksaan fisik, wawancara, observasi) dan data sekunder (studi
kepustakaan dan studi dokumentasi).
Hasil : Keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis, TD: 120/80 mmHg, N:
84x/menit, R: 22x/menit, S: 36,7 C. Bayi lahir spontan pukul 01.15 WIB, jenis
kelamin perempuan, BB: 3000gr, PB: 48cm, LK: 30cm, LD: 31cm, anus
berlubang, cacat (-), APGAR score: 8-9-10, plasenta lahir spontan pukul 01.20
WIB, selaput ketuban utuh, kotiledon lengkap, panjang tali pusat ± 40 cm,
kontraksi keras, TFU 2 jari di bawah pusat, terjadi laserasi perinium derajat II,
keadaan ibu baik, jumlah perdarahan pervaginam kala I sampai kala IV ± 200cc,
kandung kemih kosong, diagnosa potensial tidak terjadi, dan asuhan dilakukan
selama 1 hari (pada 13-14 maret 2017).
Kesimpulan : Berdasarkan hasil studi kasus yang telah dilakukan didapat
kesenjangan antara teori dengan praktik di lahan yaitu pada pengkajian,
perencanaan, dan penatalaksanaan .
Kata kunci : Persalinan, Induksi, Serotinus.
Kepustakaan : 29 literatur (Tahun 2007 s/d 2016).

v
MOTTO

1. Segala sesuatu yang diperbuat tergantung dari niat orang itu sendiri.
2. Jika satu pintu tertutup, maka sebenarnya satu pintu lain sedang terbuka.
Jika satu kesempatan hilang, satu kesempatan lain justru muncul. Jangan
putus asa, jangan kecewa (Darwis Tere Liye).
3. Apa yang menilai kita adalah bagaimana kita bangkit saat kita terjatuh.

PERSEMBAHAN

1. Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Kedua orang tua yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan banyak
berkorban demi keberhailan saya.
3. Kakak-kakak yang selama ini telah memberi motivasi, semangat dan doa.
4. Dosen pembimbing akademik, ibu Tresia Umarianti yang selalu memberi
masukan dan selalu memberikan waktu luangnya setiap saat.
5. Dosen pembimbing KTI sekaligus wali kelas, ibu Kartika Dian
Listyaningsih yang selalu sabar membimbing sampai menyelesaikan tugas
akhir ini.
6. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Almamater tercinta.

vi
CURICULUM VITAE

Nama : Wiwin Fajar Khomsiyati


Tempat / tanggal lahir : Ngawi, 18 Januari 1996
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Ngejring RT 01/01, Sambirejo, Ngrambe, Ngawi

Riwayat pendidikan
1. MIN Sambirejo Ngrambe Ngawi LULUS TAHUN 2008
2. MTSN Ngrambe Ngawi LULUS TAHUN 2011
3. MAN Ngrambe Ngawi LULUS TAHUN 2014
4. D3 kebidanan STIKes Kusuma Husada ANGKATAN TAHUN 2017

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
INTISARI .............................................................................................. v
MOTTO DAN PRSEMBAHAN .......................................................... vi
CURICULUM VITAE...............................................................................vii
DAFTAR ISI..............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... x
DAFTAR TABEL.................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
C. Tujuan Studi Kasus ..................................................................... 4
D. Manfaat Studi Kasus ................................................................... 6
E. Keaslian Studi Kasus................................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Teori Medis.......................................................................................10
1. Persalinan.....................................................................................10
a. Pengertian Persalinan..............................................................10
b. Macam- macam Persalinan......................................................10
c. Sebab Mulainya Persalinan.....................................................12
d. Faktor-fakrot yang Mempengaruhi Persalinan........................13
e. Tahap Persalinan.....................................................................15
f. Tanda-tanda Persalinan...........................................................17
g. Mekanisme Persalinan Normal................................................18
h. Persiapan Asuhan Persalinan...................................................20
2. Serotinus.......................................................................................31
a. Pengertian................................................................................31
viii
b. Etiologi....................................................................................31
c. Diagnosis.................................................................................32
d. Manifestasi Klinis....................................................................33
e. Permasalahan Kehamilan Lewat Waktu..................................34
f. Pengelolaan Kehamilan Lewat Bulan......................................35
g. Penatalaksanaan.......................................................................36
3. Induksi..........................................................................................37
a. Pengertian................................................................................37
b. Indikasi....................................................................................37
c. Kontraindikasi.........................................................................38
d. Komplikasi..............................................................................38
e. Metode Induksi........................................................................39
B. Teori Manajemen Kebidanan...........................................................40
C. Landasan Hukum..............................................................................65
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi.........................................................................................67
B. Lokasi Studi Kasus...........................................................................67
C. Subyek Studi Kasus..........................................................................68
D. Waktu Studi Kasus...........................................................................68
E. Instrumen Studi Kasus......................................................................68
F. Tehnik Pengumpulan Data...............................................................69
G. Alat-alat yang Dibutuhkan................................................................72
H. Jadwal Penelitian..............................................................................74
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus.................................................................................75
B. Pembahasan....................................................................................103
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................112
B. Saran..............................................................................................115
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Menggunakan

Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Menggunakan

Lahan

Lampiran 6. Lembar Persetujuan Pasien Dalam Pengambilan Kasus

Lampiran 7. Lembar Persetujuan Menjadi Pasien

Lampiran 8. Lembar Observasi

Lampiran 9. Partograf

Lampiran 10. SAP Kebutuhan Gizi Ibu

Nifas Lampiran 11. SAP Perawatan Luka

Perinium Lampiran 12. SAP Pemberian ASI

Eksklusif Lampiran 13. Dokumentasi

Lampiran 14. Lembar Konsultasi

x
DAFTAR

Tabel 4.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu...............76


Tabel 4.2 Observasi Kala IV.......................................................................102

xi
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Target global Millenium Developmen Goals (MDGs) ke-5

adalah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per

100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2015. Berdasarkan Survey

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu

masih tinggi yakni sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (Infodatin,

2014). AKI merupakan jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,

persalinan, nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, nifas atau

pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan,

terjatuh, dan lainnya di setiap per 100.000 kelahiran hidup dalam kurun

waktu 1 tahun (Kemenkes, 2016).

Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan,

hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan

abortus. Kematian ibu di indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab

utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan

infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi

cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin

meningkat. Pada tahun 2013, lebih dari 25% kematian ibu di indonesia

disebabkan oleh HDK (Kemenkes RI, 2016).

1
2

Hasil Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2015

angka kematian ibu menurun menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Pada tingkat nasional, capaian indikator penanganan komplikasi kebidanan

sebesar 79,13%. Gambaran capaian antar provinsi menunjukkan Jawa

Tengah memiliki persentase tertinggi, diikuti oleh Kalimantan Selatan dan

Jawa Timur. Jumlah kasus kematian ibu di jawa tengah pada tahun 2015

sebanyak 619 kasus, mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan

jumlah kasus kematian ibu tahun 2014 yang mencapai 711 kasus. Dengan

demikian Angka Kematian Ibu di jawa tengah juga mengalami penurunan

dari 126,55 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 menjadi 111,16

per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2016).

Menurut WHO persalinan normal adalah persalinan yang

dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap

demikian selama proses persalinan, bayi dilahirkan secara spontan dalam

presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42

minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi di dalam keadaan

baik (Walyani dkk, 2015). Menurut WHO kehamilan lewat waktu adalah

kehamilan yang telah berlangsung selama 42 minggu (294 hari) atau lebih,

dihitung dari hari pertama haid terahir menurut rumus Nagele dengan

siklus haid rata-rata 28 hari (Maryunani dkk, 2015). Induksi merupakan

suatu proses memulai aktivitas uterus untuk mencapai pelahiran

pervaginam (Liu, 2008). Peran bidan dalam hal ini yakni memantau

dengan seksama, memberi dukungan serta kenyamanan ibu baik dari segi
3

perasaan maupun fisik, selain itu juga melakukan perawatan tubuh dan

perawatan penunjang selama kala I-II guna memperlancar proses kelahiran

(Walyani dan Purwoastuti, 2015). Pengelolaan kehamilan lewat waktu

dapat dengan cara menilai kematangan serviks untuk dilakukan induksi

persalinan (Prawiroharjo, 2009).

Dari studi pendahuluan di RSU Assalam Gemolong Sragen dari

bulan Oktober 2015 sampai bulan Oktober 2016 tercatat pasien dengan

bersalin seluruhnya 2.252 orang, terdiri dari persalinan normal 611

(27,13%), dan tidak normal (patologi) 1.641 (72,86%). Pada pasien

patologi didapat bersalin dengan tindakan kuretase 426 (25,95%), dengan

tindakan SC 792 (48,26%), dengan anemia 28 (1,706%), dengan asma 6

(0,36%), dengan hipertensi 8 (0,48%), dengan ante partum haemorage 31

(1,88%), dengan gastritis 4 (0,24%), dengan tindakakn induksi 346

(23,46%). Pesalinan patologi dengan tindakan induksi meliputi: dengan

KPD 86 (24,85%), dengan pre eklamsi ringan 23 (6,64%), dengan pre

eklamsi berat 7 (2,02%), dengan kala II lama 48 (13,87%), dengan kala I

36 (10,40%), dengan presentasi bokong 49 (14,16%), dengan retensio

plasenta 19 (5,49%), dengan serotinus 55 (15,89%), dengan preterm 23

(6,64%). Persalinan dengan kasus kehamilan serotinus merupakan

komplikasi yang masih cukup tinggi di RSU Assalam Gemolong Sragen.


4

Berdasarkan angka kejadian serotinus yang banyak memberi

dampak terhadap bayi dan ibu bersalin, maka penulis tertarik mengambil

judul “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. P G2P1A0 Umur 36

Tahun Dengan Induksi Atas Indikasi Serotinus di RSU Assalam

Gemolong”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat perumusan masalah

tentang ”Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. P G 2P1A0

Umur 36 Tahun Dengan Induksi Atas Indikasi Serotinus Di RSU Assalam

Gemolong Sragen dengan pendakatan manajemen kebidanan varney?”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mendapat pengalaman nyata dan dapat memerikan asuhan

kebidanan dengan menggunakan proses manajemen kebidanan pada

ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu:

1)
Melakukan pengkajian pada ibu bersalin pada Ny. P G2P1A0

umur 36 tahun dengan induksi atas indikasi serotinus di RSU

Assalam Gemolong Sragen.


2)
Menginterpretasi data yang meliputi diagnosa kebidanan,

masalah, kebutuhan pada ibu bersalin Ny. P dengan induksi

atas indikasi serotinus di RSU Assalam Gemolong Sragen.


5

3)
Mengidentifikasi diagnosa potensial pada ibu bersalin Ny. P

dengan induksi atas indikasi serotinus di RSU Assalam

Gemolong Sragen di RSU Assalam Gemolong Sragen.


4)
Melakukan tindakan segera pada ibu bersalin Ny. P dengan

induksi atas indikasi serotinus di RSU Assalam Gemolong

Sragen.
5)
Merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan

pengkajian pada ibu bersalin Ny. P dengan induksi atas indikasi

serotinus di RSU Assalam Gemolong Sragen.


6)
Melaksanakan tindakan sesuai tindakan pada ibu bersalin Ny. P

dengan induksi atas indikasi serotinus di RSU Assalam

Gemolong Sragen.
7)
Mengevaluasi tindakan yang sudah diberikan pada ibu bersalin

Ny. P dengan induksi atas indikasi serotinus di RSU Assalam

Gemolong Sragen.

b. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan

kasus nyata di lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada

ibu besalin Ny. P dengan induksi atas indikasi serotinus di RSU

Assalam Gemolong Sragen.


6

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi penulis

Penulis dapat meningkatkan pengetahuan ,meningkatkan ketrampilan

yang nyata, dan mendapat pengalaman dalam menerapkan asuhan

kebidanan ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus sehingga

lebih profesional dalam memberikan asuhan kebidanan.

2. Bagi profesi

Dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan kebidanan khususnya

dalam penanganan kasus ibu bersalin dengan induksi atas indikasi

serotinus sesuai dengan standart.

3. Bagi instansi dan institusi

a. Instansi

Dapat digunakan sebagai acuan dan peningkatan mutu pelayanan

kebidanan dengan induksi atas indikasi serotinus.

b. Institusi

Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk stui kasus lebih

lanjut tentang pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin atas

indikasi serotinus.
7

E. Keaslian Studi Kasus

1. Fadilah Mubarokah (2015), Universitas Sebelas Maret Surakarta,

dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Ny. T G2P1A0 Hamil

41+3 minggu Dengan Induksi Atas Indikasi Postdate Di VK RSUD

Surakarta”. Ibu datang rujukan dari poli kandungan pada tanggal 16

mei 2015 pukul 13.30 WIB, karena merasa kenceng-kenceng sejak tadi

pagi tapi belum sering dan kehamilannya telah lewat dari hari taksiran

lahir, dan gerakan janin sedikit berkurang. Didapat hasil pemeriksan

KU: Baik, Kesadaran: Composmentis, TD: 110/80 mmHg, Suhu:

36,5C, Nadi: 79x/menit, Respirasi: 20x/menit, Kontraksi: lemah, 1x

dalam 10 menit lama 10 detik, Leopold I: TFU 3 jari di bawah

proxecus xifoideus, fundus uteri teraba bulat, lunak, tidak melenting

(bokong), Leopold II: bagian kanan bagian-bagian terkecil janin

(ekstremitas), bagian kiri teraba bagian keras dan memanjang seperti

papan (punggung), Leopold III: bagian bawah teraba bulat, keras,

melenting (kepala), Leopold IV: bagian terbawah sudah masuk PAP

4/5 bagian, TFU: 31 cm, TBJ: (31-11)x155= 3100 gram, Auskultasi:

DJJ (+), puctum maximum: disebelah kiri perut bawah pusat, frekuensi

teratur: 136x/menit, VT: vulva membuka postio mencucu, ketuban (+),

pembukaan 0 cm, presentasi UUK jam belum bisa diperiksa,

penurunan hodge I. Metode studi kasus dengan tehnik pengumpulan

data melalui wawancara, observasi dan laporan dokumentasi. Adapun

penanganannya dengan induksi oxytocin: infus RL 500 ml drip 5 IU


8

dengan kecepatan 40 tetes per menit. Maka: bayi lahir spontan tanggal

16 juni 2015 pukul 19.20 WIB, jenis kelamin laki-laki, menangis kuat,

gerakan aktif, warna kulit kemerahan dan sedikit keriput, anus

berlubang, cacat (-), APGAR SCORE 8-9-10, kontraksi uterus kuat,

TFU 2 jari di bawah pusat, perdarahan kurang lebih ±200cc. Asuhan

diberikan pada pasien selama 2 jam pasca bersalin.

2. Safitri Anggraini (2016), STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan

judul “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Ny. T Umur 30 Tahun G3P2A0

umur Kehamilan 42+2 Minggu Dengan Induksi Atas Indikasi Serotinus

Di RSUD Surakarta”. Ibu datang pada tanggal 31 mei 2016 pukul

00.08 WIB, karena merasa kenceng-kenceng sejak tadi malam pukul

22.00 WIB yang semakin lama semakin sering pada perut bagian

bawah, gerakan janin sedikit berkurang dan tanggal persalinan sudah

melebihi hari perkiraan lahir. Didapat hasil pemeriksan KU: Baik,

Kesadaran: Composmentis, TD: 110/70 mmHg, Suhu: 36,5C, Nadi:

96x/menit, Respirasi: 22x/menit, Kontraksi: 2x dalam 10 menit lama

15 detik, Leopold I: TFU 3 jari di bawah proxecus xifoideus, fundus

uteri teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong), Leopold II: bagian

kanan bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas), bagian kiri teraba

bagian keras dan memanjang seperti papan (punggung), Leopold III:

bagian bawah teraba bulat, keras, melenting (kepala), Leopold IV:

bagian terbawah sudah masuk PAP 3/5 bagian, TFU: 30 cm, TBJ: (30-

11)x155= 2945 gram, Auskultasi: DJJ (+), puctum maximum:


9

disebelah kiri perut bawah pusat, frekuensi teratur: 148x/menit, VT:

vulva membuka postio tebal, ketuban (+), pembukaan 1 cm, presentasi

UUK jam 12.00, penurunan hodge I. Metode studi kasus dengan tehnik

pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan laporan

dokumentasi. Adapun penanganannya dengan induksi oxytocin: infus

RL 500 ml drip 5 IU dengan kecepatan 20 tetes per menit. Maka: bayi

lahir spontan tanggal 1 juni 2015 pukul 02.30 WIB, jenis kelamin laki-

laki, menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan dan sedikit

keriput, anus berlubang, cacat (-), APGAR SCORE 8-9-10, kontraksi

uterus kuat, TFU 2 jari di bawah pusat, perdarahan kurang lebih

±200cc. Asuhan diberikan pada pasien sejak 6 jam sampai 3 hari post

partum.

Persamaan studi kasus yang penulis lakukan degan keaslian di

atas adalah judul dan instrumen studi kasus, sedangkan perbedaannya

yaitu tempat, subjek, waktu, terapi, lama observasi dan hasil studi

kasus.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis

1. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

1) Menurut Maryunani dan Sari (2016), Persalinan adalah proses

dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim

ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai

adanya penyulit.

2) Menurut Manuaba dalam Nurasiah dkk (2014), “Persalinan

adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan atau hampir cukup bulan dan dapat

hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan

lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)”.

b. Macam-macam persaliana

Menurut Manuaba dalam buku Walyani dan Purwoastusi (2015),

mengatakan ada 2 jenis persalinan, yaitu berdasarkan bentuk

persalinan dan menurut usia kehamilan:

10
1

1) Jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan:

a) Persalinan spontan

Adalah proses persalinan seluruhnya brlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri.

b) Persalinan buatan

Adalah proses persalinana dengan bantuan tenaga luar.

c) Persalinan anjuran

Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

2) Jenis persalinan menurut usia kehamilan:

a) Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan

mencapai 20 minggu atau berat badan kurang dari 500 gram.

b) Pertus immatur

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan

mencapai 20 minggu dan 28 minggu atau berat badan janin

antara 200 gram dan kurang dari 1000 gram.

c) Partus prematur

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan

mencapai 28 minggu dan <37 minggu atau berat badan janin

antara 1000 gram dan kurang dari 2500 gram.


1

d) Partus matur atau prtus aterm

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan

mencapai 37 minggu dan 42 minggu atau berat badan janin

lebih dari 2500 gram.

e) Partus serotinus atau partus postmatur

Pengeluaran buah kehamilan lebih dari 42

minggu. (Walyani dan Purwoastuti, 2015)

c. Sebab Mulainya Persalinan

Menurut Asrinah dalam buku Nurasiah dkk (2014) sebab-sebab

terjadinya persalinan meliputi:

1) Penurunan hormon progesteron

Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan

otot-otot sensitif sehingga menimbulkan his.

2) Keregangan otot-otot

Otot rahim akan meregang dengan majunya kehamilan, oleh

karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk

mengeluarkan isinya atau mulai persalinan.

3) Peningkatan hormon oksitosin

Pada ahir kehamilan hormon oksitosin bertambah sehingga

dapat menimbulkan his.


1

4) Pengaruh janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang peranan

dalam proses peralinan, oleh karena itu pada anencepalus

kehamilan lebih lama dari biasanya.

5) Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan dari desidua meningkat saat umur

kehamilan 15 minggu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa

prostaglandin menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap

umur kehamilan.

6) Plasenta menjadi tua

Dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua, villi corialis

mengalami perubahan sehingga kadar progesteron dengan

estrogen menurun (Nurasiah dkk, 2014).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut Nurasiah dkk (2014), keberhasilan proses

persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1) Power (kekuatan)

Power adalah kekeuatan atau tenaga yang mendorong janin

keluar, kekeuatan tersebut meliputi:

a) His (Kontraksi Uterus)

His adalah adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot

polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna.


1

b) Tenaga mengedan

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah atau

dipecahkan, serta sebagian presentasi sudah berada di dasar

panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong

keluar dibantu dengan keinginan ibu untuk mengedan atau

usaha volunter.

2) Passage (Jalan Lahir)

Passage atau jalan lahir dibagi menjadi dua:

a) Bagian keras: tulang panggul

b) Bagian lunak: otot-otot dan ligamen- ligamen.

3) Passenger (Janin dan Plasenta)

Menurut Sumarah dalam Nurasiah (2014), Passenger atau janin

bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi

beberapa faktor, yakni kepal janin, presentasi, letak, sikap, dan

posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir,

maka dia dianggap sebagaivbagia dari passenger yang menyertai

janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan

normal.

4) Psikologis

Menurut Asrinah dalam Nurasiah (2014), keadaan fisiologi ibu

memepengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin yang didampingi

oleh suami dan orang yang dicintainya cenderung mengalami


1

proses persalinan yang lebih lancar dibanding dengan ibu

bersalin tanpa pendamping.

5) Pysician (Penolong)

Menurut Asrinah dalam Nurasiah (2014), kompetisi yang

dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar

proses persalinan dan mencegah kematian maternal dan

neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetisi yang baik

diharapkan kesalahan atau mal praktik dalam memberikan

asuhan tidak terjadi.

e. Tahap Persalinan

Menurut Prawiroharjo dalam Nurasiah dkk (2014) tahap persalianan

dibagi menjadi 4 kala, yaitu:

1) Kala I (Satu)

Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat (frekuensi

dan kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan, sampai

serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I terdiri dari dua fase,

yaitu:

a) Fase Laten

(1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

pembukaan sampai dengan 3 cm.

(2) Pada umumnya berlangsung selama 8 jam.


1

b) Fase Aktif, dibagi menjadi 3 fase, yaitu:

(1) Fase akselerasi

Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm

(2) Fase dilatasi maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung

cepat dari 4 cm menadi 9 cm.

(3) Fase deselerasi

Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam

dari pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.

Pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan pada multipara

sekitar 8 jam. Kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam atau

lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).

2) Kala II (Dua)

Persalinan Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berahir dengan lahirnya bayi. Proses Kala

II berlangsung selama 2 jam pada primipara dan berlangsung

selama 1 jam pada multipara. Tanda pasti Kala II ditentukan

melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah:

a) Pembukaan serviks telah lengkap (10 cm)

b) Terlihatnya bagian bayi melalui introitus vagina.

3) Kala III (Tiga)

Persalinan Kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berahir

dengan lahirnya plasenta serta selap


1

ut ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Biasanya

plasenta akan lepas dalam waktu 6 sampai 15 menit setelah

bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan dari fundus

uteri.

4) Kala IV (Empat)

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan selaput

ketuban sampai 2 jam postpartum (Nurasiah dkk, 2014).

f. Tanda-tanda Persalinan

Menurut Asrinah dalam Nurasiah dkk (2014), tanda-tanda

persalinan meliputi:

1) Terjadinya his persalinan yang ditandai dengan:

a) Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan.

b) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan

kekuatannya makin besar.

c) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus.

d) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.

2) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina).

Dengan his permulaan, terjadi prubahan pada serviks yang

menimbulkan perdarahan dan pembukaan, lendir yang terdapat

pada kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah,

yang menjadikan perdarahan sedikit.


1

3) Pengeluaran cairan

Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek.

Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan

lengkap, tetapi kadang pecah pada pembukaan kecil

(Nurasiah dkk, 2014).

g. Mekanisme Persalian Normal

Menurut Nurasiah dkk (2014), tahap-tahap mekanisme persalinan

adalah:

1) Turunnya kepala, yang terbagi atas:

a) Masuknya kepala dalam pintu atas panggul (PAP)/

engagemen. Pada primigravida terjadi pada bulan akhir

kehamilan sedangkan pada multigravida biasanya terjadi

pada awal persalinan.

b) Majunya kepala, pada primigravida majunya kepala terjadi

setelah kepala masuk ke rongga panggul dan biasanya baru

mulai pada kala II. Pada multipara majunya kepala dan

masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi secara

bersamaan. Majunya kepala bersamaan dengan geraka

fleksi, putaran faksi dalam, dan extensi.

2) Fleksi

Dengan majunya kepala, biasanya fleksi juga bertambah hingga

ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar.

Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang


1

lebih kecil melalui jalan lahir: diameter subocipito bregmatika

(9,5 cm) menggantikan subocipito frontalis (11 cm).

3) Putaran paksi dalam

Putaran paksi dalam ialah pemutaran dari bagian depan

sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan

memutar ke depan ke bawah symfisis. Putaran paksi dalam

mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi

merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala

dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan

pintu bawah panggul.

4) Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepla sampai di dasar panggul,

terjadilah extensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan

karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah

kedepan dan atas, sehingga kepala harus mengadakan extensi

untuk melaluinya.

5) Putaran paksi luar

Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke

arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang

terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini adalah putaran

paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena bahu

menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu

bawah panggul.
2

6) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai bawah symfisis

dan menjadi hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang.

Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan

anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

h. Persiapan asuhan persalinan

Menurut Nurasiah dkk (2014), persiapan asuhan persalinan yakni:

1) Kala I

a) Memberikan Asuhan Sayang Ibu, meliputi:

(1) Memberi dukungan emosional

Menurut Enkin, et al (2000), dalam memberi dukungan

emosional pada pasien, dukung dan anjurkan suami atau

anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu

selama persalinan dan proses kelahiran bayinya.

(2) Membantu pengaturan posisi

Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman

selama persalinan dan melahirkan serta anjurkan suami

dan pendamping laninnya untuk membantu ibu berganti

posisi, ibu boleh berjalan, jongkok, berdiri, duduk,

berbaring agar dapat mempercepat turunnya kepala dan

memperpendek waktu persalinan.


2

(3) Memberikan nutrisi dan cairan

Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan

dan air) selama persalinan dan proses kelahiran. Wanita

bersalin membutuhkan 50—100 kilo kalori energy setiap

jam, jika tidak terpenuhi, mereka akan mengalami

kelelahan pada otot dan kelaparan yang sangat.

(4) Keleluasaan untuk kebutuhan eliminasi

Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya

secara rutin selama persalinan, ibu harus berkemih

sedikit setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu merasa

ingin berkemih atau jika kandung kemih terasa penuh.

Jika ibu ingin BAB saat fase aktif harus dipastikan

apakah yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh

tekanan pada rektum, jika ibu belum siap melahirkan

diperbolehkan BAB di kamar mandi (Depkes, 2008).

(5) Pencegahan infeksi

Anjurkan ibu untuk mandi pada saat awal pesalinan dan

pastikan ibu memakai pakaian bersih.

b) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran

bayi.

(1) Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki

sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari

tiupan udara.
2

(2) Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan

memandikan ibu sebelum dan sesudah melahirka n.

(3) Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain bersih, kain

pel, dan sarung karet untuk membersihkan ruangan,

lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses peralatan.

(4) Kamar mandi untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong

persalinan.

(5) Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan

menunggu saat persalinan, melahirkan bayi dan untuk

memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah

persalinan.

(6) Penerangan yang cukup, baik, siang maupun malam hari.

(7) Tempat tidur bersih untuk ibu.

(8) Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru

lahir.

(9) Meja bersih atau tempat untuk menaruh alat persalinan.

(10) Meja untuk tindakan resusitasi

c) Mempesiapkan perlengkapan, bahan dan obat-obatan yang

diperlukan. Peralatan yang dibutuhkan seperti:

(1) Partus set dan antropometri

(2) Alat Pelindung Diri (APD)

(3) Perlengkapan Hecting

(4) Perlengkapan resusitasi


2

(5) Perlengkapan ibu dan bayi

(6) Perlengkapan desinfeksi

(7) Pencatatan

Obat yang perlu disiapkan antara lain:

(1) Okistosin

(2) Lidokain 1%

(3) Cairan Infus RL

(4) Selang infus

(5) Kanul IV

(6) Ergometrin

(7) Kapsul/kaplet ampisilin/amoksilin 500 gr

(8) Vitamin K

(9) Salep mata tetrasiklin 1%

d) Persiapan rujukan

Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis

semua asuhan/perawatan yang telah diberikan dan semua

hasil penilaian (termasuk partograf) untuk dibawa ke

fasilitas rujukan. Bantu ibu dan keluarganya tentang

perlunya memiliki rencana rujukan.

2) Kala II

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), dalam mengamati

tanda dan gejala kala II, meliputi:


2

a) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial

yang siap digunakan.

b) Memakai baju penutup atau celemek plastik

c) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai, mencuci kedua

tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk 1x pakai/handuk

pribadi yang bersih.

d) Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi.

e) Menyiapkan oksitosin 10 unit kedalam spuit (dengan

menggunakan sarung tangan) dan meletakkan kembali di

partus set tanpa dekontaminasi spuit.

f) Memastikan pembukan lengkap dan keadaan janin baik.

g) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

pimpinan meneran.

h) Persiapan pertolongan kelahiran

(1) Jika kepala telah membuka vulva dengan diameter 4-5

cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk

mengeringkan bayi.

(2) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah

bokong ibu.

(3) Membuka partus set.

(4) Memakai sarung tangan steril.


2

i) Penatalaksanaan fisiologis kala II

(1) Bimbingan cara meneran

(a) anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan

alamiyahnya selama kontraksi.

(b) Jangan menganjurkan untuk menahan napas selama

meneran.

(c) Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan segera

beristirahat di antara kontraksi.

(d) Jika ibu berbaring miring atau duduk, ibu mungkin

merasa lebih mudah untuk meneran jika ibu menarik

lutut ke arah dada dan menempelkan dagu ke dada.

(e) Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat

meneran.

(f) Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk

membantu kelahiran bayi. Dorongan pada fundus

meningkatkan resiko distosia bahu dan ruptur uteri.

(2) Menolong kelahiran bayi

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), penanganan

dalam menolong kelahiran bayi meliputi:

(a) Posisi ibu saat melahirkan

Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun

kecuali berbaring terlentang.


2

(b) Pencegahan terjadinya laserasi atau trauma

Laserasi spontan pada vagina atau perinium dapat

terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan.

(c) Proses melahirkan kepala

(1) Saat kepala bayi membuka vulva dengan

diameter 5—6 cm, lindungi perinium dengan satu

tangan yang dilapisi kain, letakkan tangan yang

lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang

lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.

Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau

bernafas cepat saat kepala lahir.

(2) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan

hidung bayi dengan kain atau kasa bersih.

(3) Memastikan lilitan tali pusat pada leher bayi,

jika memang ada lilitan pada leher bayi segera

kendurkan.

(4) Menunggu hinga kepala bayi melakukan putaran

paksi luar secara spontan

(d) Proses melahirkan bahu

Menurut Nurasiah dkk (2014), penanganan proses

melahirkan bahu bayi yaitu:


2

(1) Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala

bayi, minta ibu meneran sambil menekan kepala

ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu

depan melewati symfisis.

(2) Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala ke atas

dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan

seluruh dada dapat dilahirkan.

(e) Proses melahirkan tubuh bayi

Menurut Nurasiah dkk (2014), penanganan proses

melahirkan tubuh bayi yakni:

(1) Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah ke

arah perinium dan sangga bahu dan lengan atas

bayi pada tangan tersebut.

(2) Gunakan tangan yang sama untuk menopang

lahirnya siku dan tangan posterior saat melewati

perinium.

(3) Tangan bawah menopang samping lateral tubuh

bayi saat lahir.

(4) Secara simultan tangan atas menelusuri dan

memegang bahu, siku dan lengan bagian anterior.

(5) Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh

bayi ke bagian punggung, bokong dan kaki.


2

(6) Dari arah belakang sisipkan jari telunjuk pada

tangan atas diantara kedua kaki bayi yang

kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga

jari lainnya.

(7) Letakkan bayi di atas handuk atau kain yang

sudah disiapkan pada perut bawah ibu dan

posisikan kepala bayi sedikit rendah dari

tubunya.

(8) Segera keringkan sambil melakukan rangsangan

taktil pada tubuh bayi dengan kain atau selimut

di atas perut ibu. Pastikan kepala bayi tertutup

dengan baik.

3) Kala III

Menurut Depkes dalam Nurasiah dkk (2014), langkah-langkah

penanganan managemen aktif kala III meliputi:

a) Letakkan bayi baru lahir di atas kain bersih yang telah

disiapkan diperut bawah ibu dan minta ibu atau

pendampingnya untuk membantu memegang bayi tersebut.

b) Pastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus.

c) Beritau ibu bahawa dia akan disuntik.

d) Segera (dalam satu menit pertama setelah bayi lahir)

suntikkan oksitosin 10 unit secara IM pada 1/3 bagian atas

paha luar (aspektus lateralis).


2

e) Dengan mengerjakan semua prosedur tersebut terlebih

dahulu, akan memberi waktu pada bayi untuk memperoleh

sejumlah darah kaya zat besi dan setelah itu (setelah 2

menit) baru dilakukan tindakan penjepitan dan pemotongan

tali pusat.

f) Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk

inisiasi menyusu dini dan kontak kulit.

g) Tutup kembali perut bawah ibu dengan kain bersih.

h) Berdiri di samping ibu

i) Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5—10 cm dari vulva.

j) Letakkan tangan lain pada obdomen ibu (beralaskan kain)

tepat di atas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk

meraba kontraksi uterus dan menekan uterus pada saat

melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi

kontraksi yang kuat tegangkan tali pusat dengan satu tangan

dan tangan lain pada (dinding abdomen) menekan uterus ke

arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial). Lakuakn secara

hati-hati untuk mencegah inversio uteri.

k) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus

berkontraksi kembali (sekitar dua atau tiga menit berselang)

untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali.

l) Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat

menjulur) tegangkan tali pusat ke arah bawah. Lakukan


3

tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan

korpus uteri bergerak ke atas, yang menadakan plasenta

telah lepas dan dapat dilahirkan.

m) Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan

plasenta dengan menegangkan tali pusat ke atas dan topang

plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakan pada wadah

penampung.

n) Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk

melahirkan selaput ketuban.

4) Kala IV

Menurut Nurasiah dkk (2014), dalam pemantauan kala IV

meliputi:

a) Melakukan pemijatan uterus untuk merangsang

uterus berkontraksi.

b) Evaluasi tinggi fundus uterus dengan meletakkan jari tangan

secara melintang antara pusat dan fundus uteri.

c) Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan.

d) Periksa perinium dan perdarahan aktif

e) Evaluasi kondisi ibu secara umum.

f) Dokumentasi semua asuhan ibu dan temuan selama kala IV

persalinan di halaman belakang partograf segera setelah

asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.


3

2. Serotinus

a. Pengertian

1) Menurut Maryunani dan Sari (2013), persalinan lewat waktu

(postterm) adalah persalinan pada umur kehamilan >42 minggu.

Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus,

kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged

pregnancy, extented pragnancy, postdate/post datimes atau

pascamaturitas.

2) Menurut Mansjoer dalam Norma dan Dwi (2013), kehamilan

post date adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42

minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu

didapat dari penghitungan seperti rumus neagle atau dengan

tinggi fundus uteri serial.

b. Etiologi

Menurut Nugroho (2012), beberapa faktor yang diduga sebagai

penyebab antara lain:

1) Cacat bawaan : an encefalus

2) Defisiensi sulfatese plasenta

3) Pemakaian obat-obatan yang berpengaruh pula sebagai tokolitik

anti prostaglandin: albutamol, progestin, asam mefenamat, dan

sebagainya.
3

4) Menurut Hanifa dalam Norma dan Dwi (2013), faktor lain

adalah hereditas, karena post matur/ post date seiring dijumpai

pada suatu keluarga tertentu.

5) Karena saraf uterus, tekanan pada ganglion servikalis dari

pleksus frankenhauser akan mengakibatkan kontraksi uterus.

Pada keadaan tidak ada tekanan pada pleksus, seperti kelainan

letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi sehingga

diduga sebagai penyebab kehamilan postterm.

(Maryunani dan Sari, 2013)

c. Diagnosis

Menurut Manuaba dkk (2012), dalam menilai apakah kehamilan

matur atau tidak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Mengetahui tanggal haid terahir, sehingga perkiraan tanggal

lahir dapat ditentukan dengan rumus neagle.

2) Melalui perkiraan aktivitas janin dalam rahim.

3) Membandingkan dengan kehamilan orang lain yang

sudah bersalin.

4) Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil dan air

ketuban berkurang.

5) Pemeriksaan USG, dengan pemeriksaan ini diameter biparental

kepala janin dapat diukur dengan teliti tanpa bahaya.

(Norma dkk, 2013).


3

6) Pemeriksaan rontgenologik, dengan pemeriksaan ini pada janin

matur dapat ditemukan pusat osifikasi pada os cuboid, bagian

distal femur dan bagian proksimal tibia, diameter bipariental

kepala 9.8 cm lebih. Keberatan pemeriksaan ini adalah

kemungkinan pengaruh tidak baik sinar rongen terhadap janin

(Nugroho, 2012).

7) Pemeriksaan sitologi liquor amnion. Amnioskopi dan

pemeriksaan pH-nya dibawah 7,20 dianggap sebagai tanda

gawat janin (Nugroho, 2012).

d. Manifestasi klinis

1) Keadaan klinis dapat ditemukan: gerakan janin yang jarang,

secara subyektif kurang dari 7x/20 menit atau secara obyektif

kurang dari 10x/20 menit.

2) Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi

menjadi:

a) Stadium I: kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi

maserasi sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah

mengelupas.

b) Stadium II: seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium

(kehijauan) di kulit.

c) Satdium III: seperti stadium I disertai pewarnaan pada kuku,

kulit, dan tali pusat (Nugroho, 2012).


3

e. Permasalahan kehamilan lewat bulan

1) Perubahan pada plasenta

a) Plasenta mengalami disfungsi-insufisiensi, sehingga tidak

mampu memberikan nutrisi dan O2 yang cukup, akan terjadi

sebaliknya, dan disebut sebagai sindrom postmature.

b) Oligohidramnion, disebabkan janin kurang mengeluarkan

urin karena kekurangan nutrisi dan oksigen akibat plasenta

menua (Manuaba dkk, 2012).

c) Penimbunan kalsium, hal ini dapat menyebabkan keadaan

gawat janin bahkan kematian intrauterin.

d) Selaput vaskulonsisial menjadi tembah tebal dan jumlahnya

berkuang. Keadaan ini dapat menurunkan mekanisme

transpor plasenta.

e) Terjadi degenerasi jaringan plasenta seperti edema,

timbunan fibrinoid, fibrosis, trombosit intevili, dan infrak

vili.

f) Perubahan biokimia. Adanya insufisiensi plasenta

menyebabkan protein plasenta dan kadar DNA di bawah

normal, sedangkan konsentrasi RNA meningkat

(Prawiroharjo, 2008).

2) Pengaruh pada janin menurut Saifuddin (2009)

a) Janin besar sehingga dapat menyebabkan distosia bahu,

fraktur klavikula, palsi Erb-Duchene.


3

b) Pertumbuhan janin terhambat

c) Gawat janin

d) Keluarnya mekonium akibat oligohidramnion

e) Kelaian cairan amnion yang mengakibatkan tali pusat

tertekan hingga menyebabkan kematian janin mendadak.

3) Pengaruh pada ibu menurut Saifuddin (2009)

a) Kecemasan ibu

b) Persalinan traumatis akibat Janin besar

c) Angka kejadian seksio sesarea meningkat. Tindakan operasi

Sectio Caesarea dilakukan dengan pertimbangan persalinan

lama, terjadi tanda gawat janin, infertilitas, kesalahan letak

janin (Nugroho, 2012).

f. Pengelolaan kehamilan lewat bulan

Menurut Prawirohardjo dalam Maryunani dan Sari (2013), sebelum

mengambil langkah, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pengelolaan kehamilan postterm adalah:

1) Menentukan apakah kehamilan memang telah

berlangsung lewat bulan atau bukan.

2) Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan

janin.

3) Periksa kematangan serviks dengan skor bishop.

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Manuaba dkk (2013), meliputi:


3

1) Mempertimbangkan usia kehamilan benar-benar lebih dari 42

minggu, berat janin, evaluasi hasil USG, dan kematangan servik

uteri.

2) Melakukan expectative manajemen (manajemen menunggu),

yaitu mengharap proses persalinan tanpa rangsangan dari luar,

dengan tetap melakukan evaluasi kesejahteraan janin yang

adekuat.

3) Melakukan induksi dengan infus oksitosin, pituitrin atau

sintosinon 5 unit dalam 500 cc glukosa 5% di mulai dari 8 tetes,

dengan maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan tetesan setiap 15

menit sebanyak 4-8 tetes sampai kontraksi optimal. Bila dengan

30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, mka tetesan

dipertahannkan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi induksi

dengan selang aktu 24-48 ja, atau lakukan operasi seksio sesarea

(Maryunani dan Eka, 2013).

4) Anjurkan pasien tidur miring kiri, melakukan pemantauan

elektronik jantung janin, memberi oksigen bila ditemukan

keadan jantung yang abnormal, memperhatikan jalanya

persalinan, dan segera setelah bayi lahir harus diperiksa

terhadap kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi, dan

polisitemi (Saifuddin, 2009).

5) Langsung dengan seksio sesarea


3

3. Induksi Persalinan

a. Pengertian induksi persalinan

1) Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang

belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal, untuk

merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi

persalinan (Wiknjosastro, 2007).

2) Induksi adalah tindakan/langkah untuk memulai persaliann yang

sebelumnya belum terjadi, bisa secara mekanik maupun kimiawi

(farmakologik) (Nugroho, 2012).

b. Indikasi

1) Berdasarkan Chamberlain dkk (2012), postmatur (ketika

kehamilan melampaui tanggal taksiran partus) masih menduduki

tempat pertama dalam daftar, diikuti oleh dugaan hambatan

apertumbuhan janin, dan hipertensi maternal.

2) Menurut Nugroho (2012), indikasi untuk induksi adalah:

a) Penyakit hipertensi pada kehamilan.

b) Diabetes millitus

c) Ketuban pecah dini, janin viabel

d) Gangguan pertumbuhan intrauterine

e) Isoimunisasi

f) Kematian janin dalam kandungan


3

c. Kontraindikasi

1) Insufisiensi plasenta

2) Cacat rahim, misal riwayat seksio sesarea, dan enukleasi miom.

3) Grade multipara.

4) Gemelli

5) Disproporsi sefalopelvis

6) Plasenta previa

7) Letak lintang atau obliq

8) Gawat janin

9) Presentasi bokong murni

d. Komplikasi

Menurut Liu (2008), beberapa komplikasi dari induksi diantaranya:

1) Kegagalan induksi

Kegagalan induksi menggambarkan keadaan ketika aktivitas

uterus yang efektif tidak terjadi atau tidak dipertahankan.

2) Infeksi intrauterus

Setelah ketuban pecah infeksi intrauterus dan janin mungkin

terjadi.

3) Prolaps tali pusat

Komplikasi ini lebih mungkin terjadi jika bagian presentasi

janin tidan menempel dengan baik pada serviks atau jika

terdapat polihidramnion.
3

e. Metode induksi

Metode yang digunakan Nugroho (2012) untuk induksi persalinan,

sebagai berikut:

1) Induksi secara farmakologis

Metode induksi secara farmakologis meliputi prostaglanding

(PEG1: misoprostol) dan oksitosin. Misoprostol dapat diberikan

secara vaginal, oral (buccal), atau sublingual. Misoprostol tidak

bisa digunakan untuk stimulasi, dan tidak boleh digunakan

untuk induksi persalinan dengan riwayat operasi sesar (SC).

2) Titrasi/ drip oksitosin dosis rendah

Titrasi oksitosin 2,5—5 IU dalam dekstrose 5% 500 ml,

diberikan secara drip sampai maksimal 2 botol (1000 ml). Bila

setelah 3 botol tidak terjadi kontraksi atau belum tercapai skor

bishop >5, maka pasien diistirahatkan selama 24 jam kemudian

diulangi lagi. Bila 2 seri induksi ternyata tidak ada kontraksi

atau tidak tercapai skor bishop >5, maka induksi dapat disebut

gagal.

3) Insersi foley intrauterine

4) Stimulasi dengan amniotomi dan stipping

a) Amniotomi/ ARM (artificial rupture of the membranes)

dikerjakan apabila penderita benar-benar sudah dalam

persalinan, kepala janin telah masuk dalam panggul dan

membuka sekurang-kurangnya 2-3 cm.


4

b) Stripping/ sweeping yaitu melepaskan atau memisahkan

selaput kantong ketuban dari segmen bawah uterus dengan

cara:

(1) Manual: dengan jari tengah/ telunjuk dimasukkan ke

dalam kanalis servikalis hingga di atas os. Uteri

internum dan bergerak melingkar untuk melepaskan

selaput ketuban dari segmen bawah rahim.

(2) Dengan balon kateter foley yang dipasang di dalam

segmen bawah uterus melalui kanalis servikalis, diisi

cairan (dapat sampai 100cc pada foley no. 24) bertujuan

mendorong selaput ketuban di daerah bawah uterus

sampai terlepas (bukan untuk dilatasi serviks).

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,

mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

2. Proses manajemen asuhan kebidanan

a. Langkah I: Pengkajian (pengumpulan data dasar)

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulakn

semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.


4

1) Anamnesa (Data Subyektif)

Merupakan informasi yang diperoleh dari klien yang dicatat

sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan

dengan diagnosa (Nurasiah dkk, 2014).

a) Biodata

(1) Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan

sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan

penanganan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Umur

Umur perlu diketahui guna mengetahui apakah klien

dalam kehamilan yang beresiko atau tidak.

(Walyani, 2014).

(3) Suku bangsa

Ras, etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam

rangka memberikan perawatan yang peka budaya pada

klien dan mengidentifikasi wanita atau keluarga yang

memiliki kondisi resesif otosom dengan insiden yang

tinggi pada populasi tertentu (Walyani, 2014).

(4) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk

membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).


4

(5) Pendidikan

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,

sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai

dengan pendidikannya.

(Ambarwati dan Wulandari, 2010)

(6) Pekerjaan

Berguan untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial

ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi

pasien tersebut (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(7) Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila

diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b) Keluhan utama

Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke

tempat bidan. Dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan

oleh klien serta tanyakan juga sejak kapan hal tersebut

dikeluhkan oleh klien (Walyani, 2014).

Pada kasus kehamilan serotinus ibu dan keluarga menjadi

cemas bila mana kehamilan terus berlangsung melewati

taksiran persalinan (Prawiroharjo, 2009).


4

c) Riwayat menstruasi

(1) Menarche

Usia wanita pertama haid bervariasi, antara 12—16

tahun.

(2) Siklus

Siklus terhitung mulai dari hari pertama haid hingga

hari pertama haid berikutnya, siklus perlu ditanyakan

untuk mengetahui apakah klien mempunyai kelainan

siklus haid atau tidak.

(3) Lamanya

Lamanya haid yang normal adalah ±7 hari. Apabila

sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan

kemungkinan adnaya gangguan ataupun penyakit yang

mempengaruhinya.

(4) Banyaknya

Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari.

Apabila darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah

menunjukkan gejala kelainan banyaknya darah haid.

(5) Disminorhoe

Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah

klien menderitanya atau tidak di tiap haidnya .

(Walyani, 2014).
4

d) Riwayat perkawinan

Perlu dikaji untuk mengetahui berapa kali menikah, status

menikah syah atau tidak, karena jika melahirkan tanpa

status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya

sehingga akan mempengaruhi proses nifas.

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

e) Riwayat kehamilan, persalian dan nifas yang lalu

(1) Kehamilan

Untuk mengetahui jumlah kehamilan (gravid) yang

pernah dialami, jumlah anak yang hidup, jumlah

kelahiran prematur, jumlah keguguran.

(2) Persalinan

untuk mencatat kelahiran terdahulu apakah pervaginam,

melalui bedah sesar, dibantu forsep, atau vakum.

Tanyakan pada klien apakah pernah mengalami

perdarahan pasca persalinan sebelumnya.

(Walyani, 2014).

f) Riwayat kehamilan sekarang

(1) Hari pertama haid terahir (HPHT)

Untuk mengetahui tanggal hari pertama dari menstruasi

terahir klien untuk memperkirakan kapan kira-kira sang

bayi akan dilahirkan.


4

(2) Hari perkiraan lahir (HPL)

Untuk membantu menetapkan penetapan tanggal

perkiraan kelahiran dan ditentukan dengan perhitungan

internasional menurut hukum naegele. Penghitungan

dilakukan dengan mengurangi bulan dengan 3,

kemudian menambahkan 7 hari dan 1 tahun.

(3) Ante natal care (ANC)

Untuk mengetahui riwayat ANC selama kehamilan

teratur atau tidak pada trimester I—III, tempat ibu

melakukan ANC dan berapa kali melakukan ANC

selama Hamil.

(4) Keluhan

Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan klien pada

kehamulan trimester I—III.

(5) Penyuluhan yang pernah didapat

Penyuluhan yang pernah didapatkan klien perlu

ditanyakan untuk mengetahui pengetahuan apa saja

yang kira-kira telah didapatkan klien dan berguna bagi

kehamilannya.

(6) Imunisasi TT

Untuk menanyakan apakah klien sudah pernah

mendapatkan imunisasi TT (Walyani, 2014).


4

g) Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan

kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama

menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa

nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

h) Riwayat kesehatan

Untuk mengetaui penyakit apa yang sedang klien derita

sekarang, riwayat penyakit terdahulu maupun penyakit

sistemik seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis,

epilepsy, serta riwayat penyakit menurun/ menular, dan

riwayat keturunan kembar (Walyani, 2014).

i) Kebiasaan sehari-hari

(1) Nutrisi

Untuk mengetahui jenis makanan yang biasa

dikonsumsi, porsi makan, frekuensi makan klien

perhari, pantangan makan dan alasan memantang

makanan (Walyani, 2014).

(2) Eliminasi

Untuk mengetahui kebiasaan eliminasi klien seperti,

BAB klien teratur tidak, warna feses normal/ tidak

(normal feses berwarna kuning kecoklatan muda), klien


4

sering berkemih atau tidak, warna urine, dan bau

urinnya (Walyani, 2014).

(3) Istirahat dan aktivitas

Untuk mengetahui pola kebiasaan istirahat pada klien

yang dapat menyebabkan hambatan yang mungkin

muncul menjelang persalinan, pola aktivitas klien

sehari-hari bila terlalu berat dapat menyebabkan

kelelahan dan akan berdampak pada perkembangan

janin (Walyani, 2014).

(4) Personal hygiene

Untuk mengetahui seberapa sering klien mandi,

menggosok gigi, mengganti pakaiannya dalam sehari,

apakah ada masalah dengan daerah vulvanya.

(5) Pola seksual

Dikaji untuk mengetahui berapa kali klien melakukan

hubungan seksual dalam satu minggu, dan ada masalah

atau tidak (Walyani, 2014).

j) Psikososial

(1) Respon ibu terhadap kehamilannya

Dalam pengkajian ini dapat dilakkan dengan

menanyakan secara langsung pada klien tentang

bagaimana perasaannya terhadap kehamilannya.


4

(2) Respon suami terhadap kehamilan

Data respon suami terhadap kehamilan ini sangat

penting karena dapat dijadikan sebagai acuan mengenai

bagaimana pola kita dalam memberikan asuhan pada

klien.

(3) Dukungan keluarga lain terhadap kehamilan

Hal ini juga perlu untuk ditanyakan karena keluarga

selain suami juga sangat berpengaruh besar bagi

kehamilan klien.

(4) Pengambilan keputsan

Pengambilan keputusan perlu ditanyakan karena untuk

mengetahui siapa yang diberi kewenangan klien dalam

mengambil keputusan apabila bidan mendiagnosa

adanya keadaan patologis bagi kondisi kehamilan klien

yang memerlukan adanya penanganan serius.

(5) Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan masa

hamil.

Hal ini perlu ditanyakan karena bangsa indonesia

mempunyai beraneka ragam suku bangsa yang tentunya

dari tiap suku bangsa tersebut mempunyai tradisi yang

dikhususkan bagi wanita saat hamil. Bila klien

mempunyai kebiasaan buruk, bidan harus bisa tegas


4

mengingatkan bahwa kebiasaan klien tersebut dapat

membahayakan bagi kehamilannya (Walyani, 2014).

2) Data Obyektif

Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh

bidan pada waktu pemeriksaan termasuk juga hasil

pemeriksaan laboratorium, USG, dll. Apa yang diobservasi

oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa

yang akan ditegakkan (Nurasiah dkk, 2014).

a) Keadaan umum

Untuk mengetahui data ini kita cukup mengamati keadaan

pasien secara keseluruhan apakah keadaan klien dalam

keadaan baik atau lemah (Sulistyawati, 2012).

b) Kesadaran

Gambaran tentang kesadaran pasien pada kehamilan

serotinus seperti composmentis yakni sadar penuh

(Sulistyawati, 2012).

c) Tanda vital

(1) Tekanan darah

Deteksi tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai

adanya gejala hipertensi dan preeklamsi. Tekanan darah

normalnya berkisar sistolik 110−120 mmHg dan

diastolik 80−90 mmHg (Walyani, 2014).


5

(2) Nadi

Untuk mengetahui denyut nadi ubu, normalnya 60−100

x/menit (Walyani, 2014).

(3) Pernafasan

Untuk mengetahui kelainan saluran nafas, normalnya

18−24 x/menit (Walyani, 2014).

(4) Suhu

Untuk mengetahui suhu ibu, pada suhu badan

normalnya 36,5 C−37,5 C (Walyani, 2014).

d) Tinggi badan

Ukuran tinggi badan yang sangat penting untuk mengeahui

ukuran panggul. Tinggi badan ibu dikategorikan beresiko

apabila hasil pengukuran <145 cm (Walyani, 2014).

e) Berat badan

Untuk mengetahui kenaikan berat badan, karena kenaikan

berat badan yang mendadak dapat menyebabkan

preeklamsia. Kenaikan berat badan ibu hamil normalnya

berkisar 6,5-16kg (Saryono dalam Walyani ,2014).

Pada pemeriksaan kehamilan dengan serotinus berat badan

ibu turun dan lingkar perut mengecil dan air ketuban

berkurang (Menurut Nugroho, 2012).

f) LILA (lingkar lengan atas)

Untuk mengetahui status gizi klien (Sulistyawati, 2012).


5

g) Pemeriksaan sistematik

(1) Kepala

(a) Rambut

Untuk mengetahui bagaimana keadaan kulit kepala

pada rambut untuk menilai kebersihan, kelembapan,

kerontokan.

(b) Muka

Untuk mengetahui keadaan muka, pucat dan tidak.

Ada oedema dan cloasma gravidarum atau tidak.

(c) Mata

Untuk mengetahui konjungtiva pucat atau tidak,

sklera putih atau tidak.

(d) Telinga

Untuk melihat simetris kanan dan kiri atau tidak,

keadaan telinga, liang telinga, ada serumen atau

tidak.

(e) Hidung

Untuk menilai ada benjolan tidak, ada sekret atau

tidak pada hidung.

(f) Mulut/gigi/gusi

Untuk mengetahui kebersihan mulut, ada caries atau

tidak pada gigi, ada pembengakakn atau tidak pada

gusi.
5

(2) Leher

Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar

tyroid dan pembesaran klenjar getah bening atau tidak.

(3) Dada dan axilla

Untuk mengetahui ada kelainan atau tidak, bentuk

paudara, simetris kanan dan kiri atau tidak, sudah keluar

kolostrum atau belum.

(4) Ekstremitas

Pada kaki dan tangan apakah terjadi oedema, ada

varices atau tidak, reflek patella positif atau negatif .

h) Pemeriksaan khusus obstetri

(1) Abdomen

(a) Inspeksi

Pemeriksaan secara inspeksi adalah memeriksa

dengan melihat langsung seluruh tubuh pasien atau

bagian-bagian tubuh tertentu (Lammarisi, 2015).

(b) Palpasi

Tahap palpasi merupakan pemeriksaan fisik dengan

cara meraba atau menekan menggunakan tangan

(Lammarisi, 2015).

Menggunakan tehnik leopold:


5

(1) Leopold I

Untuk mengetahui tinggi fundus uteri bagian

yang berada pada bagian fundus dan mengukur

tinggi fundus uteri dari simpisis untuk

menetukan usia kehamilan (Walyani, 2015).

Dikarenakan lingkar perut mengecil akibat

berkurangnya air ketuban, pada kasus serotinus

TFU biasanya tidak mengalami penambahan

tinggi fundus tetapi mengalami penurunan.

(Menurut Norma dan Dwi, 2013).

(2) Leopold II

Untuk mengetahui letak janin memanjang atau

melintang, dan bagian janin yang teraba

disebelah kanan dan kiri (Walyani, 2015).

(3) Leopold III

Untuk menentukan bagian janin yang ada di

bawah (presentasi) (Walyani, 2015).

(4) Leopold IV

Untuk menentukan apakah bagian janin sudah

masuk panggul atau belum (Walyani, 2015).


5

TFU

Perkiraan tinggi fundus uteri dilakukan dengan

palpasi fundus dan membandingkan dengan

patokan. Untuk menentukan umur kehamilan dan

TFU (taksiran fundus uteri).

Menurut Norma dan Dwi (2013), dikarenakan

lingkar perut mengecil akibat berkurangnya air

ketuban, pada kasus serotinus TFU biasanya tidak

mengalami penambahan tinggi fundus tetapi

mengalami penurunan.

TBJ

Perkiraan ini hanya berlaku untuk janin dengan

presentasi kepala. Rumusnya adalah sebagai

berikut: (TFU (cm)-n)x155=berat (gram). Bila

kepala belum masuk panggul maka n-12, kepala

sudah masuk panggul maka n-1.

Menurut Prawiroharjo (2009), ada janin yang dalam

masa kehamilan 42 minggu lebih berat badannya

meningkat terus. Hal ini disebabkan karena plasenta

yang tidak berfungsi dengan baik, sehinga janin

tidak tumbuh seperti biasa.


5

(c) Auskultasi

Tahap ini merupakan tahap pemeriksaan pasien

dengan cara mendengarkan bunyi dari bagian-

bagian tubuh tertentu melalui alat seperti statoskop

(Lammarisi, 2015).

Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan

postterm bila didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria

hasil pemeriksaan sebagai berikut:

(1) Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan

positif

(2) Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama

terdengar doppler

(3) Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerakan

janin pertama kali

(4) Telah lewat 22 minggu sejak terdengar DJJ

pertama kali dengan stetoskop leannec

(Prawiroharjo, 2009).

(d) Perkusi

Tahap perkusi merupakan pemeriksaan pasien

dengan cara mengetuk-mengetukkan tangan atau

menggunakan alat seperti perkusi hammer ke

bagian-bagian tubuh tertentu (Lammarisi, 2015).


5

(2) Pemeriksaan panggul

(a) Distansia spinarum

Yaitu jarak antara spina iliaka anterior suoperior

kanan dan kiri, ukuran normal 23-26 cm.

(b) Distansia kristarum

Yaitu jarak yang terjauh antara krista iliaka kanan

dan kiri 26-29 cm.

(c) Konjungata eksterna

Yaitu jarak antara pinggir atas symphisis dan ujung

processusnspinosum ruas tulang lumbal ke V

±18−20 cm.

(d) Ukuran lingkar panggul

Dari pinggir atas symphisis ke pertengahan antara

spina iliaka anterior superior dan trocanter mayor

sepihak dan kembali melalui tempat yang sama, di

pihak yang lain ukurannya ± 80-90 cm.

(Walyani, 2014).

Pada postterm sering terjadi disproporsi kepala

panggul dan distosia bahu (8% pada kehamilan

genap bulan, 14% pada postterm).

(Prawiroharjo, 2009).
5

(3) Anogenita
l

(a) Genital

Apakah oedema atau tidak, pengeluaran

pervagianam, ada kelainan atau tidak.

(b) Anus

Untuk mengetahui apakah ada hemoroid atau

kelainan.

(c) VT (pemeriksaan dalam)

Untuk mengetahui keadan vagina, porsiokeras atau

lunak, pembukaan serviks berapa, penurunan

kepala, UUK dan mendeteksi panggul normal atau

tidak (Nurasiah dkk, 2014). Pada keadaan dimana

tidak ada tekanan pada pleksus, seperti pada

kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah

masih tinggi, semuanay diduga penyebab terjadinya

kehamilan postterm (Prawiroharjo, 2009).

i) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk melengkapi data yang

telah ada yang biasanya meliputi pemeriksaan

laboratorium, dan ultrasonografi (Walyani, 2014).

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kehamilan

postdate seperti USG, KTG untuk menilai ada tidaknya

gawat janin, warna air ketuban dengan amnioskopi atau


5

amniotomi, dan pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks

kariopiknotik (Norma dan Dwi (2013).

b. Langkah II interpretasi data

Pada langkah ini data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa atau

masalah yang spesifik (Walyani, 2014).

Interpretasi data dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:

1) Diagnosa kebidanan

Diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan

Diagnosa: Ny. X, umur X tahun, GxPxAx, hamil X minggu,

letak melintang/ memanjang, presentasi kepala/

bokong, punggung kanan/ kiri, bagian terbawah janin

masuk X bagian, dengan kehamilan serotinus inpartu kala I

fase X.

Data dasar:

a) Data subyektif

Mengetahui data subyektif dari pasien meliputi:

(1) Ibu mengatakan bernama Ny. X

(2) Ibu mengatakan berumur X tahun

(3) Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke-X pernah

melahirkan... dan keguguran...

(4) Ibu mengatakan hari pertama haid terahir pada...

(5) Ibu mengatakan belum merasa kenceng-kenceng

(6) Ibu mengatakan gerakan janinnya berkurang


5

b) Data obyektif

Menurut Prawiroharjo (2008), Pada ibu bersalin dengan

kehamilan serotinus didapatkan data:

(1) KU : baik

TTV : meluputi tekanan darah normalnya: sistole 110-

120 dan diastole 80-90 mmHg, nadi: 60-

100x/ menit, respirasi: 18-24x/ menit, dan

suhu: 36,5 C−37,5 C (Walyani, 2014).

(2) Palpasi :

Leopold I: dikarenakan lingkar perut ibu mengecil

akibat berkurangnya air ketuban, pada kasus

serotinus TFU biasanya tidak mengalami

penambahan tinggi fundus tetapi mengalami

penurunan (Norma dan Dwi, 2013).

Leopold II: letak memanjang atau melintang, dan

bagian janin yang teraba disebelah kanan dan

kiri.

Leopold III: menentukan bagian janin yang berada di

bawah (persentasi).

Leopold IV: menentukan apakah bagian janin sudah

masuk panggul atau belum.

(Walyani, 2015)
6

(3) Auskultasi : janin bisa mengalami fetal distres dengan

DJJ <120x/menit atau >160x/menit.

(4) Vagina toucher : belum terjadi pembukaan, porsio tebal

atau tipis, penurunan hodge berapa, ubun-ubun apa,

kulit ketuban +/-, lendir darah ada atau tidak.

(5) Data pemeriksaan

Menurut Nugroho (2012), pada kasus

persalinan serotinus pada hasil USG

menunjukkan:

(a) Gerakan janin kurang

(b) Air ketuban berkurang (oligohidramnion)

2) Masalah

Masalah berhubungan dengan bagaimana wanita itu

mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya (Sulistyawati,

2009).

Ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus

berlangsung melewati taksiran persalinan (Prawiroharjo (2009).

3) Kebutuhan

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien

berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009).

Menentukan apakah kehamilan memang telah

berlangsung lewat bulan (postterm) atau bukan

(Prawiroharjo, 2009).
6

c. Langkah III merumuskan diagnosa potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi (Walyani, 2014).

Pada kehamilan serotinus bila tidak ditangani dengan segera

dihawatirkan akan memperburuk keadaan seperti terjadi Janin

besar , pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, keluarnya

mekonium akibat oligohidramnion, kelaian cairan amnion yang

mengakibatkan tali pusat tertekan hingga menyebabkan kematian

janin mendadak (Saifuddin, 2009). Pada ibu akan menimbulkan

kecemasan ibu, persalinan traumatis, angka kejadian seksio sesarea

meningkat atas pertimbangan persalinan lama, terjadi tanda gawat

janin, infertilitas, kesalahan letak janin (Nugroho, 2012).

d. Langkah IV tindakan segera

Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan/ dokter

untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan lain (Walyani, 2014).

Antisipasi pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus

yaitu kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi

(infus glukosa,) dan pemantauan pada denyut jantung janin (DJJ)

dengan menggunakan doppler leanec (Nugoho, 2012).


6

e. Langkah V merencanakan asuhan kebidanan

Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencaa asuhan

sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan

keluarga, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum

melaksanakannya (Walyani, 2014).

Menurut Penatalaksanaan menurut Manuaba dkk (2013), meliputi:

1) Mempertimbangkan usia kehamilan benar-benar lebih dari 42

minggu, berat janin, evaluasi hasil USG, dan kematangan servik

uteri.

2) Melakukan expectative manajemen (manajemen menunggu),

yaitu mengharap proses persalinan tanpa rangsangan dari luar,

dengan tetap melakukan evaluasi kesejahteraan janin yang

adekuat.

3) Melakukan induksi dengan infus oksitosin, pituitrin atau

sintosinon 5 unit dalam 500 cc glukosa 5% di mulai dari 8 tetes,

dengan maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan tetesan setiap 15

menit sebanyak 4-8 tetes sampai kontraksi optimal. Bila dengan

30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, mka tetesan

dipertahannkan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi induksi

dengan selang aktu 24-48 ja, atau lakukan operasi seksio sesarea

(Maryunani dan Eka, 2013).

4) Anjurkan pasien tidur miring kiri, melakukan pemantauan

elektronik jantung janin, memberi oksigen bila ditemukan


6

keadan jantung yang abnormal, memperhatikan jalanya

persalinan, dan segera setelah bayi lahir harus diperiksa terhadap

kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi, dan

polisitemi (Saifuddin, 2009).

5) Langsung dengan seksio sesarea

f. Langkah VI melaksanakan asuhan kebidanan

Pada langkah ini rencana asuhan yang komperhensif yang telah

dibuat dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau

dokter atau tim kesehatan lain (Walyani, 2014).

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan induksi

atas indikasi serotinus disesuaikan dengan rencana yang telah

dibuat (Manuaba dkk, 2009).

g. Langkah VII evaluasi

Melakukan evaluasi dari asuhan yang telah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah bnar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan diagnosa/masalah (Walyani, 2014).

Evaluasi pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus

meliputi:
6

1) KU : baik

2) TTV : tekanan darah normalnya: sistole 110-120 dan

diastole 80-90 mmHg, nadi: 60-100x/menit, respirasi: 18-24x

per menit, dan suhu: 36,5 C−37,5 C.

3) Input dan output cairan seimbang

4) Induksi persalinan berhasil

5) Terjadinya kemajuan persalinan

6) Bayi lahir dengan selamat

7) Ibu sehat, plasenta lahir lengkap, tidak terjadi perdarahan.

h. Data perkembangan

Berdasarkan evaluasi, selanjutnya rencana asuhan kebidanan

dituliskan dalam catatan perkembangan yang menggunakan SOAP

menurut Walyani (2014), yang meliputi:

S: Subyektif

Menggambarkan pendokumenasian pengumpulan data klien

melalui anamnsa.

O: Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,

hasil laboratorium, dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam

data fokus untuk mendukung assesment.


6

A: Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data subyektif dan obyektif dalam siatu identifikasi.

P: Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi

berdasarkan assesment.

C. Landasan Hukum

1. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan (permenkes) nomor

1464/Menkes/Per/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik

bidan, kewenangan yang dimiliki bidan, meliputi:

a. Pasal 9 yang berbunyi bidan dalam menjalankan praktik, berwenag

untuk memberikan pelayanan meliputi:

1) Pelayanan kesehatan ibu

2) Pelayanan kesehatan anak

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana

b. Pasal 10 yang berbunyi bidan dalam menjalankan praktik,

berwenang untuk memberikan pelayanan meliputi:

1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana disebutkan dalam pasal

9 huruh a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa

persalinan, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat 1

meliputi:
6

a) Pelayanan konseling pada masa hamil

b) Pelayanan antenatal kehamilan normal

c) Pelayanan persalinan normal

d) Pelayanan ibu nifas normal

e) Pelayanan ibu menyusui normal

f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud

pada ayat 2 berwenang untuk:

a) Episiotomi

b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan

perujukan

d) Pemberian tablet fe pada ibu hamil

e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu hamil

f) Fasilitas/bimbingan menyusu dini dan promosi air susu ibu

eksklusif

g) Pemberian uterotonika pada menejemen aktif kala tiga dan

postpartum

h) Penyuluhan dan konseling

i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil

j) Pemberian surat keterangan kehamilan

k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin.


BAB III

METODOLOG

A. Jenis Studi

Jenis penelitian menjelaskan penelitian yang diusulkan tersebut

termasuk ke dalam jenis atau metode yang mana tentang penelitian yang

diusulkan tersebut. Pada kasus ini, jenis studi kasus yang digunakan yaitu

observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus.

(Notoatmodjo (2010).

Observasional deskriptif adalah rancangan penelitian yang terjadi

berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial,

ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola hidup), dan lain-

lain. Atau dengan kata lain, rancangan ini mendeskrepsikan seperangkat

peristiwa atau kondisi populasi saat itu (Hidayat, 2010).

Dalam studi kasus ini penulis menggunakan asuhan kebidanan

menurut tujuh langkah Varney dari pengkajian sampai dengan evaluasi

dan data perkembangan menggunakan SOAP (Subjective, Objective,

Assessment, Planing).

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus menjelaskan tempat atau lokasi tersebut

dilakukan. Lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini dilakukan di RSU

Assalam Gemolong Sragen.

67
6

C. Subyek Studi Kasus

Subyek penelitian adalah subyek yang ditujukan untuk diteliti ioleh

peneliti (Arikunto, 2013). Subyek pada kasus ini adalah ibu bersalin Pada

Ny. P G2P1A0 umur 36 tahun dengan induksi atas indikasi serotinus di

RSU Assalam Gemolong Sragen.

D. Waktu Studi Kasus

Waktu penelitian adalah tanggal bulan dan tahun dimana kegiatan

penelitian tersebut dilakukan (Sujarweni, 2014). Studi kasus ini dilakukan

pada tanggal 13-14 Maret 2017.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengupulan data dalam penelitian yang dapat berupa kuesioner, formulir

obsvasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan

sebagainya (Notoaemodjo, 2010). Pada studi kasus ini instrumen yang

digunakan dalam pengumpulan data yaitu format asuhan kebidanan ibu

bersalin dengan tujuh langkah varney dan data perkembangan

menggunakan SOAP.
6

F. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti

untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan

(Hidayat, 2010).

1. Data primer

Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer

diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat

pengukuran atau alat pengambil data, langsung pada subyek sebagai

sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011).

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik (physical examination) dalam

pengkajian keperawatan dipergunakan untuk memperoleh data

objektif dari klien (Nursalam, 2009).

1) Inspeksi

Pemerikasaan inspeksi dilakukan pemeriksaan pada

muka, mata, hidung, telinga, mulut/gigi, dada terdiri dari

payudara dan axilla, abdomen, ekstremitas dan genetalia

(Nurasiah dkk, 2014). Pada kasus ibu bersalin dengan serotinus

dilakukan pemeriksaan mulai dari kepala, leher, dada,

mammae, axilla, abdomen, kulit, ekstremitas, genetalia, dan

anus pasien normal.


7

2) Palpasi

Palpasi merupakan tehnik pemeriksaan yang

menggunakan indra peraba. Tangan dan jari-jari adalah

instrumen yang sensitive dan dapat digunakan untuk

mengumpulkan data tentang suhu, turgor, bentuk, kelembapan,

vibrasi, dan ukuran (Nursalam, 2009). Pada kasus ibu bersalin

dengan serotinus dilakukan pemeriksaan meliputi kontraksi,

leopold I-IV normal tetapi TFU tidak mengalami penurunan.

3) Perkusi

Perkusi merupakan tehnik pemeriksaan dengan

mengetuk-ngetukkan jari perawat (sebagai alat untuk

menghasilkan suara) ke bagian tubuh klien yang akan dikaji

untuk membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan.

Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran,

bentuk, dan konsistensi jaringan (Nursalam, 2009). Pada kasus

ibu bersalin dengan serotinus di lahan tidak dilakukan

pemeriksaan reflek patella.

4) Auskultasi

Auskultasi merupakan tehnik pemeriksaan dengan

menggunakan stetoskop untuk menengarkan bunyi yang

dihasilkan oleh tubuh (Nursalam, 2009). Pada kasus ibu

bersalin dengan serotinus dilakukan untuk memeriksa DJJ,


7

janin dapat mengalami fetal distress bila denyut jantung kurang

dari 120x/menit atau lebih dari 160x/menit.

b. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan

cara mewawancarai langsung responden yang diteliti, sehingga

metode ini memberikan hasil secara langsung (Hidayat, 2014).

Pada kasus ibu bersalin dengan serotinus dilakukan wwancara

secara lisan pada pasien dan keluarga pasien.

c. Observasi

Menurut Hidayat (2014), observasi merupakan cara

pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara

langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan

atau hal-hal yang akan diteliti. Pada kasus ibu bersalin dengan

serotinus dilakukan observasi TTV, kemajuan persalinan, tetesan

induksi, dan DJJ.

2. Data sekunder

Data sekunder yakni data yang diperoleh lewat pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitinya.

Biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan yang telah

tersedia (Saryono, 2011).


7

a. Studi kepustakaan

Merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti dlam rangka mencari landasan teoretis dari permasalahan

penelitian (Hidayat, 2010).

Untuk memperoleh data dasar klien yang komprehensif,

perawat dapat membaca literatur yang berhubungan dengan

masalah klien (Nursalam, 2009). Studi kasus ini menggunakan

literatur mulai tahun 2007—2016.

b. Studi dokumentasi

Metode dokumentasi yakni mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya

(Arikunto, 2013). Pada kasus ibu bersalin dengan serotinus

dilakukan pengumpulan data yang diambil dari catatan medis

pasien di RSU Assalam Gemolong Sragen pada bulan Maret 2017.

G. Alat-alat yang Dibutuhkan

1. Alat dan bahan dalam pengambilan data antara lain:

a. Format pengkajian pada ibu bersalin

b. Alat tulis (buku catatan dan bolpoin)

2. Alat dan bahan yang digunaka untuk melakukan pemeriksaan fisik dan

observasi:

a. Timbangan berat badan


7

b. Alat pengukur tinggi badan

c. Tensimeter

d. Termometer

e. Jam tangan

f. Stetoskop monocular

g. Metlin

h. Reflex hammer

i. Doppler

j. Partus set, terdiri dari: 2 klem tali pusat, gunting tali pusat,

umbilicak klem, ½ kocher, 2 pasang sarung tangan steril/DTT,

kassa steril, spuit 3cc berisi oksitosin 10 IU, penghisap lendir

deelee, gunting episiotomi, benang, jarum, nalfuder, kateter nelaton

(Nurasiah dkk, 2014).

k. Infus set, terdiri dari: selang infus, abocath, plester, flaboth, kassa,

betadine.

l. Oksitosin 10 IU.

m. Cairan infus RL

n. Pada kala IV dibutuhkan: baskom berisi air bersih, larutan klorin

0,5%, pakaian ganti pasien, kain bersih dan pembalut.

3. Alat dan bahan dalam pendokumentasian

a. Status atau catatan medik pasien

b. Dokumen yang ada

c. Alat tulis
7

H. Jadwal Penelitian

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai

penyusunan proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan

penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan

tersebut (Notoatmodjo, 2010). Jadwal penelitian terlampir.


BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Ruang : VK

Tanggal masuk : 13 Maret 2017

No. Register : 12. 21. 55

I. TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI

Nama : Ny. P Nama : Tn. S

Umur : 36 Tahun Umur : 32

Tahun

Suku bangsa : Jawa Indonesia Suku bangsa : Jawa Indonesia

Agma : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kedawung Rt 10 Mendokan Sragen

2. ANAMNESA

Tanggal: 13 Maret 2017 pukul: 19.00 WIB

a. Alasan utama datang

Ibu mengatakan datang dengan bidan karena kehamilan sudah

lewat dari perkiraan lahir. Ibu mengatakan merasa kenceng-

kenceng sejak 13 maret 2017 pukul 17.45 WIB.

75
76

b. Tanda-tanda persalinan

Kontraksi sejak tanggal 13 maret 2017 pukul 17.45 WIB,

frekuensi 2x dalam 10 menit selama 25 detik, kekuatan sedang,

lokasi nyeri pada perut bagian bawah.

c. Riwayata menstruasi

1) Menarche : ibu mengatakan haid pertama 13 tahun

2) Siklus : ibu mengatakan jarak haidnya 28 hari

3) Lama : ibu mengatakan lama haidnya 7 hari

4) Banyaknya : ibu mengatakan ganti pembalut 2-3x/ hari

5) Teratur/tidak : ibu mengatakan haidnya teratur

6) Sifat darah : ibu mengatakan darah haidnya merah

encer disertai gumpalan.

7) Disminorhoe : ibu mengatakan kadang-kadang merasa

nyeri perut bagian bawah

d. Riwayat perkawinan

1) Status perkawinan : Sah, kawin 1 kali

2) Kawin/menikah : umur 27 tahun, suami umur 23 tahun

3) Lamanya : 9 tahun, anak 1 orang

e. Riwayat kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu.


Tabel. 4.1 Riwayat kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu
Tgl/Th Tempat Jenis Peno- ANAK NIFAS Keadaan
No Partus partus UK partus long Anak
JK BB PB Kead Laktasi Sekarang
1. 2009 BPM 40+6 Spontan Bidan L 2800 48 Baik Baik Hidup
2. Hamil Sekarang
77

f. Riwayat hamil ini

1) HPHT : 20 Mei 2016

2) HPL : 27 Februari 2017

3) Keluhan-keluhan pada

Trimester I :ibu mengatakan tidak ada keluhan

Trimester II : ibu mengatakan tidak ada keluhan

Trimester III : ibu mengatakan merasa pegel-

pegel

4) ANC 3 kali, tidak teratur, di bidan

Trimester II : 1x pada umur kehamilan 24 minggu

Trimester III : 2x pada umur kehamilan 37 dan umur

kehamilan 39 minggu

5) Penyuluhan yang pernah didapat: ibu mengatakan pernah

mendapat pendidikan kesehatan tentang tablet Fe, gizi ibu

hamil, dan body mekanik.

6) Imunisasi TT : ibu mengatakan imunisasi TT 5x.

g. Riwayat keluarga Berencana

1) Metode yang pernah dipakai yakni pil KB selama 4 tahun

2) Keluhan selama pemakaian kontrasepsi: tidak ada

h. Riwayat penyakit

1) Riwayat Penyakit sekarang

ibu mengatakan sedang tidak sakit apapun seperti batuk,

pilek, demam.
78

2) Riwayat penyakit sistemik

a) Jantung : ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri

dada sebelah kiri atau berdebar-debar,

cepat lelah, berkeringat dingin saat

beraktivitas ringan

b) Gijal : ibu mengatakan tidak pernah nyeri pada

pinggang kanan/kiri

c) Asma : ibu mengatakan tidak pernah sesak napas

d) TBC : ibu mengatakan tidak pernah sakit batuk

lebih dari 15 hari

e) Hepatitis : ibu mengatakan anggota tubuhnya tidak

pernah terlihat kuning.

f) DM : ibu mengatakan tidak pernah mudah lapar/

haus/ BAK >4x di malam hari.

g) Hipertensi : ibu mengatakan tekanan darahya tidak

pernah >140/90 mmHg.

h) Epilepsi : ibu mengatakan tidak pernah kejang

i) Lain-lain : ibu mengatakan tidak memiliki peyakit

lainnya seperti HIV-AIDS, PMS

3) Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan dari keluarnya maupun keluarga suaminya

tidak memiliki riwayat penyakit menurun atau menular


79

4) Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan dari keluarnaya maupun keluarga suaminya

tidak memiliki riwayat keturunan kembar.

5) Riwayat operasi

Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun.

i. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi

a) Makan dan minum terahir pukul

Ibu mengatakan makan terahir pukul 17.00 WIB dan

minum terahir pukul 18.45 WIB

b) Jenis makanan dan minuman

Ibu mengatakan makan 1 porsi sedang (nasi, lauk, sayur)

dan minum air putih 2 gelas.

2) Personal hygiene

Ibu mengatakan ganti pakaian dalam dan mandi 2x sehari.

3) Eliminasi

a) BAB terahir pukul : 16.00 WIB

b) BAK terahir pukul : 18.00 WIB

4) Aktivitas

Ibu mengatakan semua aktivitasnya dibantu suami selama

hamil.

5) Istirahat/tidur

Ibu mengatakan tidur malam 8-9 jam dan siang 1-2 jam.
80

6) Psikososial budaya

a) Perasaan menghadapi persalinan ini

Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya

b) Kehamilan ini direncanakan/ tidak

Ibu mengatakan kehamilannya tidak direncanakan.

c) Jenis kelamin yang diharapkan

Ibu mengatakan jenis kelamin tidak dipermasalahkan,

perempuan/ laki-laki sama saja.

d) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini

Ibu mengatakan seluruh keluarga mendukung dengan

kehamilannya.

e) Keluarga lain yang tinggal serumah

Ibu mengatakan hanya tinggal dengan suami dan anak

pertamanya.

f) Pantangan makanan

Ibu mengatakan tidak memantang makanan apapun

g) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan

Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan adat istiadat dalam

kehamilan ini.

7) Penggunaan obat-obatan/ jamu

Ibu mengatakan hanya minum obat dari dokter/bidan saja dan

tidak mengonsumsi jamu apapun.


81

8) Merokok (istri dan suami)

Ibu mengatakan di keluarganya tidak ada yang merokok.

3. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal: 13 Maret 2017 pukul: 19.05 WIB

1. Starus generalis

a. Keadaaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD: 120/80 mmHg R:

20x/menit N : 80x/menit S: 36,7 C


d. TB : 158 cm
e. BB sebelum hamil : 65 kg
f. BB saat hamil : 70 kg
g. LILA : 26,5 cm

2. Pemeriksaan sistematis

a. Kepala

1) Rambut : bersih, tidak berketombe

2) Muka : bersih, tidak odema, tidak pucat

3) Mata

a) Oedema : tidak odema

b) Conjungtiva : merah muda

c) Sklera : putih

4) Hidung : bersih, tidak ada sekret, tidak ada benjolan

5) Telinga : simetris, tidak ada serumen


82

6) Mulut/ gigi/ gusi : tidak stomatitis, tidak caries, tidan mudah

berdarah.

b. Leher

1) Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran

2) Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran

c. Dada dan Axilla

1) Mammae

a) Membesar : membesar normal

b) Benjolan : tidak ada benjolan

c) Simetris : simetris kanan kiri

d) Areola : hiperpigmentasi

e) Puting susu : menonjol

f) Kolostrum : sudah keluar

2) Axilla

a) Benjolan : tidak ada benjolan

b) Nyeri : tidak ada nyeri tekan

d. Eksterimatas

1) Atas : simetris, tidak odema, jari lengkap

2) Bawah

a) Varices : tidak varices

b) Oedema : tidak odema

c) Kuku : tidak pucat


83

3. Pemeriksaan khusus obstetri

a. Abdomen

1) Inspeksi

a) Pembesaran perut : sesuai dengan umur kehamilan

b) Bentuk perut : memanjang

c) Linea alba/ nigra : alba dan nigra

d) Stie albican/ livide : livide

e) Bekas luka : tidak ada

f) Pergerakan janin : tidak terlihat pergerakan janin

2) Palpasi

a) Pergerakan janin : tidak teraba gerakan janin

b) Leopold I : TFU: 2 jari dibawah processus

xyphoideus. Bagian fundus teraba

bulat, lunak (bokong)

c) Leopold II

Kana : teraba bagian-bagian terkecil janin

(ekstremitas)

Kiri : teraba panjang, keras seperti

papan (punggung)

d) Leopold III : bagian trebawah janin teraba bulat,

keras, melenting (Kepala)


84

e) Leopold IV : bagian terbawah dari janin sudah

masuk PAP, penurunan hodge I

(4/5 bagian), tidak bisa

digoyangkan.

f) TFU Mc Donald : 31 cm

g) TBJ : (31-11)x155= 3100 gram

3) Auskultasi

DJJ: Punctum maximum : bagian kiri abdomen dibawah

umbilicus

Frekuensi : 136x/menit

Teratur/ tidak : teratur

b. Pemeriksaan panggul

1) Kesan panggul : tidak dilakukan

2) Distansia Spinarum : tidak dilakukan

3) Distansia Kristarum : tidak dilakukan

4) Conjugata eksterna : tidak dilakukan

5) Lingkar panggul : tidak dilakukan

c. Anogenital

1) Anogenital

a) Varices : tidak ada varices

b) Luka : tidak ada luka

c) Kemerahan : tidak kemerahan

d) Nyeri : tidak ada nyeri


85

e) Pengeluaran pervaginam : lendir darah

2) Perinium

a) Bekas luka : tidak ada bekas luka

b) Lain-lain : tidak ada

3) Anus

a) Haemoroid : tidak ada

b) Lain-lain : tidak ada

4) Vagina toucher

a) Porsio : tebal

b) Pembukaan : 2 cm

c) Ketuban : utuh

d) Presentasi : kepala

e) Penurunan : hodge I (4/5 bagian)

4. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Hb : 11,3 gr/dl

2) Leukosit : 13,5 ribu/ul

3) Trombosit : 208 ribu/ul

4) HBSAg : Non Reaktif

5) Golongan darah :A

b. Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan


86

B. INTERPRETASI DATA

Tanggal: 13 Maret 2017 pukul: 19.10 WIB

1. DIAGNOSA KEBIDANAN

Ny. P G2P1A0 Umur 36 tahun, hamil 42+3 minggu, janin tunggal,

hidup, intrauterin, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala,

penurunan hodge I, inpartu kala I fase laten dengan kehamilan

serotinus.

Data Dasar:

DS :

a. Ibu mengatakan bernama Ny. P berumur 36 tahun

b. Ibu mengatakan ini kehamilan ke-2 dan belum pernah keguguran

sebelumnya.

c. Ibu mengatakan hari pertama haid terahir pada 20 Mei 2016.

d. Ibu mengatakan perkiraan lahir bayinya tanggal 27 Februari

2017 DO :

a. Keadaaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD: 120/80 mmHg R:

20x/menit N : 80x/menit S: 36,7 C

d. Kontraksi : Sedang, 2x dalam 10 menit selama 25 detik

e. Leopold I : TFU: 2 jari dibawah processus xyphoideus.

Bagian fundus teraba bulat, lunak (bokong)


87

f. Leopold II

Kana : teraba bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas)

Kiri : teraba panjang, keras seperti papan (punggung)

g. Leopold III : bagian terbawah janin teraba bulat, melenting,

dan keras, (kepala)

h. Leopold IV : bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas

panggul, penurunan hodge I (4/5 bagian).

i. TFU Mc Donald : 31 cm

j. TBJ : (31-11) x 155 = 3100 gram

k. DJJ : 136x/ menit

l. Vagina Toucher : portio tebal, pembukaan 2 cm, kulit ketuban

utuh, presentasi kepala, penurunan hodge I.

2. MASALAH

Ibu mengatakan cemas karena kehamilannya sudah lewat perkiraan

lahir.

3. KEBUTUHAN

Memberikan support mental pada ibu agar tidak cemas

dalam menghadapi persalinannya.

C. DIAGNOSA POTENSIAL

1. Pada ibu mengalami partus lama

2. Pada janin mengalami IUFD


88

D. TINDAKAN SEGERA

Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:

1. Infus RL 20 tetes/menit

2. Induksi oxytocin drip 5 IU dengan 20 tetes/menit.

E. RENCANA TINDAKAN

Tanggal: 13 Maret 2017 pukul: 19.15 WIB

1. Beritau ibu dan keluarga hasil pemeriksaan

2. Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman

3. Anjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap.

4. Ajarkan ibu tehnik relaksasi saat ada kontraksi

5. Anjurkan keluarga untuk memberi nutrisi (makan dan minum) pada

ibu di antara HIS.

6. Siapkan partus set, heacting set, alat resusitasi, pakaian ibu dan bayi

7. Observasi kemajuan persalinan

8. Berikan terapi sesuai advice dokter drip oxytocin 5 IU 20 tetes per

menit, dan mengganti cairan infus saat habis.

9. Observasi DJJ dan kontraksi setiap 30 menit sekali pada pemasangan

cairan infus pertama, obserfasi DJJ dan kontraksi setiap 15 menit

sekali pada pemasangan cairan infus kedua.


89

F. PELAKSANAAN

Tanggal: 13 Maret 2017 pukul: 19.20 WIB

1. 19.20 WIB Memberitau ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa

saat ini ibu dan janin dalam keadaan baik, namun belum ada

pembukaan, dan belum ada tanda-tanda kemajuan persalinan.

2. 19.23 WIB Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman

seperti jalan-jalan (bila kuat), tidur miring kiri/kanan.

3. 19.25 WIB Menganjurkan ibu untuk tidak meneran terlebih dahulu

sebelum pembukaan lengkap agar tidak terjadi pembengkakan jalan

lahir/ kehabisan tenaga sebelum persalinan .

4. 19.27 WIB Mengajarkan ibu tehnik relaksasi saat ada kontraksi yaitu

dengan tarik napas panjang dari hidung dan hembuskan secara

perlahan dari mulut.

5. 19.30 WIB Menganjurkan keluarga untuk memberi nutrisi (makan dan

minum) pada ibu di antara HIS, sebagai penambah energi untuk

tenaga saat meneran.

6. 19.35 WIB Siapkan partus set, heacting set, alat resusitasi, pakaian ibu

dan bayi:

a. Partus set:

1) 1 klem tali pusat

2) Umbilical klem

3) Gunting tali pusat

4) ½ kocher
90

5) Kassa steril

6) Kateter

7) Gunting episiotomi

b. Heacting
set:

1) Jarum steril

2) Benang steril (catgut)

3) Kassa
steril

4) Kom berisi betadine

5) Pinset anatomis

c. Alat
resusitasi:

1) Penghisap lendir

2) Sungkup

d. Pakaian
ibu:

1) Jarik

2) Pakaian bersih

3) Celana dalam

4) Pembalu
t

e. Pakaian bayi:

1) Popok

2) Baju

3) Bedong

4) Topi
91

7. 19.45 WIB Mengobservasi kemajuan persalinan meliputi: nadi, suhu,

respirasi setiap 30 menit sekali dan tekanan darah, pembukaan serviks

setiap 4 jam sekali.

8. 19.47 WIB Memberikan terapi sesuai advice dokter dengan mengganti

cairan infus drip oxytocin 5 IU saat cairan infus habis dengan tetesan

20 tetes per menit.

9. 19.50 WIB Mengobservasi DJJ dan kontraksi setiap 30 menit sekali.

10. 23.00 WIB Melakukan pemeriksaan dalam ke dua

11. 01.00 WIB Melakukan pemeriksaan dalam ke tiga

G. EVALUASI

Tanggal: 14 Maret 2017 pukul: 01.05

1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Ibu sudah memilih posisi yang nyaman (miring kiri)

3. Ibu bersedia untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap.

4. Sudah diajarkan pada ibu tehnik relaksasi saat ada kontraksi.

5. Ibu bersedia makan dan minum pada pukul 20.15 WIB dengan jenis:

sepotong roti dan minum 1 gelas teh hangat pada sela-sela HIS.

6. Telah disiapkan partus set, heacting set, alat resusitasi, pakaian ibu

dan bayi.

7. Telah dilakukan observasi kemajuan persalinan dengan

hasil: (terlampir)

8. Telah dilakukan observasi DJJ dan kontraksi dengan hasil: (terlampir)


92

9. Telah dilakukan pemeriksaan dalam ke dua pada pukul 23.00 WIB

dengan hasil: Portio tipis, pembukaan 8 cm, kulit ketuban utuh,

presentasi kepala, UUK jam 1, penurunan hodge III.

10. Telah dilakukan pemeriksaan dalam ke tiga dengan hasil: Portio

tidak teraba, pembukaan 10 cm, kulit ketuban sudah pecah,

presentasi kepala, UUK jam 12, penurunan hodge IV.


93

DATA PERKEMBANGAN I

KALA II

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.00 WIB

S : Subyekif

1. Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng semakin kuat

2. Ibu mengatakan ingin mneran

3. Ibu mengatakan merasa ingin BAB

O : Obyektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD :120/80 mmHg N: 82x/ menit

R : 22x/ menit S: 36.7 C

4. HIS : 4x dalam 10 selama 45 detik

5. DJJ : 136x/ menit, teratur.

6. Inspeksi pemeriksaan tanda gejala kala II:

a. Ada tekanan dari anus

b. Perinium menonjol

c. Vulva membuka
94

7. Pemeriksaan dalam

a. Portio : tidak teraba

b. Pembukaan : 10 cm

c. Ketuban : sudah pecah

d. Presentasi : belakang kepala

e. Posisi : UUK jam 12

f. Penurunana : hodge IV

8. Ekstremitas kanan atas terpasang infur RL drip oxytocin 5 IU dengan

tetesan 20 tpm.

A : Assesment

Ny. P G2P1A0 Umur 36 tahun, hamil 42+3 minggu, inpartu kala II dengan

induksi atas indikasi serotinus.

P : Planning

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.05 WIB

1. Memberitau ibu bahwa hasi pemeriksaan pembukaan sudah lengkap dan

akan dipimpin bersalin.

2. Memeriksa kembali partus set.

3. Mengatur posisi ibu dengan dorsal recumbent yaitu kaki ditekuk dan

telapak kaki menapak di tempat tidur, tangan berada pada pergelangan

kaki.
95

4. Mengajarkan pada ibu cara meneran yang benar yakni saat ada kontraksi

ibu meneran dengan kepala menunduk, dan meneran tanpa bersuara,

sedang mata tetap membuka.

5. Melakukan pertolongan persalinan kala II

a. Menggunakan celemek

b. Mencuci tangan 6 langkah dengan air mengalir

c. Meletakkan kain bersih di atas perut ibu

d. Meletakkan underpad di bawah bokong ibu

e. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

f. Setelah kepala bayi tampak 5-6 cm membuka vulva maka lindungi

perinium dengan tangan kanan dengan dilapisi kain bersih.

g. Melahirkan kepala bayi, tangan kiri berada di vertek untuk menahan

kepala agar tidak terjadi defleksi maksimal, dan menganjurkan ibu

meneran saat ada kontraksi.

h. Setelah kepala bayi lahir, periksa lilitan tali pusat dan menunggu

bayi melakukan putaran paksi luar.

i. Meletakkan tangan penolong secara biparetal pada kepala bayi

dengan tangan terkuat berada di atas, dengan perlahan gerakkan

kepala bayi ke bawah dan distal hingga bahu depan lahir, kemudian

gerakkan ke atas dan distal hingga bahu belakang lahir.

j. Menggeser tangan kanan ke arah perinium ibu untuk menyangga

kepala bayi, sedang tangan kiri menyusuri badan bayi hingga ujung

kaki.
96

k. Melakukan penilaian selintas pada bayi dengan memposisikan

kepala 15 lebih rendah dari kepala untuk menilai tangisan, tonus

otot, dan warna kulit bayi.

l. Meletakkan bayi di atas perut ibu untuk dikeringkan mulai dari

muka, kepala, dan bagian tubuh lain kecuali pada telapak tangan,

kemudian ganti kain dengan yang kering dan dilakukan

antropometri.

m. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan janin tunggal.

EVALUASI

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.15 WIB

1. Ibu sudah mengetahui bahwa pembukaan sudah lengkap dan siap

dipimpin bersalin.

2. Partus set sudah diperiksa dan sudah lengkap.

3. Posisi ibu sudah diatur dengan posisi dorsal recumbent.

4. Sudah diajarkan pada ibu cara meneran yang benar dan ibu sudah paham.

5. Telah dilakukan pertolongan persalinan kala II, bayi lahir spontan pukul

01.15 WIB, jenis kelamin perempuan, gerakan aktif, usaha napas baik,

menangis spontan, warna kulit kemerahan, BB: 3000 gram, PB: 48 cm,

LK/LD: 30/31 cm, anus berlubang APGAR score 8.


97

DATA PERKEMBANGAN II

KALA III

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.16 WIB

S : Subyekif

1. Ibu mengatakan bahagia atas klahiran anaknya.

2. Ibu mengatakan masih merasa mules-mules.

O : Obyektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 22x/ menit

N : 84x/ menit S : 36.7 C

4. Palpasi uterus : Tidak teraba jain ke dua

5. Kontraksi : Keras

6. TFU : Setinggi pusat

7. Ekstremitas kanan atas terpasang infur RL drip oxytocin 5 IU dengan

tetesan 20 tpm

8. Inspeksi tanda-tanda pelepassan plasenta

A : Assesment

Ny. P G2P1A0 umur 36 tahun, inpartu kala III dengan induksi atas indikasi

serotinus.
98

P : Planning

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.20 WIB

1. Menyuntikkan oxy 5 IU secara IM pada 1/3 paha atas lateral dalam

waktu kurang dari 1 menit setelah bayi lahir dan jelaskan pada ibu tujuan

dari tindakan yakni agar ari-ari cepat lahir.

2. Memastikan tanda pelepasan plasenta.

3. Membantu persalinan plasenta

a. Memindah klem 5-6 cm di depan vulva

b. Melakukan penegangan tali pusat setiap ada kontraksi menggunakan

tangan kanan ke arah bawah sejajar lantai dengan telapak tangan

menghadap ke atas, sedang tangan kiri berada di atas simfisis

mendorong uterus ke arah belakang atas (dorsokranial).

c. Lakukan dorsokranial hingga plasenta lepas, minta ibu meneran dan

penolong membantu menegangka tali pusat mengikuti poros jalan

lahir.

d. Bila tali pusat bertambah panjang, maka pindahkan klem 5-6 cm di

depan vulva, kemudian lakukan penegangan tali pusat kembali.

e. Setelah plasenta berada pada introitus vagina, lahirkan plasenta

menggunakan kedua tangan dengan memutar plasenta searah jarum

jam hingga selaput ketuban terpilin.

f. Melakukan massase pada perut ibu selama 15 detik.


99

g. Memeriksa kelengkapan plasenta dan letakkan pada tempat yang telah

disediakan (kendil).

4. Memeriksa kemungkinan adanya laserasi pada jalan lahir

EVALUASI

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.25 WIB

1. Ibu sudah disuntik oxytocin 5 IU secara IM pada 1/3 paha atas lateral.

2. Telah terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat bertambah

panjang, terdapat semburan darah tiba-tiba dari jalan lahir, uterus globular.

3. Plasenta lahir spontan pada pukul 01.25 WIB, selarut ketuban utuh,

kotiledon lengkap, panjang tali pusat ± 40 cm, perdarahan ± 80 cc,

kontraksi keras, TFU 2 jari di bawah pusat.

4. Terdapat laserasi derajat II.


10

DATA PERKEMBANGAN

III KALA IV

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.30 WIB

S : Subyekif

1. Ibu mengatakan lega karena ari-ari bayinya sudah lahir.

2. Ibu mengatakan masih merasa mules.

O : Obyektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran :Composmentis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 20x/ menit

N : 80x/ menit S : 36.7 C

4. Kontraksi : Keras

5. TFU : 2 jari di bawah pusat

6. Perdarahan : ± 80 cc

7. Lochea : Rubra

8. Perinium : Ada laserasi derajat II

9. ekstremitas kanan atas terpasang infus RL drip oxytocin 5 IU dengan

tetesan 20 tpm.

A : Assesment

Ny. P umur P2A0 36 tahun, inpartu kala IV dengan induksi atas indiksi

serotnus.
10

P : Planning

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.35 WIB

1. Mengobservasi keadaan umum ibu.

2. Menjahit laserasi jalan lahir ibu dengan tehnik jelujur

3. Menyibin ibu dengan air DTT dan mengganti pakaian ibu dengan yang

bersih.

4. Mengobservasi TD, nadi, kontraksi, kandung kemih dan perdarahan setiap

15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.

5. Menganjurkan ibu memassase uterus sendiri agar kontraksi uterus kuat.

6. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk menambah energi dan

mengembalikan tenaga yang sudah hilang.

7. Menjelaskan kebutuhan gizi ibu nifas, cara perawatan luka perinium, dan

ASI eksklusif.

8. Mengganti infus RL drip Oxytocin dengan cairan infus RL biasa jika

sudah habis.

9. Memindah ibu ke bangsal nifas setelah 2 jam.


10

EVALUASI

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.40 WIB

1. Telah dilakukan observasi keadaan umum ibu dengan hasil:

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 20x/ menit

N : 80x/ menit S : 36.7 C

2. Perinium sudah dijahit dengan tehnik jelujur

3. Ibu sudah disibin dengan air DTT dan sudah gantai pakaian.

4. Telah dilakukan observasi TD, nadi, kontraksi, kandung kemih dan

perdarahan, dengan hasil:

Tabel. 4.2 Observasi Kala IV


Jam Waktu Tekanan Nadi Suhu Tinggi undus uteri Kontaksi Kandung Perda-
ke darah uterus kemih rahan
I 01.30 120/80 80 36,7 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 20 cc
01.45 120/80 80 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 10 cc
02.00 120/80 82 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 10 cc
02.15 120/80 80 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 10 cc
II 02.45 120/80 82 36,7 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 5 cc
03.15 120/80 82 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 5 cc

5. Ibu sudah bisa memassase uterus sendiri.

6. Ibu sudah makan dan minum dengan jenis nasi, lauk, sayur dan minum

teh hangat.

7. Ibu sudah mengerti dan paham tentang kebutuhan ibu nifas, cara

perawatan luka perinium, dan pemberian ASI eksklusif.

8. Infus RL drip Oxytocin sudah diganti dengan cairan infus RL biasa pukul

04.30 WIB.

9. Ibu sudah dipindah ke bangsal nifas pada pukul 05.00 WIB.


10

II. PEMBAHASAN

Pada pengkajian ini penulis akan membandingkan antara hasil studi

kasus dengan teori. Teori yang disajikan dapat mendukung atau

bertentangan dengan kasus di lahan. Dari hal tersebut penulis dapat

mengetahui kelebihan dan kekurangan atau kesenjangan yang ada

menggunakan langka-langkah manajemen kebidanan yaitu:

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan

semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi pasien (Nurasiah dkk, 2014). Keluhan utama ibu bersalin

dengan serotinus dan keluarga yakni merasa cemas bilamana kehamilan

terus berlangsung melewati taksiran persalinan. (Prawirohardjo, 2009).

Data obyektif pada bersalin dengan serotinus dari hasil pemeriksaan

umum didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, berat

badan menurun (Nugroho, 2012). Pada pemeriksaan sistematis

didapatkan hasil pemeriksaan lingkar perut mengecil, TFU mengalami

penurunan, DJJ <120x/menit atau >160x/menit (Nugroho, 2012).

Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan seperti USG, KTG,

amnioskopi/amniotomi, atau sitologi vagina (Norma dan Dwi, 2013).

Pada kasus didapati data dasar subyektif Ny. P dengan keluhan

utama merasa cemas karena kehamilannya sudah melewati perkiraan

lahir, dan kenceng-kenceng pada perut bagian bawah. Pada data

obyektif didapati keadaan umum baik, kesadaran composmentis, dan


10

tidak mengalami penurunan berat badan. Lingkar perut tidak mengecil,

TFU tidak turun dan DJJ dalam keadaan normal. Sedang pada

pemeriksaan penunjang hanya dilakukan pemeriksaan laboratorium

dengan hasil Hb:11,3 gr/dl, leukosit:13,5 ribu/ul, trombosit:208 ribu/ul,

HBSag: Non Reaktif, golongan darah: A.

Pada langkah ini penulis menemukan beberapa kesenjangan yaitu

pada data obyektif dan pemeriksaan sistematis (lingkar perut, TFU dan

DJJ), dan pada pemeriksaan penunjang.

B. Interpretasi Data

Pada langkah ini data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah

yang spesifik (Walyani, 2014).

Diagnosa kebidanan dengan kasus serotinus: Ny..., umur...tahun,

G...P...A..., hamil... minggu, letak..., presentasi..., punggung..., bagian

terbawah janin masuk... bagian, dengan kehamilan serotinus inpartu

kala I fase... Masalah yang mungkin timbul pada ibu bersalin dengan

serotinus adalah perasaan cemas (Prawirohardjo, 2009). Kebutuhan

pada ibu bersalin dengan serotinus yakni memberi informasi dan

edukasi tentang kehamilan serotinus serta memberi support mental dari

keluarga dan tenaga kesehatan (Manuaba dkk, 2012).

Dari data yang diperoleh saat penulis melakukan pengkajian dapat

ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu Ny. P G2P1A0 Umur 36 tahun,

hamil 42+3 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, letak memanjang,


10

punggung kiri, presentasi kepala, penurunan hodge I, inpartu kala I fase

laten dengan kehamilan serotinus. Masalah dari kasus Ny. P adalah Ibu

mengatakan cemas karena kehamilannya sudah lewat perkiraan lahir.

Kebutuhan yang diperlukan Ny. P yakni memberikan support mental

pada ibu agar tidak cemas dalam menghadapi persalinannya.

Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan

praktik lahan.

C. Diagnosa Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi (Walyani, 2014).

Berdasarkan teori yang ada diagnosa potensial yang ditemukan

pada kasus ibu bersalin denga induksi atas indikasi serotinus yakni pada

janin dapat menyebabkan janin besar, pertumbuhan janin terhambat,

gawat janin, keluarnya mekonium akibat oligohidramnion, kelaian

cairan amnion yang mengakibatkan tali pusat tertekan hingga

menyebabkan kematian janin mendadak (saifuddin, 2009). Pada ibu

mengakibatkan kecemasan, persalinan traumatis, angka kejadian seksio

sesarea meningkat akibat pertimbangan persalinan lama, terjadi tanda

gawat janin, infertilitas, kesalahan letak janin (Nugroho, 2012).

Pada kasus Ny. P dengan bersalin serotinus, diagnosa potensial

tidak mucul sehingga penulis tidak menemukan kesenjangan antara

teori dengan praktik lahan.


10

D. Tindakan Segera

Pada langkah ini mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh

bidan dan dokter untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan lain (Walyani, 2014).

Antisipasi pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus

yaitu kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi titrasi

oksitosin 2,5—5 IU dalam dekstrose 5% 500 ml, diberikan secara drip

sampai maksimal 2 botol (1000 ml) dan pemantauan pada denyut

jantung janin (DJJ) menggunakan doppler laenec (Nugroho, 2012).

Pada kasus Ny. P tindakan segera yang dilakukan yaitu kolaborasi

dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi yaitu Infus RL 500 ml

drip oxytocin 5 IU dengan tetesan 20 tpm.

Pada langkah ini terdapat kesenjangan yaitu pemberian terapi

yaitu Infus RL 500 ml drip oxytocin 5 IU dengan tetesan 20 tpm.


10

E. Rencana Tindakan

Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan

sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga,

kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya

(Walyani, 2014).

Rencana tindakan yang diberikan dalam asuhan bersalin dengan

serotinus menurut Manuaba dkk (2013), meliputi:

1) Mempertimbangkan usia kehamilan benar-benar lebih dari 42

minggu, berat janin, evaluasi hasil USG, dan kematangan servik

uteri.

2) Melakukan expectative manajemen (manajemen menunggu), yaitu

mengharap proses persalinan tanpa rangsangan dari luar, dengan

tetap melakukan evaluasi kesejahteraan janin yang adekuat.

3) Melakukan induksi dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon

5 unit dalam 500 cc glukosa 5% di mulai dari 8 tetes, dengan

maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan tetesan setiap 15 menit

sebanyak 4-8 tetes sampai kontraksi optimal. Bila dengan 30 tetes

kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan dipertahankan.

Bila terjadi kegagalan, ulangi induksi dengan selang waktu 24-48

jam, atau lakukan operasi seksio sesarea.

(Maryunani dan Eka, 2013).

4) Anjurkan pasien tidur miring kiri, melakukan pemantauan

elektronik jantung janin, memberi oksigen bila ditemukan keadaan


10

jantung yang abnormal, memperhatikan jalanya persalinan, dan

segera setelah bayi lahir harus diperiksa terhadap kemungkinan

hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi, dan polisitemi.

(Saifuddin, 2009).

5) Langsung dengan seksio sesarea

Dalam perencanaan asuhan pada kasus Ny. P bersalin dengan

induksi atas indikasi serotinus pada kala I: kolaborasi dengan dokter

SpOG, mengobservasi KU dan vital sign ibu. Mengobservasi DJJ dan

HIS setiap 30 menit, melakukan induksi persalinan dengan RL 500 ml

drip oxytocin 5 IU dalam 500 cc ringer laktat dengan tetesan 20 tpm,

memberitau ibu cara relaksasi yang benar,menyiapkan partus set,

heacting set, pakaian ibu dan bayi serta menganjurkan ibu meneran

ketika pembukaan sudah lengkap. Kala II melakukan pertolongan

persalinan. Kala III melakukan manajemen aktif kala III. Kala IV

melakukan observasi TD, nadi, kontraksi, TFU, perdarahan dan

kandung kemih setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan setiap 30

menit sekali pada 1 jam kedua.

Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik

lahan yaitu: melakukan induksi persalinan dengan RL 500 ml drip

oxytocin 5 IU dalam 500 cc ringer laktat dengan tetesan 20 tpm.


10

F. Pelaksanaan

Pada langkah ini rencana asuhan yang komperhensif yang telah

dibuat dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau

dokter atau tim kesehatan lain (Walyani, 2014).

Pelaksanaan pada kasus Ny. P dengan bersalin serotinus

dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat.

Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik

lahan yaitu: melakukan induksi persalinan dengan RL 500 ml drip

oxytocin 5 IU dalam 500 cc ringer laktat dengan tetesan 20 tpm.

G. Evaluasi

Melakukan evaluasi dari asuhan yang telah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi

sesuai dengan diagnosa/masalah (Walyani, 2014).

Evaluasi pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus

menurut Manuaba (2010) meliputi: Keadaan umum dan tanda-tanda

vital (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi) normal, Input dan output

cairan seimbang, Induksi persalinan berhasil, terjadinya kemajuan

persalinan, bayi lahir dengan selamat, Ibu sehat, plasenta lahir lengkap,

tidak terjadi perdarahan.

Pada kasus bersalin dengan serotinus evaluasi dilakukan secara

sitematis untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan.

Hasil yang diperoleh adalah : Keadaan umum Ny. P baik, TD:

120/80mmHg, R: 22x/menit, N: 84x/menit, S: 36.7 C. Bayi lahir


11

spontan pukul 01.15 WIB, jenis kelamin perempuan, BB 3000 gram,

PB 48 cm, LK 30 cm, LD 31 cm, anus berlubang, cacat (-), APGAR

score: 8-9-10, plasenta lahir spontan pukul 01.20 WIB, selaput ketuban

utuh, kotiledon lengkap, panjang tali pusat ± 40 cm, perdarahan ± 80 cc,

kontraksi keras, TFU 2 jari di bawah pusat, terdapat laserasi perinium

derajat II, keadaan umum ibu baik, jumlah darah yang dikeluarkan dari

kala I-IV ± 200 cc, kandung kemih kosong.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara

teori dengan praktik lahan.


BAB V

PENUTU

A. KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan asuhan sesuai dengan manajemen

kebidanan 7 langkah varney meliputi pengkajian, interpretasi data,

diagnosa potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

dan data perkembangan SOAP. Pada kasus ibu bersalin Ny. P dengan

induksi atas indikasi serotinus di RSU Assalam Gemolong Sragen dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pengkajian data pada kasus Ny. P dengan induksi atas indikasi

serotinus, pada data subyektif ibu mengeluhkan cemas karena

kehamilannya sudah melewati perkiraan lahir, da kenceng-kenceng

pada perut bagian bawah. Pada data obyektif tidak mengalami

penurunan berat badan, lingkar perut tidak mengecil, TFU tidak turun

dan DJJ normal 136x/menit. Hb: 11,3 gr/dl, leukosit: 13,5 ribu/ul,

HBSAg: Non Reaktif, trombosit: 208 ribu/ul, Gol: A, dan tidak

dilakukan USG.

2. Interpretasi data pada kasus Ny. P didapatkan diagnosa kebidanan:

Ny. P G2P1A0 Umur 36 tahun, hamil 42+3 minggu, janin tunggal,

hidup, intrauterin, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala,

penurunan hodge I, inpartu kala I fase laten dengan kehamilan

serotinus. Masalah dari kasus Ny. P yakni merasa cemas karena

111
11

kehamilannya sudah lewat perkiraan lahir. Kebutuhan yang

dibutuhkan Ny. P yaitu memberi support mental agar tidak cemas

dalam menghadapi persalinannya.

3. Diagnosa potensial kasus Ny. P dengan induksi atas indikasi serotinus

tidak muncul.

4. Tindakan segera yang dilakukan ketika menangani kasus Ny. P adalah

melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:

Infus RL 500 ml dengan Induksi oxytocin drip 5 IU dengan 20

tetes/menit.

5. Perencanaan asuhan kebidanan pada kasus Ny. P bersalin dengan

induksi atas indikasi serotinus pada kala I: kolaborasi dengan dokter

SpOG, mengobservasi KU dan vital sign ibu. Mengobservasi DJJ dan

HIS setiap 30 menit, melakukan induksi persalinan dengan RL 500 ml

drip oxytocin 5 IU dengan tetesan 20 tpm, memberitau ibu cara

relaksasi yang benar, menyiapkan peralatan persalinan serta

menganjurkan ibu meneran ketika pembukaan sudah lengkap. Kala II

melakukan pertolongan persalinan. Kala III melakukan manajemen

aktif kala III. Kala IV melakukan observasi TD, nadi, kontraksi, TFU,

perdarahan dan kandung kemih.

6. Pelaksanaan tindakan pada kasus Ny. P bersalin dengan induksi atas

indikasi serotinus sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan.


11

7. Evaluasi pada kasus bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus

pada Ny. P dilakukan secara sistematis untuk melihat efektifitas dari

asuhan yang telah diberikan. Hasil yang diperoleh dalam melakukan

asuhan kebidanan pada Ny. P sebagai berikut: Keadaan umum : baik,

TD : 120/80 mmHg, R : 22x/menit, N : 84x/menit, S : 36.7 C. Bayi

lahir spontan pukul 01.15 WIB, jenis kelamin perempuan, BB 3000

gr, PB 48 cm, LK 30 cm, LD 31 cm, anus berlubang, cacat (-),

APGAR score: 8-9-10, plasenta lahir spontan pukul 01.20 WIB,

selaput ketuban utuh, kotiledon lengkap, panjang tali pusat ± 40 cm,

perdarahan ± 80 cc, kontraksi keras, TFU 2 jari di bawah pusat, terjadi

laserasi perinium derajat II, keadaan ibu baik, jumlah darah yang

dikeluarkan dari kala I sampai kala IV ± 200 cc, kandung kemih

kosong.

8. Pada kasus bersalin Ny. P dengan induksi atas indikasi serotinus,

penulis menemukan kesenjangan antara teori dan praktik lahan pada

pengkajian dan pelaksanaan yaitu pada data obyektif tidak mengalami

penurunan berat badan, pemeriksaan sistematis lingkar perut tidak

mengecil, TFU tidak turun dan DJJ dalam keadaan normal

136x/menit, serta tidak dilakukan pemeriksaan penunjang seperti

USG, KTG, amnioskopi/amniotomi, maupun sitologi vagina dan pada

langkah induksi persalinan drip oxytocin 5 IU pada RL 500 ml dengan

tetesan 20 tpm.
11

B. SARAN

1. Pasien

Agar ibu hamil lebih rutin dalam pemeriksaan kehamilan (ANC)

dengan tujuan jika ada masalah/kelainan bisa mendapat penanganan

secara cepat dan tepat.

2. Profesi

Agar meningkatkan penatalaksanaan masalah kebidanan khususnya

pada persalinan dengan induksi atas indikasi serotinus lebih optimal

dan berkualitas tinggi.

3. Institusi pendidikan

Bagi institusi pendidikan dapat menambah referensi asuhan kebidanan

pada penanganan ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus,

sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa yang akan

mengambil kasus sama.

4. Instansi pelayanan

Untuk meningkatkan kualitas oleh rumah sakit dalam memberikan

asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar prosedur oprasional.

Khususnya pada pasien dengan induksi atas indikasi serotinus dapat

tertangani dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Nuha


Medika.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta :


Rineka Cipta.

Chamberlain, G. 2012. ABC Asuhan Persalinan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Dinkes Jateng. 2015. Profil Kesehatan Povinsi Jawa Tengah Tahun 2015.
www.dinkesjatengprov.go.id. 24 Oktober 2016.

Hakimi, M. Ed. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan.


Yogyakarta : Andi Offset.

Hidayat, A.A.A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik analisis Data
2010. Jakarta : Salemba Medika.

. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik analisis Data


2010. Jakarta : Salemba Medika.

Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.


http://www.kemenkes.go.id. 22 Oktober 2016.

Lammarisi, E. 2015. Handbook Klinik Keperawatan & Kebidanan. Bhafana


Publising.

Liu, D.T.Y. manual Persalinan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Manuaba, I.B.G. dkk. 2012. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Maryunani, A. Sari, Eka. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : Trans Info Medika.

Maryunani, A. 2016. Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta : Trans Info


Media.

Matondang, C. S, Wahidayat, I. Sastroasmoro, S. 2013. Diagnosis Fisis Pada


Anak. Jakarta : CV Sagung Seto.

Norma, M. S, Dwi, . 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


Nugroho, T. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Nurasiah, Ai. Rukmawati, A. Badriah, D. 2014. Asuhan persalinan normal bagi


bidan. Bandung : PT Refika Aditama.

Nursalam. 2009. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

Oxorn, H. Forte, W.R. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi Dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta : Andi Offset.

Prawiroharjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Rismalinda, P.H. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : IN MEDIA.

Saifuddin, Ed. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Nasional. Jakarta : Bina Pustaka.

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia


Press.

Sujarweni, V.W. 2014. Metodologi Penelitian Lengkap, Prktis, Dan Mudah


Dipahami. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 1. Edisi 4. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Walyani, E. Purwoastuti, E. 2014. Asuhan Persalian Dan Bayi Baru Lahir.


Yogyakarta : PT Pustaka Baru.

Walyani, E. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka


Baru Press.

Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Edah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


LAMPIRAN
Lampiran 1.

JADWAL PENYUSUNAN KTI


PRODI D3 KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA TAHUN 2016/2017
NO Kegiatan Penelitian
Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembagian dosen
pembimbing
2 Pengajuan judul KTI
Persetujuan judul oleh
pembimbing
Pengumpulan Acc judul
KTI
3 Pembagian panduan KTI
4 Pembuatan proposal KTI
Penyusunan proposal KTI
Acc proposal KTI
5 Uji proposal KTI
6 Uji ulang proposal KTI
7 Revisi proposal KTI
Pengumpuln proposal KTI
8 Pelaksanaan studi
kasus/penelitian
Pembuatan dan penulisan
hasil kasus/ penelitian KTI
Konsul KTI
Acc/ persetujuan KTI
9 Pengumpulan draft KTI
10 Uji KTI
11 Uji ulang KTI
12 Revisi/ perbaikan KTI
Penjilidan KTI
Pengumpulan KTI
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran 10

Satuan Acara Penyuluhan

Topik Pembahasan : Kebutuhan Gizi Ibu Nifas


Sasaran : Ibu Nifas Ny. P G2P1A0 Umur 36 Tahun
Tempat : Ruang VK RSU Assalam Gemolong Sragen
Tanggal : 14 Maret 2017
Pukul : 01.40 WIB

1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi ibu nifas
2. Kusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang kebutuhan gizi ibu nifas diharapkan
ibu dapat mengetahui tentang:
a. Manfaat gizi bagi ibu nifas
b. Kebutuhan energi ibu nifas
c. Manfaat protein bagi ibu nifas
d. Manfaat mineral bagi ibu nifas
e. Manfaat vit A bagi ibu nifas
f. Kebutuhan cairan selama nifas
g. Kebutuhan tablet zat besi
h. Contoh menu sehari-hari
i. Akibat pantangan makanan
j. Cara mengolah bahan makanan
3. Materi
Terlampir
4. Tehnik
Ceramah dan tanya Jawab
5. Media
Leaflet
MATERI

1. Menjelaskan manfaat gizi bagi ibu nifas


Untuk proses kesembuhan setelah melahirkan dan memperlancar produksi air
susu ibu.
2. Menjelaskan kebutuhan energi ibu nifas
Kebutuhan energi ibu nifas selama 6 bulan pertama terjadi penambahan
sekitar 700 kkal/hari, jadi kebutuhan energi total adalah 2700 kkal.
3. Menjelaskan manfaat protein bagi ibu nifa
Untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak & mati. Sumber
protein ada 2:
a. Protein Hewani (Ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur).
b. Protein Nabati (Kacang tanah, kacang merah, tahu, tempe)
4. Menjelaskan manfaat mineral bagi ibu nifas
Dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran
metabolisme dalam tubuh. Jenis mineral:
1 Zat kapur (susu, keju,kacang-kacangan)
2 Fosfor (susu, keju, daging)
3 Zat besi (kuning telur, hati, daging)
4 Yodium (minyak ikan & garam)
5 Kalsium (susu & keju)
5. Menjelaskan manfaat vit A bagi ibu nifas
Berfungsi untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi & tulang, perkembangan
syaraf penglihatan serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Sumber vitamin A: kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau dan
buah berwarna kuning (wortel, tomat, nangka). Selain itu ibu nifas juga
mendapatkan tambahan berupa kapsul Vitamin A (200.000 IU)
6. Menjelaskan kebutuhan cairan selama nifas
Untuk mengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu nifas harus minum
sedikitnya 3 liter setiap hari & di anjurkan ibu untuk minum setiap kali habis
menyusui
7. Menjelaskan kebutuhan tablet zat besi
Pada masa nifas di butuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel serta
menambah sel darah merah. Ibu nifas harus mengkonsumsi tablet zat besi 1x
sehari selama 40 hari
8. Menjelaskan contoh menu sehari-hari
Nasi, sayur, lauk, bisa di tambah susu dan buah bila ada.
9. Menjelaskan akibat pantangan makanan
Akibat pantang makanan selama masa nifas yaitu memperlambat proses
penyembuhan luka & produksi ASI berkurang
10. Menjelaskan cara mengolah bahan makanan
Cuci tangan sebelum & sesudah memasak, cuci bahan makanan sampai
bersih baru di potong-potong, masak sayuran jangan sampai layu
Kebutuhan Energi Bufas Mineral
Dapat melindungi tubuh dari serangan
Kebutuhan energi ibu nifas selama 6 bulan
penyakit dan mengatur kelancaran
PRODI D-III KEBIDANAN pertama terjadi penambahan sekitar 700
metabolisme dalam tubuh. Jenis mineral:
STIKes KUSUMA kkal/hari, jadi kebutuhan energi total adalah
HUSADA SURAKARTA 6 Zat kapur (susu, keju,kacang-kacangan)
2700 kkal.
7 Fosfor (susu, keju, daging)
8 Zat besi (kuning telur, hati, daging)
9 Yodium (minyak ikan & garam)
10Kalsium (susu & keju)

Protein
Manfaat
untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel
Untuk proses kesembuhan setelah melahirkan Vitamin A
yang rusak & mati. Sumber protein ada 2:
dan memperlancar produksi air susu ibu.
1. Protein Hewani (Ikan, udang, kerang, berfungsi untuk pertumbuhan sel, jaringan,
kepiting, daging ayam, hati, telur). gigi & tulang, perkembangan syaraf
penglihatan serta meningkatkan daya tahan
2. Protein Nabati (Kacang tanah, kacang
tubuh terhadap infeksi.
merah, tahu, tempe)
Sumber vitamin A: kuning telur, hati,
mentega, sayuran berwarna hijau dan buah
berwarna kuning (wortel, tomat, nangka).
Selain itu ibu nifas juga mendapatkan
tambahan berupa kapsul Vitamin A (200.000
IU).
Kebutuhan cairan Contoh menu sehari-hari Cara mengolah bahan makanan
Untuk mengatur kelancaran metabolisme dalam
tubuh. Ibu nifas harus minum sedikitnya 3 liter Nasi, sayur, lauk, bisa di tambah susu dan buah Cuci tangan sebelum & sesudah memasak, cuci
setiap hari & di anjurkan ibu untuk minum setiap bila ada. bahan makanan sampai bersih baru di potong-
kali habis menyusui potong, masak sayuran jangan sampai layu.

Tablet Zat besi

pada masa nifas di butuhkan untuk kenaikan


sirkulasi darah dan sel serta menambah sel darah
merah. Ibu nifas harus mengkonsumsi tablet zat
besi 1x sehari selama 40 hari. Akibat pantang makanan

akibat pantang makanan selama masa nifas yaitu


memperlambat proses penyembuhan luka &
produksi ASI berkurang
Lampiran 11

Satuan Acara Penyuluhan

Topik Pembahasan Perawatan Luka Perinium


Sasaran : Ibu Nifas Ny. P G2P1A0 Umur 36 Tahun
Tempat :Ruang VK RSU Assalam Gemolong Sragen
Tanggal : 14 Maret 2017
Pukul : 01.45 WIB

1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan luka perinium
2. Kusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang kebutuhan gizi ibu nifas diharapkan
ibu dapat mengetahui tentang:
a. Perawatan luka perineum
b. Tujuan perawatan luka perineum
c. Waktu melakukan perawatan luka perineum
d. Alat yang digunakan untuk merawat luka jahitan
e. Cara perawatan luka penineum
f. Hal-hal yang perlu di perhatikan
3. Materi
Terlampir
4. Tehnik
Ceramah dan tanya Jawab
5. Media
Leaflet
MATERI

1. Perawatan luka perineum


Adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha
yang dibatasi antara lubang dubur dan bagian alat kelamin (Kemaluan)
sebelah luar pada masa pasca persalinan.
2. Tujuan perawatan luka perineum
a. Pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi setalah kelahiran
anak.
b. Untuk penyembuhan luka jaitan perineum.
c. Menjaga kebersihan daerah kemaluan.
d. Mengurangi nyeri
e. Meningkatkan rasa nyaman pada ibu.
3. Waktu melakukan perawatan luka perineum
a. Saat mandi
b. Setelah BAK maupun BAB.
4. Alat yang Digunakan Untuk merawat Luka Jahitan
Kapas, air bersih, tissu kamar mandi, cairan pembersih kemaluan.
5. Cara Perawatan Luka Penineum
a. Ambil kapas yang sudah direndam
b. Buka bibir vagina, bersihkan dari bibir vagina terluar kanan-kiri atas ke
bawah.
c. Kemudian bibir vagina kecil kanan lalu kiri dari atas kebawah
d. Selanjutnya bagian tengah dari atas ke bawah sampai anus.
e. Basuh dengan air kemudian keringkan dengan tissu kamar mandi.
6. Hal-hal yang Perlu di Perhatikan
a. Pelihara kebersihan sehari-hari.
b. Hindari pemakaian sabun, karena jika tidak cocok akan terjadi iritasi.
c. Bersihkan sekali usap untuk setiap bagian.
d. Ganti kapa dan ulangi dengan kapas baru jika terlihat sangat kotor.
Lampiran 12

Satuan Acara Penyuluhan

Topik Pembahasan : ASI Eksklusif


Sasaran : Ibu Nifas Ny. P G2P1A0 Umur 36 Tahun
Tempat : Ruang VK RSU Assalam Gemolong Sragen
Tanggal : 14 Maret 2017
Pukul : 01.50 WIB

1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif
2. Kusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang ASI eksklusif diharapkan ibu dapat
mengetahui tentang:
a. Pengertian ASI eksklusif
b. Manfaat ASI
c. Zat yang terkandung dalam ASI
d. Jenis-jenis ASI
e. Cara memperbanyak ASI
f. Cara pemerasan ASI dengan tangan
g. Penerapan ASI eksklusif pada ibu bekerja
h. Penyimpanan dan pemberian ASI
3. Materi
Terlampir
4. Tehnik
Ceramah dan tanya Jawab
5. Media
Leaflet
MATERI

1. Menjelaskan pengertian ASI eksklusif


Bayi yang hanya diberi ASI, tanpa tambahan cairan/ makanan
kecuali obat, vitamin dan mineral sampai umur 6 bulan
2. Menjelaskan manfaat ASI
ASI bermanfaat sebagai nutrisi, daya tahan tubuh, meningkatkan
kecerdasan, meningkatkan jalinan kasih sayang, penghemat biaya
kesehatan, menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan
berkualitas.
3. Menjelaskan zat yang terkandung dalam ASI
a. Faktor bifidus: mendukung proses perkembanagan bakteri yang
menguntungkan dalam usus bayi, untuk mencegah pertumbuhan
bakteri yang merugikan
b. Laktoferin : mengikat zat besi dalam ASI sehingga zat besi tidak
dgunakan oleh bakteri pathogen untuk pertumbuhannya.
c. Anti alergi
d. Mengandung zat anti virus polio
e. Membantu pertumbuhan selaput usus bayi sebagai perisai untuk
menghindarkan zat-zat merugikan yang masuk ke dalam
peredaran darah
4. Menjelaskan jenis-jenis ASI
a. Kolostrum ( hari ke 1-3 )Cairan kental kekuning-kuningan.
b. ASI Masa Peralihan ( hari ke 4-10 ) ASI peralihan dari
kolostrum sampai menjadi ASI yang matur
c. Air susu Matur ( hari ke 10 dan seterusnya ) Cairan barwarna putih
kekuningan
5. Menjelaskan cara memperbanyak ASI
a. Bayi menyusu setiap 2 jam selama 10-15 menit di setiap payudara
b. Bangunkan bayi, buka baju/ gendong yang membuat rasa gerah,
duduklah selama menyusui
c. Pastikan bayi menyusu dengan posisi yang baik ( menempel pada ibu )
dan menelan secara aktif
d. Susui bayi di tempat yang tenang nyaman dan minumlah setiap selesai
menyusui
e. Tidur bersebelahan/ dekat dengan bayi sehingga dapat menyusui setiap
saat
f. Ibu meningkatkan istirahat dan minum
6. Menjelaskan cara pemerasan ASI dengan tangan
a. Tangan di cuci sampai bersih
b. Siapkan cangkir/ gelas bertutup yang telah dicuci dengan air mendidih
c. Payudara di kompres dengan kain handuk yang hangat dan dimasase
dengan kedua telapak tangan dari pangkal kearah kalang payudara.
Ulangi pemijatan ini pada seitar payudara secara merata
d. Dengan ibu jari di sekitar kalang payudara bagian atas dan jari telunjuk
pada sisi yang lain, lalu daerah kalang payudara di tekan kearah dada
e. Daearah kalang payudara diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk,
janagan memijat/ menekan putting, karena dapat mengakibatkan nyeri/
lecet
f. Ulangi tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas, pada mulanya ASI tak
keluar, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar
g. Gerakan ini diulang pada sekitar kalang payudara pada semua sisi, agar
yakin bahwa ASI telah diperas dari semua segmen payudara
7. Menjelaskan penerapan Asi eksklusif pada ibu bekerja
a. Selama cuti hanya memberikan ASI saja
b. Sebelum masa cuti habis ubah pola minum bayi dengan ASI perah
c. Sebelum berangkat bekerja susui bayi
d. Selama dikantor perah ASI setiap 3-4 jam
e. Simpan di lemari es dan dibawa pulang
f. Setelah dihangatkan diberikan (sendok)
8. Menjelaskan penyimpanan dan pemberian ASI
a. Di udara terbuka/ bebas 6-8 jam
b. Di lemari Es ( 4ºC ) 24 jam
c. Di pendingin/ beku ( -18ºC ) 6 bulan
d. ASI yang telah didinginkan bila dipakai tidak boleh di rebus, karena
kualitasnya akan menurun yaitu unsure kekebalannya. ASI tersebut
cukup didiamkan beberapa saat di dalam suhu kamar atau dapat pula
direndam di dalam wadah yang telah berisi air panas.
e. Memberikan ASI perah (dengan sendok)
Manfaat ASI : Jenis-jenis ASI :
Nutrisi Kolostrum ( hari ke 1-3 ) Cairan kental kekuning-k
Daya tahan tubuh ASI Masa Peralihan ( hari ke 4-10 )
Meningkatkan kecerdasan ASIperalihandarikolostrumsampai menjadi ASI y
Meningkatkan jalinan kasih sayang Air susu Matur
Penghemat biaya kesehatan ( hari ke 10 dan seterusnya ) Cairan barwarna pu
Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas

PRODI D-III Zat dalam ASI :


KEBIDANAN STIKes
KUSUMA HUSADA Faktor bifidus: Cara Memperbanyak ASI :
SURAKARTA mendukung proses perkembanagan Bayi menyusu setiap 2 jam selama 10- 15 menit d
bakteri usus yangmenguntungkan dalam Bangunkan bayi, buka baju/ gendong yang memb
bayi, untuk mencegah Patikan bayi menyusu dengan posisi yang baik (
ASI EKSKLUSIF Susui bayi di tempat yang tenang nyaman dan m
pertumbuhan bakteri yang merugikan
Laktoferin : Tidur bersebelahan/ dekat dengan bayi sehingga
mengikat zat besi dalam ASI sehingga zat besi tidak dgunakan oleh bakteri pathogen untuk pertumbuha
Anti alergi
Mengandung zat anti virus polio
Bayi yang hanya diberi ASI, tanpa tambahan cairan/
Membantu makananselaput
pertumbuhan kecuali
usus obat, vitamin
bayi sebagai dan
perisai mineral sampai
untuk

menghindarkan zat-zatmerugikan
yangmasuk darah
ke dalamperedaran Ibu meningkatkan istirahatdan
minum
Pemerasan ASI dengan tangan: Penerapan ASI Eksklusif pada ibu
Tangan di cuci sampai bersih bekerja :
Siapkan cangkir/ gelas bertutup yang telah dicuci dengan air mendidih Selamacutihanya memberikan ASI saja
Payudaradikompresdengan kain Sebelum masa cuti habisubah pola minum bayi
Sebelum berangkat bekerja susui bayi
Selama dikantor perah ASI setiap 3-4 jam
handuk dengan
yanghangatdan
pangkal dimasase Simpan di lemari es dan dibawa pulang
Ulangi keduatelapaktangan dari Setelah dihangatkan diberikan (sendok)
kearahkalang payudara.
pemijatan inipadaseitar
payudara secara merata
Dengan ibu jari di sekitar kalang payudara bagian atas dan jari telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah kalang
payudara di tekan kearah dada

Penyimpanan dan pemberian ASI :


Daearah dengan
kalangjanagan karena
payudaradiperas Di udara terbuka/ bebas 6-8 jam
lecet ibujari memijat/
danjaritelunjuk, menekanputting, Di lemari Es ( 4ºC )24 jam
Di pendingin/ beku ( -18ºC ) 6 bulan
dapatmengakibatkan nyeri/ ASI yang telah didinginkan bila dipakai tidak bo
berisi air panas.
Ulangi tekan-peras-lepas-tekan-peras- lepas, pada mulanya ASI tak keluar, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar
Gerakan ini diulang pada sekitar kalang payudara pada semua sisi, agar yakin bahwa ASI telah diperas dari
semua segmen payudara

Memberikan sendok)
ASI perah(dengan
Lampiran

DOKUMENTASI
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai