Disusun Oleh
Kelompok VI
2022/2023
KATA PENGANTAR
Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Dan penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan kritik
yang membangun dengan sangat terbuka kami terima untuk meningkatkan kualitas dari
makalah ini.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
BAB I ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Bab II .................................................................................................................... 3
Pembahasan ......................................................................................................... 3
Penutup ................................................................................................................ 9
A. Kesimpulan .............................................................................................. 9
B. Saran ........................................................................................................ 9
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 10
iii
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Demam adalah kondisi klinis yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas
batasan normal, yaitu di atas 37,2°C (99°F). Ini adalah gejala umum yang muncul sebagai
respons tubuh terhadap berbagai kondisi, termasuk infeksi, peradangan, atau penyakit lainnya.
Demam sering dianggap sebagai indikator bahwa ada proses patologis yang sedang
berlangsung dalam tubuh, dan pengukuran suhu tubuh adalah cara untuk mengukur sejauh
mana tubuh sedang melawan kondisi tersebut.
Penanganan demam memiliki beberapa tujuan utama. Pertama, tujuan utamanya adalah
untuk menurunkan suhu tubuh pasien kembali ke dalam batasan normal sehingga pasien
merasa lebih nyaman. Prinsip-prinsip dalam penanganan demam mencakup memberikan
minuman yang cukup untuk mencegah dehidrasi, menjaga pasien dalam lingkungan bersuhu
normal, dan menggunakan obat-obatan yang dijual bebas di pasaran untuk menurunkan demam
pada orang dewasa. Prinsip lain termasuk menjaga kebersihan diri, terutama setelah bepergian
ke luar rumah, untuk mencegah penularan infeksi.
Pemeriksaan demam melibatkan berbagai metode, tergantung pada konteks klinis dan
penyebab yang mungkin. Ini mencakup pengukuran suhu tubuh dengan termometer,
pemeriksaan fisik oleh tenaga medis, serta pemeriksaan laboratorium seperti tes darah, tes urin,
tes kultur bakteri, dan tes PCR (Polymerase Chain Reaction). Metode pemeriksaan tersebut
bergantung pada gejala dan riwayat medis pasien serta dugaan penyebab demam.
Penulisan tentang definisi demam, tujuan dan prinsip penanganan demam, serta metode
pemeriksaan demam sangat penting. Demam adalah gejala yang sangat umum pada berbagai
penyakit, dan pemahaman tentang pengertian, tujuan, dan prinsip dalam penanganan demam
merupakan dasar bagi perawatan yang efektif. Metode pemeriksaan demam membantu dalam
diagnosis penyebabnya dan menentukan perawatan yang sesuai.
Selain itu, pengetahuan ini juga membantu dalam tindakan pencegahan penyakit,
pengobatan tepat waktu, dan menjaga kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, penulisan ini
memiliki nilai penting dalam memberikan pemahaman yang komprehensif tentang demam,
yang merupakan langkah awal dalam upaya mencegah, mengatasi, dan mengobati berbagai
kondisi medis yang mungkin menjadi penyebab demam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan definisi demam?
2. Apa saja tujuan dan prinsip demam?
3. Bagaimana metode pemeriksaan demam?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu demam
2. Untuk mengetahui apa saja tujuan dan prinsip demam
3. Untuk mengetahui metode pemeriksaan demam
2
Bab II
Pembahasan
A. Defenisi Demam
Demam adalah kondisi di mana suhu tubuh seseorang meningkat di atas suhu
normalnya, yaitu di atas 37,2°C. Demam seringkali merupakan respons tubuh terhadap
penyakit. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan demam meliputi anak-anak yang
lebih rentan, kontak dengan individu yang sedang sakit, konsumsi makanan atau minuman
yang terkontaminasi kuman, serta sistem kekebalan tubuh yang melemah. Demam dapat
muncul akibat berbagai kondisi, seperti infeksi virus, bakteri, atau parasit, reaksi setelah
imunisasi pada anak, atau efek samping obat-obatan tertentu.
Gejala yang sering menyertai demam meliputi sakit kepala, berkeringat, menggigil,
lemas, nyeri otot, dan hilang nafsu makan. Meskipun demam biasanya hanya menyebabkan
ketidaknyamanan dan dapat sembuh dengan sendirinya jika disebabkan oleh infeksi virus,
demam pada bayi harus ditangani dengan serius.
3
Dalam beberapa kasus, obat-obatan yang dijual bebas di pasaran seperti
parasetamol atau ibuprofen dapat digunakan untuk menurunkan demam pada orang
dewasa. Namun, dosis dan jenis obat yang tepat harus sesuai dengan rekomendasi
dokter atau petugas kesehatan (Ismoedijanto,2015).
4. Hindari Memberikan Aspirin pada Anak-anak:
Sangat penting untuk tidak memberikan aspirin kepada anak-anak yang
mengalami demam, karena hal ini dapat meningkatkan risiko sindrom Reye, suatu
kondisi serius yang dapat memengaruhi berbagai organ dalam tubuh anak.
5. Hindari Memandikan dengan Air Dingin:
Meskipun suhu tubuh meningkat, sebaiknya tidak memandikan pasien dengan
air dingin. Tindakan ini dapat memicu respons tubuh yang menyebabkan suhu tubuh
naik kembali. Sebaliknya, mandikan pasien dengan air hangat atau gunakan kain
lembap untuk meredakan panas.
Dalam penanganan demam pada anak-anak, perlu memperhatikan beberapa hal khusus.
Selain menghindari pemberian aspirin, penting untuk memberikan minuman yang cukup,
memantau suhu tubuh anak secara teratur, dan jika anak mengalami kejang demam, beberapa
langkah seperti membaringkan anak di sisi atau perutnya di lantai atau tanah, menghindari
benda tajam di sekitar anak, mengendurkan pakaiannya jika ketat, dan tidak mencoba
memasukkan apa pun ke dalam mulut anak atau menghentikan kejang harus diikuti. Ini adalah
langkah-langkah penting dalam penanganan demam pada anak-anak (Riswan,2012).
C. Metode Pemeriksaan
Tes Widal dan tes tipoid adalah dua metode yang umum digunakan untuk membantu
dalam diagnosis demam tifoid atau tipes. Berikut adalah penjelasan secara rinci tentang kedua
metode ini dan bagaimana mereka digunakan dalam diagnosis:
Tes Widal:
Tes Widal adalah salah satu metode yang digunakan untuk membantu mendiagnosis
dugaan demam tifoid atau tipes. Tes ini dilakukan dengan mengukur tingkat antibodi dalam
serum pasien melalui reaksi aglutinasi. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses tes
Widal:
4
Pasien harus menjalani proses pengambilan sampel darah. Darah diambil dari
pasien, dan serumnya diisolasi untuk analisis lebih lanjut.
2. Pengiriman ke Laboratorium:
Sampel darah yang diambil kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisis.
Di laboratorium, dilakukan serangkaian tes yang melibatkan reaksi antara serum pasien
dengan berbagai antigen Salmonella typhi dan paratyphi.
3. Pembacaan Hasil:
Hasil tes Widal akan menunjukkan tingkat aglutinasi yang terjadi. Hasil positif
dapat mendukung diagnosis demam tifoid, sedangkan hasil negatif menunjukkan
bahwa pasien mungkin tidak mengalami penyakit ini. Namun, tes Widal tidak spesifik
dan bisa menunjukkan hasil positif palsu, terutama di daerah di mana demam tifoid
endemis. Oleh karena itu, hasil tes Widal perlu ditafsirkan dengan hati-hati dan
digabungkan dengan gejala klinis dan riwayat pasien.
Tes Tipoid
Tes tipoid adalah metode pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan
bakteri Salmonella typhi dalam darah pasien. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses tes
tipoid:
1. Pengambilan Sampel Darah: Sama seperti dalam tes Widal, tes tipoid juga melibatkan
pengambilan sampel darah dari pasien.
2. Isolasi dan Kultur Bakteri: Sampel darah yang diambil digunakan untuk mengisolasi
bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini kemudian ditempatkan dalam media kultur khusus
untuk pertumbuhan.
3. Identifikasi Bakteri: Setelah bakteri tumbuh dalam media kultur, mereka diidentifikasi
menggunakan teknik laboratorium yang khusus. Deteksi bakteri ini dianggap sebagai
bukti yang lebih kuat dalam mendiagnosis demam tifoid dibandingkan dengan tes
Widal.
Meskipun tes tipoid dinilai lebih akurat dalam mendiagnosis demam tifoid, proses ini
memerlukan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih tinggi daripada tes Widal. Karena
itu, pemilihan metode pemeriksaan harus dipertimbangkan berdasarkan kondisi pasien, sumber
daya laboratorium, dan pertimbangan klinis.
Dalam kedua metode pemeriksaan ini, interpretasi hasil harus dilakukan oleh tenaga
medis yang berpengalaman dan selalu harus digabungkan dengan gejala klinis, riwayat pasien,
serta pertimbangan lain dalam mendiagnosis demam tifoid dengan akurat.
Selain tes Widal dan tes tipoid, terdapat beberapa metode pemeriksaan lain yang dapat
digunakan untuk mendiagnosis demam tifoid atau tipes. Berikut adalah penjelasan rinci tentang
dua metode pemeriksaan tambahan yang umum digunakan:
1. Kultur Darah
5
Metode kultur darah adalah salah satu metode yang dianggap paling akurat
untuk mendiagnosis demam tifoid. Prosesnya melibatkan pengambilan sampel darah
dari pasien dan menumbuhkan bakteri Salmonella typhi dalam media kultur khusus.
Berikut adalah tahap-tahap dalam metode kultur darah:
• Isolasi Bakteri:
Setelah sampel darah diambil, bakteri Salmonella typhi yang ada dalam darah
akan diisolasi dan ditempatkan dalam media kultur yang mendukung
pertumbuhannya.
• Pertumbuhan Bakteri:
Media kultur ini akan ditempatkan dalam kondisi yang sesuai untuk
pertumbuhan bakteri. Jika pasien mengidap demam tifoid, bakteri ini akan
berkembang dalam media tersebut.
• Identifikasi Bakteri:
Setelah bakteri tumbuh dalam media kultur, mereka akan diidentifikasi
menggunakan teknik laboratorium yang khusus. Deteksi langsung bakteri ini
dianggap sebagai bukti yang sangat kuat untuk mendiagnosis demam tifoid.
• Ekstraksi DNA:
DNA bakteri Salmonella typhi akan diekstraksi dari sampel darah pasien. Ini
melibatkan pemisahan DNA bakteri dari bahan biologis lainnya.
6
Melalui proses PCR, DNA bakteri akan diperbanyak secara signifikan. Teknik
ini memungkinkan deteksi keberadaan DNA bakteri dengan sangat sensitif dan
spesifik.
• Interpretasi Hasil:
Hasil tes PCR akan menunjukkan keberadaan DNA Salmonella typhi. Jika
DNA ini terdeteksi, itu merupakan indikasi kuat adanya infeksi demam tifoid.
Meskipun tes PCR dianggap sebagai salah satu metode paling sensitif dan spesifik
untuk mendiagnosis demam tifoid, ia sering memerlukan fasilitas laboratorium yang lebih
canggih dan mahal. Di sisi lain, metode kultur darah masih dianggap sebagai metode paling
akurat dalam mendiagnosis demam tifoid, tetapi dapat memakan waktu lebih lama. Pilihan
metode pemeriksaan harus dipertimbangkan berdasarkan sumber daya laboratorium, gejala
klinis pasien, dan pertimbangan klinis lainnya untuk memastikan diagnosis yang akurat
((WHO2023).
Cara menangani demam tifoid atau tipes melibatkan berbagai tindakan medis dan
perawatan untuk membantu pasien pulih dan mengatasi infeksi bakteri Salmonella typhi.
Berikut adalah rincian tentang cara menangani demam tifoid:
Demam tifoid seringkali disertai dengan gejala seperti diare dan muntah, yang dapat
menyebabkan dehidrasi. Penting untuk memberikan pasien minuman yang cukup, seperti air,
larutan oralit, atau cairan elektrolit, untuk mencegah dehidrasi.
Menjaga pasien dalam lingkungan dengan suhu yang nyaman dan bersuhu normal akan
membantu menjaga kenyamanan dan pemulihan pasien. Demam tifoid bisa meningkatkan suhu
tubuh pasien, sehingga tempat yang tidak terlalu panas atau dingin sangat penting.
Untuk mengatasi gejala demam, seperti suhu tubuh yang tinggi, orang dewasa dapat
menggunakan obat-obatan yang dijual bebas, seperti parasetamol atau ibuprofen. Namun,
penggunaan obat-obatan harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan dan dengan
petunjuk dari dokter.
7
Sangat penting untuk tidak memberikan aspirin kepada anak-anak yang mengalami
demam tifoid. Penggunaan aspirin pada anak dapat meningkatkan risiko sindrom Reye, suatu
kondisi serius yang dapat memengaruhi berbagai organ dalam tubuh anak.
Meskipun suhu tubuh pasien dapat meningkat, sebaiknya tidak memandikan pasien
dengan air dingin. Tindakan ini dapat memicu respons tubuh yang menyebabkan suhu tubuh
naik kembali. Sebaliknya, mandikan pasien dengan air hangat atau gunakan kain lembap untuk
meredakan panas.
Istirahat yang cukup sangat penting untuk membantu tubuh pulih dari infeksi. Selain
itu, menjaga kebersihan diri, terutama setelah bepergian ke luar rumah, dapat membantu
mencegah penyebaran infeksi ke orang lain.
Selain tindakan medis di atas, dalam rangka mencegah terjadinya demam tifoid atau tipes,
penting untuk melakukan tindakan pencegahan. Ini mencakup mencuci tangan secara teratur
dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak dari orang yang sedang sakit, dan menjaga
kebersihan lingkungan. Selain itu, vaksin tifoid juga dapat diberikan sebagai tindakan
pencegahan untuk mengurangi risiko terkena penyakit tifoid (Prawirohardjo, 2015).
8
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Definisi demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas batasan normal, yang seringkali
menjadi gejala awal dari berbagai kondisi klinis. Tujuan utama dalam menangani demam
adalah menurunkan suhu tubuh dan mengatasi penyebabnya, dengan prinsip-prinsip meliputi
pemberian minuman yang cukup untuk mencegah dehidrasi, menjaga pasien dalam lingkungan
bersuhu normal, serta menggunakan obat-obatan yang sesuai. Metode pemeriksaan demam
sangat beragam, mulai dari pengukuran suhu tubuh hingga pemeriksaan laboratorium yang
lebih canggih seperti tes darah, urinalisis, dan tes PCR. Penulisan ini penting karena
pengetahuan ini merupakan dasar untuk diagnosis yang akurat, perawatan yang efektif, serta
tindakan pencegahan penyakit yang berkaitan dengan demam. Dengan pemahaman yang
mendalam tentang demam, tenaga medis dapat memberikan perawatan yang lebih baik,
sementara masyarakat dapat teredukasi mengenai tindakan pencegahan dan perawatan diri
yang tepat.
B. Saran
Penyusunan makalah ini hanya seorang manusia yang memiliki keterbatasan ilmunya,
yang hanya mengandalkan buku referensi dan rujukan yang telah ada. Oleh karena itu para
pembaca, penyusun makalah ini menyarankan agar membaca makalah ini untuk mendalami
“Pemeriksaan Hematologi Dengan Definisi Demam” Penyusun berharap setelah membaca ini
pembaca juga membaca sumber-sumber yang lain agar menambah referensi yang kuat.
9
Daftar Pustaka
Ismoedijanto, S. (2016). Demam pada anak. Dalam S. Ismoedijanto, Buku ajar pediatri, jilid 1
(hal. 30-33). Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Prawirohardjo, S. (2015). Demam. Dalam S. Prawirohardjo, Ilmu kebidanan, jilid 2 (hal. 126-
128). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Riswan, A., & Utami, S. D. (2012). Demam pada anak. Dalam A. Riswan, & S. D. Utami,
Buku ajar pediatri (hal. 30-33). Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2008). Buku ajar keperawatan medikal-bedah (vol. 1, edisi 11).
Jakarta: EGC.
10