WARNA RUBIK
A. Latar Belakang
akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan
yang diberikan.
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan
untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat
kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di
dan mengembangkan imajinasi serta melatih daya motorik halus dan kasar
pada anak. Pada anak sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan
usia anak sekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan
menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
kesempatan bermain
warna rubik. Alasan memilih terapi bermain menyusun warna rubik adalah
kita harus berkonstrasi ketika meyusun warna rubik setiap sisi tersebut
hingga menjadi sebuah warna yang utuh dan lengkap. Sehingga rubik
dapat:
C. Jenis Permainan
Bermain Rubik
D. Media
E. Metode
yang meliputi waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang
dengan benar.
berlangsung.
5. Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat
imajinasi anak.
F. Peserta
G. Setting Tempat
H. Waktu Pelaksanaan
1. Hari / Tanggal : Sabtu, 21 November 2020
I. Pengorganisasian
M.Kep
3. Leader :
4. Co Leader :
4. Rencana Pelaksanaan
No Kegiatan Waktu Subyek Terapi
5. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1) Kesiapan media dan tempat
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang
Kemuning atas RSU Kabupaten Tangerang
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelum terapi bermain dilaksanakan.
b. Evaluasi proses
1) Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan
dengan tertib dan teratur
2) Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
3) Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam
permainan
4) 100 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari
awal sampai akhir
c. Evaluasi Hasil
1) Peserta memahami permainan yang telah dimainkan.
2) Anak telah belajar memecahkan masalah melalui
eksplorasi alat mainannya
3) Anak dapat mengembangkan hubungan social,
komunikasi dan belajar untuk sabar dan saling
menghargai.
4) Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama
hospitalisasi, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya(distraksi dan relaksasi)
5) Anak dapat berintraksi dengan anak lain dan perawat.
6) Jumlah peserta 1 orang.
6. Daftar Pustaka
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi
4. Jakarta : EGC.
7. Lampiran
Fungsi Puzzle
Permainan puzzle berfungsi untuk:
a. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
b. Melatih koordinasi mata dan tangan. Anak belajar mencocokkan keping-
keping puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar.
c. Memperkuat daya ingat
d. Mengenalkan anak pada konsep hubungan
e. Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih anak untuk berfikir
matematis (menggunakan otak kiri).
Lembar Observasi Pelaksanaan Terapi Bermain
3. Evaluasi : observer
a. Memberikan Check list pada lembar evaluasi
kemajuan peserta
b. Memberikan penilaian kemampuan anak
berdasarkan kriteria di lembar evaluasi kemajuan.
4. Terminasi :
a. Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh
leader, dan fasilitator
b. Memberikan trik penyelesaian tugas dalam
permainan puzzle
c. Leader mengucapkan terima kasih
III Hasil Terapi Bermain
1. Peserta Terapi Bermain :
a. Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan
terapi bermain
b. Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan
selesai.
c. Anak mampu menyelesaikan setidaknya menyusun
semua kepingan pada tahap sulit, dan mampu
menyusun setidak separo kepingan ringan dan
sedang dalam waktu yang telah ditentukan
Lembar Evaluasi Kemajuan
Afektif
- Anak dapat mematuhi peraturan permainan
Total
Kriteri
a
Jumlah akhir
Keterangan skor: Kriteria
tiap kategori:
0 : Tidak dapat melakukan Baik
: jumlah skor 17-24
1 : Dapat melakukan dengan bantuan Cukup
: jumlah skor 9-16
2 : Dapat melakukan dengan motivasi Kurang
: jumlah skor 0-8
3 : Melakukan dengan mandiri