Anda di halaman 1dari 20

HYPERTERMI DAN HIPOTERMI

DISUSUN OLEH :

Mifta magfira S.Rakama N21021092


Fitra Inayah N21021093

UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS


KEDOKTERAN
PRODI DII KEPERAWATAN

2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “HYPERTERMI DAN HIPOTERMI ”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah
Keprawatan Medikal Bedah II. Dalam penulisan makalah ini juga, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi, karena kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat tuntunan-Nya dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi dapat teratasi.

Untuk itu dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang telah bersedia membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Selain itu kami juga mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Palu, 6 FEBRUARY 2023

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Tujuan..............................................................................................................................2

C. Ruang Lingkup................................................................................................................2

D. Metode penulisan.............................................................................................................2

E. Sistematika penulisan......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian........................................................................................................................4

B. Etiologi ............................................................................................................................4

C. Patofisiologi.....................................................................................................................5

D. Tanda dan Gejala.............................................................................................................7

E. Komplikasi ......................................................................................................................8

F. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................8

G. Penatalaksanaan.............................................................................................................9

H. Asuhan Keperawatan.....................................................................................................7

I. Patwey.............................................................................................................................7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................19

3.2 Saran...............................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................21
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran yang paling sering dilakukan adalah pengukuran suhu, nadi,
tekanan darah, frekuensi pernafasan, dan saturasi oksigen. Sebagai indikator
dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi,
respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Karena sangat penting maka
disebut tanda vital. Banyak faktor seperti suhu lingkungan, latihan fisik, dan
efek sakit yang menyebabkan perubahan tanda vital, kadang-kadang di luar
batas normal. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Untuk
mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan
regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan
balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipothalamus.
Hipothalamus ini dikenal sebagai thermostat di bawah otak. Thermostat
hipothalamus memiliki semacam titik kontrol yang disesuaikan untuk
mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun sampai di bawah atau
naik sampai di titik ini, maka pusat akan memulai impuls untuk menahan
panas atau meningkatkan pengeluaran panas.
Dalam pengaturan suhu tubuh, makhluk hidup harus mengatur panas yang
diterima atau yang hilang ke lingkungan. Makhluk butuh suhu lingkungan
yang cocok, agar metabolisme dalam tubuh berjalan normal. Jika suhu
lingkungan terlalu rendah ia harus mengeluarkan energi lebih besar daripada
biasanya berupa panas. Enzim bekerja dalam suhu optimum. Kalau suhu
rendah enzim tak bisa bekerja, dan hal ini dapat menyebabkan metabolisme
terganggu. Mengingat pentingnya keseimbangan suhu tubuh bagi manusia,
maka kelompok tertarik untuk membahas makalah tentang ”gangguan
keseimbangan suhu tubuh (hipertermi dan hipotermi).

1
2

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa/i keperawatan
dapat mengetahui dan memahami tentang masalah keperawatan pada
klien dengan gangguan kebutuhan keseimbangan suhu tubuh akibat
patologis sistem tubuh (Hipertermi & Hipotermi).
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini diharapkan
mahasiswa/I mampu memahami dan menjelaskan :
a. Pengertian hipertermi dan hipotermi
b. Etiologi hipertermi dan hipotermi
c. Patofisiologi dan patoflow
d. Tanda dan gejala hipertermi dan hipotermi
e. Komplikasi hipertermi dan hipotermi
f. Pemeriksaan penunjang
g. Penatalaksanaan medik
h. Asuhan keperawatan masalah pada gangguan keseimbangan suhu
tubuh

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pembuatan makalah ini hanya membahas tentang
masalah keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan keseimbangan
suhu tubuh akibat patologis sistem tubuh (Hipertermi & Hipotermi).

D. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini kelompok menggunakan metode kepustakaan


dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan masalah
keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan keseimbangan suhu
tubuh akibat patologis sistem tubuh (Hipertermi & Hipotermi).
3

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari BAB I : Pendahuluan yang
meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan
dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan teori yang meliputi pengertian,
etiologi, patofisiologi, tanda & gejala, komplikasi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan medis, asuhan keperawatan dan BAB III : Penutup yang
meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
1. Hipertermi
Hipertermi adalah keadaan ketika suhu inti tubuh lebih dari 39 oC.
(Baradero, 2009)
Hipertermi adalah situasi ketika suhu tubuh melebihi set point, yang
biasanya terjadi akibat kondisi tubuh/ kondisi eksternal yang menciptakan
lebih banyak panas dari yang dapat dihilangkan tubuh, seperti heatstroke,
toksisitas, kejang, atau hipertiroidisme. (Wong, 2009)
Hipertermia adalah kenaikan suhu tubuh melebihi set point hipotalamus.
(Davey, 2006)

2. Hipotermi
Hipotermi adalah penurunan suhu basal tubuh dibawah 35 oC. (Bilotta,
2009).
Hipotermi yaitu diakibatkan oleh lepasnya panas karena konduksi,
konveksi, radiasi, atau transpirasi. Local cold injury dan frostbite timbul
karena terjadi hipotermia karena penurunan vikositas darah dan kerusakan
intraseluler (intracellular injury). (Sudoyo, 2009)

B. Etiologi
1. Hipertermi
Menurut potter dan petty,(2005) etiologi hipertermi adalah:
a. Kehilangan cairan elektrolit
b. Penyakit atau trauma pada hipotalamus
c. Infeksi virus

4
5

Munurut Davey,(2006) Selain infeksi, peyebab hipertermia yang penting


yang harus dibedakan dari demam adalah :
a. Sidrom keganasan neuroleptik suatu reaksi idiosinkrasi terhadap obat
anti psikotik yang jarang terjadi, dipicu oleh penyakit yang interkuren
atau dehidrasi, ditandai oleh demam tinggi, pegal-pegal otot, delirium
dan instabilitas otonom yang jelas.
b. Hipertermia maligna pada anastesia
Terjadi pada orang dengan predisposisi genetic yang diberi anastesi
suksametonium atau halotan dan berhubungan dengan gangguan
pelepasan kalsium dari reticulum sarkoplasma. Saat terjadi serangan,
terjadi aritmia jantung dan kenaikan suhu pusat dengan cepat disertai
kekakuan otot, yang menyebabkan koma, asidosis metabolic yang
berat dan kolaps sirkulasi.
c. Kelainan serebrovaskular.
d. Ensefalitis.

2. Hipotermi
Menurut Bilotta (2009), etiologi hipotermi yaitu:
Terganggunya pengaturan suhu tubuh melalui perubahan produksi panas,
konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi, atau respirasi. Contoh:
a. Nyaris tenggelam di air yang sangat dingin
b. Pemajanan terhadap suhu yang dingin dan lama
c. Pemberian produk darah
d. Proses penyakit

C. Patofisiologi
1. Hipertermi
Hipertermi disebabkan karena adanya vasodilatif (pelebaran pembuluh
darah) aktif pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah melalui
kulit lengan bawah dan batang tubuh bertambah tiga kali lipat sehingga
menyebabkan suhu tubuh akan meningkat atau berlebih. Hal ini
menyebabkan jumlah implus simpatis sangat berkurang anatomis tersebut
berdilatasi dan memungkinkan jumlah besar darah hangat mengalir
kedalam fleksus verosus sehingga mengakibatkan peningkatan
8

pengeluaran panas dari dalam tubuh. Pusat pengatur suhu tubuh terletak
di hipotalamus dimana terdapat suatu pusat kecil yang mengatur suhu
tubuh yang disebut preoptik hipotalamus anterior. Pemanasan daerah ini
menyebabkan vasodilatif atau vasokontriksi pembuluh darah tubuh.
Pada hipertermi, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang
disebabkan oleh peningkatan suhu inti tubuh secara berlebih sehingga
terjadi kegagalan mekanisme pelepasan panas. Hipertermi anatara lain
dijumpai pada heat stroke (tersengat panasnya udara lingkungan),
aktivitas fisik yang berlebih pada cuaca panas serta dikarenakan efek dari
beberapa jenis obat-obatan seperti ekstasi.

2. Hipotermi
Tubuh menggigil adalah suatu respon potensial dan merupakan kegiatan
involunter dari otot-otot skeletal yang dicetuskan oleh hipotalamus untuk
memproduksi panas. Dengan menggigil, tonus otot meningkat sehingga
menghasilkan panas dan kebutuhan akan oksigen juga meningkat sekitar
300-400%. Peningkatan kebutuhan oksigen akan meningkatkan
kecepatan metabolik sekitar 50-100% dan menambah beban pada
miokardium. Bagi pasien yang sudah mengalami penyakit arteri koroner,
menggigil bisa mengakibatkan dekompensasi kordis. Eliminasi obat
untuk relaksasi otot bisa menjadi lebih lama apabila pasien mengalami
hipotermia. Hipotermia juga mempengaruhi koagulasi darah, fibrinolisis
meningkat dan kegiatan trombosit menurun. Keadaan ini bisa
mengakibatkan perdarahan. Vasokontriksi bisa juga terjadi dengan
hipotermia yang kemudian diikuti dengan vasodilatasi ketika tubuh mulai
menghangat kembali. Pasien ini memerlukan lebih banyak cairan ketika
tubuh mulai menjadi hangat kembali untuk menghindari hipovolemia.

D. Manifestasi Klinis
1. Hipertermi
a. Suhu badan tinggi (>37,50C)
b. Terasa kehausan
c. Mulut kering
d. Kedinginan, lemas
8

e. Anoreksia (tidak selera makan)


f. Nadi cepat
g. Pernapasan cepat (>60x/menit)
h. Turgor kulit kering

2. Hipotermi
Menurut Elizabeth J. Corwin (2009):
a. Rasa baal/ kesemutan di kulit atau ekstremitas
b. Kulit pucat dan kebiruan serta dingin apabila diraba
c. Menggigil pada awalnya; kemudian kaku pada kondisi yang memburu
d. Penurunan tingkat kesadaran, mengantuk, dan konvusi.
Menurut Bilotta (2009) manifestasi klinis hipotermi antara lain:
a. Kulit dingin
b. Sianosis
c. Hipotensi
d. Menggigil
e. Konvusi
f. Oliguria
g. Keletihan

E. Komplikasi
1. Hipertermi
a. Heat cramps
Merupakan spasme dari otot-otot volunter akibat dari kekurangan
elektrolit. Kedua-duanya garam dan air hilang melalui keringat.
Pasien dengan heat cramps biasanya mengganti air yang hilang
dengan minum, tetapi tidak mengganti garam yang hilang.
Pengobatan pada pasien dengan heat cramps adalah:
1) Letakkan pasien pada tempat yang sejuk.
2) Berikan cairan pengganti NaCl peroral dengan minuman yang
mengandung kadar garam tinggi secara IV dengan larutan garam
faal.
8

b. Heat exhaustion
Merupakan kehilangan garam dan air; dengan salah satu
kehilangannya lebih dominan. Gejala-gejala meliputi sakit kepala,
nausea, pusing, dan gangguan penglihatan. Pasien dapat mengalami
demam sampai 102°F tetapi berkeringat.
c. Heat stroke
Merupakan hipertermi yang hebat (di atas 41°C atau 106°F) dengan
kehilangan kemampuan regulasi panas. Gejala-gejala meliputi
keadaan bingung, koma dan serangan kejang. Kelelahan dari fungsi
regulasi hipotalamik dan atau kelenjar keringat yang menimbulkan
kehilangan kemampuan pengeluaran panas, karena si pasien tidak
berkeringat. Oleh karena itu, kulitnya hangat dan kering. Komplikasi
dapat meliputi kerusakan hipertermik dari otak, hepar, ginjal, jantung,
dan jaringan lainnya.

2. Hipotermi
Menurut Bilotta (2009):
a. Gangguan koagulasi yang serius
b. Gagal ginjal
c. Atritmia jantung
d. Henti jantung dan napas
Menurut Elizabeth J. Corwin (2009) komplikasi hipotermi antara lain:
a. Pembekuan darah, yang ditandai oleh nyeri dan penurunan denyut
nadi dibagian bawah bekuan. Apabila aliran darah tidak adekuat untuk
waktu yang lama, maka dapat terjadi ganggren.
b. Frostbite (cedera jaringan akibat terpajan pada suhu yang sangat
dingin)
c. Disritmia ventrikel

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Davey, ( 2006) pemeriksaan penunjang hipotermi dan hepertermi
adalah:
1. Kultur (urine, darah, luka, sputum)
8

Untuk mengidentifikasi organisme penyebab demam/radang. Dan untuk


menentukan obat yang efektif.
2. Hitung darah lengkap (sel darah putih, CRP, LED)
Leucopenia (penurunan SDP) sebelumnya dan leukositosis.
3. Elektrolit Serum
Ketidak seimbangan elektrolit adalah asidosis, perpindahan cairan,
perubahan fungsi ginjal.
4. Foto thoraks
5. Diagnosis dan aspirasi untuk dugaan abses dengan panduan USG/CT
Scan.

G. Penatalaksanaan
Menurut Corwin,(2009) penatalaksanaa hipotermi dan hipertermi antara lain:
1. Hipertermi
a. Antibiotik
b. Antipiretik
c. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis untuk
membantu mempermudah penguapan panas
d. Memberikan banyak minum pada klien untuk mencegah terjadinya
dehidrasi sewaktu panas.
e. Meminta klien untuk banyak istirahat agar dapat meminimalisir
produksi panas yang di produksi oleh tubuh.
f. Memberikan kompres air hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti
ketiak, lipatan paha, dan leher bagian belakang. Hal ini dilakukan
untuk mempercepat dalam penurunan produksi panas.
9

2. Hipotermi
a. Segera bawa ke rumah sakit untuk penghangatan aktif. Setiap
penderita yang tampak mati akibat hipotermia perlu di evaluasi di
fasilitas medis dan diberi penghangatan sapai suhu 32 derajat Celsius
sebelum dinyatakan mati.
b. Selama pemindahan ke fasilitas klinis, pakaian basah yang dikenakan
pasien harus dilepas dan pasien diberi selimut. Penghangatan aktif
diberikan sampai pasien berada di fasilitas medis. Udara atau oksigen
lembab hangat dapat diberikan selama perjalanan ke fasilitas medis
c. Mungkin dibutuhkan obat-obatan, untuk melisiskan bekuan darah.
Untuk ganggren, diperlukan antibiotic dan mungkin amputasi.
d. Resusitasi jantung paru dapat diberikan apabila pasien mengalami
fibrilasi ventrikel.
e. Pasien dengan hipotermi sedang dapat diatasi dengan penghangatan
pasif dengan cara memindahkan dari lingkungan dingin dan
menggunakan selimut kolasi. Sedangkan pasien dengan hipotermi
berat, sebaiknya dipantau dengan pulse oxymetri.
f. Perhatikan jalan napas, pernapasan dan jantung. Bila tidak ada
gangguan kardiovaskuler, penghangatan aktif eksternal dapat
diterapkan (radiasi panas, selimut hangat, immersi air hangat dan
obyek yang dihangatkan) dengan cairan hangat IV dan oksigen yang
dihangatkan.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: malaise
b. Sirkulasi
Tanda: tekanan darah normal, denyut perifer kuat, cepat (perifer
hiperdinamik), lemah/hilang/takikardia ekstreme (syok), suara jantung
disritmia (disfungsi miokard) efek asidosis/tidak ada keseimbangan
elektrolit.
c. Eliminasi
Gejala: diare.
9

d. Makanan/cairan
Gejala: anoreksia, mual, muntah
Tanda: penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan.
e. Neurosensorik
Gejala: sakit kepala, pusing, pingsan, penrunan kesadaran.
Tanda: gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi.
f. Nyaman/nyeri
Gejala: kejang abdominal, lokalisasi, rasa sakit, urtikaria/pruritas
umum.
g. Pernapasan
Gejala: takipnea, dengan penurunan dengan kedalaman pernapasan.
Tanda: suhu meningkat, menggigil.
h. Seksualitas
Gejala: pruritas perianal, baru saja aborsi.
Tanda: laserasi vulva, secret vagina.

2. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, dehidrasi,
peningkatan metabolisme.
b. Hipotermi berhubungan dengan penurunan laju metabolisme,
penyakit, pemajanan lingkungan yang dingin.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake
yang kurang dan diaporesis.
d. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
10

3. Intervensi keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, dehidrasi,
peningkatan metabolisme.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu
tubuh dapat kembali normal.
Kriteria hasil: suhu tubuh dalam rentang normal 36°C-37°C, nadi dan
RR dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna kulit, dan tidak
ada pusing.
Intervensi:
1) Monitor suhu sesering mungkin .
2) Monitor tekanan darah, nadi dan RR.
3) Monitor warna dan suhu kulit.
4) Monitor penurunan tingkat kesadaran.
5) Monitor intake dan output.
6) Anjurkan klien untuk banyak minum air putih.
7) Berikan kompres pada lipat paha dan aksila klien.
8) Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena dan antipiretik.

b. Hipotermi berhubungan dengan penurunan laju metabolisme,


penyakit,pemajanan lingkungan yang dingin.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu
tubuh dapat kembali normal
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam rentang normal, nadi dan
pernapasan dalam rentang normal.
Intervensi :
1) Monitor tekanan darah, nadi, dan pernapasan.
2) Monitor suhu minimal tiap 2 jam
3) Kaji gejala hipotermi (perubahan warna kulit, menggigil,
kelelahan, kelemahan, dan bicara yang bergumam).
4) Selimuti klien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh.
12

c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang


kurang dan diaporesis.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cairan
dapat seimbang.
Kriteria hasil: mempertahankan urine output, tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab.
Intervensi:
1) Monitor status dehidrasi (kelembapan membran mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik)
2) Monitor tanda-tanda vital
3) Monitor asupan makanan atau cairan dan hitung intake kalori
harian.
4) Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas perhari.
5) Kolaborasi pemberian cairan IV

d. Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko
injuri tidak terjadi.
Kriteria hasil: klien terbebas dari cidera, klien mampu menjelaskan
faktor resiko dari lingkungan atau perilaku personal, mampu
memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury, menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada, mampu mengenali perubahan status
kesehatan.
Intervensi:
1) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.
2) Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi
fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu
pasien.
3) Hindari lingkungan yang berbahaya misalnya memindahkan
perabotan.
4) Sediakan tempat tidur yang aman dan bersih.

I. patwey
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pusat pengaturan suhu tubuh terletak di hipotalamus anterior dimana terdapat
suatu pusat kecil yang mengatur suhu tubuh. Masalah gangguan
keseimbangan suhu tubuh secara patologi dapat terjadi seperti hipertermi dan
hipotermi. Hipertermi adalah keadaan ketika suhu inti tubuh lebih dari 39 oC.
Pada hipertermi terjadi kenaikan suhu tubuhyang tinggi yang biasanya dapat
disebabkan oleh infeksi virus (peradangan), penyakit atau trauma hipotalamus
dan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga dapat menyebabkan
peningkatan suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi kegagalan
mekanisme pelepasan panas. Tanda dan gejala yang timbul pada hipertermi
biasanya suhu badan tinggi > 37,5 derajat celcius, turgor kulit kering, terasa
kehausan, mulut kering, nadi cepat, pernapasan cepat, dan anoreksia.
Hipertermi dapat menimbulkan komplikasi biasanya seperti heat cramps, heat
exhaustion, dan heat stroke. Dalam pengobatan medis hipertermi dapat diatasi
dengan antibiotik dan antipiretik.
Sedangkan Hipotermi adalah penurunan suhu basal tubuh dibawah 35 oC,
diakibatkan oleh lepasnya panas karena konduksi, konveksi, radiasi, atau
transpirasi. Penyebabnya bisa terjadi karena pemajanan terhadap suhu yang
dingin dan lama, pemberian produk darah dan proses penyakit. Tanda dan
gejala yang ditimbulkan pada hipotermi antara lain kulit dingin, sianosis,
hipotensi, konvusi, oliguria, keletihan, dan menggigil. Tubuh menggigil
adalah suatu respon potensial dan merupakan kegiatan involunter dari otot-
otot skeletal yang dicetuskan oleh hipotalamus untuk memproduksi panas.
Dengan menggigil, tonus otot meningkat sehingga menghasilkan panas dan
kebutuhan akan oksigen juga meningkat sekitar 300-400%. Hipotermia dapat

13
14

mengakibatkan komplikasi gangguan koagulasi yang serius, gagal ginjal,


aritmia jantung, serta henti jantung dan napas.

B. Saran
Diharapkan dalam penyusunan makalah ini kelompok menyarankan kepada
mahasiswa/i keperawatan dan profesi keperawatan.
1. Mahasiswa/i
Diharapakan kepada mahasiswa/i keperawatan dalam penyusunan
makalah ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembelajaran, mengingat
kelompok dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna karena
dengan semakin maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan untuk
diharapkan pula dapat dikembangkan kembali dalam penyusunan
makalah berikutnya.

2. Perawat
Diharapkan kepada perawat dalam penyusunan makalah ini dapat
digunakan sebagai rujukan dalam tugas utama perawat yaitu memberi
asuhan keperawatan terutama terhadap pasien dengan masalah
keperawatan dengan gangguan keseimbangan suhu tubuh (hipertermi dan
hipotermi).
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2009. Prinsip dan Praktik Keperawatan Perioperatif . Jakarta :


EGC.

Billota, Kimberly A.J. 2014. Kapita Selekta Penyakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Davey, Patrick. 2006. Medicine At a Glance. Jakarta: PT Gelora Pratama.

Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Exa Widyaningsih.2020. Hipertermi & Hipotermi. IDOCPUB di ambil dari buku

Anda mungkin juga menyukai