Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB II)

“HIPERTERMI”

OLEH :

KELOMPOK 10

1. Aulia Hamiyatul Fitri (P07120118054)


2. Ilham Khoirul Andianto (P07120118063)
3. Susi Mariyati (P07120118088)
4. Yogi Saputra (P07120118092)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul
“Hipertermi” ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah di tentukan.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan
serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi
kesempurnaan penyusun ke depannya.
Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan,
arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
kami penyusunnya.

Mataram, 11 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................................. ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 3
C. Tujuan Penyusun...................................................................................... 3

BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Penyakit...........................................................................................4
A. Definisi.....................................................................................................4
B. Etiologi.....................................................................................................5
C. Manifestasi klinis.....................................................................................6
D. Pathway....................................................................................................7
E. Komplikasi...............................................................................................8
F. Penatalaksanaan....................................................................................... 9
2. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................................10
A. Pengkajian................................................................................................10
B. Diagnosa..................................................................................................15
C. Intervensi..................................................................................................16
D. Implementasi............................................................................................18
E. Evaluasi....................................................................................................20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................22
B. Saran .......................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................23

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan pada anak merupakan salah satu masalah yang banyak
terjadi dalam bidang kesehatan. Dalam profil pengendalian penyakit di
Amerika Serikat melaporkan ada sekitar dua pertiga anak yang
mendapatkan bantuan penyediaan perawatan kesehatan atas alasan kondisi
febris akut dalam dua tahun pertama kehidupannya. Sebagian besar
kondisi febris yang terjadi pada bayi dan anak sembuh tanpa terapi spesifik
(Rudolph, 2006)
Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus para ibu,
terlebih pada saat pergantian musim yang umumnya disertai dengan
berkembangnya berbagai penyakit. Berbagai penyakit itu biasanya makin
mewabah pada musim peralihan, baik dari musim kemarau ke penghujan
begitu sebaliknya. Terjadinya perubahan cuaca memepengaruhi perubahan
kondisi kesehatan anak, kondisi anak dari sehat ke sakit mengakibatkan
tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu yang biasanya di atas suhu tubuh
normal (Mohamad, 2011)
Demam merupakan pengeluaran panas yang tidak mampu untuk
mempertahankan pengeluaran kelebihan produksi panas yang
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal (Avin, 2007)
Panas atau demam kondisi dimana otak mematok suhu diatas
setting normal yaitu diatas 38oC. Namundemikian, panas yang
sesungguhnya adalah bila suhu lebih dari 38,5oC, dan dari meningkatnya
suhu tubuh dapat mengakibatkan produksi panas yang berlebih yaitu di
atas kisaran suhu tubuh normal (Purwanti, 2008)
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan bahwa jumlah
kasus demam diseluruh dunia mencapai 18-34 juta jiwa, anak merupakan
paling rentang terkena demam, walaupun gejala yang dialami anak lebih

1
ringan dari dewasa. Di hampir semua daerah, insiden demam banyak
terjadi pada anak usia 5-19 tahun (Suriadi, 2010)
Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak
disebabkan oleh virus, dan anak sembuh tanpa terapi spesifik (Rudolph,
2006)
Demam yang berhubungan dengan infeksi kurang lebih 29-52%,
sedangkan 11-20% dengan keganasan, 4% dengan penyakit metabolic, 11-
12% dengan penyakit lain (Avin 2007)
Menurut Purwanti (2008) demam dapat mengakibatkan dehidrasi
berat bahkan bisa meninggal karena pada saat demam, terjadi peningkatan
pengeluaran cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan dehidrasi serta
mengakibatkan kejang demam pada anak. Berdasarkan uraian di atas dapat
dilihat bahwa jika demam tidak segera ditangani bisa mengakibatkan hal
yang tidak diinginkan, sehingga perawat mempunyai peran penting dalam
mengatasi demam misalnya dengan melakukan tindakan keperawatan
secara mandiri dan pasien dengan demam juga memerlukan pemantauan
untuk menghindari halhal yang tidak diinginkan.
Penanganan pada pasien demam menurut Sukamto (2005) yaitu
dengan cara memakaikan baju yang nyaman, memberi obat penurun panas
jika suhu badan anak lebih dari 39oC, mengompres menggunakan air
hangat, menghindari membangunkan anak yang sedang tidur untuk
memberi obat karena tidur sangat dibutuhkan bagi anak untuk
mengumpulkan energi yang bertujuan untuk melawan infeksi. Pertolongan
pertama yang aman bisa dilakukan oleh ibu dirumah ketika anaknya
demam yaitu dengan cara kompres hangat untuk meurunkan suhu tubuh,
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mohamad, (2011)
yang menunjukan hasil bahwa kompres air hangat dapat menurunkan suhu
tubuh secara efektif. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka
perlu adanya pembahasan tentang demam dalam proses pemenuhan
kebutuhan termoregulasi.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi hipertermi?
2. Bagaimana etiologi hipertermi?
3. Apa manifestasi klinis hipertermi?
4. Bagaimana pathway hipertermi?
5. Apa komplikasi hipertermi?
6. Bagaimana penatalaksanaan hipertermi?

C. Tujuan Penyusun
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi hipertermi
2. Agar mahasiswa mengetahui etiologi hipertermi
3. Agar mahasiswa mengetahui manifestasi klinis hipertermi
4. Agar mahasiswa mengetahui pathway hipertermi
5. Agar mahasiswa mengetahui komplikasi hipertermi
6. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan hipertermi

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Penyakit

a. Definisi
1) Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau
berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus
lebih tinggi dari 370C (peroral) atau 38.80C (perrektal) karena
peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal (Linda Juall
Corpenito)
2) Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
(NANDA International 2009-2011)
3) Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari
jangkauan normal (Doenges Marilynn E.)

Mekanise kehilangan panas, antara lain :


1) Radiasi
Mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gel. Panas inframerah
(panjang gelombang 5 – 20 mm), tanpa adanya kontak langsung.
Mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%). Sebagian
besar energi pada gerakan ini dapat dipindahkan ke udara bila suhu udara
lebih dingin dari kulit
2) Konduksi
Perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda – benda yg
ada disekitar tubuh. Proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi
sangat kecil à sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas
tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus. Perpindahan langsung
dari badan ke obyek tanpa gerakan : kompres hangat

4
3) Evaporasi
Perpindahan panas dengan penguapan (cairan-gas). Selama suhu kulit
lebih tinggi dari suhu lingkungan maka panas akan hilang melalui radiasi
dan konduksi, tetapi ketika suhu lingkungan lebih tinggi suhu kulit, tubuh
melepaskan panas dengan evaporasi. 1 gram air yg mengalami evaporasi
dan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilo kalori. Kondisi tidak
berkeringat, evaporasi berlangsung 450 – 600 ml/hari à kehilangan panas
terus menerus dgn kec. 12 – 16 kalori/jam. Evaporasi tidak dapat
dikendalikan o/k terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus
melalui kulit & sistem pernafasan (IWL)
4) Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan.
Kehilangan panas melalui konveksi sekitar 15% melalui sirkulasi : kipas
angin

b. Etiologi
1) Dehidrasi
Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan
dengan trauma lahir dan obat-obatan
2) Infeksi oleh bacteria, virus atau protozoa.
Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat
peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada
suhu febris
3) Peningkatan produksi panas endogen
Peningkatan suhu tubuh juga dapat disebabkan oleh meningkatnya
produksi panas andogen (olahraga berat, hepertermia maligna, sindrom
neuroleptik, hipertiroiddisme) pengurangan kehilangan panas atau
terpajan lama pada lingkungan bersuhu tinggi( sengatan panas)

5
c. Manifestasi Klinis
1) Suhu tinggi 37.80C (1000F) peroral atau 38.80C (1010F)
2) Taki kardia
3) Kulit kemerahan
4) Hangat pada sentuhan
5) Menggigil
6) Dehidrasi
7) Kehilangan nafsu makan
Fase-fase terjadinya hipertermi, sebagai berikut :
a. Fase I: awal (dingin atau menggigil)
1) Peningkatan denyut jantung
2) Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan
3) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot
4) Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi
5) Merasakan sensasi dingin
6) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi
7) keringat berlebihan
8) Peningkatan suhu tubuh
b. Fase II: proses demam
1) Proses menggigil lenyap
2) Kulit terasa hangat / panas
3) Merasa tidak panas atau dingin
4) Peningkatan nadi dan laju pernafasan
5) Peningkatan rasa haus
6) Dehidrasi ringan hingga berat
7) Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf
8) Lesi mulut herpetik
9) Kehilangan nafsu makan (jika demam memanjang)
10) Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme
protein

6
c. Fase III: Pemulihan
1) Kulit tampak merah dan hangat
2) Berkeringat
3) Menggigil ringanKemungkinan mengalami dehidrasi

Pada mekanisme tubuh alamiah, demam yang terjadi dalam diri manusia
bermanfaat sebagai proses imun. Pada proses ini, terjadi pelepasan interleukin-1
yang akan mengaktifkan sel T. Suhu tinggi (demam) juga berfungsi meningkatkan
keaktifan (kerja) sel T dan B terhadap organisme pathogen. Namun konsekuensi
demam secara umum timbul segera setelah pembangkitan demam (peningkatan
suhu). Perubahan anatomis kulit dan metabolisme menimbulkan konsekuensi
berupa gangguan keseimbangan cairan tubuh, peningkatan metabolisme, juga
peningkatan kadar sisa metabolisme. Selain itu, pada keadaan tertentu demam
dapat mengaktifkan kejang.

d. Pathway hipertermi

Infeksi atau cedera jaringan



Inflamasi

Akumulasi monosit,
Makrofag, sel T helper dan fibroblas

Pelepasan pirogen endogen (sitokin)

Interleukin-1
Interleukin-6

Merangsang saraf vagus

7
Sinyal mencapai sistem saraf pusat


Pembentukan prostaglandin otak

Merangsang hipotalamus

Meningkatkan titik patokan suhu (sel point)


Menggigil, meningkatkan suhu basal

Hipertermi

e. Komplikasi

Pengaruh hipertermia terhadap sawar darah otak/ BBB adalah meningkatkan


permeabilitas BBB yang berakibat langsung baik secara partial maupun komplit
dalam terjadinya edema serebral (Ginsberg, et al, 1998). Selain itu hipertermia
meningkatkan metabolisme sehingga terjadi lactic acidosis yang mempercepat
kematian neuron (neuronal injury) dan menambah adanya edema serebral (Reith,
et al, 1996). Edema serebral (ADO Regional kurang dari 20 ml/ 100 gram/ menit)
ini mempengaruhi tekanan perfusi otak dan menghambat reperfusi adekuat dari
otak, dimana kita ketahui edema serebral memperbesar volume otak dan
meningkatkan resistensi serebral. Jika tekanan perfusi tidak cukup tinggi, aliran
darah otak akan menurun karena resistensi serebral meninggi. Apabila edema
serebral dapat diberantas dan tekanan perfusi bisa terpelihara pada tingkat yang
cukup tinggi, maka aliran darah otak dapat bertambah (Hucke, et al, 1991)

Dengan demikian daerah perbatasan lesi vaskuler itu bisa mendapat sirkulasi
kolateral yang cukup aktif, kemudian darah akan mengalir secara pasif ke tempat
iskemik oleh karena terdapatnya pembuluh darah yang berada dalam keadaan
vasoparalisis. Melalui mekanisme ini daerah iskemik sekeliling pusat yang

8
mungkin nekrotik (daerah penumbra) masih dapat diselamatkan, sehingga lesi
vaskuler dapat diperkecil sampai daerah pusat yang kecil saja yang tidak dapat
diselamatkan lagi/nekrotik (Hucke, et al, 1991)

f. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis yang diberikan yaitu:
a) Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofen.
2) Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu:
b) Beri pasien banyak minum. pasien menjadi lebih mudah dehidrasi pada
waktu menderita panas. Minum air membuat mereka merasa lebih baik
dan mencegah dehidrasi.
c) Beri psasien banyak istirahat, agar produksi panas yang diproduksi
tubuh seminimal mungkin.
d) Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan
paha, leher belakang.

9
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas pasien
1. Nama : An. F
2. Umur : 12 thn
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Peterongan Timur
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa : Jawa
7. Diagnosa medis : Febris
Identitas Penanggung Jawab
1. Nama : Ny. E
2. Umur : 33 thn
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Peterongan Timur
5. Pekerjaan : IRT
6. Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke RS Muhammadiyah Roemani diantar oleh
keluarganya pada tanggal 25 September 2016 dengan keluhan
Panas, mual dan Muntah, An F mengatakan panas dialami 2 hari
yang lalu sebelum masuk RS
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu klien mengatakan sebelumnya anaknya tidak pernah dirawat di
RS dengan keluhan yang sama yaitu demam, Klien tidak ada alergi
terhadap obat-obatan.

10
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatan di keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit yang sama seperti yang dialami pasien
c. Pengkajian kebutuhan dasar pasien
1. Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit kegiatan sehari-hari klien adalah sekolah dan juga
bermain selayaknya anak-anak lain seusianya. Saat dikaji klien
mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas lain seperti sekolah dan
juga bermain, klien tampak terbaring lemah di tempat tidur
2. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien tidur malam ± 9 jam dan tidur siang ± 2 jam.
Saat dikaji klien mengatakan tidur malam ± 7 jam karena klien
sering terbangun dimalam hari saat tidur
3. Kenyamanan dan nyeri
Ibu klien mngatakan anaknya sering merasa pusing dan sering kali
menangis apabila demam tinggi
4. Nutrisi
Sebelum sakit pola makan pasien bagus tapi saat di RS pasien tidak
nafsu makan, porsi yang di habisklan hanya ½ porsi yang
disediakan RS
5. Cairan dan elektrolit
Ibu pasien mengatakan saat sakit pola minum pasien baik,pasien
tampak muntah –muntah, ibu pasien mengatakan selama di RS
Anaknya muntah ±5x, turgor kulit elastic
6. Oksigenasi
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat sesak nafas
7. Eliminasi
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit dan saat dikaji BAK klien
masih baik dan nnormal

11
8. Eliminasi Bowel
Ibu klien mengatakan sebelum sakit dan saat di RS BAB klien
masih baik 1x sehari setiap pagi, warna cokelat kekuningan dan
bau khas
9. Sensori, persepsi dan kognitif
Ibu klien mengatakan anaknya tidak memiliki gangguan pada
sistem sensori, persepsi dan juga kognitif
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umun
Saat dilakukan pemeriksaan fisik di dapat hasil TTV
TD : 100/70 mm/Hg SB : 38,7ºC SpO2 : 97%
N : 97x/m RR: 26x/m BB : 27 kg
2. Kepala
Bentuk kepala mesocepal, tidak ada jejas, rambut hitam bersih, keadaan
mata konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik, hidung tidak tampak
adanya abses ataupun luka dan tidak ada pembesaran polip, keadaan
telinga tampak adanya serumen, semetris, tidak ada gangguan pada
pendengaran, keadaan mulut bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada
gigi berlubang, gigi kuning, keadaan mulut tampak kotor.
3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
4. Dada
a) Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi dada
Palpasi : teraba getar vokal fremitus
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler tidak ada suara nafas tambahan

12
b) Jantung
Palpasi : Tidak tampak Ictus cordis
Palpasi : Teraba Ictus Cordis
Perkusi : Redup
Auskultasi : S1 S2 reguler
c) Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak oedema ataupun luka
Auskultasi : Bising usus 20x/m
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
d) Ekstremitas
Atas : Terpasang Infus pada tangan kanan RL 10 tts/m,
akral hangat
Bawah : Tidak tampak oedema ataupun luka, akral teraba
hangat
e. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Pemeriksanaan Hasil Satuan Normal


Hematologi
Hemoglobin - Hb 14,9 gr/dL 13,2-15,5
Leukosit - Leukosit /mm3 3800-10600
41000
Hematokrit - Ht 42,3 % 31,0-45.0
Trombosit - Trombosit /mm3 150000-440000
171.000/mm3
Eritrosit - Eritrosit 5,59 uL 3,7-5,8%
jt/uL

f. Program Terapi

13
1. Ceftriaxone 2x1gr IV
2. Dexametason 2x1 amp IV
3. Pamol Oral 6x¾ tab bila panas
4. RL 10 tts/menit
g. Analisa Data

No Tgl/jam Data Problem Etiologi TTD


1 26-09- DS : Ibu klien Hipertermi Proses
2016/09. mengatakan Infeksi
00 anaknya masih
panas, mual dan
juga muntah 3x
DO :- Akral teraba
hangat, K/u sedang.
- SB 38ºC
- N 90x/m
- RR 24x/m
- SpO2 97%
- BB 27kg
- Hb 14,9
- Leukosit
41000/mm3
- Ht 42,3 %
- Trombosit
171.000/mm3
- Eritrosit 5,59 jt/uL
2 26-09- DS : Ibu klien Resiko Output
2016/09. mengatakan kekurangan yang
15 anaknya merasa volume berlebih
mual dan juga cairan (muntah-
muntah 3x muntah)
DO :- K/u sedang,klien

14
tampak lemas
- Tampak klien
memuntahkan
makan yang baru
di makan,
- Sementara
terpasang infus
cairan RL 10
tts/menit

2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan
meningkatnya suhu tubuh
2. Resiko kekurangan Volume cairan berhubungan dengan output berlebih
ditandai dengan sering mual dan juga muntah-muntah

3. Intervensi Keperawatan

15
NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1 hipertermi Setelah 1. Monitoring 1. Untuk mengetahui
berhubungan dilakukan suhu perkembangan pasien,
dengan tindakan sesering kompres hangat
proses infeksi keperawatan mungkin mampu menurunkan
3x24 jam suhu tubuh pasien
diharapkan agar kembali normal
suhu tubuh 2. Observasi 2. Mempertahankan
dalam TTV keseimbangan cairan
rentang tubuh dan mengganti
normal, cairan yang hilang
dengan akibat hipertermi
kriteria hasil : 3. Lakukan 3. Untuk mempercepat
-SB 36-37ºC kompres proses penguapan
-Akral teraba hangat panas
hangat 4. Anjurkan 4. Dengan pemberian
untuk obat tersebut dapat
memakai menetralkan panas
pakaian tubuh dan membantu
yang tipis antibody melawan
infeksi
5. Laksanakan 5. Merupakan
advis indikator dari
pemberian volume cairan
terapi cairan

2 Resiko Setelah 1. Monitoring 1. Memenuhi


kekurangan diberikan adanya kebutuhan cairan

16
volume tindakan mual tubuh dan
cairan keperawatan muntah mengganti cairan
berhubungan diharapkan yang hilang
dengan cairan dan 2. Pantau vital 2. Adanya perubahan
output elektrolit sign pola makan seperti
berlebih klien nafsu makan
(muntah- seimbang, berkurang akan
muntah) dengan dapat
kriteria hasil : memperburuk
-Turgor kulit status klien karena
elastis intake kurang
3. Pantau
-Intake dan 3. Untuk mengetahui
pemberian
output jumlah cairan yang
terapi IV
seimbang masuk ke tubuh
-TTV dalam klien
4. Monitoring
rentang 4. Untuk mengetahui
status
normal. BP : perubahan atau
hidrasi
120/80 perkembangan
(membran
mm/Hg. klien
mukosa dan
RR: 15-
keadekuatan
20x/m.HR:60
nadi)
100x/m

4. Implementasi

17
No No. Tgl/jam Implementasi Respon hasil TTD

Dx
1 I 26-09- - Mengkaji keadaan - klien tampak terbaring
2016/09.30 umum klien lemah di tempat tidur,
K/u sedang
I, II 09.35 - Observasi TTV - Observasi TTV
TD 100/70 mm/Hg
N 97x/m
RR 24x/m
SB 38ºC
SpO2 97%
I 09.55 - Anjurkan memberi -Memberi kompres
kompres hangat hangat pada klien
I 10.10 - Memberikan obat - Ibu klien memberi obat
oral Pamol ¾ tab oral pamol ¾ tab pada
klien
I, II 12.00 - Kaji SB klien - Hasil 37,6ºC
I 13.00 - Monitoring adanya -Ibu klien mengatakan
mual muntah anaknya muntah 3x
II 13.10 - Anjurkan untuk -Ibu klien mengganti
memakai pakaian pakaian anaknya dengan
yang tipis pada pakaian yang lebih tipis
klien
II 14.00 - Kaji status hidrasi -Bibir klien taampak
kering
II 14.05 - anjurkan klien - Klien kooperatif
untuk banyak
minum air putih

I, II 13.00 - Kaji keadaan -K/u sedang. Klien


umum klien tampak terbaring di

18
tempat tidur
I, II 27-09- - Observasi TTV -Observasi TTV
2016/18.00 TD 100/60 mm/Hg
N 78x/m
RR 22x/m
SB 37ºC
SpO2 98%
II 20.30 - Monitoring adanya -Klien mengatakan
mual muntah muntah 1x pada saat
klien selesai makan
I,II 20.40 - Anjurkan klien -Klien tampak kooperatif
untuk banyak
minum air putih
II 21.00 - Anjurkan klien -Klien tampak kooperatif
untuk makan sedikit
tapi sering
I, II 22.00 - Kaji status hidrasi - Bibir klien tampak
kering
II 28-09- - Observasi TTV - Observasi TTV
2016/09.15 TD 100/70 mm/Hg
N 77x/m
RR 20x/m
SB 36,4ºC
II 09.30 - Monitoring adanya -Ibu klien mengatakan
mual muntah anaknya sudah tidak
muntah lagi

5. Evaluasi

19
Hari/tgl Respon Perkembangan TTD
Senin/26-09- S :- Ibu klien mengatakan anaknya masih
2016 demam
- Ibu klien mengatakan anaknya muntah
3x
O : - K/u sedang, klien tampak terbaring lemas
di tempat tidur
- Observasi TTV
SB 38ºC. N : 90x/m. RR 24x/m. BB 27kg.
TD 100/70mm/Hg
- Akral hangat
- Tampak terpasang infus cairan RL 10 tts/m
- Tampak mukosa bibir kering
A: - Masalah belum teratasi
P : - intervensi pertahankan

Selasa/27-09- S : - Ibu klien mengatakan anakanmya sudah


2016 tidak demam lagi
-Ibu klien mengatatakan anaknya msh
muntah 1x setelah makan
O : - K/u sedang
- Observasi TTV :
SB 37ºC. N 77x/m. RR 22x/m
- Akral teraba hangat
- Tampak mukosa bibir kering
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi pertankan

Rabu/28-09- S : - klien mengatakan anaknya sudah tidak


2016 demam lagi
- Klien mengatakan tidak muntah lagi

20
O: - K/u sedang. Observasi TTV :
SB 36,4ºC. N 77x/m. RR 20x/m
- Akral teraba hangat
- Mukosa bibir kering
A: Masalah teratasi
P: Intervensi pertahankan

BAB III
PENUTUP

21
A. Kesimpulan
Hipertermia (demam) adalah peningkatan titik patokan (set point)
suhu di hipotalamus (Corwin, Elizabeth J, 2000).Dikatakan demam jika
suhu orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (Oswari, E, 2006). Dengue
Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui
nyamuk Aedes Aegypti yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri otot
dan sendi, syok serta dapat menimbulkan kematian. Cara menanggulangi
demam berdarah adalah dengan memberantas sarang nyamuk (PSN) dan
program menguras, menutup dan mengubur atau sering di sebut dengan 3
M. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah pengasapan (fogging), di
beberapa daerah dikategorikan rawan demam berdarah
B. Saran
Oleh karena itu, tim penulis memberikan beberapa saran :
1. Perlu mengenali gejala-gejala pada hipertermi ini agar dapat ditangani
dengan baik sejak awal untuk mempercepat proses penyembuhan
seluruh organ tubuh.
2. Perlu mengetahui tindakan-tindakan untuk proses penyembuhan
penyakit ini.
3. Perlu mendapatkan informasi yang lebih dalam makalah ini tentang
penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

22
Aden, R. (2010). Seputar Penyakit dan Gangguan Lain Pada Anak.
Yogyakarta: Siklus.

Avin, V. (2007). Perbedaan penurunan suhu klien febris antara kompres


hangat dengan tanpa kompres hangat pada reseptor suhu di Ruang
Anak RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan. No
9, Vol 58.

Brunner, D. C., Suddarth, J., H. (2005). Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta: EGC.

Carpenito, L., Juall. (2009). Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada


Praktik Klinis. Jakarta: EGC.

Haryani, S., Syamsul, A. (2012). Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat


Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur 1-10 Tahun
Dengan Hipertermia. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. No 1,
Vol 1.

Joanne, M., & Gloria, N. (2012). Nursing Interventions Classification


(NIC). United Syase of America: Mosby Elsevier.

Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak Demam Kebidanan. Jakarta:


EGC.

Heardman, T., H. (2012). Nursing Diagnosis Definitions and


Classification 2012- 2014, Sumarwati, M., & Subekti, N., B. (alih
bahasa), Jakarta: EGC.

Moorhead, M., Jhonson, M., Maas. (2009). Nursing Outcame Clasification


(NOC). Mosby. P.

23

Anda mungkin juga menyukai