Anda di halaman 1dari 17

TERAPI BERMAIN MENYUSUN

WARNA RUBIK

DI RUANG KEMUNING ATAS RSU KABUPATEN TANGERANG

A. Latar Belakang

Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan

pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan

ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai

faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control, dan

akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan

menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak,

memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan

yang diberikan.

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan

salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena

hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi

tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain

untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat

koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,

emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan

kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di

rumah sakit (Wong, 2009)

Bermain pada anak dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir

dan mengembangkan imajinasi serta melatih daya motorik halus dan kasar
pada anak. Pada anak sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan

motorik halusnya sudah baik (Soetjiningsih, 1995). Pada tahap ini mereka

berminat untuk mendapatkan pengetahuan dan mulai mengalami

peningkatan kompetensi. Dengan mengerti tentang dunia anak terutama

usia anak sekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan

program terapi bermain karena dengan bermain membuat anak menjadi

lebih rileks. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-

ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan

seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam

bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka

mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang

mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan

kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan

menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila

dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat

kesempatan bermain

Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain menyusun

warna rubik. Alasan memilih terapi bermain menyusun warna rubik adalah

untuk mengembangkan motorik halus, keterampilan kognitif dan

kemampuan berbahasa. Rubik merupakan salah satu bentuk permainan

yang membutuhkan ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena

kita harus berkonstrasi ketika meyusun warna rubik setiap sisi tersebut

hingga menjadi sebuah warna yang utuh dan lengkap. Sehingga rubik

merupakan jenis permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif.


B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti terapi bermain menyusun warna rubik diharapkan

dapat mengurangi dampak stress hospitalisasi pada anak

2. Tujuan Instruksional Khusus

Dengan mengikuti terapi bermain menyusun warna rubik, diharapkan

dapat:

a. Melatih kemampuan kognitif anak.

b. Melatih kemampuan motorik halus anak.

c. Melatih kemampuan sosial personal anak.

d. Melatih kemampuan berbahasa anak.

C. Jenis Permainan

Bermain Rubik

D. Media

Media yang digunakan yaitu Rubik 3 dimensi

E. Metode

Metode bermain rubik

1. Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain

yang meliputi waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang

terkait dengan program terapi bermain.

2. Diawal permainan, anak diperkenalkan dengan rubik, lalu diberikan

penjelasan mengenai cara bermain rubik.

3. Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati


terlebih dahulu warna yang ada di dalam rubik, memutar warna yang

ada di rubik, menyusun kembali warna rubik sesuai warna semula

dengan benar.

4. Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain rubik

berlangsung.

5. Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat

dalam kegiatan membentuk mainan.

6. Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak

dipersilahkan untuk berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan

anak selama terapi bermain berlangsung.

7. Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap

perilaku anak dan proses jalannya terapi bermain.

8. Setelah anak selesai menyusun warna rubik, anak diharapkan untuk

bercerita tentang warna yang disusun pada rubik sesuai dengan

imajinasi anak.

9. Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil bangun terbaik dan

memberikan bangun tersebut sebagai reward.

10. Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan

memberikan pujian kepada semua peserta sebagai reward.

F. Peserta

Peserta usia sekolah 12 tahun

G. Setting Tempat

Setting tempat yang digunakan oleh bed An. M

H. Waktu Pelaksanaan
1. Hari / Tanggal : Sabtu, 21 November 2020

2. Waktu : 10.00 WIB

3. Tempat : Ruang Kemuning Atas RSU Kabupaten Tangerang

I. Pengorganisasian

1. Pembimbing Pendidikan : Ibu Dwi Aprilina Andriani, S.Kep, Ners,

M.Kep

2. Pembimbing Klinik : Ibu Neneng Gantini

3. Leader :

4. Co Leader :

5. Observer & Notulen :

4. Rencana Pelaksanaan
No Kegiatan Waktu Subyek Terapi

1. Persiapan H-1 kegiatan Alat, anak dan keluarga siap


10 menit

2. Proses Pukul 10.00 Bermain bersama dengan


WIB antusias.
Selama 30
menit

3. Penutup 10.30 WIB Anak mendengarkan dan


selama 10 merespon dengan menjawab
menit kesan dan pengalamannya
selama bermain rubik

5. Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi struktur
1) Kesiapan media dan tempat
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang
Kemuning atas RSU Kabupaten Tangerang
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelum terapi bermain dilaksanakan.
b. Evaluasi proses
1) Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan
dengan tertib dan teratur
2) Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
3) Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam
permainan
4) 100 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari
awal sampai akhir
c. Evaluasi Hasil
1) Peserta memahami permainan yang telah dimainkan.
2) Anak telah belajar memecahkan masalah melalui
eksplorasi alat mainannya
3) Anak dapat mengembangkan hubungan social,
komunikasi dan belajar untuk sabar dan saling
menghargai.
4) Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama
hospitalisasi, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya(distraksi dan relaksasi)
5) Anak dapat berintraksi dengan anak lain dan perawat.
6) Jumlah peserta 1 orang.

6. Daftar Pustaka
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi
4. Jakarta : EGC.
7. Lampiran

2.1 Pengertian Bermain


Bermain bagi anak usia dini sudah tidak asing lagi. Setiap pada anak
usia dini, di situ pasti dijumpai kegiatan bermain. Bermain dan anak usia dini
dibaratkan seperti halnya dua sisi mata uang. Antara sisi satu dengan sisi
yang lainnya saling melengkapi dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Karena
memang bermain merupakan dunianya anak-anak. Dalam hal ini, aktivitas
bermain yang dilakukan anak-anak merupakan cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional dan sosial.
Bermain adalah serangkaian kegiatan atau aktivitas anak untuk
bersenang-senang. Bermain juga diartikan sebagai dunia anak-anak, yang
merupakan hak asasi bagi anak usia dini dan hakiki pada masa prasekolah,
berkaitan dengan hal itu Hurlock mengategorikan bermain menjadi dua,
yaitu: “Bermain aktif dan bermain pasif, bermain aktif yaitu kesenangan yang
dilakukan individu seperti berlari sedangkan bermain pasif yaitu tidak
melakukan kegiatan secara langsung seperti menonton tv”. M. Fadlillah,
M.Pd.I, Bermain & Permainan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2017).

2.2 Fungsi Bermain


1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan
melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini
aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh
bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui
rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal
tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau
dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya
akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru
dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau
dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari
anak lebih cepat berkembang.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal
ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba
melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek
permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan
dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi
bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif
selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh
dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap
kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada
usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini
sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain
peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi
seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,
kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan
teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi
dengan teman dan orang.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas,
dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada
dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan
sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti
bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk
ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang
merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau
belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman
sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat
bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada
anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah
dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya,
dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus
dilakukan tidak boleh dilanggar.

2.3 Tujuan Bermain


Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada
saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah
sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus
tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat
dirumah sakit.

2.4 Manfaat Bermain


Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini
adalah bererapa manfaat bermain pada anak-anak :
1) Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk
digerakkan, anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan,
sehingga ia tidak merasa gelisah.
2) Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
3) Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai,
kebiasaan-kebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakat.
4) Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan
untuk melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan
menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dalam dirinya.
5) Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan
daya cipta, memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya.
6) Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan
bukan anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.
7) Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil
bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh
seorang anak.
8) Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu
dan sering digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu,
melatih konsep dasar.

2.5 Macam - Macam Bermain


1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari
apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada
bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-
rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan
dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat
dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain
aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan
dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.

2.6 Prinsip dalam Aktivitas Bermain


Menurut Al- Gazali (2020), prinsip- prinsip permainan edukatif adalah
sebagai berikut:
1. Prinsip Produktivitas
Permainan edukatif harus dapat mengembangkan sikap produktif pada
diri anak sebagai pengguna dan pemain dalam permainan itu sendiri.
Sehingga dari permainan itu akan mengena dan tersimpan di memori
anak sehingga suatu saat anak mampu menginovasi atau menciptakan
sesuatu yang baru.
2. Prinsip Aktivitas
Permainan edukatif harus mampu mengembangkan sikap aktif pada
anak. Sehingga permainan edukatif mampu mengembangkan motorik
kasar dan motorik halus pada anak.
3. Prinsip Efektivitas Dan Efisiensi
Prinsip ini menjadi tolak ukur dari efek permainan edukatif yang
digunakan. Jadi dalam hal ini guru sebagai fasilitator dituntut cerdas
untuk memilih permainan edukatif yang memiliki muatan pendidikan dan
cocok untuk anak.
4. Prinsip Kreativitas
Melalui permainan, diharapkan anak mampu merancang sesuatu yang
baru dan berbeda dan menimbulkan kepuasan pada anak. Meskipun
permainan itu mudah dan murah, tapi anak akan tetap memiliki rasa
penasaran untuk membongkar atau merusaknya.
5. Prinsip Mendidik Dengan Menyenangkan
Permainan eduukatif harus memperhatikan sisi kemampuan anak. Dari
permainan diharapkan anak merasa senang dengan permainan yang
dimainkan namun, tanpa disadari ternyata permainan yang
dikembangkan bermanfaat untuk mengembangkan IQ, EQ danSQ .
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
Menurut Sudarna (2014), bermain dapat mempengaruhi perkembangan
jiwa anak. Adapun faktor- faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
permainan anak adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan. Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk
bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga
anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu bermain yang
membutuhkan banyak energi.
2. Intelegensi. Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibanding dengan anak-
anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi
permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang
banyak merangsang daya pikir mereka, misalnya permainan drama,
menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual.
3. Jenis kelamin. Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang
menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau
kegiatan fisik yang lain dibandingkan anak laki-laki. Perbedaan ini bukan
berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki,
melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya
menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.
4. Lingkungan. Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang
menyediakan peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan
menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.
5. Status sosial ekonomi. Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang
status sosial ekonominya tinggi, lebih banyak tersedia alat- alat permainan
yang lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga
yang status ekonominya rendah.

2.8 Konsep Puzzle


Puzzel berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar
pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan
bongkar pasang. Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat
disimpulkan bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang
dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan
cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
Ada beberapa jenis puzzle, antara lain:
a. Puzzle konstruksi
Puzzle rakitan (construction puzzle) merupakan kumpulan potongan-
potongan yang terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi
beberapa model. Mainan rakitan yang paling umum adalah blok-blok kayu
sederhana berwarna-warni. Mainan rakitan ini sesuai untuk anak yang
suka bekerja dengan tangan, suka memecahkan puzzle, dan suka
berimajinasi.
b. Puzzle batang (stick)
Puzzle batang merupakan permainan teka-teki matematika sederhana
namun memerlukan pemikiran kritis dan penalaran yang baik untuk
menyelesaikannya. Puzzle batang ada yang dimainkan dengan cara
membuat bentuk sesuai yang kita inginkan ataupun menyusun gambar
yang terdapat pada batang puzzle.
c. Puzzle lantai
Puzzle lantai terbuat dari bahan sponge (karet/busa) sehingga baik
untuk alas bermain anak dibandingkan harus bermain di atas keramik.
Puzzle lantai memiliki desain yang sangat menarik dan tersedia banyak
pilihan warna yang cemerlang. Juga dapat merangsang kreativitas dan
melatih kemampuan berpikir anak. Puzzle lantai sangat mudah dibersihkan
dan tahan lama.
d. Puzzle angka
Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak dapat
melatih kemampuan berpikir logisnya dengan menyusun angka sesuai
urutannya. Selain itu, puzzle angka bermanfaat untuk melatih koordinasi
mata dengan tangan, melatih motorik halus serta menstimulasi kerja otak.
e. Puzzle transportasi
Transportasi merupakan permainan bongkar pasang yang memiliki
gambar berbagai macam kendaraan darat, laut dan udara. Fungsinya selain
untuk melatih motorik anak, juga untuk stimulasi otak kanan dan otak kiri.
Anak akan lebih mengetahui macam-macam kendaraan.
f. Puzzle logika
Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan
keterampilan serta anak akan berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle
ini dimainkan dengan cara menyusun kepingan puzzle hingga membentuk
suatu gambar yang utuh.
g. Puzzle geometri
Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat mengembangkan
keterampilan mengenali bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi dan
lain-lain), selain itu anak akan dilatih untuk mencocokkan kepingan puzzle
geometri sesuai dengan papan puzzlenya.
h. Puzzle Penjumlahan dan Pengurangan
Puzzle penjumlahan dan pengurangan merupakan puzzle yang dapat
mengembangkan kemampuan logika matematika anak. Dengan puzzle
penjumlahan dan pengurangan anak memasangkan kepingan puzzle sesuai
dengan gambar pasangannya.

Fungsi Puzzle
Permainan puzzle berfungsi untuk:
a. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
b. Melatih koordinasi mata dan tangan. Anak belajar mencocokkan keping-
keping puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar.
c. Memperkuat daya ingat
d. Mengenalkan anak pada konsep hubungan
e. Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih anak untuk berfikir
matematis (menggunakan otak kiri).
Lembar Observasi Pelaksanaan Terapi Bermain

N Aspek yang Dinilai Ya Tidak


O
I Struktur Terapi Bermain
1. Persiapan media terapi bermain
1. Kotak Puzzle
2. Tikar
2 Kelengkapan jumlah mahasiswa:
a. Leader (1)
b. Co-leader (1)
c. Fasilitator (3)
d. Observer (1)
II Proses Terapi Bermain
1. Pembukaan, Leader :
a. Membuka acara terapi bermain dengan
mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri dan meminta peserta
menyebutkan nama
c. Menjelaskan kontrak waktu
d. Menjelaskan permainan apa yang akan dilakukan
dan tujuan terapi bermain
e. Memberikan contoh kepada peserta cara bermain
puzzle
f. Memimpin jalannya permainan dari awal sampai
akhir
2. Pelaksanaan
Co-leader :
a. Membantu Leader menjelaskan cara bermain
kepada peserta
b. Membantu Leader memberikan contoh kepada
peserta cara bermain puzzle
c. Memberikan kesempatan pada peserta untuk ikut
memulai permainan
d. Mengatur waktu permainan
Fasilitator :
a. Mengarahkan peserta untuk bermain
b. Memotivasi peserta dalam menyelesaikan
permainan
c. Membantu leader dalam mengkondisikan peserta
agar fokus pada jalannya permainan
Pelaksanaan terapi berlangsung tepat waktu

3. Evaluasi : observer
a. Memberikan Check list pada lembar evaluasi
kemajuan peserta
b. Memberikan penilaian kemampuan anak
berdasarkan kriteria di lembar evaluasi kemajuan.
4. Terminasi :
a. Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh
leader, dan fasilitator
b. Memberikan trik penyelesaian tugas dalam
permainan puzzle
c. Leader mengucapkan terima kasih
III Hasil Terapi Bermain
1. Peserta Terapi Bermain :
a. Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan
terapi bermain
b. Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan
selesai.
c. Anak mampu menyelesaikan setidaknya menyusun
semua kepingan pada tahap sulit, dan mampu
menyusun setidak separo kepingan ringan dan
sedang dalam waktu yang telah ditentukan
Lembar Evaluasi Kemajuan

Kategori kemampuan anak Penilaia An... An... An... An...


n
Kognitif
- Anak mampu mengerti dan menjelaskan
pesan yang terkandung dalam permainan
- Anak mampu menyelesaikan tugas dalam
permainan dalam berbagai tahapan: Total
a) Tahap ringan Kriteri
b) Tahap sedang a
c) Tahap sulit
Sosial
- Anak mau memperkenalkan diri di depan
teman sepermainan
- Anak mampu berkomunikasi baik dengan Total
teman sepermainan Kriteri
- Anak dapat berkomunikasi baik dengan a
perawat

Afektif
- Anak dapat mematuhi peraturan permainan

Total
Kriteri
a
Jumlah akhir
Keterangan skor: Kriteria
tiap kategori:
0 : Tidak dapat melakukan Baik
: jumlah skor 17-24
1 : Dapat melakukan dengan bantuan Cukup
: jumlah skor 9-16
2 : Dapat melakukan dengan motivasi Kurang
: jumlah skor 0-8
3 : Melakukan dengan mandiri

Anda mungkin juga menyukai