Anda di halaman 1dari 146

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIARE

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DAN


CAIRAN

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH:
VITA ANDRIANI
NIM.P18171

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN 2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIARE
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DAN
CAIRAN

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH:
VITA ANDRIANI
NIM.P18171

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN 2021

i
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIARE
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar

Ahli Madya Keperawatan

Oleh:

VITA ANDRIANI

NIM. P18171

Surakarta, 28 April 2021

Menyetujui,

Pembimbing

Ns. Noerma Shovie Rizqiea, S. Kep., M. Kep.


NIK. 201691155

iii
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI

Telah di uji pada tanggal:

28 April 2021

Dewan Penguji:

Ketua Dewan Penguji

Ratih Dwilestari Puji Utami. S.Kep., Ns., M.Kep. ( )


NIK. 201187091

Anggota Dewan Penguji:

Noerma Shovie Rizqiea, S.Kep., Ns., M.Kep. ( )


NIK. 201691155

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:


Nama : Vita Andriani
NIM : P18171
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan pada Pasien Diare dalam
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Rabu, 28 April 2021

DEWAN PENGUJI
Ketua Dewan Penguji : Ratih Dwilestari Puji Utami.Kep., Ns., M.Kep. ( )
NIK. 201187091
Anggota Dewan Penguji : Noerma Shovie Rizqie .Kep., Ns., M.Kep ( )
NIK. 201691155

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta

Atiek Murhayati. S.Kep.,Ns.,M.Kep.


NIK.200680021

v
KATA PENGANTAR

Puji sykur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul ―Asuhan Keperawatan pada Diare dengan Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi.‖

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan


bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:

1. Setiyawan, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Rektor Universitas Kusuma Husada


Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
Universitas Kusuma Husada Surakarta.
2. Atiek Murhayati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan
untuk dapat menimba ilmu di Universitas Kusuma Husada Surakarta.
3. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns,, M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Program Diploma Tiga yang telah memberikan kesempatan
untuk dapat menimba ilmu di Universitas Kusuma Husada Surakarta.
4. Mellia Silvy Irdianty, S.Kep.,Ns,, M.PH selaku Sekretaris Ketua Program
Studi Keperawatan Program Diploma Tiga yang telah memberikan
kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Universitas Kusuma Husada
Surakarta.
5. Noerma Shovie Rizqiea, S.Kep.,Ns,, M.Kep selaku dosen pembimbing
sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dan bimbingan
serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Ratih Dwi Lestari P.U. S.Kep.,Ns,, M.Kep selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

vi
perasaan nyaman dan bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi
kasus ini.
7. Sri Hamdani A.MK. Selaku reseptor klinik yang telah membimbing degan
cermat, memberikan masuk-masukan, inspirasi, perasaan nnyaman dan
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
8. Semua dosen Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga, Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universitas Kusuma Husada Surakarta yang telah
memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang
bermanfaat
9. Seluruh pihak Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali yang sudah
memberikan tempat untuk melakukan studi kasus
10. Kedua orang tuaku, serta seluruh keluarga yang selalu menjadi inspirasi dan
memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
11. Novita Wulan Destriana Murti sahabatku yang selalu memberi dukungan dan
semangat untuk menyelesaikan studi kasus ini.
12. Teman-teman Badan Eksekutif Mahasiswa yang selalu memberi inspirasi dan
semangat untuk menyelesaikan studi kasus ini.
13. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma
Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kusuma Husada Surakarta dan
berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 28 April 2021

penulis

vii
MOTTO

“Jangan takut mencoba hanya karena pernah gagal. Kesuksesan tidak

datang begitu saja tetapi melalui keringat dan air mata.”

viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ....................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. iii
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
MOTTO ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi
ABSTRAK ............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori ........................................................... 8
2.1.1 Konsep diare ................................................. 8
1. Definisi ................................................... 8
2. Etiologi ................................................... 9
3. Manifestasi Klinis ................................... 10
4. Komplikasi ............................................. 11
5. Patofisiologi ............................................ 12
6. Pemeriksaan Dia
7. gnostik .................................................... 13
8. Penatalaksanaan ...................................... 14
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ......................... 16

ix
2.2.1 Asuhan Keperawata pada Anak Diare .......... 16
1. Pengkajian .............................................. 16
2. Diagnosa Keperawatan ........................... 22
3. Intervensi ................................................ 22
4. Implementasi .......................................... 29
5. Evaluasi .................................................. 30
2.3 Konsep Dasar Nutris dan Cairan ............................... 31
2.3.1 Konsep dasar cairan ...................................... 31
2.3.2 Konsep dasar nutrisi ..................................... 39
2.3.3 Gangguan kebutuhan nutrisi dan cairan ....... 40
2.3.4 faktor yang mempengaruhi nutrisi dan cairan 43
2.4 Oral Rehydration Salt ................................................ 46
2.4.1 pengertian ORS............................................. 46
2.4.2 Tujuan pemberian ORS dan madu................ 46
2.4.3 Prosedur pemberian ORS dan madu ............. 47
2.5 Kerangka Teori.......................................................... 49
2.6 Kerangka konsep ....................................................... 50
BAB III METODOLOGI KASUS
3.1 Rancangan studi kasus .............................................. 51
3.2 Subjek studi kasus ..................................................... 51
3.3 Fokus studi ................................................................ 51
3.4 Definisi operasional .................................................. 52
3.5 Tempat dan waktu ..................................................... 53
3.6 Pengumpulan data ..................................................... 53
3.7 Penyajian data ........................................................... 54
3.8 Etika studi kasus........................................................ 54
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil studi kasus ...................................................... 56
4.2 Gambaran lokasi pengambilan data........................... 59
4.3 Pemaparan fokus studi ............................................... 59
4.4 Pembahasan ............................................................... 65

x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................... 76
5.2 Saran ........................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 ................................................................................................ 13


Tabel 2.2 ................................................................................................ 27
Tabel 2.3 ................................................................................................ 49

xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 .............................................................................................. 57
Gambar 2.2 .............................................................................................. 58

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar persetujuan


Lampiran 2. Daftar riwayat hidup
Lampiran 3. Lembar konsultasi
Lampiran 4. Jurnal utama
Lampiran 5. Format asuhan keperawatan
Lampiran 6. Lembar SOP ORS dan Madu

xiv
Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIARE
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN

Vita Andriani1 , Noerma Shovie Rizqiea, S.Kep., Ns., M.Kep2


1
Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
2
Dosen Sarjana Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
Email: vita.any14@gmail.com
ABSTRAK
Diare merupakan suatu keadaan dimana frekuensi buang air besar (BAB)
meningkat dari biasanya dengan konsistensi tinja yang cair dan lembek bahkan
dapat berupa air saja. Penanganan penyakit diare yang paling diutamakan adalah
pemberian terapi cairan yang adekuat karena hal ini sangat penting untuk
mencegah terjadinya dampak lebih lanjut dari diare seperti dehidrasi atau
kekurangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit, dan gangguan
keseimbangan asam-basa. Pemberian ORS (oral rehydration salt) dengan madu
dapat dijadikan salah satu alternatif dalam mengatasi diare. Studi kasus ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada Pasien Diare
dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan. Jenis penelitian ini adalah
diskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Hasil Studi Kasus
menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada Pasien Diare dalam
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan dengan masalah keperawatan
hipovolemia yang dilakukan tindakan keperawatan pemberian cairan ORS (oral
rehydration salt) selama 3x24 jam dengan takaran 200 ml cairan oral
ditambahkan 5 ml madu diberikan tiap kali pasien buang air besar, didapatkan
hasil dehidrasi menurun, tekanan darah membaik 120/80 mmHg, membran
mukosa membaik, mata cekung membaik, turgor kulit membaik kembali dalam
kurun < 2 detik.
Kata Kunci : Diare, hipovolemia, ORS (oral rehydration salt), madu

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Diare merupakan suatu keadaan dimana konsistensi feses lembek atau cair

bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih dari biasanya, 3 kali atau

lebih dalam sehari (Huda 2013). Diare biasanya merupakan gejala infeksi di

saluran pencernaan, yang dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan

parasit. Infeksi dapat menyebar melalui makanan atau air minum yang

terkontaminasi, dari kebersihan lingkungan yang buruk (WHO, 2017).

Diare merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh, yang dengan

adanya diare, cairan yang tercurah kelumen saluran pencernaan akan

membersihkan saluran pencernaan dari bahan-bahan patogen (cleansing

effect). Apabila bahan patogen ini hilang, maka diare bisa sembuh sendiri.

Namun pada sisi lain, diare menyebabkan kehilangan cairan (air, elektrolit,

dan basa) dan bahan makanan dari tubuh. Sering kali dalam diare akut timbul

berbagai penyulit, seperti dehidrasi dengan segala akibatnya, gangguan

keseimbangan elektrolit, dan gangguan keseimbangan asam-basa. Penyulit

tersebut akan mengakibatkan pasien yang menderita diare meninggal (Dewi,

dkk 2011).

Diare akut pada orang dewasa merupakan penyakit yang sering dijumpai

dan secara umum dapat diobati sendiri. Namun, komplikasi akibat dehidrasi

atau toksin dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas, meskipun penyebab

1
2

dan penanganannya telah diketahui dengan baik, serta prosedur diagnostiknya

juga makin baik (Amin, 2015). Berdasarkan data World Health Organization

(WHO, 2015) ada 2 milyar kasus diare pada orang dewasa di seluruh dunia

setiap tahun. Di Amerika Serikat, insidens kasus diare mencapai 200 juta

hingga 300 juta kasus per tahun. Sekitar 900.000 kasus diare perlu perawatan

di rumah sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare

per tahun. Di Amerika Serikat, diare terkait mortalitas tinggi pada lanjut usia.

Satu studi data mortalitas nasional melaporkan lebih dari 28.000 kematian

akibat diare dalam waktu 9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia.

Data Kementrian Kesehatan Indonesia (2016) menyatakan, jumlah kasus

diare yang ditangani instansi kesehatan di Indonesia menurun tiap tahunnya.

Pada tahun 2016 penderita diare di Indonesia yang ditangani sebanyak 46,4%

dari jumlah penderita diare keseluruhan yang tercatat berjumlah 6.897.463

orang. Pada tahun 2015, jumlah kasus yang ditangani 4.017.861 orang,

sedangkan pada tahun 2014 jumlah penangan kasus diare oleh instansi

kesehatan adalah 8.490.976 orang.

Diare merupakan suatu penyakit endemis di Indonesia yang berpotensi

terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) yang sering disertai dengan kematian. Pada

tahun 2016 terjadi pertama kali KLB diare dengan jumlah penderita 198 orang

dan kematian 6 orang dengan CFR atau Case Fatality Rate sebanyak 3,04%

(Kemenkes RI, 2017). Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun (2018) Proporsi kasus diare yang ditangani di Jawa Tengah

tahun 2018 sebesar 62,7 persen, meningkat bila dibandingkan proporsi tahun
3

2017 yaitu 55,8 persen. Hal ini menunjukkan penemuan dan pelaporan harus

terus ditingkatkan. Kasus yang ditemukan dan ditangani di fasilitas pelayanan

kesehatan pemerintah maupun swasta belum semua terlaporkan.

Berdasarkan jenis kelamin, proporsi kasus diare yang ditangani pada

perempuan lebih banyak dibanding laki-laki yaitu sebesar 65,7 persen,hal ini

disebabkan bahwa perempuan lebih banyak berhubungan dengan faktor risiko

diare, yang penularannya melalui vekal oral, terutama berhubungan dengan

sarana air bersih, cara penyajian makanan dan PHBS. Kabupaten/kota dengan

persentase kasus diareyang ditangani tertinggi adalah Kota Tegal sebesar

183,6 %, Kota Pekalongan 115,8 % dan Kota Magelang 111,8 %. Kabupaten

dengan persentase kasus diare yang ditangani terendah adalah Grobogan

sebesar 18,59 %. Sedangkan untuk kota surakarta sebesar 100,8 % tersebar

nomer 5 setelah kota Semarang (Riskesdas, 2018).

Sedangkan Kabupaten Boyolali menduduki peringkat ke 33 sebesar 31,8%

(Riskesdas, 2018). Jumlah tersebut meningkat bila dibandingkan dengan tahun

2015 sebanyak 13,6%. Pada tahun 2016 jumlah penderita diare sebanyak

8.182 kasus. (Dinkes Jateng, 2016).

Penanganan penyakit diare yang paling diutamakan adalah pemberian

terapi cairan yang adekuat karena hal ini sangat penting untuk mencegah

terjadinya dampak lebih lanjut dari diare yang akan mengakibatkan dehidrasi

atau kekurangan cairan, penurunan elektrolit, gagal ginjal akut dan malnutrisi.

Berhubungan dengan masalah ini perlu diperhatikan dan diajarkan dalam

keluarga bagaimana cara-cara mencegah dehidrasi dirumah dengan


4

memberikan cairan yang lebih banyak dari biasanya sehingga memberikan

hasil yang tepat, dan tindakan menimbulkan dehidrasi ataupun gangguan

pertumbuhan paska episode diare, penanganan diare yang benar terutama

cairan dirumah (Arieza, 2017).

Penatalaksanaan pada pasien yang mengalami diare dengan

merekomendasikan penggunaan osmolaritas rendah dan mengkonsumsi oral

rehydration solution (ORS), zink, serta meningkatkan jumlah cairan yang

sesuai (Carvajal et al., 2016). Pemberian ORS dengan madu dapat dijadikan

salah satu alternatif dalam mengatasi diare. Kandungan dalam madu dapat

menghambat 60 spesies bakteri, jamur, dan virus yang dapat digunakan pada

beberapa masalah gastrointestinal seperti diare (Oskouei, 2013;

Samarghandian, 2018)

Perawatan klinis pada pasien yang mengalami diare dengan cara

pemberian oral rehydration solution (ORS). Pemberian ORS dengan madu

dapat dijadikan alternatif dalam mengatasi diare. Kandungan dalam madu

dapat menghambat 60 spesies bakteri, jamur, dan virus yang dapat digunakan

untuk mengatasi masalah pada gastrointestinal seperti diare. Penambahan

madu dalam larutan ORS dapat lebih cepat menurunkan frekuensi diare. Madu

mengandung senyawa hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat membunuh

bakteri penyebab diare. Hidrogen peroksida secara reaktif merusak gugus

fungsi biomolekul pada sel bakteri. Mekanisme kerja hidrogen peroksida yaitu

dengan mendenaturisasi protein dan menghambat sintesis atau fungsi dari

asam nukleat bakteri. Kerusakan pada dinding sel bakteri dan gangguan pada
5

sistesis asam nukleat akan menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli

penyebab diare (Huda, 2013).

Penelitian yang dilakukan yulika, dkk (2017) di RSUD dr.Moewardi

mencatat sebanyak 500 orang lebih terkena diare setiap bulannya. Data

terakhir pada bulan Desember 2017 tercatat sebanyak 595 penderita diare.

Untuk itu diperlukan penanganan masalah diare secara maksimal, yang salah

satunya adalah pemberian asuhan keperawatan karena pasien diare.

Berdasarkan data tersebut maka penulis akan melakukan pengelolaan kasus

keperawatan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan Judul ―Asuhan

Keperawatan Pasien Diare Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan‖.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis membuat perumusan

masalah sebagai berikut : ―Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pasien

diare dalam pemenuhan kebutuhan cairan?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pasien

diare dalam pemenuhan kebutuhan nutisi dan cairan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien diare dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan


6

2. Menegakkan diagnosis keperawatan pada pasien diare dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan

3. Menyusun rencana keperawatan pada pasien diare dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien diare dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan

5. Melakukan evaluasi pada pasien diare dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi dan cairan

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat melakukan

tindakan non farmakologi dalam melakukan asuhan keperawatan

pasien diare. Penulisan karya tulis ini juga berfungsi untuk

mengetahui antara teori dan kasus nyata yang terjadi dilapangan

sinkron atau tidak, karena dalam teori yang sudah ada tidak selalu

sama dengan kasus yang terjadi. Sehingga disusunlah karya tulis

ilmiah ini.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Perawat

Menambah wawasan dan dapat mengaplikasikan ―Oral

rehydration salt dan madu terhadap masalah keperawatan diare‖

2) Institusi Pendidikan
7

Dapat menambah referensi bacaan untuk institusi pendidikan

terutama pengetahuan tentang asuhan keperawwatan pada pasien

diare.

3) Bagi Klien

Klien dengan diare diharapkan dapat mencegah, mendeteksi dan

mengatasi masalah yang terjadi pada klien.

4) Bagi Rumah Sakit

Diharapkan asuhan keperawata ini dapat memberikan masukan

bagi pihak rumah sakit untuk menambah pengetahuan khususnya

tentang penanganan cairan pada pasien diare dengan oral

rehydration salt dan madu.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Konsep Diare

1. Definisi

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan

berubahnya bentuk tinja dengan intensitas buang air besar secara

berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun waktu hasi (Haqi, 2019).

Diare adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air sajadan

frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam

satu hari (Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan

Penyehatan Lingkungan, 2011)

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air

besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa

air saja dan frekuensinya lebih sering ( biasanya tiga kali atau

lebih ) dalam satu hari (DEPKES 2011).

Diare merupakan pengeluaran fases yang cepat dan

berlebihan dengan bentuk yang encer atau berupa cairan

(Sjamsuhidajat & De jong, 2014). Berdasarkan beberapa

pengertian dapat disimpulkan diare merupakan suatu keadaan

dimana frekuensi buang air besar meningkat dari biasanya

8
9

dengan konsistensi tinja yang cair dan lembek bahkan dapat

berupa air saja.

2. Etiologi

Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi, makanan,

dan faktor psikologis (Djitowiyono dan Kristiyanasari, 2011).

Infeksi merupakan penyebab utama diare akut akibat bakteri,

virus, dan parasit (Ridha, 2014). Etiologi pada diare menurut

Yuliastati & Arnis (2016) ialah:

a. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran

pencernaan dimana merupakan penyebab diare meliputi

infeksi bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan

bakteri.

b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat

pencernaan seperti pada otitis media, tonsilitis,

bronchopneumonia serta encepthalitis

c. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi

terhadap karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa,

maltose dan sukrosa), monosakarida intoleransi glukosa,

fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi protein dan lemak.

d. Faktor risiko

Menurut direktorat jendral pengendalian penyakit dan

penyehatan lingkungan (2011) faktor risiko terjadinya diare

adalah: faktor perilaku, dan faktor lingkungan.


10

3. Manifestasi Klinis

Diare karena ineksi dapat disertai keadaan muntah-muntah

dan atau demam, tenesmus, hematocezia, nyeri perut atau kejang

perut. Diare yang berlangsung beberapa aktu tanpa

penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan

kematian karena kekurangan cairan dibadan yang mengakibatkan

rejatan hipovolemi atau gangguan biokimiawi berupa asidosis

metabolik yang lanjut, karena kehilangan cairan seseorang

merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadai cekung,

lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta

suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi

air yang isotonik (Zein, 2011).

Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas

berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan

ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas

lebih cepat dan lebih dalam. Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk

mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali

normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak

dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal

dan base excess sangat negatif (Zein, 2011).

Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat

dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang

cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai


11

gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang

sianosis. Karena Penurunan tekanan darah akan menyebabkan

perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Pada pasien

dewasa bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit

berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat

tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis

metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi pemusatan sirkulasi

paru-paru dan dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang

menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali. (Zein, 2011).

Bentuk Klinis diare dapat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Bentuk klinis diare ( Kusuma, 2015).

Diagnosa Didasarkan pada keadaan


Diare cair akut - Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung
kurang dari 14 hari
- Tidak mengandung darah
Kolera - Diare yang sering dan banyak akan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
- Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi
KLB kolera, atau
- Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk
V.Cholera 01 atau 0139
Disentri - Diare berdarah (terlihat dan dilaporkan)
Diare persisten - Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi - Diare apapun yang disertai gizi buruk
buruk
Diare terkait - Mendapat pengobatan antibiotikoral
antibotika spectrum luas
Invaginasi - Dominasi darah dan lendir dalam tinja
- Massa intra abdominal
- Tanggisan keras dan kepucatan pada bayi

4. Komplikasi

Menurut Dwienda (2014) komplikasi yang dapat

diakibatkan oleh diare adalah dehidrasi, hipokalemia,


12

hipoglikemi, dan kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

Menurut Subagyo dan Santosa (2011), penderita diare sebagian

kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi, ketidakseimbangan

elektrolit atau pengobatan yang diberikan beberapa komplikasi

yang sering terjadi seperti:

a. Gangguan keseimbangan elektrolit

b. Demam akibat infeksi shigella disentriae dan rotavirus

c. Kejang terutama pada anak dengan malnutrisi berat

d. Syok hipovolemik

e. Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau

hilangnya basa cairan ekstraseluler

5. Patofisiologi

Pada dasarnya diare terjadi ketika terdapat gangguan

transportasi air dan elektrolit dalam lumen usus. Mekanisme

patofisiologi dari diare dapat berupa osmosis, sekretori,

inflamasi, dan perubahan motilitas (Sweetser, 2012). Mekanisme

dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan

osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalm rongga usus

meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam

rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan

merangsang usus, isi rongga usus yang berlebih ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.


13

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada

dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam

rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat

peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus,

terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare

sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkanbakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya

mikroorganisme hidup kedalam usus setelah berhasil melewati

rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang

biak, kemudian mengeluarkan toksin tersebut terjadi hipersekresi

yang selanjutnya akan menimbulkan diare (Lestari, 2016).

6. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan

diagnostik pada diagnos medis diare adalah:

a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopi dan

mikroskopi, Ph dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi

feses (colok dubur)

b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan

keseimbangan asam basa


14

c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui

faal ginjal.

d. Pemerikaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan

Prosfat.

7. Penatalaksanaan

Penalaksanaan pasien diare akut dimulai dengan terapi

simptomatik, seperti rehidrasi dan penyesuaian diet. Terapi

simptomatik dapat diteruskan selama beberapahari sebelum

dilakukan evaluasi lanjutan pada pasien tanpa penyakit yang

berat, terutama bila tidak dijumpai adanya darah samar dan

leukosit pada fesesnya (Medicinus, 2019). Penanganan diare akut

ditujukan untuk mencegah/ menanggulangi dehidrasi serta

gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan

terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik,

mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati

penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara

komprehensif, efisien dan efektif harus dilakukan secara rasional.

Secara umum terapi rasional adalah terapi yang :

a. Tepat indikasi

b. Tepat dosis

c. Tepat penderita

d. Tepat obat

e. Aspada terhadap efek samping


15

Penatalaksanaan diare akut pada orang dewasa antara lain

meliputi:

a. Rehidrasi sebagai perioritas utama pengobatan, empat hal

yang perlu diperhatikan adalaha.

1) Jenis cairan, pada diare akut yang ringan dapat

diberikan oralit, cairan Ringer Laktat, bila tidak

tersedia dapat diberikan NaCl isotonik ditambah satu

ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml.

2) Jumlah cairan, jumlah cairan yang diberikan idealnya

sesuai dengan cairan yang dikeluarkan

3) Jalan masuk, rute pemberian cairan pada oarang

dewasa dapat dipilih oral atau i.v

4) Jadwal pemberian cairan, rehidrasi diharapkan

terpenuhi lengakap pada akhir jam ke-3 setelah awal

pemberian.

b. Terapi simptomatik, obat antidiare bersifat simptomatik

dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang

rasional. Beberapa golonganantidiare: Antimotilitas dan

sekresi usus, turunan opiat, Difenoksilat, Loperamid,

Kodein HCl, Antiemetik: Metoklopramid, Domperidon

c. Terapi definitif, edukasi yang jelas sangat penting dalam

upaya pencegahan, higienitas, sanitasi lingkungan

(Mansjoer dkk,).
16

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan suatu proses atau rangkaian pada praktik

keperawatan yang diberikan kepada pasien dalam memberikan

pelayanan kesehatan, bentuk proses kepeawatan meliputi tahap:

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanan keperawatan

(intervensi), pelaksanaan keperawatan (implementasi) dan

evaluasi. Proses keperawatan salah satu pendekatan utama dalam

memberikan asuhan keperawatan dan penyelesaian masalah.

(Nursalam, 2011).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses

keperawatan. Tahap ini sangat penting dan menentukan dalam

tahap-tahap selanjutnya. Data yang komprehensif dan valid akan

menentukan penetapan diagnosa keperawatan dengan tepat dan

benar, serta selanjutnya berpengaruh dalam perencanaan

keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015).

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep

diterapkan dalam praktik keperawatan terdiri atas lima tahap

yang berurutan dan saling berhubungan, yaitu pengkajian,

diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Tahap-tahap

tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual problem-solving


17

dalam mendefinisikan suatu asuhan keperawatan (Nursalam,

2013).

Asuhan keperawatan medikal bedah yaitu:

a. Identitas Klien dan Keluarga

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, usia, pendidikan,

rumah sakit, nomer register, diagnosa, penanggung

jawab, pekerjaan, agama, dan suku bangsa, tanggal atau

jam masuk.

b. Keluhan utama

Pada pasie diare ditandai dengan meningkatnya

frekuensi buang air besar/BAB, menurunya nafsu

makan, lemas, turgor kulit jejas (elastisitas kulit

menurun), terkadang disertai demam, dan penurunan

berat badan.

c. Riwayat penyakit sekarang

Kronologi terjadinya serangan, dan karakteristiknya

serangan

d. Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah mengalami diare akut atau

belum, serta riwayat penyakit yang pernah diderita oleh

pasien.

e. Riwayat kesehatan keluarga


18

Berisi tentang adanya penyakit keturunan, kebiasaan

keluarga, paparan penyakit menular yang menyerang

anggota keluarga, pohon keluarga, penyakit keturunan,

kebiasaan keluarga, lokasi geografis.

f. Pola kesehatan fungsional

1) Pola persepsi

Diisi dengan persepsi klien/keluarga terhadap

konsep sehat sakit dan upaya klien/keluarga dalam

bentuk pengetahuan, sikap dan perilaku yang

menjadi gaya hidup klien/keluarga untuk

mempertahankan kondisi sehat.

2) Pola nutrisi/ metabolik

Menggambarkan pola makan dan jenis makanan

yang dikonsumsi pasien sebelum dan sesudah di

rawat dirumah sakit. Apakah ada keluha ketika

makan atau setelah makan

3) Pola eliminasi

Menggambarkan pola BAK dan BAB pasien

sebelum dan sesudah dirawat di rumah sakit.

Apakah ada konstipasi atau bab cair.

4) Pola aktivitas dan latihan

Diisi dengan aktifitas rutin yang dilakukan klien

sebelum hingga selama sakit, mulai dari bangun


19

tidur hingga tidur kembali. Kolom tersebut diisi

sesuai dengan keterangan:

0: Mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang

lain, 3: dibantu orang lain dan alat,4: tergantung

total.

5) Pola istirahat tidur

Menggambarkan tentang durasi, kualitas istirahat

tidur pasien. Adakah gangguan ketika tidur atau

tidak.

6) Pola kognitif-perseptual

Kemampuan klien berkomunikasi (berbicara dan

mengerti pembicaraan) status mental, orientasi,

kemampuan penginderaan yang meliputi

penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan

pengecapan.

7) Pola persepsi konsep diri

Mengungkapkan perasaannya yang berhubungan

dengan kesadaran akan dirinya sendiri meliputi:

gambaran diri/citra tubuh, ideal diri, harga diri,

peran diri, identitas diri.

8) Pola hubungan peran

hubungan klien dengan anggota keluarga,

masyarakat pada umumnya, perawat, dan tim


20

kesehatan yang lain, termasuk juga pola komunikasi

yang digunakan klien dalam berhubungan dengan

orang lain.

9) Pola seksualitas reproduksi

Pada anak usia 0 – 12 tahun diisi sesuai dengan

tugas perkembangan psikoseksual. Pada usia

remaja-dewasa-lansia dikaji berdasarkan jenis

kelaminnya

10) Pola manajemen dan mekanisme koping

Mekanisme koping yang biasa digunakan klien

ketika menghadapi masalah/ konflik/ stress/

kecemasan. Bagaimana klien mengambil keputusan

sendiri/dibantu.

11) Pola nilai dan keyakinan

Nilai-nilai dan keyakinan klie terhadap sesuatu dan

menjadi sugesti yang amat kuat sehingga

mempengaruhi gaya hidup klien, dan berdampak

pada kesehatan klien. Termasuk juga praktik ibadah

yang dijalankan klien termasuk sebelum sakit dan

selama sakit

g. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : tampak lemah


21

2) Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu tubuh, nadi

lemah dan cepat

3) Tinggi badan atau berat badan : sesuai dengan

pertumbuhan dan perkembangan

4) Kulit : sianosis dan biasanya turgor kulit jelek

5) Kepala : anak dibawah 2 tahun yang mengalami

dehidrasi, biasanya ubun-ubunnya cekung

6) Mata : mata cenderug cekung

7) Hidung : (tidak ada yang begitu spesifik)

8) Mulut : mukosa bibir kering

9) Telinga : kebersihan (tidak ada yang begitu spesifik)

10) Leher : tidak ada pembesaran KGB dengan kelenjar

tiroid

11) Jantung : (tidak ada yang begitu spesifik)

12) Paru-paru : (tidak ada yang begitu spesifik)

13) Abdomen : bising usus meningkat, nyeri kram

abdomen, fekuensi peristaltik meningkat

14) Genitalia : tidak ada gangguan

15) Anus : terdapat tuka karena terlalu sering defekasi

16) Ekstremitas : lemah, penurunan aktifitas

h. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan tinja : makroskopi dan mikroskopi

2) Pemeriksaan elektrolit
22

i. Terapi medis berisi tentang terapi farmakologi apa yang

didapatkan

2. Diagnosis Keperawatan

a. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif d.d turgor pada kulit

menurun (D.0023)

b. Diare b.d malbsorpsi d.d defekasi lebih dari tiga kali dengan

konsistensi fases lembek (D.0020)

c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi d.d pasien

mengeluhkan nyeri (D.0077)

d. Hipertermia b.d dehidrasi d.d suhu tubuh meningkat

(D.0130)

e. Gangguan integritas kulit b.d kekurangan volume cairan d.d

kerusakan lapisan kulit (D.0129)

f. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d berat

badan menurun minimal 10% dibawah rentan ideal (D.0019)

3. Intervensi Keperawatan

2.2 Tabel Intervensi Keperawatan (SIKI, 2018)

N Analisis Data Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


o Keperawatan
1 Tanda gejala mayor: Hipovolemi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia
Data subjektif kehilangan selama 3x24 jam diharapkan (I.03116)
(tidak tersedia) cairan aktif d.d keseimbangan cairan 1. Periksa tanda dan gejala
Data objektif turgor pada kulit (L.05020) meningkat dengan hipovolemia
1. Frekuensi nadi menurun kriteria hasil: 2. Monitor intake dan
meningkat (D.0023) 1. Kelembaban membran output cairan
2. Nadi teraba mukosa meningkat 3. Hitung kebutuhan cairan
lemah 2. Asupan makanan 4. Berikan asupan cairan
3. Tekanan darah meningkat oral
menurun 3. Dehidrasi menurun 5. Berikan posisi modified
4. Tekanan nadi 4. Tekanan darah trendelenburg
menyempit membaik 6. Anjurkan
5. Turgor kulit 5. Denyut nadi radial memperbanyak asupan
23

menurun 6. Membran mukosa cairan oral


6. Membran membaik 7. Anjurkan menghindari
mukosa kering 7. Mata cekung membaik perubahan posisi
7. Volume urin 8. Turgor kulit membaik mendadak
menurun 9. Berat badan membaik 8. Kolaborasi pemberian
8. Hemtokrit cairan IV isotonis
meningkat 9. Kolaborasi pemberian
Tanda gejala minor: cairan IV hipotonis
Data subjektif 10. Kolaborasi pemberian
1. Merasa lemas cairan koloid
2. Mengeluh haus 11. Kolaborasi pemberian
Data objektif produk darah
1. Pengisian vena Manajemen syok
menurun hipovolemia (I.02050)\
2. Status mental 1. Monitor status
berubah kardiopulmonal
3. Suhu tubuh 2. Monitor status
meningkat oksigenasi
4. Konsentrasi 3. Monitor status cairan
urin meningkat 4. Periksa tingkat
5. Berat badan kesadaran dan respon
turun tiba-tiba pupil
5. Periksa seluruh
permukaan tubuh
terhadap adanya DOTS
6. Perhatankan jalan napas
paten
7. Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
8. Persiapan intubasi dan
ventilasi mekanis, jika
perlu
9. Lakukan penekanan
langsung
10. Berikan posisi syok
11. Pasang jalur IV
berukuran besar
12. Pasang kateter urine
untuk enilai produksi
urine
13. Pasang selang
nasogastrik untuk
dekompresi lambung
14. Ambil sampel darah
untuk prmrtiksaan
darah lengkap dan
elektrolit
15. Kolaborasi pemberian
infuse cairan kristaloid
20 mL/kgBB pada anak
16. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika
perlu
2 Tanda gejala mayor: Diare b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen diare (I.03101)
24

Data subjektif malbsorpsi d.d selama 3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi penyebab
(tidak tersedia) defekasi lebih eliminasi fekal (L.04033) diare
Data objektif dari tiga kali membaik dalam kriteria 2. Identifikasi riwayat
1. Defekasi lebih dengan hasil: pemberian makanan
dari tiga kali konsistensi fases 1. Kontrol pengeluaran 3. Identifikasi gejala
dalam 24 jam lembek fases meningkat invaginasi
2. Fases lembek (D.0020) 2. Konsistensi fases 4. Monitor
atau cair membaik warna,volume,
Tanda gejala minor: 3. Frekuensi defekasi frekuensi, dan
Data subjektif membaik konsistensi tinja
1. Urgency 4. Peristaltik usus 5. Monitor tanda gejala
2. Nyeri/keram membaik hipovolemia
abdomen 6. Monitor isitasi dan
Data objektif ulserasi kulit di daerah
1. Frekuensi perianal
peristaltik 7. Monitor jumlah
meningkat pengeluaran diare
2. Bising usus 8. Monitor keamanan
hiperaktif penyajian makanan
9. Berikan asupan cairan
oral
10. Berikan cairan
intravena
11. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit
12. Ambil sampel fases
untuk kultur, jika perlu
13. Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering
secara bertahap
14. Anjurkan menghindari
makanan pembentuk
gas, pedas dan
mengandung laktosa
15. Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
16. Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas
17. Kolaborasi pemberian
obat antispasmodic/
spasmolitik
18. Kolaborasi pemberian
obat pengeras fases
Pemantauan cairan
(I.03121)
1. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi
napas
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor berat badan
5. Monitor waktu
pengisian kapiler
25

6. Monitor elastisitas dan


turgor kulit
7. Monitor jumlah, warna
dan berat jenis urine
8. Monitor kadar albumin
dan protein total
9. Monitor hasil
pemeriksaan serum
10. Monitor intake dan
output cairan
11. Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia
12. Identifikasi faktor
risiko
ketidakseimbangan
cairan
13. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
14. Dokuemntasi hasil
pemantauan
15. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
16. Informsikan hasil
pemantauan, jika perlu
3 Tanda gejala mayor: Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
Data subjektif agen pencedera selama 3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi lokasi,
1. Mengeluh nyeri fisiologi d.d tingkat nyeri (L.12111) karakteristik, durasi,
Data objektif pasien menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas,
1. Tampak mengeluhkan hasil: intensitas nyeri
meringis nyeri (D.0077) 1. keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Bersikap 2. meringis menurun 3. Identifikasi respon
protektif 3. kesulitan tidur nyeri non verbal
3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor
4. Frekuensi nadi 4. frekuensi nadi yang memperberat dan
meningkat membaik memperingan nyeri
5. Sulit tidur 5. pola napas membaik 5. Identifikasi
Tanda gejala minor: 6. tekanan darah pengetahuan dan
Data subjektif membaik keyakinan tentang
(tidak tersedia) 7. nafsu makan membaik nyeri
Data objektif 8. pola tidur membaik 6. Identifikasi pengaruh
1. Tekanan darah budaya terhadap
meningkat respon nyeri
2. Pola napas 7. Identifikasi pengaruh
berubah nyeri pada kualitas
3. Nafsu makan hidup
berubah 8. Monitor keberhasilan
4. Proses berfikir terapi komplementer
terganggu yang sudah diberikan
5. Menarik diri 9. Monitor efek samping
6. Berfokus pada penggunaan analgetik
diri sendiri 10. Berikan teknik
7. Diaforesis nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
11. Kontrol lingkungan
26

yang memperberat rasa


nyeri
12. Fasilitasi istirahat dan
tidur
13. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemeliharaan
stategi meredakan
nyeri
14. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
15. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
17. Anjurkan
menggunakan
analgestik secara tepat
18. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mrnggurangi rasa nyeri
19. Kolaborasi pemberian
analgestik, Jika perlu
Pemberian Analgestik
(I.08243)
1. Identifikasi
karakteristik nyeri
2. Identifikasi riwayat
obat
3. Identifikasi kesesuaian
jenis analgestik
4. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgestik
5. Monitor efektifitas
analgestik
6. Diskusikan jenis
analgestik yang
disukai utuk mencapai
analgestik optimal, jika
perlu
7. Pertimbangan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
8. Tetapkan target
efektifitas analgestik
untuk mengoptimalkan
respon pasien
9. Dokumentasi respon
terhadap efek
27

analgesik dan efek


yang tidak diinginkan
10. Jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
11. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgestik, sesuai
indikasi
4 Tanda gejala mayor: Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
Data subjektif dehidrasi d.d selama 3x24 jam diharapkan (I.15506)
(tidak tersedia) suhu tubuh termoregulasi (L.14134) 1. Identifikasi penyebab
Data objektif meningkat membaik dengan kriteria hipertermia
1. Suhu tubuh (D.0130) hasil: 2. Monitor suhu tubuh
diatas nilai 1. Kulit merah menurun 3. Monitor komplikasi
normal 2. Kejang menurun akibat hipertermia
Tanda gejala minor 3. Pucat menurun 4. Sediakan lingkungan
Data subjektif 4. Suhu tubuh membaik yang dinggin
(tidak tersedia) 5. Suhu kulit membaik 5. Longgarkan atau
Data objektif 6. Tekanan darah lepaskan pakaian
1. Kulit merah membaik 6. Berikan cairan oral
2. Kejang 7. Lakukan pendinginan
3. Takikardi eksternal
4. Takipnea 8. Anjurkan tirah baring
5. Kulit terasa 9. Kolaborasi pemberian
hangat cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Regulasi temperatur
(I.14578)
1. Monitor suhu sampai
stabil (36,5-37,5o C)
2. Monitor suhu tubuh
anak tiap dua jam, jika
perlu
3. Monitor tekanan darah,
frekuensi pernafasan
dan nadi
4. Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang
adekuat
5. Hangatkan terlebih
dahulu bahan—bahan
yang akan kotak
dengan bayi
6. Hindari meletakkan
bayi didekat jendela
terbuka di area aliran
pendingin ruangan
atau kipas angin
7. Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
8. Jelaskan cara
pencegahan heat
exxhaustion dan heat
stroke
28

9. Kolaborasi pemberian
antipiteruk, jika perlu
5 Faktor risiko: Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
1. Perubahan integritas kulit selama 3x24 jam diharapkan (I.11353)
sirkulasi b.d kekurangan integritas kulit dan jaringan 1. identifikasi penyebab
2. Perubahan volume cairan (L.14125) meningkat dengan gangguan integritas
status nutrisi d.d kerusakan kriteria hasil: kulit
(kelebihan atau lapisan kulit 1. elastisitas meningkat 2. ubah posisi tiap 2 jam
kekurangan) (D.0129) 2. hidrasi meningkat jika tirah baring
3. Kekurangan/kel 3. kerusakan jaringan 3. bersihkan perineal
ebihan volume menurun dengan air hangat,
cairan 4. kerusakan lapisan kulit terutama selama
4. Faktor menurun periode diare
5. mekanisme 5. nyeri menurun 4. gunakan produk
(mis, 6. kemerahan menurun berbahan ringan/alami
penekanan, 7. suhu kulit membaik dan hipoalergik pada
gesekan) 8. tekstur membaik kulit sensitif
6. kelembaban 9. sensasi membaik 5. hindari produk
7. kurang terpapar berbahan dasar alkohol
informasi pada kulit kering
tentang upaya 6. anjurkan menggunakan
mempertahanka pelembab
n/melindungi 7. anjurkan minum
integritas kulit secukupnya
8. anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
9. anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
10. anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstream
11. anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
6 Tanda gejala mayor: Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (I.03119)
Data subjektif b.d kurangnya selama 3x24 jam diharapkan 1. identifikasi status
(tidak tersedia) asupan makanan status nutrisi (L.14125) nutrsi
Data objektif d.d berat badan membaik dengan kriteria 2. identifikasi alergi dan
1. berat badan menurun hasil: intoleansi makanan
menurun minimal 10% 1. posi makanan yang 3. identifikasi makanan
minimal 10% dibawah rentan dihabiskan meningkat yang disukai
dibawah rentan ideal (D.0019) 2. perasaan cepat 4. idenifikasi kebutuhan
ideal kenyang menurun kalori dan jenis nutrien
Tanda dan gejala 3. nyeri abdomen 5. identifikasi kebutuhan
minor menurun kalori dan jenis nutrien
Data subjektif 4. diare menurun 6. identifikasi perlunya
1. cepat kenyang 5. berat badan membaik penggunaan selang
setelah makan 6. indeks masa tubuh nasogastrik
2. kram/nyeri (IMT) membaik 7. monitor asupan
abdomen 7. frekuensi makan makanan
3. nafsu makan membaik 8. monitor berat badan
menurun 8. nafsu makan membaik 9. monitor hasil
Data objektif 9. bising usus membaik pemeriksaan
1. bising usus laboratorium
29

hiperaktif 10. lakukan oral hygiene


2. otot pengunyah sebelum makan, jika
lemah perlu
3. otot menelan 11. fasilitasi menentukan
lemah pedoman diet
4. membran 12. sajikan makanan
mukosa pucat secara menarik dan
5. sariawan suhu yang sesuai
6. serum albumin 13. berikan makanan
turun tinggi serat untuk
7. rambut rontok mencegah konstipasi
berlebihan 14. berikan makanan
8. diare tinggi kalori dan tinggi
protein
15. berikan suplemen
makan, jika perlu
16. hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
17. anjurkan posisi duduk,
jika mampu
18. ajarkan diet yang
diprogramkan
19. kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
20. kolaborasi dengan ahli
gizi untuk
menentukkan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika
perlu

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yaitu serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dalam masalah

status kesehatan. Status kesehatan yang dikelola secara baik

nantinya mengambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses

pelaksanaan implementasi harus berpusat pada kebutuhan klien,

faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan (Dinarti

& Mulyanti. 2017)


30

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan,

evalusi pada dasarnya membandingan status keadaan kesehatan

pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan.

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dilihat dari tindakan

keperawatan, tujuannya untuk mengetahui sejauh mana tujuan

perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap

asuhan keperawatan yang telah diberikan (Tarwoto & Wartonah,

2015).

Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan

dilakukan terhadap pasien. Pada tahap evaluasi dibagi menjadi 4

tahap yaitu SOAP atau SOAP(IER) (Suprajitno 2012):

a. S (Data Subyektif): Subyektif adalah keluhan pasiensaat ini

yang didapatkan dari melakukan anamnesa untuk

mendapatkan keluhan pasien saat ini, riwayat penyakit yang

lalu, riwayat penyakit keluarga.

b. O (Data Obyektif): Obyektif adalah hasil pemeriksaan fisik

termasuk pemeriksaan tanda-tanda vital, skala nyeri dan hasil

pemeriksaan penunjang pasien pada saat ini. Lakukan

pemeriksaan fisik dan kalau perlu pemeriksaan penunjang

terhadap pasien.

c. A (assessment): Penilaian keadaan adalah berisi diagnosis

kerja, diagnosis diferensial atau problem pasien, yang


31

didapatkan dari menggabungkan penilaian subyektif dan

obyektif. Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah

kebutuhan pasien telah terpenuhi atau tidak

d. P (planning): Rencana asuhan adalah berisi rencana untuk

menegakan diagnosis (pemeriksaan penunjang yang

akandilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti), rencana

terapi (tindakan, diet, obat-obat yang akan diberikan),

rencana monitoring (tindakan monitoring yang akan

dilakukan, misalnya pengukuran tensi, nadi, suhu,

pengukuran keseimbangan cairan, pengukuran skala nyeri)

dan rencana pendidikan (misalnya apa yang harus dilakukan,

makanan apa yang boleh dan tidak, bagaimana posisi)

2.3 Konsep Dasar Nutrisi dan Cairan

2.3.1 Konsep Dasar Cairan

1. Keseimbangan cairan dan elektrolit menurut kemenkes (2016).

a. Distribusi cairan tubuh

Cairan tubuh di distribusi dalam dua kompartemen, yaitu:

cairan ekstra sel (CES) yang terdiri dari cairan interstitial

(CI) yang merupakan cairan diantara sel, sekitar 15% berat

tubuh, dan cairan intra vaskuller (CIV) yang terdiri dari

plasma (cairan limfe) dan darah, menyusun 5% berat tubuh.

Sedangkan untuk cairan intra sel (CIS) merupak cairan dalam

membran sel yang membentuk 40% berat tubuh.


32

b. Komposisi cairan dalam tubuh

Elektrolit merupakan senyawa yang larut dalam air akan

pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik

berupa kation (positif) dan anion (negatif) elektrolit penting

untk fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam basa,

elektrolit diukur dalam mEq/L. Mineral merupakan senyawa

jaringan dan cairan tubuh, berfungsi dalam, mempertahankan

proses fisiologis, sebagai katalis dalam proses saraf kontraksi

otot dan metabolisme zat gizi, mengatur keseimbangan

elektrolit dan produksi hormor memperkuat struktur tulang

serta mengatur keseimbangan elektrolit dan produksi hormon

untuk menguatkan struktur tulang. Sel merupakan unit

fungsional dari jaringan tubuh contohnya seperti eritosit dan

leukosit.

c. Pergerakan cairan tubuh

1) Difusi

Difusi yaitu proses dimana partikel berpindah dari

daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi

rendah, sehingga distribusi partikel dalam cairan merata

atau melewati membran sel yang permeabel. Contoh:

gerakan oksigen dari alveoli paru ke darah kapiler

pulmoner.

2) Osmosis
33

Osmosis yaitu perpindahan pelarut melalui membran

semipermeabel dari larutan dengan zat pelarut (solut)

konsentrasi rendah ke larutan dengan solut konsentrasi

tinggi. Kecepatan osmosis bergantung pada konsentrasi

solut, suhu larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan

antara tekanan osmosis yang dikeluarkan larutan.

Tekanan osmotik merupakan tekanan dengan kekuatan

untuk menarik air dan tekanan ini bergantung pada

jumlah molekul di dalam larutan. Tekanan osmotik

dipengaruhi oleh protein, khususnya albumin yang

menghasilkan osmotik koloid atau tekanan onkotik.

Konsentrasi larutan (osmolalitas) diukur dalam osmol

yang mencerminkan jumlah substansi dalam larutan yang

berbentuk molekul, ion, atau keduanya. Larutan yang

osmolalitasnya sama dengan plasma darah disebut

isotonik, akan mencegah perpindahan cairan dan

elektrolit dari kompartemen intrasel. Hipotonik adalah

larutan yang memiliki konsentrasi solut lebih rendah dari

plasma, akan membuat air berpindah ke dalamsel.

Hipertonik adalah larutan yang memiliki konsentrasi

solut lebih tinggi dari plasma, akan membuat air keluar

dari sel

3) Filtrasi
34

proses gerakan air dan zat terlarut dari area

dengan tekanan hidrostatik tinggi ke area dengan

tekanan hidrostatik rendah. Tekanan hidrostatik adalah

tekanan yang dibuat oleh berat cairan. Filtrasi penting

dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler.

4) Transpor aktif

Transpor aktif memerlukan aktivitas metabolik dan

pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi

guna menembus membran sel dari daerah konsentrasi

rendah atau sama ke daerah konsentrasi sama atau lebih

besar. Contoh: pompa natrium kalium, natrium dipompa

keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke dalam sel.

d. Pengaturan cairan tubuh

1) Asupan cairan

Asupan cairan diatur melalui mekanisme rasa haus,

yang berpusat di hipotalamus. Air dapat diperoleh dari

asupan makanan (buah, sayuran, dan daging, serta

oksidasi bahan makanan selama proses pencernaan).

Sekitar 220 ml air diproduksi setiap hari selama

metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak

berlangsung.

2) Haluaran cairan
35

Cairan terutama dikeluarkan melalui ginjal dan

saluran gastrointestinal. Pada ginjal setiap menit

menerima sekitar 125 ml plasma untuk disaring dan

memproduksi urine. Jumlah urine yang diproduksi ginjal

dipengaruhi oleh hormon antideuretik (ADH) dan

aldosteron. Kehilangan air melalui kulit diatur oleh saraf

simpatis, yang mengaktifkan kelenjar keringat.

Tabel 2.3 rata-rata haluaran cairan setiap hari

Organ/Sistem Jumlah (ml)


Ginjal (urine) 40-80 ml/jam (960-1680 ml/24
jam)
Kulit: tidak kasap mata 6 ml/kg/24 jam (420 ml/24 jam)
(insensible water loss/ IWL)
Kasat mata: kering 1000 ml/ 24 jam
(sensible water loss / SWL)
Paru – paru (pernafasan) 400 ml/24 jam
Saluran pencernaan 100 ml/ 24 jam
Jumlah 2880-3600 ml/24 jam

3) Hormon

Hormon utama yang memengaruhi keseimbangan

cairan dan elektrolit adalah ADH dan aldosteron. ADH

menurunkan produksi urine dengan cara meningkatkan

reabsosrbsi air oleh tubulus ginjal dan air akan

dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi.

Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium,

menyebabkan tubulus ginjal mengekskresi kalium dan

mengabsorbsi natrium, akibatnya air akan direabsorbsi


36

dan dikembalikan ke volume darah. Glukokortikoid

memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit.

e. Pengaturan elektrolit

1) Kation

Kation utama,yaitu narium (Na+), kalium (K+),

kalsium (Ca²+), dan magnesium (Mg²+), terdapat di

dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Kerja ion ini

memengaruhi transmisi neurokimia dan neuromuskular,

yang memengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas

jantung, perasaan dan perilaku, fungsi saluran

pencernaan, dan proses lain.

Natrium merupakan kation yang paling banyak

jumlahnya dalam cairan ekstrasel. Nilai natrium serum

135-145 mEq/L. Natrium diatur oleh asupan garam,

aldosteron, dan haluaran urine. Kalium merupakan kation

intrasel utama, nilai kalium serum 3,5-5,3 mEq/L.

Kalium diatur oleh ginjal, dengan pertukaran ion

kalium dengan ion natrium di tubulus ginjal.Kalsium

banyak terdapat di dalam tubuh. Nilai kalsium serum 4-5

mEq/L. Kalsium diatur melalui kerja kelenjar paratiroid

dan tiroid. Magnesium merupakan kation terpenting

kedua di dalam cairan intrasel. Nilai magnesium serum


37

1,5-2,5 mEq/L. Magnesium terutama diekskresi melalui

mekanisme ginjal.

2) Anion

Anion utama adalah klorida (Clon bikarbonat

(HCOlam cairan intrasel. Nilai magnesium serum 1,5-2,5

mEq/L. Magnesium terutama diekskresi melalui

mekanisme ginjal. al.iran, elektrolit, dan asam

basa.Klorida ditemukan di dalam cairan ekstrasel dan

intrasel. Nilai klorida serum 100-106 mEq/L. Klorida

diatur melalui ginjal. Bikarbonat adalah bufer dasar kimia

yang utama di dalam tubuh, ditemukan dalam cairan

ekstrasel dan intrasel. Nilai bikarbonat arteri mEq/L, dan

bikarbonat vena 24-30 mEq/L, bikarbonat diatur oleh

ginjal. Fosfat merupakan anion bufer dalam cairan

intrasel dan ekstrasel. Nilai fosfat serum 2,5-4,5 mg/100

ml. Konsentrasi fosfat serum diatur oleh ginjal, hormon

paratiroid, dan vitamin D teraktivasi.

2. Keseimbangan asam basa

Keseimbangan asam basa tercapai jika kecepatan tubuh

memproduksi asam/basa sama dengan kecepatan tubuh

mengekskresikan asam/basa tersebut. Keseimbangan ini

menghasilkan stabilnya konsentrasi hidrogen di dalam cairan

tubuh, yang dinyatakan sebagai nilai pH. pH merupakan skala


38

untuk mengukur keasaman atau alkali (basa) suatu cairan. Nilai

pH arteri normal 7,35-7,45. Nilai pH 7 berarti netral, pH < 7

berarti asam dan pH > 7 berarti basa.

a. Pengaturan kimiawi

Ekskresi hidrogen dikendalikan oleh ginjal. Protein (albumin,

fibrinogen, dan protrombin) dan gama globulin dapat

melepaskan atau berikatan dengan hidrogen untuk

memperbaiki asidosis atau alkalosis.

b. Pengaturan biologis

Hidrogen memiliki muatan positif dan harus ditukar dengan

ion lain yang bermuatan positif, sering kali ion yang

digunakan adalah kalium. Karbondioksida berdifusi ke dalam

eritrosit dan membentuk asam karbonat, asam karbonat

membelah menjadi hidrogen dan bikarbonat, hidrogen terikat

pada hemoglobin.

c. Pengaturan fisiologis

1) Paru-paru

Hidrogen memiliki muatan positif dan harus ditukar

dengan ion lain yang bermuatan positif, sering kali ion

yang digunakan adalah kalium. Karbondioksida berdifusi

ke dalam eritrosit dan membentuk asam karbonat, asam

karbonat membelah menjadi hidrogen dan bikarbonat,

hidrogen terikat pada hemoglobin.


39

2) Ginjal

Ginjal mengabsorbsi bikarbonat jika terjadi kelebihan

asam dan mengekskresikannya jika terjadi kekurangan

asam. Ginjal menggunakan fosfat untuk membawa

hidrogen dengan mengekskresikan asam fosfat dan

membentuk asam basa. Ginjal mengubah amonia (NH3)

menjadi ammonium (NH4+) dengan mengikatnya pada

hidrogen.

2.3.2 Konsep dasar nutrisi

Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi adalah

proses tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang

penting untuk pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel

tubuh. Nutrient adalah zat organik dan anorganik dalam makanan

yang diperlukan tubuh agar dapat berfungsi untuk pertumbuhan dan

perkembangan, aktivitas, mencegah defisiensi, memeliharan

kesehatan dan mencegah penyakit, memelihara fungsi tubuh,

kesehatan jaringan, dan suhu tubuh, meningkatkan kesembuhan, dan

membentuk kekebalan. Energi yang didapat dari makanan diukur

dalam bentuk kalori (cal) atau kilokalori (kcal). Kalori adalah jumlah

panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 C dari 1 gr air.

Kilokalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan

suhu 1 C dari 1 kg air (Kemenkes, 2016).


40

2.3.3 Gangguan kebutuhan nutrisi dan cairan

1. Ketidak seimbangan cairan

a. Ketidakseimbangan isotonik

1) Kekurangan volume cairan

Kekurangan cairan,tetapi kadar elektrolit serum tidak

berubah, terjadi melalui gastrointestinal (muntah, diare),

perdarahan, pemberian obat diuretik, banyak keringat,

demam, dan penurunanasupan per oral.

2) Kelebihan volume cairan

Kelebihan cairan tanpa disertai perubahan elektrolit

serum, terjadi pada gagal jantung kongestif, gagal ginjal,

dan sirosis.

3) Sindrome ruang ketiga

Sindrome terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah ke

dalam suatu ruangan tubuh sehingga cairan tersebut

terperangkap di dalamnya. Obstruksi usus, luka bakar

dapat menyebabkan perpindahan cairan sebanyak 5-10

liter, keluar dari ruang ekstrasel.

b. Ketidakseimbangan osmolar

1) Hiperosmolar (dehidrasi)

Kehilangan cairan tanpa disertai kehilangan elektrolit

yang proporsional, terutama natrium. Misalnya,asupan

oral tidak cukup, lansia (penurunan cairan intrasel,


41

penurunan respons terhadap rasa haus, peningkatan

proporsi lemak tubuh), penurunan sekresi ADH (diabetes

insipidus), deuresis osmotik, pemberian formula/larutan

hipertonik, yang meningkatkan jumlah solut dan

konsentrasi darah.

2) Hipoosmolar (kelebihan cairan)Kelebihan cairan terjadi

ketika asupan cairan berlebihan, sekresi ADH berlebihan,

sehingga terjadi pengenceran cairan ekstrasel disertai

osmosis cairan ke sel dan menyebabkan edema.

2. Ketidakseimbangan elektrolit

a. Ketidakseimbangan natrium

Hiponatremia adalah konsentrasi natrium dalam darah lebih

rendah, terjadi saat kehilangan natrium atau kelebihan air.

Hiponatremia menyebabkan kolaps pembuluh darah dan

syok. Hipernatremia adalah konsentrasi natrium dalam darah

lebih tinggi, dapat disebabkan oleh kehilangan air yang

ekstrim atau kelebihan natrium.

b. Ketidakseimbangan kalium

Hipokalemia adalah kalium yang bersikulasi tidak adekuat,

dapat disebabkan oleh penggunaan diuretik. Hipokalemia

dapat menyebabkan aritmia jantung. Hiperkalemia adalah

jumlah kalium dalam darah lebih besar, disebabkan oleh

gagal ginjal.
42

c. Ketidakseimbangan kalsium

Hipokalsemia mencerminkan penurunan kadar kalsium

serum. Hiperkalsemia adalah peningkatan konsentrasi

kalsium serum.

d. Ketidakseimbangan magnesium

Hipomagnesemia terjadi ketika kadar konsentrasi serum

turun sampai di bawah 1,5 mEq/L, menyebabkan

peningkatan iritabilitas neuromuskular. Hipermagnesemia

terjadi ketika konsentrasi magnesium serum meningkat

sampai di atas 2,5 mEq/L, menyebabkan penurunan

eksitabilitas sel-sel otot.

e. Ketidakseimbangan klrorid

Hipokloremia terjadi jika kadar klorida serum turun sampai

di bawah 100 mEq/L, disebabkanoleh muntah atau drainage

nasogastrik/fistula, diuretik. Hiperkloremia terjadi jika kadar

serum meningkat sampai di atas 106 mEq/L.

3. Ketidakseimbangan asam basa

a. Asidosis respiratorik

Asidosis respiratorik ditandai dengan peningkatan

konsentrasi karbon dioksida (PaCO2), kelebihan asam

karbonat, dan peningkatan hidrogen (penurunan pH). Hal ini

disebabkan oleh hipoventilasi akibat gagal napas atau


43

overdosis obat, sehingga cairan serebrospinalis dan sel otak

menjadi asam, menyebabkan perubahan neurologis.

b. Alkalosis respiratorik

Alkalosis respiratorik ditandai dengan penurunan PaCO2 dan

penurunan konsentrasi hidrogen (peningkatan pH). Hal ini

disebabkan oleh penghembusan karbon dioksida berlebihan

pada waktu mengeluarkan napas atau oleh hiperventilasi,

akibat ansietas atau asma.

c. Asidosis metabolikAsidosis metabolik diakibatkan oleh

peningkatan konsentrasi hidrogen dalam cairan ekstrasel,

disebabkan oleh peningkatan kadar hidrogen atau penurunan

kadar bikarbonat.

d. Alkalosis metabolik

Alkalosis metabolik ditandai dengan kehilangan asam dari

tubuh atau meningkatnya kadar bikarbonat, disebabkan oleh

muntah, gangguan asam lambung, menelan natrium

bikarbonat (Kemenkes, 2016).

2.3.4 Faktor Yang Memepengaruhi Nutrisi dan Cairan

1. Usia

a. Bayi

Proporsi air dalam tubuh bayi lebih besar daripada proporsi

air dalam tubuh anak usia sekolah, remaja, atau dewasa.

Namun, bayi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami


44

kekurangan cairan atau hiperosmolar karena per kilogram

berat tubuhnya akan kehilangan air yang lebih besar secara

proporsional.

b. Anak-anak

Respons anak terhadap penyakit adalah demam yang dapat

meningkatkan kecepatan kehilangan air.

c. Remaja

Perubahan keseimbangan cairan remaja perempuan lebih

besar karena adanya perubahan hormonal yang berhubungan

dengan siklus menstruasi.

d. Lansia

Risiko lansia untuk mengalami ketidakseimbangan cairan

dan elektrolit mungkin berhubungan dengan penurunan

fungsi ginjal dan ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi

urine. Selain itu jumlah total air tubuh menurun seiring

dengan peningkatan usia, penggunaan diuretik atau laksatif.

2. Ukuran Tubuh

Lemak tidak mengandung air, karena itu orang gemuk

memiliki proporsi air tubuh lebih sedikit. Wanita memiliki lebih

banyak cadangan lemak di dalam payudara dan paha, sehingga

jumlah total air tubuh wanita lebih kecil.

3. Temperatur Lingkungan
45

Lingkungan yang panas menyebabkan berkeringat,

akibatnya tubuh kehilangancairan, sehingga kehilangan natrium

danklorida.

4. Gaya Hidup

a. Diit

Diit cairan, garam, kalium, kalsium, magnesium, karbohidrat,

lemak, dan protein, membantu tubuh mempertahankan status

cairan, elektrolit, dan asam basa. Intake nutrisi tidak adekuat

menyebabkan serum albumin menurun sehingga cairan

interstitiil tidak ke pembuluh darah, yang disebut udem.

b. Stres

Stres meningkatkan kadar aldosteron dan glukokortikoid,

sehingga menyebabkan retensi natrium dan garam. Selain itu,

peningkatan sekresi ADH akan menurunkan haluaran urine,

sehingga meningkatkan volume cairan.

c. Olah raga

Olah raga menyebabkan peningkatan kehilangan air melalui

keringat, dan mekanisme rasa haus membantu

mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan

meningkatkan asupan cairan.


46

2.4 Oral Reyhdration Salt

2.4.1 Pengertian ORS

Anti-diare diberikan untuk mengurangi peristaltik, spasme usus,

menahan iritasi, absorsi racun dan sering dikombinasi dengan

antimikroba. Diare yang menyerupai kolera mengakibatkan dehidrasi

ringan dan sering memerlukan infuse, karena pasien dapat meninggal

karena kekurangan cairan dan elektrolit. Bila disertai muntah, maka

cairan garam rehidrasi (oral rehydration salt = oralit ) banyak

menolong sebagai pertolonga pertama (wiffen, 2014).

Terapi oral rehydration atau yang sering disebut oralit

merupakan cairan elektrolit – glukosa yang sangat esensial salam

pencegahan dan rehidrasi penderita dengan dehidrasi ringan –

sedang. Pada dehidrasi ringan dan sedang, bila diare profus degan

pengeluaran air tinja yang hebat (>100ml/kg/hari) atau muntah hebat

(severe vomitting) dimana penderita tak dapat minum sama sekali,

atau kembung yang sangat hebat (violet meteorism) sehingga

rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan

rehidrasi maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral meskipun

sebenarnya rehidrasi parental dilakukan hanya untuk dehidrasi berat

dengan gangguan siklus (wiffen, 2014).

2.4.2 Tujuan Pemberian ORS dan Madu

Terapi rehidrasi yaitu menggantikan kehilangan air dan

elektrolit: terapi cairan rumatan yaitu menjaga kehiangan cairan


47

yang sedang berlangsung. Bahkan pada kondisi diare berat, air dan

garam diserap terus menerus melalui absorbsi aktif natrium yang

ditinggalkan oleh glukosa dalam usus halus. Larutan – aruta

pengganti oral akan efektif jika mengandung natrium, kalium,

glukosa dan air dalam jumlah yang seimbang, glukosa diperlukan

untuk meningkatkan absorbsi elektrolit (wiffen, 2014).

Pemberian ORS dan madu dapat dijadikan salah satu alternatif

dalam mengatasi diare. Kandungan dalam madu dapat menghambat

60 spesies bakteri, jaur, dan virus yang dapat digunakan pada

beberapa masalah gastrointestinal seperti diare (najati, 2013).

Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa oenggunaan madu

membantu dalam masalah gastrointestinal. Madu memiliki

kandungan dua molekul bioaktif utama yaitu flavonoid dan polifenol

yang bertindak sebagai antioksidan. Madu juga terdiri dari fruktosa

dan glukosa yng berfungsi sebagai agen prebiotik, terdiri dari asam

amino, vitamin, mineral, dan enzim (Elnady et al, 2013).

2.4.3 Prosedur Pemberian ORS dan madu

Langkah pertama pengobatan diare akut, seperti pada

gastroenteritis, ialah mencegah atau mengatasi kehilangan cairan

dan elektrolit secara berlebihan, terutama pada bayi dan lansia.

Dehidrasi adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan cairan,

penilaian derajat dehidrasi dibagi menjadi tiga: tidak ada dehidrasi


48

(terapi A), dengan dehidrasi ringan-sedang (terapi B), dehidrasi berat

(terapi C).

2.4 penilaian derajat dehidrasi penderita diare (Piomnas, 2013).

Umur < 1 tahun 1-4 tahun 5-12 tahun Dewasa


Tidak ada Setiap kali BAB beri larutan rehidrasi oral
dehidrasi
Terapi A 100 ml 200 ml 300 ml 400 ml
mencegah (0,5 gelas) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)
dehidrasi 3 jam pertama beri arutan rehidrasi oral
Dengan
dehidrasi
Terapi B 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml
mengatasi (1,5 gelas) (3 gelas) (6 gelas) (12 gelas)
dehidrasi Selanjutnya setiap BAB beri larutan dehidrasi oral
Mengatasi 100 ml 200 ml 300 ml 400 ml
dehidrasi (0,5 gelas) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)
Terapi C perlu segera dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan
dehidrasi berat penggantian cairan dan elektrolit.

Dosis madu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 10 ml

dalam 200 ml ORS. Menurut peneliti, dengan menambahkan madu

sebanyak 10 ml dalam larutan ORS secara teknis lebih mudah dan

memberikan rasa sedikit manis pada ORS yang diberikan sehingga

lebih mudah diterima karena dengan rasa-rasa manis yang dirasakan.

Campuran ORS dan madu ini diberikan setiap kali buang air besar,

dilakukan selama 3 hari (Andayani, 2020).

Madu yang dilarutkan dalam ORS akan mengalami peningkatan

osmolaritas, sehingga akan lebih mampu untuk menghambat

pertumbuhan patogen penyebab diare. Kandungan gula juga

mengalami peningkatan saat madu dilarutkan dalam ORS yang dapat

meningkatkan penyerapan natrium dan air dari usus (Andayani,

2020)
49

2.5 Kerangka Teori

Faktor infeksi Malabsorbsi Makanan

Kuman masuk & Tekanan osmotik Toksik tidak dapat


berkembang dalam usus meningkat diabsorbsi

Reaksi inflamasi Gangguan motilitas usus

Pergeseran cairan &


elektrolit ke rongga usus Hipermotilitas
Peningkatan sekeresi
cairan & elektrolit

Sekresi air & Nyeri akut


elektrolit
meningkat
Isi rongga usus meningkat

Hipertermi DIARE

Dehidrasi Defekasi sering Pengeluaran


substansi nutrien
Tubuh kehilangan cairan & bersama fases
Pengeluaran asam laktat
d elektrolit berlebihan
Hipoglikemi dan
Turgor kulit gangguan zat gizi
Iritasi kulit

Defisit volume cairan Malnutrisi energi dan


Gangguan integritas kulit protein
elektrolit

Hipovolemi Defisit nutrisi

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Nurarif, 2015)
50

2.6 Kerangka Konsep

Pemenuhan kebutuhan Oral Rehydration Solution


nutrisi dan cairan dan madu

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


51

BAB III

METODOLOGI KASUS

3.1. Rancangan Studi Kasus

Rancangan studi kasus merupakan sebuah metode atau rancangan

yang diterapkan untuk memahami individu, atau sebuah perkumpulan

lebih mendalam dengan dipraktikan secara integrative dan komprehensif

(Nursalam, 2016). Studi kasus yang akan di lakukan saat ini yaitu studi

untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien diare dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan.

3.2. Subyek Studi Kasus

Subjek studi kasus merupakan objek yang ditentukan melalui suatu

karakteristik tertentu yang akan dikategorikan ke datalm suatu objek

tersebut kemudian dipelajari dan ditarik kesimpulan yang dipandang

menjadi objek penelitian (Sugiyono, 2012). Subjek yang digunakan pada

studi kasus ini adalah satu orang dewasa yang menderita diare dengan

hipovolemia.

3.3. Fokus Studi

Fokus studi kasus merupakan pemusatan konsentrasi pada tujuan

dari penelitian yang dilakukan (Sugiyono, 2013). Fokus dalam studi kasus

ini adalah penanganan diare pada pasien dewasa dengan hipovollemia

dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan. Pada pasien, diakukan

terapi oral rehydration salt dan madu. Fokus studi kasus pada penelitian

ini adalah:
52

1. Pasien dengan usia dewasa hingga lansia, dari kedua jenis kelamin

2. Keluarga mampu berkomunikasi secara efektif

3. Pasien mengalami defekasi 3-4 kali dalam sehari, konsistensi fases

lembek atau cair

4. Pasien yang mengalami dehidrasi ringan hingga sedang

5. Pasien yang tidak mengaami alergi terhadap madu karena madu terdiri

dari fruktosa dan glukosa

6. Pasien dengan kemampuan kognitif normal dan bebas dari kecacataan

fisik yang parah

7. Menerima untuk berpartisipasi dalam penelitian ini

3.4. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan sebuah definisi dari sebuah

variabel atau objek yang akan diamati di lapangan (Rianto, 2019).

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga

akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian

(Setiadi, 2013).

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan adalah bentuk pelayanan

keprawatan yang diberikan kepada pasien diare dengan hipovolemi.

2. Diare adalah kondisi dimana pasien mengalami defekasi sehari 3-4

kali dalam sehari dengan konsistensi fases lembek bahkan cair. Diare

memerlukan penanganan yang khusu karena diare dapat menyebabkan

dehidrasi, syok hipovolemia dan bahkan kematian


53

3. Terapi oral reydration salt dan madu merupakan terapi yang

bermanfaat untuk mengurangi frekuensi diare serta penambahan madu

dalam larutan oral rehydration salt dapat meningkatkan imunitas

tubuh

3.5. Tempat dan Waktu

3.5.1. Tempat

Studi kasus ini akan dilakukan di ruang rawat inap RSUD Simo

Boyolali

3.5.2. Waktu

Studi kasus ini akan dilaksanakan pada tanggal 15 - 27 Februari

2021

3.6. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan tiga metode yaitu:

3.6.1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mencari informasi mengenai

klien secara langsung. Perawat melakukan wawancara dengan

keluarga klien dan kepada klien. Hasil wawancara berisi tentang

identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat

penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga (Yusuf, 2014).

3.6.2. Obsrvasi dan pemerikaan fisik

Observasi pada klien dilakukan secara meyeluruh terhadap

sistem tubuh klien dan pemeriksaan fisik dilakukan dari kepala,


54

leher, dada, abdomen, genetalia, rektum, dan ekstremitas klien

untuk memeriksa adanya perubahan (Hidayat, 2011).

3.6.3. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data yang dilakukan pada klien diambil dari

hasil pemeriksan diagnostik diantaranya yaitu hasil laboratorium.

3.7. Penyajian Data

Penyajian data merupakan suatu kegiatan dalam sebuah penelitian

yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan

tujuan yang diinginkan. Penyajian data dapat dilakukan dengan bagan,

gambar, tabel maupun tekstural atau narasi. Kerahasiaan dari pasien

dijamin dan dijaga dengan cara mengaburkan identitas pasien (Sugiyono,

2013). Penyajian data pada studi kasus ini disajikan secara narasi dalam

bentuk teks dan disertai dengan cuplikan ugkapan verbal dari subyek studi

kasus yang merupakan data pendukungnya.

3.8. Etika Studi Kasus

Etika studi kasus merupakan suatu masalah yang penting dalam

melakukan sebuah peneltian, mengingat dalam penelitian kepeawatan

berhubungan langsung dengan manusia, maka dari segi etika penelitian

harus di perhatikan masalah etika antara lain:

3.8.1. Informed Consent (Persetujuan Menjadi Pasien)

Saat pasien masuk kedalam ruang rawat inap dilkukan

pemberian informed consent pada keluarga klien dan keluarga

klien bersedia menandatangani informed consent.


55

3.8.2. Anonymity (Tanpa Nama)

Nama kliern disamarkan dengan inisial dan nomer rekam

medis juga sudah diganti dengan mengganti nomimal beberapa

digit terakhir dengan inisial xxxx untuk menjaga kerahasiaan

klien.

3.8.3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Informasi yang diberikan oleh klien dan juga keluarga

klien bersifat pribadi. Disini perawat memiliki prinsip bahwa

harus merahasiakan semua informasi yang di dapat tentang klien

dan tidak boleh menyebarluaskan informasi tersebut (Nursalam,

2016)
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL STUDI KASUS

Studi kasus ini dipilih 1 orang sebagai subjek studi kasus dengan kriteri

yang telah ditetapkan yakni pasien diare yang mempunyai masalah

pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan. Subyek studi kasus laki – laki

bernama Tn.S berusia 79 tahun, beragama islam, pendidikan terakhir SD,

alamat andong boyolali, pekerjaan pegawai swasta, nomer registrasi

2102xxxx dengan diagnosa medis vomitus frequent keluhan utama pasien

adalah buang air besar 10 kali dalam sehari diseratai mual dan muntah. Pasien

dibawa ke IGD RSUD Simo pada tanggal 21 februari 2021.

Pasien mengatakan pernah dirawat di RS Waras wiris dengan keluhan

yang sama. Kemudian dari IGD pasien dipindah ke ruang Cendrawasih,

pengkajian yang dilakukan diruang cendrawasih didapatkan hasil kesadaran

pasien composmentis, tekanan darah 126/79 mmHg, nadi 107x/menit dengan

tidak teratur dan lemah, RR 26x/menit, suhu 37oC, hasil dari balance cairan

pasien pada hari selasa, 23 februari 2021 didapatkan hasil -816 cc. Rabu, 24

februari 2021 mendapatkan balance cairan +84 cc. Kamis, 25 februari 2021

mendapatkan balance cairan +534 cc. Konsep diri pada pasien: citra diri

pasien, pasien mengatakan lemas dengan kondisi saat ini.

Dalam hal ini dilakukan pengkajian dengan 11 pola gordon : 1) pola

persepsi dan pemeliharaan kesehatan: pasien mengatakan bahwa sehat itu

penting dan saat sakit ini pasien selalu menjaga kesehatan dengan cara

56
57

mewajibkan untuk tidak terlambat makan dan tidak makan sembarangan.

2) pola nutrisi/metabolik : sebelum sakit pasien makan 3x sehari dengan

porsi 1 habis, selama sakit pasien hanya makan 1x sehari dengan 1 porsi tidak

habis. pola minum frekuensi sebelum sakit sehari 4-5 gelas perhari, selama

sakit hanya 1 gelas perhari. 3) pola eliminasi : sebelum sakit BAB sehari 1x

dalam sehari dengan konsistensi lunak berbentuk tanpa keluhan, selama sakit

sehari 10 kali dalam sehari dengan konsistensi lunak bahkan cair. 4) pola

aktivitas dan latihan : sebelum sakit semuanya mandiri sedangkan selama

sakit dibantu dengan orang lain. 5) pola istirahat dan tidur : sebelum sakit

jumlah tidur siang tidak ada tidur malam 6 - 7 jam dan perasaan setelah tidur

nyaman sedangkan selama sakit, jam tidur siang hari 1-3 jam untuk tidur

malam 4 – 6 jam dengan perasaan kuang nyaman karena sering terbangun dan

tidak familiar dengan lingkungan tempat tidur.

6) pola kognitif dan perseptual : sebelum sakit dan selama sakit pasien

tidak mempunyai gangguan kognitif perseptual. 7) pola persepsi konsep diri :

identitas diri, pasien mengatakan dapat mengenali dirinya sebagai seorang

ayah dari 4 orang anak dan seorang kakek dari cucunya. Gambaran diri/citra

tubuh : pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya dibantu oleh anaknya.

Ideal diri : pasien mengatakan ingin segera sembuh dan dapat pulang ke

rumah. Harga diri : pasien mengatakan merasa malu dengan keadaan ini

karena tidak dapat membantu kebutuhan keluarga. Peran diri : pasien

mengatakan semoga lekas sembuh dan dapat beraktifitas lagi. 8) pola

hubungan peran : sebelum sakit dan selama sakit tidak memiliki gangguan
58

hubungan peran. 9) pola seksualitas reproduksi : pasien mengatakan

hubungan degan istrinya masih harmonis 10) pola manajemen dan

mekanisme koping : sebelum sakit dan selama sakit tidak memiliki gangguan

manajemen dan mekanisme koping. 11) pola nilai dan keyakinan : selama

sakit pasien tetap menjalankan ibadah walaupun ditempat tidur.

Pemeriksaan Head to toe 1) keadaaan umum : kesadaran composmentis.

Tanda-tanda vital, tekanan darah : 126/79 mmHg, nadi frekuensi :

107x/menit, irama teratur, kekuatan lemah. Pernapasan frekuensi : 26x/menit

irama : teratur, suhu : 37o C. Pengkajian nyeri : P: pasien mengatakan nyeri

ringan karena timbul ketika ditekan, Q: pasien mengatakan seperti ditusuk-

tusuk, R: diarea abdomen kiri, S: skala 3, T: nyerinya hilang timbul 2) kepala

: bentuk kepala simetris, kulit kepala bersih tidak ada luka, muka simetris,

mata simetris, konjungtiva tidak anemis, hidung simetris tidak ada cuping

hidung terpasang oksigen nasal kanul 3 ltm, mukosa bibir kering, leher tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan Head to toe 3) dada : paru –

paru inspeksi : bentuk dada simetris. Palpasi : vocal fremitus. Perkusi :

terdengar suara sonor. Auskultasi : vasikuler. Jantung : inspeksi : tidak

tampak ictus cordis. Palpasi : IC teraba di ICS 5. Perkusi : suara pekak.

Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni.

Pemeriksaan Head to toe 4) abdomen : inspeksi : abdomen datar tidak ada

luka. Auskultasi: bising usus meningkat 30x/menit. Perkusi : timpani. Palpasi:

terdapat nyeri tekan. 5) pemeriksaan genetalia: terpasang kateter. 6)

pemeriksaan rektum: sedikit ada luka karena terlalu serinngnya defekasi 7)


59

pemeriksaan kulit: kulit tampak kering, tidak elastis, turgor kulit menurun

lebih dari 2 detik. 8) Pemeriksaan ekstremitas atas : kekuatan otot 5/5 ROM

ka/ki aktif dan normal, tidak ada perubahan bentuk tulang, perabaan akral

hangat, piting edema tidak ada. Ekstremitas bawah kekuatan otot 5/5, tidak

ada perubahan bentuk tulang, perabaan akral hangat dan tidak terdapat piting

edema. 9) Pemeriksaan penunjang laboratorium darah mendapatkan hasil

abnormal : hemoglobin 11.8 g/dl, eritrosit 3.85 106/uL, hematokrit 51.5 %,

monosit 11.9 %, SGOT 11.2 u/L, SGPT 62.6 u/L, creatinin 1.48 mg/dl.

4.2 GAMBARAN LOKASI PENGAMBILAN DATA

Studi kasus ini telah dilakukan di RSUD Simo Boyolali yang terletak yang

terletak di jalan kebon ijo Ds.Simo Kec.Simo Boyolali Jawa Tengah. Fasilitas

yang tersedia di RSUD Simo Boyolali adalah rumah sakit tipe D, yang

memiliki fasilitas rawat inap, rawat jalan, instalasi gawat darurat, ruang

rehabilitasi medik, kamar oprasi, ruang HCU, sanitasi lingkungan,

laboratorium, laboratorium gizi, dan radiologi.

Pengelolaan kasus ini penulis mengambil data di ruang cendrawasih

RSUD Simo Boyolali selama 2 minggu terhitung dari tanggal 15 februari –

27 februari 2021. Ruang cendrawasih diperuntukan untuk bangsal penyakit

dalam yang mana terdapat kasus diare.

4.3 PEMAPARAN FOKUS STUDI

4.3.1 PENGKAJIAN

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien diare, penulis telah

melakukan pengkajian dan didapatkan hasil data subyektif yaitu


60

pasien mengatakan pasien mengalami BAB 10x/hari, mual dan

muntah ketika makan, pasien mengatakan lemas, terdapat nyeri tekan

pada area abdomen kiri, keluarga mengatakan pasien minumnya

sedikit dan tidak mau makan. Kemudian dari data obyektifnya pasien

nadi 107x/menit, tekanan darah 126/79 mmHg, turgor kulit lebih dari

2 detik, membran mukosa kering, volume urine 500 ml/24 jam,

hematokrit meningkat, pasien tampak gelisah, pasien tampak sulit

tidur tampak lemas dan lesu.

4.3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarakan pengkajian yang dilakukan pada pasien diare, penulis

melakukan analisa data dan penegakan diagnosa. Didapatkan hasil

data subyektif : pasien mengatakan muntah ketika makan dan minum,

pasien mengatakan lemas. Data obyektif : nadi 107x/ menit, nadi

teraba lemah, tekanan darah 126/79 mmHg, turgor kulit menurun,

membran mukosa kering, volume urine menurun 500ml/ 24 jam,

hematokrit meningkat 51.5 %. Berdasarkan hasil analisa data dapat

ditegakkan diagnosa hivopolemia berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif dibuktikan dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba

lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit

menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit

meningkat (D.0023). Adapun diagnosa lainnya antara alain nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologi dan gangguan pola tidur

berhubungan dengan tidak familiar dengan peralatan tidur.


61

4.3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Setelah dilakukan tindakan keperrawatan selama 3x24 jam pasien

dengan keseimbangan cairan dapat meningkat dengan kriteria hasil:

keseimbangan cairan (L.05020) yaitu dehidrasi menurun, tekanan

darah membaik 120/80 mmHg, membran mukosa membaik, mata

cekung membaik, turgor kulit membaik. Intervensi keperawatan yang

dilakukan adalah standar intervensi keperawatan indonesia (SIKI)

meliputi terapi manajemen hipovolemi (I.03116) seperti:

a. Observasi

1) Periksa tanda dan gejala hipovolemi

2) Monitor intake output cairan

b. Terapeutik

1) Hitung kebutuan cairan

2) Berikan asupan cairan oral (ORS dan madu)

c. Edukasi

1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

d. Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis

2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis

4.3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Setelah menyusun intervensi keperawatan mengenai diagnosa

hipovolemi, dilakukan implementasi hari pertama pada tanggal 23

februari 2021 mulai pukul 10.00 WIB yaitu memeriksa tanda dan
62

gejala hipovolemi, menghitung kebutuhan cairan, memberikan terapi

oral rehydration salt dan madu, dan memberikan kolaborasi cairan iv

isotonis. Mengkaji kembali respons pasien terhadap pemberian ORS

dan madu yang telah diberikan kepada pasien. Terapi ORS dan madu

ini diberikan setiap kali pasien mengalami BAB, untuk takaran

pemberian terapi ORS dan madu ini sebanyak 200 ml untuk larutan

garam untuk dpenganti natrium serta kalium yang hilang dan

ditambahkan 5 ml madu untuk pengganti glukosa yang hilang, pada

hari pertama ini pasien mengalami diare sebanyak 10 kali untuk

pemberian ORS dan madu sebanyak 5 gelas dalam 1 shift dipagi hari

untuk siang dan malam dilanjutkan oleh keluarga. Penulis melakukan

pengkajian fisik awal pada pasien memeriksa tingkat dehidrasi dan

didapatkan turgor kulit kurang dari 2 detik, tekanan darah rendah

126/79 mmHg, mukosa bibir kering, mata cekung. Dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami dehidrasi ringan –

sedang.

Implementasi hari kedua pada tanggal 24 februari 2021 pukul

10.00 WIB yaitu memonitor intake output cairan, memberikan cairan

oral ( Oral Rehydration Salt dan madu) untuk takaran pemberian

terapi ORS dan madu ini sebanyak 200 ml untuk larutan garam untuk

penganti natrium serta kalium yang hilang dan ditambahkan 5 ml

madu untuk pengganti glukosa yang hilang, pada hari kedua pasien

mengalami diare sebanyak 6 kali dalam sehari untuk terapi ORS dan
63

madu diberikan sebanyak 3 gelas saat shift pagi dan 3 gelas ketika

siang-sore dilanjutkan oleh keluarga, mengkaji kembali respon pasien

terhadap efek dari pemberian ORS dan madu terhadap tingkat diare,

serta mempertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman

Implementasi hari ketiga pada tanggal 25 februari 2021 pukul

08.30 WIB yaitu menganjurkan memperbanyak asupan oral (ORS dan

madu) mengkolaborasikan pemberian cairan iv hipertonis,

mengajarkan keluarga teknik pemberian dan peracikan cairan oral

rehydartion salt dan madu agar terapi dapat diteruskan dirumah. Untuk

takaran pemberian terapi ORS dan madu ini sebanyak 200 ml untuk

larutan garam untuk penganti natrium serta kalium yang hilang dan

ditambahkan 5 ml madu untuk pengganti glukosa yang hilang, pada

hari ketiga ini pasien mengalami diare sebanyak 3 kali dalam sehari

untuk pemberian ORS dan madu sebanyak 2 gelas shift dipagi hari,

dan 1 gelas siang dan malam dilanjutkan oleh keluarga. Kemudian

penulis melakukan penelitian akhir dengan memerika kembali tanda –

tanda vital pasien dan didapatkan hasil dehidrasi menurun, tekanan

darah 130/80 mmHg, membran mukosa lembab, mata cekung

membaik, serta turgor kulit kembali dalam 2 detik. Dari hasil tersebut

dapat diambil keputusan tingkat dehidrasi pada pasien sudah menurun.

4.3.5 EVALUASI KEPERAWATAN

Pada evaluasi hari pertama 23 februari 2021, masalah hipovolemi

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif pada pasien belum


64

teratasi karena dari evaluasi didapatkan respon subyektif pasien yaitu

pasien mengatakan mual dan muntah ketika makan dan minum,

sedangkan untuk respon obyektif pasien nadi 107x/menit, nadi teraba

lemah, tekanan darah 126/79 mmHg, turgor kulit buruk (dehidrasi

sedang), membran mukosa kering, mata cekung. Dengan melanjutkan

intervensi monitor intake dan output cairan, memberikan cairan oral

(ORS dan madu)

Pada evaluasi hari kedua tanggal 24 februari 2021, masalah

hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif pada pasien

belum teratasi, dengan respon subyektif pasien yaitu pasien

mengatakan masih sedikit merasa mual dan mutah tetapi sudah

berkurang, dan respon obyektifnya pasien nadi 88x/menit, tekanan

darah 107/98 mmHg, turgor membaik, membran mukosa lembab,

mata cekung berkurang. Dengan melanjutkan intervensi

menganjurkan memperbanyak asupan oral, mengkolaborasi pemberian

cairan iv.

Pada evaluasi hari ketiga pada tanggal 25 februari 2021 masalah

hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif pada pasien

sudah teratasi, dengan didapatkan respon subyektif yaitu pasien

mengatakan mual muntah pasien sudah berkurang. Respon

obyektifnya pasien nadi 80x/menit, tekanan darah 130/0 mmHg,

turgor elastis, membran mukosa lembab, mata cekung berkurang,


65

maka didapakan hasil penurunan pada tingkat dehidrasi yang dialami

pasien.

4.4 PEMBAHASAN

Hasil studi kasus tentang keseimbangan cairan pada pasien diare diperoleh

hasil adanya penurunan tingkat dehidrasi anata sebelum dan sesudah

pemberian terapi pemberian oral rehydration salt dan madu. Setelah

pemberian terapi ORS dan madu mulai hari pertama sampai hari ketiga

tingkat dehidrasi yang dialami pasien mengalami penurunan, yang awalnya

tingkat dehidrasi sedang turun menjadi tanpa dehidrasi.

4.4.1 pengkajian

Pengkajian keperawatan tahap awal dari proses keperawatan

sistematis dalam pengumpulan data dari erbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian

yang lengkap, dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi klien

yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai respon

individu (Budiono, 2016)

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien diare yang mengalami

hipovolemia. Penulis telah melakukan pengkajian dan didapatkan

hasil data subyektif yaitu pasien Tn.S mengatakan muntah dan mual

ketika makan dan minum, pasien mengatakan lemas. Kemudian dari

data obyektifnya turgor kulit pasien tidak elastis, volume urine

menurun 500 ml/24 jam, hematokrit meningkat 51,5 %, membran


66

mukosa kering, nadi teraba lemah, nadi 107x/menit, tekanan darah

126/79 mmHg dengan kategori dehidrasi sedang.

Menurut PPNI (2016) Standar diagnosa keperawatan indonesia.

Definisi dan indikator diagnostik (SDKI) sesuai dengan karakteristik

hipovolemi (D.0023) yaitu data subjektif (tidak ada), dan data objektif

yaitu frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah

menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran

mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat.

Dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan

kenyataan yang terjafi pada tanda dan gejala diagnosisi keperawatan

hipovolemi yang dialami pasien diare dengan hipovolemi. Sering kali

dalam diare akut timbul berbagai penyulit, seperti dehidrasi dengan

segala akibatnya, gangguan keseimbangan elektrolit, peningkatan

volume cairan intravaskular (hipovolemi), dan gangguan

keseimbangan asam-basa. Penyulit tersebut akan mengakibatkan

pasien yang menderita diare meninggal (Dewi, dkk 2011).

4.4.2 diagnosa keperawatan

berdasarkan hasil pengkajian dan observasi penulis mengangkat

diagnosis hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

yang ditandai dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,

tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit

menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit

meningkat. (D.0023) sebagai fokus diagnosis. Diagnosis tersebut


67

termasuk dalam prioritas diagnosis yang pertama karena mengacu

pada teori Hierarki Maslow (2013) yang mengemukakan prioritas

pertama fisiologi (oksigenasi, cairan dan elektrolit, nutrisi, integritas

kulit dan penyembuhan luka, psikososial, penyakit terminal, dan

menjelang ajal), rasa aman dan nyaman, kasih sayang, penghargaan,

dan aktualisasi diri. Sehingga diagnosis diare dengan hipovolemi

termasuk kedalam kategori kebutuhan fisiologi dalam pemenuhan

kebutuhan cairan dan elektrolit.

Penulis mengangkat diagnosis hipovolemi berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif didukung dengan data subyektif yaitu pasien

Tn.S mengatakan muntah dan mual ketika makan dan minum, pasien

mengatakan lemas. Kemudian dari data obyektifnya turgor kulit

pasien tidak elastis, volume urine menurun 500 ml/24 jam, hematokrit

meningkat 51,5 %, membran mukosa kering, nadi teraba lemah, nadi

107x/menit, RR, tekanan darah 126/79 mmHg, termasuk kategori

dehidrasi sedang.

Dari data tersebut muncul masalah keperawatan hipovolemi

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Diagnosa yang muncul

pada pasien sesuai dengan batasan karakteristik hipovolemi (D.0023)

menurut standar diagnosis keperawatan indonesia (SDKI) 2018 yaitu:

frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,

tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa

kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat.


68

Pasien dengan diare yang akut dan tidak segera diobati, biasanya

meninggal bukan karena infeksi tetapi karena kehilangan cairan dan

elektolit yang sangat banyak (misalnya, sodium, potassium, kalium,

basa). Kehilangan cairan secara mendadak dan berleihan dapat

mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik yang cepat. Kehilangan

elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan

asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat meminta

pertolongan medis dapat mengakibatkan syok hipovolemik yang

terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi sehingga menimbulkan

komplikasi lain yakni Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang

selanjutnya terjadi gagal multi organ (Irianto Koes, 2014). Sehingga

untuk penanganan pertama pada pasien dengan diare akut dapat

diberikan terapi non farmakologi berupa terapi oral rehydration salt

dan madu.

4.4.3 intervensi keperawatan

Setelah pengakkan diagnosis hipovolemi berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif. Kemudian masuk dalam penyusunan

intervensi sesuai dengan teori yang telah disebutkan bahwa intervensi

keperawatan diusun dengan SLKI dan SIKI

Tindakan keperawatan dilakukan selama 3x24 jam diharapkan

hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dapat teratasi

dengan kriteria hasil SLKI yaitu keseimbangan cairan (L.05020) :

dehidrasi menurun, tekanan darah membaik 120/80 mmHg, denyut


69

nadi radial membaik, membran mukosa membaik, mata cekung

membaik, turgor kulit membaik, asupan cairan meningkat.

Setelah menentukan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan

berdsarkan SLKI, kemudian menyusun langkah-langkah tindakan

intervensi keperawatan berdasarkan SIKI yaitu manajemen

hipovolemi (I.03116) : periksa tanda geala hipovolemi, monitor intake

output cairan, hitung kebutuhan cairan, berikan asupan cairan oral

(terapi oral rehydration salt dan madu), anjurkan memperbanyak

asupan cairan oral, kolaborasi pemberian cairan IV isotonis, dan

kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis. Pemberian cairan oral

berupa ORS dan madu diberikan ketika pasien usai buang air besar.

Intervensi yang disusun telah disesuaikan dengan SIKI (Standar

Intervensi Keperawata Indonesia) dengan metode OTEK (Observasi,

Terapeutik, Edukasi, Kolaborasi) tujuan dan kriteria hasil disusun

berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dengan

memenuhi kriteria SMART (Spesific, Measurable, Achievable,

Reasonable, Time).

4.4.4 implementasi keperawatan

Pada fokus diagnosis keperawatan yaitu hipovolemi, penulis

melakukan tindakan untuk menurunkan dehidrasi pada tanggal 23-25

Februari 2021 dengan memonitor secara berkala untuk memastikan

dehidrasi menurun, tekanan darah membaik 120/80 mmHg, denyut

nadi radial membaik, membran mukosa membaik, mata cekung


70

membaik, turgor kulit membaik, asupan cairan meningkat. Intervensi

keperawatan yang berfokus pada pemberian terapi ORS dan madu,

sebelum tindakan dilakukan penulis melakukan pengukuran tingkat

dehidrasi dengan cara melihat tanda klinis untuk mengetahui tingkat

dehidrasi pasien, kemudian menjelaskan prosedur terapi ORS dan

madu yang akan dilakukan. Setelah terapi ORS dan madu dilakukan

perawat mengevaluasi tanda klinis pasien untuk mengetahui setlah

dilakukannya tindakan.

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari

rumah tangga dengan memberikan ORS osmolaritas rendah, dan bila

tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah

sayur,air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit

yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi

rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi

penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita

tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk

mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit

didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).

Pemberian ORS dan madu yang dilakukan oleh penulis

implementasi hari pertama pada tanggal 23 februari 2021 mulai pukul

10.00 WIB yaitu memeriksa tanda dan gejala hipovolemi, menghitung

kebutuhan cairan, memberikan terapi oral rehydration salt dan madu,

dan memberikan kolaborasi cairan iv isotonis. Mengkaji kembali


71

respons pasien terhadap pemberian ORS dan madu yang telah

diberikan kepada pasien. Terapi ORS dan madu ini diberikan setiap

kali pasien mengalami BAB, untuk takaran pemberian terapi ORS dan

madu ini sebanyak 200 ml untuk larutan garam untuk dpenganti

natrium serta kalium yang hilang dan ditambahkan 5 ml madu untuk

pengganti glukosa yang hilang, pada hari pertama ini pasien

mengalami diare sebanyak 10 kali untuk pemberian ORS dan madu

sebanyak 5 gelas dalam 1 shift dipagi hari untuk siang dan malam

dilanjutkan oleh keluarga. Penulis melakukan pengkajian fisik awal

pada pasien memeriksa tingkat dehidrasi dan didapatkan turgor kulit

kurang dari 2 detik, tekanan darah rendah 126/79 mmHg, mukosa

bibir kering, mata cekung. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa pasien mengalami dehidrasi ringan – sedang.

Implementasi hari kedua pada tanggal 24 februari 2021 pukul

10.00 WIB yaitu memonitor intake output cairan, memberikan cairan

oral ( Oral Rehydration Salt dan madu) untuk takaran pemberian

terapi ORS dan madu ini sebanyak 200 ml untuk larutan garam untuk

penganti natrium serta kalium yang hilang dan ditambahkan 5 ml

madu untuk pengganti glukosa yang hilang, pada hari kedua pasien

mengalami diare sebanyak 6 kali dalam sehari untuk terapi ORS dan

madu diberikan sebanyak 3 gelas saat shift pagi dan 3 gelas ketika

siang-sore dilanjutkan oleh keluarga, mengkaji kembali respon pasien


72

terhadap efek dari pemberian ORS dan madu terhadap tingkat diare,

serta mempertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman

Implementasi hari ketiga pada tanggal 25 februari 2021 pukul

08.30 WIB yaitu menganjurkan memperbanyak asupan oral (ORS dan

madu) mengkolaborasikan pemberian cairan iv hipertonis,

mengajarkan keluarga teknik pemberian dan peracikan cairan oral

rehydartion salt dan madu agar terapi dapat diteruskan dirumah. Untuk

takaran pemberian terapi ORS dan madu ini sebanyak 200 ml untuk

larutan garam untuk penganti natrium serta kalium yang hilang dan

ditambahkan 5 ml madu untuk pengganti glukosa yang hilang, pada

hari ketiga ini pasien mengalami diare sebanyak 3 kali dalam sehari

untuk pemberian ORS dan madu sebanyak 2 gelas shift dipagi hari,

dan 1 gelas siang dan malam dilanjutkan oleh keluarga. Kemudian

penulis melakukan penelitian akhir dengan memerika kembali tanda –

tanda vital pasien dan didapatkan hasil dehidrasi menurun, tekanan

darah 130/80 mmHg, membran mukosa lembab, mata cekung

membaik, serta turgor kulit kembali dalam 2 detik. Dari hasil tersebut

dapat diambil keputusan tingkat dehidrasi pada pasien sudah menurun.

Implementasi diatas sesuai dengan penelitian yang menyatakan

bahwa ORS dan madu merupakan salah satu terapi non farmakologi

atau komplementer untuk mengatasi diare dengan hipovolemi, ORS

dan madu dapat menjadi pertolongan pertama dan dapat mengurangi

resiko pasien mengalami dehidrasi dan syok hipovolemi. Kandungan


73

gula dalam madu juga mengalami peningkatan saat dilarutkan dalam

ORS yaitu berubah dari 75 mmol/L menjadi 109 mmol/L yang dapat

meningkatkan penyerapan natrium dan air dari usus, sehingga dapat

terjadi peningkatan konsistensi feses (Andayani, 2020).

Pada saat pengambilan kasus pasien yg diambil adalah pasien

lansia dengan usia 79 tahun dengan frekuensi buang air besar

sebanyak 10 kali dalam sehari dengan konsistensi lembek cenderung

cair. Carvajal, (2016) menjelaskan bahwa penggunaan osmolaritas

rendah dan oral rehydration salt, zink, dapat meningkatkan jumlah

cairan dan ini direkomendasikan untuk anak usia 1 sampai 5 tahun .

Hal tersebut menunjukan terjadi ketimpangan subjek pasien yang

digunakan antara dijurnal dan dilapangan.

Tindakan keperawatan dilakukan selama 3x24 jam dengan

pemberian ors dan madu dengan takaran 200ml larutan ORS dan 5ml

madu. Hasil tindakan didapatkan bahwa pemberian ORS dan madu

dapat menurunkan tingkat dehidrasi yaitu pasien mengatakan sudah

tidak haus dan balance cairan +534 cc. Endang, (2011) memaparkan

bahwa oral rehydration salt asalah pilihan utama untuk mengobati

cairan elektrolit tubuh. Sementara menurut hasil penelitian dari

departemen of biochemisty faculty of medicine university of malaya

dikuala lumpur, Madu efektif mengatasi diare dengan mekanisme dari

aktivitas antibakteri pada madu dapat menghambat pertumbuhan

bakteri dalam pencernaan, adanya senyawa radikal hydrogen


74

peroksida yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme patogen

penyebab diare. Hal terdebut menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan telah sesuai dengan jurnal dan terbukti efektif.

Fokus studi ini terapi ORS dan madu sangat berperan dalam

mengurangi diare dengan hipovolemi. Jika terapi ORS dan madu tidak

dilakukan, pasien dapat mengalami dehidrasi berat, gangguan

keseimbangan elektrolit, demam, kejang, asidosis metabolik, syok

hipovolemik bahkan kematian (Santosa,2011.

4.4.5 evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan sesuai dengan teori SOAP

(subjektif, objektif, assesment, dan planning) yang mana subjektif

adalah pernyataan dari pasien tentang perkembangan kesehatan

pasien, obektif adalah data yang dapat atau hasil dari pemberian

tindakan keperawatan pada masalah kesehatan pasien, assesment

merupakan kesimpulan dari tindakan keperawatan yang dilakukan,

planning merupakan rencana tindak lanjut untuk meningkatkan derajat

kesehatan pasien.

Evaluasi keperawatan pada diagnosa hipovolemi hari ke tiga

dilakukan tindakan pemberian ORS dan madu pada tanggal 25

februari 2021 pukul 13.00 WIB terhadap pasien, masalah teratsi

karena dari data evaluasi didapatkan respon subyektif yaitu pasien

mengatakan mual dan muntah sudah berkurang sudah mau makan

walaupu hanya sedikit. Respon obyektif yaitu nadi 80x/menit, nadi


75

teraba kuat, tekanan darah 130/80 mmHg, turgor kulit elastis, mata

tidak cekung. Penambahan madu dalam larutan ORS dapat

menurunkan frekuensi diare, mempercepat pemulihan, dan dapat

meningkatkan berat badan anak Hal ini juga sejalan dengan penelitain

lain yang menyatakan bahwa pemberian madu efektif terhadap

penurunan frekuensi diare dan memperpendek hari perawatan di

rumah sakit (Cholid & Santosa, 2011).

Dari data yang telah didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa

masalah diare dengan hipovolemi pada pasien sudah teratasi sesuai

dengan kriteria hasil yang ditetapkan penulis, maka penulis

menghentikan intervensi. Kriteria hasil pada tujuan keperawatan

tercapai dengan kriteria hasil: dehidrasi menurun, tekanan darah

membaik 120/80 mmHg, denyut nadi radial membaik, membran

mukosa membaik, mata cekung membaik, turgor kulit membaik,

asupan cairan meningkat menurut standar luaran keperawatan

indonesia (SLKI, 2018).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada tahap ini penulis menyimpulkan proses keperawatan dari pengkajian,

diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi tentang asuhan keperawatan

pada pasien diare dengan hipovolemia di ruang cendrawasih RSUD Simo

Boyolali.

5.1.1 Pengkajian

Hasil pengkajian didapatkan data bahwa Tn.S diare yang mengalami

hipovolemia. Data subyektif yaitu pasien Tn.S mengatakan muntah dan

mual ketika makan dan minum, pasien mengatakan lemas. Kemudian

dari data obyektifnya turgor kulit pasien tidak elastis, volume urine

menurun 500 ml/24 jam, hematokrit meningkat 51,5 %, membran

mukosa kering, nadi teraba lemah, nadi 107x/menit, tekanan darah

126/79 mmHg dengan kategori dehidrasi sedang.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Hasil dari pengkajian yang dilakukan maka diagnosis keperawatan

yang menjadi fokus utaa pada Tn.S yaitu hipovolemia (D.0023)

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan

frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,

76
77

tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa

kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat.

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dilakukan pada diagnosis keperawatan hipovolemi

pada Tn.S meliputi : manajemen hipovolemi (I.03116). Periksa tanda

geala hipovolemi, monitor intake output cairan, hitung kebutuhan

cairan, berikan asupan cairan oral (terapi oral rehydration salt dan

madu), anjurkan memperbanyak asupan cairan oral, kolaborasi

pemberian cairan IV isotonis, dan kolaborasi pemberian cairan IV

hipotonis. Fokus utama tindakan keperawatan yang penulis lakukan

adalah memberikan kolaborasi terapi oral rehydration salt dan madu.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Impelemtasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. S dengan

diagnosa medis vomitus frequent di ruang cendrawasih RSUD Simo

Boyolali telah sesuai dengan intervensi yang disusun oleh penulis.

Manajemen hipovolemi (I.03116) : ). Periksa tanda geala hipovolemi,

monitor intake output cairan, hitung kebutuhan cairan, berikan asupan

cairan oral (terapi oral rehydration salt dan madu), anjurkan

memperbanyak asupan cairan oral, kolaborasi pemberian cairan IV

isotonis, dan kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi dari diagnosis hipovolemi (D.0023) berhubungan

dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dibuktikan dengan


78

frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,

tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa

kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat. Didapatkan data

subjektif : Tn S mengatakan mual muntah sudah berkurang, nafsu

makan sudah meningkat, data objektif didapatkan hasil nadi

80x/menit, nadi teraba kuat, TD : 130/80 mmHg, turgor kulit elastis.

Assesment yang didapatkan adalah masalah hipovolemi. Planning

lanjutkan dengan menganjurkan pemerian terapi oral rehydration salt

dan madu.

5.2 Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan

diagnosis medis vomitus frequent penulis memberikan masukan dan usulan

yang positif di bidang kesehatan antara lain :

5.2.1 Bagi Institudi Pelayanan Kesehataan

Rumah Sakit Umum Daerah Simo Boyolali dapat memberikan

pelayanan hubungan kerjasama yang baik antara tim kesehatan

maupun pasien serta keluarga pasien. Memberikan saran dan

prasarana yang sudah ada secara optimal dalam memenuhi asuhan

keperawatan hipovolemi pada pasien diare.

5.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Diharapkan terus berkonstribusi dengan tim kesehatan lainnya

dalam memberikan asuhan keperawatan nonfarmakologis yaitu

dengan pemberian terapi oral rehydration salt dan madu bisa


79

diaplikasikan untuk tindakan alternatife untuk menurunkan tingkat

hipovolemi yang tinggi khususnya pada pasien diare. perawat

diharapkan dapat memberikan pelayanan professional dan

komprehensif.

5.2.3 Bagi Institusi Keperawatan

Meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang berkualitas dengan

mengupayakan aplikasi riset dalam setiap tindaakan yang dilakukan

sehingga mampu menghasilkan perawat yang professional, terampil

dan inovasif bermutu dalam memberikan asuhan keperawatan yang

komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan.

5.2.4 Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan klien tentang bagaimana menangani

masalah hipovolemi dengan tindakan yang baik sehingga masalah

teratasi dan kebutuhan klien terpenuhi.


DAFTAR PUSTAKA

Amih Huda, Nuraarif., & Hardhi, Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Medi

Action.

Andayani, nila. (2016). SOP Pembuatan Larutan Gula Garam UPT Puskesmas

Ciledug. Cirebon.

Ariani, P. (2016). Diare Pencegahan dan Pengobatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Budiono, Sumirah. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika.

Debby Daviani, Prawati, & Dani Nasirul, Haqi., (2019). Faktor Yang

Mempengaruhi Kejadian Diare Di Tambak Sari. Jurnal Promkes. Vol. 7 No.

1 pp.34-45.

Departemen Kesehatan RI. (2011). Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada

Balita, Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat

Jenderal pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Dharma Bayu, Arieza. (2017). Upaya Peningkatan Pengetahuan dan

Penanganan pada Anak Diare. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dian, A. (2015). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:

Salemba Medika.

Dinarti dan Mulyanti, Y. (2017). Dokumentasi Keperawatan (1st ed.).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

2016. Pengarang.
Dinkes Kabupaten Boyolali. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun

2019. Pengarang.

Dinkes Jateng. (2018). Profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun 2018.

Semarang: Pengarang.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. (2011).

Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta: Pengarang.

Djitowiyono., & Kristiyanasari. (2011). Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Dwienda., & Octa. (2014). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita Dan Anak

Prasekolah. Yogyakarta: Deepublish.

Eteraf-oskouei T, Najafi M., (2013). Traditional and modern use of natural honey

in human disease. Iran J Basic Med Sci. 16(6): 731-742.

Hidayat, A A.(2011). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2011). Buku ajar gastro-hepatologi. Jakarta:

IDAI.

Kartika sari, wijayaningsih. (2013). Asuhan keperawatan anak. Jakarta: Trans

Info Media.

Kementrian Kesehatan RI. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Pengarang

Kementrian Kesehatan RI. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta:

Pengarang

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu.

Jakarta: Pengarang
Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

66 Tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan dan

Gangguan Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Pengarang.

Kusbiantoro, D., (2015). Pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah

di TK ABA 1 Lamongan. Jurnal Surya 7.(1): 1-8

Marni. (2016). Asuhan keperawatan anak pada penyakit tropis. Semarang:

Erlangga

Nurmaningsih, Dwi., & Rokhaidah., (2019). Madu Sebagai Terapi Komplementer

untuk Anak dengan Diare Akut. Jakarta: Jurnal Kesehatan Holistic Vol. 3

No.1

Nursalam. (2011). Management Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2013). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional (3rd ed.). Jakarta: salemba medika.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Selemba

Medika.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.

Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika.

Putri, Andayani, Rifka., (2020). Madu Dengan Oral Rehydration Salts dan

Larutan Madu Efektif Terhadap Penurunan Frekuensi Diare dan Lama

Rawat Pada Anak. Padang: Jurnal Ilmu Kesehatan 4. (1): 57-64.

Rianto, Agus. (2019). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika.
Rianto,Koes. (2014). Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balanced

Nutrition in Reproductive Health). Bandung: ALFABETA.

Ridha., & Nabiel, H. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Saputra., (2015). Perbedaan Tumbuh Kembang Anak Toddler yang Diasuh Orang

Tua Dengan yang Dititipkan Di Tempat Penitipan Anak. JOM 2. (2): 49-52.

Sjamsuhidajat, De Jong . (2014). Buku ajar ilmu bedah masalah pertimbangan

klinis bedah dan metode pembedahan. Jakarta: EGC.

Soetjingsih., & Ranuh, G. (2013). Tumbuh kembang anak edisi 2. Jakarta: EGC.

Subagyo B., Santoso N.B. (2011). Diare Akut Pada Anak. Surakarta: Uns Presspp.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sweetser, S. (2012). Evaluating the Patient With Diarrhea A Case-Based

Approach. US National Library of Medicine National Institutes of Health.

87(6): 596–602.

Tarwoto., & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I Cetakan III. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi I Cetakan II. Jakarta : DPP

PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi I Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.

Titik lestari. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wahid Hidayah Yufita., (2018). Asuhan Keperawatan pada Diare Akut Dehidrasi

Sedang Fokus Studi Kekurangan Volume Cairan di RSUD Temanggung.

Semarang. Jurnal Ilmiah Kebidanan Vol. 4. (2): 139-142

Wasliah Indah, Syamdarniati., & Aristiawan Danul., (2020). Pemberian Edukasi

Kesehatan tentang Pencegahan Diare pada Anak di Posyandu Wilayah

Kerja Puskesmas Dasar Agung Kota Mataram NTB. Nusa Tenggara Barat:

Jurnal Abdimas Kesehatan Perintis Vol. 2 No.1

World Health Organization. (2017). Diarrhoeal Disease.

http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease.

Diakses pada 11 Januari 2021

Yusuf, A., Muri. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, &

Penelitian Gabungan. Jakarta : Prenadamedia Group.

Zein, Umar. (2011). Diare akut dewasa. Medan: USU Press.


LAMPIRAN
Lampiran 1: Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2: Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Vita Andriani

Tempat, tanggal lahir : Karanganyar, 11 Desember 1999

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat rumah : Klagen Rt 20 Rw 05 Jatisawit, Jatiyoso,


Karanganyar

Riwayat pendidikan : 1. SD N 01 Jatisawit

2. SMP N 01 Jatipuro

3. SMA N Jumapolo

Riwayat pekerjaan :

Riwayat organisasi :

1. Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai Mentri


Riset dan Teknologi Tahun 2018-2019

2. Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai


Koordinator Mentri Pendidikan Tahun 2019-2020

Publikasi :-
Lampiran 3: Lembar Konsultasi

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

Nama : Vita Andriani

NIM : P18171

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul : Asuhan Keperawatan pada Pasien Diare dalam


Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

No Hari/Tgl Materi Saran Pembimbing Nama &


TTD
Pembimbing
1. 20 November Konsul jurnal 1. ACC jurnal
2020 nasional nasional
2. Cari jurnal
internasional
2 25 november Konsul jurnal 1. Cari jurnal yang
2020 internasional lebih terbaru
2. revisi

3 26 november Konsul jurnal 1. Cari yang sesuai


2020 internasional dengan jurnal
nasional
2. Revisi
4 03 desember Konsul jurnal
2020 internasional 1. ACC
2. Analisi jurnal

5 15 desember Konsul analisi 1. Revisi


2020 jurnal 2. Belum sesuai
dengan analisis
yang dimaksud

6 21 desember Konsul analisi 1. ACC analisi


2020 jurnal jurnal
2. Menyusun BAB
I

7 26 Desember Konsul BAB I 1. Revisi


2020 2. Baca KTI kating

8 04 januari 2021 Konsul BAB I 1. Revisi


2. Memperbaiki
format BAB I
3. Harus sesuai
dengan buku
panduan
9 05 Januari 1. Konsul BAB I
2021 2. Perbaiki spasi
3. Baca buku
panduan KTI
10 11 Januari 1. Konsul BAB I
2021 2. Menyusun BAB
II & III

11 19 Januari 1. Konsul BAB II


2021 & III
2. Revisi definisi
setiap sub bab
harus lebih dari
satu sumber
agar tidak
terjadi
plagiatisme
12 21 Januari 1. ACC
2021 2. Membuat
lembar
konsultasi
3. Menuliskan
logbook
13 18 Maret 2021 1. Konsul askep
kelolaan
2. Perbaiki
mengenai
pengambilan
diagnosis
3. Penulisan kode
pada intervensi,
serta penulisan
evaluasi dalam
planning
4. Konsul
selanjutnya
dengan bab 4
dan 5
14 09 april 2021 1. Konsul bab 4

15 23 april 1. Konsul bab 4


2021 dan 5
2. ACC bab 4&5
3. Jurnal harus
yang benar-
benar
mendukung
maksimal 5
tahun terakhir
4. Sidang hasil
16 7 Mei 2021 1. Revisi Kti
post sidang
2. Revisi sesui
masukan
17 15 juni 2021 1. Revisi post
sidang sesui
masukan
2. ACC
Lampiran 4: Jurnal Utama
Lampiran 5: format asuhan keperawatan KMB

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn/ Ny… DENGAN DIAGNOSA MEDIS ……

Tgl/Jam MRS : ……………………………..


Tanggal/Jam Pengkajian : ……………………………..
Metode Pengkajian : ……………………………..
Diagnosa Medis : ……………………………..
No. Registrasi : ............................................

I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : ………………………………..
Alamat : ………………………………..
Umur : ………………………………..
Agama : ………………………………..
Status Perkawinan : ………………………………..
Pendidikan : ………………………………..
Pekerjaan : ………………………………..
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : ………………………………...
Umur : .................................................
Pendidikan : .................................................
Pekerjaan : …………………………………
Alamat : ………………………………...
Hubungan dg Klien : .............................................

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Keluhan Utama
……………………………………………………………………………
2. Riwayat Penyakit Sekarang
……………………………………………………………………………
3. Riwayat Penyakit Dahulu
……………………………………………………………………………
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
……………………………………………………………………………
Genogram:
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan:
......................................................................................................................

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
……………………………………………………………………………
2. Pola Nutrisi/ Metabolik
a. Pola Makan
Sebelum Sakit
 Frekuensi :................................................................................
 Jenis :...............................................................................
 Porsi :...............................................................................
 Keluhan :...............................................................................
Selama Sakit
 Frekuensi :..............................................................................
 Jenis :..............................................................................
 Porsi :..............................................................................
 Keluhan :..............................................................................
b. Pola Minum
Sebelum Sakit
 Frekuensi :................................................................................
 Jenis :...............................................................................
 Porsi :...............................................................................
 Keluhan :...............................................................................
Selama Sakit
 Frekuensi :..............................................................................
 Jenis :..............................................................................
 Porsi :..............................................................................
Keluhan :..............................................................................
3. Pola Eliminasi
a. BAB
1) Sebelum Sakit
 Frekuensi BAB :...................................................
 Konsistensi :....................................................
 Warna :....................................................
 Keluhan :....................................................
2) Selama Sakit
 Frekuensi BAB :....................................................
 Konsistensi : ....................................................
 Warna :....................................................
 Keluhan :....................................................
b. BAK
1) Sebelum Sakit
 Frekuensi BAB :...................................................
 Jumlah Urine :...................................................
 Warna :...................................................
 Keluhan :...................................................
2) Selama Sakit
 Frekuensi BAB :..................................................
 Jumlah urine : .................................................
 Warna :..................................................
 Keluhan :..................................................
Analisa Keseimbangan Cairan Selama Perawatan
Intake Output Analisa
- Minuman - Urine Intake :
………cc ………….cc ……………….cc
- Makanan - Feses Output: ………………
……….cc …………...cc cc
- IWL
…………..cc
Total Total Balance:
……….cc …………..cc ……………..cc

4. Pola Aktifitas dan Latihan (Sebelum dan Selama Sakit)


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas ditempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM
Ket:
0: Mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang
lain dan alat; 4: tergantung total

5. Pola Istirahat Tidur


a. Sebelum Sakit :...............................................................
b. Selama Sakit :...............................................................
6. Pola Kognitif – Perseptual
a. Sebelum Sakit :................................................................
b. Selama Sakit :................................................................
7. Pola Persepsi Konsep Diri
a. Sebelum Sakit :................................................................
b. Selama Sakit :................................................................
8. Pola Hubungan Peran
a. Sebelum Sakit :................................................................
b. Selama Sakit :................................................................
9. Pola Seksualitas Reproduksi
a. Sebelum Sakit :................................................................
b. Selama Sakit :...............................................................
10. Pola Mekanisme Koping
a. Sebelum Sakit :..............................................................
b. Selama Sakit :..............................................................
11. Pola Nilai dan Keyakinan
a. Sebelum Sakit :..............................................................
b. Selama Sakit :..............................................................

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan/Penampilan Umum
a. Kesadaran : ………………………………………………
b. Tanda-Tanda Vital
 Tekanan Darah : .............................................................
 Nadi
- Frekuensi : ..................................................................
- Irama : ...................................................................
- Kekuatan : ...................................................................
 Pernafasan
- Frekuensi : ...................................................................
- Irama : ...................................................................
 Suhu : …………………….
2. Kepala
 Bentuk Kepala : ...................................................................
 Kulit Kepala : ...................................................................
 Rambut : ...................................................................
3. Muka
a. Mata
 Palpebra : ...................................................................
 Konjungtiva : ...................................................................
 Sclera : ...................................................................
 Pupil : ...................................................................
 Diameter ki/ka : ...................................................................
 Reflek Terhadap Cahaya:...........................................................
 Penggunaan alat bantu penglihatan:................................................
b. Hidung : .............................................................................
c. Mulut : .............................................................................
d. Gigi : ……………………………………………………………..
e. Telinga :..............................................................................................
4. Leher :....................................................
5. Dada (Thorax)
 Paru-paru
Inspeksi : ………………………………..
Palpasi : ……………………………….
Perkusi : ………………………………..
Auskultasi: …………………………………
 Jantung
Inspeksi : …………………………………
Palpasi : …………………………………
Perkusi : ………………………………….
Auskultasi: ………………………………….
6. Abdomen
Inspeksi : …………………………………
Auskultasi : ....................................................
Perkusi : ....................................................
Palpasi : ....................................................
7. Genetalia : .....................................................
8. Rektum : .....................................................
9. Ekstremitas
a. Atas
 Kekuatan otot kanan dan kiri : .....................................................
 ROM kanan dan kiri : .....................................................
 Perubahan bentuk tulang : .....................................................
 Perabaan Akral : .....................................................
 Pitting edema : .....................................................
b. Bawah
 Kekuatan otot kanan dan kiri : .....................................................
 ROM kanan dan kiri : .....................................................
 Perubahan bentuk tulang : .....................................................
 Perabaan Akral : .....................................................
 Pitting edema : .....................................................

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Satuan Hasil Keterangan
Hasil

VI. TERAPI MEDIS


Hari/Tanggal Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi &
Kandungan Farmakologi
Cairan IV:

Obat Peroral:

Obat Parenteral:

Obat Topikal:
VII. ANALISA DATA
Nama : No. CM :
Umur : Diagnosa Medis:

No. Hari/Tanggal/ Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa Ttd


Jam Keperawatan
1. DS:
DO:
2. DS:
DO

VIII. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.
2.
3.
Dst...
IX. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : No. CM :
Umur : Diagnosa Medis:
NoDx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
1.
2.

X. TINDAKAN KEPERAWATAN/ IMPLEMENTASI


Nama : No. CM :
Umur : Diagnosa Medis:
Hari/Tgl No Dx Implementasi Respon Ttd
/Jam
1 S:
O:
2 S:
O:
XI. CATATAN KEPERAWATAN
Nama : No. CM :
Umur : Diagnosa Medis:
No Dx Hari/Tgl/Jam Evaluasi Ttd
1 S:
O:
A:
P
2 S:
O:
A:
P
Lampiran 6: Lembar SOP ORS Dan Madu

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBERIAN LARUTAN ORS DENGAN MADU

No. ASPEK ORIENTASI

A. Fase Orientasi

1. Memberi salam

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan dan prosedur

4. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

B. Fase Kerja

1. Mencuci tangan

2. Menjaga privasi

3. Periksa keadaan anak apakah mengalami dehidrasi ringan hingga sedang

atau bahkan tidak dehidrasi dengan cara memeriksa seperti: turgor kulit,

cekung mata, kesadaran anak.

4. Memberikan larutan ORS sebanyak 200ml yang sudah dicampur dengan

madu sebanyak 10ml diberikan setiap anak buang air besar

Cara membuat ORS dan madu

Alat dan bahan:

a. Gelas ukur

b. Gelas dan sendok

c. Garam ¼ sendok teh


d. Madu 10ml

e. Air 200ml

Cara membuat

a. Takar air menggunakan gelas ukur sebanyak 200ml kemudian

pindahkan ke dalam gelas

b. Masukkan ¼ sendok teh garam kedalam air 200 ml kemudian diaduk

c. Campurkan madu 10ml kedalam larutan air dan garam (madu

merupakan pengganti gula)

d. Kemudian berikan kepada anak yang diare

5. Lakukan evalusi setelah 1x24 jam

C. Fase Terminasi

1. Mengobservasi repon pasien

2. Observasi keadaan pasien setelah melakukan terapi

3. Dokumentasikan tindakan dan hasil observasi dalam catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai