Anda di halaman 1dari 82

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn.

Y
UMUR 21 TAHUN DENGAN AMENOROE SEKUNDER
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir
Pendidikan Diploma 3 Kebidanan

Disusun oleh :
Erma Nur Ekawati
NIM B14015

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NN.Y


UMUR 21 TAHUN DENGAN AMENOROE SEKUNDER
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN

Diajukan Oleh :
Erma Nur Ekawati
NIM B14015

Telah di periksa dan disetujui


Pada tanggal 25 Juli 2017

Pembimbing

Ika Budi Wijayanti, SST.,M.Sc


NIK. 200680024

ii
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NN.Y


UMUR 21 TAHUN DENGAN AMENOROE SEKUNDER
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN

Karya Tulis Ilmiah


Disusun Oleh :
Erma Nur Ekawati
NIM B14015

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Ujian Akhir Program D3 Kebidanan
Pada Tanggal ............................

PENGUJI I PENGUJI II

Tresia Umarianti, SST.,M.Kes Ika Budi Wijayanti,SST.,M.Sc


NIK. 201383116 NIK. 200680024

Tugas Akhir ini diterima sebagai salah satu persyaratan


untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka.Prodi D3 Kebidanan

Siti Nurjannah, SST.,M.Keb


NIK 201188093

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis yang berjudul: “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Nn.Y
Umur 21 tahun dengan Amenoroe Sekunder Di RSU Assalam Gemolong Sragen”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir
sebagai salah satu syarat kelulusan darai Program Studi D3 Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, karya tulis ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin S.Kep., NS.,M.Kep selaku ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah SST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi D3 Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Ika Budi Wijayanti,SST.,M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Ibu Wiwik Irawati, M.Kes selaku Direktur RSU Assalam Gemolong yang
telah memberi ijin pada penulis dalam melakukan studi kasus.
5. Nn. Y yang bersedia menjadi pasien dalam pengambilan studi kasus.
6. Seluruh Dosen dan Staff Prodi D3 kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta,.................2017
Penulis

iv
Prodi D3 kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2017
Erma Nur Ekawati
B14015

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA


Nn.Y UMUR 21 TAHUN DENGAN AMENOROE SEKUNDER
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN

ix + 70 halaman + 10 lampiran

INTISARI
Latar Belakang : Menstruasi merupakan siklus alamiah yang menunjukkan
kesempurnaan seorang wanita. Seorang wanita ada yang mengalami tiga bulan
berturut-turut tidak Menstruasi disebut Amenoroe. World Health Organization
(WHO) memperkirakan bahwa kejadian amenorea pada remaja adalah 10-15%.
Pendahuluan yang dilakukan di RSU Assalam Gemolong Sragen. Jumlah kasus
Gangguan Reproduksi pada bulan Oktober 2015 – Oktober 2016 sebanyak 120
pasien. PUD (Perdarahan uterus disfungsional) 39 (32,5%), Amenoroe sekunder
20 (17%), Menorargia 19 (15,5%), Oligominoroe 15 (12,5%) Mioma Uteri 15
(12,5%), Amenoroe primer 12 (10%). Peran bidan dalam menanggulangi masalah
ini dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan pada remaja yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi.
Tujuan Studi Kasus : Melakukan asuhan kebidanan pada Nn. Y umur 21 tahun
dengan Amonoroe sekunder dengan menggunakan 7 langkah varney.
Metodologi Penelitian : Jenis studi yang digunakan pada pengambilan data ini
yaitu deskriptif yang berlokasi di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan
responden Nn. Y pada tanggal 17-27 April 2017. menggunakan format asuhan
kebidanan 7 langkah varney dengan pengumpulan data menggunakan data primer
dan data sekunder.
Hasil Studi Kasus : Pada kasus Nn. Y umur 21 tahun dengan amonoroe sekunder
telah dilaksanakan asuhan kebidanan sebanyak 3 kali, keadaan Nn. Y baik dan
Nn.Y senang karena sudah mendapatkan menstruasi. Di dapatkan hasil Nn. Y
bersedia untuk tetap menjaga pola makan, dan olahraga ringan.
Kesimpulan : Pada kasus Nn. Y umur 21 tahun dengan amonoroe sekunder telah
dilaksanakan asuhan kebidanan 7 langkah varney dengan hasil tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek yang ada di lahan.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Gangguan Reproduksi, Remaja, Amenoroe


Sekunder.

Kepustakaan : 25 literatur ( tahun 2009/2016)

v
MOTTO

1. Semua yang ada di langit dan dibumi hanyalah milik Allah akan selalu
mengawasi semua yang ada (Qs. An-nissa:126)
2. Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan
(Qs.Al-Insyiroh:6)
3. Janganlah bersedih karna Allah selalu disampingmu.

PERSEMBAHAN

Dengan segala rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini penilis persembahkan :
1. Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Ibu Tercinta Beserta Keluarga Besarku
Bapak Ihsanudin dan Ibu Lilis Suryani karena telah merawat dengan
penuh kasih sayang. Selalu mendoakan disetiap sujudmu kepada Allah
SWT, Betapa diri ini ingin melihat kalian bangga padaku. Betapa tak
ternilai kasih sayang dan pengorbanan kalian padaku. Terimakasih atas
dukungan moril maupun material untukku selama ini.
3. Adikku tercinta, Erwan dan Erwin yang selalu memberikan support setiap
langkahku.
4. Untuk orang yang selalu menemani dan mendampingiku (Irwanda Aditia)
Sahabat-sahabatku tersayang (Devik, Danis, Tria Anggun, Diyah Ayunita,
Rohmah Sholikhatun, Eko Nugroho) dan semua teman-teman prodi D3
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta angkatan 2014.
5. Dosen pembimbing Akademikku Ibu Ernawati,SST.,M.Kes terimakasih
telah menjadi orangtua kedua ku dan telah meluangkan waktunya.
6. Dosen pembimbing KTIku ibu Ika Budi Wijayanti,SST.,M.Sc terimakasih
telah memberikan bimbingannya selama ini.
7. Almamater Tercinta

vi
CURICULUM VITAE

BIODATA

Nama : Erma Nur Ekawati

Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 11 April 1996

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Karang Asem Rt 07 Rw 03 Guli Nogosari Boyolali

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. MIM Asem Growong Lulus Tahun 2008

2. SMP Negeri 1 Ngemplak Lulus Tahun 2011

3. SMK Negeri 6 Surakarta Lulus Tahun 2014

4. STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan Tahun 2014

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iv
INTISARI ........................................................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................... vi
CURICULUM VITAE ........................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................... 1
B. Perumusan masalah ........................................................... 4
C. Tujuan studi kasus ............................................................. 5
D. Manfaat studi kasus ........................................................... 6
E. Keaslian studi kasus........................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ....................................................................... 9
B. Teori Manajemen Kebidanan ............................................. 19
C. Landasan Hukum ............................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi ........................................................................ 38
B. Lokasi Studi Kasus ............................................................ 38
C. Subjek Studi Kasus ............................................................ 39
D. Waktu Studi Kasus ............................................................ 39
E. Instrumen Studi Kasus ....................................................... 39
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 39
G. Alat-Alat Yang Dibutuhkan ............................................... 42

viii
H. Jadwal Penelitian ............................................................... 43
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus .................................................................. 44
B. Pembahasan ...................................................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 67
B. Saran ........................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DOKUMENTASI

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian Dalam Bentuk Table


Lampiran 2 : Surat Permohonan Pengambilan Kasus
Lampiran 3 : Surat Balasan Pengambilan Kasus
Lampiran 4 : Surat Permohonan Menjadi Pasien
Lampiran 5 : Surat Persetujuan Pasien Inform Consent
Lampiran 6 : Lembar Observasi
Lampiran 7 : Satuan Acara Penyuluhan Amonoroe Sekunder
Lampiran 8 : Satuan Acara Penyuluhan Gizi Seimbang Bagi Remaja
Lampiran 9 : Lembar Dokumentasi
Lampiran 10 : Lembar Konsultasi

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dengan situasi dan geografisnya terdapat 1.300 pulau

besar dan kecil. Penyebaran penduduk yang belum merata. Tingkat

sosial ekonomi dan pendidikan belum memadai, sehingga

menyebabkan kurang kemampuan dalam menjangkau tingkat

kesehatan tertentu (Manuaba dkk, 2009).

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa

kejadian amenorea pada remaja adalah 10-15%, sedangkan di negara

maju seperti: Belanda, persentase amenorhoe cukup besar yaitu 13%.

Angka kejadian amenorea di di Indonesia cukup tinggi. Menurut survei

yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada beberapa sekolah di

Indonesia pada tahun 2008. Hasilnya 17.665 remaja putri 6.855 yang

mengalami masalah dengan menstruasinya (40%).

Data Sensus Penduduk 2010 jumlah remaja usia 10-24 tahun di

Indonesia berjumlah sekitar 64 juta jiwa atau 27,6% dari jumlah

penduduk Indonesia 237,6 juta jiwa. jumlah penduduk remaja di Jawa

Tengah sebanyak 9.500.000 jiwa dengan penduduk remaja laki-laki

4.300.000 jiwa (45,2%) dan penduduk remaja perempuan sebanyak

5.200.000 jiwa (54,7%). (BPS, 2009) Sedangkan tahun 2010, remaja

yang mengaku memiliki gangguan dengan siklus menstruasi sebanyak

32,6%.

1
2

Jumlah remaja di Kabupaten Sragen adalah 170.780 jiwa yang

terdiri dari remaja laki-laki 86.637 jiwa (50,73%) dan remaja

perempuan 84.143 jiwa (49,27%).(Dinas Kesehatan Kabupaten

Sragen, 2010).

Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang wanita untuk

memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilitas)

dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta

mendapatkan bayi tanpa resiko apapun atau well health mother and

well born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas

normal (Manuaba dkk, 2009) Kesehatan reprodusi menurut WHO,

ICPD 1994 adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan social

secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

dalam suatu hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan

prosesnya (Dewi, 2013).

Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan

bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas

menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter

kemampuan Negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan

terhadap masyarakat. Dengan demikian kesehatan alat reproduksi

sangat erat hubungannya dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka

kematian anak (AKA) (Manuaba dkk, 2009). Sebanyak 75% kematian

pada remaja terjadi akibat factor perilaku. Beberapa penyakit yang

timbul karena factor perilaku remaja antara lain kecelakaan, kehamilan


3

remaja, penyakit menular seksual, gangguan makan dan penyalah

gunaan obat dan alkohol (Soetjiningsih, 2004).

Kesehatan reproduksi tidak dapat diselesaikan dengan jalan

melakukan tindakan kuratif (pengobatan), tetapi merupakan masalah

masyarakat yang masih dapat diperbaiki. Untuk mencapai sasaran agar

mencapai kesehatan alat reproduksi sehingga dapat menghasilkan

generasi sehat rohani dan jasmani, perlu dilakukan berbagai

pencegahan dan diagnosis dini melalui pengobatan yang tepat dan

berhasil guna (Manuaba dkk, 2009)

Pada umumnya menstruasi pertama pada remaja putri terjadi

pada usia 11 tahun, namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada

sebelum atau sesudah usia 11 tahun. Menstruasi merupakan pertanda

masa reproduksi pada kehidupan seorang perempuan, yang dimulai

dari menarche (haid pertama) sampai terjadinya menopause

(berhentinya masa haid karna usia tua). Mestruasi merupakan siklus

alamiah yang menunjukkan kesempurnaan seorang wanita. Jumlah

darah yang keluar bervariasi rata-rata 50 ml. Siklus Menstruasi pada

masing-masing orang terjadi hampir sama setiap bulannya, yaitu 28-30

hari sekali. Seorang wanita ada yang memiliki siklus menstruasi yang

tidak teratur. Bahkan ada yang mengalami tiga bulan berturut-turut

tidak Menstruasi yang disebut Amenoroe (Haryono, 2016).

Menurut data yang diperoleh di RSU Assalam Gemolong

Sragen. Jumlah kasus Gangguan Reproduksi pada bulan Oktober 2015


4

– Oktober 2016 sebanyak 120 pasien. Yang berobat mengenai PUD

(Perdarahan uterus disfungsional) sebanyak 39 (32,5%), Amenoroe

sekunder sebanyak 20 (17%), Menorargia sebanyak 19 (15,5%),

Oligominoroe sebanyak 15 (12,5%) Mioma Uteri sebanyak 15

(12,5%), Amenoroe primer sebanyak 12 (10%).

Peran bidan dalam menanggulangi masalah seksual bidan ikut

serta dalam kelompok remaja sehingga lebih mudah mengadakan

pendekatan seperti pengajian remaja dan karang taruna, Melakukan

penyuluhan-penyuluhan pada remaja yang berkaitan dengan kesehatan

reproduksi (Setyaningrum, 2015).

Melihat latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan

Gangguan Reproduksi Pada Nn. Y umur 21 Tahun Dengan Amenoroe

Sekunder Di RSU Assalam Gemolong Sragen”.

B. Perumusan Masalah

“Bagaimana memberikan asuhan kebidanan gangguan

reprodusi pada Nn. Y umur 21 tahun dengan Amenoroe Sekunder di

RSU Assalam Gemolong Sragen dengan menggunakan pendekatan

menejemen kebidaan 7 langkah Varney”


5

C. Tujuan Studi kasus

1. Tujuan umum

Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan gangguan

reproduksi Nn. Y umur 21 tahun dengan Amenoroe Sekunder di

RSU Assalam gemolong sragen dengan pendekatan menejemen 7

langkah Varney.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu

1) Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara

menyeluruh pada Nn. Y umur 21 tahun dengan Amenoroe

Sekunder di RSU Assalam Gemolong Sragen.

2) Penulis mampu menginterprestasikan data yang meliputi

diagnosa kebidanan, masalah, kebutuhan pada Nn. Y umur

21 tahun dengan Amenoroe Sekunder di RSU Assalam

Gemolong Sragen.

3) Penulis mampu menentukan diagnosa potensial yang dapat

terjadi pada Nn. Y umur 21 tahun dengan Amenoroe

Sekunder di RSU Assalam Gemolong Sragen.

4) Penulis dapat menemukan dan melakukan antisipasi atau

tindakan segera pada Nn. Y umur 21 tahun dengan

Amenoroe Sekunder di RSU Assalam Gemolong Sragen.


6

5) Penulis dapar merencanakan tindakan menyeluruh sesuai

dengan kondisi pada Nn. Y umur 21 tahun dengan

Amenoroe Sekunder di RSU Assalam Gemolong Sragen.

6) Penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah

di rencanakan pada Nn. Y umur 21 tahun dengan Amenoroe

Sekunder di RSU Assalam Gemolong Sragen.

7) Penulis mampu mengevaluasi terhadap asuhan kebidanan

yang telah diberikan pada Nn. Y umur 21 tahun dengan

Amenoroe Sekunder di RSU Assalam Gemolong Sragen.

b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan

praktek nyata di lapangan pada kasus gangguan reproduksi

dengan Amenoroe Sekunder di RSU Assalam Gemolong

Sragen.

c. Penulis mampu merumuskan alternatif pemecahan masalah

terhadap kesenjangan teori dan praktek pada kasus Gangguan

Reproduksi Pada Nn. Y umur 21 Tahun Dengan Amenoroe

Sekunder di RSU Assalam Gemolong Sragen.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman

penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus

gangguan reproduksi Amenoroe Sekunder.


7

2. Bagi Profesi

Sebagai bahan pertimbangan dan dapat memberi masukan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan bagi tenaga kesehatan lainnya

dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus gangguan

reproduksi dengan Amenoroe Sekunder.dapat digunakan oleh

bidan khususnya dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan

kebidanan pada kasus gangguan reproduksi Amenoroe Sekunder.

3. Bagi Rumah Sakit (RS)

Memberikan gambaran data sebagai bahan evaluasi bagi pihak

rumah sakit untuk melihat sejauh mana penatalaksanaan perawatan

pada kasus gangguan reproduksi Amenoroe Sekunder.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk

menaikkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pasa kasus

gangguan reproduksi Amenoroe Sekunder.

E. Keaslian Studi Kasus

Asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksi dengan Amenoroe

Sekunder telah dilakukan pada :

1. Prita Yuliana I (2013), Universitas Sebelas Maret, Dengan Judul

“Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. T Umur 32

Tahun Dengan Amenoroe Sekunder.Di RSUD Surakarta Tahun

2013. Jenis studi kasus menggunakan metode observasional


8

deskriptif. Di dapatkan pasien yang tidak mendapatkan menstruasi

lebih dari 3 siklus dan setelah satu minggu mengkonsumsi norelut

5 mg 2x1 pasien mengalami perdarahan menstruasi. Hal ini

menandakan bahwa poros hipotalamus-hipofisis-ovarium masih

berfungsi sehingga amenorea yang dialami pasien dikarenakan

keadaan umum yang kurang baik”.

2. Papilla Troika (2014), Universitas Sebelas Maret, Dengan Judul

“Asuhan Kebidanan Gangguan reproduksi Pada Ny.E dengan

Amenoroe Sekunder.Di RSUD Banyudono Boyolali tahun 2014.

Jenis studi kasus menggunakan metode deskriptif. Ny. E mengeluh

tidak menstruasi selama 3 bulan, hasil pp test negative, USG tidak

mendapat kelainan ginekologis, ibu sedang diet dan senam aerobic.

Asuhan diberi lynoral 50 mg 1x1 tablet/hari selama 21 hari dan

prothya 10 mg 1x1 selama 7 hari belum menstruasi. Lalu di beri

norelut 5 mg 2x2 tablet/hari selama 21 hari dan novelut E 1x1

tablet/har selama 30 hari, mengalami menstruasi.

Persamaan studi kasus ini dengan keaslian terletak pada jenis

studi kasus, teknik pengumpulan data dan hasil evaluasi pasien.

Sedangkan perbedaan terletak pada waktu, tempat, subyek, dan lama

asuhan yang diberikan.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis

1. Kesehatan Reproduksi

a. Pengertian

Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk

memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya

(fertilitas) dapat menjalani kehamilan persalinan secara aman serta

mendapatkan bayi tanpa resiko apapun atau well health mother and

well born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam

batas normal (Manuaba, 2009). Kesehatan reproduksi adalah suatu

keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan

sosial dan bukan semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

dalam yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta

prosesnya (Irianto, 2014). Sedangkan kesehatan reproduksi

menurut WHO,ICPD 1994 adalah suatu keadaan fisik mental, dan

sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari segala penyakit

atau kecacatan dalam suatu hal yang berkaitan dengan system

reproduksi, fungsi dan prosesnya (Dewi, 2013).

b. Permasalahan prioritas kesehatan reprodusksi pada remaja

Permasalahan prioritas kesehatan reprodusksi pada remaja

(Setyaningrum, 2015).

9
10

1) Kehamilan tak dikehendaki

2) Kehamilan dan persalinan usia muda

3) Masalah PMS, termasuk infeksi HIV/AIDS

4) Tindak kekerasan seksual seperti pemerkosaan, pelecehan

seksual dan transaksi seks komersil.

c. Pembinaan kesehatan reproduksi pada remaja

Pembinaan kesehatan reproduksi pada remaja (Setyaningrum,

2015).

1) Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja

2) Proses reproduksi yang bertanggung jawab

3) Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan

4) Persiapan pranikah

5) Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya.

d. Peran bidan dalam menanggulangi masalah seksual

Peran bidan dalam menanggulangi masalah seksual

(Setyaningrum, 2015).

1) Ikut serta dalam kelompok remaja sehingga lebih mudah

mengadakan pendekatan seperti pengajian remaja dan karang

taruna.

2) Melakukan penyuluhan-penyuluhan pada remaja yang

berkaitan dengan kesehatan reproduksi


11

2. Menstruasi

a. Pengertian

Haid (Menstruasi) adalah perdarahan yang siklik dari uterus

sebagai tanda bahwa alat kandunga dalam tubuh seorang wanita

menjalankan fungsinya (Rudi, 2016).

b. Siklus Menstruasi

Siklus Menstruasi normal pada manusia menurut Rudi (2016)

dapat dibagi menjadi dua segmen yaitu siklus ovarium dan siklus

uterus. Siklus ovarium lebih lanjut dibagi menjadi 4 fase, yaitu:

1) Fase Menstruasi

Menurunnya progresteron dan estrogen menyebabkan

pembuluh darah pada endometrium menegang. Sehingga

menyebabkan suplay oksigen menurun. Karena tidak terjadi

kehamilan maka endometrium mengalami degenerasi yang

ditandai dengan luluhnya sel-sel pada dinding uterus. Pecahnya

pembuluh darah pada endometrium menyebabkan darah dari

sel-sel tersebut keluar melalui vagina. Peristiwa ini disebut

Menstruasi. Menstruasi berlangsung antara 5-7 hari.

2) Fase Folikuler

Terjadi proses penyembuhan aakibat pecahnya pembuluh

darah. Fase ini dipengaruhi oleh hormone estrogen yang

dihasilkan oleh folikel. Hormon ini merangsang pertumbuhan


12

endometrium yaitu dengan memperteebal lapisan endometrium

dan membentuk pembuluh darah serta kelenjar.

3) Fase Fertil (Ovulasi)

Meningkatnya hormon estrogen dapat memicu dihasilkannya

LH. Apabila LH meningkat. Maka folikel memproduksi

progesteron. Hormone-hormon ini berperan mematangkan

folikel dan merangsang terjadinya ovulasi yaitu lepasnya ovum

dari ovarium. Ovum ini bergerak sepanjang tuba fallopi. Pada

saat seperti ini, wanita tersebut dalam masa fertile atau masa

subur sehingga ovum siap dibuahi.

4) Fase luteal

Pada saat ovulasi folikel graaf pecah berubah menjadi korpus

rubrum yang mengandung banyak darah.adanya LH

menyebabkan korpus rubrum berubah menjadi korpus luteum

(badan kuning) untuk menghasilkan hormon progresteron yang

berfungsi mempersiapkan endometrium menerima embrio.

Pada saat endometrium menjadi lembut serta dilengkapi

banyak pembuluh darah, jika tidak ada kehamilan korpus

luteum berdegenerasi menjadi korpus albikmus, sehingga

estrogen dan progesterone menurun bahkan hilang.

c. Gangguan Menstruasi

Menurut Dewi (2013) macam macam gangguan Mestruasi yaitu :


13

1) Amenoroe

Keadaan tidak ada haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.

2) Polimenoroe

Siklus haid lebih pendek dari biasanya atau haid terlalu sering

(<21hari)

3) Oligomenoroe

Siklus haid lebih panjang atau haid jarang (>35hari)

4) Menoragia

Perdarahan siklik >8 hari dengan jumlah darah yang banyak

dari normal.

5) Metroragia

Perdarahan yang terjadi tanpa ada hubungan dari siklus haid.

3. Amenoroe

a. Pengertian

Amenoroe adalah istilah medis untuk tidak adanya periode

Menstruasi. Amenorhoe tidak normal kecuali sebelum pubertas,

selama kehamilan dan menyusui dini dan setelah menopause–

hiperling setiap wanita yang merindukan lebih dari tiga periode

dalam waktu satu tahun harus menemui dokter untuk menemukan

penyebabnya (Irianto, 2015).


14

b. Klasifikasi Amenoroe

Amenoroe di bagi menjadi 2 yaitu :

1) Amenoroe primer

Amenoroe Primer Terjadi ketika wanita tidak mengalami

Menstruasi sejak kecil, pnyebabnya kelainan anatomis alat

kelamin (tidak terbentuknya rahim, tidak ada liang vagina atau

gangguan hormonal) (Manuaba, 2009).

2) Amenoroe sekunder

Amenoroe Sekunder yaitu wanita pernah mendapat haid, tetapi

kemudian tidak mendapat haid lagi atau wanita usia reproduksi,

pernah haid, tetapi haidnya tidak datang selama 3 bulan

berturut-turut (Dewi, 2013).

4. Amenoroe Sekunder

a. Pengertian

Amenorhoe Sekunder yaitu wanita pernah mendapat haid,

tetapi kemudian tidak mendapat haid lagi atau wanita usia

reproduksi, pernah haid, tetapi haidnya tidak datang selama 3 bulan

berturut-turut (Dewi, 2013). Amenoroe Sekunder adalah tidak

terjadinya menstruasi selama 3 siklus (pada kasus Oligominoroe

jumlah darah menstruasi sedikit), atau 6 siklus setelah sebelumnya

mendapatkan siklus menstruasi biasa. Angka kejadian berkisar

antara 1-5% (Purwoastuti dan Walyani, 2015).


15

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

Amenoroe sekunder adalah suatu keadaan dimana wanita subur

tidak mendapatkan menstruasi selama 3 bulan berturut-turut.

b. Sebab-sebab Amenorea Sekunder

Menurut Afiyanti dan Pratiwi (2016) banyak faktor dapat

menjadi etiologi terjadinya Amenorea pada perempuan, penelitian

oleh Golden dan Carlson (2008) memaparkan daftar komprehensif

dari penyebab amenorea pada perempuan berdasarkan kelompok

organ yang mengalami gangguan.

1) Hipotalamus

a) Gangguan pola makan

b) Amenorea akibat latihan fisik

c) Amenorea akibat medikasi

d) Amenorea akibat stres

e) Penyakit kronik

2) Tiroid

a) Hipertirodisme

b) Hipotiridisme

3) Ovarium

a) Polustic ovary syndrome (PCOS)

b) Tumor ovarium

c) Sindrom turner

d) Premature Ovarium Failure (POF)


16

e) Kemoterapi/ Terapi radiasi

4) Uterus

a) Kehamilan

b) Insensifitas terhadap endrogen

c) Asherman syndrome

d) Agnesis mulleria

e) Agnesis servical

c. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Afiyanti dan Pratiwi (2016) pasien dengan amenoroe

perlu diakukan pemeriksaan penunjang seperti :

1) Pemeriksaan panggul dan abdomen

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya massa

atau hernia

2) USG

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bertujuan untuk melihat ada

tidaknya kelainan pada uterus dan organ reproduksi lainnya

3) Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui status hormonal

perempuan yang mengalami Amenoroe. kadar yang diperiksa

yaitu Kadar Flollicle Stimulating Hormone (FSH), Kadar

Luteinizing Hormone (LH), Kadar thyroid Stimulating

Hormone (TSH), Kadar Prolaktin.


17

d. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala Amenorea Sekunder adalah kondisi

dimana wanita tersebut tidak mendapatkan menstruasi padahal

sebelumnya sudah mendapatkan menstruasi. (Purwoastuti dan

walyani, 2015) sedangkan menurut (Setyaningrum, 2015) adanya

Amenorea Sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang

timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi,

gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi dan lain-

lain.

e. Pengobatan

Pengobatan Amenorea Sekunder bervariasi tergantung pada

penyebabnya. Ini bisa melibatkan perubahan gaya hidup seperti

memperoleh atau kehilangan berat badan, berolahraga kurang

intens atau mengurangi stress, obat-obatan, operasi untuk

memperbaiki kelainan pada organ reproduksi atau kombinasi

pendekatan. Beberapa wanita minum pil KB untuk mengatur

periode mereka. Obat-obat ini yang menggabungkan estrogen dan

progresteron, mempertahankan tingkat keseimbangan hormon-

hormon dalam tubuh. Amonorea berkepanjangan dapat

meningkatkan keropos tulang, sehingga mengambil suplemen

kalsium dan vitamin D dianjurkan. Wanita dengan Amenorea

hipotalamus juga perlu menambah berat badan atau benar masalah

mendasar lainnya untuk menjaga tulang yang kuat. (Irianto, 2015).


18

Sedangkan menurut Dewi (2013) Amenoroe Sekunder tidak perlu

diobati bila siklus haidnya berovulasi. Tapi bila ingin diobati

diberikan kombinasi estrogen dan progresteron mulai hari ke 16-25

siklus haid.

f. Penanganan

Menurut Nugroho dan Utama (2014) dan Proverawati dan

Maisaroh (2009), perencanaan yang tepat untuk Amenoroe

Sekunder adalah :

1) Lakukan anamnesa pasien meliputi ( identitas, pemeriksaan

fisik, kebutuhan)

2) Lakukan pemeriksaan Test Pack untuk memastikan tidak

adanya kehamilan.

3) Anjurkan untuk menjalani diet yang tepat (Obesitas atau

penurunan berat badan yang derastis).

4) Anjurkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makan

makanan yang bergizi untuk meningkatkan berat badannya.

5) Jika penyebabnya adalah olahraga yang berlebih penderita

dianjurkan untuk menguranginya.

6) Untuk merangsang pertumbuhan pubertas pada anak

perempuan yang payudaranya belum membesar atau rambut

kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh, bisa diberikan

hormone estrogen.
19

7) Lakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui penyebab

lainnya yaitu : Pemeriksaan panggul dan abdomen,

Pemeriksaan Ultasonografi (USG), Pemeriksaan diagnostik

(Afiyanti dan Pratiwi, 2016)

B. Teori Manajemen Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan penemuan, ketrampilan, dan

rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengembalikan suatu

pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Dewi, 2013).

1. Langkah I : Pengkajian (pengumpulan data dasar)

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien seperti hasil

anamnesa, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang.

(Dewi, 2013).

a. Identitas pasien

Identitas pasien menurut Irianto (2015) dan Ambarwati dan

Wulandari, 2010)

1) Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari- hari

agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.


20

2) Umur

Untuk mengetahui umur pasien.pada kasus Amenoroe Primer

umur pasien lebih dari 16 tahun tetapi belum Menstruasi.

3) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membim-

bing atau mengarahkan pasien dalam berdo’a.

4) Pendidikan

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui

sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat

memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.

5) Suku/bangsa

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.

6) Pekerjaan

Guna untuk mengetahui dan mengukur tingkat social

ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien.

7) Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila

diperlukan.

b. Anamnesa (data subyektif)

1) Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan

dengan Amenorea sekunder (Ambarwati dan Wulandari,

2010). Pada kasus Amenorea sekunder pasien mengeluh


21

pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih

dari 3 bulan (Manuaba, 2009).

2) Riwayat menstruasi

a) Menarche

Menarche adalah usia pertama kali mengalami Menstruasi

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013). Pada kasus ini pasien

pertamakali menstruasi usia X.

b) Siklus

Siklus menstruasi adalah jarak antara Menstruasi yang

dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari,

biasanya sekitar 23-32 hari (Sulistyawati dan Nugraheny,

2013). Pada kasus ini siklus menstuasi pasien sebelumnya

teratur namun sudah 3 buan tidak mendapatkan Menstruasi.

c) Banyaknya

Data ini menjelaskan seberapa banyak darah Menstruasi

yang dikeluarkan kadang kita akan kesulitan untuk

mendapatkan data yang valid (Sulistyawati dan Nugraheny,

2013).

d) Keluhan

Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan

ketika mengalami Menstruasi (Sulistyawati dan Nugraheny,

2013). Pada kasus ini pasien mengeluh saat mengalami

Menstruasi perut dan pinggang sakit (Manuaba, 2009).


22

3) Riwayat Perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah

sah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas

akan berkaitan dengan psikologisnya (Ambarwati dan

Wulandari, 2010). Pada kasus ini penulis mengambil data pada

pasien yang belum menikah.

4) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas

Berapa kali paien hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,

cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas

yang lalu (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus ini

penulis mengambil data pada pasien yang belum pernah hamil,

bersalin dan nifas.

5) Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan

Kontrasepsi jenis apa berapa lama, adakah keluhan selama

menggunakan kontrasepsi serta rencana KB (Ambarwati dan

Wulandari, 2010). Pada kasus ini penulis mengambil data pada

pasien yang belum pernah menggukan alat kontasepsi apapun.

6) Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan pasien menurut (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).
23

a) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung,

DM, Hipertensi, Asma.

b) Riwayat kesehatan sekarang

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada

hubungannya dengan Amenorea sekunder.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan

kesehatan pasien, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang

menyertainya.

7) Data psikologis

Pengetahuan dan respon pasien terhadap keluhan/ kondisi yang

dihadapi saat ini, jumlah keluarga dirumah, respon keluarga

terhadap keadaan pasien, dukungan keluarga pengambilan

keputusan dalam keluarga dan pilihan mendapatkan

pengobatan (Sudarti dan Fauziah, 2016).


24

c. Pemeriksaan Fisik ( Data Obyektif)

Menurut Manuaba, dkk (2009) Pemeriksaan ini meliputi

pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik khusus dengan

melakukan perabaan setempat, melakukan pemeriksaan dalam dan

melakukan pemeriksaan laboratorium, selain itu juga diperlukan

pemeriksaan fisik tambahan berupa foto dada dan perut,

pemeriksaan ultrasonografi (USG), pemeriksaan lain yang

dianggap perlu. Keadaan umum pasien yang perlu diperiksa

meliputi

1) Status generalis

a) Keadaan umum

Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara

keseluruhan baik, cukup atau lemah pada Amenohroe

sekunder.

(1) Baik : keadaan normal, sadar sepenuhnya,

dapat menjawab semua pertanyaan

tentang keadaan sekeliingnya.

(2) Cukup : keadaan kesadaran yang segan untuk

berhubungan dengan sekitarnya,

sikapnya acuh tak acuh.

(3) Lemah : keadaan menurun, respon psikomotor

yang lambat, mudah tertidur, namun

keadaan dapat pulih bila dirangsang.


25

Pada kasus Amenoroe Sekunder keadaan umum pasien

adalah baik (Sutrisno, 2011).

b) Kesadaran

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon

seorang terhadap rangsangan dari lingkungan (Astuti, 2012)

(1) Composmentis : kesadaran normal, sadar

sepenuhnya dan dapat menjawab

semua pertanyaan tentang keadaan

sekelilingnya.

(2) Somnolen : keadaan menurun, respon

psikomotor yang lambat, mudah

tidur namun kesadaran dapat pulih

jika dirangsang.

(3) Apatis : keadaan kesadaran yang segan

untuk berhubungan dengan

sekitarnya (sikapnya acuh tak

acuh).

Pada kasus Amenorhoe sekunder kesadaran pasien

composmentis (Sutrisno, 2011)


26

c) Tanda Vital

(1) Tekanan darah

Tekanan darah untuk menentukan apakah terdapat

hipertensi. Bila ada hipertensi perlu diketahui

penyebabnya (Manuaba dkk, 2009).

(2) Nadi

Frekuensi nadi sering terjadi perubahan sebagai

kompensasi terhadap gangguan (Manuaba dkk, 2009).

(3) Suhu

Suhu badan normal berkisar 36,5 – 37,2ᵒC (Astuti,

2012).

(4) Pernafasan

Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,

yaitu sekitar 20 – 30 x/menit. (Ambarwati dan

wulandari, 2010).

d) Berat badan

Pemeriksaan berat badan dilakukan pertama kali saat

pasien melakukan pemeriksaan (Astuti, 2012). Pada kasus

Amenorhoe Sekunder perlu dilakukan pemeriksaan berat

badan (Irianto,2015).

2) Pemeriksan sistematis

a) Kepala

Menurut Astuti (2009) pemeriksaan meliputi :


27

(1) Kepala

Untuk mengetahui kebersihan kepala meliputi rambut,

warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak.

(2) Telinga

Meliputi pemeriksaan kerumen dan kesimetrisan.

(3) Mata

Meliputi pemeriksaan conjungtiva, sclera dan oedema.

(4) Hidung

Melipuli pemeriksaan secret dan benjolan

(5) Mulut

Meliputi pemeriksaan bibir (lembab, kering atau pecah-

pecah), stomatitis, caries dan lidah.

b) Leher

Meliputi pemeriksaan kelenjar limfe, pembesaran

kelenjar tiroid dan bendungan vena jugularis atau tumor

(Astuti, 2012).

c) Dada dan mammae

Meliputi pemeriksaan puting susu, kesimetrisan,

konsistensi dan pembengkakan (Ambarwati dan wulandari,

2010).

d) Abdomen

Untuk mengetahui adanya rasa sakit ketika diraba atau

digoyangkan, tanda cairan bebas darah atau cairan


28

didalamnya, terdapat atau terasa gerakan dalam abdomen

(hamil), teraba balotemen (tanda kehamilan), teraba tumor

(pastikan besarnya, padat/kenyal, atau kista), apakah tumor

bergerak bebas atau terfiksasi (Manuaba dkk, 2009)

e) Anogenital

Meliputi pemeriksaan oedema, hematoma, bekas luka

episiotomi/robekan, hecting (Ambarwati dan wulandari,

2010).sedangkan menurut Sudarti dan Fauziah (2016)

pemeriksaan anogenital meliputi luka, varises, kondiluma,

cairan ) warna, konsistensi, jumlah, bau, keluhan gatal/

panas), keadaan kelenjar bartolini (pembengkakan, cairan,

kista), nyeri tekan, haemoroid dan kelainan lain.

f) Ekstremitas

Edema tangan dan kaki,pucat pada kuku jari, varises, reflek

patella (Sudarti dan Fauziah, 2016).

3) Pemeriksaan penunjang

Pada kondisi tertentu, pasien harus menjalani beberapa

pemeriksaan penunjang untuk melengkapi data yang telah

dikumpulkan dan keperluan menegakkan diagnosis pasien.

(Sudarti dan Fauziah, 2016) Sedangkan Menurut Afiyanti dan

Pratiwi (2016) pasien dengan amenorea perlu diakukan

pemeriksaan penunjang seperti :


29

a) Pemeriksaan panggul dan abdomen

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya massa

atau hernia

b) USG

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bertujuan untuk melihat

ada tidaknya kelainan pada uterus dan organ reproduksi

lainnya

c) Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui status

hormonal perempuan yang mengalami Amenoroe . kadar

yang diperiksa yaitu Kadar Flollicle Stimutating Hormone

(FSH), Kadar Luteinizing Hormone (LH), Kadar thyroid

Stimulating Hormone (TSH), Kadar Prolaktin.

2. Langkah II : Interprestasi Data

a. Diagnosa kebidanan

Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus,

Anak hidup, umur pasien dan keadaan pasien (Ambarwati dan

Wulandari, 2010). Diagnose kebidanan yang ditegakkan adalah

Nn. Y umur 21 tahun dengan Amenoroe sekunder.

Data dasar meliputi :

1) Data Subyektif

Pernyataan nama pasien, keterangan pasien tentang umur,

keluhannya pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).


30

Menurut Proverawati dan Maisaroh (2009), data subyektif pada

Amenorea yaitu :

a) Nona mengatakan bernama Nn. X dan berumur X tahun,

b) Nona X mengatakan belum pernah menikah, hamil,

bersalin, nifas.

c) Nona X mengatakan sudah 3 bulan tidak mendapatkan

menstruasi (Manuaba, 2009)

2) Data Obyektif

Hasil pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital

dan test pack, berat badan, tinggi badan, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang (Ambarwati dan Wulandari, 2010)

Data obyektif pada amenorea sekunder meliputi :

a) Keadaan umum pasien baik (Sutrisno, 2011)

b) Keadaan pasien composmentis

c) Vital Sign : TD : …..mmHg N :….x/menit

R :…..x/menit S :…..ᵒC

d) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui ada/tidak nya

nyeri saat di tekan dan pembesaran perut (Astuti, 2012)

e) Pemeriksaan penunjang seperti :

(1) Pemeriksaan panggul dan abdomen

(2) Pemeriksaan Ultrasonogafi (USG)

(3) Pemeriksaan diagnostic


31

b. Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus ini pasien merasa

cemas karena tidak mendapat menstruasi selama 3 bulan berturut-

turut (Sutrisno, 2011).

c. Kebutuhan

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan

keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009) pada kasus ini

kebutuhannya adalah memberikan dukungan (support) pada pasien

bahwa pasien dapat sembuh dan menstruasi akan kembali lancar

seperti biasa (Sutrisno, 2011).

3. Langkah III : Diagnosa potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin

akan terjadi, pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini

membutuhkan antisipasi pencegahan, bila memungkinkan menunggu

mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi.

Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini (Ambarwati

dan Wulandari, 2010). Sebagian besar wanita mengalami Amenorea

adalah hipoestrogenik dan rentan untuk mengalami osteoporosis

(Sutrisno, 2011).
32

4. Langkah IV : Antisipasi masalah

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari menejemen

kebidanan. Identifikasi dan menetakan tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan atau perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati

dan Wulandari, 2010).

Dalam penatalaksanaan terkadang bidan dihadapkan pada beberapa

situasi yang memerlukan penanganan segera (Emergency) dimana

bidan harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasien,

namun kadang juga berada pada situasi pasien yang memerlukan

tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter, atau bahkan

mungkin juga situasi pasien yang memerlukan konsultasi dengan tim

kesehatan lain (Sulistyawati, 2009). Karena penderita Amenoroe rentan

mengalami keropos tulang, maka mengkonsumsi suplemen dan

vitamin D sngat dianjurkan (Irianto, 2015).

5. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah langkah sebelumnya

yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah

diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh

tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau

dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan denagn

kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan

terjadi berikutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).


33

Menurut Nugroho dan Utama (2014) dan Proverawati dan

Maisaroh (2009), perencanaan yang tepat untuk amenorea sekunder

adalah :

a. Lakukan anamnesa pasien meliputi ( identitas, pemeriksaan fisik,

kebutuhan)

b. Lakukan pemeriksaan Test Pack untuk memastikan tidak adanya

kehamilan.

c. Lakukan pemeriksaan tinggi badan dan berat badan.

d. Lakukan pemeriksaan meliputi :

1) Pemeriksaan panggul dan abdomen

2) Pemeriksaan Ultasonografi (USG)

3) Pemeriksaan diagnostik

e. Berikan penanganan sesuai dengan penyebabnya.

f. Kolaborasi (bila diperlukan)

g. Rujukan (bila diperlukan)

h. Berikan terapi sesuai dengan penanganannya

i. Beritahu pasien untuk kembali sesuai dengan jadwal control

j. Lakukan pendokumentasian

6. Langkah VI : Pelaksanaan

Menurut Asih dan Risneni (2016) Melaksanakan rencana asuhan

menyeluruh, menggunaka kata kerja aktif, misalnya memberikan,

menganjurkan dan menjelaskan secara singkat dan jelas, disertai

dengan evaluasi hasil asuhan.


34

Langkah ini merupakan pelaksanaan recana asuhan penyuluhana

pada klien dan keluarga (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan.

7. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah

diberikan, apakan telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah

teridentifikasi dalam dignosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana

asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila anak menunjukkan

pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik, terjadi pencapaian

dalam tugas perkembangan sasuai dengan kelompok usia dan ukuran

fisik sesuai dengan batasan ideal anak (sudarti dan fauziiah, 2011).

Hasil akhir yang diharapkan pada kasus amenorea sekunder setelah

dilakukan penanganan pasien bisa menstruasi lagi.

8. Data perkembangan SOAP

Menurut Walyani (2015), metode SOAP merupakan singkatan dari :

S : Subyektif

a. Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien

melalui anamnesa

b. Tanda gejala subyektif yang diperoleh dari hasil bertanya pada

klien, suami atau keluarga ( identitas umum, keluhan, riwayat

menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat

persalinan, riwayat KB, penyakit keluarga, riwayat penyakit,

keturunan, riwayat psikososial, pola hidup)


35

c. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien,

ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya.

O : Obyektif

a. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,

hasil laboratorium dan tes diagnostic lain yang dirumuskan dalam

data focus untuk mendukung assessment.

b. Tanda gejala obyektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan

(pemeriksaan keadaan umum, tanda-tanda vital dan test pack, berat

badan, tinggi badan, pemeriksaan sistematis seperi abdomen dan

hasil lab seperti pemeriksaan kadar Luteinizing hormone (LH) dan

Flollicle stimulating hormone (FSH)

c. Data ini memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosa.

A : Assesment

a. Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subyektif maupun obyektif yang dikumpulkan atau

disiapkan.

b. Menggambarkan pendokumentasian hsail analisa dan interpretasi

data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi.

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi

berdasarkan anamnesa.
36

a. Perencanaan

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk

mengusahakan tercapainya kondisi klien yang sebaik mungkin.

b. Implementasi

Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan

mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien

kecuali tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien.

c. Evaluasi

Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal

penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis

dari hasil yang dicapai menjadi focus dari kecepatan nilai tindakan.

Jika criteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi

dasar untuk mengembangkan alternatif sehingga mencapai tujuan.

C. Landasan Hukum

Kewenangan pengololaan oleh bidan sesuia dengan kompetensi

bidan di Indonesia dalam kasus Gangguan Reproduksi dengan Amenoroe

Sekunder bidan memiliki kemandirian untuk melakukan asuhannya dalam

Permenkes No.1464/MENKES/PER/X/2010. Tentang izin dan

penyelenggaraan praktek bidan. Dalam kasus ini pelayanan kebidanan

sesuai dengan pasal 9 dan pasal 12 yang isinya :


37

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi :

a. Pelayanan kesehatan ibu;

b. Pelayanan kesehatan anak; dan

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 12

Bidan dalam memberikam pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9 huruf c,

berwenang untuk:

a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana.

b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi

Karya tulis ilmiah ini merupakan studi kasus yang menggunakan

metode deskriptif yaitu merupakan penelitian yang didalamnya tidak ada

analisis hubungan antarvariabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat

umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa dan

analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif. Obyek penelitian hanya

satu kasus tertentu dan kesimpulannya hanya berlaku pada kasus yang diteliti

(Hidayat, 2014). Meskipun didalam studi kasus ini yang diteliti hanya

berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam, meliputi berbagai

aspek yang cukup luas, serta penggunaan berbagai teknik secara intergatif

(Notoatmodjo, 2012). Kasus ini menggambarkan asuhan kebidanan pada

Nn.Y dengan Amenoroe sekunder.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus menjelaskan tempat atau lokasi dilakukan. Lokasi

penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut

(Notoatmodjo, 2012). Kasus ini dilakukan di RSU Assalam Gemolong

Sragen.

38
39

C. Subjek Studi Kasus

Subyek penelitian merupakan orang yang dijadikan sebagai responden

untuk mengambil kasus (Notoatmodjo, 2012) subjek dalam Kasus ini adalah

Nn. Y dengan Amenoroe Sekunder Di RSU Assalam Gemolong Sragen.

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus merupakan kegiatan penelitian tersebut dilakukan

(Sujarweni, 2014). Studi Kasus ini dilaksanakan pada 17-27 April 2017

E. Instrument Studi Kasus

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrument penelitian ini dapat berupa kuisioner (daftar

pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan

pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

Pada kasus ini penulis menggunakan format asuhan kebidanan

gangguan reproduksi dengan pendekatan menejemen 7 langkah Varney.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil

data primer dan data sekunder :


40

1. Data primer

Data primer diperoleh secara langsung diambil dari objek-

objek penelitian oleh penelitian perorangan maupun organisasi

(Riwidikdo, 2009)

Menurut Matondang, (2013) data primer diperoleh dengan cara :

a. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

Inspeksi umum adalah pemeriksaan melihat perubahan yang

terjadi secara umum, sehingga dapat diperoleh kesan keadaan

umum pasien. Pada kasus Amenoroe Sekunder keadaan umum

pasien adalah baik (Sutrisno, 2011).

2) Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan meraba, mempergunakan

telapak tangan dan memanfaatkan alat peraba yang terdapat

pada telapak dan jari tangan. Dalam kasus ini dilakukan

pemeriksaan palpasi pada abdomen untuk mengetahui ada atau

tidaknya nyeri perut saat ditekan.

3) Perkusi

Perkusi dapat dilakukan dengan cara langsung mengetukkan

ujung jari II atau III langsung pada daerah yang diperkusi.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop.

Dengan cara auskultasi dapat didengar suara pernafasan, bunyi


41

dan bising jantung, peristaltic usus dan aliran darah dalam

pembuluh darah.

b. Wawancara

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai

langsung responden yang diteliti, sehingga metode ini memberikan

hasil secara langsung (Hidayat, 2014). Pelaksanaan wawancara ini

dilakukan pada remaja gangguan reproduksi Nn. Y dengan

Amenoroe Sekunder, keluarga dan tenaga kesehatan.

c. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk

mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2014).

Pada kasus ini observasi dilakukan untuk memastikan apakah

Menstruasi sudah terjadi atau belum.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang

dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau motode baik

secara komersial maupun non komersial (Riwidikdo, 2009).

a. Studi Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli

tersebut dapat berupa gambar, tabel, atau daftar periksa dan film
42

documenter (Hidayat, 2014). Dalam kasus ini dokumenasi

dilaksanakan dengan pengumpulan data yang diambil dari catatan

atau status pasien, rekam medik pasien dan catatan medis pasien

di RSU Assalam Gemolong Sragen.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat

penting dalam menunjang latar belakang teoritis dalam suatu

penelitian (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus gangguan reproduksi

dengan Amenoroe Sekunder, penulis menggukana sumber dari

buku tahun 2007-2016.

G. Alat-alat yang dibutuhkan

Dalam melaksanakan studi kasus penulis menggunkaan alat-alat

sebagai berikut:

1. Alat dan bahan dalam pengambilan data (wawancara)

a. Format pengkajian pada Nona gangguan reproduksi.

b. Buku tulis dan alat tulis

2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi

a. Spigmomanometer

b. Stetoskop

c. Termometer

d. Alat pengukur waktu/jam tangan


43

3. Alat dan bahan untuk pemeriksaan USG

a. Jelly

b. Tissue

c. Monitor USG

4. Alat dan bahan dalam pendokumentasian

a. Status atau catatan pasien

b. Rekam medic

c. Alat tulis

H. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai

menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian,

beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut

(Notoatmodjo, 2012). Jadwal penelitian ini terlampir.


BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

Tanggal 17 April 2017 Pukul : 08.00 WIB

a. Identitas Pasien

1) Nama : Nn. Y

2) Umur : 21 tahun

3) Agama : Islam

4) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

5) Pendidikan : SMK

6) Pekerjaan : Mahasiswa

7) Alamat : Pelem RT 10, Geneng, Miri, Sragen

b. Anamnesa (Data Subjektif)

1) Keluhan utama

Nn. Y mengatakan sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan

menstruasi dan merasa cemas dengan keadaannya.

2) Riwayat menstuasi

a) Menarche : Nn. Y mengatakan haid pertamakali

umur 13 tahun

b) Siklus : Nn.Y mengatakan jarak haid ± 30 hari

c) Lama : Nn.Y mengatakan lama haid 5-6 hari

44
45

d) Banyaknya : Nn.Y mengatakan ganti pembalut 2-3

kali/hari

e) Teratur/tidak : Nn.Y mengatakan haid nya teratur

f) Sifat darah : Nn.Y mengatakan darah merah encer

ada gumpalan

g) Disminoroe : Nn.Y mengatakan nyeri perut bagian

bawah dan pinggang pada hari pertama,

namun tidak sampai mengganggu

aktifitas

3) Riwayat perkawinan

Nn.Y mengatakan belum pernah menikah

4) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Nn.Y mengatakan belum pernah hamil,bersalin dan nifas

5) Riwayat keluarga berencana

Nn.Y mengatakan belum pernah menggunakan alat

kontrasepsi apapun

6) Riwayat penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang : Nn.Y mengatakan tidak

sedang sakit apapun seperti batuk, pilek dan demam

b) Riwayat penyakit sistemik

(1) Jantung : Nn.Y mengatakan tidak pernah

merasakan dada berdebar-debar,

cepat lelah saat beraktivitas


46

ringan, tidak mengeluarkan

keringat dingin pada telapak

tangan.

(2) Ginjal : Nn.Y mengatakan tidak pernah

mengeluh nyeri pada pinggang

kanan maupun kiri, dan tidak

sakit saat bak.

(3) Asma : Nn.Y mengatakan tidak pernah

sesak nafas secara tiba-tiba

(4) TBC : Nn.Y mengatakan tidak pernah

batuk lebih dari 2 minggu

(5) Hepatitis : Nn.Y mengatakan tidak

mempunyai penyakit kuning ,

dan pada ujung kuku, mata, kulit

tidak tampak kuning.

(6) Diabetus Melitus : Nn.Y mengatakan tidak pernah

mengeluh sering minum dan

makan pada malam hari, dan

tidak sering buang air kecil di

malam hari lebih dari 7 kali

(7) Hipertensi : Nn.Y mengatakan tidak pernah

mengalami tekanan darah diatas

140/90 mmHg.
47

(8) Epilepsi : Nn.Y mengatakan tidak pernah

kejang-kejang yang disertai

keluar busa pada mulut.

(9) Lain-lain : Nn.Y mengatakan tidak memiliki

riwayat penyakit lain seperti

HIV/AIDS

c) Riwayat penyakit keluarga

Nn.Y mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang

menderita penyakit menurun seperti (Hipertensi, Asma,

Diabetus Melitus, jantung ) dan penyakit menular seperti

(TBC, Hepatitis dan HIV/AIDS)

d) Riwayat keturunan kembar

Nn.Y mengatakan keluarganya tidak ada yang mempunyai

riwayat keturunan kembar.

e) Riwayat operasi

Nn.Y mengatakan belum pernah operasi apapun

7) Pola kebiasaan sehari-hari

a) Nutrisi

Makan : Nn.Y mengatakan sedang melakukan diet

dan hanya makan 1x sehari di siang hari

porsi 1 piring nasi, lauk dan sayur.


48

Minum : Nn.Y mengatakan minum ± 8 gelas, jenis

air putih dan minum susu 1 gelas pada

malam hari.

b) Eliminasi

BAB : Nn.Y mengatakan BAB tidak teratur

konsistensi agak keras warna kecoklatan.

BAK : Nn.Y mengatakan BAK ± 5x sehari warna

kuning jernih

c) Istirahat

Nn.Y mengatakan tidak istirahat siang dan tidur malam ± 7

jam

d) Personal hygine

Nn.Y mengatakan mandi, gosok gigi, ganti pakaian 2x

sehari.

e) Aktivitas

Nn.Y mengatakan menjadi mahasiswa di perguruan tinggi

swasta

f) Pola seksual

Nn.Y mengatakan belum menikah dan belum pernah

berhubungan seksual

g) Data Psikologis

Nn.Y mengatakan cemas dan tidak nyaman dengan keadaan

sekarang ini.
49

c. Pemeriksaan Fisik(Data Obyektif)

1) Status generalis

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV : TD : 120/70 mmHg

S : 36,5 ̊ C

N : 84 x/menit

R : 18 x/menit

d) TB : 145 cm

e) BB : 58 Kg

2) Pemeriksaan sistematis

a) Kepala

(1) Rambut : Hitam, bersih dan tidak ada

ketombe

(2) Muka : Tidak pucat, tidak oedema

(3) Mata : Simetris

(a) Oedema : Tidak Oedema

(b) Conjungtiva : Merah muda

(c) Sklera : Putih

(4) Hidung : Bersih tidak ada benjolan, tidak

ada polip
50

(5) Telinga : Simetris, bersih tidak ada

serumen

(6) Mulut/gigi/gusi : Bersih, gigi tidak ada caries,

gusi tidak berdarah

b) Leher
(1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran

(2) Benjolan : Tidak ada benjolan

(3) Kelenjar Limfe :Tidak ada pembesaran

c) Dada dan Axilla

(1) Mammae

(a) Membesar : Normal

(b) Benjolan : Tidak ada benjolan

(c) Simetris : Simetris kanan kiri

(d) Aerola : Coklat

(e) Puting susu : Menonjol

(f) Kolostrum/ASI : Tidak dilakukan

(2) Axilla

(a) Benjolan : Tidak ada benjolan

(b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan

d) Abdomen

(1) Pembesaran perut : Tidak ada pembesaran

(2) Benjolan/tumor : Tidak ada pembesaran

(3) Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan

(4) Luka bekas operasi : Tidak ada


51

e) Anogenital

(1) Vulva vagina

(a) Varices : Tidak dilakukan

(b) Luka : Tidak dilakukan

(c) Pengeluaran pervaginam : Tidak dilakukan

(2) Perineum

(a) Bekas luka : Tidak dilakukan

(b) Lain-lain : Tidak dilakukan

(3) Anus

(a) Haemoroid : Tidak dilakukan

(b) Lain-lain : Tidak dilakukan

f) Ekstremitas

(1) Atas : Simetris, tidak oedema, jari lengkap

(2) Bawah

(a) Varices : Tidak ada

(b) Oedema : Tidak ada

(c) Reflek patella : (+) positif

(d) Kuku : Tidak pucat

3) Pemeriksaan penunjang

a) Pada tanggal 17 April 2017 pukul 08.00 WIB Nn. Y

melakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil :

Kadar prolaktin : 18 ng/ml (<24 ng/ml)

Kadar FSH : 7 mIU/ml (3-20 mIU/ml)


52

Kadar LH : 6 mIU/ml (<7mIU/ml)

Kadar testosteron : 16 ng/dl (15-70 ng/ml)

Kadar progesterone : 0,5 ng/ml (<1.5 ng/ml)

Kadar TSH : 1,7 uIU/ml (0,4-4 uIU/ml)

b) Pada tanggal 17 April 2017 pukul 08.25 WIB Nn.Y

melakukan pemeriksaan penunjang lain dengan hasil :

(1) USG : uterus dalam batas normal dan tidak terdapat

kelainan ginekologi

(2) PP Test (-)

2. Interprestasi Data

Tanggal : 17 April 2017 pukul : 08.00 WIB

a. Diagnosa kebidanan

Nn. Y umur 21 tahun dengan Amenoroe sekunder

Data Dasar :

Ds

1) Nona mengatakan bernama Nn. Y dan umur 21 tahun

2) Nona mengatakan sudah tidak haid selama 3 bulan

3) Nona mengatakan sangat khawatir dengan keadaannya

4) Nona mengatakan belum menikah

5) Nona mengatakan terakhir haid tanggal 20 Novenber 2016


53

6) Nona mengatakan sedang melakukan diet ketat yaitu hanya

makan 1 kali sehari pada siang hari berupa nasi 1 piring, lauk

dan sayur

DO

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV : TD : 120/70 mmHg

S : 36,5 ̊ C

N : 84 x/menit

R : 18 x/menit

4) TB : 145 cm

5) BB : 58 Kg

6) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium

Kadar prolaktin : 18 ng/ml (<24 ng/ml)

Kadar FSH : 7 mIU/ml (3-20 mIU/ml)

Kadar LH : 6 mIU/ml (<7mIU/ml)

Kadar testosteron : 16 ng/dl (15-70 ng/ml)

Kadar progesterone : 0,5 ng/ml (<1.5 ng/ml)

Kadar TSH : 1,7 uIU/ml (0,4-4 uIU/ml)

b) Pemeriksaan penunjang lain

USG : Uterus dalam batas normal dan tidak terdapat

kelainan ginekologi
54

PP Test (-)

7) Abdomen : Tidak ada nyeri tekan

b. Masalah

Nn.Y sangat khawatir karena tidak menstruasi selama 5 bulan

c. Kebutuhan

Memberikan support dan dukungan

3. Diagnosa Potensial

osteoporosis

4. Tindakan Segera

Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi berupa

premolut @5mg 2x1 20 tablet

5. Rencana Tindakan

Tanggal : 17 April 2017 pukul : 08.00 WIB

a. Jelaskan pada Nn. Y hasil pemeriksaan

b. Beritahu Nn. Y tentang keadaannya saat ini

c. Anjurkan Nn. Y untuk konsultasi dengan ahli gizi sebelum

melakukan diet

d. Berikan dukungan ( support ) pada pasien

e. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG

f. Anjurkan Nn. Y untuk control 10 hari lagi/ jika ada keluhan

g. Lakukan dokumentasi
55

6. Implementasi/ Pelaksanaan

Tanggal : 17 April 2017 pukul : 08.10 WIB

a. Pukul 08.10 WIB menjelaskan pada pasien tentang hasil

pemeriksaan

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV : TD : 120/70 mmHg

S : 36,5 ̊ C

N : 84 x/menit

R : 18 x/menit

4) TB : 145 cm

5) BB : 58 Kg

6) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium

Kadar prolaktin : 18 ng/ml (<24 ng/ml)

Kadar FSH : 7 mIU/ml (3-20 mIU/ml)

Kadar LH : 6 mIU/ml (<7mIU/ml)

Kadar testosteron : 16 ng/dl (15-70 ng/ml)

Kadar progesterone : 0,5 ng/ml (<1.5 ng/ml)

Kadar TSH : 1,7 uIU/ml (0,4-4 uIU/ml)


56

b) Pemeriksaan penunjang lain

USG : Uterus dalam batas normal dan tidak terdapat kelainan

ginekologi

PP Test (-)

7) Abdomen : Tidak ada nyeri tekan

b. Pukul 08. 20 WIB memberitahu pasien tentang keadaannya saat ini

Nn. Y mengalami Amenoroe sekunder yaitu tidak terjadinya

menstruasi selama 3 siklus.

c. Pukul 08. 25 WIB menganjurkan Nn. Y untuk konsultasi dengan

ahli gizi sebelum melakukan diet

d. Pukul 08.27 WIB memberikan dukungan ( Support ) bahwa Nn. Y

dapat sembuh dan menstruasi akan kembali normal

e. Pukul 08. 30 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG

untuk memberikan terapi berupa :

Premolut @5mg 2x1 20 tablet

f. Pukul 08.35 WIB Menganjurkan Nn. Y untuk Kontrol 10 hari lagi

/ jika ada keluhan

g. Pukul 08. 35 WIB Melakukan dokumentasi

7. Evaluasi

Tanggal : 17 April 2017 pukul : 08.10 WIB

a. Nn. Y sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan

b. Nn. Y sudah mengetahui keadaannya saat ini


57

c. Nn. Y bersedia untuk konsultasi dengan ahli gizi

d. Nn. Y sudah merasa tenang

e. Kolaborasi dengan dokter SpOG telah dilakukan dan terapi sudah

diberikan

f. Nn. Y bersedia untuk kontrol 10 hari lagi /jika ada keluhan

g. Telah dilakukan pendokumentasian


58

DATA PERKEMBANGAN I

( KUNJUNGAN RUMAH )

Tanggal : 22 April 2017 Pukul : 15. 10 WIB

S:

1. Nn. Y mengatakan belum mendapatkan haid

2. Nn. Y mengatakan cemas akan kondisinya

3. Nn. Y mengatakan tidak diet ketat lagi

O:

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 110/70 mmHg

S : 36,5 ̊ C

N : 84 x/menit

R : 18 x/menit

4. Abdomen : Tidak ada nyeri tekan

A:

Nn. Y Umur 21 tahun dengan amenoroe sekunder

P:

Tanggal : 22 April 2017 Pukul : 15. 10 WIB

1. Pukul 15.10 WIB memberitahu Nn. Y dan keluarga tentang hasil

pemeriksaan
59

2. Pukul 15.15 WIB menganjurkan Nn. Y untuk makan dengan gizi

seimbang :

a. Standar porsi makanan pokok adalah 1000 gram beras yang berbentuk

nasi sebanyak 1,5 gelas

b. Standar porsi sayur adalah 1 mangkuk sayur dengan isi sayur dapat

berupa daun hijau da nisi yang lain bervariasi

c. Standar lauk adalah 50 gram daging (metah) dan 50 gram ikan

(mentah) dapat pula diambil 50 gram tempe (2 potong) dan 100 gram

d. Standar porsi buah terdiri dari 100 gram (1 potong) papaya, 25 gram (1

buah) pisang dapat pula diambil jenis buah lain yang sama beratnya

dengan pisan dan papaya.

3. Pukul 15.20 WIB menganjurkan Nn. Y untuk tetap teratur meminum obat

yang diberikan oleh dokter

Evaluasi

Tanggal 22 April 2017 pukul : 15.30 WIB

1. Nn. Y dan keluarga sudah mengetahui tentang hasil pemeriksaan

2. Nn. Y bersedia untuk makan dengan gizi seimbang

3. Nn. Y bersedia tetap meminum obat yang diberikan oleh dokter


60

DATA PERKEMBANGAN II

( WAKTU CONTROL RSU ASSALAM)

Tanggal : 27 April 2017 pukul : 07.30 WIB

S:

1. Nn. Y mengatakan sudah mendapatkan haid tanggal 25 April 2017 dan

hari ini haid hari ke 3

2. Nn. Y mengatakan sudah lega dan tidak cemas lagi

3. Nn. Y mengatakan obat yang diberikan sudah habis

O:

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 110/70 mmHg

S : 36,5 ̊ C

N : 84 x/menit

R : 20 x/menit

4. Abdomen : Tidak ada nyeri tekan

5. PPV : Darah yang keluar segar dan ada gumpulan

A:

Nn. Y umur 21 tahun dangan riwayat Amenoroe sekunder


61

P:

Tanggal : 27 April 2017 Pukul : 07. 40 WIB

1. Pukul 07.40 WIB memberitahu Nn. Y dan keluarga tentang pemeriksaan

bahwa semua dalam batas normal

2. Pukul 07. 45 WIB menganjurkan Nn. Y untuk tetap menjaga pola tidur

teratur dan olahraga ringan yang teratur seperti jalan pada pagi hari.

3. Pukul 07. 50 WIB melakukan dokumentasi

Evaluasi :

Tanggal : 27 April 2017 Pukul : 07. 40 WIB

1. Nn. Y dan keluarga sudah mengetahui tentang hasil pemeriksaan semua

dalam batas normal

2. Nn. Y bersedia untuk tetap menjaga pola makan, tidur teratur dan

melakukan olahraga ringan

3. Telah dilakukan pendokumentasian

B. Pembahasan Kasus

Pembahasan merupakan bagian dari karya tulis yang membahas

kesenjangan antara teori yang didapat dengan praktek langsung lapangan

selama melaksanakan asuhan kebidanan pada Nn. Y dengan Amenorea

sekunder.

Kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan juga memerlukan

pemecahan masalah, dengan melaksanakan asuhan kebidanan sebagai salah

satu cara yang dilakukan oleh bidan dalam mengenai masalah kebidanan.
62

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan ternyata ditemukan

perbedaan data dari segi diagnosa atau masalah yang timbul pada tinjauan

pustaka dan kasus. Sehingga dapat diuraikan pembahasan dengan

menggunakan managemen kebidanan 7 langkah Varney yang dirumuskan

sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pada kasus Nn. Y umur 21 tahun dengan amenorea sekunder

sedang dalam pengkajian dilakukan dengan pengumpulan data subjektif

dan objektif.

Data subjektif pada kasus keluhan utama Nn. Y mengatakan

tidak haid selama 5 bulan berturut-turut. Riwayat haid Nn. Y mengatakan

kadang nyeri saat haid. Data objektif status generalis, keadaan umum :

Baik, kesadaran : composmentis, tanda-tanda vital : TD : 120/70 mmHg,

S : 36ᵒC, N : 84 x/m, R : 18 x/m, TB/BB : 145 cm/58 kg

Menurut (Manuaba, 2009) keluhan utama pada amenorea

sekunder pasien mengeluh pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya

berhenti lebih 3 bulan.

Menurut (Sutrisno, 2011) keadaan umum biasanya keadaan

umum pasien amenorea sekunder adalah baik. Kesadaran pasien :

kesadaran pasien amenorea adalah composmentis, TTV normal. Menurut

(Astuti, 2012) tekanan darah normal 120/90 mmHg nadi : 60-100 x/menit

suhu : 36,5ᵒ - 37,2ᵒC respirasi : 16-24 x/ menit.


63

Dari pengkajian diatas didapatkan bahwa tidak ada kesenjangan

antara kasus dan teori.

2. Interprestasi data

Pada interpretasi data ini setelah diperoleh data dari Nn. Y ,

maka didapatkan diagnosa Nn. Y umur 21 tahun dengan amenorea

sekunder. Masalah yang muncul yaitu Nn. Y sangat khawatir dengan

keadaannya saat ini, sehingga diberikan support dan dukungan.

Pada teori menurut (sutrisno, 2011) masalah pada amenorea

sekunder yaitu pasien merasa cemas karena tidak mendapat menstruasi

selama 3 bulan berturut-turut dan penanganannya yaitu memberikan

dukungan (support) pada pasien bahwa pasien dapat sembuh dan

menstruasi akan kembali lancar.

Dari interprestasi diatas didapatkan bahwa tidak ditemukan

kesenjangan antara kasus dan teori

3. Diagnosa potensial

Pada kasus Nn. Y umur 21 tahun dengan Amenorea sekunder

tidak ada diagnose potensial karena cepat mendapatkan penanganan.

Sedangkan menurut (sutrisno, 2011) pada kasus amenorea

sekunder yang berkepanjangan yaitu hipoestrogenik dan osteoporosis.

Dari diagnosa potensial tidak ada kesenjangan antara kasus dan

teori yaitu pada Nn. Y tidak terjadi osteoporosis karena cepat

mendapatkan penanganan.
64

4. Antisipasi

Antisipasi pada kasus Nn.Y amenorea sekunder adalah

melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk mendapatkan terapi

berupa premolut @5mg 2 x 1.

Menurut (irianto, 2015) antisipasi pada kasus amenorea

sekunder adalah mengkomsumsi suplemen kalsium kalsium dan

vitamin D. Sedangkan menurut Dewi (2013) Amenoroe Sekunder tidak

perlu diobati bila siklus haidnya berovulasi. Tapi bila ingin diobati

diberikan kombinasi estrogen dan progresteron mulai hari ke 16-25 siklus

haid.

Antisipasi atau tindakan segera pada kasus ini sudah dilakukan,

sehingga kondisi Nn. Y membaik dan sudah dapat menstruasi, pada

langkah ini tidak ada kesenjangan terapi yang diberikan antara teori dan

praktek dilapangan.

5. Perencanaan

Pada kasus Nn. Y dengan amenorea sekunder , penulis membuat

perencanaan sebagai berikut : Jelaskan pada pasien tentang hasil

pemeriksaan, beritahu pasien tentang keadaannya saat ini, anjuran Nn. Y

untuk konsultasi dengan gizi sebelum melakukan diet, berikan dukungan

(support) pada pasien, lakukan kolaborasi dengan dokter SpoG berupa

premolut @5mg 2 x 1 20 tablet, anjuran pasien untuk Kontrol 10 hari

lagi / jika ada keluhan, lakukan dokumentasi.


65

Penatalaksanakan pasien dengan amenorea sekunder menurut

nugroho dan utama (2014) dan proverawati dan misaroh (2009) terdiri

atas:

a. Lakukan anamnesa pasien meliputi ( identitas, pemeiksaan fisik,

keluhan)

b. Lakukan pemeriksaan test pack untuk memastikan tidak adanya

kehamilan

c. Lakukan pemeriksaan tinggi badan dan berat badan

d. Lakukan pemeriksaaan meliputi

1. USG (proverawati, 2009)

2. Kadar prolaktin

3. Kadar FSH

4. Kadar testosterone, dan

5. Pemeriksaan fungsi tiroid (varney, 2007)

e. Berikan penanganan sesuai penyebabnya

f. Berikan terapi sesuai dengan penanganannya

g. Beritahu pasien untuk kembali sesuai jadwal Kontrol

h. Lakukan dokumentasi

Sehingga rencana tindakan pada kasus Nn. Y dengan amenorea

sekunder tidak terdapat kesenjangan teori dan praktek dilapangan, yaitu

dimana diberikan dukungan (support) pada pasien bahwa pasien dapat

sembuh dan menstruasi akan kembali lancar.


66

6. Pelaksanaan

Pelaksanaan pada kaus ini telah dilakukan berdasarkan

perencanaan yang telah disusun oleh penulis. Dalam teori menurut

nugroho dan utama (2014) dan proverowati dan misaroh (2009).

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada amenorea sekunder telah dilakukan

sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sesuai rencana tindakan.

7. Evaluasi

Pada kasus Nn. Y dengan amenorea sekunder telah dilakukan

asuhan kebidanan sebanyak 2 kali dengan kontrol ulang ke RSU asalam

gemolong satu kali, keadaan baik, dan Nn. Y merasa senang karena telah

mendapatkan menstruasi KU : Baik, kesadaran : Composmentis, tanda-

tanda vital : Dalam batas normal, pada saat kontrol Nn. Y sudah

mendapatkan menstruasi hari ke-3 menganjurkan Nn. Y untuk tetap

menjaga pola makan, tidur secara teratur dan melakukan olahraga ringan

seperti jalan pada pagi hari, nona juga sudah tidak menjalani diet ketat

lagi dan makan teratur dengan porsi cukup dan gizi seimbang.
BAB V

PENUTUP

Pada tahap akhir ini pembuatan karya tulis ilmiah tentang asuhan

kebidanan pada Nn. Y dengan amenorea sekunder di RSU assalam

Gemolong, penulis dapat menuliskan kesimpulan dan beberapa saran untuk

lebih meningkatkan asuhan kebidanan, khususnya pada pasien dengan

amenorea sekunder antara lain.

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan

manajemen 7 langkah varney pada pasien dengan amenoroe sekunder, maka

penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian terhadap Nn. Y dengan amenorea sekunder pengumpulan

data subjektif pada kasus keluhan utama Nn. Y mengatakan sangat

khawatir dengan keadaanya karena tidak menstruasi selama 5 bulan

berturut-turut. Riwayat haid Nn.Y mengatakan teratur setiap bulan dan

Nn. Y mengatakan terasa nyeri saat haid. Data objektif status generalis,

keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital : Tekanan darah, suhu, nadi,

dan pernapasan, TB/BB. Status generalis, keadaan umum : Baik,

kesadaran : Composmentis, tanda-tanda vital : TD : 110/1180 mmHG, S :

36ᵒC, N : 84 x/m, R : 18 x/m, TB/BB : 145 cm/58 kg

67
68

2. Interpretasi data yaitu Nn. Y umur 21 tahun dengan amenorea sekunder

yang disertai masalah yaitu perasaan sangat khawatir dengan keadaanya

saat ini dan kebutuhan yaitu support dan dukungan.

3. Diagnosa potensial pada kasus Nn. Y adalah osteoporosis.

4. Antisipasi pada Nn. Y umur 21 tahun dengan amenorea sekunder adalah

kolaborasi dengan dokter SpOG untuk memberikan terapi berupa

premolut @5 mg 2 x 1 20 tablet .

5. Rencana tindakan pada kasus Nn. Y dengan amenorea sekunder, penulis

membuat perencanaan sebagai berikut : jelaskan pada pasien tentang

hasil pemeriksaan, beritahu pasien tentang keadaanya saat ini, anjurkan

Nn. Y untuk konsultasi dengan ahli gizi sebelum melakukan diet, berikan

dukungan (support) pada pasien, lakukan kolaborasi dengan dokter

SpOG untuk mendapat terapi premolut @55 mg 2 x 1 20 tablet, anjuran

pasien untuk kontrol 10 hari lagi / jika ada keluhan lakukan dokumentasi

6. Pelaksanaan pada Nn. Y dengan amenorea sekunder sudah dilaksanakan

sesuai dengan rencana tindakan.

7. Evaluasi pada kasus Nn. Y dengan amenorea sekunder telah dilakukan

asuhan kebidanan sebanyak 3 kali, kunjungan rumah 1 kali dengan

kontrol ulang ke RSU assalam gemolong 1 kali keadaan Nn. Y membaik

dan Nn. Y merasa senang karena telah mendapat menstruasi. Keadaan

umum : Baik, kesadaran : Composmentis, tanda-tanda vital : Dalam batas

normal pada saat Kontrol menganjurkan Nn. Y tetap menjaga pola

makan, tidur secara teratur dan olahraga ringan jalan pagi setiap hari.
69

8. Dalam kasus ini tidak terdapat kensenjangan antara teori dengan praktek

dilapangan.

9. Alternative pemecahan masalah kesenjangan kasus diatas yaitu dengan

mengevaluasi pengkajian, tindakan rencana yang akan diberikan dan juga

hasil yang sudah dilakukan dengan teori yang ada.

B. Saran

1. Bidan

Diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi

khususnya asuan kebidanan gangguan reproduksi dengan amenorea

sekunder

2. Institusi

a. Bagi Rumah Sakit

diharapkan meningkatkan pemberian asuhan kebidanan melalui

pendekatan manajemen kebidanan secara komperatif khususnya

pada pasien dengan amenorea sekunder, tepat dan professional untuk

meningkatkan mutu pelayanan sehingga pada pasien merasa puas,

nyaman dan aman.


70

b. Bagi Institusi Pendidikan

diharapkan menambah buku atau referensi di perpustakaan seperti

buku gangguan system reproduksi khususnya amenoroe sekunder

dan penangananya

3. Bagi Pasien

Pasien diharapkan untuk tetap menjaga pola makannya, dan bila ingin

melakukan diet sebaiknya diet yang sehat yaitu tetap terpenuhi gizi

seimbangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti Dan Pratiwi. 2016. Seksualitas Dan Kesehatan Reproduksi Perempuan


Promosi, Permasalahan Dan Penanggulangannya Dalam Pelayanan
Kesehatan Dan Keperawatan. Jakarta: Rajagrafindo.

Ambarwati Dan Wulandari. 2011. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta. Nuha


Medika.

Asih dan Risneni. 2016. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: TIM.

Astuti, H.P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ibu 1 (Kehamilan). Yogyakarta:
Rohima Press.

Dewi.M .2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana Untuk
Mahasiswa Bidan. Trans Info Medika.

Hidayat.A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta
Salemba Medika.

Irianto.K, 2014. Panduan Lengkap Biologi Reproduksi Wanita Human Productive


Biology Untuk Para Medis Dan Non Medis. Bandung: ALFABETA.

2015. Kesehatan Reproduksi (Reprodustif Health) Teori Dan Praktikum.


Bandung: ALFABETA.

Irnawati, P. Y. 2013. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny. T


dengan Amenoroe Sekunder Di RSUD Surakarta.

Manuaba Dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Edisi.2. Jakarta:


EGC.

MENKES. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1464/MENKES/PER/X/2012. Jakarta.

Notoatmodjo. S, 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, T dan Utama, B. I. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta: Nuha Medika.
Proverawati, A dan Misaroh, S. 2009. Menarche Menstruasi pertama penuh
makna. Yogyakarta: Nuha Medika.

Purwoastuti, E dan Walyani, S. E. 2015.Panduan Materi Kesehatan Reproduksi


Dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.

Riwidikdo, H. 2009, Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data


Dalam Penelitian Kesehatan, Yogyakarta, Mitra Cendikia Press.

Rudi. H, 2016, Siap Menghadapi Menstruasi Dan Menopause, Yogyakarta,


Gosyen Publishing.

Setiyaningrum, 2015, Pelayanan Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi-


Revisi, Jakarta. Trans Info Medika.

Sudarti Dan Fauziah, A. 2011, Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan, Yogyakarta,


Nuha Medika.

Sulistyowati, A Dan Nugraheny, E. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.


Jakarta: Salemba Medika.

Sutrisno. 2011. Kupas tuntas kelainan hais. Jakarta: Sugeng seto.

Trorika, P. 2014. Asuhan Kebidanan Gangguan reproduksi pada Ny. E dengan


Amenoroe Sekunder Di RSUD Banyudono Boyolali.

Walyani, E. S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:


PUSTAKABARUPRESS.

Anda mungkin juga menyukai