Anda di halaman 1dari 104

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN RISIKO CEDERA PADA POST PARTUM


DENGAN SECTIO CAESAREA DI RUANG FLAMBOYAN RSUD Prof. Dr.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi DIII Keperawatan Purwokerto

Inayatul Mufidhah
NIM P1337420214017

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN RISIKO CEDERA PADA POST PARTUM


DENGAN SECTIO CAESAREA DI RUANG FLAMBOYAN RSUD Prof. Dr.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi DIII Keperawatan Purwokerto

Inayatul Mufidhah
NIM P1337420214017

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017
ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Inayatul Mufidhah


NIM : P1337420214017

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil laporan kasus yang saya tulis ini
adalah benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa hasil laporan kasus
ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Purwokerto, 4 Mei 2017


Yang membuat pernyataan,

Inayatul Mufidhah
NIM. P1337420214017

iii
iv
v
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Resiko Cedera pada Post Partum
dengan Sectio Caesarea di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto sesuai dengan waktu yang direncanakan. Laporan kasus
ini merupakan salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma
III Keperawatan di Politeknik Kesehatan Semarang khususnya Program Studi
Keperawatan Purwokerto.
Penulis menyadari bahwa kegiatan penulisan laporan kasus ini dapat
diselesaikan berkat adanya dukungan, bimbingan, motivasi serta doa dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat
dan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Sugiyanto, S.Pd., M.App.Sc. selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang,
2. Direktur RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang telah
memberikan ijin dalam pengambilan kasus Karya Tulis Ilmiah.
3. Bapak Putrono, S.Kep., Ners., M.Kes. selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang,
4. Ibu Walin, SST., M.Kes. selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Purwokerto sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik,
5. Ibu Siti Mulidah, S.Pd,. S.Kep,. Ns., M.Kes. selaku Dosen
Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan bimbingan,
masukan dan arahan dengan sabar hingga terselesaikannya
penyusunan laporan kasus,
6. Ibu Ratifah, SST,. M.Kes. selaku Ketua Penguji dalam sidang laporan
kasus,
7. Ibu Hartati, S.Kep., Ns., MM. selaku Dosen Penguji 1 dalam sidang
laporan kasus,

vi
8. Ibu Nofi Setiyani, AMK. sebagai Pembimbing Klinik dalam
penyusunan laporan kasus.
9. Ny. N atas ketersediaan, kerjasama dan dukungannya untuk
melakukan asuhan keperawatan sebagai laporan kasus.
10. Dosen dan staf karyawan Program Studi Keperawatan Purwokerto
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang yang telah memberikan
kenyaman dalam proses menuntut ilmu penulis,
11. Kedua orang tua saya yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa,
motivasi dan semangat sampai saat ini,
12. Sahabat dan rekan-rekan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang Program Studi D III Keperawatan Purwokerto yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga semua kebaikan yang telah diberikan akan mendapatkan balasan
dari Allah SWT. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dalam pembuatan
laporan kasus ini. Besar harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat untuk kedepannya.

Purwokerto, 4 Mei 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................. 3
C. Manfaat ............................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Postpartum
a. Definisi .................................................................................. 5
b. Periode Postpartum ................................................................ 5
2. Sectio caesarea
a. Definisi .................................................................................. 5
b. Etiologi .................................................................................. 6
c. Manifestasi klinis .................................................................. 6
d. Patofisiologi ........................................................................... 6
e. Indikasi ................................................................................... 7
f. Kontraindikasi ....................................................................... 7
g. Komplikasi ............................................................................. 8
h. Pathway ................................................................................. 8

viii
3. Resiko Cedera pada Post Partum dengan Sectio Caesarea
a. Definisi .................................................................................. 10
b. Faktor Resiko ...................................................................... . 10
c. Pengelolaan ........................................................................... 10
B. Konsep Asuhan Keperawatan Resiko Cedera pada Post Partum dengan
Sectio Caesarea
1. Pengkajian............................................................................... . 11
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 11
3. Perencanaan ............................................................................. 11
4. Implementasi .............................................................................` 13
5. Evaluasi................................................................................ .... 13
BAB III METODE PENULISAN
A. Metoda Penulisan ............................................................................ 15
B. Sampel ............................................................................................ 15
C. Lokasi .............................................................................................. 15
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 16
E. Analisis ............................................................................................ 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ................................................................................................. 17
B. Pembahasan ..................................................................................... 27
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................................... 39
B. Saran ............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1. Pathway keperawatan risiko cedera ........................................... 9

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Dokumen Asuhan Keperawatan
2. Standar Operasional Prosedur Ambulasi Dini
3. Standar Operasional Prosedur Posisi Semi Fowler
4. Standar Operasional Prosedur Memandikan Pasien
5. Standar Operasional Prosedur Vulva Hygine
6. Lembar Bimbingan Penulisan KTI
7. Surat Ijin Pengambilan Data Penulisan KTI
8. Surat Ijin Pengambilan Kasus Penulisan KTI
9. Daftar Riwayat Hidup

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelahiran caesarea didefinisikan sebagai kelahiran janin melalui insisi


pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi)
(Cunningham dkk, 2013). Operasi seksio sesarea ini dilakukan apabila ibu
sudah tidak dapat melahirkan secara normal.

World Health Organization (WHO) menyatakan standar rata-rata


seksio sesarea di sebuah negara adalah sekitar 5 sampai 15% per 1000 kelahiran
di dunia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryati (2012) di Indonesia
pada tahun 2010, ibu yang melahirkan dengan operasi seksio sesarea sudah
melampaui standar maksimal WHO (15,3% dari 15%). Berdasarkan angka
kejadian persalinan sectio caesarea di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto tahun 2016 terdapat 1.704 kasus persalinan secara sectio
caesarea (Rekam Medik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto,
2016). Sedangkan dari data yang didapatkan di Ruang Flamboyan RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada tanggal 30 September 2016
sampai 8 Januari 2017 terdapat 369 pasien post seksio sesarea 16 mengalami
anemia dan 10 pasien mengalami perdarahan post partum, dimana hal
tersebut merupakan faktor risiko terjadinya cedera.

Tindakan sectio cesarea dilakukan untuk mencegah kematian janin


maupun ibu sehubungan dengan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat
terjadi bila persalinan dilakukan pervaginam. Sebelum dilakukan tindakan
operasi, pada pasien sectio caesarea akan dilakukan anestesi yang dapat
berpengaruh pada kondisi pasien setelah dilakukannya operasi. Sehingga
pasien dengan seksio sesarea membutuhkan perawatan khusus untuk segera
pulih. Penanganan yang dilakukan pada ibu post partum normal akan berbeda
dengan seksio sesarea, karena pada pasien seksio sesarea penanganannya

1
2

seperti pada klien pasca operasi lainnya. Pada pasien post seksio sesarea
dianjurkan untuk istirahat pada 8-12 jam pertama, dan pada hari pertama (24
jam) post partum ibu dibantu untuk ambulasi (McKinney, James, Murray,
Nelson dan Ashwill, 2013).

Pada ibu post partum seksio sesarea ambulasi dini sangat dianjurkan
karena dapat memperbaiki sirkulasi, membuat nafas dalam dan menstimulasi
kembali fungsi gastrointestinal normal (Hanifa, Abdul dan Trijatmo, 2010).
Selain itu, ambulasi dini bermanfaat untuk ibu post operasi karena dapat
membuat ibu lebih sehat, mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli,
membuat sirkulasi darah menjadi lancar sehingga dapat mencegah terjadinya
thrombosis dan tromboemboli. Apabila ibu post seksio sesarea tidak
melakukan ambulasi dini dapat terjadi peningkatan suhu tubuh, perdarahan
yang abnormal dan involusi uterus yang tidak baik (Mochtar, 1998 dalam
Aisyah dan Budi (2011)).

Ambulasi dini post seksio sesarea dilakukan secara bertahap


berdasarkan tahap-tahap mobilisasi yaitu pada 6 jam pertama post seksio
sesarea ibu harus tirah baring terlebih dahulu, 6-10 jam ibu harus dapat
melakukan miring kanan kiri, setelah 24 jam ibu mulai dianjurkan untuk
duduk dan setelah ibu dapat duduk maka ibu dianjurkan untuk latihan
berjalan (Mochtar, 1998 dalam Aisyah dan Budi (2011)). Pada ibu setelah
melahirkan, tekanan pembuluh darah pada organ bagian dalam akan
berkurang secara cepat sehingga tekanan pembuluh darah pada abdomen akan
melemah, yaitu ketika pasien berpindah posisi dari berbaring ke posisi duduk
sehingga menyebabkan tekanan darah menurun atau disebut hipotensi
orthostatik. Penurunan tekanan darah ini dapat menimbulkan risiko cedera
pada pasien karena pada kondisi ini pasien akan merasa pusing bahkan
pingsan (McKinney, James, Murray, Nelson dan Ashwill, 2013).

Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko cedera


pada ibu post partum dengan sektio sesarea yaitu dengan mengontrol risiko
terjadinya cedera dengan menganjurkan pasien untuk melakukan ambulasi
3

dini, mendampingi pasien setiap akan melakukan aktivitasnya, memonitor


tanda-tanda vital pasien sebelum dan setelah melakukan latihan, membantu
pasien untuk duduk ditepi tempat tidur sebelum pasien berdiri dan membantu
pasien berdiri perlahan-lahan (McKinney, James, Murray, Nelson dan
Ashwill, 2013).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menyusun karya tulis


ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Risiko Cedera pada Post
Partum dengan Sectio Caesarea di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto” sebagai laporan tugas akhir.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan risiko cedera pada post


partum dengan sectio caesarea di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Tujuan Khusus :

a. Menggambarkan pengkajian risiko cedera pada post partum dengan


sectio caesarea di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
b. Mengidentifikasi masalah keperawatan risiko cedera pada post
partum dengan sectio caesarea di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.
c. Menggambarkan tujuan dan rencana tindakan untuk memecahkan
masalah risiko cedera pada post partum dengan sectio caesarea di
Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
d. Menggambarkan tindakan untuk memecahkan masalah risiko cedera
pada post partum dengan sectio caesarea di Ruang Flamboyan
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
4

e. Menggambarkan penilaian dan evaluasi pengelolaan risiko cedera


pada post partum dengan sectio caesarea di Ruang Flamboyan
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
f. Menganalisis dan membahas dari pengkajian, perumusan masalah,
perencanaan, tujuan dan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan,
dan evaluasi tindakan terhadap masalah risiko cedera pada post
partum dengan sectio caesarea di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi

Dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa Prodi DIII Keperawatan


Purwokerto dalam melakukan pengelolaan keperawatan risiko cedera
pada post partum dengan sectio caesarea.

2. Bagi Rumah Sakit

Dapat dijadikan sebagai panduan dalam melakukan pengelolaan


keperawatan risiko cedera pada post partum dengan sectio caesarea.

3. Bagi Penulis

Memberi wawasan tambahan kepada penulis dalam melakukan


pemberian asuhan keperawatan risiko cedera pada post partum dengan
sectio caesarea.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Postpartum

a. Definisi

Postpartum adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari


saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke
keadaan sebelum hamil dan lamanya masa nifas kurang lebih enam
minggu (Rahayu, 2016).

b. Periode Postpartum

Menurut Rahayu (2016), menyatakan bahwa masa


penyesuaian fisik dan psikologis tubuh kembali pada keadaan
normal sebelum hamil kurang lebih 6 minggu. Periode postpartum
ini terbagi menjadi 3 periode yaitu immediately postpartum (24 jam),
early postpartum (minggu pertama), dan late postpartum (minggu
kedua sampai dengan minggu keenam).

2. Sectio Caesarea

a. Definisi

Sectio caesarea yaitu tindakan untuk melahirkan bayi melalui


pembedahan abdomen dan dinding uterus (Nugroho, 2011). Sectio
caesarea yaitu suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram (Hanifa, Abdul dan Trijatmo,
2010).

Sectio caesarea merupakan prosedur pembedahan yang


digunakan untuk melahirkan bayi melalui sayatan yang dibuat pada

5
6

perut dan rahim (Penny, Janet dan Keppler, 2008). Jadi dapat
disimpulkan, sectio caesarea merupakan suatu tindakan pembedahan
yang dilakukan untuk melahirkan bayi melalui sayatan pada perut
dan dinding rahim.

b. Etiologi

Menurut Carol dan Wilkinson (2012), kelahiran sesar dapat


disebabkan oleh faktor ibu dan janin atau plasenta yang
mengganggu atau menghalangi ibu melahirkan melalui vagina.
Faktor yang berasal dari janin yaitu gawat janin, penyakit atau
anomali, malposisi atau malpresentasi, prolaps tali pusat dan
makrosomia yang menyebabkan cephalopelvic disproportion (CPD).
Sedangkan faktor yang berasal dari ibu meliputi gangguan
hipertensi, diabetes, herpes genetalia aktif, human papilloma virus
yang menghalangi jalan lahir, HIV dengan muatan virus lebih dari
1000, dan panggul sempit yang tidak memungkinkan penurunan
janin serta abnormalitas plasenta yaitu plasenta previa atau abrupsio
plasenta total yang dapat mengganggu ibu atau janin.

c. Manifestasi Klinis

Menurut Kusuma dan Hardhi (2015), tanda gejala dari seksio


sesarea yaitu plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior),
panggul sempit, disproporsi sefalopelvik (ketidakseimbangan antara
ukuran kepala dan ukuran panggul), rupture uteri mengancam, partus
lama, partus tak maju, distosia serviks, preeklamsia dan hipertensi,
serta malpresentasi janin.

d. Patofisiologi

Seksio sesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi


dengan berat di atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus
yang masih utuh. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan
7

anestesi bisa bersifat regional dan umum. Pengaruh anestesi bagi ibu
sendiri yaitu terjadinya penurunan saraf simpatis yang menyebabkan
kondisi diri menurun. Blokade simpatis akibat anestesi spinal
menyebabkan dilatasi pembuluh darah sehingga menurunkan
resistensi pembuluh darah sistemik yang dapat menyebabkan
hipotensi. Dengan mempertahankan pasien tetap duduk setelah
penyuntikan obat anestesi lokal akan menghasilkan blokade
anestesia yang adekuat, tetapi memiliki kekurangan yang pertama
yaitu penyebaran blok anestesi yang lebih lama setelah penyuntikan
anestetik lokal hiperbarik sehingga pasien akan diposisikan tidur
terlentang untuk menunggu penyebaran blokade anestesi. Yang
kedua yaitu risiko hipotensi yang lebih berat akibat penyempitan
pembuluh darah vena di ekstremitas bawah sehingga pada saat
blokade anestesia tercapai akan memblok persarafan simpatis.
Dengan begitu kondisi ibu yang lemah ini dapat berisiko mengalami
cedera (Halpern dan Douglas, 2005).

e. Indikasi

Beberapa indikasi dilakukannya seksio sesarea menurut


Hanifa, Abdul dan Trijatmo (2010) ada dua yaitu indikasi ibu dan
indikasi janin. Indikasi ibu meliputi panggul sempit absolute, tumor-
tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi, stenosis serviks atau
vagina, plasenta previa dan rupture uteri membakat. Sedangkan
indikasi pada janin yaitu adanya kelainan letak, diproporsi
sefalopelvik dan gawat janin.

f. Kontraindikasi

Menurut Rasjidi (2009), menyatakan kontraindikasi dari


seksio sesarea yaitu janin mati, syok, anemia berat, kelainan
kongenital berat, infeksi piogenik pada dinding abdomen serta
minimalnya fasilitas operasi seksio sesarea.
8

g. Komplikasi

Menurut Carol dan Wilkinson (2012), komplikasi potensial


yang mungkin terjadi pada kelahiran sesar yaitu hemoragi,
tromboflebitis, emboli pulmonal, infeksi puerperium dan/atau insisi,
infeksi saluran kemih serta cedera termal (misal aspirasi, trauma).
Selain itu, pasien dengan seksio sesarea dapat mengalami beberapa
komplikasi, diantaranya yaitu endometritis atau rusaknya luka,
hipotensi dan komplikasi dari anestesi yaitu pneumonitis kimiawi
(Janet dkk, 2013).

h. Pathway

Berdasarkan patofisiologi menurut Halpern dan Douglas


(2005) didapatkan pathway keperawatan sebagai berikut :
9
Indikasi Seksio sesarea

Ibu (panggul sempit absolute, Janin (adanya kelainan letak dan


tumor-tumor jalan lahir yang gawat janin, penyakit atau anomaly,
menimbulkan obstruksi, stenosis malposisi atau malpresentasi,
serviks atau vagina, plasenta previa, prolaps tali pusat dan makrosomia
diproporsi sefalopelvik dan rupture yang menyebabkan cephalopelvic
uteri membakat) disproportion (CPD).

Seksio sesarea

Anestesi (regional dan umum)

Bedrest Penurunan saraf simpatis

Resistensi pembuluh darah sistemik

Penyempitan pembuluh darah vena


Hipotensi
diekstremitas bawah

Kondisi diri menurun dan melemah

Resiko cidera

Gambar 2.1 : Pathway keperawatan resiko cidera (Halpern dan


Douglas, 2005)
10

3. Resiko Cedera pada Post Partum dengan Sectio Caesarea

a. Definisi

Resiko cedera yaitu berisiko mengalami cedera sebagai akibat


kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan
sumber defensif individu (Heardman, 2015).

b. Faktor Resiko

Menurut Doenges (2001), faktor risiko cedera pada post


seksio sesarea meliputi fungsi biokimia atau regulasi (misal
hipotensi ortostatik, adanya HKK atau eklampsia), efek-efek
anesthesia, tromboemboli, profil darah abnormal (anemia atau
kehilangan darah berlebihan, sensitivitas terhadap rubella,
inkompatibilitas Rh), dan trauma jaringan). Sedangkan menurut
Heardman (2015) faktor risiko dibagi menjadi faktor internal dan
eksternal. Faktor eksternal : zat kimia (misal obat, agens farmasi,
alkohol), profil darah yang abnormal (misal penurunan
hemoglobin). Faktor internal : disfungsi biokimia (hipotensi
ortostatik), fisik (misal integritas kulit tidak utuh, gangguan
mobilitas).

c. Pengelolaan

Pengelolaan risiko cedera pada ibu post partum dengan seksio


sesarea yaitu dengan menganjurkan pasien untuk melakukan
ambulasi dini, mendampingi pasien setiap akan melakukan
aktivitasnya, monitor tanda-tanda vital pasien sebelum dan setelah
melakukan latihan, membantu pasien untuk duduk ditepi tempat
tidur sebelum pasien berdiri dan bantu pasien berdiri perlahan-lahan
(McKinney, James, Murray, Nelson dan Ashwill, 2013).
11

B. Konsep Asuhan Keperawatan Risiko Cedera pada Post Partum dengan


Sectio Caesarea

1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada ibu post partum seksio sesarea


meliputi mengobservasi keadaan umum pasien, mengkaji keluhan,
mengkaji tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, nadi, pernafasan dan
suhu), kaji adanya tanda-tanda hipotensi orthostatik, kaji adanya tanda-
tanda kehilangan darah, jumlah lochea (McKinney, James, Murray,
Nelson dan Ashwill, 2013).

2. Diagnosa Keperawatan

Pada ibu post partum dengan seksio sesarea akan timbul diagnosa
keperawatan risiko cedera (Heardman, 2015).

3. Perencanaan

Tujuan dilakukannya tindakan keperawatan pada pasien dengan


risiko cedera diharapkan klien tidak mengalami cedera (hipotensi
orthostatik). Menurut Moorhead, Johnson, Maas dan Swanson (2016)
Nursing Outcome Classification (NOC) : kontrol resiko dengan indikator
yang diharapkan dari diagnosa risiko cedera adalah klien terbebas dari
cedera, klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera,
klien mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cedera, mampu
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dan mampu mengenali
perubahan status kesehatan yang ditunjukkan dengan rentang skala (1)
tidak pernah menunjukkan, (2) jarang menunjukkan, (3) kadang-kadang
menunjukkan, (4) sering menunjukkan dan (5) secara konsisten
menunjukkan.
Menurut Bulechek, Butcher, Dochterman dan Wagner (2016)
Nursing Intervention Clasiffication (NIC) pada diagnosa keperawatan
risiko cedera yaitu manajemen lingkungan : keselamatan (peningkatan
12

latihan) yaitu dengan gali pengalaman individu sebelumnya mengenai


latihan, dukung individu untuk memulai atau melanjutkan latihan,
dampingi individu pada saat mengembangkan program latihan untuk
memenuhi kebutuhannya, lakukan latihan bersama individu jika
diperlukan, informasikan individu mengenai manfaat kesehatan dan efek
fisiologis latihan dan monitor kepatuhan individu terhadap program
latihan.

Menurut Moorhead, Johnson, Maas dan Swanson (2016) Nursing


Outcome Classification (NOC) : deteksi risiko dengan indikator yang
diharapkan dari diagnosa risiko cedera adalah klien mampu mengenali
tanda dan gejala yang mengindikasikan risiko, mengidentifikasi
kemungkinan risiko kesehatan, memonitor perubahan status kesehatan
dan menggunakan fasilitas kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan yang
ditunjukkan dengan rentang skala (1) tidak pernah menunjukkan, (2)
jarang menunjukkan, (3) kadang-kadang menunjukkan, (4) sering
menunjukkan dan (5) secara konsisten menunjukkan.

Menurut Bulechek, Butcher, Dochterman dan Wagner (2016)


Nursing Intervention Clasiffication (NIC) pada diagnosa keperawatan
risiko cidera yaitu manajemen lingkungan : keselamatan (terapi latihan :
ambulasi) yaitu dengan identifikasi kebutuhan keamanan pasien
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif, sediakan lingkungan yang aman
bagi pasien, sediakan alat bantu untuk ambulasi (misalnya, kursi untuk
pijakan atau pegangan tangan), anjurkan dan bantu pasien untuk
melakukan ambulasi dini, dampingi pasien setiap akan melakukan
perpindahan, monitor tanda-tanda vital pasien sebelum dan setelah
melakukan latihan, bantu pasien untuk duduk ditepi tempat tidur sebelum
pasien berdiri dan bantu pasien berdiri perlahan-lahan, serta dorong
pasien untuk ambulasi secara independen dalam batas yang aman.
13

4. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan


keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008).
Implementasi yang dilakukan berdasarkan tindakan yang sudah
direncanakan pada intervensi yaitu manajemen lingkungan : keselamatan
(peningkatan latihan) dan manajemen lingkungan : keselamatan (terapi
latihan : ambulasi) sehingga implementasi yang akan dilakukan
mengidentifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan fungsi fisik
dan kognitif, menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien,
menyediakan alat bantu untuk ambulasi (misalnya, kursi untuk pijakan
atau pegangan tangan), menganjurkan dan membantu pasien untuk
melakukan ambulasi dini dengan mendorong pasien untuk menggerakkan
kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin (Hanifa, Abdul dan Trijatmo,
2010), mendampingi pasien setiap akan melakukan perpindahan,
memonitor tanda-tanda vital pasien sebelum dan setelah melakukan
latihan, membantu pasien untuk duduk ditepi tempat tidur sebelum
pasien berdiri dan membantu pasien berdiri perlahan-lahan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang


berpedoman pada kriteria hasil atau tujuan yang telah dibuat dalam
perencanaan (Asmadi, 2008). Evaluasi tindakan keperawatan risiko
cedera pada post partum dengan sectio caesarea yaitu diharapkan klien
tidak mengalami cedera (hipotensi orthostatik) selama dirawat di rumah
sakit (McKinney, James, Murray, Nelson dan Ashwill, 2013). Dibuktikan
dengan indikator yang diharapkan dari diagnosa risiko cedera adalah :
14

a. NOC 1 : kontrol resiko

Evaluasi :

1) Klien terbebas dari cedera.


2) Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera.
3) Klien mampu menjelaskan faktor risiko dari lingkungan/perilaku
personal.
4) Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cedera.
5) Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
6) Mampu mengenali perubahan status kesehatan.

b. NOC 2 : deteksi risiko

Evaluasi :

1) Mengenali tanda dan gejala yang mengindikasikan risiko.


2) Mengidentifikasi kemungkinan risiko kesehatan.
3) Memonitor perubahan status kesehatan.
4) Menggunakan fasilitas kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.
BAB III
METODE PENULISAN

A. Metoda Penulisan

Metoda penulisan yang digunakan dalam penyusunan proposal


laporan kasus ini adalah metoda deskriptif yaitu metode yang
menggambarkan hasil asuhan keperawatan dengan memfokuskan pada
salah satu masalah penting dalam kasus disertai analisis data sederhana
(Arwani, dkk., (2015). Dalam penulisan laporan kasus ini penulis
melakukan pengelolaan keperawatan pada Ny. N dengan memfokuskan
masalah risiko cedera pada post partum dengan sectio caesarea.

B. Sampel

Dalam laporan kasus ini, penulis mengambil sampel dengan


karakteristik atau kriteria ibu post partum dengan seksio sesarea dan
terindikasi masalah keperawatan risiko cedera di Ruang Flamboyan RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan cara convenience sampling method, dimana subjek yang
dipilih karena kemudahan atau keinginan peneliti (Arwani, dkk., 2015).

C. Lokasi

Lokasi yang digunakan penulis dalam pembuatan laporan kasus


asuhan keperawatan risiko cedera pada post partum dengan sectio
caesarea di ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.

15
16

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan karya


tulis ilmiah ini dengan teknik wawancara, observasi dan pengukuran
(Imron dan Munif, 2010).

1. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data secara


langsung antara perawat dan klien (Asmadi, 2008). Teknik
pengumpulan data dengan wawancara merupakan teknik pengumpulan
data yang umum digunakan untuk mendapatkan data berupa
keterangan lisan dari narasumber atau responden tertentu.

2. Observasi

Menurut Asmadi (2008) menyatakan observasi merupakan


metode pengumpulan data melalui pengamatan visual dengan
menggunakan panca indera.

3. Pengukuran

Pengukuran merupakan cara pengumpulan data penelitian


dengan mengukur objek atau orang mengenai hal yang dipelajari
dengan menggunakan alat ukur tertentu kemudian dicatat (Nursalam,
2008). Pengukuran yang dilakukan pada karya tulis ini yaitu mengukur
tanda-tanda vital pasien diantaranya yaitu tekanan darah, respirasi
suhu dan nadi.

E. Analisis

Proses analisa data dimulai dari awal yaitu dimulai dari tinjauan
pustaka mengenai seksio sesarea. Data klien diperoleh dari proses
pengumpulan data kemudian dikelompokkan berdasarkan masalah yang
dialami klien dan sesuai dengan kriteria permasalahannya. Setelah data
dikelompokkan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan
klien (Nursalam, 2008).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil asuhan keperawatan


resiko cedera pada Ny. N post partum dengan sectio caesarea di ruang
Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang telah
dilaksanakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 20 April sampai dengan 22
April 2017. Selama melaksanakan asuhan keperawatan penulis menerapkan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data,
perumusan masalah, penentuan perencanaan tindakan, implementasi dan
evaluasi.

1. Pengkajian (Assesment)

a. Biodata Pasien
Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan pada hari Kamis
tanggal 20 April sampai 22 April 2017 pada pukul 12.45 WIB di
ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
didapatkan identitas klien yaitu Ny. N yang berusia 37 tahun dengan
alamat Sidabowa Rt 01 Rw 01, Patikraja, agama yang dianut islam,
pekerjaan seorang ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMP.
Sedangkan biodata penanggung jawab yaitu suaminya bernama Tn. S
usia 38 tahun, alamat Sidabowa Rt 01 Rw 01, Patikraja, agama yang
dianut islam, pekerjaan karyawan, pendidikan terakhir SMP.

b. Riwayat Keperawatan (Nursing History)

Pengkajian dilakukan oleh penulis pada hari Kamis, 20 April


2017 pukul 12.45 WIB di ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto didapatkan data keluhan utama yaitu
klien mengatakan masih lemas, pusing, kakinya masih berat dan

17
18

kadang kesemutan dan saat pengkajian klien post operasi dengan


anestesi spinal, klien masih harus bedrest.

Klien datang ke RSUD Margono Soekarjo Purwokerto pada


hari Rabu, 19 April 2017 untuk kontrol kehamilan ke poli kandungan
rujukan dari puskesmas Sidabowa dengan diagnosa medis G2P1A0
usia kehamilan 38 minggu dengan Chepalopelvic disproportion
(CPD) karena letak oblik atau miring. Riwayat obstetrik G2P1A0
dengan umur kehamilan 38 minggu, HPHT : 22 Agustus 2016, HPL :
29 Mei 2017. Instruksi dokter Sp.OG untuk dilakukan tindakan sectio
cesarea. Klien masuk di ruang Flamboyan pukul 14.00 WIB dan
dilakukan operasi sectio cesarea pada tanggal 20 April 2017 pukul
09.40 WIB dengan indikasi CPD karena letak oblik, bayi lahir pada
pukul 09.45 WIB jenis kelamin laki-laki dengan berat badan : 3250
gram, panjang badan : 49 cm, lingkar kepala : 35 cm, lingkar dada :
34 cm. Setelah selesai dilakukan tindakan operasi klien dan bayinya
dipindahkan ke ruang Flamboyan dengan diagnosa P2A0 post SCTP
dan pemasangan IUD. Saat dikaji pada pukul 12.45 WIB klien
mengatakan masih lemas, kakinya masih berat dan kadang
kesemutan, sedikit pusing serta nyeri pada perut saat dibawa bergerak
dengan TD : 110/70 mmHg, Nadi : 68x/menit, RR : 20x/menit, Suhu
: 36oC.

Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit


Wisnu Husada Patikraja saat melahirkan anak pertamanya. Klien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit berat hingga harus
dirawat di rumah sakit dan didalam keluarganya tidak memiliki
riwayat penyakit menurun.

Riwayat Ante Natal Care (ANC) pada trimester pertama klien


mengeluh mual, trimester kedua klien masih mengeluh mual dan
pada trimester ketiga klien tidak memiliki keluhan dan rutin periksa
ke Puskesmas memasuki usia kandungan 8 bulan klien periksa 2
19

minggu sekali dan ketika usia kandungan 9 bulan klien periksa setiap
minggu.

Riwayat persalinan sebelumnya klien pernah melahirkan


spontan dengan jenis kelamin perempuan, berat badan 3300 gram.
Riwayat persalinan yang dilakukan sekarang yaitu klien melahirkan
bayi berjenis kelamin laki-laki berat badan 3250 gram, panjang
badan 49 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 34 cm pada tanggal
20 April 2017 yaitu mulai pukul 09.40 sampai 10.35 WIB dengan
sectio cesarea. Setelah klien kembali ke ruang Flamboyan klien
mendapat perawatan di ruang pengawasan untuk di observasi
perdarahan.

Pengkajian riwayat obstetric didapatkan hasil yaitu klien


menarche atau haid pertama pada usia 14 tahun, siklus haid 30 hari,
lama haid 5 sampai 6 hari, pada saat haid klien terkadang sakit perut
dan pusing. Sebelumnya klien menggunakan KB suntik 3 bulan
sekali dan sekarang klien menggunakan IUD.

c. Review Sistem (Review of System)

Data yang didapat dari pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum


lemah, kesadaran composmentis, tinggi badan ibu : 147 cm, tanda-
tanda vital : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi
20 x/menit, suhu 36oC. Pemeriksaan head to toe diperoleh data
rambut warna hitam, panjang, bersih dan tidak rontok. Fungsi
penglihatan normal, tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan
konjungtiva anemis. Fungsi pembau normal, simetris dan bersih tidak
ada polip. Fungsi pendengaran baik, bentuk simetris dan bersih tidak
ada serumen. Mulut dan gigi bersih, tidak ada karies gigi dan mukosa
bibir lembab. Pada pemeriksaan leher tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid. Pemeriksaan dinding dada bentuk simetris kanan dan kiri.
Payudara lunak, tidak terdapat benjolan kelenjar, putting susu
menonjol, areola hiperpigmentasi dan ASI sudah keluar sedikit.
20

Sedangkan pada pemeriksaan abdomen terdapat luka sectio cesarea


yang memanjang horizontal dengan panjang ± 10 cm, tidak ada
rembesan pada luka bekas jahitan, kontraksi uterus keras, dan tinggi
fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Pada genetalia terpasang kateter,
lokhea rubra, karakteristik warna merah berbau khas dan jumlah
kurang lebih 50 cc. Pada ekstremitas atas tidak terdapat edema,
terpasang infus RL 20 tpm ditangan sebelah kiri, pada ekstremitas
bawah tidak terdapat edema dan tidak ada varises. Turgor kulit baik
<2 detik.

Hasil pengkajian pola fungsional gordon yang telah dilakukan


pada klien menyebutkan bahwa terdapat beberapa permasalahan yang
dialami oleh klien yaitu pada pola aktivitas dan latihan, klien
mengatakan dalam melakukan aktivitasnya masih dibantu keluarga
dan perawat. Hal itu dibuktikan untuk aktivitas mandi, makan atau
minum, toileting, berpakaian, bergerak atau berpindah dan berjalan
klien dibantu oleh alat dan orang lain baik keluarga maupun perawat
dan klien saat dikaji masih harus bedrest. Permasalahan yang lain
yaitu pada pola istirahat dan tidur, klien mengatakan setelah operasi
sulit tidur karena merasakan nyeri pada luka operasi hal tersebut
mengakibatkan klien tampak lesu.

Terapi obat yang diberikan pada hari Kamis, 20 April 2017


yaitu IVFD RL 20 tpm, injeksi ketorolac 2x30 mg, tablet clindamycin
2x300 mg, adver 2x1 tablet dan asam mefenamat 2x500 mg. Pada
hari Jumat, 20-22 April 2017 yaitu tablet clindamycin 2x300 mg,
adver 2x1 tablet dan asam mefenamat 2x500 mg.

d. Pemeriksaan Data Fokus

Keadaan umum klien lemah, kesadaran composmentis, klien


mengeluh masih lemas, pusing, kakinya masih berat dan kadang
kesemutan.
21

Dari hasil pengkajian, penulis melakukan analisa data yaitu


resiko cedera berhubungan dengan profil darah yang abnormal
(penurunan hemoglobin), hambatan fisik dengan data obyektifnya
yaitu, klien tampak lemas, klien masih bedrest, konjungtiva anemis,
pasien juga mengeluh pusing dibuktikan dengan hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 68 x/menit,
respirasi 20 x/menit, suhu 36oC.

e. Pemeriksaan Diagnostik

Hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal


19 April 2017 didapatkan hasil pada pemeriksaan darah lengkap
kadar hemoglobin 12,0 g/dL, leukosit 11690/uL, hematokrit 37%,
eritrosit 4,4 10^6/uL, trombosit 305.000/uL, MCV 86,0 fL, MCH
28,3 pg, MCHC 32,9%, RDW 14,2%, MPV 8,8 fL. Pada hitung jenis
basofil 0,3%, basinofil 0,9%, batang 0,6%, segmen 78,0%, limfosit
12,7% dan monosit 7,5%. Pemeriksaan kimia klinik glukosa sewaktu
77 mg/dL, urine lengkap warna kuning dan jernih.

Hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal


20 April 2017 post operasi, didapatkan hasil pada pemeriksaan darah
lengkap kadar hemoglobin 11,0 g/dL, leukosit 14180/uL, hematokrit
36%, eritrosit 4,1 10^6/uL, trombosit 281.000/uL, MCV 86,9 fL,
MCH 28,6 pg, MCHC 33,0%, RDW 14,5%, MPV 9,2 fL. Pada
hitung jenis basofil 0,3%, basinofil 0,1%, batang 0,6%, segmen
81,3%, limfosit 9,0%, dan monosit 8,7%.

2. Perumusan Masalah (Nursing Problem)

Saat dilakukan pengkajian melalui wawancara diperoleh data


subyektif dari klien yaitu klien mengatakan masih lemas, pusing, kakinya
masih berat dan kadang kesemutan. Observasi yang dilakukan
menunjukkan bahwa klien masih tampak lemas, klien tampak
pucat/konjungtiva anemis, klien post operasi dengan anestesi spinal,
22

klien mendapat perawatan di ruang pengawasan untuk observasi


pendarahan dan klien masih bedrest, hasil pemeriksaan darah lengkap
menunjukkan Hb 11,0 g/dL.

Berdasarkan data tersebut, maka problem utama yang muncul


adalah resiko cedera dengan etiologi yaitu profil darah yang abnormal
(penurunan hemoglobin), hambatan fisik.

3. Perencanaan (Plan)

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul, maka


dirumuskan rencana tindakan keperawatan dengan tujuan umumnya
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien tidak mengalami cedera, dengan Nursing Outcome
Classification (NOC) kontrol resiko yang meliputi indikator klien
terbebas dari cedera (skala awal 1 dan skala tujuan 5), klien mampu
menjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera (skala awal 1 dan skala
tujuan 5), mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cedera
(skala awal 1 dan skala tujuan 5), mampu menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada (skala awal 2 dan skala tujuan 5), serta mampu
mengenali perubahan status kesehatan (skala awal 2 dan skala tujuan 5).

Rencana tindakan keperawatan yang penulis buat untuk mengatasi


masalah resiko cedera adalah Nursing Intervention Classification (NIC)
manajemen lingkungan : keselamatan (peningkatan latihan) dengan
intervensinya yaitu gali pengalaman individu sebelumnya mengenai
latihan, dukung individu untuk memulai atau melanjutkan latihan,
dampingi individu pada saat mengembangkan program latihan untuk
memenuhi kebutuhannya, lakukan latihan bersama individu jika
diperlukan, informasikan individu mengenai manfaat latihan, monitor
kepatuhan individu terhadap program latihan.

Nursing Intervention Classification (NIC) yang kedua manajemen


lingkungan : keselamatan (terapi latihan : ambulasi) dengan
23

intervensinya identifikasi kebutuhan keamanan klien berdasarkan fungsi


fisik dan kognitif, sediakan lingkungan yang aman bagi klien, sediakan
alat bantu untuk ambulasi (misalnya, kursi untuk pijakan atau pegangan
tangan), anjurkan dan bantu klien untuk melakukan ambulasi dini,
dampingi klien setiap akan melakukan perpindahan, monitor tanda-tanda
vital klien sebelum dan setelah melakukan latihan, bantu klien untuk
duduk ditepi tempat tidur sebelum klien berdiri dan bantu klien berdiri
perlahan-lahan, serta dorong klien untuk ambulasi secara independen
dalam batas yang aman.

4. Pelaksanaan (Implementation)

Pelaksanaan yang penulis lakukan berdasarkan intervensi yang


telah penulis susun dalam asuhan keperawatan pada tanggal 20-22 April
2017 adalah sebagai berikut :

Hari pertama Kamis, 20 April 2017 pukul 12.45 WIB penulis


melakukan implementasi mengkaji keadaan umum dan kesadaran klien,
respon : keadaan umum klien lemah dan kesadaran composmentis. Pada
pukul 12.50 WIB mengkaji keluhan klien, respon : klien mengatakan
masih lemas, kakinya masih berat dan kadang kesemutan. Pukul 12.52
WIB mengukur tanda-tanda vital klien, respon : tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36oC. Pukul 13.45
WIB menciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien dan
menganjurkan klien untuk istirahat, respon : klien mengikuti sesuai
anjuran. Pukul 15.30 WIB mengobservasi perdarahan, respon : jumlah
lokhea yang keluar kurang lebih 50 cc. Pukul 16.00 WIB menganjurkan
klien untuk menggerak-gerakkan kakinya, respon : klien mengikuti
sesuai anjuran, Pukul 16.30 WIB memberikan informasi mengenai
manfaat latihan, respon : klien mengatakan paham dengan informasi
yang diberikan. Pukul 19.15 WIB menganjurkan dan membantu klien
untuk latihan miring kanan dan kiri, respon : klien mencoba miring kanan
dan kiri dengan bantuan perawat, namun klien mengatakan bagian
24

tubuhnya masih terasa kaku dan berat untuk dibawa gerak. Pukul 20.00
WIB memotivasi klien untuk istirahat/tidur, respon : klien mengikuti
sesuai anjuran.

Hari kedua Jumat, 21 April 2017 pukul 07.00 WIB melakukan


implementasi keperawatan mengobservasi keadaan umum dan kesadaran
klien, respon : keadaan umum klien cukup dan kesadaran composmentis.
Pukul 07.35 WIB mengkaji kembali keluhan klien, respon : klien
mengatakan sudah tidak lemas. Pukul 07.40 WIB mengukur tanda-tanda
vital klien, respon : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78x/menit,
respirasi 18 x/menit, suhu 36,4oC. Pukul 08.30 WIB membantu klien
untuk mengganti pembalut dan vulva hygine serta mengobservasi
perdarahan, respon : klien merasa lebih nyaman setelah dibersihkan dan
jumlah lokhea yang keluar kurang lebih 20 cc. Pukul 09.00 WIB
memberikan latihan posisi semi fowler, respon : klien merasa lebih
nyaman.

Tindakan pukul 10.00 WIB memberikan lingkungan yang aman


dan nyaman untuk latihan, respon : klien merasa lebih nyaman. Pukul
10.05 WIB menganjurkan dan mendampingi klien untuk latihan duduk
serta membantu klien untuk latihan duduk, respon : klien melakukan
latihan duduk perlahan dengan bantuan perawat. Pukul 10.15 WIB
membantu klien untuk duduk ditepi tempat tidur, respon : klien
kooperatif saat latihan. Pukul 10.20 WIB mendorong klien untuk
melanjutkan latihan dalam batas yang aman, respon : klien bersedia
melanjutkan latihan. Pukul 10.25 WIB menganjurkan klien untuk
melanjutkan latihan dalam batas yang aman, respon : klien mengikuti
sesuai anjuran. Pukul 10.30 WIB menganjurkan klien untuk
istirahat/berbaring kembali, respon : klien mengikuti sesuai anjuran.
Pukul 10.30 WIB memotivasi klien untuk latihan duduk dan setelah klien
bisa duduk lalu latihan berdiri dan minta perawat atau keluarga untuk
mendampingi, respon : klien mengikuti sesuai anjuran. Pukul 12.50 WIB
25

memonitor tanda-tanda vital klien sebelum latihan, respon : tekanan


darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,2oC.
Pukul 13.00 WIB membantu klien untuk latihan duduk ditepi tempat
tidur dan berdiri perlahan, respon : klien latihan perlahan dan klien
mengeluh agak pusing saat berdiri. Pukul 13.15 WIB menganjurkan klien
untuk istirahat kembali dan memberikan posisi yang nyaman untuk klien,
respon : klien kembali duduk dan berbaring. Pukul 13.20 WIB
memonitor tanda-tanda vital klien setelah latihan, respon : tekanan darah
90/70 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu 36oC. Pukul
15.30 WIB mengobservasi perdarahan, respon : jumlah lokhea yang
keluar kurang lebih 20 cc. Pukul 16.00 WIB membantu klien untuk
duduk dan latihan berdiri, respon : klien mampu berdiri perlahan. Pukul
16.30 WIB menganjurkan klien untuk istirahat, respon : klien mengikuti
anjuran. Pukul 17.00 WIB membantu klien untuk berjalan, respon : klien
mampu berjalan dengan pelan.

Hari ketiga Sabtu, 22 April 2017 pukul 07.00 WIB penulis


mengobservasi keadaan umum dan kesadaran klien, respon : keadaan
umum klien cukup dan kesadaran composmentis. Pukul 08.00 WIB
memonitor tanda-tanda vital klien, respon : tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 80 x/menit, respirasi 21 x/menit, suhu 36oC. Pukul 08.30 WIB
menciptakan lingkungan yang nyaman dan menganjurkan klien untuk
istirahat, respon : klien merasa lebih nyaman dari sebelumnya. Pukul
09.00 WIB penulis memonitor keadaan umum klien, respon : keadaan
umum klien cukup, klien juga mengatakan senang sudah mulai bisa
beraktivitas seperti biasa. Pukul 11.30 WIB memotivasi klien untuk
memperhatikan kesehatannya, makan makanan yang sehat dan istirahat
yang cukup.

5. Evaluasi (Evaluation)

Hasil evaluasi pada tanggal 20 April 2017 yang didapatkan dari


implementasi yang telah dilakukan pada hari pertama diagnosa resiko
26

cedera adalah masalah belum teratasi klien tampak sudah mulai latihan
miring kanan kiri walaupun sebentar, namun klien masih tampak lemas.
Dengan pencapaian indikator klien terbebas dari cedera (skala akhir 2),
klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera (skala
akhir 2), mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cedera (skala
akhir 2), mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (skala akhir
3), mampu mengenali perubahan status kesehatan (skala kahir 3).
Rencana tindak lanjut : dukung individu untuk memulai atau melanjutkan
latihan, anjurkan dan bantu klien untuk melakukan ambulasi dini,
dampingi klien setiap akan melakukan perpindahan serta dorong klien
untuk ambulasi secara independen dalam batas yang aman.

Hasil evaluasi pada tanggal 21 April 2017 yang didapatkan dari


implementasi yang dilakukan penulis pada hari kedua diagnosa resiko
cedera adalah masalah teratasi sebagian dengan keadaan umum cukup,
dan klien sudah mampu berdiri dan berjalan dilingkungan kamarnya
dengan pencapaian indikator klien terbebas dari cedera (skala akhir 3),
klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera (skala
akhir 3), mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cedera (skala
akhir 3), mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (skala akhir
4), mampu mengenali perubahan status kesehatan (skala akhir 4).
Rencana tindak lanjut : dukung individu untuk memulai atau melanjutkan
latihan, dampingi klien setiap akan melaksanakan perpindahan, dan
dorong klien untuk ambulasi secara independen dalam batas yang aman.

Hasil evaluasi pada tanggal 22 April 2017 yang didapatkan dari


implementasi yang dilakukan penulis pada hari ketiga diagnosa resiko
cedera adalah masalah teratasi sebagian dengan keadaan umum cukup,
klien sudah dapat berjalan dengan baik dan tidak ada penurunan tekanan
darah dengan indikator klien terbebas dari cedera (skala akhir 5), klien
mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera (skala akhir 4),
mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cedera (skala akhir 4),
27

mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (skala akhir 5),


mampu mengenali perubahan status kesehatan (skala akhir 4). Rencana
tindak lanjut : dukung individu untuk melanjutkan latihan dan dorong
klien untuk ambulasi secara independen dalam batas yang aman.

B. Pembahasan

Bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dengan


kenyataan yang terjadi pada kasus. Laporan kasus yang penulis paparkan
yaitu: asuhan keperawatan resiko cedera pada Ny. N post partum dengan
sectio cesarea di ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto yang penulis lakukan dari tanggal 20 April 2017 sampai 22 April
2017, yang meliputi tahap pengkajian, perumusan masalah, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan yang berkaitan dengan diagnosa resiko
cedera berhubungan dengan profil darah yang abnormal (penurunan
hemoglobin), hambatan fisik.

1. Pengkajian (Assessment)

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 20 April 2017 pukul


12.45 WIB. Selama melakukan pengkajian, penulis tidak mengalami
kesulitan karena perawat dan keluarga dapat bekerjasama dan
memberikan informasi mengenai kondisi klien dengan jelas. Penulis
melakukan pengumpulan data menggunakan metode wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.

a. Biodata Klien (Biographic information)

Pengkajian biodata klien bertujuan untuk mengetahui


identitas klien agar tidak tertukar dengan klien lain dan
mempermudah penulis dalam mengenal serta memahami latar
belakang klien sehingga dalam melakukan tindakan keperawatan
dapat berjalan lancar. Hal ini didukung oleh teori Asmadi (2008)
yang menyebutkan bahwa tujuan pengkajian untuk mengumpulkan
28

informasi dan membuat data dasar termasuk biodata klien. Biodata


yang telah dikaji antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, nomor rekam medis,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis. Menurut Wildan dan
Hidayat (2008) menyebutkan bahwa pengkajian pada ibu post
partum meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS, nomor RM, dan
diagnosa medis.

b. Riwayat Keperawatan (Nursing History)

Pengkajian riwayat kesehatan pada ibu post partum dengan


sectio cesarea diperlukan untuk mendapatkan informasi mengenai
riwayat kesehatan klien yang dapat berpengaruh pada keadaan klien
saat ini. Pengkajian riwayat kesehatan yang telah penulis kaji
meliputi riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
riwayat kesehatan keluarga, riwayat ante natal care, dan riwayat
persalinan. Penulis melakukan pengkajian riwayat kesehatan sesuai
dengan teori menurut Hidayat (2008) dalam Puspitasari (2016) yaitu
pengkajian riwayat kesehatan pada post partum meliputi riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat ante natal
care, dan riwayat persalinan baik sebelumnya maupun saat ini.

Penulis melakukan pengkajian mengenai keluhan yang


dirasakan klien, dimana penulis dalam melakukan pengkajian
berdasarkan teori menurut Doenges (2001) mengenai faktor resiko
terjadinya cedera meliputi hipotensi ortostatik, adanya eklampsia,
efek-efek anesthesia, tromboemboli, anemia atau kehilangan darah
berlebihan, dan trauma jaringan. Pengkajian dilakukan oleh penulis
dengan berfokus pada keadaan klien dan respon subjektif serta
objektif klien. Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui keadaan
klien yang bertujuan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam
mengatasi masalah klien.
29

Data pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang


menyebutkan bahwa klien dilakukan sectio cesarea atas indikasi
Cephalopelvic disproportion (CPD) karena letak oblik, hal ini sesuai
dengan teori Hanifa, Abdul dan Trijatmo (2010) bahwa indikasi
dilakukannya sectio cesarea meliputi indikasi ibu dan janin, pada
janin yaitu adanya kelainan letak, diproporsi sefalopelvik dan gawat
janin. Berdasarkan pengkajian didapatkan tinggi badan klien 147 cm
dan pada riwayat persalinan sebelumnya diketahui bahwa klien
melahirkan dengan spontan. Menurut Cuningham (2013)
Cephalopelvic disproportion (CPD) dapat timbul karena
berkurangnya ukuran panggul, ukuran janin terlalu besar atau karena
kombinasi keduanya. Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui
indikasi dilakukannya sectio cesarea apakah merupakan keinginan
sendiri atau karena adanya penyulit dalam proses persalinan,
sehingga dalam menetapkan tindakan keperawatan penulis
menyesuaikan dengan keadaan klien.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada klien post sectio cesarea bertujuan


untuk mengetahui keadaan fisik klien apakah ada masalah yang
terjadi pada klien dan untuk menegakkan masalah keperawatan yang
ada pada diri klien. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Ny. N
meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital : tekanan
darah, nadi, respirasi dan suhu, pemeriksaan head to toe : rambut,
mata, hidung, telinga, mulut dan gigi, leher, dinding dada, payudara,
paru-paru, abdomen, genetalia, ekstremitas, dan kulit. Berdasarkan
data hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan oleh penulis sudah
sesuai dengan teori menurut Hidayat (2008) dalam Puspitasari
(2016) yang menyebutkan bahwa pengkajian post partum meliputi
pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan dada, pemeriksaan
30

abdomen yaitu tinggi fundus uteri, pemeriksaan vulva yaitu jumlah


lokhea dan jenis lokhea, serta pemeriksaan ekstremitas.

Berdasarkan hasil dari pengkajian didapatkan data


pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
68 x/menit, respirasi 20 x/menit dan suhu 36oC. Pemeriksaan tanda-
tanda vital penting dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan
pada kondisi klien. Head to toe : mata (konjungtiva anemis),
abdomen (terdapat luka sectio cesarea yang memanjang horizontal,
tidak ada rembesan pada bekas jahitan, kontraksi uterus keras dan
tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat), genetalia (jenis lokhea
rubra, berwarna merah, jumlah kurang lebih 50 cc), ekstremitas
(ekstremitas atas : tidak terdapat edema, tangan kiri terpasang infus
RL 20 tpm, ekstremitas bawah :tidak ada edema, tidak ada varises,
masih tampak lemah dan sulit untuk digerakkan), kulit (lembab,
turgor kulit baik <2 detik).

d. Pengkajian pola fungsional Gordon

Hasil pengkajian pola fungsional Gordon yang dilakukan


pada klien terdapat masalah yang dialami klien yaitu pada pola
aktivitas dan latihan, klien mengatakan dalam melakukan aktivitas
klien seperti mandi, makan/minum, toileting, berpakaian,
bergerak/berpindah dan berjalan masih dibantu oleh keluarga dan
perawat. Hal ini dibuktikan dengan klien masih bedrest post operasi
sectio cesarea.

Pengkajian dilakukan sesuai dengan teori Potter dan Perry


(2006) bahwa pengkajian terhadap perubahan pemenuhan aktivitas
yang terjadi pada klien sangat diperlukan untuk membantu klien
dalam perawatan diri. Sesuai dengan teori Ny. N dalam pemenuhan
aktivitas sehari-hari masih dibantu keluarga dan perawat.
31

e. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menetapkan


diagnosa secara pasti dan menentukan intervensi yang akan
dilakukan selanjutnya. Pemeriksaan penunjang pada Ny. N yang
dilakukan yaitu pemeriksaan darah lengkap dan urine lengkap,
dengan hasil pemeriksaan ada penurunan hemoglobin dari hasil
pemeriksaan tanggal 19 April 2017 12,0 g/dL dan pada tanggal 20
April 2017 menurun menjadi 11,0 g/dL.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sudah sesuai dengan


teori menurut Carol dan Wilkinson (2012), pemeriksaan penunjang
yang dilakukan pada pasien dengan sectio cesarea diantaranya yaitu
pemeriksaan darah lengkap pra operasi dan post operasi (untuk
menentukan kehilangan darah) dan urine lengkap.

2. Perumusan Masalah (Fomulate Problem)

Diagnosa yang penulis angkat berdasarkan data dari hasil


pengkajian pada Ny. N meliputi data subjektif dan objektif serta teori
menurut Heardman (2015) mengenai faktor resiko, dapat disimpulkan
diagnosa yang tepat untuk masalah pada Ny. N adalah resiko cedera
berhubungan dengan profil darah abnormal (penurunan hemoglobin),
hambatan fisik.

Data subjektif yang diperoleh dari klien yaitu klien mengatakan


masih lemas, pusing, kakinya masih berat dan kadang kesemutan. Data
objektif klien masih tampak lemas, klien tampak pucat/konjungtiva
anemis, klien post operasi dengan anestesi spinal, klien mendapat
perawatan di ruang pengawasan untuk observasi pendarahan dan klien
masih bedrest, hasil pemeriksaan darah lengkap menunjukkan Hb 11,0
g/dL.

Menurut Heardman (2015), factor risiko terjadinya cedera dibagi


menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal : zat kimia (misal
32

obat, agens farmasi, alkohol), profil darah yang abnormal (misal


penurunan hemoglobin). Faktor internal : disfungsi biokimia (hipotensi
ortostatik), hambatan fisik (misal integritas kulit tidak utuh, gangguan
mobilitas).

3. Perencanaan (Plan)

Rencana keperawatan bertujuan untuk merencanakan tindak lanjut


sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan untuk
mencapai kondisi yang optimal (Nursalam, 2008). Perencanaan tindakan
keperawatan penulis menggunakan dasar NOC dan NIC sesuai diagnosa
keperawatan yang muncul pada perumusan masalah dan direncanakan
selama 3x24 jam mulai tanggal 20 April 2017.

Diagnosa resiko cedera berhubungan dengan profil darah yang


abnormal (penurunan hemoglobin), hambatan fisik, tujuan yang
diharapkan yaitu tidak terjadi cedera (hipotensi ortostatik) dengan NOC
kontrol resiko dengan indikator yang diharapkan dari diagnosa risiko
cedera adalah klien terbebas dari cedera (skala awal 1 dan skala tujuan
5), klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera (skala
awal 1 dan skala tujuan 5), mampu memodifikasi gaya hidup untuk
mencegah cedera (skala awal 1 dan skala tujuan 5), mampu
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (skala awal 2 dan skala tujuan
5) dan mampu mengenali perubahan status kesehatan (skala awal 2 dan
skala tujuan 5). Skala 1 didapatkan dari hasil pengkajian yang
menunjukkan bahwa klien sama sekali belum ada perubahan untuk
terhindar dari cedera. Skala 2 yaitu klien mulai menunjukkan dirinya
mampu terhidar dari cedera namun belum maksimal.

Penetapan rencana tindakan keperawatan tersebut sudah sesuai


dengan teori Moorhead, Johnson, Maas dan Swanson (2016) yang
menyatakan tujuan perencanaan keperawatan pada klien dengan resiko
cedera adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
33

tidak mengalami cedera dengan rentang skala 1 sampai 5 tidak pernah


menunjukkan, jarang menunjukkan, kadang-kadang menunjukkan,
sering menunjukkan dan secara konsisten menunjukkan. Kriteria hasil
yang diharapkan dari diagnosa resiko cedera adalah klien terbebas dari
cedera, klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera,
mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cedera, mampu
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dan mampu mengenali
perubahan status kesehatan.

Rencana tindakan keperawatan yang penulis buat untuk mengatasi


masalah resiko cedera adalah NIC manajemen lingkungan : keselamatan
(peningkatan latihan) dan intervensinya gali pengalaman individu
sebelumnya mengenai latihan, dukung individu untuk memulai atau
melanjutkan latihan, dampingi individu pada saat mengembangkan
program latihan untuk memenuhi kebutuhannya, lakukan latihan bersama
individu jika diperlukan, informasikan individu mengenai manfaat
kesehatan dan efek fisiologis latihan dan monitor kepatuhan individu
terhadap program latihan. Dan NIC manajemen lingkungan : keselamatan
(terapi latihan : ambulasi) yaitu dengan identifikasi kebutuhan keamanan
klien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif, sediakan lingkungan yang
aman bagi klien, sediakan alat bantu untuk ambulasi (misalnya, kursi
untuk pijakan atau pegangan tangan), anjurkan dan bantu klien untuk
melakukan ambulasi dini, dampingi klien setiap akan melakukan
perpindahan, monitor tanda-tanda vital klien sebelum dan setelah
melakukan latihan, bantu klien untuk duduk ditepi tempat tidur sebelum
klien berdiri dan bantu klien berdiri perlahan-lahan, serta dorong klien
untuk ambulasi secara independen dalam batas yang aman.

Menurut Bulechek, Butcher, Dochterman dan Wagner (2016)


dengan diagnosa resiko cedera berdasarkan NIC adalah manajemen
lingkungan : keselamatan (peningkatan latihan) dan manajemen
lingkungan : keselamatan (terapi ambulasi). Perencanaan manajemen
34

lingkungan : keselamatan (peningkatan latihan) antara lain yaitu hargai


keyakinan individu terkait latihan fisik, gali pengalaman individu
sebelumnya mengenai latihan, pertimbangkan motivasi individu untuk
memulai atau melanjutkan latihan, dukung individu untuk memulai atau
melanjutkan latihan, dampingi individu pada saat mengembangkan
program latihan untuk memenuhi kebutuhannya, lakukan latihan bersama
individu jika diperlukan, instruksikan individu untuk melakukan
pemanasan sebelum latihan, informasikan individu mengenai manfaat
kesehatan dan efek fisiologis latihan dan monitor kepatuhan individu
terhadap program latihan.

Perencanaan manajemen lingkungan : keselamatan (terapi


ambulasi) antara lain identifikasi kebutuhan keamanan klien berdasarkan
fungsi fisik dan kognitif, sediakan lingkungan yang aman bagi klien,
sediakan alat bantu untuk ambulasi (misalnya, kursi untuk pijakan atau
pegangan tangan), anjurkan dan bantu klien untuk melakukan ambulasi
dini, dampingi klien setiap akan melakukan perpindahan, monitor tanda-
tanda vital klien sebelum dan setelah melakukan latihan, bantu klien
untuk duduk ditepi tempat tidur sebelum klien berdiri dan bantu klien
berdiri perlahan-lahan, serta dorong klien untuk ambulasi secara
independen dalam batas yang aman.

Rencana tindakan yang ada dalam teori Bulechek, Butcher,


Dochterman dan Wagner (2016) tidak semuanya penulis tetapkan karena
penulis memilih rencana tindakan yang sesuai dengan yang klien
butuhkan untuk mengatasi masalah resiko cedera.

4. Pelaksanaan (Implementation)

Pelaksanaan tindakan keperawatan diperlukan untuk


menindaklanjuti rencana keperawatan yang telah dibuat untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi pada klien. Pelaksanaan
tindakan keperawatan dilakukan dilakukan berdasarkan rencana
35

keperawatan yang penulis tetapkan menurut Bulechek, Butcher,


Dochterman dan Wagner (2016) pada klien dengan resiko cedera yaitu
mengkaji keadaan umum dan kesadaran klien, mengkaji keluhan utama
klien, mengukur tanda-tanda vital klien, mengidentifikasi kebutuhan
keamanan klien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif, menyediakan
lingkungan yang aman bagi klien, menganjurkan dan membantu klien
untuk melakukan ambulasi dini secara bertahap, memberikan informasi
mengenai manfaat latihan ambulasi dini, dan mendampingi klien dalam
melakukan latihan, memotivasi klien untuk memulai dan melanjutkan
latihan ambulasi secara independen dalam batas yang aman.

Tindakan mengidentifikasi kebutuhan keamanan klien


berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta menyediakan lingkungan yang
aman bagi klien yaitu dengan membantu pemenuhan kebutuhan klien dan
menganjurkan klien untuk tirah baring dahulu, karena klien masih dalam
proses penyembuhan dan belum diperbolehkan untuk aktivitas.

Tindakan menganjurkan klien untuk melakukan ambulasi dini,


yaitu menjelaskan kepada klien bahwa ambulasi dini dilakukan secara
bertahap. Menurut teori Arif (2010) dalam Aris dan Rhica (2016) tujuan
dilakukannya ambulasi secara bertahap yaitu untuk mengurangi
komplikasi seperti yang disebutkan oleh Prawirohardjo (2008) dalam
Partini (2014), yaitu mencegah pembentukan bekuan darah (thrombosis)
pada pembuluh darah tungkai, meminimalkan nyeri, mempercepat
penyembuhan, mengembalikan fungsi klien semaksimal mungkin seperti
sebelum operasi, mempertahankan konsep diri dan mempersiapkan klien
pulang. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kurnia
(2017) yaitu dengan melakukan ambulasi dini maka klien dengan sectio
cesarea akan terjadi sirkulasi yang baik dan dapat memperlancar
peredaran darah menjadi lebih baik.

Pertama meminta klien untuk menggerakkan atau memutar


pergelangan kaki, mengangkat tumit, menekuk dan menggeser kaki.
36

Latihan dilakukan ketika klien dalam keadaan berbaring dan dilanjutkan


untuk latihan miring ke kanan dan ke kiri pada 6-10 jam pertama. Hal ini
berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Aisyah (2014) dalam
Partini (2016), yang menyebutkan bahwa pada persalinan sectio cesarea
yang menggunakan epidural atau spinal anestesi, mobilisasi dini dimulai
dengan tubuh bagian bawah dengan merasakan dan menggoyangkan
kaki. Selanjutnya mulai miring ke kanan dan ke kiri dapat dimulai sejak
6-10 jam kemudian.

Tindakan memberikan informasi mengenai manfaat latihan, yaitu


dilakukan dengan metode ceramah dengan menjelaskan kepada klien
mengenai manfaat ambulasi dini dan kerugian apabila tidak melakukan
ambulasi dini. Selain itu, penulis melaksanakan tindakan memandikan
klien dan vulva hygine, karena pada hari pertama post sectio cesarea
klien masih harus tirah baring sehingga klien belum mampu melakukan
pemenuhan kebutuhannya secara mandiri. Oleh sebab itu, menurut
Damayanti (2009) dalam Heni, dkk (2012) menyebutkan perawat harus
menemukan cara untuk meningkatkan aktivitas yang tepat untuk klien,
sehingga tingkat kemandirian klien dalam memenuhi kebutuhannya
meningkat dengan tetap memperhatikan kebutuhan keamanan dan
keselamatannya.

Tindakan selanjutnya yaitu membantu klien untuk melanjutkan


latihan duduk, menurut Aisyah (2014) dalam Partini (2016) menyebutkan
sebelum klien melakukan latihan duduk, klien dilatih untuk posisi semi
fowler dengan cara meninggikan badan klien 30-40o secara perlahan,
dengan tujuan untuk mengurangi perasaan pusing. Kemudian klien mulai
dilatih untuk duduk setelah 24 jam post operasi.

Tindakan menyediakan lingkungan yang aman bagi klien,


menyediakan alat bantu untuk ambulasi (misalnya, kursi untuk pijakan
atau pegangan tangan), mendampingi klien setiap akan melakukan
perpindahan, memonitor tanda-tanda vital klien sebelum dan setelah
37

melakukan latihan. Hal ini dilakukan karena menurut penulis dalam


melakukan latihan ambulasi dini penting untuk memperhatikan
lingkungan klien dan mendampingi klien dalam melakukan latihan,
karena pada kondisi klien post sectio cesarea akan mengalami efek-efek
dari obat anestesi. Pendapat penulis didukung dengan teori Kasdu (2003)
dalam Winarsih (2013) jika pasien mendapat anestesi spinal akan terasa
baal, dan tidak dapat digerakkan selama beberapa jam.

Tindakan memotivasi klien untuk memperhatikan kesehatannya


ketika di rumah, makan makanan yang sehat dan istirahat yang cukup
serta menganjurkan pada klien untuk kontrol kembali seminggu
kemudian atau apabila ada keluhan. Hal ini didukung oleh teori menurut
Rini dan Kumala (2016) dimana pada ibu post partum nutrisi yang
mencukupi dan berkualitas sangat diperlukan setelah melahirkan selain
menunjang untuk produksi ASI juga untuk mempercepat penyembuhan
luka.

5. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah tindakan yang


dilakukan membuahkan hasil atau tidak dan mengetahui perkembangan
klien. Evaluasi yang dilakukan penulis pada kasus Ny. N saat hari ketiga
pada tanggal 22 April 2017 adalah S : klien mengatakan sudah tidak
lemas dan kakinya sudah tidak berat lagi, klien juga mengatakan sudah
tidak pusing, O : klien sudah dapat berjalan dengan baik dan tidak ada
penurunan tekanan darah TD : 120/80 mmHg, A : masalah teratasi
sebagian dengan indikator pencapaian klien terbebas dari cedera (skala
akhir 5), klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera
(skala akhir 4), mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cedera
(skala akhir 4), mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (skala
akhir 5), mampu mengenali perubahan status kesehatan (skala akhir 4), P
: lanjutkan intervensi dukung individu untuk melanjutkan latihan dan
dorong klien untuk ambulasi secara independen dalam batas yang aman.
38

Evaluasi akhir dari tindakan keperawatan adalah klien terbebas


dari cedera (sering menunjukkan), klien mampu menjelaskan
cara/metode untuk mencegah cedera (sering menunjukkan), mampu
memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cedera (sering menunjukkan),
mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (secara konsisten
menunjukkan), dan mampu mengenali perubahan status kesehatan
(sering menunjukkan). Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan
masalah resiko cedera teratasi sebagian.

Evaluasi akhir dari tindakan keperawatan sesuai dengan kriteria


menurut Moorhead, Johnson, Maas dan Swanson (2016) adalah klien
terbebas dari cedera (sering menunjukkan), klien mampu menjelaskan
cara/metode untuk mencegah cedera (sering menunjukkan), mampu
memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cedera (sering menunjukkan),
mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (secara konsisten
menunjukkan), dan mampu mengenali perubahan status kesehatan
(sering menunjukkan). Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan
masalah resiko cedera teratasi sebagian.

Evaluasi yang didapatkan oleh pasien pada hari terakhir belum


sesuai dengan teori Herdman (2015), sehingga penulis menyimpulkan
masalah resiko cedera teratasi sebagian. Sehingga perawat membuat
rencana tindak lanjut yang diberikan kepada klien yaitu dukung klien
untuk melanjutkan latihan dan dorong klien untuk ambulasi secara
independen dalam batas yang aman.
BAB V
SIMPULAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengelolaan kasus resiko cedera pada Ny. N yang


dilakukan selama 3x24 jam di ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto sudah selesai dengan landasan teori yang berawal dari
pengkajian, perumusan masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
yaitu :

1. Pengkajian resiko cedera pada klien diperoleh data klien bernama Ny. N
usia 37 tahun post sectio cesarea dengan indikasi CPD. Data obejektif
yang penulis dapatkan meliputi klien masih tampak lemas, pucat, masih
kesulitan dalam menggerakkan anggota tubuhnya, dengan tanda-tanda
vital : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi 20 x/menit
dan suhu 36oC, Hb 11,0 g/dL, untuk aktivitasnya klien masih bergantung
dengan bantuan orang lain.

2. Masalah yang dirumuskan pada Ny. N berdasarkan data yang diperoleh


yaitu resiko cedera berhubungan dengan profil darah yang abnormal
(penurunan hemoglobin) dan hambatan fisik.

3. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi


masalah keperawatan yang terjadi pada klien yaitu tindakan sesuai NOC :
Kontrol resiko dengan NIC yang berorientasi pada kriteria hasil atau
indikator dan skala pencapaian dengan menetapkan tujuan yang
didasarkan pada masalah dengan mempertimbangkan data yang telah
diperoleh. Tujuan dari perencanaan tindakan yaitu mencegah terjadinya
cedera dengan melatih ambulasi dini secara betahap.

4. Implementasi dilaksanakan berdasarkan intervensi dari diagnosa yang


telah ditetapkan mulai tanggal 20 April 2017 sampai dengan 22 April
2017 yang dilakukan di ruang Flamboyan antara lain mengidentifikasi
39
40

kebutuhan keamanan klien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif,


menyediakan lingkungan yang aman bagi klien, menganjurkan dan
membantu klien untuk melakukan ambulasi dini secara bertahap,
mendampingi klien setiap akan melakukan perpindahan, memonitor
tanda-tanda vital klien sebelum dan setelah melakukan latihan.

5. Evaluasi akhir setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam


yaitu masalah resiko cedera hanya teratasi sebagian berdasarkan indikator
pencapaian klien terbebas dari cedera (skala akhir 5), klien mampu
menjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera (skala akhir 4), mampu
memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cedera (skala akhir 4), mampu
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada (skala akhir 5), mampu
mengenali perubahan status kesehatan (skala akhir 4).

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Penulis menyarankan agar Rumah Sakit lebih intensif dalam


perawatan pasien dengan resiko resiko cedera khususnya dalam
pemantauan keadaan umum klien, tanda-tanda vital dan selalu motivasi
serta mengajarkan klien untuk ambulasi dini supaya tidak terjadi cedera.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Instansi Pendidikan diharapkan mampu menyediakan literature


keperawatan maternitas yang lebih lengkap terutama tentang resiko
cedera sehingga dapat dijadikan bacaan dan acuan dalam menangani
kasus resiko cedera maupun sebagai referensi dalam pembuatan tugas
terkait dengan resiko cedera.

3. Mahasiswa Keperawatan

Bagi mahasiswa keperawatan yang menemukan kasus dengan


resiko cedera pada post sectio sesarea untuk lebih aktif dalam
41

mengajarkan cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera secara


independen.

4. Penulis

Penulis harus lebih sering membaca buku dan belajar lebih giat lagi
sehingga bisa lebih memahami permasalahan-permasalahan yang dapat
muncul pada ibu dengan post sectio sesarea termasuk resiko cedera.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta : EGC.

Aisyah, S. & Budi, T. S. (2011). Hubungan pengetahuan tentang mobilisasi dini

dengan tindakan mobilisasi dini pada ibu nifas 1 hari post sectio caesarea.

(online). Jurnal Midpro, edisi 1.

(http://journal.unisla.ac.id/pdf/19612014/1.%20Hubungan%20pengetahuan

%20ttg%20mobilisasi%20dini.pdf. diakses tanggal 27 Desember 2016).

Aris, P. U. dan Richa, T. A. D. (2016). Pengaruh ambulasi dini terhadap intensitas

nyeri pada pasien post sectio cesarea di ruang flamboyant RSUD Dr. R.

Koesma Tuban. (online). Jurnal Sain Med. Vol. 8. No. 1.

(http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:c56Rlq5F0YsJ:scho

lar.google.google.com/+tujuan+latihan+ambulasi+bertahap&hl=id&as_vis.

diakses 13 Mei 2017).

Arwani, dkk. (2015). Pedoman karya tulis ilmiah. Semarang : Poltekkes

Kemenkes Semarang.

Bobak, Lowdermilk & Jensen. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas, edisi 4.

Jakarta : EGC.

Bulechek, Butcher, Dochterman & Wagner. (2016). Nursing intervention

classification (NIC). Singapura : Elsevier.

Carol, J. & Wilkinson. (2012). Rencana asuhan keperawatan maternal & bayi

baru lahir. Jakarta : EGC.

Cuningham, dkk. (2013). Obstetri Williams. Jakarta : EGC.


Doenges, M. E. (2001). Rencana perawatan maternal/bayi : pedoman untuk

perencanaan dan dokumentasi perawatan klien. Jakarta : EGC.

Hanifa, W., Abdul B. S, & Trijatmo R. (2010). Ilmu bedah kebidanan. Jakarta :

Bina Pustaka.

Halpern, S.H & Douglas, M. J. (2005). Evidenced-based obstetric anesthesia.

Canada : Blackwell Publishing.

Heni, dkk. (2012). Pengaruh intervensi personal hygiene terhadap kepuasan

pasien imobilisasi. (online). Jurnal Caring. Vol. 01. No. 02.

(https://www.poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/39PENGARUH%20TE

RHADAP%20.pdf. diakses tanggal 13 Mei 2017).

Herdman, T. Heather. (2015). Diagnosis keperawatan : Definisi & klasifikasi

2015-2017. Jakarta : EGC.

Imron, M. & Munif, A. (2010). Metodologi dan penelitian bidang kesehatan

bahan ajar untuk mahasiswa. Jakarta : Sagung Seto.

Janet dkk. (2013). Kebidanan oxford : dari bidan untuk bidan. Jakarta : EGC.

Kurnia, I. P. S. (2017). Efektivitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka

post sectio cesarea. (online). Jurnal Keperawatan dan Kebidanan. Vol 7.

No. 2.

(http://jurnalonline.lppmdianhusada.ac.id/index.php/jkk/article/download/75

/54. diakses tanggal 18 Mei 2017).

Kusuma & Hardhi. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa

medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Mediaction.


McKinney, James, Murray, Nelson & Ashwill. (2013). Maternal-Child Nursing.

Canada : Elsevier.

Moorhead, Johnson, Maas & Swanson. (2016). Nursing outcome classification.

Singapura : Elsevier.

Nugroho, T. (2011). Asuhan keperawatan maternitas, anak, bedah dan penyakit

dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

Nursalam. (2008). Proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik.

Surabaya : Salemba Medika.

Partini. (2016). Pengaruh pendampingan terhadap kemampuan mobilisasi dini

pada ibu post sectio cesarean di RSUD kota Salatiga. Surakarta : Program

Studi S1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta.

(http://stikeskusumahusada.ac.id/digilib/files/disk1/30/01-gdl-partinist-

1453-1-partini-i.pdf. diakses 12 Mei 2017).

Penny, Janet & Keppler. (2008). Panduan lengkap kehamilan, melahirkan & bayi.

Jakarta : Arcan.

Potter & Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan, edisi 4. Jakarta :

EGC.

Puspitasari, R. T. (2016). Asuhan keperawatan ketidakefektifan performa peran

pada Ny. E dengan post partum sectio caesarea di ruang anggrek rsud

Banyumas. KTI tidak dipublikasikan. Purwokerto : Program studi DIII

Keperawatan Purwokerto Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Semarang.
Rahayu, A. P. (2016). Panduan praktikum keperawatan maternitas. Yogyakarta :

Deepublish.

Rasjidi, Imam. (2009). Manual seksio sesarea & laparatomi kelainan adneksia.

Jakarta : Sagung Seto.

Rekam Medik RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. (2016). Data

persalinan seksio sesarea . Purwokerto : IMP.

Rini & Kumala. (2016). Panduan asuhan nifas dan evidence based practice.

Yogyakarta : Depublish.

Suryati, T. (2012). Presentase operasi caesaria di Indonesia melebihi standard

maksimal, apakah sesuai indikasi medis. (online). Buletin Penelitian Sistem

Kesehatan. Vol. 15. No. 4.

(http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/3031).

diakses 20 Desember 2016.

Wildan & Hidayat. (2008). Dokumentasi kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Winarsih, K. (2013). Pelaksanaan mobilisasi dini pada klien paska seksio sesarea.

(online). JKep. Vol. 1 No. 1.

(http://ejurnal.poltekkesjakarta3.ac.id/index.php/JKEP/article/view/25/19).

Diakses 10 Mei 2017.


Lampiran 1.

ASUHAN KEPERAWATAN RISIKO CEDERA PADA Ny. N P2A0 POST


SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI CPD DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun oleh :
Inayatul Mufidhah
NIM. P1337420214017

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2017
ASUHAN KEPERAWATAN RISIKO CEDERA PADA Ny. N P2A0 POST
SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI CPD DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

I. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Inayatul Mufidhah
NIM : P1337420214017
Tempat : Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Waktu Pengkajian : Kamis, 20 April 2017 Pukul 12.45 WIB
A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Sidabowa Rt 1 Rw 1, Patikraja
No. RM : 02004892
Tanggal masuk RS : Rabu, 19 April 2017
Diagnosa medis : Post sectio cesarea P2A0 indikasi CPD
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan : SMP
Alamat : Sidabowa Rt 1 Rw 1, Patikraja
Hubungan dengan pasien : Suami
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut yang dioperasi saat
dibawa gerak.
P : Nyeri luka post sectio cesarea
Q : Seperti tersayat-sayat
R : Jahitan dibagian perut bawah
S : Skala 6
T : Saat bergerak
Pasien tampak merintih kesakitan dan menunjukkan daerah nyerinya,
pasien tampak memegangi perutnya.
2. Keluhan Tambahan
Pasien mengatakan masih lemas, pusing, kakinya masih berat dan
kadang kesemutan.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke RSUD Margono Soekarjo Purwokerto pada hari
Rabu, 19 April 2017 untuk kontrol kehamilan ke poli kandungan
rujukan dari puskesmas Sidabowa dengan diagnosa medis G2P1A0
usia kehamilan 38 minggu dengan CPD karena letak oblik atau
miring. Riwayat obstetrik G2P1A0 dengan umur kehamilan 38
minggu, HPHT : 22 Agustus 2016, HPL : 29 Mei 2017. Instruksi
dokter Sp.OG untuk dilakukan tindakan sectio cesarea. Klien masuk
di ruang Flamboyan pukul 14.00 WIB dan dilakukan operasi sectio
cesarea pada tanggal 20 April 2017 pukul 09.40 WIB dengan indikasi
CPD (Cephalopelvic Disproportion) karena letak oblik, bayi lahir
pada pukul 09.45 WIB jenis kelamin laki-laki dengan BB : 3250
gram, PB : 49 cm, LK : 35 cm, LD : 34 cm. Setelah selesai dilakukan
tindakan operasi pasien dan bayinya dipindahkan ke ruang flamboyan
dengan diagnosa P2A0 post SCTP dan pemasangan IUD. Saat dikaji
pada pukul 12.45 WIB klien mengatakan masih lemas, kakinya masih
berat dan kadang kesemutan, sedikit pusing serta nyeri pada perut saat
dibawa bergerak dengan TD : 110/70 mmHg, Nadi : 68x/menit, RR :
20x/menit, Suhu : 36oC.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit saat
melahirkan anak pertamanya. Pasien mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit berat hingga harus dirawat di rumah sakit.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit menurun seperti hipertensi, diabetes, maupun jantung dan
belum ada yang pernah melahirkan sesar sebelumnya.
6. Riwayat Ante Natal Care
Trimester I : pasien mengeluh mual, pasien rutin periksa
ke puskesmas 1 bulan sekali.
Trimester II : pasien masih mengeluh mual, pasien rutin
periksa ke puskesmas 1 bulan sekali.
Trimester III : pasien tidak memiliki keluhan, dan
memasuki usia kehamilan 8 bulan tetap rutin periksa ke puskesmas 2
minggu sekali dan seminggu sekali ketika memasuki usia kandungan
9 bulan.
7. Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan sebelumnya pasien melahirkan dengan spontan di
RS Wisnu Husada Patikraja berjenis kelamin perempuan, berat badan
3300 gram. Riwayat persalinan sekarang pasien melahirkan dengan
sectio cesarea pada tanggal 20 April 2017 pukul 09.45, berjenis
kelamin laki-laki berat badan : 3250 gram, panjang badan : 49 cm,
lingkar kepala : 35 cm, lingkar dada : 34 cm dengan lama persalinan
55 menit (mulai pukul 09.40 WIB dan selesai pukul 10.35 WIB)
dengan menggunakan anestesi spinal. Setelah pasien kembali ke ruang
flamboyan pasien mendapat perawatan di ruang pengawasan untuk
observasi perdarahan.
C. Riwayat Obstetrik
Menarche umur : 14 tahun
Siklus : 30 hari
Lamanya : 5-6 hari
Teratur/tidak : teratur
Dismenorche : sakit perut

D. Riwayat KB
Pasien mengatakan sebelumnya menggunakan KB suntik 3 bulan sekali,
dan sekarang pasien menggunakan IUD.

E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. Berat Badan : setelah melahirkan 60 kg
4. Tinggi Badan : 153 cm
5. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 68 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36oC
6. Kepala
Rambut : hitam, bersih, panjang dan tidak rontok
Mata : konjungtiva anemis
Hidung : simetris dan bersih tidak ada polip
Telinga : simetris dan bersih tidak ada serumen
Mulut dan gigi : mukosa bibir lembab, gigi bersih dan tidak
ada karies gigi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
7. Dada
Dinding Dada : simetris kanan kiri
Payudara : lunak, tidak terdapat benjolan kelenjar,
puting susu menonjol, aerola
hiperpigmentasi dan ASI sudah keluar.
Paru-paru : suara nafas vesikuler dan tidak ada bunyi
tambahan.
8. Abdomen : terdapat luka sectio cesarea yang
memanjang horizontal dengan panjang ±10 cm, tidak ada rembesan
pada bekas jahitan, kontraksi uterus keras, tinggi fundus uteri 2 jari
dibawah pusat.
9. Genetalia
Lokhea : rubra
Karakteristik : warna merah, berbau khas amis
Jumlah : kurang lebih 50 cc
10. Ekstremitas
Atas : tidak terdapat edema, tangan kiri terpasang
infus RL 20 tpm.
Bawah : tidak ada edema, tidak ada varises, masih
tampak lemah dan sulit untuk digerakkan
11. Kulit : lembab, turgor kulit baik <2 detik

F. Pola Fungsional Gordon


1. Pola Persepsi Kesehatan
DS : pasien mengatakan kesehatan itu penting, jika pasien atau
keluarga ada yang sakit langsung dibawa berobat ke pelayanan
kesehatan terdekat.
DO : pasien dibawa ke RSUD Margono untuk kontrol dan dirawat di
ruang flamboyan.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
DS : pasien mengatakan tidak ada gangguan atau perubahan dalam
nafsu makannya, dan makanan dari rumah sakit hanya dimakan setengah
porsi karena perut terasa mual dan minum 6-8 gelas sehari.
DO : pasien tampak tidak menghabiskan porsi makan yang disediakan
rumah sakit, masih tersisa setengah porsi, mukosa bibir lembab.
3. Pola Eliminasi
DS : pasien mengatakan BAB dan BAK sebelum operasi lancar dan
setelah operasi belum bisa BAB, dan BAK dibantu selang kencing.
DO : pasien terpasang urine kateter, warna urine kuning kecoklatan,
volume urine 500 cc.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
DS : pasien mengatakan dalam melakukan aktivitasnya masih dibantu
keluarga dan perawat.
DO : pasien tampak sering dibantu untuk aktivitasnya, saat ini pasien
masih bedrest post operasi sectio cesarea.
Tabel 1
Activity Daily Living (ADL)
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi Ѵ
Makan/minum Ѵ
Toileting Ѵ
Berpakaian Ѵ
Bergerak/berpindah Ѵ
Berjalan Ѵ
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu orang lain
2 : dibantu alat
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : ketergantungan
5. Pola Persepsi dan Kognitif
DS : pasien mengatakan tidak ada masalah pada penglihatan,
pendengaran, perabaan, maupun perasa.
DO : pasien tampak tidak menggunakan alat bantu panca indera.
6. Pola Istirahat dan Tidur
DS : pasien mengatakan setelah operasi jarang tidur karena merasakan
nyeri pada luka operasi dan malam hari sering terbangun karena bayinya
rewel/menangis.
DO : pasien tampak lesu
7. Pola Konsep Diri
DS : pasien mengatakan ingin segera sembuh dan cepat pulang, pasien
merasa bahagia dengan kelahiran anak keduanya.
DO : pasien mempunyai semangat tinggi untuk segera pulih dan
kooperatif saat dilakukan tindakan keperawatan.
8. Pola Peran dan Hubungan
DS : pasien mengatakan sudah mempunyai 2 anak, perannya sebagai
ibu rumah tangga baik, dan hubungan dengan keluarga terjalin baik.
DO : pasien ditemani oleh suaminya selama dirawat di RS.
9. Pola Reproduksi dan Seksual
DS : pasien mengatakan sudah menikah dan mempunyai 2 anak
sekarang.
DO : pasien berjenis kelamin perempuan, mempunyai 1 suami.
10. Pola Mekanisme Koping
DS : pasien mengatakan bila ada masalah selalu dibicarakan dengan
suami dan keluarganya.
DO : pasien terlihat dekat dengan suaminya.
11. Pola Keyakinan dan Nilai
DS : pasien mengatakan beragama islam, tetapi dengan kondisinya saat
ini pasien tidak bisa menjalankan ibadah seperti biasa.
DO : pasien terlihat sering berdoa untuk kesehatan dirinya dan bayinya.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap tanggal 19 April 2017
Tabel 1.2
Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.0 g/dL 11.7 - 15.5
Leukosit 11690 /uL 3600 - 11000
Hematokrit 37 % 35 – 47
Eritrosit 4.4 10^6/uL 3.8 – 5.2
Trombosit 305.000 /uL 150.000 - 440.000
MCV 86.0 fL 80 - 100
MCH 28.3 pg 26 - 34
MCHC 32.9 % 32 - 36
RDW 14.2 % 11.5 – 14.5
MPV 8.8 fL 9.4 - 12.3
Hitung Jenis
Basofil 0.3 % 0-1
Basinofil 0.9 % 2–4
Batang 0.6 % 3–5
Segmen 78.0 % 50 – 70
Limfosit 12.7 % 25 – 40
Monosit 7.5 % 2–8
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 77 mg/dL ≤ 200
URINE LENGKAP
Fisis
Warna Kuning Kuning muda - kuning tua
Kejernihan Jernih Jernih

Pemeriksaan laboratorium darah lengkap tanggal 20 April 2017


Tabel 1.3
Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 11.0 g/dL 11.7 - 15.5
Leukosit 14180 /uL 3600 - 11000
Hematokrit 36 % 35 – 47
Eritrosit 4.1 10^6/uL 3.8 – 5.2
Trombosit 281.000 /uL 150.000 - 440.000
Tabel Lanjutan 1.3
Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
MCV 86.9 fL 80 - 100
MCH 28.6 pg 26 - 34
MCHC 33.0 % 32 – 36
RDW 14.5 % 11.5 – 14.5
MPV 9.2 fL 9.4 - 12.3
Hitung Jenis
Basofil 0.3 % 0-1
Basinofil 0.1 % 2–4
Batang 0.6 % 3–5
Segmen 81.3 % 50 – 70
Limfosit 9.0 % 25 – 40
Monosit 8.7 % 2–8

H. Terapi
1. Tanggal 20 April 2017 :
a. IVFD RL 20 tpm
b. Clindamicin 2x300 mg (P.O)
c. Adver 2x1 tablet (P.O)
d. Asam mefenamat 2x500 mg (P.O)
e. Ketorolac 2x30 mg (IV)
2. Tanggal 21 April 2017
a. Clindamicin 2x300 mg (P.O)
b. Adver 2x1 tablet (P.O)
c. Asam mefenamat 2x500 mg (P.O)
3. Tanggal 22 April 2017
a. Clindamicin 2x300 mg (P.O)
b. Adver 2x1 tablet (P.O)
c. Asam mefenamat 2x500 mg (P.O)
II. ANALISA DATA
Tabel 1.4
Analisa Data pada Ny. N
NO Data Fokus Etiologi Problem
1 DS : Pasien mengatakan nyeri pada Agen injury Nyeri Akut
bagian perut yang dioperasi saat fisik (prosedur
dibawa gerak bedah)
P : Nyeri luka post sectio
cesarea
Q: Seperti tersayat-sayat
R: Jahitan dibagian perut bawah
S : Skala 6
T : Saat bergerak
DO : Saat dikaji pasien tampak
merintih kesakitan dan
menunjukkan daerah nyerinya,
pasien tampak memegangi
perutnya.

2 DS : Pasien mengatakan untuk Nyeri Hambatan


aktivitasnya masih dibantu oleh mobilitas
suaminya dan perawat. fisik
DO : Klien post operasi sectio
caesarea
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi ѵ
Makan/minum ѵ
Toileting Ѵ
Berpakaian ѵ
Bergerak/berpindah ѵ
Berjalan ѵ

3 DS : Pasien mengatakan masih Profil darah Resiko


lemas, pusing, kakinya masih berat yang abnormal Cedera
dan kadang kesemutan (penurunan
DO : Pasien masih tampak lemas, hemoglobin),
pucat dan berusaha untuk hambatan fisik
menggerakkan kakinya. Pasien
mendapat perawatan di ruang
pengawasan untuk diobservasi
perdarahan dan pasien dianjurkan
untuk bedrest. TD : 110/70 mmHg,
N : 68 x/menit, RR : 20 x/menit,
Suhu : 36 oC. Hb : 11,0 g/dL
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (prosedur pembedahan).
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
3. Risiko cedera berhubungan dengan profil darah yang abnormal
(penurunan hemoglobin), hambatan fisik.

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN


Tabel 1.5
Intervensi Keperawatan pada Ny. N
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Manajemen nyeri
selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat 1. Lakukan pengkajian
berkurang nyeri secara
NOC : Kontrol nyeri komprehensif meliputi
Indikator Awal Tujuan lokasi, karakteristik,
1. Mengenali kapan 2 5 durasi, frekuensi,
nyeri terjadi kualitas, beratnya nyeri
2. Menggambarkan 1 5 dan factor pencetus.
factor penyebab 2. Observasi adanya
3. Menggunakan 1 5 petunjuk nonverbal
teknik mengenai
nonfarmakologi ketidaknyamanan.
untuk mengurangi 3. Ajarkan teknik
nyeri nonfarmakologi (nafas
4. Melaporkan nyeri 1 5 dalam).
yang terkontrol 4. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
Keterangan skala : menangani nyerinya
1. Tidak pernah ditunjukkan dengan tepat.
2. Jarang ditunjukkan 5. Kolaborasi berikan
3. Kadang-kadang ditunjukkan individu penurun nyeri
4. Sering ditunjukkan dengan peresepan
5. Secara komprehensif ditunjukkan analgetik.
6. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri.
Tabel Lanjutan 1.5
Intervensi Keperawatan pada Ny. N
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Terapi latihan :
selama 3x24 jam diharapkan pasien Ambulasi
mampu melakukan aktivitasnya secara 1. Bantu pasien untuk
mandiri menggunakan alas kaki
NOC : Ambulasi yang memfasilitasi
Indikator Awal Tujuan pasien untuk berjalan
1. Menopang berat 1 5 dan mencegah cedera
badan 2. Sediakan tempat tidur
2. Berjalan dengan 1 5 berketinggian rendah,
langkah yang yang sesuai
efektif 3. Dorong pasien untuk
3. Berjalan dengan 1 5 duduk ditepi tempat
kecepatan sedang tidur, disamping tempat
4. Berjalan dengan 1 5 tidur, atau dikursi
jarak yang dekat sebagaimana yang dapat
(<20 meter) ditoleransi pasien
5. Berjalan 1 5 4. Bantu pasien untuk
mengelilingi kamar duduk sisi tempat tidur
Keterangan skala : untuk memfasilitasi
1. Sangat terganggu penyesuaian sikap tubuh
2. Banyak terganggu 5. Bantu pasien untuk
3. Cukup terganggu perpindahan sesuai
4. Sedikit terganggu kebutuhan
5. Tidak terganggu 6. Bantu pasien untuk
berdiri dan ambulasi
dengan jarak tertentu

3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : manajemen


selama 3x24 jam diharapkan ibu tidak lingkungan : keselamatan
mengalami cedera (peningkatan latihan)
NOC : Kontrol Resiko 1. Gali pengalaman
Kriteria Hasil : individu sebelumnya
Indikator Awal Tujuan mengenai latihan
1. Klien terbebas dari 1 5 2. Dukung individu untuk
cedera memulai atau
2. Klien mampu 1 5 melanjutkan latihan
menjelaskan 3. Dampingi individu pada
cara/metode untuk saat mengembangkan
mencegah cedera program latihan untuk
3. Mampu memenuhi kebutuhannya
memodifikasi gaya 1 5 4. Lakukan latihan bersama
hidup untuk individu jika diperlukan
Tabel Lanjutan 1.5
Intervensi Keperawatan pada Ny. N
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
3. 5. Informasikan individu
Indikator Awal Tujuan mengenai manfaat
mencegah cedera latihan
4. Mampu 2 5 6. Monitor kepatuhan
menggunakan individu terhadap
fasilitas kesehatan program latihan.
yang ada

V. IMPLEMENTASI
Tabel 1.6
Implementasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf
20 April
2017
12.45 WIB I, - Mengkaji keadaan umum dan Keadaan
II, kesadaran pasien umum pasien
III lemah, Inaya
kesadaran
composmentis

12.50 I, - Mengkaji keluhan pasien Pasien


II, mengatakan
III masih lemas,
pusing, Inaya
kakinya masih
berat dan
kadang
kesemutan,
pasien tampak
pucat

12.52 I, - Mengukur tanda-tanda vital TD : 110/70


II, pasien mmHg
III N : 68 x/menit Inaya
RR : 20
x/menit
S : 36oC
Tabel Lanjutan 1.6
Implementasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf
12.55 I - Mengkaji nyeri pasien secara Pasien
komprehensif mengatakan
nyeri pada Inaya
bagian perut
yang dioperasi
saat dibawa
gerak
P: Nyeri luka
post sectio
cesarea
Q : Seperti
tersayat-sayat
R : Jahitan
dibagian perut
bawah
S : Skala 6
T : Saat
bergerak

13.00 I - Berkolaborasi memberikan Pasien


terapi injeksi ketorolac 30 mg kooperatif dan
injeksi masuk Inaya
intravena

13.30 I - Mengajarkan teknik relaksasi Pasien


nafas dalam mengikuti
yang diajarkan Inaya
perawat

13.45 I, - Menciptakan lingkungan Pasien merasa


II, yang nyaman untuk pasien lebih nyaman
III dan menganjurkan pasien dan mengikuti Inaya
untuk istirahat anjuran
perawat

15.20 II, - Memandikan pasien dan Pasien


III vulva hygine mengikuti Inaya
arahan perawat
15.30 III Mengobservasi perdarahan Jumlah lokhea
yang keluar Inaya
kurang lebih
50 cc
Tabel Lanjutan 1.6
Implementasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf
16.00 II, - Menganjurkan pasien untuk Pasien
III menggerak-gerakkan kakinya mengikuti Inaya
anjuran

16.30 II, - Memberikan informasi Pasien


III mengenai manfaat latihan mengatakan Inaya
paham dengan
informasi yang
diberikan

16.50 - Mengambil sampel darah Pasien


untuk pemeriksaan darah kooperatif Inaya
lengkap

19.05 I - Berkolaborasi memberikan Pasien


terapi obat oral asam meminum
mefenamat 500 mg, obatnya Inaya
clindamycin 300 mg, adver 1 setelah selesai
tablet. makan

19.15 II, - Menganjurkan dan Pasien


III membantu ibu untuk latihan mencoba untuk
miring kanan kiri latihan miring
kanan kiri Inaya
dibantu
perawat dan
mengatakan
anggota
tubuhnya
masih terasa
kaku, serta
nyeri pada
perutnya.
P: Nyeri luka
post sectio
cesarea
Q : Seperti
tersayat-sayat
R : Jahitan
dibagian perut
bawah
S : Skala 5
Tabel Lanjutan 1.6
Implementasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf
T : Saat
bergerak

19.20 I - Menganjurkan pasien untuk Pasien


tarik nafas dalam untuk mengikuti Inaya
mengurangi nyeri anjuran
perawat

20.00 I, - Menciptakan lingkungan Pasien merasa


II, aman dan nyaman untuk lebih nyaman Inaya
III pasien

20.05 I, - Memotivasi pasien untuk Pasien istirahat


II, istirahat/tidur Inaya
III

21 April
2017
07.00 I, - Mengobservasi keadaan Keadaan
II, pasien umum cukup, Inaya
III kesadaran
composmentis

07.05 I - Berkolaborasi memberikan Pasien


terapi obat oral asam meminum Inaya
mefenamat 500 mg, obatnya
clindamycin 300 mg, adver 1 setelah makan
tablet

07.35 I, - Mengkaji kembali keluhan Pasien sudah


II, pasien tidak lemas Inaya
III dan nyerinya
berkurang

07.40 - Mengukur tanda-tanda vital TD : 120/80


pasien mmHg
N : 78 x/menit Inaya
RR : 18
x/menit
S : 36,4oC
Tabel Lanjutan 1.6
Implementasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf
07.55 I - Mengkaji nyeri pasien secara Pasien
komprehensif mengatakan Inaya
masih nyeri
namun sudah
berkurang
P: Nyeri luka
post sectio
cesarea
Q : Seperti
tersayat-sayat
R : Jahitan
dibagian perut
bawah
S : Skala 4
T : Saat
bergerak

08.00 I - Menganjurkan pasien untuk Pasien


tarik nafas dalam untuk melakukannya Inaya
mengurangi rasa nyeri sesuai anjuran

08.30 II, - Membantu ibu untuk Pasien merasa


III mengganti pembalut dan lebih nyaman
vulva hygine serta setelah Inaya
mengobservasi perdarahan dibersihkan,
jumlah lokhea
± 20 cc

09.00 II, - Memberikan latihan posisi Pasien merasa


III semi fowler lebih nyaman
10.00 - Memberikan lingkungan Inaya
yang aman dan nyaman
untuk latihan

10.05 II, - Menganjurkan dan Pasien


III mendampingi pasien untuk melakukan Inaya
latihan duduk latihan duduk
perlahan
dengan
bantuan
perawat
Tabel Lanjutan 1.6
Implementasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf
10.15 II, - Membantu pasien untuk Pasien
III duduk ditepi tempat tidur kooperatif saat Inaya
latihan

10.20 III - Mendorong pasien untuk Pasien


melanjutkan latihan dalam bersedia Inaya
batas yang aman melanjutkan
latihan

10.25 III - Menganjurkan pasien untuk Pasien


istirahat/berbaring kembali mengikuti Inaya
anjuran

10.30 II, - Memotivasi pasien untuk Pasien


III latihan duduk setelah duduk bersedia
lalu latihan berdiri melakukan Inaya
latihan

12.45 I, - Melepas infus dan urine Pasien


III kateter pasien kooperatif Inaya

12.50 III - Memonitor tanda-tanda vital TD : 110/80


pasien sebelum latihan mmHg
N : 80 x/menit Inaya
RR : 20x/menit
S : 36,2oC

13.00 II, - Membantu pasien untuk Pasien latihan


III latihan duduk dan berdiri perlahan,
perlahan pasien Inaya
mengeluh
pusing saat
latihan berdiri

13.10 II, - Menganjurkan pasien untuk Pasien duduk


III istirahat kembali dan dan berbaring Inaya
memberikan posisi yang kembali
nyaman untuk pasien
Tabel Lanjutan 1.6
Implementasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf
III - Memonitor tanda-tanda vital TD : 90/70
pasien setelah latihan mmHg Inaya
N : 88 x/menit
RR : 22
x/menit
S : 36oC

15.30 III - Mengobservasi perdarahan Jumlah lokhea


yang keluar Inaya
kurang lebih
20 cc

16.00 II, - Membantu pasien untuk Pasien


III duduk dan latihan berdiri kooperatif dan Inaya
mampu berdiri
perlahan

16.30 I, - Menganjurkan pasien untuk Pasien


III istirahat mengikuti Inaya
anjuran
III
17.00 - Mendampingi pasien untuk Pasien mampu
latihan berjalan berjalan pelan- Inaya
pelan

19.00 - Memonitor tanda-tanda vital TD : 100/80


II, pasien mmHg
III Nadi : 80 Inaya
x/menit
RR : 18
x/menit
Suhu : 36,2oC

19.05 II, - Berkolaborasi memberikan Pasien minum


III terapi obat oral asam obat setelah Inaya
mefenamat 500 mg, makan
clindamycin 300 mg, adver 1
tablet
20.05 I, - Memotivasi pasien untuk Pasien
II, istirahat mengikuti Inaya
III anjuran
perawat
Tabel Lanjutan 1.6
Implementasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf
22 April
2017 I, - Mengobservasi keadaan Keadaan
07.00 II, umum pasien umum pasien Inaya
III cukup,
kesadaran
composmentis

07.40 I, - Mengkaji kembali keluhan Pasien


II, pasien mengatakan Inaya
III sudah bisa
beraktivitas
sendiri,
nyerinya sudah
berkurang

08.00 III - Memonitor tanda-tanda vital TD : 120/80


pasien mmHg
N : 80 x/menit Inaya
RR : 21
x/menit
S : 36oC

08.05 I - Mengkaji nyeri secara Pasien


komprehensif mengatakan
nyerinya sudah Inaya
berkurang
P: Nyeri luka
post sectio
cesarea
Q : Seperti
ditusuk-tusuk
R : Jahitan
dibagian perut
bawah
S : Skala 2
T : Saat
bergerak

08.15 I - Mengajarkan teknik Pasien


nonfarmakologi (nafas melakukan Inaya
dalam) untuk mengurangi sesuai arahan
nyeri dengan baik
Tabel Lanjutan 1.6
Implementasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf
08.30 I, - Menciptakan lingkungan Pasien merasa
II, yang nyaman dan lebih nyaman
III menganjurkan pasien untuk dari Inaya
istirahat sebelumnya

09.00 I, - Memonitor keadaan umum Keadaan


II, pasien umum pasien Inaya
III baik

11.30 I, - Memotivasi ibu untuk Pasien


II, memperhatikan kesehatannya kooperatif Inaya
III dan istirahat yang cukup
VI. EVALUASI
Tabel 1.7
Evaluasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf
20 April I S : Pasien mengatakan masih nyeri kalau dibawa
2017 gerak namun sudah sedikit berkurang kalau
tiduran
P : Nyeri luka post sectio cesarea
20.10 WIB Q : Seperti tersayat-sayat
R : Jahitan dibagian perut bawah Inaya
S : Skala 5
T : Saat bergerak
O : Pasien masih tampak meringis menahan
nyeri dan memegangi perutnya saat bergerak
A : Masalah teratasi sebagian

Indikator Awal Tujuan Akhir


1. Mengenali kapan 2 5 3
nyeri terjadi
2. Menggambarkan 1 5 3
factor penyebab
3. Menggunakan 1 5 2
teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
4. Melaporkan nyeri 1 5 2
yang terkontrol

P : Lanjutkan intervensi
- Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan.
- Ajarkan teknik nonfarmakologi (nafas
dalam).
- Dorong pasien untuk memonitor nyeri
dan menangani nyerinya dengan tepat.
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri.
- Kolaborasi berikan individu penurun
nyeri dengan peresepan analgetik.
Tabel Lanjutan 1.7
Evaluasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf
II S : Pasien mengatakan untuk aktivitasnya masih
dibantu suaminya dan perawat
O : Pasien terlihat masih dibantu oleh suami
untuk memenuhi kebutuhannya
A : Masalah belum teratasi

Indikator Awal Tujuan Akhir


1. Menopang berat 1 5 2
badan
2. Berjalan dengan 1 5 2
langkah yang
efektif
3. Berjalan dengan 1 5 1
kecepatan sedang
4. Berjalan dengan 1 5 1
jarak yang dekat
(<20 meter)
5. Berjalan 1 5 1
mengelilingi
kamar

P : Lanjutkan intervensi
- Sediakan teampat tidur berketinggian
rendah, yang sesuai
- Dorong untuk duduk ditepi tempat tidur,
disamping tempat tidur, atau dikursi
sebagaimana yang dapat ditoleransi
pasien
- Bantu pasien untuk duduk sisi tempat
tidur untuk memfasilitasi penyesuaian
sikap tubuh
- Bantu pasien untuk perpindahan sesuai
kebutuhan

III S : Pasien mengatakan kakinya sudah bisa


ditekuk dan sudah mulai latihan miring kanan
kiri walau sebentar, pasien juga mengeluh
kadang-kadang pusing
O : Pasien terlihat sudah mulai latihan miring
kanan kiri dengan bantuan perawat, namun
pasien masih tampak lemas
A : Masalah belum teratasi
Tabel Lanjutan 1.7
Evaluasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf

Indikator Awal Tujuan Akhir


1. Klien terbebas dari 1 5 2
cedera
2. Klien mampu 1 5 2
menjelaskan
cara/metode untuk
mencegah cedera
3. Mampu 1 5 2
memodifikasi gaya
hidup untuk
mencegah cedera
4. Mampu 2 5 3
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada
5. Mampu mengenali 1 5 3
perubahan status
kesehatan

P : Lanjutkan intervensi
- Dukung individu untuk memulai atau
melanjutkan latihan
- Anjurkan dan bantu pasien untuk
melakukan ambulasi dini
- Dampingi pasien setiap akan melakukan
perpindahan
- Dorong pasien untuk ambulasi secara
independen dalam batas yang aman.

21 April I S : Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang


2017 tidak seperti hari sebelumnya namun kalau untuk
dibawa gerak masih perih
20.10 WIB P : Nyeri luka post sectio cesarea
Q : Seperti tersayat-sayat
R : Jahitan dibagian perut bawah Inaya
S : Skala 4
T : Saat bergerak
O : Pasien masih tampak memegangi perutnya
dan meringis menahan nyeri saat bergerak
A : Masalah teratasi sebagian
Tabel Lanjutan 1.7
Evaluasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf

Indikator Awal Tujuan Akhir


1. Mengenali kapan 2 5 4
nyeri terjadi
2. Menggambarkan 1 5 3
factor penyebab
3. Menggunakan 1 5 3
teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
4. Melaporkan nyeri 1 5 3
yang terkontrol

P : Lanjutkan intervensi
- Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan.
- Anjurkan untuk menggunakan teknik
nonfarmakologi (nafas dalam) untuk
mengurangi nyeri.
- Dorong pasien untuk memonitor nyeri
dan menangani nyerinya dengan tepat.
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri.

S : Pasien mengatakan sudah bisa melakukan


aktivitasnya sendiri seperti makan dan merawat
bayinya namun kadang masih dibantu
O : Pasien terlihat sudah mampu merawat
bayinya dan sudah mampu berjalan pelan-pelan
A : Masalah teratasi

Indikator Awal Tujuan Akhir


1. Menopang berat 1 5 4
badan
2. Berjalan dengan 1 5 3
langkah yang
efektif
3. Berjalan dengan 1 5 3
kecepatan sedang
Tabel Lanjutan 1.7
Evaluasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf

Indikator Awal Tujuan Akhir


4. Berjalan dengan 1 5 4
jarak yang dekat
(<20 meter)
5. Berjalan 1 5 3
mengelilingi
kamar

P : Pertahankan intervensi
- Sediakan tempat tidur berketinggian
rendah, yang sesuai
- Dorong untuk duduk ditepi tempat tidur,
disamping tempat tidur, atau dikursi
sebagaimana yang dapat ditoleransi
pasien
- Bantu pasien untuk perpindahan sesuai
kebutuhan

III S : Pasien mengatakan sudah tidak lemas,


kakinya masih agak berat dan sudah bisa latihan
berdiri walaupun sempat pusing saat mencoba
berdiri
O : Pasien terlihat sedang berdiri dan
menggendong bayinya
A : Masalah teratasi sebagian
Indikator Awal Tujuan Akhir
1. Klien terbebas 1 5 3
dari cedera
2. Klien mampu 1 5 3
menjelaskan
cara/metode untuk
mencegah cedera
3. Mampu 1 5 3
memodifikasi
gaya hidup untuk
mencegah cedera
4. Mampu 2 5 4
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada
Tabel Lanjutan 1.7
Evaluasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf

Indikator Awal Tujuan Akhir


5. Mampu 1 5 4
mengenali
perubahan status
kesehatan

P : Lanjutkan intervensi
- Dukung individu untuk memulai atau
melanjutkan latihan
- Dampingi pasien setiap akan melakukan
perpindahan
- Dorong pasien untuk ambulasi secara
independen dalam batas yang aman

22 April I S : Pasien mengatakan masih nyeri tapi sudah


2017 berkurang daripada hari sebelumnya, nyeri
masih terasa saat jongkok untuk BAK
14.00 WIB P : Nyeri luka post sectio cesarea
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Jahitan dibagian perut bawah
S : Skala 2 Inaya
T : Saat bergerak
O : Pasien terlihat lebih nyaman
A : Masalah teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
1. Mengenali kapan 1 5 5
nyeri terjadi
2. Menggambarkan 1 5 5
factor penyebab
3. Menggunakan 1 5 4
teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
4. Melaporkan nyeri 1 5 5
yang terkontrol
P : Pertahankan intervensi
- Dorong pasien untuk memonitor nyeri
dan menangani nyerinya dengan tepat.
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri.
Tabel Lanjutan 1.7
Evaluasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf
II S : Pasien mengatakan sudah dapat beraktivitas
mandiri, dan sudah mampu ke toilet sendiri
O : Pasien terlihat sedang duduk menyusui
bayinya
A : Masalah teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
1. Menopang berat 1 5 5
badan
2. Berjalan dengan 1 5 4
langkah yang
efektif
3. Berjalan dengan 1 5 5
kecepatan sedang
4. Berjalan dengan 1 5 5
jarak yang dekat
(<20 meter)
5. Berjalan 1 5 5
mengelilingi
kamar

P : Pertahankan intervensi
- Dorong untuk duduk ditepi tempat tidur,
disamping tempat tidur, atau dikursi
sebagaimana yang dapat ditoleransi
pasien

III S : Pasien mengatakan sudah tidak lemas dan


kakinya sudah tidak berat lagi, pasien juga
mengatakan sudah tidak pusing
O : Pasien sudah dapat berjalan dengan baik dan
tidak ada penurunan tekanan darah
TD : 120/80 mmHg
A : Masalah teratasi sebagian

Indikator Awal Tujuan Akhir


1. Klien terbebas dari 1 5 5
cedera
2. Klien mampu 1 5 4
menjelaskan
cara/metode untuk
mencegah cedera
Tabel Lanjutan 1.7
Evaluasi Keperawatan pada Ny. N
Tanggal/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf

Indikator Awal Tujuan Akhir


3. Mampu 1 5 4
memodifikasi gaya
hidup untuk
mencegah cedera
4. Mampu 1 5 5
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada
5. Mampu mengenali 1 5 4
perubahan status
kesehatan

P : Pertahankan intervensi
- Dukung individu untuk melanjutkan
latihan
- Dorong pasien untuk ambulasi secara
independen dalam batas yang aman
Lampiran 2

SOP AMBULASI DINI

No Kegiatan Ya Tidak
A TAHAP PRA INTERAKSI
1. Melakukan program pengecekan terapi
2. Mencuci tangan
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum
kegiatan
C TAHAP KERJA
1. Menjaga privasi
2. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
3. Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan
4. Hari pertama
a. Ajarkan pasien untuk miring kanan dan kiri yang
dapat dimulai 6-10 jam setelah ibu sadar.
b. Anjurkan pasien untuk latihan pernafasan dapat
dilakukan ibu sambil terlentang.
5. Hari kedua
a. Bantu pasien untuk duduk diatas tempat tidur 5
menit
1) Tempatkan pada posisi terlentang
2) Pindahkan semua bantal
3) Regangkan kedua kaki perawat disamping
tempat tidur pasien yang paling dekat dengan
kepala tempat tidur
4) Tempatkan tangan perawat yang lebih jauh dari
klien dibawah bahu klien
5) Angkat badan klien untuk posisi duduk
b. Bantu pasien duduk ditepi tempat tidur
1) Tempatkan klien pada posisi miring
2) Pasang pagar tempat tidur pada sisi berlawanan
3) Tinggikan kepala tempat tidur pada ketinggian
yang ditoleransi oleh pasien
4) Berdiri pada sisi panggul klien yang berlawanan
5) Balikkan secara diagonal sehingga perawat
berhadapan dengan pasien dan menjauh dari
sudut tempat tidur
6) Regangkan kaki perawat dengan kaki paling
dekat ke kepala tempat tidur
7) Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala
tempat tidur dibawah bahu pasien, sokong
kepala dan lehernya
8) Tempatkan tangan perawat yang lain diatas paha
pasien
9) Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki ke tepi
tempat tidur
10) Tempatkan poros ke arah belakang kaki, yang
memungkinkan tungkai atas pasien memutar
kebawah
11) Pada saat bersamaan, pindahkan berat badan
perawat ke belakang tungkai dan angkat pasien
12) Tetap didepan klien sampai klien mencapai
keseimbangan. Turunkan tinggi tempat tidur
klien sampai kaki klien menyentuh lantai
6. Hari ketiga
a. Pertama-tama minta klien untuk duduk
b. Dengan tubuh ditahan tangan, geserkan kaki ke sisi
ranjang dan biarkan kaki menggantung sebentar
c. Setelah itu minta klien berdiri perrlahan dengan
bantuan orang lain dan tangan berpegangan pada
ranjang
d. Jika klien merasa pening, minta ibu untuk duduk
kembali untuk menstabilkan diri beberapa menit
sebelum melangkah
e. Letakkan tangan klien disamping badan atau
memegang telapak tangan anda
f. Berdiri disamping klien serta pegang telapak
tangan pada bahu klien
g. Bantu klien untuk berjalan perlahan-lahan
7. Melepas sarung tangan dan cuci tangan
8. Merapikan klien
D TAHAP TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, bereskan alat
5. Mencuci tangan
6. Dokumentasi
Lampiran 3

SOP POSISI SEMI FOWLER

No Kegiatan Ya Tidak
A TAHAP PRA INTERAKSI
1. Melakukan program pengecekan terapi
2. Mencuci tangan
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum
kegiatan
C TAHAP KERJA
1. Menjaga privasi
2. Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
3. Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan
4. Meminta klien untuk memfleksikan lutut sebelum
kepala dinaikkan
5. Menaikan kepala bed 15-45o atau semi fowler
6. Meletakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva
lumbal, jika ada celah disana
7. Meletakkan bantal kecil dibawah kepala klien
8. Meletakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut
sampai tumit
9. Memastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan
lutut dalam keadaan fleksi
10. Meletakkan gulungan handuk disamping masing-
masing paha
11. Meletakkan trochanter roll (gulungan handuk)
disamping masing-masing paha
12. Menopang telapak kaki klien dengan menggunakan
footboard
13. Meletakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan
tangan, bila klien memiliki kelemahan pada kedua
tangan
14. Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan
15. Merapikan pasien
D TAHAP TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, bereskan alat
5. Mencuci tangan
6. Dokumentasi
Lampiran 4
SOP MEMANDIKAN PASIEN
No Kegiatan Ya Tidak
A TAHAP PRA INTERAKSI
1. Melakukan program pengecekan terapi
2. Mencuci tangan
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum
kegiatan
C TAHAP KERJA
1. Menjaga privasi
2. Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
3. Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan
4. Tinggikan tempat tidur bila perlu
5. Tutup pintu dan sampiran
6. Ganti selimut dengan selimut mandi
7. Tanggalkan baju klien
8. Cuci bagian muka, telinga, leher
a. Letakkan handuk dibawah kepala klien
b. Bersihkan mata dari cantus dalam ke cantus luar
menggunakan waslap, dan tidak diberi sabun,
penggunaan sabun muka disesuaikan dengan
kebiasaan klien, kemudian dibiilas dan dikeringkan
c. Bersihkan daun telinga menggunakan waslap dan
sabun
d. Bersihkan leher menggunakan waslap dan sabun
9. Cuci lengan klien
a. Letakkan handuk dibawah lengan klien yang jauh
dari perawat dan meninggikan lengan dengan cara
memegang bagian siku, kemudian mencuci lengan
dari pergelangan tangan ke ketiak, bilas dengan air
bersih lalu dikeringkan
b. Ulangi lagi untuk tangan yang lain
10. Mencuci dada dan perut klien
a. Miringkan klien kearah membelakangi perawat,
lalu letakkan handuk besar melintang dibawah
punggung klien
b. Kembalikan klien pada posisi supine
c. Turunkan selimut mandi hingga batas atas pubis,
cuci dada hingga perut menggunakan waslap dan
sabun
d. Bilas dada dan perut dengan air bersih, setelah
selesai dikeringkan
11. Mencuci punggung
a. Miringkan pasien membelakangi perawat
b. Cuci dengan sabun, bilas dan keringkan punggung
sampai pantat
c. Message punggung dapat dilakukan pada tahap ini
12. Oleskan lotion atau baby oil pada bagian-bagian
penonjolan tulang, jika terdapat luka decubitus bisa
oleskan antiseptic
13. Mencuci kaki
a. Membuka selimut mandi 1 sisi kaki (mulai dari
bagian kaki yang terjauh dari perawat)
b. Letakkan handuk dibawah kaki yang akan dicuci
c. Cuci dengan sabun, bilas dan keringkan
d. Cuci kaki yang satu dengan cara yang sama
14. Mencuci genetalia
a. Buka selimut mandi hingga didaerah pubis
b. Atur posisi klien pada posisi litotomi
c. Cuci organ genetalia dengan sabun, bilas dengan
air bersih dan keringkan
d. Kembalikan pada posisi supinasi
15. Bantu klien memakai baju bersih
16. Merapikan pasien
D TAHAP TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, bereskan alat
5. Mencuci tangan
6. Dokumentasi
Lampiran 5
SOP VULVA HYGINE
No Kegiatan Ya Tidak
A TAHAP PRA INTERAKSI
1. Melakukan program pengecekan terapi
2. Mencuci tangan
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum
kegiatan
C TAHAP KERJA
1. Menjaga privasi.
2. Memasang selimut mandi.
3. Mengatur posisi dorsal rekumben.
4. Memasang perlak dan pengalas dibawah pantat
5. Ganti gurita, celana dan pembalut dilepas bersamaan
dengan memasang pispot, sambil memperhatikan
lochea. Celana dan pembalut dimasukkan dalam tas
plastik yang berbeda.
6. Pasien ditawarkan BAK/BAB dulu.
7. Perawat memakai sarung tangan.
8. Mengguyur vulva dengan air matang.
9. Pispot diambil.
10. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien.
11. Mengambil kapas basah, membuka vulva dengan ibu
jari dan telunjuk tangan kiri.
12. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri dan
kanan, labia minora kiri dan kanan, vestibulum,
perineum. Arah dari atas ke bawah dengan kapas basah
1 kapas 1 kali usap.
13. Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan
perhatikan apakah lepas/longgar, bengkak, iritasi.
Membersihkan luka jahitan dengan kapas basah.
14. Menutup luka dengan kasa yang diolesi salep/bethadin.
15. Mengambil bengkok dan kom kapas serta alas dan
perlak.
16. Memasang celana dalam dan pembalut.
17. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan
mengganti dengan selimut tidur.
18. Perawat melepas sarung tangan
19. Merapikan pasien
D TAHAP TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, bereskan alat
5. Mencuci tangan
6. Dokumentasi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

1. Nama lengkap : Inayatul Mufidhah


2. NIM : P1337420214017
3. Tanggal lahir : 28 April 1996
4. Tempat : Banyumas
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Alamat rumah : a. Kelurahan : Karangmangu RT 2/3
b. Kecamatan : Purwojati
c. Kab/ kota : Banyumas
d. Provinsi : Jawa Tengah
7. Telepon : a. Rumah :-
b. HP : 085291959031
c. E-mail : iinayatulmufidhah@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan TK di TK Pertiwi 1 Karangmangu tahun 2001
2. Pendidikan SD di SDN 2 Karangmangu lulus tahun 2008
3. Pendidikan SMP di SMPN 2 Purwojati lulus tahun 2011
4. Pendidikan SMA di SMAN 1 Rawalo lulus tahun 2014
C. RIWAYAT ORGANISASI
1. Anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah di SMPN 2 Purwojati pada
tahun 2009/2010
2. Anggota pramuka di SMPN 2 Purwojati pada tahun 2008-2010

Purwokerto, Mei 2017

Inayatul Mufidhah
NIM. P1337420214017

Anda mungkin juga menyukai