Anda di halaman 1dari 102

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K dan Tn.

M YANG MENGALAMI
GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KELEBIHAN VOLUME
CAIRAN DI RUANG BOUGENVIL RSUD UNGARAN

DI SUSUN OLEH :

JULIA PAMUJI ASTUTI

NIM.P14085

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K dan Tn. M YANG MENGALAMI
GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KELEBIHAN VOLUME
CAIRAN DI RUANG BOUGENVIL RSUD UNGARAN

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

JULIA PAMUJI ASTUTI


NIM.P14085

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Julia PamujiAstuti

NIM : P14085

Program Studi : D3 Keperawatan

JudulKaryaTulis Ilmiah :AsuhanKeperawatanPadaTn. K dan Tn.M Yang

Mengalami GagalGinjalKronik dengan Kelebihan

Volume Cairan di ruang Bougenvil RSUD

Ungaran

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 25 April 2017


Yang Membuat Pernyataan

JULIA PAMUJI ASTUTI


NIM P14085

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K dan


Tn.M YANG MENGALAMI GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN
KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DI RUANG BOUGENVIL
RSUD UNGARAN

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar

Ahli Madya Keperawatn (Amd. Kep.)

Oleh :

JULIA PAMUJI ASTUTI


P14085

Surakarta, 8 Agustus 2017

Menyetujui,

Pembimbing

Fakhrudin Nasrul Sani S.Kep., Ns., M.Kep

201185071

iii
MOTTO
Keberhasilan akan diraih dengan belajar, jangan ingat lelahnya belajar tapi ingat
buah manisnya yang bisa dipetik kelak ketika kita sukses. Sukses adalah berani
bertindak dan punya prinsip, rahasia keberhasilan adalah kerja keras dan belajar
dari kegagalan

iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI

Telah Di Uji Pada Tanggal :


8 Agustus 2016

Dewan Penguji :

Ketua :

1. Joko Kismanto, S.Kep., Ns (…………………….)


NIK : 200670020

Anggota :
1.Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns., M.Kep (…………………….)
NIK. 201185071

v
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan Oleh :


Nama : Julia Pamuji Astuti
Nim : P14085
Program Studi : D3 Keperawatan

Judul : Asuhan Keperawatan pada Tn. K dan Tn.M yang


mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume
Cairan di Ruang Bougenvil RSUD Ungaran

Telah diajukan dan dipertahankan dihadapan


Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada Surakarta


Hari/ Tanggal : Selasa, 8 Agustus 2017

DEWAN PENGUJI

Ketua :
1. Joko Kismanto, S.Kep., Ns ( )
NIK : 200670020

Anggota :
2. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns., M.Kep ( )
NIK : 201185071

Mengetahui
Ketua Program Studi D3 Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta

Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK. 200981037

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. K dan Tn. M dengan
Diagnosa Gagal Ginjal Kronik di RSUD Ungaran”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat


bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:

1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah member kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta
2. Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
4. Fakhrudin Nasrul Sani S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing
sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan
serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Joko Kismanto, S.Kep., Ns selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orangtuaku, Bpk Suwito dan Ibu Maryati yang selalu menjadi inspirasi
dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

vii
8. Kedua saudaraku, Eko Hatmono dan Revo Aditama Febrian yang selalu
memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah.
9. Keluargaku yang ada di Wonogiri (Lek Mami, Mbah Ten, Ikhsan, Agung,
Mas No, Lek Tati, Intan, Nita, Bagus, Lisa dll) yang selalu memberikan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
10. Sahabatku (Nopia, Tari, Ragil, Novi, Arinda, Eka, Ningsih) yang selalu
menemani, membantu dan memberi semangat dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah.
11. Kekasihku Feri Arif Kurniawan yang telah sabar memberikan dukungan dan
semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
12. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu


keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 8 Agustus 2017

Julia Pamuji Astuti

viii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME…………………… ii
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………… iii
MOTTO………………………………………………………….. iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI………………. v
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………. vi
KATA PENGANTAR…………………………………………. vii
DAFTAR ISI……………………………………………………. ix
DAFTAR TABEL……………………………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………... 1
1.2. Batasan Masalah…………………………………..…….... 4
1.3. RumusanMasalah…………………………………………. 4
1.4. Tujuan…………………………………………………….. 5
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………. 5
1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………… 5
1.5. Manfaat…………………………………………………… ` 6
1.4.1 Teoritis……………………………………………… 6
1.4.2 Praktis………………………………………………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Penyakit GGK…………………………………… 8
2.1.1 Definisi……………………………………………….. 8
2.1.2 Etiologi………………………………………………... 8
2.1.3 Klasifikasi…………………………………………….. 9
2.1.4 Manifestasiklinis……………………………………… 10
2.1.5 Patofisiologi………………………………………...... 11
2.1.6 Pathway………………………………………………. 13
2.1.7 Komplikasi…………………………………................ 14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang………………………………. 17
2.1.9 Penatalaksanaan………………………………………. 19
2.2 Asuhan Keperawatan………………………………………. 20
2.2.1 Pengkajian……………………………………………. 20
2.2.2 Diagnosa Keperawatan………………………………. 24
2.2.3 Intervensi Keperawatan……………………………… 24

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian……………………………………………. 30
3.2 Batasan Masalah…...………………………………………… 30
3.3 Partisipan……………….…………………………………… 30
3.4 Lokasi dan waktu…………………………………………… 30
3.5 Pengumpulan Data…………………………………………. . 31
3.6 Uji Keabsahan Data…………………………………………. 32

ix
3.7 Analisa Data…………………………………………………. 32

BAB IV HASIL STUDI KASUS


4.1 Hasil…………………………………………………………… 34
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian……………………………. 34
4.1.2 Pengkajian ……………………………………………… 34
4.1.3 Diagnosa Keperawatan………………………………….. 45
4.1.4 Intervensi Keperawatan…………………………………. 46
4.1.5 Implementasi Keperawatan……………………………... 48
4.1.6 Evaluasi Keperawatan…………………………………... 51

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan ……………………………………………………. 54
5.1.1 Pengkajian……………………………………………….. 54
5.1.3 Diagnosa Keperawatan………………………………….. 56
5.1.4 Intervensi Keperawatan……………………..................... 57
5.1.5 Implementasi Keperawatan……………………………… 58
5.1.6 Evaluasi………………………………………………….. 61

BAB VI
6.1 Kesimpulan……………………………………………………. 64
6.1.1 Pengkajian………………………………………………. 64
6.1.2 Diagnosa Keperawatan…………………………………. 64
6.1.3 Intervensi Keperawatan……………………………….... 65
6.1.4 Implementasi Keperawatan…………………………….. 65
6.1.5 Evaluasi Keperawatan………………………………….. 65
6.2 Saran…………………………………………………………… 66

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman

1 Tabel 2.1 Klasifikasi Gagal ginjal kronik………………….. 9

xi
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jurnal

Lampiran 2. Lembar konsultasi

Lampiran 3. Lembar audiensi

Lampiran 4. Daftar Riwayat Hidup

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal kronik (GGK) atau End Renal Disease (ESRD) adalah

kerusakan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, dimana tubuh

tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara

keseimbangan cairan dan elektrolit yang mengakibatkan peningkatan

ureum atau azotemia (Smeltzer & Bare, 2010).

Gagal ginjal kronik merupakan penurunan fungsi yang progresif

selama beberapa bulan hingga bertahun-tahun yang ditandai berubahnya

bentuk serta fungsi dari ginjal normal secara bertahap (Joy, Kshirsagar &

Franceschini, 2008).

Chronic Kidney Disease (CKD)/gagal ginjal kronik masih menjadi

masalah besar di dunia, selain sulit disembuhkan, biaya perawatan dan

pengobatan sangat mahal. Secara global lebih dari 500 juta orang

mengalami gagal ginjal kronik (GGK) (Supriyadi, 2011).

Menurut WHO (2009), penyakit GGK menyambang 850.000

kematian per tahun, hal ini menunjukkan peringkat 12 tertinggi angka

kematian dan kecacatan (Andra, 2008). Prevalensi GGK di Amerika

Serikat dengan jumlah penderita meningkat setiap tahunnya. Prevalensi

pada tahun 2007 jumlah penderita GGK sekitar 80.000 orang, dan tahun

2010 meningkat menjadi 660.000 orang. Indonesia juga termasuk negara

dengan tingkat GGK yang cukup tinggi, tahun 2007 jumlah pasien GGK

mencapai 2.148 orang, kemudian tahun 2008 menjadi 2.260 orang (Alam

1
2

&Hadibroto, 2007). Prevalensi GGK berdasarkan diagnosis dokter di

Indonesia sebesar 0,2%. Sulawesi Utara menempati urutan ke 4 tertinggi

dari 33 provinsi dengan prevalensi 0,4% pada tahun 2013 (Riskedas,

2013).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2013), prevalensi

penyakit GGK pada umur ≥15 tahun menurut provinsi tahun 2013 ialah

antara 0,1% hingga 0,5%. Prevalensi GGK berdasar diagnosis dokter di

Jawa Tengah sebesar 0,3%, prevalensi tertinggi di Boyolali sebesar 1,6%.

Prevalensi penyakit GGK berdasarkan wawancara yang di diagnosis

dokter meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada

kelompok umur ≥75 tahun 0,6%. Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih

tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi lebih tinggi pada masyarakat

perkotaan 0,3%. Studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Ungaran

ditemukan bahwa kasus Gagal Ginjal Kronik pada bulan Januari 2010

sampai bulan Maret 2012 sebanyak 120 kasus (Dinkes Jateng, 2013).

Penderita GGK biasanya akan mengalami nyeri dada, mual,

muntah, sesak nafas, tekanan darah tinggi, gangguan elektrolit, gangguan

tidur, gatal-gatal, dan terjadi oedema. Selanjutnya, muncul masalah seperti

gangguan pada kardivaskuler, gangguan endokrin, gangguan

gastrointestinal, neurologis dan psikiatrik, dehidrasi, penyakit jantung dan

terjadi anemia (Suyono, 2008). Kerusakan fungsi ginjal yang tidak

tertangani dengan baik dapat menyebabkan kematian yang disebabkan

akumulasi toksin uremia yang beredar dalam darah.


3

Salah satu penatalaksanaan yang sering dilakukan di rumah sakit

untuk mengatasi masalah ganggaun elektrolit adalah dengan melakukan

program pembatasan intake cairan. Konsekuensi dari pembatasan intake

cairan ini adalah munculnya rasa haus pada pasien. Pembatasan intake

cairan juga akan menyebabkan xerostomia (mulut kering), sehingga pasien

akan minum banyak untuk mengurangi keluhannya tersebut

(Sulistyaningsih, 2011; Arfany, Armiyati & Kusuma, 2015).

Salah satu intervensi keperawatan yang terbukti efektif untuk

mengatasi gangguan elektrolit yaitu terapi mengulum es batu dan

berkumur air hangat. Terapi Es batu yang dikulum oleh pasien GGK akan

memberikan sensasi dingin di mulut, sehingga kondisi mulut yang dingin

akan membuat rasa haus berkurang (Arfany, Armiyati & Kusuma, 2015).

Terapi berkumur air hangat dapat digunakan untuk mengatasi rasa haus

pada pasien penderita Gagal Ginjal Kronik. Menurut Nirmaladewi,

Handajani & Tandelilin (2008) berkumur dapat melatih otot-otot yang ada

di rongga mulut, sehingga otot-otot di rongga mulut akan dapat bekerja

dengan baik. Pratama (2014) menambahkan, dengan adanya gerakan di

rongga mulut dapat merangsang adanya kontaraksi otot-otot bibir, lidah,

dan pipi. Kontraksi otot-otot tersebut akan merangsang kelenjar saliva

untuk mensekresikan produk saliva. Akumulasi saliva di mulut akan

menyebabkan rongga mulut tetap basah, sehingga menurunkan sensasi

haus yang muncul karena program pembatasan cairan pada pasien Gagal

Ginjal Kronik.
4

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Suryono

(2016), menunjukkan bahwa rata-rata rasa haus sebelum dan sesudah

mengulum es batu adalah 8,38 dan sesudah mengulum esbatu rata-rata rasa

haus menjadi 4,69, sehingga terjadi penurunan rasa haus sebesar 3.69

(44,03%). Rata-rata rasa haus sebelum berkumur air matang adalah 8 dan

sesudah berkumur air matang rasa haus menjadi 5,25, sehingga terjadi

penurunan rasa haus sebesar 2,75 (34,38%). Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Arfany,dkk (2015) menyebutkan bahwa

dengan mengulumes batu akan terjadi penurunan rasa haus pada pasien

GGK sebesar 56%. Penelitian yang dilakukan oleh Conchon & Fonseca

(2014), juga menyebutkan bahwa berkumur dengan air 10 ml dapat

mengurangi rasa haus, rata-rata rasa haus turun sebesar 29,55%

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa setiap

tahunnya angka kejadian Gagal Ginjal Kronik meningkat dan

menyebabkan kematian. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi kasus

dengan judul “Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Gagal

Ginjal Kronik di RSUD Ungaran”.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan di bahas pada studi kasus ini adalah

Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Gagal Ginjal Kronik

dengan Kelebihan Volume Cairan di RSUD Ungaran.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di RSUD Ungaran.


5

1.4 Tujuan

Tujuan pada studi kasus dengan judul Ásuhan Keperawatan pada

klien yang mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume

Cairan di RSUD Ungaran adalah sebagai berikut :

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn. K dan Tn. M yang

mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di

RSUD Ungaran.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian Keperawatan pada Tn. K dan Tn. M yang

mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di

RSUD Ungaran

2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada Tn. K dan Tn. M yang

mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di

RSUD Ungaran

3) Menyusun perencanaan keperawatan pada Tn. K dan Tn. M yang

mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di

RSUD Ungaran.

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. K dan Tn. M yang

mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di

RSUD Ungaran.

5) Melakukan evaluasi pada Tn. K dan Tn. M yang mengalami Gagal

Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di RSUD Ungaran


6

1.5 Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan studi kasus yang

berjudul “Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Gagal Ginjal

Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di RSUD Ungaran” adalah

sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dan pengetahuan sebagai peran perawat

dalam upaya pemberian Asuhan Keperawaan pada pasien yang mengalami

Gagal Ginjal Kronik.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi perawat

Mampu memberikan Asuhan keperawatan secara komprehensif kepada

klien yang mengalami Gagal Ginjal Kronik dan melatih berfikir kritis

dalam melakukan Asuhan Keperawatan.

2) Bagi Rumah sakit

Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

melakukan Asuhan keperawatan khususnya pada klien yang

mengalami Gagal Ginjal Kronik.

3) Bagi Institusi akademik

Sebagai wacana dan pengembangan ilmu keperawatan dimana yang

akan datang

4) Bagi pembaca

Sebagai sumber pembelajaran bagi pembaca


7

5) Bagi klien dan keluarga

Pasien dan keluarga diharapkan mengetahui tentang tanda dan gejala

serta pengobatan yang harus dilakukan pada penderita Gagal Ginjal

Kronik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Gagal Ginjal Kronis

2.1.1 Definsi

Chronic Kidney Disease (CKD)/gagal ginjal kronik adalah

kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta

keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal

yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit ke

dalam darah (Muttaqin, 2011).

Chronic Kidney Disease (CKD)/gagal ginjal kronik adalah

kerusakan ginjal progresif yang berakibat total dan ditandai dengan

uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam

darah) serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau

transplantasi ginjal (Nursalam, 2008).

Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk

mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan

elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan

manifestasi penumpukan sisa metabolit didalam darah (Muttaqin &

Sari, 2014).

2.1.2 Etiologi

Penyebab dari gagal ginjal kronis menurut Kusuma & Nurarif

(2012) yaitu :

1) Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis).

2) Penyakit peradangan glumerulonefritis.

8
9

3) Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri

renalis).

4) Gangguan jaringan penyambung (SLE Poliarterites nodusa,

sklerosi sistemik).

5) Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik,

asidosis tubulus ginjal).

6) Penyakit metabolik (DM, hiperparatiroidisme).

7) Netropati toksik. (misalnya penyalahgunaan analgesik).

8) Netropati obstruktif (batu saluran kemih).

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik menurut Mc Clellan, (2006)

didasarkan pada nilai laju filtrasi glomelurus.

Tabel 2.1 klasifikasi gagal ginjal kronik

Stage Description GFR


(ml/menit/1.73m2)
1 Kidney damage with normal or ≥90
increase of GFR
2 Kidney damage with mild decrease of 60 – 89
GFR
3 Moderate decrease of GFR 30 – 59
4 Savere decrease of GFR 15 – 29
5 Kidney failure < 15 (or dialysis)
10

2.1.4 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis menurut Sujono, (2010) adalah sebagai berikut :

1) Gangguan kardiovaskuler

Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi

perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan,

gangguan irama jantung dan edema.

2) Gangguan pulmoner

Nafas dangklal, batuk dengan sputum kental.

3) Gangguan gastrointestinal

Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan

metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran

gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau

ammonia.

4) Gangguan endokrin

Gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi menurun,

gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolik

glukosa, gangguan metabolik lemak dan vitamin D.

5) Gangguan muskuloskeletal

Resiles leg syndrom (pegal pada kakinya sehingga selalu

digerakkan), burning feet syndrom (rasa kesemutan dan

terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor, miopati (kelemahan

dan hipertropi otot-otot ekstremitas).


11

6) Gangguan integumen

Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning kuningan

akibat penimbunan unkrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis

dan rapuh.

7) Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa.

Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi

kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia,

hipomagnesemia, hipokalasemia.

8) System hematologi

Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi

eritopoetin, sehinggga rangsangan eritopoesis pada sum-sum

tulang berkurang, hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup

eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi

gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

2.1.5 Patofisiologi

Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronis menurut

Muttaqin (2011), yaitu dimulai fase awal gangguan, keseimbangan

cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat zat sisa masih

bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai

fungsi ginjal turun kurang dari 25 % normal, manifestasi klinis

gagal ginjal kronis mungkin minimal karena nefron-nefron sisa

yang sehat mengambil alih fungsi filtrasi, reabsorbsi dan

sekresinya, serta mengalami hipertafi.


12

Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati maka

yang tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga

nefron-nefron tersebut ikut rusak dan pada akhirnya mati.

Penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan

jaringan parut dan aliran darah ginjal akan berkurang. Pelepasan

rennin akan meningkatkan bersama dengan kelebihan beban cairan

sehingga menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan memperburuk

kondisi gagal ginjal dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi

protein protein plasma. Kondisi akan bertambah buruk dengan

semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai respon dari

kerusakan nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun

drastis dengan manifestasi penumpukan metabolik-metabolik yang

seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan terjadi

sindrom uremia berat yang memberikan banyak manifestasi pada

organ tubuh.
13

2.1.6 Pathway

Infeksi vaskuler, zat toksik, obstruksi saluran kemih

Zat tertimbun dari ginjal


Glomeruler Fibrilation Rate (GFR) menurun

Gagal ginjal kronik

Sekresi protein terganggu aliran darah ke ginjal menurun

Sindrom anemia retensi Na dan H2O meningkat

Gangguan keseimbangan asam basa Edema

Produksi asam meningkat


Gangguan
kelebihan volume
cairan
Asam lambung meningkat
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
keterbatasan kognitif
Mual, muntah anoreksia iritasi lambung

Gangguan nutrisi kurang Infeksi perdarahan


dari kebutuhan
Gastritis hematomisis
kelemahan fisik `
Mual, muntah melena

Intoleransi Anemia
Gangguan nutrisi
aktifitas kurang dari
kebutuhan Transpot O2
menurun

Gangguan harga
diri berhubungan
dengan
ketergantungan
perubahan peran

(Nanda, 2015, Muttaqin, 2011 : 167)


14

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi penyakit gagal ginjal menurut O’Callaghan, (2006) yaitu :

1) Hematologis

Anemia pada penyakit gagal ginjal kronis disebabkan oleh

produksi eritrpotein yang tidak adekuat oleh ginjal dan diobati

dengan pemberian eritropotein subkutan atau intravena. Hal ini

hanya bekerja bila kadar besi, folat, dan vitamin B12 adekuat dan

pasien dalam keadaan baik. Sangat jarang terjadi, antibodi dapat

terbentuk melawan eritropotein yang diberikan sehingga terjadi

anemia aplastik.

2) Dehidrasi

Hilangnya fungsi ginjal biasanya menyebabkan retensi natrium dan

air akibat hilangnya nefron. Beberapa pasien tetap

mempertahankan sebagian filtrasi namun kehilangan fungsi tubulus

sehingga mengekskresikan urin yang sangat encer yang dapat

menyebabkan dehidrasi.

3) Penyakit vaskular dan hipertensi

Penyakit vaskular merupakan penyebab utama kematian pada

penyakit gagal ginjal kronis. Pasien yang tidak menyandang

diabetes, hipertensi mungkin merupakan faktor resiko yang paling

penting. Sebagian besar hipertensi pada penyakit gagal ginjal

kronis disebabkan hipervolemia akibat retensi natrium dan air.

Keadaan ini biasanya tidak cukup parah untuk bisa menimbulkan

oedema, namun mungkin terdapat ritme jantung yang tripel.


15

Hipertensi seperti itu biasanya memberikan respon terhadap

restriksi natrium dan pengendalian volume tubuh melalui dialisis.

Jika fungsi ginjal memadai, pemberian furosemid dapat

bermanfaat.

4) Kulit

Gatal merupakan keluhan kulit yang paling sering terjadi. Keluhan

ini sering timbul pada hiperparatiroidisme sekunder atau tersier

serta dapat disebabkan oleh deposit kalsium fosfat pada jaringan.

Gatal dapat dikurangi dengan mengontrol kadar fosfat

menggunakan krim untuk mencegah kulit kering. Bekuan uremik

merupakan prespital kristal ureum pada kulit dan timbul hanya

pada ureum berat. Pigmentasi kulit dapat timbul dan anemia

menyebabkan pucat.

5) Gastrointestinal

Walaupun kadar gastrin meningkat, ulkus peptikum tidak lebih

sering terjadi pada pasien gagal ginjal kronik dibandingkan

populasi normal. Namun gejala mual muntah, anoreksia, dan dada

terbakar sering terjadi.Insidensi esofagitis serta angiodisplasia lebih

tinggi, keduanya dapat menyebabkan perdarahan.Insidensi

pankreatitis juga lebih tinggi. Gangguan pengecap dapat berkaitan

dengan bau napas yang menyerupai urin.

6) Endokrin

Pada pria, gagal ginjal kronik dapat menyebabkan libido, impotensi

dan penurunan jumlah mortilitas sperma. Pada wanita, sering


16

terjadi kehilangan libido, berkurangnya ovulasi dan infertilitas.

Siklus hormon pertumbuhan yang abnormal dapat turut

berkontribusi dalam menyebabkan retardasi pertumbuhan anak dan

kehilangan massa otot pada dewasa.

7) Neurologi dan psikiatrik

Gagal ginjal yang tidak diobati dapat menyebabkan kelelahan,

kehilangan kesadaran, dan bahkan koma. Sering kali dengan tanda

iritasi neurologis (mencakup tremor, asteriksis, agitasi,

meningismus, peningkatan tonus otot dengan mioklonus, klonus

pergelangan kaki, hiperefleksia, plantar ekstensor, dan paling berat

kejang). Aktivitas Na+/K+ ATPase terganggu pada uremia dan

terjadi perubahan yang tergantung hormon paratiroid (parathyroid

hormone atau PTH) pada transport kalsium membran yang dapat

berkontribusi dalam menyebabkan neurotransmisi yang abnormal.

Gangguan tidur sering terjadi.Kaki yang tidak biasa diam (restless

leg) atau kram otot dapat juga terjadi dan kadang merespon

terhadap pemberian kuinin sulfat. Gangguan psikiatrik seperti

depresi dan ansietas sering terjadi dan terdapat peningkatan resiko

bunuh diri.

8) Immunologi

Fungsi imonologis terganggu pada gagal ginjal kronik dan infeksi

sering terjadi. Uremia menekan fungsi sebagian besar sel imun dan

dialisis dapat megaktivitasi efektor imun, seperti komplemen

dengan tidak tepat.


17

9) Lipid

Hiperlipidiemia sering terjadi, terutama hipergliseridemia akibat

penurunan katabolisme trigliserida. Kadar lipid lebih tinggi pada

pasien yang menjalani dialisis peritoneal daripada pasien yang

menjalani hemodialisis, mungkin akibat hilangnya protein plasma

regulator seperti apolipopretein A-1 di sepanjang membram

peritoneal.

10) Penyakit jantung

Perikarditis dapat terjadi dan lebih besar kemungkinan terjadinya

jika kadar ureum atau fosfat tinggi atau terdapat

hiperparatiroidisme sekunder yang berat. Kelebihan cairan dan

hipertensi dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri atau

kardiomiopi dilatasi. Fistula dialisis arteriovena yang besar dapat

menggunakan proposi curah jantung dalam jumlah besar sehingga

mengurangi curah jantung yang dapat digunakan oleh bagian tubuh

yang tersisa.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Majid (2013), adalah sebagai

berikut :

1) Pemeriksaan urine : volume, warna, sendimen, berat jenis, kreatinin,

protein.
18

2) Pemeriksaan darah : BUN (Blood Ureum Natrium/kreatinin), hitung

darah lengkap, sel darah merah, natrium serum, kalium, magnesium

fosfat, Osmolalitas serum (pengukuran kemampuan larutan untuk

menciptakan tekanan osmotik dengan demikian mempengaruhi

gerakan air).

3) Pielografi intravena

a) Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.

b) Pielografi dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang

reversibel.

c) Arteriogram ginjal (mengkaji sirkulasi ginjal dan

mengidentifikasi ekstravaskuler massa).

d) Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengindentifikasi ekstravaskuler

massa.

4) Sistouretrogram berkemih

Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalaman, ureter,

retensi.

5) Biopsi ginjal

Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menemukan sel

jaringan untuk diagnosis histologi.

6) Endoskopi ginjal nefroskopi

Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal: keluar batu, hematuria

dan pengangkatan tumor efektif.


19

7) EKG (Elektro Kardiography)

Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan

asam baja, aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda tanda perikarditis.

2.1.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gagal ginjal kronik menurut Muttaqin (2011) sebagai

berikut :

1) Penatalaksanaan medis

a) Koreksi hiperkalemia

b) Koreksi anemia

c) Koreksi asidosis

d) Pengendalian hipertensi

e) Transplantasi ginjal

f) Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal

yang serius seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang.

2) Penatalaksanaan non medis

a) Hitung intake dan output.

b) Elektrolit yang perlu diperhatikan yaitu natrium dan kalium dapat

diberikan sampai 500 mg dalam waktu 24 jam.


20

2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

1) Identitas pasien

2) Keluhan utama

Pasien dengan gagal ginjal kronis mengeluh berupa urine

output yang menurun sampai tidak dapat buang air kecil,

gelisah sampai penurunan kesadaran, mual, muntah, anoreksia,

fatique, napas berbau (ureum), rasa lelah, diapforesia dan

pruritus.

3) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Pada pasien gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan

urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas

karena komplikasi dari gangguan sistem ventilasi, fatique dan

perubahan fisiologis kulit

b) Riwayat kesehatan dahulu

Gagal ginjal kronis dimulai dengan periode gagal ginjal akut

dengan berbagai penyebab (multikausa). Oleh karena itu

informasi penyakit terdahulu akan menegaskan untuk

penegasan masalah. Kaji riwayat infeksi saluran kemih (ISK),

penggunaan obat berlebihan (overdosis) khususnya obat yang

bersifat nefrotoksik, BPH (benign prostatic hyperplasia)

yang mampu mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu, ada

beberapa penyakit yang berlangsung mempengaruhi gagal


21

ginjal yaitu diabetes millitus, hipertensi, dan batu saluran

kemih.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Gagal ginjal bukan penyakit yang bersifat menular dan

menurun. Namun, pencetus sekunder seperti diabetes dan

hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit

gagal ginjal kronis, kaji pola kesehatan keluarga yang

diterapkan jika ada anggota keluarga yang sakit, misalnya

minum saat sakit.

4) Pola fungsi kesehatan

a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Meliputi persepsi pasien terhadap kesehatan dan

penyakitnya.Apa yang dilakukan pasien bila merasa sakit.

b) Pola nutrisi dan metabolisme

Meliputi makanan pasien dalam sehari-hari dan gangguan

sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit

(stress effect).Sering ditemukan anoreksia, vomit dan diare.

c) Pola aktivitas dan latihan

Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, akibat

kelemahan sehingga dapat menghambat aktivitas sehari-hari

termasuk pekerjaan harus dibatasi.


22

d) Pola eliminasi

Pada pola ini klien mengalami gangguan eliminasi dengan

penurunan urine output <400 ml/hari bahkan sampai pada

anuria (tidak adanya urine output).

e) Pola tidur dan istirahat

Pada pasien ini mengalami gangguan pola tidur yang di

akibatkan kondisi fatique pada pasien hemodialisis.

f) Pola sensori dan kognitif

Bagaimana dalam menghadapi penyakitnya, apakah dapat

mengerti cara penanggulangan pertama jika kambuh

penyakitnya atau tidak.

g) Pola persepsi dan konsep diri

Persepsi pasien tentang penyakitnya dan bagaimana konsep

diri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.

h) Pola hubungan dan peran

Dalam hal ini hubungan dan peran pasien terganggu karena

pasien mungkin merasa bahwa dirinya orang yang sakit-

sakitan.

i) Pola reproduksi dan seksual

Mengalami gangguan penurunan libido yang diakibatkan

terjadinya impotensi pada pria. Pada wanita, dapat terjadi

hiperprokaltinemia.
23

j) Pola penanggulangan stress

Bagaimana pasien menghadapi masalah yang membebaninya

sekarang, cara penanggulangannya pasien akan lebih

mengurung diri dan lebih banyak diam diri.

k) Pola tatalaksana nilai dan kepercayaan

Dalam pola ini kadang ada yang mempercayakan diri pada

hal – hal yang ghaib.

5) Pemeriksaan fisik

a)Keadaan umum

Mengkaji kesadaran, TTV dan tingkat kelemahan.

b) Sistem hematologi

Ditemukan adanya friction rub pada kondisi urinemia berat,

biasanya terjadi HD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik,

palpasi jantung, chest pain, dyspnea, gangguan irama jantung

dan gangguan sirkulasi lainnya. Selain itu, pada fisiologis

darah sendiri sering ada gangguan anemia karena penurunan

eritropotein.

c) Sistem neuromuskuler

Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami

hiperkarbik dan sirkulasi serebral terganggu. Oleh karena itu,

penurunan kognitif dan terjadinya disorientasi akan dialami

pasien gagal ginjal kronik.


24

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi.

2) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan

membram mukosa mulut

3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhuungan

dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan / mengingat, salah

interpretasi informasi

4) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan perubahan

peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi gagal ginjal kronik menurut Doenges, 2008) adalah :

1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi.

Tujuan : volume cairan adekuat

Intervensi :

a) pantau tekanan darah, nadi, irama jantung, suhu dan suara nafas

setidaknya setiap 4 jam.

Rasional : perubahan parameter dapat mengindikasikan perubahan

status cairan atau elektrolit.


25

b) Pantau asupan, keluaran dan berat jenis urine secara cermat

setidaknya setiap 4 jam.

Rasional : asupan yang melebihi keluaran dan peningkatan berat

jenis urine dapat mengindikasikan retensi atau kelebihan beban

cairan.

c) pantau kretinin, kadar elektrolit, kadar hemoglobin dan hematokrit.

Rasional : . kreatinin mengindikasikan fungsi ginjal, kadar elektrolit,

hemoglopbin dan hematokrit membantu mengidentifikasikan status

cairan.

d) berikan cairan sesuai intruksi, pantau kecepatan aliran IV (intra vena)

secara cermat.

Rasional : kelebihan cairan IV dapat memperburuk kondisi pasien

2) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan

membram mukosa mulut

Tujuan : menunjukan berat badan stabil atau peningkatan mencapai

tujuan dalam nilai laboratorium normal dan tak ada tanda malnutritisi,

nutrisi adekuat.

Intervensi :

a) Awasi konsumsi makanan atau cairan dan hitung masukan kalori

perhari

Rasional : mengidentifikasi kekurangan nutrisi / kebutuhan terapi.


26

b) Kaji adanya mual muntah

Resional : gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang

dapat mengubah / menurunkan pemasukan dan memerlukan

intervensi.

c) Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium di

antara waktu makan

Rasional : mengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan

menyediakan kalori untuk energi, membagi protein untuk

pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.

d) Timbang berat badan harian

Rasional : untuk memantau status cairan dan nutritisi

e) Jelaskan pembatasan diet dan hubunganya dengan penyakit gagal

ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin.

Rasional : meningkatakan pemahaman pasien tentang hubungan

antara diet, urea, kadar kreatinin dengan penyakit renal.

f) Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional : berguna untuk program diet individu untuk memenuhi

kebutuhan poal hidup, meningkatkan kerja sama pasien.

3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan

dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan / mengingat, salah

interpretasi informasi

Tujuan : meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan

yang bersangkutan.
27

Intervensi :

a) Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal, konsekuensinya,

dan penanganannya.

Rasional : merupakan intruksi dasar untuk penjelasan dan

penyuluhan lebih lanjut.

b) Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan

tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar.

Rasional : pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penanganan

setelah mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosisi dan

konsep konsekuensinya.

c) Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami

berbagai perunbahan akibat penanganan yang mempengaruhi

hidupya.

Rasional : pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus

berubah akibat penyakit.

4) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan perubahan

peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual

Tujuan : memperbaiki konsep diri

Intervensi :

a) Kaji respons dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan

penanganannya.

Rasional : menyediakan data dan tentang masalah pada pasien dan

keluarga dala menghadapi perubahan dalam hidup.


28

b) Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga terdekat.

Rasional : penguatan dan dukungan terhadap pasien diindentifikasi.

c) Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat

penyakit dan penanganan

Rasional : pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah-

langkah yang diperlukan untuk menghadapinya.

d) Diskusikan peran memberi dan menerima cinta, kehangatan, dan

kemesraan.

Rasional : seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagintiap

individu, tergantung pada tahap maturitasnya.

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi

produk sampah dan prosedur dialisis

Tujuan : berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi

Intervensi :

a) Kaji faktor yang menimbulkan keletihan

Rasional : menyediakan informasi tentag indikasi keletihan.

b) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat

ditoleransi ; bantu jika keletihan terjadi.

Rasional : meningkatkan aktivitas ringan / sedang dan memperbaiki

harga diri.

c) Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat

Rasional : mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang

dapat ditoleransi dan istirhatbyang adekuat.


29

d) Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis.

Rasional : istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis, yang

bagi banyak pasien sangat melelahkan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Studi kasus ini adalah untuk mengeksplorasikan masalah Asuhan

keperawatan pada klien yang mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan

Kelebihan Volume Cairan di RSUD Ungaran.

3.2 Batasan Masalah

Batasan istilah pada Asuhan keperawatan pasien yang mengalami

gagal ginjal kronik di RSUD Ungaran, maka penulisan hanya menjabarkan

konsep gagal ginjal kronik beserta Asuhan keperawatan mulai dari

pengkajian sampai dengan evaluasi yang disusun secara naratif.

3.3 Partisipan

Partisipan dalam studi kasus ini adalah Tn.K dan Tn.M yang

mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di

RSUD Ungaran.

3.4 Lokasi dan Waktu

Lokasi dan waktu merupakan tempat atau lokasi kasus yang akan

dilakukan studi kasus (Notoadmojo, 2012). Studi kasus ini akan

dilaksanakan di RSUD Ungaran pada tanggal 22 Mei – 3 Juni 2017.

30
31

3.5 Pengumpulan Data

3.5.1 Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai langsung responden yang diteliti, sehingga metode ini

memberikan hasil secara langsung. Hal ini digunakan untuk hal-hal

dari responden secara lebih mendalam. Kasus ini wawancara

dilakukan pada pasien, keluarga, tenaga kesehatan, dan rekam medik.

3.5.2 Observasi dan Pemeriksaan fisik

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan secara langsungb kepada responden penelitian untuk

mencari perubahan hal-hal yang akan diteliti. Metode instrumen yang

dapat digunakan, antara lainlembar observasi, panduan pengamatan

observasi atau lembar checklist (Hidayat, 2014). (observasi disini

adalah keadaan umum pasien, TTV, kulit pasien, keseimbangan

cairan, dan urine).

3.5.3 Studi dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan

caramengambil data yang berasal daridokumentasi asli, dokumentasi

asli tersebut dapat berupa gambar, tabel, dan daftar pustaka.

Dokumentasi kasus ini tentang pasien yang mengalami gagal ginjal

kronik di RSUD Ungaran.

3.5.4 Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah kegiatan peneliti dalam rangka mencari

landasan teoritis dari permasalahan peneliti. Pada kasus ini diperoleh


32

dari buku-buku yang membahas tentang penyakit gagal ginjal kronik

dari tahun 2007 – 2017.

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/

informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas

tinggi. Uji keabsahan mempunyai fungsi yaitu melaksanakan pemeriksaan

sedemikianrupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat terpercaya

dan memperlihatkan derajad kepercayaan hasil – hasil penemuan dengan

jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang di teliti

(Prastowo, 2011)

Uji keabsahan data dilakukan dengan : 1) memperpanjang waktu

pengamatan, 2) sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari

sumber data utama yaitu pasien, perawat, dan keluarga pasien yang

berkaitan dengan masalah yang di teliti yaitu pada pasien yang mebgalami

gagal ginjal kronik di RSUD Ungaran.

3.7 Analisa Data

Analisa di lakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan

cara mengemukakan fakta, selanjutnya dituangkan dalam opini

pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan

jawaban – jawaban yang di peroleh dari hasil interpretasi wawancara yang

mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik


33

analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan

dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan analisis adalah :

3.7.1 Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam

bentuk transkrip (catatan terstruktur).

3.7.2 Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi

data subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3.7.3 Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teks naratif. Kerahasiaan dari pasien di jamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari pasien.

3.7.4 Kesimpulan

Dari data yang di sajikan kemudian data di bahas dan di bandingkan

dengan hasil – hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi.

Data yang di kumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,

perencanaan, tindakan, dan evaluasi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan data

Pengambilan data (studi kasus) ini dilakukan di RSUD Ungaran di


Ruang Bugenvil pada Tn.K dan Tn.M dengan diagnosa medis Gagal Ginjal
Kronik.

4.1.2 Pengkajian

1. Identitas Klien
Identitas Klien Klien 1 Klien 2
Nama Tn. K Tn. M
Umur 60 tahun 47 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Karyawan swasta Wiraswasta
Status perkawinan Kawin Kawin
No RM 2284xx 5151xx
Dx Medis Gagal Ginjal Kronik Gagal Ginjal Kronik
Tanggal pengkajian 22 Mei 2017 25 Mei 2017
Tanggal masuk rumah sakit 20 Mei 2017 23 Mei 2017

2. Riwayat penyakit
Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2
Keluhan utama Klien mengatakan lemas dan Klien mengatakan nyeri
sesak nafas pinggang belakang ± 1
minggu
Riwayat penyakit Klien masuk rumah sakit Klien datang ke IGD
sekarang melalui IGD pada tanggal 20 RSUD Ungaran pada
mei 2017 dengan keluhan sesak tanggal 23 Mei 2017
nafas, badan terasa lemah, pukul 15.55 dengan
pinggang terasa nyeri ±5 hari keluhan nyeri pinggang
yang lalu, nyeri terasa saat belakang ± 1
duduk lama,skala nyeri 4,nyeri minggu,nyeri saat duduk
terasa sewaktu-waktu. BAK lama, skala nyeri 5, nyeri
sedikit dan terasa nyeri, sewaktu-waktu, BAK
terdapat edema pada keluar sedikit-sedikit, dan
ekstremitas bawah. Pasien terdapat edema pada
mendapatkan terapi infuse RL ekstremitas bawah pasien.
20 tpm, dan terapi oksigen Di dapatkan hasil TTV
3ltr/mnt. pasien :
Di dapatkan hasil pemeriksaan TD : 150/60 mmHg
tanda-tanda vital pasien : Nadi : 88x/mnt
TD : 130/70 mmHg RR : 22x/mnt
Nadi : 90x/menit Suhu : 36.30C
RR : 26x/menit Pasien mendapatkan
suhu : 36.6 0C terapi infuse RL 20 tpm

34
35

Riwayat penyakit Klien mengatakan ini baru Klien mengatakan 10


dahulu pertama kali di rawat di Rumah tahun yang lalu pernah di
sakit rawat di RS karena tifus

Riwayat keluarga Klien mengatakan didalam Klien mengatakan


keluarganya tidak ada yang didalam keluarganya tidak
memiliki riwayat penyakit ada yang memiliki
keturunan seperti Hipertensi, riwayat penyakit
Dm, dan penyakit menular keturunan seperti
seperti TBC, Hiv/AIDS Hipertensi, Dm, dan
penyakit menular seperti
TBC, Hiv/AIDS

Riwayat kesehatan Klien mengatakan tinggal di Klien mengatakan tinggal


lingkungan lingkungan yang tidak cukup dilingkungan yang bersih
bersih karena dekat dengan karena di pedesaan
jalan raya yang terpapar polusi dengan udara yang sejuk
udara jauh dari polusi udara

3. Perubahan pola kesehatan


Pola kesehatan Klien 1 Klien 2
Pola manajemen Pasien mengatakan kesehatan Pasien mengatakan kesehatan
kesehatan itu penting, pasien selalu itu penting, pasien selalu
menjaga kesehatannya dengan memeriksakan kesehatannya
pola makan yang baik, tidak kepuskesmas bila dirasa tidak
merokok, dan istirahat yang enak badan
cukup. Apabila dirasa sedang
tidak enak badan, pasien
langsung memeriksakan
kesehatannya

Pola nutrisi a. Makan a. Makan


 Sebelum sakit  Sebelum sakit
 Frekuensi : 3 x sehari  Frekuensi : 3 x sehari
 Jenis : nasi, sayur, lauk  Jenis : nasi, sayur, lauk
pauk pauk
 Porsi : 1 porsi habis  Porsi : 1 porsi habis
 Keluhan : tidak ada  Keluhan : tidak ada
 Selama sakit  Selama sakit
 Frekuensi : 3 x sehari  Frekuensi : 3 x sehari
 Jenis : bubur rendah  Jenis : bubur rendah
garam rendah protein garam, rendah protein
 Porsi : 1 porsi tidak habis  Porsi : 1/2 porsi tidak
 Keluhan: perut terasa habis
mual  Keluhan: tidak ada
b. Minum b. Minum
 Sebelum sakit  Sebelum sakit
 Frekuensi : 5-6 gelas/hari  Frekuensi : 6-7
 Jenis : air putih, the gelas/hari
 Jumlah : 1 gelas  Jenis : air putih, kopi
 Selama sakit  Jumlah : 1 gelas
 Frekuensi :1-2 gelas  Selama sakit
36

 Jenis : air putih  Frekuensi : 1-2


 Jumlah : 250 ml gelas/hari
 Jenis : air putih
 Jumlah : 250 ml

Pola eliminasi a. BAB a. BAB


1) sebelum sakit 1) sebelum sakit
 frekuensi : 1 x sehari  frekuensi : 1 x sehari
setiap pagi setiap pagi
 konsistensi : lunak  konsistensi : lunak
berbentuk berbentuk
 warna : kuning  warna : kuning
kecoklatan kecoklatan
 keluhan : tidak ada  keluhan : tidak ada
2) selama sakit 2) selama sakit
 frekuensi : selama di  frekuensi :selama di
rawat di RS belum rawat di RS belum
BAB BAB
 konsistensi : -  konsistensi : -
 warna : -  warna : -
 keluhan : -  keluhan : -

b. BAK b. BAK
1) Sebelum sakit 1) Sebelum sakit
 Frekuensi : 5-6 x  Frekuensi : 5-6 x
sehari sehari
 Jumlah urin: 300 cc  Jumlah urin: ±150 cc
sekali BAK sekali BAK
 Warna : kuning jernih  Warna : kuning pekat
 Keluhan : tidak ada  Keluhan : tidak ada
2) Selama sakit 2) Selama sakit
 Frekuensi : terpasang  Frekuensi : terpasang
kateter kateter
 Jumlah urin: 350cc/24  Jumlah urin: 350 cc/24
jam jam
 Warna : kuning pekat  Warna : kuning pekat
 Keluhan : urin keluar  Keluhan : urin keluar
sedikit-sedikit, rasa sedikit-sedikit dan
tidak puas, dan terasa terasa nyeri
nyeri

Pola istirahat tidur a. Sebelum sakit a. Sebelum sakit


Sebelum sakit klien Sebelum sakit klien
mengatakan jumlah jam mengatakan jumlah jam
tidur malam nya hanya 8 tidur malam nya 6-8 jam,
jam, dan tidur siangnya 1 dan tidur siangnya 1 jam
jam
b. Selama sakit b. Selama sakit
Klien mengatakan selama Klien mengatakan selama
sakit jumlah tidur malam sakit jumlah tidur malam
nya hanya 30 menit karena nya hanya 2 jam karena
merasa tidak nyaman merasa tidak nyaman
dengan edema pada dengan edema yang
ekstremitas bawahnya dan dialaminya dan klien
tidur jarang sekali tidur jarang sekali tidur siang
siang
37

Pola aktivitas dan


latihan a. Sebelum sakit a. Sebelum sakit
Sebelum sakit pasien Sebelum sakit pasien
masih mampu beraktivitas masih mampu beraktivitas
secara mandiri secara mandiri
b. Selama sakit b. Selama sakit
Selama sakit aktivitas Selama sakit aktivitas
pasien banyak dibantu oleh pasien banyak dibantu
orang lain oleh orang lain

Pola kognitif dan a. Sebelum sakit a. Sebelum sakit


perceptual Klien mengatakan semua Klien mengatakan
panca indera masih komunikasi dengan
berfungsi secara normal. keluarga dan semua orang
baik, tidak ada masalah
b. Selama sakit dengan panca indea klien.
Klien dan keluraga b. Selama sakit
mengatakan komunikasi Klien dapat
kurang lancar karena klien berkominukasi dengan
merasa sangat lemah. lancar dan bisa menjawab
semua pertanyaan dengan
lancar dan tepat.

Pola persepsi a. Gambaran diri a. Gambaran diri


konsep diri Klien mengatakan dia Klien mengatakan dia
bersyukur dengan sangat menyukai semua
keadaannya dan dia anggota tubuhnya
sangat menyukai semua b. Ideal diri
anggota tubuhnya Klien mengatakan dia
b. Ideal diri ingin segera sembuh
Klien mengatakan dia c. Harga diri
ingin segera sembuh dan Klien mengatakan ia
segera pulang kerumah sangat dihargai di dalam
c. Harga diri keluarganya dan
Klien mengatakan ia masyarakat sekitar
sangat dihargai di dalam lingkungan rumahnya
keluarganya dan d. Peran diri
masyarakat sekitar Klien mengatakan ia
lingkungan rumahnya seorang suami dan
d. Peran diri seorang ayah dari ketiga
Klien mengatakan ia anaknya
seorang suami dan e. Identitas diri
seorang ayah dari ketiga Klien mengatakan ia
anaknya seorang kepala keluarga
e. Identitas diri
Klien mengatakan ia
seorang kepala keluarga

Pola hubungan a. Sebelum sakit a. Sebelum sakit


peran Pasien mengatakan Pasien mengatakan
hubungannya dengan hubungannya dengan
keluarga dan masyarakat keluarga harmonis
sekitar baik-baik saja b. Selama sakit
b. Selama sakit Klien mengatakan
Klien mengatakan hubungannya dengan
hubungannya dengan keluarga masih baik
keluarga masih baik
38

Pola seksualitas Klien mengatakan sebelum Klien mengatakan sebelum


reproduksi sakit dan selama sakit masih sakit dan selama sakit masih
berhubungan baik dengan berhubungan baik dengan
istrinya istrinya

Pola mekanisme Klien mengatakan sebelum Klien mengatakan sebelum


koping sakit dan selama sakit tidak sakit dan selama sakit tidak
mempunyai masalah dengan mempunyai masalah dengan
siapapun , apabila ada masalah siapapun , apabila ada
langsung diselesaikan dengan masalah langsung diselesaikan
musyawarah dengan musyawarah

Pola nilai dan Klien mengatakan sebelum Klien mengatakan sebelum


keyakinan sakit selalu menjalankan sakit selalu menjalankan
ibadah sholat 5 waktu, namun ibadah sholat 5 waktu, namun
selama sakit klien sudah jarang selama sakit klien sudah
melakukan ibadah sholat 5 jarang melakukan ibadah
waktu sholat 5 waktu

Pengkajian keseimbangan Cairan

Pengkajian Cairan Klien 1 Klien 2


Menghitung IWL dalam (15xBB) (15xBB)
24 jam (15x65) =975 (15x68) = 1020
Analisa keseimbangan Cairan
Klien 1 / Tn. K
Intake Output Analisa
Makan : 500 cc Urine : 250 cc Intake : 1450cc
Minum : 450 cc Feses : - Output : 1225 cc
Infus : 500 cc IWL : 975
Total : 1450cc Total : 1225 Balance : 225 cc
Klien 2 / Tn. M
Intake Output Analisa
Makan : 600 cc Urine : 300 cc Intake :1550 cc
Minum : 450 cc Feses : - Output :1320 cc
Infuse : 500 cc IWL : 1020
Total :1550 cc Total :1320 cc Balance : 130 cc
39

4. Pemeriksaan Fisik
Observasi Klien 1 Klien 2
Keadaan/penampilan umum
a.Kesadaran Composmentis Composmentis
GCS :E4M6V5 GCS : E4M6V5
b.Tanda-tanda vital
Tekanan darah 130/70mmHg 150/60 mmHg
Nadi
Frekuensi 92 x / menit 88x/ menit
Irama Teratur Teratur
kekuatan Kuat Kuat

Pernafasan
Frekuensi 26 x/ menit 22x/ menit
Irama Teratur Teratur

Suhu 36,50C 36,3 0C

Kepala
Bentuk kepala Mesochepal Mesochepal
Kulit kepala Bersih, tidak ada lesi Bersih tidak ada ketombe
Rambut Hitam, pendek, beruban Bersih, pendek, bersih
Muka
- Mata
Palpebra Tidak oedem Tidak oedem
Konjungtiva Anemis Anemis
Sclera Tidak Ikterik Tidak Ikterik
Pupil isokor isokor
+
Reflek terhadap /+ +/+
cahaya
Penggunaan alat tidak menggunakan alat Tidak menggunakan alat
bantu penglihatan bantu penglihatan bantu penglihatan

- Hidung simetris, tidak ada polip, Simetris, tidak ada polip,


terpasang nasal kanul terpasang nasal kanul
- Mulut
membrane mukosa Membrane mukosa bibir
- Gigi kering dan pucat kering dan pucat
warna kekuningan tidak Warna kekuningan terdapat
- Telinga ada karies gigi karies gigi
bersih tidak ada serumen Tidak ada serumen

Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran


kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Dada
- Paru-paru
Inspeksi Simetris kanan dan kiri Simetris kanan dan kiri,
sama, tidak ada jejas tidak ada jejas
Palpasi Vocal premitus kanan Vocal premitus ka/ki sama
dan kiri sama
Perkusi Suara paru sonor Suara paru sonor
Auskultasi Suara nafas vesikuler Suara nafas vesikuler
40

- Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak tampak Ictus cordis tidak tampak
Palpasi Ictus cordis teraba di SIC Ictus cordis teraba di SIC
4&5 4&5
Perkusi Bunyi pekak
Auskultasi Bunyi jantung I, II Bunyi pekak
reguler Bunyi jantung I, II regular
Abdomen
Inspeksi Bentuk simetris tidak Bentuk simetris tidak asites
Auskultasi asites Bising usus 12x/ menit
Perkusi Bising usus 12x/menit Bunyi tymphani
Palpasi Bunyi tymphani Ada nyeri tekan
Ada nyeri tekan
Genetalia Terpasang kateter Terpasang kateter
Rektum Tidak ada hemoroid Tidak ada hemoroid
Ekstremitas
Atas
Kekuatan otot ka/ki 4/3 4/3
ROM ka/ki +/+ +/+
Perubahan bentuk Tidak ada Tidak ada
tulang Hangat Hangat
Perabaan akral
Bawah
Kekuatan otot ka/ki 4/4 4/4
ROM ka/ki +/+ +/+
Perubahan bentuk Oedem kanan dan kiri Oedem kanan dan kiri
tulang
Perabaan akral Hangat Hangat
Pitting edema >3 detik >3 detik
41

5. Hasil pemeriksaan Diagnostik


Klien 1
a. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 20 mei 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 4.8 g/dL 13.5-17.5
Hematokrit 21 % 33-45
Leukosit 15.8 ribu/μl 4.5-11.0
Trombosit 420 ribu/μl 150-450
Eritrosit 3.20 juta/ul 4.50-5.90

INDEX ERITROSIT
MCV 92.2 fL 80-96
MCH 31.3 pg 28-33
MCHC 27.9 g/dl 33-36
RDW 12.5 % 11.6-14.6
MPV 9.6 fL 7.2-11.1
PDW 20 % 25-65

Hitung jenis
Eosinofil 2.25 % 0-4
Basofil 1.20 % 0-2
Nefrofil 83.65 % 5-80
Limfosit 09.00 % 22-44
Monosit 4.20 % 0-7

KLINIK
SGOT 25 u/l <35
SGPT 32 u/l <45

b. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 22 mei 2017


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Albumin 2.6 g/dl 3.2-4.6
Creatinin 10.6 mg/dl 0.8-1.3
Ureum 200 mg/dl <50
ELEKTROLIT
Natrium darah 130 mmul/L 136-143
Kalium darah 5.0 mmul/L 3.7-5.4
Calcium ion 1.18 mmul/L 1.17-1.29
ANALISA GAS
DARAH 7.430 7.310-7.420
PH -31 mmul/L -2 - +3
BE 35.6 mmHg 27-41
PCO2 120.0 mmHg 80-100
PO2 28 % 37-50
Hematokrit 24.3 mmol/L 21-28
HCO3 22.1 mmul/L 19-24
Total CO2 98.0 % 94-98
O2 saturasi
LAKTAT 0.79 Mmul/L 0.36-0.75
Arteri
42

c. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 25 Mei 2017


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 9.8 g/dl 13.5-17.5
Hematokrit 38 juta/μl 73-45
Leukosit 13.5 % 4.4-11.0
Trombosit 350 % 150-450
Eritrosit 2.84 Juta/μl 4.50-5.90

Index Eritrosit
MCV 82.6 fL 80-97
MCH 29.1 pg 27-31.2
MCHC 35.3 g/dL 31.8-35.4

Hitung jenis
Neutrofil 80.1 % 37-80
MXD 92 % 4-18
Limfosit 10.7 % 19-48

KIMIA KLINIK
Fungsi ginjal
Ureum 119.4 Mg/dL <50
Kreatinin 8.84 Mg/dL 0.8-1.3
43

Klien 2

a. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 23 mei 2017


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 5.9 g/dL 13.5-17.5
Hematokrit 23 % 33-45
Leukosit 16.7 ribu/μl 4.5-11.0
Trombosit 428 ribu/μl 150-450
Eritrosit 3.18 juta/ul 4.50-5.90

INDEX ERITROSIT
MCV 90.2 fL 80-96
MCH 30 pg 28-33
MCHC 29.9 g/dl 33-36
RDW 13.3 % 11.6-14.6
MPV 8.3 fL 7.2-11.1
PDW 18 % 25-65

Hitung jenis
Eosinofil 2.20 % 0-4
Basofil 0.15 % 0-2
Nefrofil 86.70 % 5-80
Limfosit 6.00 % 22-44
Monosit 3.70 % 0-7

KLINIK
SGOT 15 u/l <35
SGPT 35 u/l <45

b. Pemeriksaan laboratorium tanggal 2 6Mei 2017


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 8.4 g/dl 13.5-17.5
Hematokrit 25 juta/μl 33-45
Leukosit 14.1 % 4.4-11.0
Trombosit 298 % 150-450
Eritrosit 2.71 Juta/μl 4.50-5.90

Index Eritrosit
MCV 89.0 fL 80-97
MCH 29.3 pg 27-31.2
MCHC 30.2 g/dL 31.8-35.4

Hitung jenis
Neutrofil 79.9 % 37-80
MXD 88 % 4-18
Limfosit 12.5 % 19-48

KIMIA KLINIK
Fungsi ginjal
Ureum 96 Mg/dL <50
Kreatinin 7.56 Mg/dL 0.8-1.3
44

c. Pemeriksaan laboratorium tanggal 27 Mei


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 7.3 g/dl 13.5-17.5
Hematokrit 25 juta/μl 33-45
Leukosit 12.2 % 4.4-11.0
Trombosit 180 % 150-450
Eritrosit 2.45 Juta/μl 4.50-5.90

Index Eritrosit
MCV 78.0 fL 80-97
MCH 27 pg 27-31.2
MCHC 28.2 g/dL 31.8-35.4

Hitung jenis
Neutrofil 78.7 % 37-80
MXD 78 % 4-18
Limfosit 10.5 % 19-48

KIMIA KLINIK
Fungsi ginjal
Ureum 86 Mg/dL <50
Kreatinin 7.65 Mg/dL 0.8-1.3

4.1.4 Diagnosis Keperawatan

Data Problem (masalah) Etiologi (Penyebab)


Klien 1
DS : - Klien mengatakan nafas terasa sesak Ketidakefektifan pola Hiperventilasi
DO : -Klien nampak menggunakan nasal nafas
kanul
- Klien tampak lemas
- Ttv : TD : 130/70 mmHg
N : 92x/menit
RR : 26x/menit
S: 36 0C
DS : -klien mengatakan nyeri sekitar Nyeri akut Agen cidera
pinggang belakang biologis
P : nyeri timbul saat duduk
Q :nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : nyeri pada pinggang
S : skala nyeri 4
T : nyeri sewaktu-waktu

DO : - klien tampak menahan nyeri


- Ttv : TD : 130/70 mmHg
N : 92x/ menit
RR : 26x/ menit
S : 36.3 0C
DS : klien mengatakan merasa lemah, dan Kelebihan volume Gangguan
mudah haus cairan mekanisme regulasi
DO : 1. oedema pada kedua kaki
2.mukosa bibir kering
45

3.urin keluar sedikit-sedikit


4. Balance cairan +225 cc
5.Pitting edema >3detik
DS : - klien mengatakan sulit tidur Gangguan pola tidur Imobilisasi
DO :- jumlah jam tidur klien 30 menit
- Klien tampak lemah
- Mata pasien tampak lelah
TTV : TD : 140/70 mmHg
N : 88x/menit
RR:26x/menit
S : 36.30C
Klien 2
DS: klien mengatakan nyeri sekitar pinggang Nyeri akut Agen cidera
belakang biologis
P : nyeri saat duduk terlalu lama
Q :nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : nyeri pada pinggang
S : skala nyeri 5
T : nyeri sewaktu-waktu
DO : - klien tampak menahan nyeri
- Ttv : TD : 150/60 mmHg
N : 88x/ menit
RR : 22x/ menit
S : 36.3 0C

DS : klien mengatakan lemah, BAK sedikit, Kelebihan volume Gangguan


dan mudah haus cairan mekanisme regulasi
DO : - tampak kedua kaki pasien edema
- Membrane mukosa bibir kering
- Balance cairan 130 cc
- Pitting Edema >3detik

DS : pasien mengatakan susah tidur karena Gangguan pola tidur Imobilisasi


tidak nyaman dengan edema pada
kedua kakinya
DO : - jumlah jam tidur pasien hanya 2 jam
- Pasien tampak lemah
- Mata pasien tampak lelah
46

4.1.5 Intervensi

Dx Keperawatan INTERVENSI RASIONAL


Klien 1
Ketidakefektifan pola nafas 1. Monitor Ttv 1. Ttv dalam batas normal
b.d hiperventilasi -TD 120/80 mmHg
Setelah dilakukan tindakan - N 60-100 x/ menit
keperawatan selama 3 x 24 -RR 16-20 x / menit
jam klien menunjukkan -S 36-37.5 0C
NOC -suara nafas regular
1. Tidak ada ronchi -saturasi oksigen >98%
2. RR normal (16-20 x/
menit) 2. Atur posisi klien 2. Posisi semifowler dapat
3. Klien dapat semifowler memaksimalkan
mengeluarkan dahak pengembangan dada
4. Saturasi oksigen
>98% 3. Kolaborasi dengan dokter 3. Pemberian oksigen dapat
5. Tidak ada dyspnea untuk pemberian oksigen meningkatkan kebutuhan
6. Tidak ada suara nafas oksigen pasien
tambahan

Nyeri akut b.d agen cidera 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui karakteristik
biologis secara komprehensif nyeri (PQRST)
Setelah dilakukan tindakan (PQRST) 2. Tehnik relaksasi nafas
keperawatan selama 3 x 24 2. Ajarkan tehnik relaksasi dalam membantu
jam klien menunjukkan nafas dalam mengontrol nyeri
NOC 3. Berikan informasi 3. Untuk menambah
1. Pasien mampu mengenai nyeri, seperti pengetahuan pasien dan
mengontrol nyeri penyebab nyeri akan keluarga tentang nyeri
2. Pasien melaporkan dirasakan, dan antisipasi
bahwa nyeri dari ketidaknyamanan
berkurang skala nyeri akibat prosedur
menjadi 1 4. Kolaborasi dengan dokter 4. Pemberian analgesik
3. Pasien mampu dalam pemberian analgesic akan membantu
mengenali nyeri meredakan rasa nyeri
4. Pasien menyatakan
rasa nyaman setelah
rasa nyeri berkurang

Kelebihan volume cairan b.d 1. Monitoring status cairan 1. Untuk mengetahui


gangguan mekanisme regulasi (BB harian, turgor kulit, keadaan pasien
Setelah dilakukan tindakan dan adanya edema, ttv)
keperawatan selama 3 x 24 2. Pencatatan volume intake 2. Untuk mengetahui
jam klien menunjukkan dan output dan hitung jumlah cairan yang
NOC balance cairan masuk dan cairan yang
1. Edema berkurang keluar
2. Turgor kulit 3. Batasi masukan cairan 3. Untuk mencegah
baik/tidak kering terjadinya kelebihan
3. Produksi urine > 4. Tingkatkan dan dorong cairan yang masuk
600cc/hari oral 4. Untuk membantu pasien
4. Keseimbangan antara Hygiene menjaga kebersihan gigi
input dan output dan mulut
5. BB stabil (tidak 5. Ajarkan terapi berkumur 5. Untuk membantu
kelebihan cairan) air hangat mengurangi rasa haus
6. Mukosa bibir lembab klien
47

Gangguan pola tidur b.d 1. Monitor/ catat kebutuhan 1. Untuk mengetahui


imobilisasi tidur pasien setiap hari kebutuhan tidur pasien
Setelah dilakukan tindakan dan jam 2. Agar pasien mengetahui
keperawatan selama 3x24 jam 2. Jelaskan pentingnya tidur pentingnya tidur yang
klien menunjukkan yang adekuat adekuat
NOC 3. Ciptakan lingkungan 3. Untuk member
1. Jumlah jam tidur yang bersih dan nyaman kenyamanan terhadap
pasien dalam batas 4. Mengajarkan tehnik pasien
normal (6-8 jam) relaksasi otot progresif 4. Membantu
2. Pasien tampak lebih merileksasikan otot-otot
segar 5. Kolaborasi dengan dokter pasien sehingga merasa
3. Mampu untuk pemberian obat lebih rileks
mengidentifikasi hal- tidur 5. Untuk membantu pasien
hal yang mendapatkan tidur yang
meningkatkan tidur adekuat

Klien 2
Nyeri akut b.d agen cidera 1. Lakukan pengkajian 1. Mengetahui
biologis nyeri secara karakteristik nyeri
Setelah dilakukan tindakan komprehensif (PQRST)
keperawatan selama 3 x 24 (PQRST) 2. Tehnik relaksasi
jam klien menunjukkan 2. Ajarkan tehnik nafas dalam
NOC relaksasi nafas dalam membantu
1. Pasien mampu 3. Berikan informasi mengontrol nyeri
mengontrol nyeri mengenai nyeri, 3. Untuk menambah
2. Pasien melaporkan seperti penyebab pengetahuan pasien
bahwa nyeri nyeri akan dirasakan, dan keluarga
berkurang skala nyeri dan antisipasi dari tentang nyeri
menjadi 1 ketidaknyamanan 4. Pemberian
3. Pasien mampu akibat prosedur analgesik akan
mengenali nyeri 4. Kolaborasi dengan membantu
4. Pasien menyatakan dokter dalam meredakan rasa
rasa nyaman setelah pemberian analgesic nyeri
rasa nyeri berkurang
Kelebihan volume cairan b.d 1. Monitoring status 1. Untuk mengetahui
gangguan mekanisme regulasi cairan (BB harian, keadaan pasien
Setelah dilakukan tindakan turgor kulit, dan 2. Untuk mengetahui
keperawatan selama 3 x 24 adanya edema, ttv) jumlah cairan yang
jam klien menunjukkan 2. Pencatatan volume masuk dan cairan
NOC intake dan output yang keluar
1. Edema berkurang dan hitung balance 3. Untuk mencegah
2. Turgor kulit cairan terjadinya
baik/tidak kering 3. Batasi masukan kelebihan cairan
3. Produksi urine > cairan yang masuk
600cc/hari 4. Untuk membantu
4. Keseimbangan antara pasien menjaga
input dan output 4. Tingkatkan dan kebersihan gigi dan
5. BB stabil (tidak dorong oral hygiene mulut
kelebihan cairan) 5. Untuk mengatasi
6. Mukosa bibir lembab 5. Ajarkan terapi rasa haus klien
berkumur air hangat
48

Gangguan pola tidur b.d 1. Monitor/ catat kebutuhan 1. Untuk mengetahui


imobilisasi tidur pasien setiap hari dan kebutuhan tidur pasien
Setelah dilakukan tindakan jam 2. Untuk membantu pasien
keperawatan selama 3x24 jam 2. Jelaskan pentingnya tidur mengetahui tentang
klien menunjukkan yang adekuat pentingnya tidur yang
1. Jumlah jam tidur 3. Ciptakan lingkungan yang adekuat
pasien dalam batas bersih dan nyaman 3. Untuk membantu
normal (6-8 jam) memberikan rasa nyaman
2. Pola tidur, kualitas 4. Mengajarkan tehnik pada pasien
dalam batas normal relaksasi otot progresif 4. Membantu
3. Pasien tampak lebih merileksasikan otot-otot
segar pasien sehingga merasa
4. Mampu lebih rileks
mengidentifikasi hal- 5. Kolaborasi dengan dokter 5. Untuk membantu pasien
hal yang untuk pemberian obat tidur dalam memenuhi
meningkatkan tidur kebutuhan tidur

4.1.6 Implementasi
Diagnosa 22 Mei 2017 23 Mei 2017 24 Mei 2017
Keperawatan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
Ketidakefektifa 08.00 Monitor vital sign TD 08.00 Monitor vital sign 08.00 Monitor vital sign
n pola nafas b.d 130/70 mmHg, HR TD 120/80 TD 130/60
hiperventilasi 92x/menit, mmHg, HR mmHg, HR
RR26x/menit, S 90x/menit, RR 89x/menit,
36.60C 24x/menit, S RR24x/menit, S
36.40C 36.50C

08.15 Auskultasi suara 08.30 Auskultasi suara 08.30 Auskultasi suara


nafas: suara nafas nafas: suara nafas nafas: suara nafas
vesikuler, tidak ada vesikuler, tidak vesikuler, tidak
suara nafas tambahan ada suara nafas ada suara nafas
tambahan tambahan

09.00 Atur posisi klien 08.45 Atur posisi klien 09.00 Atur posisi klien
semifowler semifowler semifowler

10.00 Kolaborasi dengan 09.00 Kolaborasi 10.00 Kolaborasi


dokter untuk dengan dokter dengan dokter
pemberian oksigen untuk pemberian untuk pemberian
oksigen oksigen
Nyeri akut b.d 10.00 Melakukan 09.15 Melakukan 10.10 Melakukan
agen cidera pengkajian nyeri pengkajian nyeri pengkajian nyeri
biologis (PQRST) (PQRST) (PQRST)

10.10 Monitoring vital sign 09.30 Monitoring vital 10.30 Monitoring vital
TD 130/60 mmHg, sign 120/70 sign TD 110/80
RR 26x/menit, HR mmHg, HR mmHg, HR
90x/menit, S 36.30C 92x/menit, RR 89x/menit, RR
24x/menit, S 24x/menit, S
10.30 Mengajarkan tehnik 36.40C 36.50C
relaksasi otot
progresif 09.45 Mengajarkan 10.45 Mengajarkan
tehnik relaksasi tehnik relaksasi
10.45 Kolaborasi dengan otot progresif otot progresif
49

dokter dalam
pemberian analgesic 09.50 Kolaborasi 10.50 Kolaborasi
dengan dokter dengan dokter
dalam pemberian dalam pemberian
analgesic analgesic
Kelebihan 10.55 Monitor vital sign TD 10.10 Monitor vital sign 11.10 Monitor vital sign
volume cairan 120/80 mmHg, HR TD 110/70 TD 120/80
b.d gangguan 90x/menit, mmHg, HR mmHg, HR
mekanisme RR26x/menit, S 89x/menit, RR 90x/menit,
regulasi 36.60C 24x/menit, S RR24x/menit, S
36.40C 36.50C
11.00 Terapi berkumur air
hangat 10.25 Terapi berkumur 11.30 Terapi berkumur
air hangat air hangat
11.30 Mengkaji status
cairan : BB 65 kg, 10.30 Mengkaji status 11.45 Mengkaji status
edema pada kedua cairan : BB 65 kg, cairan : BB 65 kg,
kaki, kulit kering, edema pada kedua edema pada kedua
ureum 200 mg/dL, kaki, kulit kering, kaki, kulit kering,
kreatinin 10.6mg/dL ureum 200 ureum 200
mg/dL, kreatinin mg/dL, kreatinin
12.00 Mencatat intake dan 10.6mg/dL 10.6mg/dL
output: intake 1450,
output 1225 11.00 Mencatat intake 12.00 Mencatat intake
Menghitung balance dan output: intake dan output:intake
cairan 1450-1225 1400, output 1245 1400, output 1275
=225 Menghitung Menghitung
balance cairan balance cairan
12.30 Kolaborasi dengan 1400-1245=155 1400-1275=125
dokter untuk
pemberian diuretic 12.00 Kolaborasi 12.30 Kolaborasi
dengan dokter dengan dokter
untuk pemberian untuk pemberian
diuretik diuretic
Gangguan pola 20.00 Monitor/ catat 20.00 Monitor/ catat 20.00 Monitor/ catat
tidur b.d kebutuhan tidur kebutuhan tidur kebutuhan tidur
imobilisasi pasien setiap hari dan pasien setiap hari pasien setiap hari
jam dan jam dan jam

20.30 Jelaskan pentingnya 20.30 Jelaskan 20.30 Jelaskan


tidur yang adekuat pentingnya tidur pentingnya tidur
yang adekuat yang adekuat

20.45 Ciptakan lingkungan 20.45 Ciptakan 20.45 Ciptakan


yang bersih dan lingkungan yang lingkungan yang
nyaman bersih dan bersih dan
nyaman nyaman

21.00 Mengajarkan tehnik 21.00 Mengajarkan 21.00 Mengajarkan


relaksasi otot tehnik relaksasi tehnik relaksasi
progresif otot progresif otot progresif

Klien 2 27 Mei 2017 28 Mei 2017 29 mei 2017


Implementasi Implementasi Implementasi
Nyeri akut b.d 08.00 Melakukan 08.00 Melakukan 08.00 Melakukan
agen cidera pengkajian nyeri pengkajian nyeri pengkajian nyeri
biologis (PQRST) (PQRST) (PQRST)
50

08.10 Monitoring vital 08.30 Monitoring vital 08.30 Monitoring vital


sign TD 150/60 sign TD 150/70 sign TD 130/70
mmHg, RR mmHg, RR mmHg, RR
22x/menit, HR 22x/menit, HR 20x/menit, HR
88x/menit, S 36.60C 90x/menit, S 89x/menit, S
360C 36.20C
09.00 Mengajarkan tehnik 09.00 Mengajarkan 09.00 Mengajarkan
relaksasi otot tehnik relaksasi tehnik relaksasi
progresif otot progresif otot progresif

09.15 Kolaborasi dengan 09.30 Kolaborasi 09.30 Kolaborasi


dokter dalam dengan dokter dengan dokter
pemberian analgesic dalam pemberian dalam pemberian
analgesic analgesic
Kelebihan 10.00 Monitor vital sign 10.00 Monitor vital 10.00 Monitor vital sign
volume cairan TD 150/60 mmHg, sign TD 150/70 TD 130/70
b.d gangguan RR 22x/menit, HR mmHg, RR mmHg, RR
mekanisme 88x/menit, S 36.60C 22x/menit, HR 20x/menit, HR
regulasi 90x/menit, S 89x/menit, S
10.15 Terapi berkumur air 360C 36.20C
hangat
10.10 Terapi berkumur 10.15 Terapi berkumur
10.30 Mengkaji status air hangat air hangat
cairan : BB 70 kg,
edema pada kedua 10.30 Mengkaji status 10.30 Mengkaji status
kaki, kulit kering, cairan : BB 70 cairan : BB 70 kg,
ureum 96 mg/dL, kg, edema pada edema pada kedua
kreatinin 7.56mg/dL kedua kaki, kulit kaki, kulit kering,
kering, ureum 96 ureum 96 mg/dL,
mg/dL, kreatinin
11.00 Mencatat intake dan 7.56mg/dL
output: intake 1550,
output 1320 11.00 Mencatat intake 11.00 Mencatat intake
Menghitung balance dan output: dan output: intake
cairan 1550-1320 intake 1450, 1400, output 1370
=130 cc output 1370 Menghitung
Menghitung balance cairan
balance cairan 1400-1370 =30cc
1450-1370=80
cc

Gangguan pola 20.00 Monitor/ catat 20.00 Monitor/ catat 20.00 Monitor/ catat
tidur b.d kebutuhan tidur kebutuhan tidur kebutuhan tidur
imobilisasi pasien setiap hari pasien setiap hari pasien setiap hari
dan jam dan jam dan jam
20.15 Jelaskan pentingnya 20.15 Jelaskan 20.15 Jelaskan
tidur yang adekuat pentingnya tidur pentingnya tidur
20.20 Ciptakan yang adekuat yang adekuat
lingkungan yang 20.20 Ciptakan 20.20 Ciptakan
bersih dan nyaman lingkungan yang lingkungan yang
20.30 Mengajarkan tehnik bersih dan bersih dan
relaksasi otot nyaman nyaman
progresif 20.30 Mengajarkan 20.30 Mengajarkan
20.45 Kolaborasi dengan tehnik relaksasi tehnik relaksasi
dokter untuk otot progresif otot progresif
pemberian obat 20.45 Kolaborasi 20.45 Kolaborasi
tidur dengan dokter dengan dokter
51

untuk pemberian untuk pemberian


obat tidur obat tidur

EVALUASI

Evaluasi Hari 1 Hari 2 Hari 3


KLIEN 1
Dx 1. S: klien mengatakan sesak S: klien mengatakan S: klien mengatakan
Ketida O: GCS 465, kesadaran sesak berkurang sesak berkurang
kefekti cosmposmentis, klien O:klien tampak O:dahak (+)
fan tampak sesak nafas, menggunakan Ttv :
bersiha tampak terpasang O2 oksigen nasal kanul TD:130/60
n jalan nassal kanul, suara nafas Ttv : TD: 120/80 mmHg
nafas vesikuler, tidak ada suara mmHg RR : 24x/menit
b.d nafas tambahan RR: 24x/menit N : 89x/menit
hiperve Ttv :TD : 130/70 mmHg N: 90x/menit S :36.30C
ntilasi Nadi : 92x/menit S:36.40C A: masalah teratasi
RR : 26x/menit A: masalah belum P: lanjutkan intervensi
suhu : 36.6 0C teratasi 1, 2, 3, 4, 5, 6
A: masalah belum teratasi P:lanjutkan intervensi
P:lanjutkan intervensi 1, 2, 1, 2, 3, 4, 5, 6
3, 4, 5, 6
Dx 2 S: klien mengatakan nyeri S:klien mengatakan S:klien mengatakan
Nyeri akut P : nyeri timbul saat nyeri nyeri sudah
b.d agen duduk P: nyeri timbul saat berkurang
cidera Q :nyeri seperti tertusuk- duduk P: nyeri timbul saat
biologis tusuk Q: nyeri seperti duduk
R : nyeri pada pinggang tertusuk-tusuk Q: nyeri seperti
R:nyeri pada tertusuk-tusuk
S : skala nyeri 4 pinggang R:nyeri pada
T : nyeri sewaktu-waktu S:skala nyeri 2 pinggang
T: nyeri sewaktu- S:skala nyeri 1
O: klien tampak menahan waktu O: klien tampak lebih
nyeri O: klien tampak rileks
Ttv : TD- 130/60 mmHg memegangi daerah Ttv : TD –110/80
N- 90x/menit yang nyeri mmHg
RR : 26x/menit Ttv : TD – 120/70 N – 90 x/menit
S : 36,60C N – 92x/menit RR – 20x/menit
A:masalah belum teratasi RR- 24x/menit S- 36.30C
P:lanjutkan intervensi 1, 2, S – 36,40C A:masalah teratasi
3, 4 A:masalah teratasi sebagian
sebagian P: lanjutkan intervensi
P:lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
1, 2, 3, 4
Dx.3 S: klien mengatakan S: klien mengatakan S: klien mengatakan
Kelebihan merasa lemah, BAK merasa lemah, BAK sudah merasa segar,
volume sedikit, dan mudah haus sedikit, dan mudah rasa haus berkurang
cairan b.d O: GCS 465, kesadaran haus O: GCS 465,
gangguan composmentis, k/u O: GCS 465, kesadaran
mekanisme lemah, tampak edema kesadaran composmentis, k/u
regulasi pada kedua kaki, mukosa composmentis, k/u lemah, tampak
bibir kering, ureum lemah, tampak edema pada kedua
200mg/dL, kreatinin edema pada kedua kaki, mukosa bibir
10.6mg/dL, intake 1450 kaki, mukosa bibir kering, ureum
cc, output 1225 cc, kering, ureum 200mg/dL, kreatinin
balance cairan 1450- 200mg/dL, kreatinin 10.6mg/dL, intake
1225=225cc 10.6mg/dL, intake 1400 cc, output 1275
52

1400 cc, output 1245 cc, balance cairan


A:masalah belum teratasi cc, balance cairan 1400-1275= 125 cc
P:lanjutkan intervensi 1, 2, 1400-1225=155 cc
3, 4 A:masalah belum
A:masalah belum teratasi
teratasi P:lanjutkan intervensi
P:lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
1, 2, 3, 4

Dx.4 S:-klien mengatakan sering S:- klien mengatakan S:klien mengatakan


Gangguan terjaga saat malam hari sudah mulai bisa sudah tidak terjaga saat
pola tidur - Klien mengatakan tidak tidur saat malam hari malam hari
b.d nyaman dengan edema - Klien mengatakan O: - jumlah jam tidur
imobilisasi pada kaki nya edema pada kedua klien menjadi 6
O:-jumlah jam tidur klien kakinya berkurang jam
hanya 30 menit O:- jumlah jam tidur - Klien tampak
- Tampak kedua kaki klien bertambah lebih segar
klien edema menjadi 4 jam 360
- Klien tampak lemah -mata klien tampak -TTV: TD : 120/70
- Mata klien tampak lelah N :90x/menit
lelah - klien tampak lemah RR : 24x/menit
- TTV :TD :140/70 -TTV: TD : 130/90 S: 360C
N : 92x/menit N :90x/menit
RR :26x/menit RR : 24x/menit A:masalah teratasi
S : 360C S: 36.20C P:pertahankan
A:masalah belum teratasi A:masalah teratasi intervensi
P:lanjutkan intervensi 1, 2, sebagian
3, 4, 5 P:lanjutkan intervensi
1, 2, 3, 4, 5
KLIEN 2
Dx 1’ S: klien mengatakan nyeri S:klien mengatakan S:klien mengatakan
Nyeri akut P : nyeri timbul bila nyeri nyeri sudah
b.d agen duduk terlalu lama P: nyeri timbul bila berkurang
cidera Q :nyeri seperti tertusuk- duduk terlalu lama P: nyeri timbul bila
biologis tusuk Q: nyeri seperti duduk terlalu lama
R : nyeri pada pinggang tertusuk-tusuk Q: nyeri seperti
S : skala nyeri 5 R:nyeri pada tertusuk-tusuk
T : nyeri sewaktu-waktu pinggang R:nyeri pada
S:skala nyeri 4 pinggang
O: klien tampak menahan T: nyeri sewaktu- S:skala nyeri 2
nyeri waktu O: klien tampak lebih
Ttv : TD: 150/60 mmHg O: klien tampak rileks
N: 88x/menit menahan nyeri Ttv : TD:130/70
RR : 22x/menit Ttv : TD:150/70 mmHg
S : 36,60C N : 90x/menit N :89 x/menit
A:masalah belum teratasi RR:22x/menit RR: 20x/menit
P:lanjutkan intervensi 1, 2, S :360C S- 36.20C
3, 4 A:masalah teratasi A:masalah teratasi
sebagian sebagian
P:lanjutkan intervensi P: lanjutkan
1, 2, 3, 4 intervensi 1, 2, 3, 4
Dx 2. S: klien mengatakan S: klien mengatakan S: klien mengatakan
Kelebihan merasa lemah, BAK merasa lemah, BAK merasa lebih segar,
volume sedikit, dan mudah haus sedikit dan mudah rasa haus sudah
cairan b.d O: GCS 465, kesadaran haus berkurang
gangguan composmentis, k/u O: GCS 465, O: GCS 465,
mekanisme lemah, tampak edema kesadaran kesadaran
regulasi pada kedua kaki, mukosa composmentis, k/u composmentis, k/u
53

bibir kering, ureum lemah, tampak baik, tampak edema


96mg/dL, kreatinin edema pada kedua pada kedua kaki,
7.56mg/dL, intake 1550 kaki, mukosa bibir mukosa bibir kering,
cc, output 1320 cc, kering, ureum 96 ureum 96 mg/dL,
balance cairan 1550- mg/dL, kreatinin kreatinin 7.56mg/dL,
1320= 130 cc 7.56mg/dL, intake intake 1400cc,
1450cc, output 1370 output 1370cc,
A:masalah belum teratasi cc, balance cairan balance cairan 1400-
P:lanjutkan intervensi 1, 2, 1450-1370=80 cc 1370=30 cc
3, 4
A:masalah belum A:masalah belum
teratasi teratasi
P:lanjutkan intervensi P:lanjutkan intervensi
1, 2, 3, 4 1, 2, 3, 4

Dx3 S: klien mengatakan sering S: klien mengatakan S: klien mengatakan


Gangguan terjaga saat malam hari sudah bisa tidur saat sudah bisa tidur
pola tidur O: jumlah jam tidur pasien malam hari O: klien tampak lebih
b.d hanya 2 jam O: jumlah jam tidur segar
imobilisasi Klien tampak lemah pasien bertambah Jumlah jam tidur
TTV: TD:150/60 mmHg menjadi 4 jam pasien menjadi 7 jam
N : 90x/menit TTV: TD:140/70 TTV: TD:130/90
RR:22x/menit mmHg mmHg
S: 36.30C N : 90x/menit N : 89x/menit
RR:22x/menit RR:22x/menit
A: masalah belum teratasi S: 36.30C S: 360C
P: lanjutkan intervensi 1, 2,
3, 4, 5 A: masalah teratasi A: masalah teratasi
sebagian P: hentikan intervensi
P: lanjutkan intervensi
1, 2, 3, 4, 5
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan Tn.K

dan Tn.M dengan chronic kidney disease ( CKD) di ruang Bugenvil RSUD

Ungaran.. Pembahasan pada bab ini berisi tentang perbandingan antara

tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang disajikan untuk membahas

tujuan umum dan tujuan khusus pada klien 1 dan klien 2. Pembahasan ini

berisi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan

evaluasi.

5.1.1 Pengkajian

Tahap pengkajian adalah tahap proses mengumpulkan data yang relevan

dan kontinyu tentang respon manusia, status kesehatan, kekuatan, dan

masalah klien. Tujuan dari pengkajian adalah untuk memperoleh informasi

tentang keadaan kesehatan klien, menentukan masalah keperawatan dan

kesehatan klien, menilai keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang

tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya (Dermawan, 2012).

Hasil pengkajian pola eliminasi didapatkan data klien Tn.K intake:

minum 450 cc, makan 500 cc, cairan infuse 500 cc. serta output: urine 250

cc, IWL 15xBB = 15x65kg=975, balance cairan didapatkan hasil +225cc,

klien terpasang kateter dan urine keluar sedikit. Pengkajian pola eliminasi

klien Tn. M intake: minum 450cc, makan 600 cc, serta output urine 300cc,

IWL= BB X 15 = 68 kg= 1020, balance cairan didapatkan hasil +130cc,

klien terpasang kateter dan urine keluar sedikit.

54
55

Hasil pengkajian ekstremitas didapatkan data klien Tn.K dan Tn.M

terdapat oedema pada kedua ekstremitas bawah, pitting edema >3 detik,

akral teraba hangat, kekuatan otot kanan 4 dan kiri 4.

Gagal ginjal dimanifestasikan dengan anuria, oliguria atau volume urine

normal. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan anuria (< 50 ml/hari)

dan normal haluan urine tidak seperti oliguria. Oliguria (<400 ml/hari)

adalah suatu klinis yang di jumpai pada gagal ginjal kronik. Pentalaksaan

keseimbangan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran

tekanan vena sentral, konsentrasi urine dan serum, cairan yang hilang,

tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluan oral dan

parenteral urine, drainage lambung, feses, drainage luka dan perpirasi

dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi pengganti cairan. Cairan

yang hilang melalui kulit dan paru yang hilang akibat proses metabolisme

normal juga dipertimbangkan dalam penatalaksanaan cairan (Smeltzer &

Bare, 2012).

Fakta dan teori tentang kelebihan volume cairan tidak ada kesenjangan,

itu terbukti dari data yang ada pada klien terdapat edema di ekstremitas.

Sesuai dengan karakteristik kelebihan volume cairan menurut Feny (2016),

bahwa kelebihan volume cairan ditunjukkan dengan adanya data meliputi

keluhan klien yang mengalami penurunan jumlah urin sedikit, data

observasi berupa adanya edema pitiing grade 3 pada kedua tungkai bawah

klien, jumlah urin dalam 24 jam (350 cc), tekanan darah 130/70 mmHg.
56

5.1.2 Diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan merupakan sebuah lebel tingkat yang

menggambarkan kondisi klien yang diobservasi di lapangan (NANDA. 2011).

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respon individu,

keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan

potensial atau proses kehidupan. Tujuannya adalah mengarahkan rencana

asuhan keperawatan untuk membantu klien dan keluarga beradaptasi terhadap

penyakit dan menghilangkan masalah keperawatan kesehatan (Dermawan,

2012). Hasil pengkajian data dan pengelompoan data penulis menemuakan

beberapa masalah kesehatan dan memfokuskan pada fungi kesehatan

fubgsional yang membutuhkan dukungan dan bantuan pemulihan sesuai

dengan kebutuhan hieraki Maslow (Potter dan Perry, 2005).

Hasil pengkajian yang mendukung diagnosa kelebihan volume cairan

berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi pada kasus Tn.K

didapatkan data subjektif klien mengatakan badan merasa lemah, dan mudah

haus. Data objektif ditandai dengan kedua ekstremitas bawah oedem, pitting

edema > 3 detik, mukosa bibir kering, balance cairan +225cc. Hasil

pengkajian klien Tn.M didapatkan data subjektif klien mengatakan lemah,

BAK sedikit dan mudah haus. Data objektif ditandai dengan kedua

ekstremitas bawah oedema, pitting edema > 3 detik, membrane mukosa bibir

kering, balance cairan +130cc.

Chronic kidney disease (CKD) menyebabkan terjadinya kelebihan volume

cairan ditunjukan dengan adanya data meliputi keluhan klien yang mengalami

penurunan frekuensi jumlah urine sedikit, data observasi berupa adanya piting
57

edema grade 3 pada kedua tungkai bawah klien serta ascites, jumlah urine

dalam 24 jam, tekanan darah 130/90 mmhg (Feny dan Arcellia, 2016).

Berdasarkan data yang didapat dari klien Tn. K dan klien Tn. M

menunjukkan bahwa klien mengalami kelebihan volume cairan.

5.1.3 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan dituliskan sesuai rencana dan kriteria hasil

berdasarkan NIC (Nursing Intervension Clasification) dan NOC (Nursing

Outcome Clasification). Intervensi keperawatan disesuaikan dengan kondisi

klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana keperawatan dapat diselesaikan

dengan Spesifik (jelas dan khusus). Perencanaan adalah suatu proses di dalam

pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang suatu apa yang

akan dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan

keperawatan (Dermawan. 2012).

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi, tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

24 jam volume cairan dapat terkontrol dengan kriteria hasil: tindakan yang

bisa dilakukan pada klien Tn.K dan klien Tn.M adalah monitor cairan untuk

mengetahui cairan apa saja yang masuk, pantau intake dan output untuk

mengetahui balance cairan klien, dan pemberian terapi berkumur air hangat

untuk mencegah xerostomia/ rasa haus.

Pemantauan intake dan output cairan, pemantauan dilakukan dengan cara

mencatat jumlah cairan yang diminum dan jumlah urin setiap harinya pada

chart/tabel (Shepherd, 2011). Sehubungan dengan pentingnya program

pembatasan cairan pada pasien dalam rangka mencegah komplikasi serta


58

mempertahankan kualitas hidup, maka perlu dilakukan analisis praktek terkait

intervensi dalam mengontrol jumlah asupan cairan melalui pen-catatan

jumlah cairan yang diminum serta urin yang dikeluarkan setiap harinya.

Menurut Nirmaladewi, dkk (2008), berkumur dapat melatih otot-otot

yang ada di rongga mulut, sehingga otot-otot di rongga mulut akan dapat

bekerja dengan baik. Pratama (2014) menambahkan, dengan adanya gerakan

di rongga mulut dapat merangsang adanya kontaraksi otot-otot bibir, lidah,

dan pipi. Kontraksi otot-otot tersebut akan merangsang kelenjar saliva untuk

mensekresikan produk saliva. Akumulasi saliva di mulut akan menyebabkan

rongga mulut tetap basah, sehingga menurunkan sensasi haus yang muncul

karena program pembatasan cairan pada pasien Gagal Ginjal Kronik.

Pmantauan intake dan output serta pemberian terapi berkumur air hangat bisa

digunakan untuk mencegah terjadinya overload.

5.1.4 Implementasi keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan

pasien, merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai

setelah perawat menyusun rencana keperawatan, tindakan keperawatan atau

implementasi adalah sekumpulan atau serangkaian pelaksanaan rencana

tindakan keperawatan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil dalam rentang yang diharapkan (Dermawan,

2012).

Penulis melakukan implementasi berdasarkan dari intervensi yang telah

disusun dengan memperhatiakan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang
59

normal yang diharapkan. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis

selama 3 hari kelolaan pada asuhan keperawatan Tn. K dan Tn. M dengan

kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.

Implementasi terhadap Tn.K yang dilakukan pada tanggal 22 mei 2017

sampai 24 mei 2017. Implementasi pada tanggal 22 mei 2017 penulis

mengobservasi kelebihan cairan yang dialami klien. Data subjektif klien

mengatakan merasa lemas, dan mudah haus, data objektif terjadi odema

dikedua ekstremitas bawah, pitting edema >3detik,membrane mukosa bibir

kering, balance cairan + 225cc. Pemberian terapi berkumur air hangat , data

subjektif klien merasa haus, data objektif: klien tampak berkumur air

hangatselama 30 detik lalu membuangnya, tekanan darah 130/70 mmHg, nadi

92x/menit, respirasi 26x/menit, suhu 36.30C.

Implemetasi tanggal 23 mei 2017 penulis mengkaji intake dan output

cairan klien, data subjektif klien mengatakan masih merasa lemas, data

objektif edema sudah agak mengempis pada bagian ekstremitas kaki, pitting

edema >3detik, membrane mukosa bibir kering, balance cairan +155 cc.

Pemberian terapi berkumur air hangat , data subjektif klien merasa haus, data

objektif: klien tampak berkumur air hangat selama 30 detik lalu

membuangnya, TD 130/90 mmhg, nadi 90x/menit, respirasi 24x/menit, suhu

36.2ºC.

Implementasi tanggal 24 mei 2017 penulis mengkaji intake dan output

cairan klien, data subjektif klien mengatakan masih merasa lemas, data

objektif edema sudah berkurang pada ekstremitas bawah, balance cairan +

125cc. Pemberian terapi berkumur air hangat , data subjektif klien merasa
60

haus, data objektif: klien tampak berkumur air hangat selama 30 detik lalu

membuangnya, tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 86x/menit, respirasi

24x/menit, suhu 36ºC.

Implementasi terhadap Tn.M yang dilakukan pada tanggal 25 mei 2017

sampai 27 mei 2017. Tanggal 25 mei 2017 penulis mengkaji intake dan

output cairan klien, data subjektif klien mengatakan badan nya terasa lemah,

BAK sedikit, dan mudah haus, data objektif didapatkan kedua ekstremitas

bawah tampak oedema, pitting edema >3detik, balance cairan +130 cc,

tekanan darah 150/60 Mmhg, Nadi 88x/ Menit, respirasi 22x/menit, suhu 36

ºC. Pemberian terapi berkumur air hangat , data subjektif klien merasa haus,

data objektif: klien tampak berkumur air hangat selama 30 detik lalu

membuangnya.

Implementasi tanggal 26 Mei 2017 penulis mengkaji intake dan output

cairan klien, data subjektif klien badan nya terasa lemah, dan mudah haus,

data objektif ekstremitas bawah tampak oedema sudah berkurang, pitting

edema > 3 detik, balance cairan +80 cc, tekanan darah 140/70 mmhg, nadi

90x/menit, respirasi klien merasa haus, data objektif: klien tampak berkumur

air hangat selama 30 detik lalu membuangnya

Implementasi tanggal 27 mei 2017 penulis mengkaji intake dan output

cairan klien, data subjektif klien mengatkan badannya terasa lemah, BAK

sedikit, dan mudah haus, data objektif balance cairan +30cc, tampak odema

di ekstremitas bawah sudah berkurang pitting edema> 3 detik, tekanan darah

130/90 mmhg, nadi 89 x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 36ºC. Pemberian


61

terapi berkumur air hangat, data subjektif klien merasa haus, data objektif:

klien tampak berkumur air hangatselama 30 detik lalu membuangnya..

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi adalah kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan

menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul

dengan tujuan dan pencapaian tujuan (Nursalam. 2009). Evaluasi

didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara

dasar tujuan keperawatan klien telah ditetapkan dengan respon perilaku klien

yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain untuk menentukan

perkembangan kesehatan klien, menilai efektifitas dan efisiensi tindakan

keperawatan, mendapatkan umpan balik dari respon klien dan sebagai

tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan

(Dermawan. 2012).

Evaluasi hari pertama Tn.K dengan diagnosa keperawatan kelebihan

volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi belum

tertasi. Data subjektif klien mengatakan masih merasa lemas, dan mudah

haus, data objektif tampak odema di ekstremitas bawahnya belum berkurang,

balance cairan +225cc. Intervensi dilanjutkan, pantau intake dan output cairan

dan berikan terapi berkumur air hangat.

Evaluasi hari kedua Tn.K dengan diagnosa keperawatan kelebihan volume

cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi belum tertasi.

Data subjektif klien mengatakan masih merasa lemas, dan mudah haus, data

objektif odema diekstremitas bawah sudah berkurang, balance cairan +155 cc.
62

Intervensi dilanjutkan, pantau intake dan output cairan dan berikan terapi

berkumur air hangat.

Evaluasi hari ketiga Tn.K dengan diagnosa keperawatan kelebihan volume

cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi belum teratasi.

Data subjektif klien mengatakan masih merasa lemas, dan mudah haus, data

objektif odema diekstremitas bawah sudah berkurang, balance cairan +125

cc. Intervensi dilanjutkan, pantau intake dan output cairan dan berikan terapi

berkumur air hangat.

Evaluasi hari pertama Tn.M dengan diagnosa keperawatan kelebihan

volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi belum

tertasi. Data subjektif klien mengatakan badan nya terasa lemah, BAK sedikit,

dan mudah haus. Data objektif klien tampak lemas, oedema pada kedua

ekstremitas bawah, balance cairan +130 cc. Intervensi keperawatan

dilanjutkan, pantau intake dan output cairan dan berikan terapi berkumur air

hangat.

Evaluasi hari kedua Tn.M dengan diagnosa keperawatan kelebihan volume

cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi belum teratasi.

Data subjektif klien mengatakan badan terasa lemah, BAK seikit, dan mudah

haus. Data objektif klien tampak lemas, oedema pada kedua ekstremitas

bawah berkurang, balance cairan +80 cc. Intervensi keperawatan dilajutkan,

pantau intake dan output cairan dan berikan terapi berkumur air hangat.

Evaluasi hari ketiga Tn.M dengan diagnosa keperawatan kelebihan volume

cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi tertasi. Data

subjektif klien mengatakan badan nya terasa lemah, dan mudah haus. Data
63

objektif klien tampak lemas, oedema pada kedua ekstremitas bawah

berkurang, balance cairan +30cc. Intervensi keperawatan dipertahankan,

pantau intake dan output cairan dan berikan terapi berkumur air hangat.

Hasil akhir evaluasi diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan

berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi yang dilakukan

inplementasi selama 3 hari pada Tn.K megalami penurunan hasil pada

balance cairan hari pertama 225 cc, hari kedua 155cc, dan hari ketiga 125cc.

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fransisca (2012) klien yang

diberikan terapi berkumur air hangat akan berdampak pada penurunan rasa

kering di mulut akibat program pembatasan cairan, sehingga hal tersebut akan

dapat menurunkan rasa haus yang muncul.

Pada Tn.M pada hasil akhir mengalami penurunan hasil balance cairan

setelah dilakukan implementasi selama 3 hari. Hari pertama +130cc, hari

kedua +80cc dan hari ketiga, +30cc. Ini menunjukkan bahwa penelitian yang

dilakuakan Fransisca (2012) klien yang diberikan terapi berkumur air hangat

akan berdampak pada penurunan rasa kering di mulut akibat program

pembatasan cairan, sehingga hal tersebut akan dapat menurunkan rasa haus

yang muncul.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan dari

pengkajian, perumusan masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

tentang asuhan keperawatan Gagal Ginjal Kronik pada Tn.K dan Tn.M di

ruang Bugenvil RSUD Ungaran dengan mengaplikasikan hasil penelitian

efektifitas berkumur air matang terhadap penurunan rasa haus pada pasien

Gagal Ginjal Kronik. Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat

menarik kesimpulan sebagai berikut :

6.1.1 Pengkajian

Pada pola eliminasi didapatkan hasil klien Tn.K intake: minum

450 cc, makan 500 cc, infus 500cc. serta output: urine 250 cc, IWL= 15

x BB = 15 x 65kg= 975. Intake dan output dijumlah mendapatkan hasil

+225 cc. Sedangakan pada klien Tn.M intake: minum 450cc, makan

600 cc, infuse 500cc, serta output urine 300cc, IWL= BB X 15= 68 kg x

15= 1020 , intake dan output dijumlah mendapatkan hasil +130cc.

6.1.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan sesuai dengan pengkajian

hierarki kebutuhan dasar menurut maslow yaitu prioritas diagnosa pada

Tn.K dan Tn.M adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan

gangguan mekanisme regulasi

64
65

6.1.3 Intervensi

Intervensi yang dirumuskan penulis untuk diagnosa Tn.K dan

Tn.M adalah kelebihsn volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi. Pada Tn.K dan Tn.M dilakukan tindakan

memantau vital sign,menghitung balance cairan, timbang berat badan,

membatasi masukan cairan dengan cara berkumur dengan air matang

agar produksi saliva bisa maksimal. Ajarkan pada klien untuk tetap

melakukan intervensi bila dirumah atau tanpa bantuan perawat.

6.1.4 Implementasi

Implementasi dalam asuhan keperawatan pada Tn.K dan Tn.M

dengan chronic kidney disease di ruang Bugenvil RSUD Ungaran,

telah sesuai dengan apa yang sudah dibuat dalam intervensi yaitu

pemberian terapi berkumur air hangat terhadap peningkatan sekresi

saliva.

6.1.5 Evaluasi

Evaluasi masalah keperawatan klien Tn.K dan klien Tn.M

kelebihan volume cairan berhibungan dengan gangguan mekanisme

regulasi. Masalah belum teratasi. Untuk hasil yang maksimal bisa

dilakukan intervensi, pantau intake output cairan klien selama

perawatan dan anjurkan klien untuk berkumur air hangat saat

merasakan haus.
66

6.2 Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

gagal ginjal kronik. Penulis memberikan usulan masukan yang positif

khususnya dibidang kesehatan antara lain :

6.2.1 Bagi institusi pelayanan kesehatan

Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Ungaran dapat

mempertahankan mutu pelayanan kesehatan dan hubungan kerjasama

baik antara tim kesehatan maupun pasien

6.2.2 Bagi perawat

Hendaknya perawat memiliki tanggung jawab dan senantiasa

meningkatkan keterampilan yang lebih dan selalu berkoordinasi dengan

tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya

kepada pasien dengan Gagal Ginjal Kronik

6.2.3 Bagi institusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas dengan mengupayakan aplikasi riset dalam setiap tindakan

yang dilakukan sehingga mampu menghasilkan perawat yang

professional, terampil, inovatif, dan bermutu dalam memberikan asuhan

keperawatan yang komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik

keperawatan terutama pada kasus Gagal Ginjal Kronik.


67

6.2.4 Bagi penulis

Diharapkan dapat memberi pengalaman baru dalam melakukan

intervensi berbasis riset di bidang keperawatan urologi saat melakukan

aplikasi berbasis jurnal penulis dapat mengetahui penerapan efektifitas

berkumur air hangat terhadap penurunan rasa haus pada pasien gagal

ginjal kronik
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Julia Pamuji Astuti

Tempat, tanggal lahir : Kepahiang, 4 Juli 1996

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat rumah : Jln. Reformasi Rt 08/Rw 04, Pasar Sejantung,


Kepahiang, Bengkulu

Riwayat pendidikan : TK Asiyah Kepahiang, Bengkulu

SD N 02 Kepahiang, Bengkulu

SMP N 01 Kepahiang, Bengkulu

SMA N 1 Kepahiang, Bengkulu

STIKes Kusuma Husada Surakarta

Riwayat pekerjaan :-

Riwayat organisasi : IKM (Ikatan Keluarga Mahasiswa) Prodi D3


Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta th
2015/2016

Publikasi :-

Anda mungkin juga menyukai