Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MENGAPLIKASIKAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN


KEPERAWATANPDA KLIEN DENGAN KEGAWATDARURATAN
(DEMAM TINGGI)

Dosen Pengampu :

Dwi Utari Widyastuti, SST., M.Kes.

Disusun oleh :

1. Mbarep Ramadhani Maulana (P27820122029)

2. Galuh Indra Laksana (P27820122021)

3. Hammas Rasul Syafarul Khairiansyah


(P27820122022)

TINGKAT 1 SEMESTER 2
PRODI III KEPERAWATAN KAMPUS SUTOMO
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AJARAN 2023 / 2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Makalah Mengaplikasikan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Pada Klien Anak (Demam Tinggi) dengan baik dan lancar
tanpa kendala yang berarti. Makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk
pemenuhan tugas mata kuliah farmakologi , Kelas Reguler A, Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Ibu Dwi Utari Widyastuti, SST., M.Kes.

3. Teman-teman Anggota Kelompok 19 Kelas Reguler A, Prodi DIII


Keperawatan Soetomo.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis berharap kritik dan saran
demi kesempurnaan pembuatan makalah di masa yang akan datang.
Akhirnya, Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
umumnya masyarakat dan mahasiswa Jurusan Kesehatan Surabaya

Surabaya, 11 Maret 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
I.2 Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
I.3 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

BAB II PEMBAHASAN
2. 1 Definisi Demam. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2.2 Etiologi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.3 Patofisiologi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.4 Manifestasi Klinis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.5 Pemeriksaan Penunjang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8
2.6 Penatalaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
3.2 Diagnosa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17
3.3 Intervensi Keperawatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
3.4 Implementasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
23
3.5 Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
26

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
4.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam merupakan tanda utama penyakit yang paling tua dan paling umum
diketahuiserta paling sering terjadi di masyarakat.Demam adalah dimana suhu tubuh
menjadi meningkat,namun masih dapat dikontrol dan mulai menimbulkan
ketidaknyamanan fisik saat mencapai39,5°C. Pertahanan tubuh manusia akan bekerja
baik pada temperatur demam, dibandingkandengan suhu normal. Demam juga akan
memicu pertambahan jumlah leukosit, sehingga pertahanan tubuh untuk melaan
mikroorganisme akan optimal pada saat tubuh demam.
Pada bab ini akan dibahas banyak tentang demam sebagai tanda awal suatu penyakit
yangmempunyai beberapa peranan dalam tubuh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Definisi Demam?
2. Bagaimana Etiologi Daru Demam?
3. Bagaimanakah Patofisiologi dari Demam?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari klien demam?
5. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang klien demam?
6. Bagimana penatalaksanaan pada pasien demam?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi demam.

3
2. Mengetahui etiologi dari demam.
3. Mengetahui patofisiologi dari demam.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari klien demam.
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang klien demam.
6. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien demam.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi demam


Demam (fever, febris) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang
normal sebagai akibat dari perubahan pusat termoregulasi yang terletak dalam
hipotalamus anterior, suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhu
lingkungan, karena adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur
keseimbangan antara panas yangdiproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan
hati, dengan panas yang hilang terjadi peningkatan suhu dalam tubuh. suhu oral
normal adalah 35,8°C-37,3°C (96,5°/ 99,2°F). Suhu rektal lebih tinggi sekitar 0,3–
0,5°C (0,5°-1°F).

Tipe demam yang mungkin sering kita jumpai:

1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
danturun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. -ering disertai keluhan
menggigildan berkeringat. $ila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat
yang normaldinamakan juga demam hektik.

2. Demam Remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badannormal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat

4
dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.

3. Demam Intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi duahari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

4. Demam Kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkatdemam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

5. Demam Siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhuseperti semula.

2.2 Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolikmaupun penyakit lain..Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan
karenakelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturansuhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.Penyebab
demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya: pendarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukanantara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaanlaboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.Beberapa hal
khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam,

5
tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam. Demam belum
terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalamidemam terus
menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dantetap belum
didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secaraintensif
dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.

2.3 Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point.Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh
(responimun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya.
Bila adainfeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan
tubuhdengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang
berasaldari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang
bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat
penerima(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur
panas dihipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan
asamarakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ).
Ini akanmenimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan
pembuluhdarah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas
menurun,terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang
aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat
asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan
asam amino yang berperandalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan
tubuh. Sedangkan sifat-sifatdemam dapat berupa menggigil atau
krisis/flush.Menggigil: Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari
tingkat normal kenilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan
jaringan,zat pirogenatau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam

6
untuk mencapai suhu baru.Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi
dengan mendadakdisingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada
pada nilai rendah,mungkin malahan kembali ke tingkat normal.

2.4 Pathway

7
2.5 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhul ebih tinggi dari 38°C-40C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil.
6. Dehidrasi.
7. Kehilangan nafsu makan.

2.6 Klasifikasi
Menurut Ngastiyah ( 1997: 231), klasikfikasi kejang demam adalah :
1. Kejang demam sederhana : yaitu kejang berlangsung kurang dari 15
menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang
demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone,
yaitu :
A. umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4
tahun
B. Kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari
15 menit.
C. Kejang bersifat umum
D. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul
demam.
E. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal
F. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu
sesudah suhu normal tidak menunjukan kelainan.
G. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak

8
melebihi 4 kali
2. Kejang kompleks :Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu
lebih dari ketujuh criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434)
biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung
lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam).
Di sini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau
riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.

2.7 Komplikasi
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya
terjadi hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang
terjadi. Mula – mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu
timbul spastisitas. Kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi. Ada
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang
demam :
a) Pneumonia aspirasi
b) Asfiksia
c) Retardasi mental

2.8 Pemeriksaan Penunjangan


Demam merupakan kondisi dimana suhu tubuh tinggi yang abnormal dan
biasanyadiikuti dengan gejala sakit kepala, badan menggigil, sakit otot, badan
lemah, bahkan membuat penderita mengigau dan kejang. Untuk mengukur suhu
tubuh, biasanya digunakan thermometer, dengan cara meletakkan thermometer pada
lipatan ketiak. Selain itu, pengukuran juga bisadengan cara meletakkan di dalam
mulut, anus, dan vagina. Namun, pengukuran yang terbaik adalah di anus karena
posisinya paling dekat dengan pusat tubuh dan tidak terlalu banyak faktor
pengacau. Perlu diingat bahwa suhu normal pada tubuh kita yang bisa diukur

9
melalui mulut pada pagi hari adalah 36,70 (3,60-37,40°C).
Orang bisa dikatakan mengalami demam tinggi, apabila suhu tubuhnya mencapai
39-41,10°C. Pada kondisi tertentu, biasanya Dokter menyarankan adanya
pemeriksaan penujang pada demam, yakni berupa pemeriksaan laboratorium.
Namun, tidak semua orang yang mengalamidemam pada setiap waktu memerlukan
pemeriksaan darah di laboratorium. sebenarnya, demam bukanlah hal yang perlu
dikhawatirkan karena demam sendiri merupakan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap infeksi atau masuknya zat asing ke dalam tubuh. Namun, orang yang
mengalami demam tinggi harus waspada dengan adanya penyakit yang menyerang
tubuh. Oleh karena itu, dengan lebih cepat mengetahui penyebab demam, maka akan
sangat membantu menentukan pengobatan bagi penderita. Beberapa penyakit yang
berkaitan dengan demam adalah demam berdarah, tyfus, malaria, dan beberapa
penyakit infeksi lain seperti hepatitis, infeksi pada ginjal/saluran urine. Semua
penyakit tersebut biasanya yang merupakan penyakit yang memiliki gejala awal
demam tinggi. Apabila pemeriksaan pada penderita mengarah pada gejala penyakit
tersebut, biasanya dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang pada demam,
sebagai berikut:

1. Pada penderita demam berdarah, biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium


meliputi hematologi Rutin, inti Dengue IgG & IgM.
2. Pada peyakit tyfus biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi
hematologi Rutin, widal, salmonella, typhi IgM, Gall kultur
3. Pada penyakit malaria, biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi
pemeriksaan malaria.
4. Penderita Hepatitis biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi GOT,
GPT, penanda virus hepatitis, dan lain-lain.

2.9 Penatalaksanaan
1. Secara Fisik
Mengasi kondisi klien dengan “ Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6
jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.

10
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah
anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu
lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu
mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya
sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi
berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
A. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
B. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
C. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
D. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya, minuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan),
air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap
akibat naiknya suhutubuh memperoleh gantinya.
E. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
F. Mengompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu
tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan
untuk menguapkan air pada kain kompres. 8angan menggunakan air es
karena justruakan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak
dapat keluar.)enggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan
intoksikasi (keracunan).

G. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-
suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar
terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar
cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur
suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di
samping itu lingkungan luar yanghangat akan membuat pembuluh darah
tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat
pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas
dari tubuh.

11
2. Obat-obatan antipiretik
antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhudi hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga
set pointhipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi
pengeluaran panas tidak ada lagi.

Petunjuk pemberian antipiretik:


A. Bayi 6-12 bulan: ½ - 1 sendok sirup parasetamol
B. Anak 1-6 tahun: ¼ - ½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendok teh
sirup paracetamol.
C. Anak 6-12 tahun: ½ - 1 tablet paracetamol 5oo mg atau 2 sendok sirup
paracetamol.

Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan


denganair atau teh manis. Obat penurun panas ini diberikan 3 kali sehari.
Gunakans sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dansangat berguna khususnya pada pasien berisiko,
yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonalkronis kelainan metabolik,
penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko
kejangdemam.Ebat/obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri
dari golongan yang bermacam/macam dan sering berbeda dalam susunan
kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
4ujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat en:im
cyclooIygenase. Asetaminofen merupakan derivat para aminofenol yang
bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesisdalam
susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10 – 15 mg/kgBb/kali tiap 4
jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90mgr/KgBB/hari. Pada

12
umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan baik. Dosis besar jangka
lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakan hepar. Pemberiannya
dapat secara per oral maupun rektal. Turunan asam propionat seperti
ibuprofen juga bekerja menekan pembentukan prostaglandin. Obat ini
bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang
timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang
dibandingkan aaspirin, efek samping hematologis yang berat meliputi
agranulositosis dan anemia aplastik. Efek terhadap ginjal berupa gagal
ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan asetaminopen). Dosis
terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBb/kali tiap 6 – 8 jam. Metamizole
(antatalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin. mempunyai
efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping pemberiannya
berupa agranulositosis, anemia aplastik dan perdarahan saluran cerna.
Dosis terapeutik 10 mgr/KgBb/kali tiap 6 – 8 jam dan tidak dianjurkan
untuk anak kurang dari 6 bulan. Pemberiannya secara per oral,
intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat golongan
fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai
antipiretik. Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.
Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBb/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya
secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama: An. R
Tempat, tanggal lahir: Sukabumi, 13 Agustus 2011

13
Umur: 2 Tahun 8 Bulan
Jenis kelamin: Laki – laki
Agama: Islam
Diagnasa medis: Kejang demam
Tanggal masuk: 16 Juni 2014 pukul 15.06 Wib
Tanggal di kaji: 17 Juni 2014

Identitas orangtua/penanggung jawab


Nama: Ny. T
Umur: 45 Tahun
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
Agama: Islam
Alamat : Bantar muncang, Sekarwangi, Cibadak
2. Keluhan Utama
Ibu klien mengeluhkan anaknya panas tinggi (39 C)
3. Riwayat Kesehatan
A. Riwaya
Ibu klien anaknya panas tinggi, suhu badan pada saat pertama
dirawat 39 C, panas turun pada saat pagi hari dan meningkat pada
sore dan malam. Pada saat panas tinggi diserti dengan kejang-
kejang dengan waktu kurang lebih 5 menit.
B. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu klien mengatakan sebelumnya anaknya blum pernah memiliki
riwayat penyakit yang sama dan belum pernah dirawat di rumah
sakit.
C. Riwayat kesehatan keluarga
Pada saat dilakukan pengkajian ibu klien mengatakan didalam

14
keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat yang sama dengan
klien, baik penyakit bawaan ataupun turunan.
D. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Purtumbuhan dan perkembangan klien sesuia dengan umurnya.
E. Riwayat imunisasi
Pada saat lahir klien imunisasi HB1 kali, DPT 2 kali pada usia 2,
3, 4 bulan, HB 2 dan 3 pada usia 2, 3 bulan, BCG 1 kali pada usia
1 bulan, polio 4 kali pada usia 1, 2, 3, dan 4 bulan, dancampak
pada usia 9 bulan.

4. Pola Kebiasaan Sehari-hari


No Kebiasaan Sehari-hari Sebelum sakit Saat Sakit
.
1. Pola Nutrisi :
a. Frekuensi 3x sehari Nasi, 3x sehari Bubur,
b. Jenis lauk pauk lauk pauk,
c. Porsi 1 porsi habis buah 1 porsi habis
d. Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
2. Pola Eleminasi : Eleminasi
Urin
a. Frekuensi Tidak tentu Tidak tentu
b. Jumlah Tidak tentu Tidak tentu
c. Bau Khas urine (pesing) Khas urine (pesing)
d. Warna Kuning jernih Kuning
Eleminasi Alvi
a. Frekuensi 2x sehari 2x sehari
b. Jumlah Padat, Lembek,

15
c. Bau berampas Khas feses berampas Khas feses
d. Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
3. Pola istirahat tidur :
a. Jumlah jam tidur siang 2 jam Tidak tentu
b. Jumlah jam tidur malam 6-8 jam 5-6 jam
c. Pengantar tidur Di bimbing untuk berdoa Di bimbing untuk berdoa
d. keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
4. Pola personal hygiene :
a. Mandi 2x sehari Di lap air hangat
b. Mengganti pakaian 2x sehari Tidak tentu
c. Toileting Belum diajarkan Belum di ajarkan
d. Tingkat ketergntungan Ketergantungan penuh Ketergantungan penuh

5. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan umum : pada ekstremitas bawah (sinistra)
terpasang infus line WIDA 2A
Kesadaran : Compos Metris
Tanda tanda vital : Suhu 39 c Nadi 110x/menit Respirasi rate
32x/menit Tekanan darah 110/80 mmHg
b. Antropometi
Berat badan sebelum sakit: 14 kg, saat sakit 15 kg
Tinggi badan: 94 cm
Lingkar kepala: 49 cm
Lingkar dada: 46 cm
LILA : 14 cm

16
c. Kepala
Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih, distribusi rambut
merata, warna hitam, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada
benjolan.
d. Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva an anemis, sclera putih,
distribusi bulu mata dan alis mata merata, pupil mengecil pada
saat diberi cahaya, kelopak mata tidak cekung.
e. Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
peradangan.
f. Mulut dan tenggorokan
Bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab, lidah bersih tidak
kotor.
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat nyeri,
gerakan bebas.
h. Telinga
Bentuk simetris kiri dan kanan, dapat mendengar saat perawat
atau keluarga memanggil, tes wiber dan rinne (+), tidak ada
nyeri tekan, telinga bersih.
i. Dada/thorak
Bentuk dada simetris, suara nafas vesikuler, pola nafas teratur,
pergerakan dada simetris kiri dan kanan, S1 dan S2 tidak ada
suara tambahan.
j. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada kembung, tidak terdapat
nyeri tekan, kebersihan kulit terjaga, turgor kulit < 3 detik,

17
bising usus 12x/menit.
k. Genitourania
Berjenis kelamin laki-laki, tidak terdapat lesi, tidak ada nyeri.
l. Ekstremitas atas dan bawah
Bentuk simetris kiri dan kanan, jumlah jari lengkap, CRT < 2
detik, terdapat refleks plantar, kekuatan otot ektremitas atas
5/5, ekstremitas nawah 5/5.
6. Data psikologi anak
Klien dapat memberikan respon tersenyum atau menangis kepada
perawat atau keluarganya.
7. Pemeriksaan penunjang
Tanggal/hari Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Senin, 16/6/2014 HB 12,2 Gr% L : 13 – 16
Leukosit 13.200 mm3 4.000 – 11.000
Trombosit 324.000 mm3 150.000 – 400.000
Hemaktrokit 36% 40 – 45

8. Pengobatan / therapy
WIDA 2A 16 tpm Paracetamol 3 x 1 via oral Diazepam 2,7 mg via
IV digunakan bila anak kejang Cefotaxime 2 x 66 mg via IV

Diagnosa Keperawatan

18
3.3 Intervensi Keperawatan

3.4 Implementasi

3.5 Evaluasi

BAB IV
PENUTUP

19
H. Kesimpulan
Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal, yaitu diatas
37,2°C (99,5°F) sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di area
preoptik hipotalamus anterior yang dipengaruhi oleh interleukin-1(IL -1).
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan noninfeksi berinteraksi
dengan mekanisme pertahanan hospes. Dimana mekanisme tersebut
menyebabkan perubahan pengaturan homeostatik suhu normal pada
hipotalamus yang dapat disebabkan antaralain oleh infeksi, vaksin, agen
biologis, jejas jaringan, keganasan, obat/obatan, gangguan imunologik -
reumatologik, penyakit peradangan, penyakit granulomatosis, ganggguan
endokrin, ganggguan metabolik, dan bentuk - bentuk yang belum
diketahui atau kurang dimengerti.
Jalur akhir penyebab demam yang paling sering adalah adanya pirogen,
yang kemudiansecara langsung mengubah “set-point” di hipotalamus,
menghasilkan pembentukan panas dankonversi panas. Pirogen adalah
suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat jenis pirogenyaitu pirogen
eksogen dan pirogen endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh
yaitu pirogen mikrobial dan pirogen non/mikrobial.

B. Saran
Saran penulis untuk makalah ini adalah agar supaya mahasiswa
keperawatan dapat memahami dan mampu membuat asuhan keperawatan
klien dengan Delirium.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://riezkhyamalia.wordpress.com/2013/11/27/laporan-pendahuluan-
demam-febris

http://artikelkesehatananak.com/pemeriksaan-penunjang-pada-demam.html

http://thousands-fortuna.artikel keperawatan.com/2011/06/demam.html

21

Anda mungkin juga menyukai