Anda di halaman 1dari 34

KONSEP DASAR STERILISASI DAN DESINFEKTAN

OLEH :

KELOMPOK 3

NI WAYAN MUJANI (P07120216 021)


NI PUTU NUR ADIANA DEWI (P07120216 022)
NI NYOMAN MURTI APSARI DEWI (P07120216 023)
I GUSTI AYU INTAN ADRIANA SARI (P07120216 024)
A.A.ISTRI MARANSIKA NIKE PUTRI (P07120216 025)
PUTU AYU MAHAPATNI M.K.P (P07120216 026)
NI PUTU EVI SRIKRISNA YANTI (P07120216027)
I GUSTI AYU SRI PARWATI (P07120216028)
PUTU DIAH SANDI DEWI (P07120216029)
I MADE DWI TRESNA SAPUTRA (P07120216030)
(D4 KEPERAWATAN/Tk.1A)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2016/2017


KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,

Atas Asung Kertha Waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
yang berjudul ”KONSEP DASAR STERILISASI DAN DESINFEKTAN” dengan
baik. Dalam penyusunan makalah ini, penulis sebagai penyusun mencoba untuk
membuat makalah sebaik dan selengkap mungkin dengan berbagai macam kajian
agar para pembaca dapat mengambil banyak manfaat dan wawasan konsep dasar
mengenai sterilisasi dan desinfektan.
Penulis mohon maaf kepada pihak-pihak yang merasa dirugikan dalam
pembuatan makalah ini. Selain itu, jika ada kesalahan dalam kata-kata dan
penulisan mohon dimaafkan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna dalam penyajian bahasa serta pembahasan yang disajikan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Di dunia
ini tidak ada yang sempurna seperti kata pepatah tiada gading yang tak retak
untuk itu penulis berharap permakluman pembaca bila ada kata-kata yang tidak
berkenan di hati.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar, 25 Maret 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 1

C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................... 2

D. MANFAAT PENULISAN ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. PENGERTIAN STERILISASI DAN DESINFEKSI .................................. 3

B. CARA MELAKUKAN STERILISASI DAN DESINFEKSI ...................... 5

C. PENYIMPANAN ALAT STERILISASI DAN DESINFEKTAN ............ 19

D. APLIKASI STERILISASI DAN DESINFEKTAN DALAM DUNIA


KESEHATAN DAN KEPERAWATAN .......................................................... 22

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 29

A. SIMPULAN ............................................................................................... 29

B. Saran ........................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lingkup bidang keperawatan memberikan asuhan keperawatan baik pada
pasien yang beresiko terinfeksi atau telah terinfeksi.Pengetahuan mengenai
bagaiman terjadinya infeksi sangat penting dikuasai untuk membatasi dan
mencegah terjadi penyebaran infeksi dengan cara mempelajari ilmu
bakteriologi, imunologi, virologi dan parasitologi yang terkandung pada ilmu
mikrobiologi.
Selain itu, diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi
infeksi tersebut secara keseluruhan. Secara lebih spesifik diperlukan pula
pengetahuan mendasar akan kondisi seperti apa yang bisa dijadikan lokasi
atau tempat untuk melakukan asuhan keperawatan.
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang
besar bagi dunia kesehatan, dengan ditemukannya berbagai macam alat berkat
penemuan beberapa ilmuan besar. Bahwa terbukti untuk mencegah atau
mengendalikan infeksi tenaga kesehatan dapat menggunakan konsep steril
ataupun bersih dan desinfektan, untuk membantu proses penyembuhan
pasiennya dan lebih spesifik lagi untuk mengendalikan dan mencegah
terjadinya infeksi.
Maka dari itu, kami merasa penting untuk menyusun sebuah tulisan yang
membahas tentang bagaimana konsep dasar pada sterilisasi dan desinfeksi
dalam makalah ini serta bagaimana aplikasinya dalam keseharian dunia
keperawatan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan sterilisasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan desinfeksi ?
3. Bagaimana cara melakukan sterilisasi ?
4. Bagaimana cara melalukan desinfeksi ?
5. Alat dan bahan apa yang diperlukan untuk sterilisasi ?

1
6. Alat dan bahan apa yang diperlukan untuk desinfeksi ?
7. Bagaimana cara penyimpanan alat yang telah disterilisasi ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sterilisasi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan desinfeksi.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan sterilisasi.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara melalukan desinfeksi.
5. Untuk mengetahui alat dan bahan apa yang diperlukan untuk sterilisasi.
6. Untuk mengetahui alat dan bahan apa yang diperlukan untuk desinfeksi.
7. Untuk mengetahui bagaimana cara penyimpanan alat yang telah
disterilisasi.

D. MANFAAT PENULISAN
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan sterilisasi.
2. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan desinfeksi.
3. Dapat mengetahui bagaimana cara melakukan sterilisasi.
4. Dapat mengetahui bagaimana cara melalukan desinfeksi.
5. Dapat mengetahui alat dan bahan apa yang diperlukan untuk sterilisasi.
6. Dapat mengetahui alat dan bahan apa yang diperlukan untuk desinfeksi.
7. Dapat mengetahui bagaimana cara penyimpanan alat yang telah
disterilisasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN STERILISASI DAN DESINFEKSI

1. Sterilisasi
Menurut para ahli, sterilisasi diartikan sebagai :
a. Menurut Scoville’s : 403
Sterilisasi adalah suatu proses membunuh atau menghilangkan bakteri dan
mikroorganisme lain.
b. Menurut Ansel : 410
Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan terhadap sediaan farmasetik
berarti penghancuran sempurna seluruh mikroorganisme dan sporanya
atau penghilangan mikroorganisme dari sediaan.
c. Menurut Mikrobiologi Farmasi Dasar: 230
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh atau memusnahkan semua
mikroorganisme atau jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan
didalam suatu medium tidak ada lagi mikroorganisme atau jasad renik
yang dapat berkembang biak.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sterilisasi
merupakan suatu proses untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan
lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang
patogen maupun yang apatogen. Alat, bahan atau media yang telah
mengalami proses sterilisasi tersebut kemudian disebut sebagai benda steril,
yaitu kondisi yang memungkinkan terciptanya kebebasan penuh dari
mikroorganisme dengan keterbatasan (Menurut Lahman hal : 619).
2. Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.Disinfektan yang
tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini

3
dinamakan antiseptik.Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau
menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi
digunakan pada benda mati.Desinfektan dapat pula digunakan sebagai
antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Sebelum dilakukan
desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik
dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati.
Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa
kelompok mikroorganisme, disinfektan "tingkat tinggi" dapat membunuh
virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus
polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga
desinfektan seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit.Untuk
mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan
diatas.Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas "tingkat menengah" bila
permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai perbedaan
pengertian pada sterilisasi dan desinfeksi yaitu : Steralisasi adalah suatu cara
untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dan lain-lain) dari
mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen
maupun yang apatogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk
membebaskan suatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk
vegetative maupun bentuk spora.
Sedangkan desinfeksi adalah, membunuh mikroorganisme penyebab
penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi
kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme
patogen.
Dari kedua pengertian di atas bisa kita simpulkan, jika sterilisasi dan
desinfeksi memiliki perbedaan yang khas, walaupun tetap memiliki tujuan
yang sama. Namun sterilisasi memiliki guna yang lebih besar, dan desinfeksi
secara khusus membunuh kuman penyebab penyakit.

4
3. Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi
Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah :
a. Mencegah terjadinya infeksi
b. Mencegah makanan menjadi rusak
c. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
d. Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam
melakukan biakan murni.

B. CARA MELAKUKAN STERILISASI DAN DESINFEKSI


1. Melakukan Sterilisasi
Terdapat beberapa macam dari sterilisasi dengan caranya masing-masing
yaitu :
a. Sterilisasi Fisik
Menurut Scoville’s hal : 404 :
1) Pemanasan kering
a) Udara panas oven
Bahan yang karateristik fisiknya tidak dapat disterilkan dengan uap
destilasi dalam udara panas. Oven yang termasuk dalam bahan ini adalah
minyak lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propileglikol. Serbuk
steril seperti talk, kaolin dan ZnO, beberapa obat yang lain sebagai
tambahan sterilisasi panas kering adalah metode yang paling efektif untuk
alat-alat dan banyak alat-alat bedah ini harus di tekankan bahwa minyak
lemak, petrolatum, serbuk kering dan bahan yang sama tidak dapat di
sterilisasi dalam autoklaf. Salah satu elemen penting dalam sterilisasi
dengan menggunakan uap autoklaf.
Suhu yang biasa di gunkan pada sterilisai panas kering 160°C
paling cepat 1 jam tapi lebih baik 2 jam, suhu ini di gunakan secara khusus
untuk sterilisasi minyak lemak atau cairan anhidrat lainnya.
b) Penangas minyak dan lainnya
Bahan kimia yang stabil dalam ampul bersegel dapat di sterilisasi
dengan mencelepukanya dalam penangas yang berisi minyak mineral pada

5
suhu 162°C larutan jenuh panas dari natrium atau ammonia kloridadapat
juga digunakan sebagai pasteurisasi ini merupkan metode yang
mensterilisasi alat-alat bedah. Minyak dikatakan bereaksi sebagai lubrikan,
untuk menjaga alalt tetap tajam, dan untuk melihat zat penutup.
c) Pemijaran langsung
Pemijaran langsung digunakan untuk melestarikan spatula logam,
batang gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Dalam
semua kasus bagian yang paling kuat 20 detik.dalam keadaan darurat amul
dapat disterilisasi dengan mempasiskan bagian leher ampul kearah bawah
lubang kawat keranjang dan dipijarkan langsung.
2) Panas Lembab
a) Uap bertekanan
Penggunaan uap bertekanan atau metode sterilisasi yang paling umum
memuaskan efektif yang ada. Merupakan metode yang di inginkan untuk
sterilisasi larutan yang di tujukan untuk infeksi pada tubuh, pembawa
sediaan mata, bahan gelas. Untuk penggunaan darurat, pakaian dan alat
kesehatan. Kerugian yang paling prinsip dari penggunaan uap ini adalah
ketidaksesuaiannya untuk penggunaan bahan-bahan sensitif. Metode ini
tidak dapat digunakan untuk sterilisasi misalnya produk yang di buat dari
basis minyak dan serbuk. Metode ini mampu membunuh mikroorganisme
pada suhu 120°C dan dalam waktu ½ menit dapat menghancurkan spora
vegetatif yang tahan terhadap pemanasan tinggi.
b) Uap panas pada 100°C
Uap panas pada suhu 100°C dapat di gunakan dalam bentuk uap air
mengalir atau air mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan
penggunaan uap mengalir di laukan dengan proses sterilisasi bertingkat
untuk mensterilkan media kultur. Metode ini jarang memuaskan untuk
larutan yang mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal tumbuh
di bawah kondisi ini, bentuk vegetatif dari kebanyakan bakteri yang tidak
membentuk spora, temperatur suhu titik mati bervariasi tetapi tidak ada
bentuk non spora yang bertahan. Dalam prakteknya 2 metode uap

6
mengalir digunakan, suatu perpanjangan pemaparan uap selama 20-60
menit akan membunuh semua bentuk vegetatif bakteri.

c) Pemanasan dengan bakterisida


Ini menghadirkan aplikasi khusus daripada uap panas pada 100°C,
adanya bakterisida sangat meningkatkan efektivitas metode ini, metode ini
digunakan untuk larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil pada
temperature yang biasa diterapkan pada autoklaf, larutan yang di
tumbuhkan bakterisida ini di panaskan dalam wadah bersegel pada suhu
100°C selama 20 menit dalam pensterilisasi uap atau penangas air,
bakterisida yang dapat digunakan termasuk 0,5%, fenol 0,5%, klorbutanol
0,2%, kresol 0,002%. Larutan dosis tunggal lebih dari 15ml larutan obat
untuk injeksi intratekal atau gastrointestinal sehingga tidak di buat metode
ini.
d) Air mendidih
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak
dalam sterilisasi jarum spoit, penutup karet dan alat bedah. Bahan-bahan
ini tertutupi oleh air mendidih dan harus mendidih kurang lebih 20 menit,
setelah sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air dengan pinset yang
telah disterilkan menggunakan pemijaran untuk meningkatkan efisiensi
pensterilan dari air 5% fenol, 1-2% Na-carbonat atau 2-3% larutan kresol
tersaponifikasi yang menghambat bahan-bahan logam.
3) Cara Bukan Panas ( Lachman : 628 )
a) Sinar Ultra Viole
Sinar ultra violet umumnya digunakan untuk mengurangi kontaminasi
di udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan, aksi letal ketika
sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam atom-
atom dan mengubah ke area kereaktifannya.
b) Sterilisasi Secara Kimia
Sterilisasi gas adalah cara menghilangkan mikroorganisme dengan
menggunakan gas atau uap yang membunuh mikroorganisme dan
sporanya sterilisai ini adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme

7
occluded dengan Kristal akan di bunuh, cara ini di gunakan untuk
mensterilkan obat serbuk seperti penicillin, juga telah digunakan untuk
sterilisasi benang, plastic, tube. Penggunaan etilen oksida juga untuk
sterilisasi akhir peralatan parenteral tertentu seperti kertas, kraf dan lapisan
tipis polietilen. Semprotan aerosol etilen oksida telah digunakan untuk
mensterilkan daerah sempit di mana dilakukan teknik aseptik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia :
 Jenis bahan yang digunakan
 Konsentrasi bahan kimia
 Sifat Kuman
 pH
 Suhu

Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi :


 Alkohol
o Paling efektif untuk sterilisasi dan desinfeksi membran sel rusak
o Mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi & enzim tdk aktif
 Halogen
o Mengoksidasi protein kuman
 Yodium
o Konsentrasi yg tepat tidak mengganggu kulit
o Efektif terhadap berbagai protozoa
 Klorin
o Memiliki warna khas dan bau tajam
o Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah
 Fenol (as. Karbol)
o Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel
menurunkan tegangan permukaan
o Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan
 Peroksida (H2O2)
o Efektif dan nontoksid
o Molekulnya tidak stabil

8
o Menginaktif enzim mikroba
 Gas Etilen Oksida
o Mensterilkan bahan yang terbuat dari plastik
2. Sterilisasi Cara Mekanik
Sterilisasi dengan filter bakteri digunakan untuk larutan farmasetik atau
bahan biologi yang di pengaruhi oleh pemanasan, bebeda dengan metode
filtrasi lainnya filtrasi bakteri di tujukan untuk filtrasi bebas bakteri. Metode
sterilisasi ini membutuhkan penggunaan teknik aseptik yang benar. Sediaan
obat yang disterilkan dengan metode ini membutuhkan penggunaan bahan
bakteriostatik kecuali diarahkan lain.
Menurut Dasar-dasar mikrobiologi farmasi hal : 190
1) Perlakuan Fisik
Untuk membunuh mikroorganisme atau jasad renik dapat digunakan
beberapa perlakuan fisik misalnya dengan pemanasan basah, pemanasan
kering, radiasi, dan lain-lain.
2) Pemanasan basah
Beberapa cara pemanasan basah yang dapat membunuh mikroorganisme,
karena panas basah dapa menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-
enzim dalam sel mikroorganisme
3) Pemanasan kering
Pemanasan kering sering digunakan dalan sterilisasi alat – alat gelas dalam
laboraturium dimana digunakan oven suhu 160 – 180°c selama 1,5 – 2 jam
dengan sistem udara statis.
4) Radiasi
Radiasi UV menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan
mempunyai aktivitas muktagenik pada sel – sel yang masih hidup.
5) Sterilisasi secara kimia
Sterilisasi gas merupakan cara untuk menghilangkan mikroorganisme atau
uap yang membunuh mikroorganisme dan sporanya cara ini sering di sebut
disinfeksi dan aktiseptik, bahan kimia ini menimbulkan pengaruh yang lebih
selektif terhadap mikroorganisme dimana sterilisasi dengan gas berjalan
lambat, wakru sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi,

9
kelembaban temperatur dan konsentrasi dari gas etilenoksida. Konsentrasi
minimum adalah 450 mg /1 pada 27 psi.

6) Sterilisasi secara mekanik


Cara – cara penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan
medium laboratorium dan larutan – larutan yang dapat mengalami kerusakan
jika dipanaskan ukuran penyaring pori – pori 0,45 mickron /-. Mekanisme
filtrasi bakteri adalah kompleks. Filter dengan pori lebih kecil menghilangkan
bakteri tetapi beberapa filtrasi sangat lambat.
7) Filter seitz
Dibuat dari bahan asbes yang di jepit pada dasar wadah besi, keuntungan
dari filter ini adalah lapisan filter yang dapat di buang setelah digunakan dan
masalah pembersih hanya berkurang. Filter ini mampu dengan volume dari 30
ml hingga lebih dari 100 ml, kerugian pertama dari filter ini adalah cenderung
memberikan komponen magnesium pada filtrat kedua permuakaan saat
lapisan filter membuat larutan tidak cocok untuk injeksi.
8) Filter swinny
Mempunyai alat terkhusus yang terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan
screen dan pencuci, utamanya untuk digunakan filter swinny dibungkus
dengan kertas dan di autoklaf. Bagian yang dipasang dihubungkan pada spoit
luer lola dan cairan dimasukkan melalui disk asbes dengan menggunakan
tekanan pada saluran spoit.
9) Filter Fritted-glass
Disusun dari dasar serbuk, tombol bulat dari gelas di gabung bersama
dengan penggunaan panas untuk menentukan sebelumnya ukuran dalam
bentuk disk.
10) Filter Berkefeld dan Mendler
Tes bentuk tube filter pembanding ini yang dihubungkan dengan dasar
logam dan saluran keluar tube adalah sama pada keduanya. Di buat dari silikat
murni, asbes dan kalsium sulfat.

10
Keuntungan dan kerugian masing-masing metode atau cara sterilisasi :
1) Sterilisasi Panas Kering
Keuntungan:
a) Dapat digunakan untuk membunuh spora dan bentuk vegetatifnya dari
semua mikroorganisme (Lachman: 1263).
b) Umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif
disterilkan dengan uap air panas (Ansel: 413).
c) Metode pilihan bila dibutuhkan peralatan yang kering atau wadah
yang kering seperti pada zat kimia kering atau larutan bukan air
(Ansel: 414).
Kerugian:
a) Hanya digunakan untuk zat-zat yang tahan penguraian pada suhu
diatas kira-kira 140oC (Lachman: 1263).
b) Karena panas kering efektif membunuh mikroba dengan uap air panas,
maka diperlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu yang lebih
panjang (Ansel: 413).
2) Sterilisasi Uap Panas
Keuntungan :
a) Adanya uap air dalam sel mikroba menimbulkan kerusakan pada
temperatur yang relatif rendah daripada tidak ada kelembaban (Ansel:
412).
b) Metode ini digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan-bahan yang
dapat tahan terhadap temperatur yang digunakan dan penembusan uap
tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air (Ansel :
413).
c) Sel bakteri dengan kadar air besar umumnya lebih mudah dibunuh
(Ansel : 413).
d) Dipergunakan untuk larutan jumlah besar, alat-alat gelas, pembalut
operasi dan instrument (Ansel :413).

11
e) Dapat membunuh semua bentuk mikroorganisme vegetatif
(Scoville`s:408).

Kerugian :
a) Tidak digunakan untuk mensterilkan minyak-minyak lemak, sediaan
berminyak dan sediaan yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau
pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh uap jenuh
(Ansel:413).
b) Spora-spora yang kadar airnya rendah, sukar dihancurkan (Ansel :
413).
3) Sterilisasi Gas
Keuntungan :
a) Beberapa senyawa yang tidak tahan terhadap panas dan uap dapat
disterilkan dengan baik dengan memaparkan gas etilen oksida atau
propilen oksida bila dibandingkan dengan cara lain (Ansel : 416)
b) Dapat digunakan untuk membunuh mikroorganisme dan spora lain
(Parrot : 280).
Kerugian :
a) Gas-gas (etilen dan propilen oksida) mudah terbakar bila tercampur
dengan udara (Ansel : 417).
b) Tindakan pengemasan yang lebih besar diperlukan untuk sterilisasi
dengan cara ini daripada dengan cara lain karena waktu, suhu, kadar
gas dan kelembaban jumlahnya tidak setegas seperti pada sterilisasi
panas kering dan lembab panas (Ansel : 417).
c) Gas-gas sulit hilang dan kebanyakan bahan-bahan setelah pemaparan
(Lachman:1283).
d) Iritasi jaringan dapat terjadi jika etilen oksida tidak dihilangkan sama
sekali, sifat karsinogenik dan mutagenic dari etilen oksida dari sisa-
sisa pada bahan yang digunakan pada manusia (Lachman : 1285).
e) Waktu siklus untuk sterilisasi dengan etilen oksida agak lama
(Lachman : 1286).

12
4) Sterilisasi Dengan Penyaringan
Keuntungan :
a) Penyaringan dapat digunakan untuk memisahkan partikel termasuk
mikroorganisme dari larutan gas tanpa menggunakan panas (Lachman
: 1285).
b) Saringan tidak harus mengubah larutan/gas segala cara (Lachman :
1265).
c) Tidak menghilangkan bahan yang diinginkan atau membawa
komponen yang tidak diinginkan (Lachman :.1265).
d) Kecepatan penyaringan sejumlah kecil larutan, kemampuan untuk
mensterilkan secara efektif bahan tahan panas (Ansel : 416).
e) Peralatan yang digunakan relatif tidak mahal dan mikroba hidup dan
mati serta partikel-partikel lengkap semua dihilangkan dari larutan
(Ansel : 416).
Kerugian :
a) Penyaringan cairan dengan volume besar akan mermerlukan waktu
yang lebih lama terutama bila cairan kental dibandingkan dengan bila
memakai cara sterilisasi lembab panas (Ansel : 414).
b) Cara ini diharuskan menjalani pengawasan yang ketat dan
memonitoring karena efek hasil penyaringan dapat diperngaruhi oleh
banyaknya miokroba dalam larutan (Ansel : 414).
c) Filter bakteri tidak efektif menghilangkan virus dari larutan
(Scoville’s: 419).
d) Muatan dalam pH yang sesuai yang bersifat alkali menyebabkan
kerusakan filter dan partikel yang kecil pada filter merupakan problem
yang khusus (Scoville’s: 419).
e) Tiap kebocoran yang mungkin terjadi pada sistem ini menyebabkan
kerusakan pada bagian luar tanpa kontaminan filtrat yang steril
(Lachman:1282-1283).

13
f) Kesulitan mempertahankan kondisi aseptis seperti merupakan masalah
besar sehubungan dengan sterilisasi melalui penyaringan (Lachman:
1283).
4) Sterilisasi Radiasi
Keuntungan :
Pemakaian radiasi meningkat dalam frekuensi dan luasnya pemakaian
setelah diperoleh pengalaman dengan metode ini, khususnya untuk
sterilisasi alat medis, plastik, sejumlah vitamin, antibiotik, dan hormon
dalam keadaan kering setelah berhasil dibuat steril dengan radiasi
(Lachman: 1276).
Kerugian :
a) Penggunaan teknik ini terbatas karena memerlukan peralatan yang
sangat khusus dan pengaruh radiasi dan produk-produk dan wadah-
wadah (Ansel : 418).
b) Sediaan farmasi dalam carian tubuh lebih sulit disterilkan karena efek
radiasi terhadap sistem zat pembawa dari jaringan obat (Lachman :
1276).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat akan melakukan
sterilisasi, diantaranya:
 Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih
berfungsi.
 Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang
jelas dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah, dan tanggal
pelaksanaan sterilisasi.
 Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
 Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu
mensteril selesai.
 Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
 Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila
terbuka harus dilakukan steralisasi ulang.
3. Melakukan Desinfeksi

14
Melakukan desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab
penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi
kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme
patogen.Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat
digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan
mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda
mati.Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya
tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat
tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat
menghambat proses disinfeksi.
Macam-macam desinfektan yang digunakan :
a. Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi
kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang
kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak
menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh
karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.
b. Aldehida
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada
kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid
merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk
mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril
kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades,
karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi
kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan
sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri
vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-
20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
c. Biguanid

15
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas
dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya
0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2%
klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak
(Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi
geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-).
Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada
hidroksiapatit dan salivary mucus.
d. Senyawa halogen.
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion
halide.Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada
logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros,
Domestos, dan Betadine).
e. Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk
membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh
zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah.Namun
karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di
rumah sakit dan laboratorium.
f. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak
digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan
penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol).
Selain macam-macam desinfektan diatas dikenal juga desinfeksi
permukaan. Disinfektan permukaan dibedakan menurut kemampuannya
membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan “tingkat tinggi”
dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat
membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga
desinfektan seperti iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit :

16
a. Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik.Zat ini harus dilarutkan baru
setiap hari dengan akuades.Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap
efektif namun kurang efektif bagi kain atau bahan plastik.
b. Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan
dengan perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu
60 hari. Keuntungannya adalah “efek tinggal” dan kurang menyebabkan
perubahan warna pada instrumen atau permukaan keras.
c. Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan
perbandingan 1 : 10 hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif.
Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam karena bersifat korosif,
terutama untuk aluminium.Kekurangannya yaitu menyebabkan pemutihan
pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam renang.
Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga
desinfektan diatas.Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas “tingkat
menengah” bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.
Macam-Macam Desinfektan Dan Antiseptik dari sumber lain
a. Garam Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah
yangkecil saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik.Hal ini
mudahsekali ditunjukkan dengan suatu eksperimen.Namun garam dari
logam berat itumudah merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari
logam dan lagipula mahalharganya. Meskipun demikian, orang masih
biasa menggunakan merkuroklorida(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya
untuk tubuh manusia lazimnya kita pakaimerkurokrom, metafen atau
mertiolat.
b. Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya
bakteriostatis.Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram
positif, walaupun beberapakhamir dan jamur telah dihambat atau
dimatikan, bergantung pada konsentrasi zatpewarna tersebut. Diperkirakan
zat pewarna itu berkombinasi dengan protein ataumengganggu mekanisme
reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat

17
pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit
dan hijau cemerlang.
c. Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum.persenyawaan klor
dengankapur atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak
dipakai untukmencuci alat-alat makan dan minum.
d. Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis
Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin
lebih baikkhasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa
campuran sabundengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada
desinfektan-desinfektanyang lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol.
Seringkali orang mencampurkanbau-bauan yang sedap, sehingga
desinfektan menjadi menarik.
e. Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi
jugabeberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai
bakterisida,dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic.
Namun, agen inimenimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan
oleh karena itudigunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati.
Satu persen lisol(kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada
kulit, tetapi konsentrasiyang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.
f. Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan
benzylalcohol juga antiseptic.Benzyl alcohol biasa digunakan terutama
karena efekpreservatifnya (sebagai pengawet).
g. Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai
gas.Agenini sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan
fungisida.Dalamlarutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai
formalin.
h. Etilen Oksida

18
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen
pembunuhbakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting
yang membuatsenyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah
kemampuannya untukmenembus ke dalam dan melalui pada dasarnya
substansi yang manapun yangtidak tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini
telah digunakan secara komersialuntuk mensterilkan tong-tong rempah-
rempah tanpa membuka tong tersebut.Agen ini hanya ditempatkan dalam
aparatup seperti drum dan, setelah sebagianbesar udaranya dikeluarkan
dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.
i. Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena
kemampuannyamengoksidasi.Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering
digunakan dalampembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di
dalamnya kemungkinandimasuki organisme aerob.
Kriteria desinfeksi yang ideal:
 Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu
kamar
 Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan
 kelembaban
 Tidak toksik pada hewan dan manusia
 Tidak bersifat korosif
 Tidak berwarna dan meninggalkan noda
 Tidak berbau/ baunya disenangi
 Bersifat biodegradable/ mudah diurai
 Larutan stabil
 Mudah digunakan dan ekonomis.

C. ALAT DAN BAHAN YANG DISTERILISASI DAN DESINFEKTAN


Ø Peralatan yang terbuat dari logam.
Misalnya pinset, gunting dan speculum.
Ø Peralatan yang terbuat dari kaca.
Misalnya spuit dan tabung kimia.

19
Ø Peralatan yang terbuat dari karet.
Ø Misalnya kateter, sarung tangan, pipa penduga lambung dan drain.
Ø Peralatan yang terbuat dari ebonite.
Misalnya canul rectum dan canul trakea.
Ø Peralatan yang terbuat dari email.
Misalnya bengkok dan baskom.

Ø Peralatan yang terbuat dari porselen.


Misalnya mangkok, piring dan cangkir.
Ø Peralatan yang terbuat dari plastik.
Misalnya slang infuse.
Ø Peralatan yang terbuat dari tenun.
Misalnya kain kassa, duk operasi, sprei dan sarung bantal.

D. PENYIMPANAN ALAT STERILISASI DAN DESINFEKTAN


Penyimpanan alat-alat yang telah disterilkan Penyimpanan berarti
mengelola barang yang ada dalam persediaan, dengan maksud selalu dapat
menjamin ketersediaannya bila sewaktu-waktu dibutuhkan pasien. Pada tahap
penyimpanan, seluruh alat steril disimpan pada ruangan dengan kaidah 'clean
room', dimana suhu dan kelembapan diatur, pembatasan lalu lintas personel,
ventilasi agar bertekanan positif, dan mekanisme lain agar terbebas dari kotoran
dan debu sampai alat akan digunakan kembali. Distribusi alat keluar dari tempat
penyimpanan harus dengan lalu lintas personel minimal di wilayah steril untuk
menjaga kondisi alat tetap steril. Untuk distribusi, petugas pelaksana operasional
dan pemeliharaan alat sterilisasi sentral menyerahkan alat-alat yang telah steril ke
petugas administrasi sterilisasi sentral yang kemudian alat dapat diambil petugas
ruangan agar dapat digunakan operator.
Ada dua macam alat yang dilihat dari cara penyimpanannya, yakni:
1. Alat yang dibungkus Dalam kondisi penyimpanan yang optimal dan
penanganan yang minimal, dapat dinyatakan steril sepanjang bungkus tetap
kering dan utuh. Untuk penyimpanan yang optimal, simpan bungkusan steril
dalam lemari tertutup dibagian yang tidak terlalu sering dijamah, suhu udara
dan sejuk atau kelembapan rendah.Jika alat-alat tersebut tidak dipakai dalam

20
waktu yang lama, alat-alat tersebut harus disterilkan kembali sebelum
pemakaian. Alat yang tidak dibungkus harus segera digunakan setelah
dikeluarkan. Jangan menyimpan alat dengan merendam dalam larutan.
2. Pengelolaan benda tajam Benda tajam sanghat beresiko untuk menyebabkan
perlukaan sehingga meningkatkan terjadinya penularan penyakit melalui
kontak darah, untuk menghindari perlukaan atau kecelakaan kerja maka semua
benda tajam harus digunakan sekali pakai, dengan demikian jarum suntuk
bekas tidak boleh digunakan lagi.Tidak dianjurkan untuk melakukan daur
ulang atas pertimbangan penghematan karena 17% kecelakaan kerja
disebabkan oleh luka tusukan sebelum atau selama pemakaian. Salah satu
contoh cara yang dianjurkan untuk mencegah perlukaan akibat penggunaan
jarum suntik yaitu jarum suntik tersebut langsung dibuang ketempat
sementaranya tanpa menyentuh atau memanipulasi bagian tajamnya seperti
dibengkokkan, dipatahkan atau ditutup kembali. Jika jarum terpaksa ditutup
kembali, gunakanlah cara penutupan dengan satu tangan untuk mencegah jari
tertusuk jarum.
Penyimpanan alat berdasarkan bahan bakunya:
1. Perawatan alat dari bahan baku logam yang sudah disterilkan Alat-alat yang
terbuat dari logam misalnya besi, tembaga maupun alumunium sering terjadi
karatan. Untuk menghindari terjadinya hal demikian maka alat-alat tersebut
harus disimpan pada tempat yang mempunyai temperatur tinggi (sekitar 37oC)
dan lingkungan yang kering kalau perlu memakai bahan silikon sebagai
penyerap uap air, sebelum alat tersebut disimpan maka alat tersebut harus
bebas dari kotoran debu maupun air yang melekat, kemudian olesi dengan olie
atau parafin.
2. Perawatan alat dari bahan baku kaca setelah disteril Bahan baku kaca banyak
dipakai dalam laboratorium medis. Ada beberapa keuntungan dan kelemahan
dari bahan baku kaca tersebut.
Keuntungan: Bahan baku kaca tahan terhadap reaksi kimia, terutama bahan
gelas pyrex, tahan terhadap perubahan temperatur yang mendadak, koefisien
muai yang kecil dan tembus cahaya yang besar.

21
Kelemahan: Mudah pecah terhadap tekanan mekanik, dan mudah tumbuh
jamur sehingga menggagu daya tembus sinar, kadang-kadang dengan
menggunakan kain katun untuk membersihkan saja timbul goresan. Dengan
memeperhatikan keuntungan dan kelemahan dari bahan gelas, maka dalam
segi perawatan maupun memperlakukan alat-alat gelas harus memperhatikan:
a. Penyimpanan pada ruangan yang suhunya berkisar 27oC-37oC dan beri
tambahan lampu 25 watt
b. Ruangan tempat penyimpana diberi bahan silikon sebagai zat higroskopis.
c. Gunakan alkohol, aceton, kapas, sikat halus dan pompa angin untuk
membersihakan debu dari permukaan kaca. Usahakan pada waktu
membersihkan lensa jangan sampai merusak lapisan lensa.
d. Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknaya ditempatkan diatas
kawat kasa, atau boleh melakukan pemanasan asal bahan baku dari pyrex.
e. Gelas yang direbus hendaknya jangan dimasukkan langsung kedalam air
yang sedang mendidih melainkan gelas dimasukkan ke dalam air dingin
kemudian dipanaskan secara perlahan-lahan. Sebaiknya untuk pendinginan
mendadak tidak diperkenankan.
f. Membersihkan kotoran dari kaca sebaiknya segera setelah dipakai dapat
menggunakan: 1) Air bersih 2) Detergen: menghilangkan efek lemak dan
tidak membawa efek lemak 3) Larutan a) kalium dichromat : 10 gram b)
asam belerang : 25 ml. c) aquades : 75 ml. 3. perawatan alat dari bahan
baku karet Sarung tangan dari karet mudah meleleh atau lengket apabila
disimpan terlalu lama. Untuk menghindari kerusakan dari bahan baku
karet, sebelum melakukan penyimpanan mula-mula bersihkan kotoran
darah atau cairan obat dengan cara mencuci dengan sabun kemudian
dikeringkan dengan menjemur dibawa sinar matahariatau hembusan udara
hangat. Setelah itu taburi tal pada seluruh permukaan karet.

E. APLIKASI STERILISASI DAN DESINFEKTAN DALAM DUNIA


KESEHATAN DAN KEPERAWATAN
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua
bentuk kehidupan mikrobayang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik

22
maupun kimiawi. Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk
membunuh kuman pathogen atau apatogen beserta spora yang terdapat pada
alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan
panas tinggi, atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat,
sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (formalin, H2O2).
Teknik steril biasanya di gunakan dalam ruangan operasi dan ruang
bersalin, selain menggunakan teknik steril pada tempaat tidur pasien untuk
prosedur invasive seperti :
1. Mengisap jalan napas pasien
2. Memasukkan kateter urinarius
3. Mengganti balutan luk
Daerah steril biasanya dibatasi engan duk steril atau lapisan tebal kertas
berlilin atau kemasan terbuka tempat bahan-bahan steri dikemas.
Banyak rumah sakit mempunyai pusat penyedian, yaitu tempat
kebanyakan peralatan dan suplai dibersihkan serta desterilkan.Hasil prose ini
dimonitor oleh laboratorium mirobiologi secara teratur.
Kecenderungan di rumah sakit untuk menggunakan alat-alat serta bahan
yang dijual dalam keadaan steril dan sekali pakai, seperti alat suntik, jarum,
srung tangan dan masker, tidak saja mengurangi waktu yang diperlukan untuk
membersihkan, menyiapkan, serta mensterilkan peralatan, tetapi juga
mengurangi pemindah sebaran patogen melalui infeksi silang. Berikut
beberapa cara yang dilingkungan rumah sakit berkaitan dengan sterilisasi dan
desinfeksi :
3. Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit
Tujuan sanitasi lingkungan ialah membunuh atau menyingkirkan
pencemaran oleh mikrobe dari permukaan.Untuk mengevaluasi prosedur dan
cara-cara untuk mengurangi pencemaran, dilakukan pengambilan contoh
mikroorganisme sewaktu-waktu dari permukaan.Pinggan-pinggan petri yang
menunjukan adanya pertumbuhan mikrobe sebelum dan sesudah pembersihan
merupakan alat pengajar yang meyakinkan untuk melatih para petugas yang
baru

23
Pengurangan kontaminasi oleh mikroba paling baik dicapai dengan
kombinasu pergeseran dan penggsokan, serta air dan deterjen. Ini sudah
cukup, kecuali bila spencemrannya hebat, maka perlu digunakan
desinfektan.Agar efektif, desinfektan digunakan dalam konsentrasi yang
cukup selama waktu tertentu.Penggunaan desinfektan, misalnya, membantu
menjaga air untuk mengepel agar tidak tercemar.Kain pel harus di cuci dan di
keringkan baik-baik setiap hari untuk mengurangi pencemaran. Seember
larutan dan kain pel basah sering kali di gunakan untuk membersihkan
permukaan benda lain selain lantai. Bila larutan yang sam dipakai seharian,
maka dapat mengakibatkan pencemaran oleh mikrobe yang lebih parah
dibandingkan sebelum di bersihkan. Dengan keadaan yang bersih di rumah
sakit maka keadaan asepsis lebih mudah dicapai.
4. Universal Precaution
Pengendalian infeksi untuk penyakit-penyakit yang menular malalui darah.
Berlaku universal ,tidak memandang apa atau siapa yang dirawat, tahu
ataupun tidak tahu status infeksinya. Setiap tenaga medis harus menyadari
bahwa semua pasien berpotensi menularkan berbagai penyakit.
5. Cuci Tangan
Pencegahan infeksi yang paling penting Harus merupakan kebiasaan yang
mendarah daging bagi tenaga kesehatan Harus selalu dilakukan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan
atau yang lainya (cuci tangan tidak bisa digantikan dengan sarung tangan).
Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika
melakukan prosedur invasive, ataupun bedah. Seperti:
a. Gown/barakschort
b. Masker
c. Sarung Tangan
d. Kaca mata pelindung/goggles
6. Pengelolaan Sampah Medis dan Air Limbah
Perlu diatur sedemikian rupa agar alat atau ruang tetap bersih atau
steril,tidak berdekatan dengan limbah atau sampah medis. Membakar sampah
medis sampai menjadi arang.

24
7. Sterilisasi dan Desinfeksi Alat-Alat Medis
b. Desinfekatan :
1) Aseptik/Asepsis
Suatu istilah umum yg digunakan untuk menggambarkan upaya
kombinasi untuk mencegah masuknya mikroorganisem ke dalam area
tubuh manapun yg sering menyebabkan infeksi. Tujuannya untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme baik pada permukaan hidup maupun
benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan. Berikut
ialah pengertian aseptik/asepsis menurut ahli :
a. Michael J. Pelczar : 967
Aseptik adalah suatu kondisi tidak adanya mikroorganisme yang
berbahaya.
c. Ilmu bahan makanan modified atmosphere storage.(Dinas Kesehatan)
Aseptik berarti tidak adanya patogen pada suatu daerah tertentu.
Teknik aseptik adalah usaha mempertahankan objek agar bebas
dari mikroorganisme.

d. Jurnal (Arief)
Teknik aseptik adalah usaha mempertahankan objek agar bebas dari
mikroorganisme, dimana terbagi 2 macam yaitu aseptis medis atau
aseptis bedah.
2) Antisepsis
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir
atau bagian tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial
(antiseptik)
3) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
Proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa
endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus atau
penggunaan desinfektan kimia
e. Sterilisasi :
Upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba
yg dilakukan di RS melalui proses fisik maupun kimiawi. Proses yang

25
menghilangkan semua mikroorganisem (bakteri, virus, fungi dan parasit)
termasuk endospora bakteri pada benda mati dengan uap air panas tekanan
tinggi (otoclaf), panas kering (oven), sterilan kimia atau radiasi.
1) Pemprosesan Alat
2) Dekontaminasi
Proses yg membuat benda mati lebih aman ditangani staff sebelum
dibersihkan. Tujuan dari tindakan ini dilakukan agar benda mati dapat
ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersih
medis sebelum pencucian berlangsung.
3) Pencucian/ bilas
Proses yg secara fisik membuang semua debu yg tampak, kotoran, darah,
atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yg menangani
objek tersebut. Prosesnya terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun
atau detergen dan air, membilas dengan air bersih dan mengeringkannya.
4) Sterilisasi/DTT.
Desinfeksi Tingkat Tinggi merupakan suatu proses perebusan air dimana
suhu air mencapai 1000C setelah itu alat-alat kesehatan dimasukan
kedalamnya dan direbus selama 20 menit. Setelah itu di dingin kan dan
dikeringkan dengen kain yang steril. Setelah kering dimasukan kedalam
bak instrument dengan menggunakan korentang dan simpan ditempat yang
steril.
f. Menyediakan Sediaan Farmasi Steril di Rumah Sakit
Sediaan farmasi (obat) steril merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi
yang pada saat ini banyak digunakan terutama pada rumah sakit. Sediaan
farmasi steril sangat membantu pada saat pasien dioperasi, diinfus, disuntik,
mempunyai luka terbuka yang harus diobati dan sebagainya. Dimana dalam
keadaan tersebut sangat dibutuhkan kondisi steril karena pada pengobatannya
langsung bersentuhan sel tubuh, lapisan mukosa organ tubuh, dimasukkan
langsung kedalam cairan atau rongga tubuh. Sangat memungkinkan terjadi
infeksi bila obatnya tidak steril. Disamping persyaratan sterilitasnya, juga

26
dibutuhkan persyaratan lain seperti isohidris, isotonis dan tidak mengiritasi.
(Sediaan farmasi steril:1)
Contoh Sediaan steril:
1) Injeksi
Larutan obat dalam pembawa yang sesuai, dengan atau tanpa penambahan
bahan-bahan yang dimaksudkan untuk pemakaian parenteral dibuat sebagai
injeksi.
2) Cairan infus
Cairan infus intravena dibuat sebagai sejumlah karakteristik infus melalui
cara pemakaiannya.
a) Semi padat
Beberapa obat tidak mempunyai kestabilan yang cukup dalam larutan
untuk dapat memudahkannya seperti injeksi maka disediakan sebagai
sediaan padat kering dalam larutan ketika digunakan.
b) Suspensi steril
Suspensi obat dalam pembawa parenteral yang cocok dibuat sebagai
suspensi obat steril seperti suspensi sediaan hidrokortison asetat.
c) Tetes mata, suspensi, dan salep
Obat-obat dalam larutan atau suspensi digunakan melalui penetesan pada
mata sebagai sediaan steril, walaupun tidak umum disebut steril seperti
larutan mata natrium sulfametasol atau suspensi mata hidrokortison
asetat.
d) Larutan irigasi
Digunakan untuk mencuci atau menyembuhkan luka terbuka.
Syarat – syarat sediaan steril
 Sediaan parenteral
o Pelarut pembawa harus memenuhi kemurnian khusus dan memenuhi
standar-standar lain yang menjamin keadaan obat suntik.
o Penggunaan zat-zat penambah sebagai dapar, penstabil, dan
pengawet antimikroba mengikuti petunjukpetunjuk khusus,
penggunaan dan dilarang pada produk parenteral tertentu,
penggunaan zat warna dilarang keras.

27
o Produk parenteral selalu disterilkan dan harus bebas pirogen.
o Larutan parenteral harus bebas dari partikel-partikel.
o Produk parenteral harus dibuat dalam daerah lingkungan yang
diawasi memenuhi standar sanitasi yang ketat, dan oleh pekerja yang
khusus dilatih dan memekain pakaian khusus untuk mempertahankan
standar sanitasi.
 Preparat untuk mata
o Larutan steril.
o Isotonis.
o Bila perlu digunakan pendapar.
o Viskositas optimal anatar 15 – 25 cps.
o Wadah pengemas tidak menganggu stabilitasbdan kemajuan
preparat.
o Suspensi obat mata harus mengandung partikel dengan karakteristik
kimiawi dan dimensi-dimensi kecil yang tidak menganggu mata.
 Preparat untuk telinga
o Steril.
o Pengawet sesuai.
o Wadah gelas atau plastik berukuran kecil (5-15ml) dan memakai alat
penetes.
 Preparat untuk hidung
o Steril.
o Pendapar cocok.
o Pengawet yang sesuai.
o Wadah berupa botol tetes atau dalam botol semprot plastik, biasanya
berisi 15-30 ml obat.

28
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda
dari semua bentuk kehidupan.Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme
penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat
mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh
mikroorganisme patogen.

29
Beberapa tujuan sterilisasi dan desinfeksi: Mencegah terjadinya infeksi
Mencegah makanan menjadi rusak Mencegah kontaminasi mikroorganisme
dalam industri Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam
melakukan biakan murni.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi. Adapun desinfeksi dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti
iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit.
B. Saran
Sterilisasi apabila dilakukan secara baik dan sempurna makan akan menjamin
keselamatan kerja dan berkurangnya resiko terpapar mikroorganisme. Dan dapat
juga dilakukan untuk mencegah ataupun mengendalikan infeksi.
Semoga tulisan kami ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam
proses pembelajaran mata kuliah mikrobiologi dan parasitologi.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Jakarta: UI-


Press, 1989.

Gennaro, A.R. Remington's Pharmaceutical Science 18th Edition. Easton:


Marck Publishing Co, 1998.

30
Gennaro, A.R. Remington's Pharmaceutical Science 18th Edition. Easton:
Marck Publishing Co, 2000.

Jenkins, G.L. Scoville's:The Art of Compounding. USA: Burgess Publishing


Co, 1969.

Lachman, L, et all. Teori dan Praktek Industri Farmasi Third Edition.


Philadelphia: Lea and Febiger, 1986.

Parrot, L. Eugene. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics.


Minnepolis: Burgess Publishing Co, University of Lowa,1971.

Pelczar, Michael J and Chan. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta:


Universitas Indonesia, 2008.

Rahman, Latifah dan Natsir Djide. Sediaan Farmasi Steril. Makassar :


Lembaga Penerbitan Unhas, 2009.

Turco, Salvabore. Sterile Dosage Form. Philadelpia: Lea and Flehninger,


1979.

Dr. jan Tambayong; Mikrobiologi untuk keperawatan

Mikrobiologi kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta, FKUI 1994

Jawetz, J. Melnick, EA, Adeberg (1986), Mikrobiologi Untuk Profesi


Kesehatan, EGC, Jakarta.

Azis, alimul H.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba


Medika

Ester, Monica.2005.Pedoman Perawatan Pasien.Jakarta:EGC

31

Anda mungkin juga menyukai