Anda di halaman 1dari 131

ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN

POLA NAFAS PADA An. N DENGAN ASMA DI RUANG


CEMPAKA RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA

KTI

Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan

Diploma III Keperawatan Fakultas Kesehatan

Universitas Harapan Bangsa

Oleh :
BAYU EGGY PAMUNGKAS
NIM. 170102011

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D3


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

i
PURWOKERTO
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN


POLA NAFAS PADA An. N DENGAN ASMA DI RUANG
CEMPAKA RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA

KTI

Disusun Oleh:

BAYU EGGY PAMUNGKAS


NIM. 170102011

Telah Disetujui untuk dilakukan seminar KTI

Pada Tanggal.........

Purwokerto, .... Juli 2020

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Murniati, M.Kep Roro Lintang Suryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep

ii
NIK.10661009048

NIK.111411140588

LEMBAR PENGESAHAN
KTI

ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN


POLA NAFAS PADA An. N DENGAN ASMA DI RUANG
CEMPAKA RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA
KTI

Disusun Oleh:

BAYU EGGY PAMUNGKAS


NIM. 170102011

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Untuk Memperoleh


Gelar Ahli Madya Keperawatan (A. Md Kep) pada Program Studi Keperawatan
D3 Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa
Pada hari : ………………….
Tanggal : ………………….
Dewan Penguji:
1. Pembimbing I : Ns. Murniati, M.Kep (Tanda Tangan)
2. Pembimbing II : Roro Lintang Suryani, S.Kep, Ns., M.Kep (Tanda Tangan)
3. Penguji : Noor Yunida Triana, S.Kep., Ns., M.Kep (Tanda Tangan)
Mengesahkan

Ka.Prodi Keperawatan D3
Fakultas Kesehatan

iii
Universitas Harapan Bangsa

Arni Nur Rahmawati, S.Kep., Ners., M.Kep


NIK. 108701120888
PERNYATAAN KEASLIAN KTI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Bayu Eggy Pamungkas
NIM : 170102011
Prodi : Keperawatan D3
Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa KTI ini benar-benar merupakan hasil
karya saya; bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya, kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa KTI ini hasil plagiasi, maka saya bersedia
menerima sanksi berupa pencabutan gelar ahli madya keperawatan yang saya
peroleh terkait dengan KTI ini.

Purwokerto, Juli 2020


Yang membuat pernyataan

Bayu Eggy Pamungkas

iv
170102011

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan KTI dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS PADA

AN. N DENGAN ASMA DI RUANG CEMPAKA RSUD dr. R. GOETENG

TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Atas terselesaikanya KTI ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan, pengarahan, bimbingan dan

dorongan kepada penulis dalam penyelesaian KTI ini. Secara khusus penulis juga

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Iis Setiawan Mangkunegara, S.Kom., M.TI., selaku Ketua Yayasan

Universitas Harapan Bangsa

2. dr. Pramesti Dewi, M.Kes., selaku Rektor Universitas Harapan Bangsa

3. dr. Nonot Mulyono, M.Kes, selaku direktur RSUD dr. R. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga

4. Ns. Martyarini Budi S., M.Kep., selaku Wakil Rektor I di Universitas

Harapan bangsa.

v
5. Yuris Tri Naili SH., KN, selaku Wakil Rektor II di Universitas Harapan

Bangsa

6. Murniati, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Harapan bangsa

7. Arni Nur Rahmawati, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Ka. Prodi


Keperawatan DIII.
8. Ns. Murniati, M.Kep, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingannya dalam menyusun KTI ini.

9. Roro Lintang Suryani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Pembimbing II yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingannya dalam menyusun KTI

ini.

10. Noor Yunida Triana, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen Penguji yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingannya dalam menyusun KTI ini.

11. Segenap pegawai RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata yang telah

memberikan data guna Kelengkapan penelitian ini.

12. Dosen Universitas Harapan Bangsa yang telah memberikan bimbingan dan

arahan pada proses penyusunan KTI ini.

13. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan KTI ini.

Tidak ada yang bisa penulis berikan kecuali ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua yang telah membantu penulis KTI ini

mendapatkan pahala sehingga keridhoanya bisa diterima sebagai amalan oleh

Allah SWT, aamiin.

Penulis berharap agar penulis ini dapat berguna bagi pembaca, akan tetapi

tidak ada kesempurnaan didunia ini dalam segala hal khususnya pada penyusunan

vi
penulisan ini. Penulis sangat menyadari atas tidak sempurnaan KTI ini, untuk itu

dari segala kekurangan yang ada pada penulis dengan kebesaran hati menerima

kritik dan saran yang membangun dari pembaca, demi kesempurnaan dalam masa

yang akan datang.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb

Purwokerto, Juli 2020

Bayu Eggy Pamungkas

170102011

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KTI........................................................ iv
KATA PENGANTAR............................................................................ v
DAFTAR ISI.......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.................................................................................. x
DAFTAR BAGAN................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 4
C. Tujuan Penulisan................................................................ 4
D. Manfaat Penulisan.............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 7
A. Konsep Medis Asma.......................................................... 7
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................ 18
C. Pemenuhan Oksigenasi pada Asma.................................... 27
BAB III METODE STUDI KASUS..................................................... 31
A. Rancangan Studi Kasus...................................................... 31
B. Subyek Stusi Kasus............................................................ 31
C. Fokus Studi........................................................................ 32
D. Tempat dan Waktu.............................................................. 32
E. Pengumpulan Data............................................................. 32
F. Penyajian Data................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................... 35
A. Hasil Penelitian.................................................................. 35
B. Pembahasan........................................................................ 46
C. Refleksi Diri....................................................................... 56
BAB V PENUTUP................................................................................. 57

viii
A. Kesimpulan......................................................................... 57
B. Saran................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA

ix
LAMPIRANDAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan............................................................ 22


Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan........................................................... 23
Tabel 4.1 Analisa Data............................................................................. 40
Tabel 4.2 Implementasi Keperawatan..................................................... 42
Tabel 4.3 Evaluasi Keperawatan............................................................. 44

x
DAFTAR BAGAN

xi
Bagan 2.1 Pathway asma 13LAMPIRAN

Lampiran 1 : Form Asuhan Keperawatan

Lampiran 2 : SOP Batuk Efektif dan Teknik Nafas Dalam

Lampiran 3 : SOP Semi Fowler

Lampiran 4 : SOP Nebulizer

Lampiran 5 : SOP Latihan Nafas Dalam Dengan Meniup Balon

Lmapiran 6 : Lembar Bimbingan

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asma merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang banyak

dijumpai pada anak-anak maupun dewasa (Paulina, 2019). Asma merupakan

suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena

hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan

dengan manifestasi mengi kambuhan, sesak nafas, dan batuk terutama pada

malam hari dan pagi hari. Asma merupakan penyakit yang umumnya

mempengaruhi orang-orang dari semua usia, dan dapat mempengaruhi

psikologis serta sosial yang termasuk domain dari kualitas hidup. Penyakit ini

pada umumnya dimulai sejak masa anak-anak (Wong, D.L, Hockenberry M,

Wilson D, dkk, 2009 (dalam Dharmayanti 2015)).

Asma menjadi salah satu masalah kesehatan utama baik di negara maju

maupun di negara berkembang. Menurut data dari laporan Global Initiatif for

Asthma (GINA) tahun 2017 dinyatakan bahwa angka kejadian asma dari

berbagai negara adalah 1- 18% dan diperkirakan terdapat 300 juta penduduk di

dunia menderita asma. Perbedaan ras dalam prevalensi asma juga pernah di

laporkan. Anak ras Amerika Afrika dilaporkan memiliki prevalensi asma

sebesar 21,1% dibandingkan dengan anak ras kaukasia, yaitu sebanyak 13% di

Amerika Serikat. Pada dewasa, jumlah ini tidak berbeda jauh antara ras

Amerika Afrika yaitu sebesar 13,6% dibandingkan dengan ras kaukasia

sebesar 12,9 % (GINA, 2017).

1
2

Prevalensi asma menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016

memperkirakan 235 juta penduduk dunia saat ini menderita penyakit asma dan

kurang terdiagnosis dengan angka kematian lebih dari 80% di negara

berkembang. Di Amerika Serikat menurut National Center Health Statistic

(NCHS) tahun 2016 prevalensi asma berdasarkan umur, jenis kelamin, dan ras

berturut-turut adalah 7,4% pada dewasa, 8,6% pada anak-anak, 6,3% laki-laki,

9,0% perempuan, 7,6% ras kulit putih, dan 9,9% ras kulit hitam.

Menurut Kemenkes tahun 2018, prevalensi asma tahun 2018 di

Indonesia sebesar 2,4% untuk semua umur. Terdapat 16 Provinsi yang

mempunyai prevalensi penyakit asma yang melebihi angka nasional. Dari 16

Provinsi tersebut, 3 Provinsi teratas adalah DI Yogyakarta (4,5%), Kalimantan

Timur (4%), dan Bali (3,9%). Sementara Provinsi dengan prevalensi penyakit

asma terendah yakni Sumatera Utara. Prevalensi asma di Indonesia menurut

data Survei Kesehatan Rumah Tangga sebesar 4%, sedangkan berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2017, prevalensi asma untuk seluruh

kelompok usia sebesar 3,5% dengan prevalensi penderita asma pada anak usia

1 - 4 tahun sebesar 2,4% dan usia 5 - 14 tahun sebesar 2,0% (Infodatin, 2017).

Prevalensi kasus asma di Jawa Tengah pada tahun 2018 sebesar 4,58%

dari jumlah keseluruhan kasus baru PTM yang dilaporkan pada tahun 2018

adalah 2.412.297 kasus (Dinkes Jateng, 2018). Jumlah kasus asma bronkhial

tahun 2018 untuk Kabupaten Purbalingga sendiri ditemukan sebanyak 2.888

kasus. Meningkat cukup signifikan jika dibanding penemuan kasus tahun 2017

yaitu hanya 461 kasus (Profil Kesehatan Kabupaten Purbalingga, 2018).


3

Sedangkan jumlah kasus asma bronkhial di RSUD dr. R. Goeteng

Taroenadibrata tahun 2018 sebanyak 303 kasus (Profil RSUD dr. R. Goeteng

Taroenadibrata, 2018).

Menurut Saheb (2011), gejala awal asma meliputi; batuk, dispnea,

mengi (wheezing), gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi,

pernafasan cepat dangkal sedangkan gejala lain dari asma yaitu; takipnea,

gelisah, diaphoresis, nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam

pernafasan, fatigue (kelelahan), tidak toleran terhadap aktivitas: makan,

berjalan, bahkan berbicara, serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa

sesak dalam dada disertai pernafasan lambat, ekspirasi selalu lebih susah dan

panjang dibanding inspirasi, sianosis sekunder, gerak-gerak retensi

karbondioksida seperti: berkeringat, takikardia, dan pelebaran tekanan nadi.

Upaya yang dapat dilakukan dalam menurunkan angka kejadian asma adalah

memulihkan kemampuan pernafasan. Terutama pada pasien asma dengan

masalah ketidakefektifan pola nafas. Pengobatan, renang, dan senam asma

dilakukan secara rutin oleh penderita asma dapat memulihkan kemampuan

pernafasan dengan cara melemaskan otot-otot pernafasan, mengendalikan

pernafasan bahkan meningkatkan kapasitas pernafasan. Kebutuhan cairan dan

nutrisi harus terpenuhi, mengontrol emosional serta menjaga lingkungan yang

bersih dan aman.

Penanganan yang dilakukan pada anak dengan asma yaitu jauhkan

anak-anak dari agen-agen yang dapat membuat asma kambuh seperti debu,

bulu binatang, perubahan cuaca, dan lain-lain. Serta selalu berikan masker
4

pada anak dan kenakan pakaian yang hangat pada anak, saat cuaca yang

dingin agar anak tidak terjadinya kekambuhan asma pada anak (Paulina,

2019).

Peran perawat untuk merawat pasien dengan asma adalah melalui

pendekatan proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan melalui

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan dan evaluasi keperawatan. Perawat juga perlu memberikan

dukungan dan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk tetap menjaga

kesehatan, menyarankan kepada pasien dan keluarga agar tetap tabah, sabar,

dan berdoa agar diberikan kesembuhan, serta keluarga dapat merawat pasien

di rumah dengan mengikuti semua anjuran dokter dan perawat.

Dampak yang akan terjadi jika anak dengan penyakit asma tidak

ditangani dengan tepat, dimana lingkungan memiliki peran dalam memicu

kekambuhan asma. Salah satu masalah yang muncul pada asma yaitu

ketidakefektifan pola nafas. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik

untuk menyusun sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan ketidakefektifan pola nafas pada An. N dengan asma di ruang

Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas maka peneliti merancang

rumusan masalah “Bagaimanakah asuhan keperawatan ketidakefektifan pola


5

nafas pada An. N dengan asma di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga?”

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada anak asma

dengan masalah ketidakefektifan pola nafas di ruang Cempaka RSUD dr.

R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan hasil pengkajian ketidakefektifan pola nafas pada An.

N dengan asma di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga

b. Menggambarkan hasil diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola

nafas pada An. N dengan asma di ruang Cempaka RSUD dr. R.

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

c. Menggambarkan hasil rencana intervensi keperawatan ketidakefektifan

pola nafas pada An. N dengan asma di ruang Cempaka RSUD dr. R.

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

d. Menggambarkan hasil implementasi keperawatan ketidakefektifan pola

nafas pada An. N dengan asma di ruang Cempaka RSUD dr. R.

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga


6

e. Menggambarkan hasil evaluasi keperawatan ketidakefektifan pola

nafas pada An. N dengan asma di ruang Cempaka RSUD dr. R.

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

D. MANFAAT

Studi kasus ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Masyarakat (Khususnya responden dan keluarga)

Studi kasus ini diharapkan menambah pengetahuan dalam merawat pasien

khususnya dengan ketidakefektifan pola nafas pada pasien asma bagi

responden maupun keluarga

2. Bagi pengembangan ilmu

Menambah wawasan ilmu bidang keperawatan bagi peneliti selanjutnya,

dalam mengatasi ketidakefektifan pola nafas pada pasien asma

3. Penulis

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis, khususnya studi

kasus tentang pelaksanaan keperawatan ketidakefektifan pola nafas pada

pasien asma.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS ASMA

1. Pengertian

Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas

yang ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang

berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat

penyumbatan saluran pernapasan (Infodatin, 2017). Asma adalah suatu

keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena

hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan

peradangan (Nurarif dan Kusuma, 2015). Asma merupakan proses

inflamasi kronik saluran pernapasan menjadi hiperesponsif, sehingga

memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema, dan hipersekresi

kelenjar (Nelson, 2013).

Beberapa faktor penyebab asma, antara lain umur pasien, status

atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan.

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), asma dibedakan menjadi 2

jenis yakni :

a. Asma bronkial

Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap

rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan

bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat

7
8

mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba.

Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya

radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan

bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos

saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir, dan

pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.

b. Asma kardial

Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma

kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas

yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymal dispnea.

Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.

2. Etiologi Asma

Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkan faktor

autonom, imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai

tingkat pada berbagai individu. Pengendalian diameter jalan napas

dapat dipandang sebagai suatu keseimbangan gaya neural dan

humoral. Aktivitas bronkokonstriktor neural diperantarai oleh bagian

kolinergik sistem saraf otonom. Ujung sensoris vagus pada epitel jalan

napas, disebut reseptor batu atau iritan, tergantung pada lokasinya,

mencetuskan refleks arkus cabang aferens, yang pada ujung eferens

merangsang kontraksi otot polos bronkus.

Adapun etiologi asma menurut Nelson (2013), dibagi menjadi

beberapa macam yaitu:


9

a. Faktor imunologis

Pada beberapa penderita yang disebut asma ekstrinsik atau

alergik, eksaserbasi terjadi setelah pemaparan terhadap faktor

lingkungan seperti debu rumah, tepungsari, dan ketombe.

Bentuk asma adanya instrinsik dan ekstrinsik. Perbedaan

intrinsik dan ekstrinsik mungkin pada hal buatan (artifisial),

karena dasar imun pada jejas mukosa akibat mediator pada

kedua kelompok tersebut. Asma ekstrinsik mungkin

dihubungkan dengan lebih mudahnya mengenali rangsangan

pelepasan mediator daripada asma instrinsik.

b. Faktor endokrin

Asma dapat lebih buruk dalam hubungannya dengan kehamilan

dan menstruasi, terutama premenstruasi, atau dapat timbul pada

saat wanita menopause. Asma membaik pada beberapa anak saat

pubertas.

c. Faktor psikologis

Faktor emosi dapat memicu gejala-gejala pada beberapa anak

dan dewasa yang berpenyakit asma, tetapi “penyimpangan”

emosional atau sifat-sifat perilaku yang dijumpai pada anak

asma tidak lebih sering daripada anak dengan penyakit cacat

kronis yang lain.

3. Klasifikasi Asma
10

Keparahan asma juga dapat dinilai secara retrospektif dari

tingkat obat yang digunakan untuk mengontrol gejala dan serangan

asma. Hal ini dapat dinilai jika pasien telah menggunakan obat

pengontrol untuk beberapa bulan. Yang perlu dipahami adalah bahwa

keparahan asma bukanlah bersifat statis, namun bisa berubah dari

waktu-waktu, dari bulan ke bulan, atau dari tahun ke tahun (GINA,

2015). Adapun klasifikasi asma menurut GINA (2015), sebagai

berikut :

a. Asma Ringan

Adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan tahap 1 atau tahap

2, yaitu terapi pelega bila perlu saja, atau dengan obat pengontrol

dengan intensitas rendah seperti steroid inhalasi dosis rendah atau

antogonis leukotrien, atau kromon.

b. Asma Sedang

Adalah asma terkontrol dengan pengobatan tahap 3, yaitu terapi

dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis rendah plus long

acting beta agonist (LABA).

c. Asma Berat

Adalah asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau 5, yaitu terapi

dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus long

acting beta agonist (LABA) untuk menjadi terkontrol, atau asma

yang tidak terkontrol meskipun telah mendapat terapi.


11

Perlu dibedakan antara asma berat dengan asma tidak terkontrol.

Asma yang tidak terkontrol biasnya disebabkan karena teknik

inhalasi yang kurang tepat, kurangnya kepatuhan, paparan alergen

yang berlebih, atau ada komorbiditas. Asma yang tidak terkontrol

relatif bisa membaik dengan pengobatan. Asma berat merujuk pada

kondisi asma yang walaupun mendapatkan pengobatan yang

adekuat tetapi sulit mencapai kontrol yang baik.

4. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk, wheezing, sesak

nafas, dada tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang,

reversibel, cenderung memberat pada malam hari, dan biasanya timbul

jika ada pencetus (Rahayoe, N, Kartasasmita Cissy B, Supriyatno

Bambang, dkk 2016).

5. Patofisiologi

Suatu serangan Asma merupakan akibat obstruksi jalan napas

difus reversible. Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi

utama yaitu kontraksi otot-otot polos baik saluran napas,

pembengkakan membran yang melapisi bronki, pengisian bronki

dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronki dan kelenjar

mukusa membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli

menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap didalam jaringan

paru.Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast

dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan


12

antigen dengan antibody, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast

(disebut mediator) seperti histamine, bradikinin, dan prostaglandin

serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A).

Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos

dan kelenjar jalan napas, menyebabkan 23 bronkospasme,

pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mucus yang

sangat banyak. Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem

saraf simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik

dirangsang, terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika

reseptor β- adrenergik yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor

α- dan βadrenergik dikendalikan terutama oleh siklik adenosine

monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor α- mengakibatkan penurunan

cAMP, yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang

dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor β-

mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP yang menghambat

pelepasan mediator kimiawi dan menyebabakan bronkodilatasi. Teori

yang diajukan adalah bahwa penyekatan β- adrenergik terjadi pada

individu dengan Asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap

peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos

(Smeltzer & Bare, 2002 dalam Maidarti 2014).


13

6. Pathway

Ekstinsik (inhaled alergi) Intrinsik (infeksi, psikososial,

stress)
Bronchial mukosa menjadi sensitif
Penurunan stimuli reseptor
oleh Ig E
terhadap iritan pada
Peningkatan mast cell pada
trakheobronchial
trakheobronchial Hiperaktif non spesifik

Stimulasi reflek reseptor Pelepasan histamine terjadi stimuli penggerak dari cell

syarat parasimpatis pada stimulasi pada bronchial Perangsang reflek reseptor


mukosa bronchial smooth sehingga terjadi trakheobronchial
Peningkatann permeabilitas vaskuler akibat

kebocoran protein dan cairan dalam jaringan

Perubahan jaringan, peningkatan Ig E dalam serum

Respon dinding bronkus

bronkospasme Hipersekresi mukosa


Udema

wheezing Penumpukan
Bronkus
sekret kental
Ketidakefektif
Ventilasi terganggu Sekret tidak keluar
an pola napas
Bernapas Batuk tak
Hipoksemia
Gangguan melalui mulut efektif
Intolerans
Gelisah Keringny
pertukaran Bersihan
i aktivitas
a mukosa
jalan napas
gas Gangguan Cemas
Risiko infeksi
pola tidur

Bagan 2.1 Pathway asma

Sumber: Modifikasi Smeltzer & Bare (2002), Sundaru H (2002), Soemantri

(2008), Muttaqin (2008), Maidarti (2014)


14

7. Penatalaksanaan

Menurut Rahayoe, N, Kartasasmita Cissy B, Supriyatno

Bambang, dkk (2016), tujuan utama penatalaksanaan Asma adalah

mencapai asma terkontrol sehingga penderita asma dapat hidup

normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada

prinsipnya penatalaksanaan asma dibagi menjadi 2, yaitu:

penatalaksanaan asma jangka panjang dan penatalaksanaan asma

akut/saat serangan.

a. Tatalaksana Asma Jangka Panjang

Prinsip utama tatalaksana jangka panjang adalah edukasi, obat

Asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam

asma). Obat pelega diberikan pada saat serangan, obat

pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan dan diberikan

dalam jangka panjang dan terus menerus.

b. Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa

Tujuan tatalaksana serangan Asma akut:

1) Mengatasi gejala serangan asma

2) Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan

3) Mencegah terjadinya kekambuhan

4) Mencegah kematian karena serangan asma

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), ada program

penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu :


15

a. Edukasi

Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti.

Edukasi tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga

tetapi juga pihak lain yang membutuhkan energi pemegang

keputusan, pembuat perencanaan bidang kesehatan/asma,

profesi kesehatan.

b. Menilai dan monitor berat asma secara berkala

Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma

oleh penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan

asma. Hal tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain :

1) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan

perubahan terapi

2) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami

perubahan pada asmanya

3) Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu

direview, sehingga membantu penanganan asma terutama asma

mandiri.

c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus

d. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang

e. Menetapkan pengobatan pada serangan akut

Pengobatan pada serangan akut antara lain : Nebulisasi agonis

beta 2 tiap 4 pukul, alternatifnya Agonis beta 2 subcutan,


16

Aminofilin IV, Adrenalin 1/1000 0,3 ml SK, dan oksigen bila

mungkin Kortikosteroid sistemik.

f. Kontrol secara teratur

Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang

penting diperhatikan oleh dokter yaitu:

1) Tindak lanjut (follow-up) teratur

2) Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penangan lanjut bila

diperlukan

g. Pola hidup sehat

1) Meningkatkan kebugaran fisik

Olahraga menghasilkan kebugaran fisik secara umum.

Walaupun terdapat salah satu bentuk asma yang timbul

serangan sesudah execrise, akan tetapi tidak berarti penderita

EIA dilarang melakukan olahraga. Senam asma Indonesia

(SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang dianjurkan

karena melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan

khususnya, selain manfaat lain pada olahraga umumnya.

2) Berhenti atau tidak pernah merokok

3) Lingkungan kerja

Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat menimbulkan

asma.

h. Komplikasi
17

Menurut Mansoer dalam Asmarani (2018), komplikasi yang

terjadi pada anak penderita asma yaitu pneumothoraks,

pneumomediastinum, atelektasis, aspergilosis, gagal nafas dan

bronkhitis.

i. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Ngastiyah (2013), ada beberapa pemeriksaan

diagnostik bagi para penderita asma, antara lain :

1) Uji faal paru

Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi,

menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan

mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji

faal paru adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup

flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik napas dalam

melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat) dan

dicatat hasil.

2) Foto toraks

Foto toraks dilakukan terutama pada anak yang baru

berkunjung pertama kali di poliklinik, untuk menyingkirkan

kemungkinan ada penyakit lain. Pada pasien asma yang telah

kronik akan terlihat jelas adanya kelainan berupa hiperinflasi

dan atelektasis.

3) Pemeriksaan darah
18

Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret

hidung. Bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain

itu juga, dilakukan uji tuberkulin dan uji kulit dengan

menggunakan alergen.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), meliputi :

a. Biodata

Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis

kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.

b. Keluhan utama

Keluhan utama yang timbul pada pasien dengan asma adalah dispnea

(sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi

(pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Terdapat data yang menyatakan adanya faktor prediposisi timbulnya

penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit

saluran nafas bagian bawah (rhinitis, utikaria, dan eskrim).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien dengan asma sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit

turunan, tetapi pada beberapa pasien lainnya tidak ditemukan adanya

penyakit yang sama pada anggota keluarganya.


19

e. Pemeriksaan fisik

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan fisik yang dapat

dilakukan meliputi;

1) Inspeksi

a) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, pasien pada

posisi duduk

b) Dada diobservasi

c) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah

d) Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya,

skar, lesi, massa, dan gangguan tulang belakang, seperti

kifosis, skoliosis, dan lordosis.

e) Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan

pergerakkan dada.

f) Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung

pernapasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernapasan.

g) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I)

dan fase ekspirasi (E). Rasio pada fase ini normalnya 1:2. Fase

ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi

pada jalan napas dan sering ditemukan pada pasien Chronic

Airflow Limitation (CAL) / Chornic obstructive Pulmonary

Diseases (COPD)

h) Kelainan pada bentuk dada


20

i) Observasi kesimetrisan pergerakkan dada. Gangguan

pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada

mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura

j) Observasi trakea abnormal ruang interkostal selama inspirasi,

yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.

2) Palpasi

a) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan

mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan keadaan kulit,

dan mengetahui vocal/ tactile premitus (vibrasi).

b) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat

inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.

c) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan

ketika berbicara(Nurarif & Kusuma, 2015)

3) Perkusi dada

a) Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada

jaringan paru normal.

b) Dullnes : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas

bagian jantung, mamae, dan hati Timpani : musical, bernada

tinggi dihasilkan di atas perut yang berisi udara

c) Hipersonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah dibandingkan

dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang berisi darah.
21

d) Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi.

Dapat terdengar pada perkusi daerah hati, di mana areanya

seluruhnya berisi jaringan (Nurarif & Kusuma, 2015).

4) Auskultasi

a) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup

mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan

(abnormal).

b) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika

melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.

c) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan

vesikular.

d) Suara nafas tambahan meliputi wheezing : pleura friction rub,

dan crackles.
22

2. Diagnosa Keperawatan

Tabel 2.1 Rumusan Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Definisi Batasan Karakteristik Faktor yang berhubungan

1 Ketidakefektifan Pola Inspirasi dan atau ekspirasi 1. Perubahan ekspirasi dada 1. Ansietas

Nafas yang tidak memberikan 2. Mengambil posisi tiga titik 2. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

ventilasi adekuat 3. Penurunan ventilasi semenit 3. Deformitas tulang

4. Penurunan tekanan 4. Deformitas dinding dada

inspirasi/ekspirasi 5. Keletihan

5. Penurunan kapasitas vital 6. Hiperventilasi, Hipoventilasi sindrom

6. Peningkatan diameter anterior- 7. Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal

posterior 8. Kelelahan otot pernafasan

7. Pernafasan cuping hidung 9. Nyeri

8. Menggunakan otot pernafasan 10.Disfungsi Neuromuskuler

tambahan 11.Obesitas
23

9. Bradipneu 12.Injuri tulang belakang

10.Takipneu 13.Dyspnea

11.Dispneu 14.Nafas pendek

12.Orthopnea 15.Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi

13.Pernafasan bibir 16.Penurunan pertukaran udara / menit

14.Fase ekspirasi memanjang 17.Menggunakan otot pernafasan tambahan

18.Orthopnea

19.Pernafasan pursed-lip

20.Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama

21.Penurunan kapasitas vital

Sumber: Herdman dan Kamitsuru (2018)

3. Intervensi keperawatan

Tabel 2.2 Intervensi keperawatan


24

No Diagnosa NOC yang ditawarkan NOC yang dipilih NIC yang ditawarkan NIC yang dipilih

1 Ketidakefektifan Pola 1. Status pernafasan: kepatenan Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen jalan nafas 1. Manajemen jalan nafas

Nafas jalan nafas keperawatan selama 2. Manajemen asma (3140)

2. Status pernafasan ………..klien menunjukkan 3. Terapi oksigen 2. Monitor pernafasan (3350)

3. Status pernafasan ventilasi pola nafas yang efektif 4. Pengaturan posisi 3. Pengaturan posisi (0840)

4. Respon alergik sitemik (00032), dengan 5. Monitor pernafasan 4. Terapi oksigen (3320)

5. Respon imun: hipersensitif 6. Manajemen batuk 5. Manajemen energi (0180)

Kriteria hasil: 7. Stabilisasi dan membuka

status pernafasan (0410) jalan nafas

dengan indikator 1-5 (1:

deviasi berat dari kisaran

normal, 2: deviasi cukup berat

dari kisaran normal, 3: deviasi

sedang dari kisaran normal, 4:

deviasi ringan dari kisaran

normal, 5: tidak ada deviasi


25

dari kisaran normal):

1. Frekuensi pernafasan dari 1

menjadi 4

2. Irama pernafasan dari 1

menjadi 4

3. Kedalaman inspirasi dari 1

menjadi 4

4. Suara auskultasi nafas dari

1 menjadi 4

5. Kepatenan jalann nafas dari

1 menjadi 4

6. Penggunaan otot nafas

bantuan dari sangat berat

(1) menjadi ringan (4)

Sumber: Moorhead et al (2016) & Bulechek et al (2016)


26

4. Implementasi Keperawatan

a. Meredakan bronkospasme

Anak diajarkan untuk mengenali tanda dan gejala awal serangan

sehingga dapat dikendalikan sebelum gejala tersebut semakin berat.

Tanda-tanda objektif yang dapat diobservasi orang tua antara lain

rinorea, batuk, demam ringan, iritabilitas, gatal (terutama leher

bagian depan dan dada), apati, ansietas, gangguan tidur, rasa tidak

nyaman pada abdomen, kehilangan nafsu makan.

Anak yang menggunakan nebulizer, MDI (Metered Dose

Inhalers), diskhaler, atau rotahaler untuk memberikan obat perlu

mempelajari cara penggunaan alat tersebut dengan benar (Wong,

D.L, Hockenberry M, Wilson D, dkk 2009 (dalam Dharmayanti

2015)).

Rasional: mirilekskan otot pernafasan dan menurunkan kongesti

lokal. Menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan prouksi mucus.

b. Kontrol lingkungan

Merupakan upaya pencegahan untuk menghindari pajanan

alergen dan polutan, baik untuk mencegah sensitisasi maupun

penghindaran pencetus. Para peneliti umumnya menyatakan bahwa

alergen utama yang harus dihindari adalah tungau debu rumah,

kecoak, bulu hewan peliharaan terutama kucing, spora pukulur, dan

serbuk sari bunga. Polutan harus dihindari adalah asap tembakau

sehingga mutlak dilarang merokok dalam rumah. Polutan yang telah


27

diidentifikasi berhubungan dengan eksaserbasi asma adalah asap

kendaraan, kayu bakar, ozon, dan SO2. Penghindaran maksimal

harus dilakukan di tempat anak biasa berada, terutama kamar tidur

dan tempat bermain sehari-hari. Untuk Indonesia, walaupun belum

ada data yang menyokong, agaknya kita harus menghindari obat

nyamuk dan asap lampu minyak (Akib, Munasir, & Kurniati, 2010).

Rasional: menurunkan stress dan rangsang berlebih,

meningkatkan istirahat.

c. Terapi bermain yang dapat digunakan di rumah sakit untuk

membantu melancarkan pernafasan dan mempertahankan pola nafas

anak tetap normal yaitu dengan bermain meniup seperti meniup

gelembung busa, balon, bola kapas dan lain-lain. Balon lebih mudah

digunakan karena bentuknya elastis sehingga lebih efektif jika

dilakukan untuk terapi nafas dalam. Balon memiliki warna yang

menarik sehingga membuat anak-anak tertarik dalam melakukan

terapi nafas dalam dan anak dapat memilih warna kesukaan mereka

(Arfianto, 2014)

Rasional: untuk mengurangi kerja bernafas, meningkatkan

inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot,

menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktifitas otot-otot

pernapasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan

frekuensi pernapasan, mengurangi udara yang terperangkap serta

mengurangi kerja bernapas.


28

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Soemantri (2009), evaluasi terhadap masalah

ketidakefektifan pola nafas secara umum dapat dinilai dari adanya

kemampuan dalam:

a. Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukan dengan

adanya kemampuan untuk bernapas, jalan nafas bersih, tidak ada

sumbatan, frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, serta

tidak ditemukan adanya tanda hipoksia.

b. Mempertahankan pola napas ecara efektif yang ditunjukan dengan

adanya kemampuan untuk bernapas, frekuensi, irama, dan

kedalaman, napas normal, tidak ditemukan adanya tanda hipoksia,

serta kemampuan paru berkembang dengan baik.

c. Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukan

dengan adanyan kemampuan untuk bernapas, tidak ditemukan

keletihan otot pernapasan pada usaha napas,inspirasi, dan ekspirasi

dalam batas normal, serta saturasi oksigen dalam keadan normal.

C. PEMENUHAN OKSIGENASI PADA ASMA

1. Definisi

Menurut Saryono dan Widianti (2010), oksigenasi adalah

memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekanan

atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.


29

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam

proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup

seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara

menghirup oksigen ruangan setiap kali bernapas (Wartonah, 2010).

2. Gangguan oksigenasi pada pasien asma

Penyebab terjadinya gangguan oksigenasi pada pasien asma

menurut Tim Pokja SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia)

DPP PPNI (2016) antara lain:

a. Depresi pusat pernapasan

b. Hambatan upaya napas (misalnya: Nyeri saat bernapas, kelemahan otot

pernapasan)

c. Deformitas dinding dada

d. Deformitas tulang dada

e. Gangguan neuromuscular

f. Gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogrm [EEG] positif, cedera

kepala, gangguan kejang)

g. Imaturitas neurologis

h. Penururnan energi

i. Obesitas

j. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

k. Sindrom hipoventilasi

l. Keruskan inervasi diafragma (keruskan saraf C5 ke atas )

m. Cedera pada medulla spinalis

n. Efek agen farmakologis


30

o. Kecemasan.

3. Penatalaksanaan oksigenasi asma pada anak

Menurut WHO dalam Buku Saku Pelayanan Anak di Rumah Sakit

(2009), penatalaksanaan oksigenasi asma pada anak yaitu berikan oksigen

pada semua anak dengan asma yang terlihat sianosis atau mengalami

kesulitan bernafas yang mengganggu berbicara, makan atau menyusu

(serangan sedang-berat).

4. Edukasi oksigenasi untuk penanganan asma

Menurut Arfianto (2014), terapi bermain meniup balon ditujukan

untuk anak-anak yang mengalami gangguan pada sistem pernapasan

khususnya asthma dengan tujuan agar fungsi paru pada anak akan

meningkat dan menjadi normal. Terapi ini dapat dianalogikan dengan

latihan napas dalam atau pursed lip breating. Pursed lip breating adalah

inspirasi dalam dan ekspirasi memanjang dengan mulut dimonyongkan

dengan tujuan untuk membantu pasien mengontrol pola napas,

menurunkan sesak napas, meningkatkan kekuatan otot pernapasan dan

memperbaiki kelenturan rongga dada sehingga fungsi paru menjadi

meningkat. Fungsi paru terutama ventilasi paru sangat dipengaruhi oleh

recoil dan compliance paru. Terapi meniup balon dapat meningkatkan

kekuatan otot pernapasan sehingga akan memaksimalkan recoil dan

compliance paru sehingga fungsi paru akan meningkat pula. Latihan

meniup balon dapat meningkatkan kekuatan otot dan ventilasi paru

pasien asthma, hal ini disebabkan karena latihan dapat menyebabkan

perangsangan pusat otak yang lebih tinggi pada pusat vasomotor di


31

batang otak yang menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan

peningkatan ventilasi paru.

Terapi bermain meniup balon sangat baik dilakukan pada pasien

yang menderita asthma karena dapat memperbaiki kelenturan rongga

dada serta diafragma, serta dapat melatih otot-otot ekspirasi untuk

memperpanjang ekhalasi dan meningkatkan tekanan jalan napas selama

ekspirasi, dengan demikian dapat mengurangi jumlah tahanan dan

jebakan udara. Latihan ini juga dapat membantu menginduksikan pola

napas terutama frekuensi napas menjadi lambat dan dalam. Latihan

napas dalam dapat meningkatkan oksigenasi dan membantu sekret atau

mukus keluar dari jalan napas (Arfianto, 2014).

Indikasi Terapi Oksigen

Menurut Wartonah (2010), terapi oksigen efektif diberikan pada klien

yang mengalami: gagal nafas, gangguan jantung (gagal jantung),

kelumpuhan akat pernafasan, perubahan pola nafas, keadaan gawat

(penurunan kesadaran dan coma), trauma paru, metabolisme yang

meningkat, post operasi, keracunan karbon monoksida.


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. RANCANGAN STUDI KASUS

Studi kasus merupakan suatu rancangan penelitian yang mencakup satu

unit. Satu unit di sini dapat berarti satu pasien, keluarga, kelompok,

komunitas, atau institusi. Unit tersebut akan menjadi kasus yang akan

dianalisis secara mendalam baik dalam segi yang berhubungan langsung

dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang memengaruhi, kejadian-

kejadian kasus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan

reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu, meskipun

didalam studi kasus ini yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal, namun

dianalisis secara mendalam, meliputi aspek yang luas (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian studi kasus ini peneliti melakukan penelitian studi kasus pada

pasien anak asma dengan masalah ketidakefektifan pola nafas.

B. SUBJEK STUDI KASUS

Subjek yang dijadikan dalam penelitian ini yaitu pasien asma dengan

masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas. Adapun cara memilih

subjek studi kasus berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebagai

berikut:

1. Kriteria Inklusi

a) Anak yang mengalami asma

b) Pasien berusia 4-15 tahun

1
2

c) Mengalami ketidakefektifan pola nafas

d) Bersedia menjadi responden

e) Dirawat di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

2. Kriteria Eksklusi

a) Pasien berusia > 15 tahun

b) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

C. FOKUS STUDI

Asuhan keperawatan ketidakefektifan pola nafas pada An. N dengan

asma di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

D. TEMPAT DAN WAKTU

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 - 17 Juli 2019 pada saat praktik

keperawatan anak di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

E. PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dalam kasus ini dilakukan dengan cara observasi,

wawancara, dan dokumentasi (Sukardi, 2016). Studi kasus yang digunakan

dalam penyusunan KTI ini adalah kasus yang sebelumnya sudah dikelola

pada saat praktik keperawatan anak di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata

Purbalingga bulan Juli 2019 oleh peneliti sesuai dengan data subjek studi

yang sebenarnya.
3

1. Observasi dan pemeriksaan fisik

Pemeriksaan dilakukan dengan pendekatan IPPA (inspeksi,

perkusi, palpasi, dan auskultasi). Inspeksi dilakukan dengan melihat

langsung tanda gejala pada pasien. Perkusi dilakukan dengan mengetuk

bagian dada pasien dengan perantara jari. Palpasi dilakukan dengan

melakukan kesimetrisan pergerakan dinding dada. Auskultasi dilakukan

dengan mendengar suara paru pada pasien.

2. Wawancara

Fokus anamnesa tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit

keluarga. Data pemenuhan kebutuhan dasar manusia menggunakan pola

Gordon yaitu pada persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan

metabolisme, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat dan

tidur, pola persepsi dan konsep diri, pola persepsi kognitif, pola

hubungan dan peran, pola reproduksi seksual, pola penanggulangan

stress, pola tata nilai dan kepercayaan. Sumber data didapat dari pasien

dan keluarga.

3. Studi dokumentasi

Hasil dari pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik

yang mendukung.
4

F.PENYAJIAN DATA

Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam

opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan

jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam

yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan

dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan

data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada

sebagai bahan untuk memberikan rekomendasikan dalam intervensi tersebut.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Pengkajian

Pengkajian pada An. N dengan diagnosa medis asma bronkial, di

ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

dilakukan pada tanggal 15 Juli 2019, pukul 10.30 WIB. Data pengkajian

yang didapatkan adalah An. N, jenis kelamin permpuan, lahir pada tanggal

05 April 2011 (9 tahun), alamat Kalimanah RT 02/RW 05. An. N masuk

rumah sakit pada tanggal 14 Juli 2019 pukul 03.00 WIB. Diagnosa medik

pada An. N asma bronkial. Saat dikaji keluhan utama: ibu pasien

mengatakan pasien, batuk berdahak sejak kemarin. Riwayat kesehatan

sekarang: Ny. A mengatakan bahwa An. N dibawa ke IGD RSUD dr. R.

Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dengan keluhan anaknya sudah sesak

napas sejak 1 hari yang lalu dan semakin memberat, dikarenakan saat

pasien pergi ke sekolah dan membersihkan kelas pasien tidak

menggunakan masker yang membuat pasien saat pulang kerumah

mengalami sesak napas, dan mendapatkan terapi nebulizer

(combiven+Nacl 0,9 % 3 cc). Saat ditanya tentang riwayat penyakit

dahulu, ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak ada riwayat penyakit

seperti sesak, pasien hanya sakit biasa seperti demam, dan pilek. Pasien

belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Ibu pasien mengatakan

1
2

baru mengetahui bahwa anaknya terkena asma saat pertama kali ini dibawa

ke RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Riwayat kehamilan dan kelahiran, ibu pasien mengatakan

memeriksakan kehamilannya di fasilitas kesehatan di Purbalingga

sebanyak 9 kali, dan tidak ada sakit yang diderita selama kehamilan. Ibu

pasien juga mengatakan melakukan persalinan di Puskesmas dan dibantu

oleh bidan, ibu pasien lahir normal dengan berat bayi 3000 gram. Ibu

pasien mengatakan bahwa pasien diberi ASI sejak bayi dan mendapatkan

MP-ASI pada usia 6 bulan. Pasien mendapatkan imunisasi lengkap.

Hasil pemeriksaan fisik pada An. N tanggal 15 Juli 2019

didapatkan hasil, keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran

composmentis, tanda-tanda vital dengan tekanan darah 90/70 mmHg,

pernapasan 30 kali/menit, nadi 104 kali/menit, suhu 36,5 °C. An. N

terpasang infus D5 ¼ 500 cc/ 24 pukul (6 tetes per menit), pasien tampak

lemah, batuk-batuk, suara napas ronchi dan terdengar bunyi mengi,

pernafasan cuping hidung, retraksi dinding dada, terdapat otot bantu

pernapasan, kepala tampak normal, lingkar kepala 45 cm, ubun-ubun

anterior dan posterior teraba datar dan keras, tidak adanya kaku kuduk

pada leher, tidak ada pembesaran limfe, konjungtiva an anemis, sklera

putih, telinga simetris, tidak adanya gangguan pendengaran, sekresi/

serumen tidak ada, tidak ada sekret pada hidung, mukosa bibir lembab,

lidah lembab, gigi bersih, dada tampak normal simetris, saat dilakukan

auskultasi pada paru-paru pasien terdengar bunyi ronchi dan bunyi napas
3

mengi, lingkar perut 55 cm, tidak ada mual atau muntah, anus normal,

ektremitas pergerakan sendi bebas, berjalan normal, kekuatan otot normal,

tidak ada fraktur, ketrampilan motorik baik.

Pengkajian Pola Gordon

1. Persepsi dan penanganan kesehatan

Ibu pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit langsung berobat ke

Puskesmas atau jika tidak minum obat yang dibeli dari warung. Ny. A juga

sering mengingatkan pada An. N untuk tidak terlalu sering minum es agar

tidak sakit.

2. Nutrisi dan metabolik

Ibu pasien mengatakan pola makan anaknya teratur makan pagi pukul

07.00 WIB, makan siang 11.00 WIB, dan makan malam 19.00 WIB,

pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan, tinggi badan 126 cm,

berat badan 20 kg, berat badan sebelum sakit ibu pasien mengatakan tidak

tahu, berat badan ideal pasien 23 kg, indeks masa tubuh pasien (IMT)

12,58 (-3 SD, dilihat dari kategori dan ambang batas status gizi anak

menurut Permenkes No. 2 Tahun 2020) status gizi kurang, hasil IMT

Berat badan(kg )
didapat dari rumus: .
Ti nggi badan ( m) xtinggi badan( m)

3. Eliminasi

Ibu pasien mengatakan An. N BAB 1 kali dalam sehari baik sebelum sakit

ataupun sedang sakit, BAK 5-8 kali dalam sehari.

4. Aktivitas-latihan
4

Ny. A mengatakan bahwa An. N waktu sebelum sakit beraktivitas seperti

biasa pada umumnya anak seumurannya, seperti sekolah, bermain,

mengaji saat sore hari dan sesekali meminta liburan di tempat wisata disaat

hari libur. Untuk aktivitas makan/minum, mandi, berpakaian, toileting

dilakukan secara mandiri saat sebelum sakit. Kebiasaan mandi pasien 1

kali sehari, sikat gigi 2 kali/hari, keramas setiap hari dan menggunting

kuku ibu pasien mengatakan saat kuku panjang baru kuku di gunting.

5. Tidur-istirahat

Pola tidur pasien teratur dan ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien

tidak ada kebiasaan sebelum tidur. Pasien tidur siang biasa pukul 14.00-

15.00 WIB pasien hanya tidur 1 jam saat istirahat siang, dan tidur malam

pukul 21.00-06.30 WIB pagi pasien hanya tidur malam selama 9 jam.

6. Kognitif-persepsi

Ny. A mengatakan An. N kelas 3 SD dan sudah bisa menulis, membaca,

menghitung, mengaji dan bisa menggunakan bahasa Indonesia ataupun

bahasa Jawa.

7. Persepsi diri - konsep diri

Ibu pasien mengatakan pasien tidak ada perubahan sikap setelah masuk ke

rumah sakit. Ny. A juga mengatakan bahwa An. N dapat membedakan

jenis kelamin perempuan ataupun laki-laki secara fisik yang dapat dilihat

secara langsung.

8. Peran-hubungan
5

Ny. A mengatakan dalam mengambil keputusan sebuah masalah selalu

melibatkan dan meminta pendapat dari suami. Ny. A mengatakan kalau

keluarganya selama ini hidup rukun dan harmonis, kalaupun ada masalah

dapat diselesaikan secara langsung. Hubungan keluarga Ny. A dengan

tetangga juga rukun.Ny. A mengatakan tidak ada tugas khusus untuk anak-

anaknya karena merasa anaknya masih terlalu kecil. Ny. A sendiri

mempunyai kegiatan arisan setiap bulannya.

9. Seksualitas-reproduksi

An. N berjenis kelamin perempuan, vagina bersih, dan belum menstruasi.

10. Koping-toleransi stress

Ny. A mengatakan jika An. N menangis langsung menanyakan kondisi An.

N dan menanyakan penyebabnya, kemudian mencoba menenangkan dan

menghibur An. N. Ny. A juga membantu anaknya jika anaknya kesulitan

dalam mengerjakan tugas sekolah.

11. Nilai-kepercayaan

Ny. A mengatakan keluarganya beragama Islam dan menjalankan ibadah

seperti sholat, puasa, zakat, sedekah. Ny. A juga mengajarkan anaknya

sholat. Ny. A menghargai nilai dan norma sosial yang ada di lingkungan

tempat tinggalnya.

Hasil pemeriksaan laboratorium An. N tanggal 14 Juli 2019 pukul

05.07 WIB didapatkan Hb 14.0 g/dL (nilai normal 10.8 – 15.6 g/dL),

hematokrit 39.9 % (nilai normal 33.0- 45.0 %), eosinofil 0.9 % (nilai
6

normal 1.0 – 5.0 %), basofil 0.1 % (nilai normal 0-1%), neutrofil 84.3%

(nilai normal 25.0- 60.0 %), limfosit 7.5 % (nilai normal 25.0- 50.0 %),

monosit 7.2 % (nilai normal 1.0- 6.0), jumlah neutrofil 20.15 % (nilai

normal 1.50- 7.00), jumlah monosit 1.72 103/µl (nilai normal 0.00- 0.70
3 3 3
10 /µl), jumlah trombosit 527 10 /µl (nilai normal 184-488 10 /µl), PDW

8.7 fL (nilai normal 9.0 – 17.0 fL), MPV 8.8 fL (nilai normal 9.0 – 13.0

fL), PCT 0.46 % (nilai normal 0.17- 0. 35 %).

Terapi yang didapat An. N D5 % 500 cc drip Aminophilin 10 mg

ditangan kanan, puyer batuk pilek 3x1 bungkus per oral, dan Nebulizer

Combivent + NaCl 3 cc.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Analisa Data

Tabel 4.1 Analisa Data

Data Fokus Problem Etiologi

DS: ibu pasien mengatakan Ketidakefektifan Keletihan otot

anaknya sudah sesak napas Pola Nafas pernapasan

sejak 1 hari yang lalu dan

semakin memberat

DO:

1. bunyi suara napas ronchi,

2. napas pasien terdengar

mengi,

3. pernapasan cuping
7

hidung,

4. terdapat retraksi dinding

dada,

5. terdapat otot bantu

pernapasan.

6. Observasi vital sign : RR :

30 kali/menit.

b. Diagnosa keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian oleh peneliti, didapatkan diagnosa

ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi untuk diagnosa keperawatan: Intervensi untuk diagnosa

keperawatan: Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan

otot pernapasan. Nursing Outcomes Classification (NOC): setelah

dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu menunjukkan kepatenan

jalan napas dengan indikator : pasien tidak merasa tercekik (dari 1 (sangat

berat) menjadi 4 (ringan)), irama nafas (dari 1 (deviasi berat) menjadi 5

(tidak ada deviasi), frekuensi pernafasan dalam rentang normal (dari 1

(deviasi berat) menjadi 4 (deviasi ringan)), tidak ada suara nafas abnormal

(dari 2 (berat) menjadi 4 (ringan)). Nursing Interventions Classification


8

(NIC) yang dipakai manajemen jalan napas (3140): 1) posisikan pasien

untuk memaksimalkan ventilasi 2) motivasi pasien untuk bernafas pelan,

dalam, berputar dan batuk 3) gunakan teknik yang menyenangkan untuk

memotivasi bernafas dalam kepada anak-anak (misal meniup balon), 4)

instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif, 5) auskultasi

suara napas, 6) kelola pemberian nebulizer sebagaimana mestinya, 7)

monitor status pernafasan dan oksigenasi.

4. Implementasi Keperawatan

Tabel 4.2 Implementasi Keperawatan

Hari/Tanggal Jam DX Implementasi dan rasional Respon

15 Juli 2019 12.00 Ketidakefektifan 1. pemberian terapi 1. Pasien

pola napas nebulizer mendapatkan terapi

berhubungan (combiven+Nacl 0,9 % 3 nebulizer

dengan keletihan cc) (combiven+Nacl

otot pernapasan rasional: untuk membuat 0,9 % 3 cc), pasien

pernafasan pasien nampak menghirup

menjadi lega, secret uap dari nebulizer

menjadi lebih encer dan lewat hidung dan

mudah dikeluarkan mengeluarkan dari

mulut

2. mengukur vital sign 2. Pasien diukur suhu,

rasional: untuk respirasi, dan


9

12.20 mengetahui status nadinya.

perkembangan pasien Didapatkan hasil

RR: 32 kali/menit

S: 36.8°C N: 95
3. memposisikan pasien kali/menit
setengah duduk rasional: 3. Bed pasien

12.20 untuk mengurangi sesak diposisikan 45°


napas

4. memonitor pernapasaan

dan oksigenasi 4. pernapasan

rasional: untuk ireguler, terdapat

12.30 mengetahui pernapasan cuping

perkembangan status hidung, terdapat

kesehatan pasien dan retraksi dinding

mencegah komplikasi dada, pasien

lanjutan nampak kesulitan

saat bernapas

Selasa 16 Juli 12.00 Ketidakefektifan 1. mengukur vital sign 1. RR : 28 kali/menit

2019 pola napas rasional: untuk S: 36.6°C N: 92

berhubungan mengetahui status kali/menit

12.15 dengan keletihan perkembangan pasien 2. Pasien nampak

otot pernapasan 2. mengajarkan batuk mengikuti arahan

efektif dari perawat untuk

rasional: batuk dapat latihan batuk

menetap tetapi tidak


10

efektif, sakit akut atau efektif

kelemahan. Batuk paling

efektif pada posisi duduk

tinggi atau kepala di

bawah setelah perkusi 3. terdapat prnapasan

dada cuping hidung,

3. memonitor pernapasaan terdapat

12.30 dan oksigenasi rasional: pergerakan otot

untuk mengetahui bantu pernapasan,

perkembangan status pasien masih

kesehatan pasien dan nampak kesulitan

mencegah komplikasi saat bernapas

lanjutan

Rabu 17 Juli 12.00 Ketidakefektifan 1. mengukur vital sign 1. RR : 26 kali/menit

2019 pola napas rasional: untuk S: 36.9°C N: 89

berhubungan mengetahui status kali/menit

dengan keletihan perkembangan pasien 2. pasien tidak

12.15 otot pernapasan 2. memonitor pernapasaan kesulitan dalam

dan oksigenasi rasional: bernapas, irama

untuk mengetahui napas reguler

perkembangan status

kesehatan pasien dan

mencegah komplikasi 3. pasien nampak

lanjutan meniup balon


11

3. mengajarkan pasien untuk latin nafas

12.25 latihan nafas dengan cara

meniup balon rasional:

memberikan pasien

beberapa cara untuk

mengatasi dan

mengontrol dyspnea dan

menurunkan udara yang

terjebak

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah melaksanakan tahapan dalam proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan, menentukan

rencana/intervensi dan implementasi, tahapan terakhir adalah melakukan

evaluasi atas rencana yang sudah dilaksanakan. Evaluasi dalam bentuk

catatan perkembangan yang terdiri dari : subyektif yaitu keluhan yang

dirasakan oleh pasien, objektif yaitu data yang diperoleh melalui observasi

langsung, asesment dan planning adalah tindak lanjut yang akan dilakukan

bila masalah belum teratasi.

Tabel 4.3 Evaluasi Keperawatan

Hari/ Jam DX Catatan Perkembangan Para

Tanggal f
12

Senin 15 13.5 Ketidakefektifa S: keluarga pasien mengatakan pasien masih

Juli 2019 0 n pola napas sesak napas.

berhubungan O: pasien terlihat sesak nafas, RR: 32

dengan kali/menit S: 36.8°C N: 95 kali/menit,

keletihan otot pernapasan ireguler, terdapat pernapasan

pernapasan cuping hidung, terdapat retraksi dinding dada.

A: setelah dilakukan implementasi

keperawatan pada An. N dengan masalah

ketidakefektifan pola napas berhubungan

dengan keletihan otot pernapasan belum

teratasi dengan nilai indikator;

No Indikator awal target capaian

1 pasien 1 4 1

tidak

merasa

tercekik

2 irama nafas 1 5 1

3 frekuensi 1 4 1

pernafasan

dalam

rentang

normal

4 tidak ada 2 4 2
13

suara nafas

abnormal

P: lanjutkan intervensi

(1) mengukur vital sign

(2) memonitor pernapasaan dan oksigenasi (3)

mengajarkan batuk efektif

Selasa 16 13.4 Ketidakefektifa S: keluarga pasien mengatakan pasien masih

Juli 2019 0 n pola napas sesak napas.

berhubungan O: RR : 28 kali/menit S: 36.6°C N: 92

dengan kali/menit, terdapat pernapasan cuping hidung,

keletihan otot terdapat pergerakan otot bantu pernapasan,

pernapasan pasien masih nampak kesulitan saat bernapas.

A: setelah dilakukan implementasi keperawatan

pada An. N dengan masalah ketidakefektifan

pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan belum teratasi dengan nilai

indikator;.

No Indikator awal target capaian

1 pasien 1 4 2

tidak

merasa

tercekik
14

2 irama nafas 1 5 2

3 frekuensi 1 4 2

pernafasan

dalam

rentang

normal

4 tidak ada 2 4 2

suara nafas

abnormal

P: lanjutkan intervensi:

(1) mengukur vital sign

(2) memonitor pernapasaan dan oksigenasi

(3) mengajarkan pasien latihan nafas dengan

cara meniup balon

Rabu 17 Juli 13.5 Ketidakefektifa S: keluarga pasien mengatakan sesak napas4.

2019 0 n pola napas pasien berkurang.

berhubungan O: pasien terlihat membaik, RR : 26 kali/menit

dengan S: 36.9°C N: 89 kali/menit, pasien tidak

keletihan otot kesulitan dalam bernapas, irama napas reguler.

pernapasan A: setelah dilakukan implementasi keperawatan

pada An. N dengan masalah ketidakefektifan

pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan teratasi sebagian dengan nilai


15

indikator;

No Indikator awal target capaian

1 pasien 1 4 3

tidak

merasa

tercekik

2 irama nafas 1 5 3

3 frekuensi 1 4 4

pernafasan

dalam

rentang

normal

4 tidak ada 2 4 4

suara nafas

abnormal

P: pertahankan intervensi

(1) mengukur vital sign

(2) memonitor pernapasaan dan oksigenasi.

B. PEMBAHASAN

Pada pembahasan akan diuraikan kesenjangan antara teori dan

praktek. Pada dasarnya dalam memberikan asuhan keperawatan, proses


16

keperawatan merupakan salah satu pendekatan yang dapat dilakukan.

Dimana melalui seluruh tahapan proses keperawatan yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi

keperawatan.

Demikian pada An. N dengan asma bronkhial yang dilaksanakan di

Ruang Cempaka di RSUD dr. R. Goeteng Taronadibrata Purbalingga

selama 3 hari dari tanggal 15 – 17 Juli 2019. Pembahasan ini akan dilihat

adanya kesenjangan antara teori dan praktek (kasus nyata) yang ditemukan

pada An. N.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien (Nursalam, 2010). Penulis mengumpulan data

menggunakan metode wawancara dengan An. N dan keluarga, observasi

langsung terhadap kemampuan dan perilaku An. N serta dari status An.

N. Keluarga juga berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam

memberikan asuhan keperawatan pada An. N.

Hasil pengkajian pada An. N didapatkan data An. N mengeluh

batuk berdahak. Pengkajian difokuskan pada pemeriksaan status

kesadaran, keadaan umum dan pemeriksaan fisik sistem pernapasan An.

N, didapatkan data bahwa An. N dengan kesadaran composmentis, GCS :

E4/V5/M6 jumlah 15, tidak terdapat lesi ataupun keluhan lain dari An.N.
17

Pemeriksaan sistem pernapasan didapatkan hasil; tidak ada lesi , massa,

dan ditemukan terdengar suara napas ronchi, pernapasan cuping hidung,

retraksi dinding dada, terdapat otot bantu pernapasan. Semua aktivitas

pasien dapat lakukan secara dibantu.

Menurut Rahayoe N, dkk., (2016), manifestasi klinis asma dapat

berupa batuk, suara nafas wheezing, sesak nafas, dada tertekan yang

timbul secara kronik dan atau berulang, reversibel, cenderung memberat

pada malam hari, dan biasanya timbul jika ada pencetus.

Hasil analisa peneliti terdapat kesenjangan antara teori dan kasus

pada pemeriksaan fisik teori terdapat bunyi suara napas mengi

(wheezing), sedangkan pemeriksaan fisik yang didapatkan peneliti pada

kasus terdapat bunyi suara napas ronchi. Menurut Anisa (2012), wheezing

atau mengi merupakan salah satu ciri khas dari gejala asma. Hal ini

diakibatkan oleh penyempitan saluran napas yang terjadi namun kondisi

tertentu ronchi juga dapat terdengar pada serangan asma karena

penumpukan sekret dijalan napas.

Keluarga An. N mengatakan faktor penyebab sesak napas pada An.

N dikarenakan saat pasien pergi kesekolah dan membersihkan kelas

pasien tidak menggunakan masker yang membuat pasien saat pulang

kerumah mengalami sesak napas. Menurut GINA (2015), faktor pencetus

asma diperburuk oleh keadaan lingkungan seperti perubahan temperatur,

terpapar bulu binatang, uap kimia, debu, serbuk, obat-obatan,olahraga

berat, infeksi saluran napas, asap rokok dan stress. Menurut Sundaru
18

(2009), pada awal serangan asma gejala tidak jelas seperti rasa berat di

dada, pada asma alergik biasanya disertai pilek atau bersin. Meski pada

mulanya batuk tidak disertai sekret, namun dalam perkembangannya

pasien asma akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih dan

terkadang puluren. Terdapat sebagian kecil pasien asma yang hanya

mengalami gejala batuk tanpa disertai mengi. Menurut analisa penelitian

faktor penyebab dari penyakit asma yang ditemukan pada pasien sama

dengan teori faktor pencetus yang dikemukakan oleh GINA (2015) &

Sundaru (2009).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang diambil pada kasus ini yaitu:

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan. Diagnosa yang diambil telah sesuai dengan teori, hasil

pengkajian menunjukan tanda dan gejala yang memenuhi batasan

karateristik untuk diagnosa ketidakefektifan pola nafas.

Herdman dan Kamitsuru (2018), diagnosa keperawatan ini

diprioritaskan karena pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian

penting dari kebutuhan fisiologis menurut Hierarki Maslow.

Ketidakefektifan pola napas adalah Inspirasi dan atau ekspirasi yang

tidak memberikan ventilasi adekuat (Herdman dan Kamitsuru, 2018).

Menururt Muttaqin (2008), etiologi asma bronkial biasanya terjadi karena

factor lingkungan dan komplikasi dai infeksi saluran napas akut. Menurut

peneliti pada pasien yang menderita asma bronkial dengan diagnosa


19

ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan ini ditegakkan dari analisa data yang didapat dari pengkajian

dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Ketidakefektifan pola napas

ini dipengaruhi oleh penyempitan jalan napas yang mengganggu system

pernapasan, biasanya pasien mengalami sesak, batuk, suara napas

wheezing, dan frekuensi napas yang meningkat. Apabila masalah

keperawatan ketidakefektifan pola napas ini tidak segera diatasi maka

pasien dengan keluhan sesak napas akan mengalami gangguan system

pernapasan bahkan menjadi hipoksia dan jelas mempengaruhi suplai

oksigen ke seluruh tubuh.

3. Intervensi Keperawatan

Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan, maka

menurut Nursing Outcome Classification (NOC) dan Nursing

Intervension Classification (NIC) yang dipakai manajemen jalan napas

(3140), kriteria hasilnya ditetapkan secara umum tanpa membedakan

tujuan umum dan tujuan khusus untuk setiap diagnosa keperawatan.

Pada kasus An. N intervensi keperawatan ketidakefektifan pola

napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan. Intervensi yang

ditetapkan yaitu: 1) posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2)

motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan batuk 3)

gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernafas dalam

kepada anak-anak (misal meniup balon), 4) instruksikan bagaimana agar

bisa melakukan batuk efektif, 5) auskultasi suara napas, 6) kelola


20

pemberian nebulizer sebagaimana mestinya, 7) monitor status pernafasan

dan oksigenasi. Semua intervensi pada diagnosa keperawatan ini dipakai

sebagai menyelesaikan masalah keperawatan bersihan jalan napas pada

An. N yang sesuai dengan teori dan didukung oleh penelitian-penelitian

sebelumnya.

Teori dari Muttaqin (2008) menyebutkan, posisi semi fowler

mampu memaksimalkan dan menurunkan upaya penggunaan alat bantu

otot pernapasan. Ventilasi memaksimalkan membuka area atelaktasis dan

meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan.

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mnurunkan konsumsi O 2 dan

menormalkan ekspansi paru yang maksimal, serta mempertahankan

kenyamanan.

Menurut Hardayani, Putri & Slamet Soemarno (2013), pada

serangan asma terapi yang paling tepat adalah menggunakan terapi

nebulizer merupakan pilihan terbaik pada kasus-kasus yang berhubungan

dengan inflamasi terutama pada penderita asma, nebulizer yaitu alat yang

digunakan untuk merubah obat-obat bronkodilator dari bentuk cair ke

bentuk partikel aerosol atau partikel yang sangat halus, aerosal sangat

bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan dalam organ paru, efek dari

terapi nebulizer untuk mengembalikan kondisi spasme broncus.

Basuki (2008) (dalam Permadi, Agung (2017)) menyebutkan,

intervensi latihan napas dalam yang ditahan atau sustained maxima

linspiration bertujuan untuk meningkatkan volume paru, meningkatkan


21

oksigenasi, mempertahankan alveolus tetap mengembang, membantu

membersihkan sekresi, meningkatkan kekuatan dan daya tahan serta

efisiensi dari otot-otot pernapasan.

Menurut Arfianto (2014), terapi bermain yang dapat digunakan di

rumah sakit untuk membantu melancarkan pernafasan dan

mempertahankan pola nafas anak tetap normal yaitu dengan bermain

meniup seperti meniup gelembung busa, balon, bola kapas dan lain-lain.

Balon lebih mudah digunakan karena bentuknya elastis sehingga lebih

efektif jika dilakukan untuk terapi nafas dalam. Balon memiliki warna

yang menarik sehingga membuat anak-anak tertarik dalam melakukan

terapi nafas dalam dan anak dapat memilih warna kesukaan mereka.

Teori batuk efektif menurut Yunus (2009), menyebutkan bahwa

penatalaksanaan penyakit asma secara non farmakologik salah satunya

dengan batuk efektif. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk

dimana pasien dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dengan teknik

yang benar. Dengan melakukan batuk efektif maka sekret yang

menghambat saluran pernafasan dapat dikeluarkan atau dihilangkan.

Tindakan inilah yang digunakan perawat untuk mengerluarkan lendir

pada penderita asma bronkhial.

4. Implementasi Keperawatan

Semua tindakan keperawatan yang dilakukan pada An. N

berdasarkan teori keperawatan yang berfokus pada intervensi yang telah

di tetapkan.
22

Pada hari pertama dilakukan implementasi diagnosa

ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan. Implementasi yang dilakukan yaitu : 1) mengkaji pasien; 2)

pemberian terapi nebulizer (Combivent + NaCl 3 cc); 3) mengukur vital

sign 4) memposisikan pasien setengah duduk; 5) memonitor pernapasan

dan oksigenasi.

Pada hari kedua dilakukan implementasi untuk diagnosa

keperawatan ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan

otot pernapasan. Implementasi yang dilakukan yaitu : 1) mengukur vital

sign; 2) mengajarkan batuk efektif; 3) memonitor pernapasan dan

oksigenasi.

Pada hari ketiga dilakukan implementasi untuk diagnosa

keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas. Implementasi yang

dilakukan yaitu: (1) mengukur vital sign; 2) memonitor pernapasan dan

oksigenasi; (3) mengajarkan pasien latihan nafas dengan cara meniup

balon .

Menurut Rizqiah (2015), observasi tanda-tanda vital tersebut

penting dilakukan karena merupakan acuan pengukuran klinis untuk

melakukan tindakan medis selanjutnya.

Menurut Apriani (2017) tentang batuk efektif menyebutkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan atau bermakna sebelum dan sesudah

perlakuan batuk efektif pada pasien dengan penumpukan secret.


23

Posisi semi fowler menurut Muttaqin (2008), posisi semi fowler

dapat meningkatkan ekspansi paru, sekresi bergerak sesuai gaya grafitasi

akibat perubahan posisi dan meningkatkan kepala, tempat tidur akan

merendahkan isi perut menjadi diafragma sehingga meningkatkan

diafragma berkontraksi.

Menurut Desi (2016), obat nebulizer atau combivent merupakan

obat terapi pada penyakit obstruksi saluran napas atau sumbatan, seperti

penyakit paru-paru obstruksi kronik atau asma. Obat nebulizer ini bekerja

dengan melebarkan saluran napas bawah (bronkus).

Pada implementasi, tidak ada kesenjangan antara intervensi dan

tindakan keperawatan, semua intervensi yang telah ditetapkan dapat

dilakukan dengan baik dan pasien juga dapat bekerja sama dengan

peneliti dalam melakukan tindakan.

5. Evaluasi

Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk

mengomunikasikan status An. N dari hasil tindakan keperawatan.

Evaluasi memberikan informasi, sehingga memungkinkan revesi

perawatan (Hidayat, 2012). Diagnosa ketidakefektifan pola napas

berhubungan dengan keletihan otot pernapasan. Pada evaluasi hari

pertama, senin 15 Juli 2019 pukul 13.50 WIB diagnosa ketidakefektifan

pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan belum teratasi

dibuktikan dengan indikator; pasien tidak merasa tercekik (awal 1,

capaian 1), irama nafas (awal 1, capaian 1), frekuensi pernapasan dalam
24

rentang normal (awal 1, capaian 1), tidak ada suara napas abnormal (awal

2, capaian 2). Selain itu, data dari keluarga menyebutkan bahwa An. N

masih batuk berdahak, pasien tampak lemas, pasien tampak batuk-batuk,

suara napas ronchi, observasi vital sign : RR: 32 kali/menit S: 36.8°C N:

95 kali/menit. Masalah ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan

keletihan otot pernapasan belum teratasi, oleh karena itu peneliti

melanjutkan lagi implementasi seperti mengukur vital sign, memonitor

pernapasaan dan oksigenasi, mengajarkan batuk efektif.

Pada evaluasi hari kedua, 16 Juli 2019 pukul 13.40 WIB, diagnosa

ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan belum teratasi dibuktikan dengan indikator; pasien tidak

merasa tercekik (awal 1, capaian 2), irama nafas (awal 1, capaian 2),

frekuensi pernapasan dalam rentang normal (awal 1, capaian 2), tidak ada

suara napas abnormal (awal 2, capaian 2). Data subjektif dan objektif

menyebutkan keluarga pasien mengatakan pasien masih sesak napas,

terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat pergerakan otot bantu

pernapasan, pasien masih nampak kesulitan saat bernapas, observasi vital

sign : RR : 28 kali/menit S: 36.6°C N: 92 kali/menit. Masalah

ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan belum teratasi, oleh karena itu peneliti melanjutkan lagi

implementasi seperti mengukur vital sign, memonitor pernapasaan dan

oksigenasi, mengajarkan pasien latihan nafas dengan cara meniup balon.


25

Pada evaluasi hari ketiga, 17 Juli 2019 pukul 13.50 WIB, diagnosa

ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan belum teratasi dibuktikan dengan indikator; pasien tidak

merasa tercekik (awal 1, capaian 3), irama nafas (awal 1, capaian 3),

frekuensi pernapasan dalam rentang normal (awal 1, capaian 4), tidak ada

suara napas abnormal (awal 2, capaian 4). Data subjektif dan objektif

menyebutkan keluarga pasien mengatakan sesak napas pasien berkurang,

pasien tampak baik, pasien tidak kesulitan dalam bernapas, irama napas

reguler, observasi vital sign RR: 26 kali/menit S: 36.9°C N: 89 kali/menit

Masalah ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan teratasi sebagian. Kesimpulan yang bisa diambul dari

masalah ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan adalah masalah teratasi sebagian dan dipertahankan

intervensi oleh perawat ruangan karena dalam hal ini peneliti terbatas

dalam waktu praktik.

C. REFLEKSI DIRI

Penelitian ini telah dilakukan sesuai prosedur yang ada. Namun dalam

melakukan penelitian penulis memiliki keterbatasan-ketarbatasan sebagai

berikut :

1. Membutukan waktu yang lama untuk mendapatkan pasien sesuai kriteria

insklusi, sehingga menghambat proses penelitian


26

2. Penulis tidak dapat mengontrol An. N sepenuhnya selama 24 jam dalam

pemberian intervensi, sehingga penulis dalam melakukan pemberian

intervensi tidak maksimal

3. Pasien belum terbiasa dengan orang asing sehingga pada saat dilakukan

pengkajian dan intervensi pasien terlihat malu-malu.

4. Adanya kasus pandemi yang sekarang sedang terjadi, kasus yang

digunakan dalam penelitian menggunakan kasus yang sebelumnya sudah

dikelola pada saat praktik keperawatan anak bulan Juli 2019 di RSUD dr.

R. Goeteng Taroenadibrata
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Data pengkajian yang didapatkan pada An. N dengan Asma Broncial, di

Ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata adalah keadaan

umum sakit sedang, kesadaran composmentis, pasien tampak lemah,

batuk-batuk, suara napas ronchi dan terdengar bunyi mengi, kesadaraan

composmentis, pernapasan 30 kali/menit, paru-paru pasien terdengar

bunyi ronchi dan bunyi napas pasien mengi. Pengetahuan orang tua, ibu

pasien tidak tahu tentang penyakit asma, ibu pasien tampak bingung dan

tidak bisa menajwab pertanyaan perawat seputar penyakit asma.

2. Diagnosa keperawatan dalam kasus An. N yaitu: Ketidakefektifan pola

napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan.

3. Intervensi keperawatan yang telah dibuat dilakukan dengan baik, pada

diagnosa keperawatan Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan

keletihan otot pernapasan intervesi yang dilakukan 1) posisikan pasien

untuk memaksimalkan ventilasi, 2) motivasi pasien untuk bernafas pelan,

dalam, berputar dan batuk, 3) gunakan teknik yang menyenangkan untuk

memotivasi bernafas dalam kepada anak-anak (misal meniup balon), 4)

instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif, 5) auskultasi

suara napas, 6) kelola pemberian nebulizer sebagaimana mestinya, 7)

monitor status pernafasan dan oksigenasi.

1
2

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada An. N di Ruang Cempaka

semuanya sesuai dengan intervensi yang sudah ditetapkan.

5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada An. N di Ruang Cempaka

adalah: ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan teratasi sebagian.

B. SARAN

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan sebagai saran bagi penulis untuk menerapkan

ilmu dalam bidang keperawatan tentang asuhan keperawatan pada anak

dengan asma.

2. Bagi Institusi

Hasil laporan diharapkan dapat menambah literatur perpustakaan bagi

Universitas Harapan Bangsa dalam bidang keperawatan anak.

3. Bagi Institusi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

Diharapkan dengan adanya penelitian ini memberikan gambaran bagi

RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga untuk setiap

permasalahan yang terjadi pada pasien. Tenaga kesehatan khususnya

perawat perlu menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan tepat

dan fokus, dan memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan

pengetahuan bagi pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami.


DAFTAR PUSTAKA

Akib, A. A., Munasir, Z & Kurniati, N. (2010). Buku Ajar Alergi Imunologi Anak

Edisi Kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

Anisa. (2012). “Knowledge sharing: nursing ambience”. SCMS Journal of Indian

Management

Apriani. (2017). Ketepatan Penilaian Triase dan Pendidikan Petugas Kesehatan

dengan Tingkat Keberhasilan Penanganan Asma. Babul ilmi_Jurnal

Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 11, Desember 2017. Diperoleh

dari http://jurnal.stikes-aisyiyah-palembang.ac.id. Diakses pada tanggal

27 Juli 2020

Arfianto. (2014). Pengaruh terapi aktivitas bermain meniup balon terhadap

perubahan fungsi paru anak pra sekolah dengan

asthma.http://www.jurnalpenelitian.pdf, (diakses 16 Desember 2019)

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Asmarani, I. (2018). Asuhan keperawatan pada asma bronkial dalam pemenuhan

kebutuhan oksigenasi di ruang Laikawaraka RSU Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara. KTI, Kemenkes Kendari. Diperoleh dari


http://repository.poltekes-kdi.ac.id/629/. Diakses pada tanggal 4

November 2019

Bulechek, G.M., Butcher H.K., Dotcherman J.M. (2016). Nursing Interventions

Classification (NIC) 6th Indonesian Edition. Elsevier. Singapore

Desi, A. (2016). Pemberian Nebulizer dan Batuk Efektif Terhadap Status

Pernapasan pada Asuhan Keperawatan Tn. A deng Chronic Obstructive

Pulmonary Disease di Ruang Anggrek 1 Rumah Sakit Dr.Moewardi

Surakarta. Diperoleh dari

http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-desiaisyar-

1929-1-kti_desi-i.pdf. Diakses pada tanggal 4 November 2019

Dharmayanti. (2015). Asma pada anak di Indonesia: Penyebab dan Pencetus.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 4, Mei 2015.

Diperoleh dari http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/738.

Diakses pada tanggal 4 November 2019

Dinkes Jateng. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018.

Semarang: Dinkes Jateng. Diperoleh dari

http://dinkesjatengprov.go.id/v2018/profil-kesehatan-2/. Diakses pada

tanggal 4 November 2019


GINA (Global Initiative for Asthma). (2015).;Pocket guide for asthma

management and prevension in children. Dimuat

dalam www.Ginaasthma.org (diakses tanggal 13 November pukul 16.00

WIB )

GINA (Global Initiative for Asthma). (2017).;Global strategy for asthma

management and prevention. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org

(diakses tanggal 16 November pukul 16.00 WIB )

Herdman, T. H & Kamitsuru, S.(2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan:

Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, Eds. 11th ed. Jakarta: EGC

Hidayat. (2012). Keperawatan Dasar Manusia 1. Jakarta: Salemba Medika

Infodatin (2017). Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI. ISSN

2442-7659.

Kemeskes R1 (2008). Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta

Kementerian Kesehatan (2018). Prevalensi asma menurut Provinsi tahun 2018.

Dimuat dalam www.lokadata.beritagar.id/chart/preview/prevalensi-asma-

menurut-provinsi-2018-1555042135 (diakses tanggal 18 November

pukul 20.00 WIB)


Maidartati. 2014. Pengaruh fisioterapi pada terhadap bersihan jalan nafas pada

anak usia 1-5 Tahun yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas di

Puskesmas Mohc. Ramdhan Bandung. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol. II.

No. 1: 47-56. Diakses dari

http://ejournal.bsi.ac.id/ejournal/index.php/jk/article/view/140 pada

tanggal 10 Juli 2020

Mansjoer, Arif. (2008). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media

Aesculapius FKUI. Diakses dari

http://diossitroc.yolasite.com/resources/download-ebook-kapita-selekta-

kedokteran.pdf&ved=2ahUKEwj_4-

r59eLqAhXFdn0KHU2vCfEQFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw3VNoys

R3DdoxJZ759tR0y- pada tanggal 17 Juli 2019

Moorhead, Sue, Johnson Marion, Maas Meridean L, dan Swanson Elizabeth.

(2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Indonesian Edition.

Elsevier. Singapore

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika


National Center for Health Statistic. (2016). Current asthma. USA: centers for disease

control and prevention. Diperoleh tanggal 4 November 2019.

http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/su6001a18.htm

Nelson. (2013). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, vol.1. Jakarta : EGC

Ngastiyah. (2013). Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid

1. Jogjakarta: MediAction.

Nursalam. (2010). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Paulina, A. (2019). Asuhan keperawatan pada An. A dengan asma bronkial di

Ruangan Kenanga RSUD Prof. DR. W. Z Johannes Kupang, KTI,

Kemenkes Kupang. Diakses dari http://scholar.google.com/scholar?

client=ms-android-oppo&um=1&ie=UTF-

8&lr&q=related:W5UOQCa_xdO3uM:scholar.google.com/
#d=gs_qabs&u=%23p%3DW5UOQCa_xdMJ pada tanggal 4 November

2019

Permadi, Agung. (2017). Pengaruh Pursed Lips Breathing dan Sustained Maximal

Inspiration Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pernapasan Untuk

Mengurangi Keluhan Sesak Napas Pada Kasus Kardio Respirasi. Jurnal

Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6 No 2, November 2017. Diakses dari

http://jurnalinterest.com/index.php/int/article/download/108/107/&ed=2a

hUKEwir0MHR6OLqAhVjlEsFHecsAblQFjAAegQIARAB&usg=AOv

Vaw12wbDU6ps-JbgIBQNqfeAg pada tanggal 17 Juli 2020

Rizqiah. (2015). Asuhan Keperawatan pada Pasien Asma Bronkial dalam

Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Laikawaraka RSU

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. KTI. Diakses dari

http://docplayer.info/amp/98948414-Asuhan-keperawatan-pada-pasien-

asma-bronkial-dalam-pemenuhan-kebutuhan-oksigenasi-di-ruang-

laikawaraka-rsu-bahteramas-provinsi-sulawesi-

tenggara.html&ved=2ahUKEwiAmOiv7fLqAhWUfH0KHekZACwQFj

AFegQIAhAB&usg=AOvVaw3YaaQcO_yihmrAytk8fJ6n&ampcf=1.

Diperoleh pada tanggal 27 Juli 2020

www.google.com.Profil Kesehatan Kabupaten Purbalingga Tahun

2018.http://dinkes.purbalinggakab.go.id/wp-content/uploads/2019/08/
Profil-Kesehatan-Tahun-

2018..pdf&ved=2ahUKEwi3377T6uLqAhVZb30KHTXyCNcQFjAAeg

QIARAC&usg=AovVaw2hNi7TGTGohXyLJZjDgHGZ. Diakses pada

tanggal 17 Juli 2020

www.google.com.Profil RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Tahun

2018.http://rsud.purbalinggakab.go.id/profil-2/&ved=2ahUKEwiUmtu07

uLqahUV63MBHZpWC1UQFjALegQICBAB&usg=AovVaaw1imNIdB

sboW0I0hsGi25uM. Diakses pada tanggal 17 Juli 2020

Rahayoe, N, Kartasasmita Cissy B, Supriyatno Bambang, dan Setyanto

Darmawan Budi. (2016). Pedoman Nasional Asma Anak Edisi ke 2

Cetakan ke 2. Jakarta: UKK Respirologi PPIDAI. Diakses dari

http://kupdf.net/download/pedoman-nasional-asma-anak-

idai_5a03eeede2b6f5d405496a8f_pdf&ved=2ahUKEwi7xZPB9-

LqahUf_XMBHbP1CJ0QFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw0JHB7QpQP

NwHAV3GmVyqk9 pada tanggal 17 Juli 2019

Saheb, A. (2011). Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Saryono & Widianti, A.T. (2010). Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia.

Yogyakarta: Nuha Medika


Soemantri, Irman. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandunng: Alfabeta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:

definisi dan indikator diagnostik. (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI

Wartonah, T. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika

Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.

(2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC

World Health Organization. (2009). Buku Saku Pelayanan Anak di Rumah Sakit.

Terjemahan oleh Tim Adaptasi Indonesia. Jakarta: WHO

World Health Organization. (2009). (2017). Ashtma, update April 2017. Diperoleh

tanggal 4 November 2019.

http://www.who.int/mediacentre/fachsheets/fs307/en>

Yunus, F. (2009). Penatalaksanaan Asam. Diperoleh dari

http://staff.Ui.Ac.Id/Internal/143707229/Material?

Diagnosispenatalaksanaanasma09pdf. Diakses pada tanggal 18 Juli 2020


LAMPIRAN 1 FORM ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN
RUANG PERAWATAN ANAK

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. N
2. Tempat tgl lahir/usia : Purbalingga, 05 April 2011
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Alamat : Kalimanah RT 02/RW 05
7. Tgl masuk : 14 Juli 2019
8. Tgl pengkajian : 15 Juli 2019
9. Diagnosa medik : Asma bronkhial
10. Rencana terapi : IVFD D5 ¼ 500 cc drip
Aminophilin 10 mg, puyer batuk pilek 3x1 PO, dan Nebulisasi Combivent
+ NaCl 3 cc

B. Identitas Orang tua


1. Ayah
a. Nama : Tn. P
b. Usia : 36 th
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Wiraswasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : Kalimanah RT 02/RW 05
2. Ibu
a. Nama : Ny. A

1
b. Usia : 33 th
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan/Sumber penghasilan: Ibu rumah tangga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Kalimanah RT 02/RW 05

C. Identitas Saudara Kandung


STATUS KESEHATAN
No USIA HUBUNGAN
NAMA
1 An. S 4th Adik Baik

II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit

Batuk

III. Riwayat Kesehatan


A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Ny. A mengatakan anaknya batuk kurang lebih 2 hari dan sesak nafas satu hari
yang lalu dan semakin memberat dikarenakan saat pasien pergi kesekolah dan
membersihkan kelas pasien tidak menggunakan masker yang membuat pasien saat
pulang kerumah mengalami sesak napas.
B. Riwayat Kesehatan dulu:
Saat ditanya tentang riwayat penyakit dahulu, ibu pasien mengatakan bahwa
pasien tidak ada riwayat penyakit seperti sesak, pasien hanya sakit biasa seperti
demam, dan pilek. Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
C. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Prenatal care
a. Pemeriksaan kehamilan : kali

2
b. Keluhan selama hamil : perdarahan , PHS ,
infeksi ,ngidam
Muntah-muntah , demam , perawatan selama
hamil
c. Riwayat : terkena sinar , terapi obat
d. Kenaikan BB selama hamil Kg
e. Imunisasi TT kali
f. Golongan darah ibu: Golongan darah
ayah:
2. Natal
a, Tempat melahirkan : RS, Klinik, Rumah
b. Lama dan jenis persalinan : spontan, forceps, operasilain-lain
c. Penolong persalinan : dokter, bidan, dukun
d. Cara untuk memudahkan persalinan : drips, obat perangsang
e. Komplikasi waktu lahir : robek perineum, infeksi nifas
3. Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir gram, PB cm
b. Apakah anak mengalami : penyakit kuning, kebiruan, kemerahan ,
problem menyusui, BB tidak stabil (Untuk semua Usia)
¤ Penyakit yang pernah dialami : Batuk, demam, diare, kejang, lain-lain
¤ Kecelakaan yang dialami : jatuh, tenggelam, lalu lintas, keracunan
¤ Pernah : makanan, obat–obatan, zat/subtansi kimia, textil
¤ Komsumsi obat-obatan bebas
¤ Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : lambat, sama,
cepat
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
¤ Penyakit anggota keluarga : Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang mempunyai riwayat penyakit seperti An. N hanya sakit biasa
seperti batuk, pilek, pusing

3
¤ Genogram

Keterangan:

: Laki-laki/Perempuan

: Laki-laki meninggal/Perempuan meninggal

: Klien

: Menikah

: Tinggal serumah

IV. Riwayat Immunisasi


NO Jenis immunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian
1. BCG umur 2 bulan tidak ada
2. DPT (I,II,III) umur 2, 4, 6 bulan tidak ada
Polio (I,II,III,IV) saat lahir, umur 2, 3, tidak ada
3.
dan 4 bulan
4. Campak umur 18 bulan tidak ada
Hepatitis saat lahir, 1, dan 6 tidak ada
5.
bulan

4
V. Riwayat Tumbuh Kembang
A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 20kg
2. Tinggi badan : 126 cm
3. Waktu tumbuh gigi: Ibu pasien mengatakan lupa saat pasien pertama
kali tumbuh gigi
B. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling : 4 bulan
2. Duduk : 10 bulan
3. Merangkap : 11 bulan
4. Berdiri : 13 bulan
5. berjalan : 15 bulan
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : Ibu pasien mengatakan lupa
7. bicara pertama kali : Ibu pasien mengatakan lupa
8. Berpakaian tanpa bantuan : Ibu pasien mengatakan lupa
VI. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : Sesaat setelah lahir
2. Cara pemberian : Setiap kali menangis
3. Lama pemberian : 1 th
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : -
2. Jumlah pemberian : -
3. Cara pemberian :-
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian


1. 0 – 4 Bulan Asi
2. 4 – 12 Bulan Asi + bubur tim

5
3. Saat ini Nasi, lauk, air putih, kadang-kadang susu

VII. Riwayat Psikososial


¤ Apakah anak tinggal di : rumah sendiri
¤ Lingkungan berada di : setengah kota
¤ Apakah rumah dekat : sekolah, ada tempat bermain, punya kamar tidur
sendiri
¤ Apakah ada tangga yang bisa berbahaya: tidak ada
¤ Hubungan antar anggota keluarga ; harmonis
¤ Pengasuh anak : Orang tua
VIII. Riwayat Spiritual
¤ Support sistem dalam keluarga :
¤ Kegiatan keagamaan : Sholat
IX. Reaksi Hospitalisasi
A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS : melihat kondisi anak yang
semakin memburuk
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Ya
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini : Cemas
- Apakah orang tua akan selalu berkunjung : Ya
- Siapa yang akan tinggal dengan anak : Ayah, Ibu, Adik
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke RS ? tidak menjawab
- Menurutmu apa penyebab kamu sakit ? karena batuk
- Apakah dokter menceritakan keadaanmu ? tidak menjawab
- Bagaimana rasanya dirawat di RS : tidak menjawab
X. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan Normal makan tidak dihabiskan
Nasi, sayur, kadang

6
2. Menu makan ikan Nasi, sayur, daging
3 kali sehari
3. Frekuensi makan Tidak ada 3 kali sehari
4. Makanan Tidak ada Tidak ada
pantangan Tidak ada
5. Pembatasan pola makan sendiri dengan
makan sendok dibantu ibu pasien
6. Cara makan berdoa dulu
berdoa dulu
7. Ritual saat makan

B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman teh, air putih air putih
2. Frekuensi minum 5-8 gelas sehari 5-8 gelas sehari
3. Kebutuhan cairan tidak terkaji tidak terkaji
4. Car pemenuhan diminum diminum,cairan infus

C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB (Buang Air Besar ) :
1. Tempat pembuangan WC jongkok WC jongkok
2. Frekuensi (waktu) 1 kali sehari 1 kali sehari
3. Konsistensi padat padat
4. Kesulitan tidak ada tidak ada
5. Obat pencahar tidak tidak
BAK (Buang Air Kecil) :
1. Tempat WC WC
pembuangan 5-10x dalam sehari 5-10x dalam sehari
Kuning jernih, Kuning jernih,

7
2. Frekwensi amoniak amoniak
3. Warna dan Bau tidak terkaji tidak terkaji
4. Volume tidak ada tidak ada
5. Kesulitan

D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Pukul tidur
- Siang 1-2 pukul 1-2 pukul
- Malam 9 pukul 9 pukul
2. Pola tidur nyenyak nyenyak
3. Kebiasaan sebelum tidak ada tidak ada
tidur
4. Kesulitan tidur tidak ada tidak ada
E. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olah raga tidak ada
2. Jenis dan frekuensi
3. Kondisi setelah
olah raga

F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara mandiri dilap dan dibantu
- Frekuensi 1x 1x
- Alat mandi gayung handuk basah

8
2. Cuci rambut
- Frekuensi setiap hari tidak dilakukan
- Cara dibasahi dengan air
3. Gunting kuku
- Frekuensi tidak menentu tidak dilakukan
- Cara dibantu orang tua
4. Gosok gigi
- Frekuensi 2x tidak dilakukan
- Cara dilakukan sendiri

G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari sekolah, bermain, hanya tiduran di
2. Pengaturan jadwal belajar bed
harian tidak ada tidak ada
3. Penggunaan alat Bantu
aktifitas tidak ada tidak ada
4. Kesulitan pergerakan
tubuh tidak ada tidak ada

H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat senang pasien hanya berbaring
sekolah dan terlihat batuk dan
2. Waktu luang bermain sesak nafas
3. Perasaan setelah senang
rekreasi
4. Waktu senggang nonton tv
klg bermain dengan teman
5. Kegiatan hari libur

9
XI. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum klien
sedang
B. Tanda-tanda vital
= Suhu : 36,5 °C
= Nadi : 104 kali/menit
= Respirasi : 30 kali/menit
= Tekanan darah : 90/70 mmHg
C. Antropometri
= Tinggi Badan : 126 cm
= Berat Badan : 20kg
= Lingkar kepala : 45 cm
= Lingkar perut : 55 cm
D. Sistem pernapasan
= Hidung : simetris, pernapasan cuping hidung
= Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
= Dada
¤ Bentuk dada normal

¤ Gerakan dada : terdapat retraksi dan otot bantu pernapasan


¤ Suara napas : mengi
= Apakah ada Clubbing finger : tidak
E. Sistem Cardio Vaskuler
= Conjunctiva: normal, bibir: pucat, arteri carotis : kuat
Tekanan vena jugularis : normal
= Ukuran jantung : Normal
= Suara jantung : lup dup
= Capillary Refilling Time: 2 detik
F. Sistem Pencernaan
= Sklera : normal, bibir : lembab

10
= Mulut : berish, Jml gigi: tidak terkaji, Kemampuan menelan: baik
=Gaster : kembung, nyeri,gerakan peristaltic
= Abdomen : normal, tidak ada nyeri tekan Hati : teraba normal, lien:
normal, ginjal: normal, faeces: padat
=Anus : normal,tidak ada haemoroid
G. Sistem indra
1. Mata
- Kelopak mata, bulu mata, alis
- Visus (gunakan Snellen chard)
- Lapang pandang
2. Hidung
- Penciuman: berfungsi dengan baik
- Sekret yang menghalangi penciuman: tidak ada
3. Telinga
- Keadaan daun telinga, kanal auditoris : bersih, serumen tidak ada
- Fungsi pendengaran : baik
H. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental : normal
b. Kesadaran : Eyes 4, Motorik 6, Verbal 5, dengan GCS: 15
c. Bicara: ekspresif
2. Fungsi cranial
a. N I
b. N II : Visus , lapang pandang
c. N III, IV, VI : Gerakan bola mata normal, pupil : isoskor ,
d. N V : Sensorik , Motorik
e. N VII : Sensorik , otonom , motorik
f. N VIII : Pendengaran, keseimbangan
g. N IX :
h. N X : Gerakan uvula, rangsang muntah/menelan
i. N XI : Sternocledomastoideus, trapesius

11
j. N XII : Gerakan lidah
3. Fungsi motorik : Massa otot , tonus otot , kekuatan
otot: 5
4. Fungsi sensorik : Suhu hangat , Nyeri: tidak ada
5. Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan
6. Refleks : Bisep, trisep, patella, babinski normal
7. Iritasi meningen : Kaku kuduk tidak ada
I. Sistem Muskulo Skeletal
1. Kepala : mesochepal
2. Vertebrae : tidak terdapat Scoliosis, Lordosis, kyposis,
3. Pelvis : Gaya jalan: normal, gerakan, ROM: normal
4. Lutut : tidak ada pembengkakan atau kekakuan sendi
5. Kaki : tidak ada pembengkakan, kemampuan berjalan baik
6. Tangan : tidak ada pembengkakan, gerakan baik
J. Sistem Integumen
= Rambut : Warna hitam
= Kulit : sawo matang, lembab, tidak ada ruam
= Kuku : warna putih, bersih
K. Sistem Endokrin
= Kelenjar thyroid : tidak ada pembengkakan
= Ekskresi urine normal
= Suhu tubuh seimbang, keringat normal
= Riwayat bekas air seni dikelilingi semut: tidak
L. Sistem Perkemihan
= Oedema palpebra, moon face, oedema anasarka: tidak ada
= Keadaan kandung kemih: berisi
= Nocturia, dysuria, kencing batu: tidak ada
M. Sistem Reproduksi
1. Wanita
- Payu dara : belum tumbah sempurna
- Labia mayora & minora bersih

12
N. Sistem Imun
= Alergi (debu)
= Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : flu
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
A. 0 – 6 Tahun
Dengan menggunakan DDST
1. Motorik kasar
2. Motorik halus
3. Bahasa
4. Personal social
B. 6 tahun keatas
1. Perkembangan kognitif: pasien dapat menulis, membaca
2. Perkembangan Psikoseksual: pasien mengenali perempuan dan laki-
laki
3. Perkembangan Psikososial: pasien bermain dengan teman sebaya jika
di rumah
XII. Test Diagnostik
= Laboratorium
Hb 14.0 g/dL (nilai normal 10.8 – 15.6 g/dL), hematokrit 39.9 % (nilai normal
33.0- 45.0 %), eosinofil 0.9 % (nilai normal 1.0 – 5.0 %), basofil 0.1 % (nilai
normal 0-1%), neutrofil 84.3% (nilai normal 25.0- 60.0 %), limfosit 7.5 % (nilai
normal 25.0- 50.0 %), monosit 7.2 % (nilai normal 1.0- 6.0), jumlah neutrofil
20.15 % (nilai normal 1.50- 7.00), jumlah monosit 1.72 103/µl (nilai normal 0.00-
0.70 103/µl), jumlah trombosit 527 103/µl (nilai normal 184-488 103/µl), PDW 8.7
fL (nilai normal 9.0 – 17.0 fL), MPV 8.8 fL (nilai normal 9.0 – 13.0 fL), PCT 0.46
% (nilai normal 0.17- 0. 35 %).
XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)
IVFD D5 ¼ 500 cc drip Aminophilin 10 mg, puyer batuk pilek 3x1 PO, dan
Nebulisasi Combivent + NaCl 3 cc

13
CATATAN PERAWATAN (CP 1A)
DATA FOKUS

No Data Objektif No. Data Subjektif


.
- bunyi suara napas ronchi ibu pasien mengatakan anaknya

- napas pasien terdengar mengi sudah sesak napas sejak 1 hari yang

- pernapasan cuping hidung lalu dan semakin memberat

- terdapat retraksi dinding dada

- terdapat otot bantu pernapasan

- Observasi vital sign : RR : 30

kali/menit.

14
CATATAN PERAWATAN
ANALISA DATA

Nama Klien / Umur : An. N/ 9th


No. Kamar / Ruangan : Cempaka
No Data Etiologi Masalah
.
DS: ibu pasien mengatakan anaknya sudah Keletihan otot pernapasan Ketidakefektifan Pola
Nafas
sesak napas sejak 1 hari yang lalu dan

semakin memberat

DO: bunyi suara napas ronchi, napas pasien

terdengar mengi, pernapasan cuping

hidung, terdapat retraksi dinding dada,

terdapat otot bantu pernapasan. Observasi

vital sign : RR : 30 kali/menit.

15
CATATAN PERAWATAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien / Umur : An. N/ 9th


No. Kamar / Ruangan : Cempaka

No Tangga Diagnosa Tujuan/ Intervensi Rasionalisasi


. l Keperawatan Kriteria Hasil
1 15 Juli Ketidakefektifa setelah 1) Monitor 1) untuk
2019 dilakukan vital sign mengetahui
n pola napas
tindakan 2) Monitor status
berhubungan
keperawatan Pernapasan perkembanga
dengan pasien mampu 3) Monitor n pasien
menunjukkan kecepatan, 2) untuk
keletihan otot
kepatenan jalan irama, mengetahui
pernapasan
napas dengan kedalaman perkembanga
indikator : dan n status
pasien tidak kesulitan kesehatan
merasa tercekik, bernafas, pasien dan
irama nafas, monitor mencegah
frekuensi saturasi komplikasi
pernafasan oksigen, lanjutan
dalam rentang palpasi 3) untuk
normal, tidak kesimetrisa mengetahui
ada suara nafas n ekspansi perkembanga
abnormal paru, n status
monitor kesehatan
pola napas, pasien dan
4) mencegah

16
Kolaborasi komplikasi
pemberian lanjutan
nebulizer, 4) untuk
5) Atur membuat
posisi semi pernafasan
fowler pasien
untuk menjadi lega,
memaksima secret
l ventilasi. menjadi lebih
encer dan
mudah
dikeluarkan
5) untuk
mengurangi
sesak napas

CATATAN PERAWATAN
CATATAN TINDAKAN

Nama Klien / Umur : An. N/ 9th

17
No. Kamar / Ruangan : Cempaka
Hari/Tanggal Pukul Nomor Tindakan Keperawatan Paraf
Diagnosa
Senin 15 Juli 12.00 1 1. pemberian terapi nebulizer
2019 (Nacl 0,9 % dan cl hube : 3 cc)
2. mengukur vital sign
3. memposisikan pasien setengah
duduk
4. memonitor pernapasan,
memonitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan
bernapas pasien
(1) mengukur vital sign
Selasa 16 Juli 12.00 (2) mengajarkan batuk efektif
2019 (3) memonitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan
bernapas
(1) mengukur vital sign
Rabu 17 Juli 12.35 (2) memonitor kecepatan, irama,
2019 kedalaman dan kesulitan
bernapas
(3) mengajarkan pasien latihan
nafas abdomen atau bibir

CATATAN PERAWATAN
EVALUASI CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien / Umur : An. N/ 9th

18
No. Kamar / Ruangan : Cempaka
No. Hari/Tanggal Pukul Catatan Perkembangan Paraf
Diagnos
a
1 senin 15 Juli 2019 13.50 S: keluarga pasien mengatakan pasien masih
WIB sesak napas
O: pasien terlihat sesak nafas, RR: 32 kali/menit
S: 36.8°C N: 95 kali/menit, pernapasan ireguler,
terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat
retraksi dinding dada
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi: (1) mengukur vital sign
(2) monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas, monitor saturasi oksigen,
palpasi kesimetrisan ekspansi paru, monitor pola
napas

16 Juli 2019 13.40 S: keluarga pasien mengatakan pasien masih


WIB sesak napas
O: RR : 28 kali/menit S: 36.6°C N: 92 kali/menit,
terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat
pergerakan otot bantu pernapasan, pasien masih
nampak kesulitan saat bernapas
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi: : (1) mengukur vital sign
(2) monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas, monitor saturasi oksigen,
palpasi kesimetrisan ekspansi paru, monitor pola
napas

S: keluarga pasien mengatakan sesak napas

19
17 Juli 2019 13.50 pasien berkurang
WIB O: pasien terlihat membaik, RR : 26 kali/menit S:
36.9°C N: 89 kali/menit, pasien tidak kesulitan
dalam bernapas, irama napas reguler
A: masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi: (1) mengukur vital
sign (2) monitor kecepatan, irama, kedalaman
dan kesulitan bernafas, monitor saturasi oksigen,
palpasi kesimetrisan ekspansi paru, monitor pola
napas

20
Lampiran 2

SOP BATUK EFEKTIF & NAFAS DALAM

STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR

        

A. Pengertian

Latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan mengganggu di saluran

nafas dengan cara dibatukkan.

B. Tujuan

a. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret

b. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laborat

c. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret

C. Kebijakan

a. Klien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi secret

b. Pemeriksaan diagnostik sputum di laboratorium

D. Petugas

Perawat

E. Peralatan

a. Kertas tissue

b. Bengkok

c. Perlak/alas

d. Sputum pot berisi desinfektan

e. Air minum hangat

21
F. Prosedur Pelaksanaan

1. Tahap PraInteraksi

a. Mengecek program terapi

b. Mencuci tangan

c. Menyiapkan alat

2. Tahap Orientasi

a. Memberikan salam dan sapa nama pasien

b. Menjelaskan tujuan  dan prosedur pelaksanaan

c. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

3. Tahap Kerja

a. Menjaga privacy pasien

b. Mempersiapkan pasien

c. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di

abdomen

d. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui

hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)

e. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung

pada punggung)

f. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan

g. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut,

bibir seperti meniup)

h. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari

otot

22
i. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau

di dekat mulut bila tidur miring)

j. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3:

inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat

k. Menampung lender dalam sputum pot

l. Merapikan pasien

4. Tahap Terminasi

a. Melakukan evaluasi tindakan

b. Berpamitan dengan klien

c. Mencuci tangan

d. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Bentuk Latihan Napas Dalam


A. Pernafasan Diafragma

1. Pemberian oksigen bila penderita mendapat terapi oksigen di rumah.


2. Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah duduk, tidur miring ke kiri
atau ke kanan, mendatar atau setengah duduk.
3. Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas perut bagian tengah,
tangan yang lain di atas dada. Akan dirasakan perut bagian atas

23
mengembang dan tulang rusuk bagian bawah membuka. Penderita perlu
disadarkan bahwa diafragma memang turun pada waktu inspirasi. Saat
gerakan (ekskursi) dada minimal. Dinding dada dan otot bantu napas
relaksasi.
4. Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-pelan
melalui mulut (pursed lips breathing), selama inspirasi, diafragma sengaja
dibuat aktif dan memaksimalkan protrusi (pengembangan) perut. Otot
perut bagian depan dibuat berkontraksi selama inspirasi untuk
memudahkan gerakan diafragma dan meningkatkan ekspansi sangkar
toraks bagian bawah.
5. Selama ekspirasi penderita dapat menggunakan kontraksi otot perut untuk
menggerakkan diafragma lebih tinggi. Beban seberat 0,51 kg dapat
diletakkan di atas dinding perut untuk membantu aktivitas ini.

B. Pursed Lips Breathing

1. Menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung


(bukan menarik napas dalam) dengan mulut tertutup,
2. kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut
dengan posisi seperti bersiul,
3. PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama
ekspirasi, selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui
hidung, dengan pursed lips breathing (PLB) akan terjadi peningkatan
tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui
cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps

24
saluran napas kecil pada waktu ekspirasi.

25
Lampiran 3

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

POSISI SEMI FOWLER

A.  Pengertian :
Cara berbaring pasien dengan posisi setengah duduk
B.  Tujuan :
1)      Mengurangi sesak napas
2)      Memberikan rasa nyaman
3)      Membantu memperlancar keluarnya cairan
4)      Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan
C.  Di lakukan pada :
1)     Pasien sesak napas
D.  Persiapan :
-    Persiapan alat
1)      Sandaran punggung atau kursi
2)      Bantal atau balok penahan kaki tempat tidur bila perlu
3)      Tempat tidur khusus (functional bed) jika perlu
-   Persiapan pasien, perawat, dan lingkungan
1)     Perkenalkan diri anda pada klien, termasuk nama dan jabatan atau
peran dan jelaskan apa yang akan dilakukan.
2)      Pastikan identitas klien
3)    Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebut yang
dapat dipahami oleh klien
4)      Siapkan peralatan
5)      Cuci tangan
6)      Yakinkan klien nyaman dan memiliki ruangan yang cukup dan
pencahayaan yang cukup untuk melaksanakan tugas

26
7)      Berikan privasi klien
E.   Prosedur :
1)  Pasien di dudukkan, sandaran punggung atau kursi di letakkan di bawah
atau di atas kasur di bagian kepala, di atur sampai setengah duduk dan di
rapikan. Bantal di susun menurut kebutuhan. Pasien di baringkan
kembali dan pada ujung kakinya di pasang penahan.
2)   Pada tempat tidur khusus (functional bed) pasien dan tempat tidurnya
langsung di atur setengah duduk, di bawah lutut di tinggikan sesuai
kebutuhan. Kedua lengan di topang dengan bantal.
3)   Pasien di rapikan.

F.   Hal – hal yang harus di perhatikan :


1)      Perhatikan keadaan umum pasien
2)      Bila posisi pasien berubah, harus segera di betulkan
3)      Khusus untuk pasien pasca bedah di larang meletakkan bantak di
bawah perut.
4)      Ucapkan terima kasih atas kerjasama klien

27
5)      Dokumentasikan hasil prosedur dan toleransi klien pada format yang
tepatLampiran 4

SOP PEMBERIAN INHALASI NEBULIZER PADA ANAK

Pengertian Suatu tindakan atau terapi untuk pembersihan atau

pemeliharaan sistem pernafasan

Tujuan 1. Mengencerkan secret agar bisa dikeluarkan

2. Merelaksasi jalan pernafasan

Kebijakan Pemberian Obat diberikan sesuai usia dan terapi dokter

Prosedur 1.1. Persiapan Alat:

 Set Nebulizer

 Spuit 5 cc

 Aquades

 Obat Brongkodilator

 Bengkok – 1 Buah

 Tisieie

 Handscoon

1.2. Persiapan Pasien :

 Memberi salam dan memperkenalkan

diri kepada pasien

 Menjelaskan tujuan atas tindakan

 Menjelaskan langkah atau prosedur yang

akan dilakukan

28
 Menanyakan apakah pasien bersedia

diberikan tindakan keperawatan

 Meminta pihak pengunjung/keluarga

untuk meninggalkan ruangan agar tidak

menggangu dalam proses tindakan

1.3. Persiapan Lingkungan :

 Menutup pintu

 Memasang sampiran

1.4. Pelaksanaan :

 Mencuci tangan dan menggunakan

handscoon

 Mengatur pasien dalam posisi

duduk/semifowler

 Mendekatkan peralatan ke dekat pasien

 Isi nebulizer dengan aquades sesuai

tekanan yang tersedia

 Memasukan obat sesuai dosis yang telah

di program

 Memasang masker pada pasien

 Menghidupkan nebulizer dan meminta

pasien mengambil nafas dalam hingga

obat habis

 Matikan nebulizer

29
 Bersihkan mulut dan hidung dengan

tissiu

 Bereskan fasilitas

 Buka handscoon dan mencuci tangan

1.5. Terminasi :

 Evaluasi perasaan pasien

 Kontrak waktu untuk kegiatan

selanjutnya

 Dokumentasi prosedur dan hasil

observasi

30
Lampiran 5
Standar Operasional Pelaksanaan Nafas Dalam dengan Meniup Balon

1. Pengertian
Melatih teknik nafas dalam
2. Tujuan Nafas Dalam
Untuk mengatur frekuensi dan pola nafas sehingga mengurangi air
trapping, memperbaiki fungsi diafragma, memperbaiki mobilitas sangkar
thoraks, memperbaiki ventilasi alveoli untuk memperbaiki pertukaran
gas tanpa meningkatkan kerja pernapasan, mengatur dan
mengkoordianasikan kecepatan pernapasan sehingga bernapas lebih
efektif dan mengurangi kerja pernapasan.
3. Indikasi
Diberikan kepada anak dengan bronkopneumonia, asma, dan chest
infection
4. Kontraindikasi
1) Pneumothoraks 2) Hemoptisis 3) Gangguan sistem Kardiovaskuler 4)
Edema paru 5) Efusi pleura.
5. Persiapan alat
a. Balon
b. Bengkok
c. Hand Rub 66
d. Tissue
6. Prosedur Tindakan
a. Perawat mencuci tangan dengan benar
b. Peralatan didekatkan ke pasien
c. Pasien diberi latihan Pursed Lips Breathing
d. Menarik nafas lewat hidung dianjurkan pada pasien dengan benar
e. Menahan nafas dianjurkan kepada pasien, kemudian perawat
memberikan hitungan sampai dengan 7x

31
f. Menghembuskan nafas perlahan-lahan dengan melakukan Pursed Lips
Breathing (mengeluarkan nafas melalui mulut) sambil menegangkan otot
perut, dianjurkan kepada pasien hembusan nafas supaya dimasukkan
dalam balon
g. Posisi yang nyaman diberikan dengan benar
h. Cuci tangan dilakukan dengan benar
i. Salam terapeutik diucapkan dalam mengakhiri tindakan
j. Mengevaluasi respon pasien (respirasi rate dan heart rate)
7. Hal yang perlu diperhatikan
a. Pertahankan posisi pasien untuk duduk
b. Lingkungan dikondisikan agar kondusif (tidak berisik/banyak orang)
c. Tidak melatih nafas dalam pada malam hari karena dapat mengganggu
istirahat anak

32
Lampiran 6 Lembar Bimbangan

LEMBAR KONSUL KTI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D3

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

Nama Mahasiswa : Bayu Eggy Pamungkas

NIM : 170102011

Nama Pembimbing : Ns. Murniati, M.Kep

Judul KTI : Asuhan Keperawatan ketidakefektifan pola nafas pada An.

N dengan asma di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga

No Hari/tanggal Materi Saran/Masukan Ttd Ttd

Bimbingan Mahasiswa Pembimbing

1 Sabtu, 27 BAB 1, 2, -Penambahan di

Juni 2020 dan 3 daftar isi dan

lampiran

-Perbaikan

penulisan

-Kata “akan”

dihapus pada

33
bab 3, karena

sudah dilakukan

penelitian

-Cantumkan

tanggal pada

waktu

penelitian

2 Jumat, 10 BAB 4 dan - Perbaiki

Juli 2020 BAB 5 penulisan

tentang kalimat

dan simbol

- Sesuaikan

kalimat dengan

SPOK

- Tambahkan cara

menghitung

IMT

- Tambahkan

keterangan

“WIB” pada

setiap kalimat

yang

menunjukkan

34
pukul

- Fokuskan

diagnosa,

intervensi,

implementasi,

dan evaluasi

dengan judul

KTI

3 Cover - Lembar

pengesahan

diganti

BAB 3 - Tambahkan

subjek “anak”

pada rancangan

studi kasus

- Perbaiki

penulisan pada

kriteria inklusi

- Jelaskan lebih

rinci waktu

penelitian

BAB 4 dan - Perbaiki

35
BAB 5 penulisan

- Jangan

mengulang-

ulang kalimat

- Rapikan

paragraf

- Urutan

pengkajian

dibetulkan

- Tambahkan

pengkajian pola

Gordon

- Label NIC

dicantumkan

- Tambahkan

skala

pengukuran

pada kriteria

yang akan

ditargetkan

diintervensi

- Dibuat tabel

pada

36
implementasi

dan evaluasi

- Tambahkan

pembahasan

pada intervensi,

implementasi,

dan evaluasi.

37
LEMBAR KONSUL KTI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D3

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

Nama Mahasiswa : Bayu Eggy Pamungkas

NIM : 170102011

Nama Pembimbing : Roro Lintang Suryani, S.Kep, Ns., M.Kep

Judul KTI : Asuhan Keperawatan ketidakefektifan pola nafas pada An.

N dengan asma di ruang Cempaka RSUD dr. R. Goeteng

Taroenadibrata Purbalingga

No Hari/tanggal Materi Saran/Masukan Ttd Ttd

Bimbingan Mahasiswa Pembimbing

1 Sabtu, 27 BAB 1, 2, -Penggantian

Juni 2020 dan 3 tahun pada

cover KTI

-Penambahan di

daftar isi dan

lampiran

-Penambahan data

kasus asma di

38
Kabupaten

Purbalingga dan

RSUD dr. R.

Goeteng

Taroenadibrata

-Perbaikan

penulisan

-Kata “akan”

dihapus pada

bab 3, karena

sudah dilakukan

penelitian

-Cantumkan

tanggal pada

waktu

penelitian

2 Jumat, 10 BAB 4 dan - Perbaiki

Juli 2020 BAB 5 penulisan

tentang kalimat

dan simbol

- Sesuaikan

kalimat dengan

SPOK

39
- Tambahkan cara

menghitung

IMT

- Tambahkan

keterangan

“WIB” pada

setiap kalimat

yang

menunjukkan

pukul

- Fokuskan

diagnosa,

intervensi,

implementasi,

dan evaluasi

dengan judul

KTI

3 BAB 1, 2, - Perbaharuia ka.

dan 3 Prodi d3

keperawatan

- Urutan ucapan

terimakasih di

kata pengatar;

40
no 1 dan 2

untuk direktur

rsud dr. R.

Goeteng

Taroenadibrata

- Perbaiki spasi

penulisan

- Perbaiki

penulisan

referensi

- Perbaiki

penulisan judul

tabel

- Tambahkan

keterangan

waktu pada

kasus yang

sudah dikelola

4 BAB 4 dan - Perbaiki

5 penulisan

- Jelaskan

kategori IMT

pasien

41
- Sesuaikan

etiologi

diagnosa

- Penambahan

kalimat

pengatar pada

diagnosa

- Pilih NIC yang

sesuai dengan

NANDA

- Tambahkan

teori pada

intervensi yang

dipilih

- Penggunaan

kata

penghubung

tidak boleh

diawal kalimat

- Tambahkan

subjek pada

saran penelitian

- Perbaiki

42
penulisan daftar

pustaka

Cover - Update wakil

rektor 1, Dekan

- Direktur RSUD

dr. R.Goeteng

ditempatkan

setelah rektor

- Pada lampiran,

lembar

bimbingan

ditaruh paling

akhir

BAB 1, 2, - Perbaiki

dan 3 penulisan

referensi

- Tambahkan

subjek kalimat

pada manfaat

penelitian

- Cantumkan

referensi

- Perbaiki

43
penulisan

referensi

- Rapikan posisi

kalimat, jarak

kiri

BAB 4 dan - Posisikan

5 miring pada

istilah asing

- Hambatan

penelitian pada

saat pengkajian,

penentuan

diagnosa,

intervensi,

implementasi

pikirkan

kembali

Daftar - Perbaiki

pustaka penulisannya

- Tambahkan

alamat web jika

referensi

didapat dari

44
internet

45
46

Anda mungkin juga menyukai