Anda di halaman 1dari 33

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAFAS


TIDAK EFEKTIF PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG IGD RSUD SANJIWANI GIANYAR
TAHUN 2021

NI LUH PUTU ARY APRILIYANTI


NIM P07120320015
 

 
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN
DENPASAR
2021
01 BAB I PENDAHULUAN

02
POKOK BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LAPORAN KASUS


BAHASAN 03 KELOLAAN UTAMA

04 BAB IV PEMBAHASAN

05 BAB V SIMPULAN DAN


SARAN
BAB I PENDAHULUAN
A.A.LATAR BELAKANG
LAAR BELAKANG

Penyakit yang diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme merupakan salah satu penyakit menjadi pusat perhatian para praktisi dan
pemerhati kesehatan salah satu penyakit infeksi akibat bakteri ialah pneumonia Radji (2011). Pneumonia dalam arti umum
merupakan peradangan parenkim yang dikarenakan oleh mikroorganisme-bakteri, virus, jamur, parasite, (Djojodibroto, 2014).

Penyakit ini merupakan salah satu dari penyakit infeksi saluran nafas yang sering dijumpai dan menjadi penyebab kematian hampir
diseluruh dunia. Pada bayi dan anak kecil rentan terkena penyakit ini karena perkembangan mereka masih belum berkembang
dengan baik. Pneumonia juga sering menyerang pada orang tua dan mereka yang lemah akibat penyakit kronik tertentu dan imunitas
yang lemah. (Manurung Santa, 2013)

World Health Organization melaporkan 15 negara berkembang dengan jumlah kematian terbanyak akibat pneumonia berasal dari
Negara India sebanyak 158.176, diikuti Nigeria diurutan kedua sebanyak 140.520 dan Pakistan diurutan ketiga sebanyak 62.782
kematian. Indonesia berada diurutan ketujuh dengan total 20.084 kematian (Indah, 2019).
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dibandingkan dengan negara maju, kejadian pneumonia lebih sering terjadi di negara berkembang termasuk di Indonesia sendiri.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan bahwa pada tahun 2010 pneumonia pernah masuk dalam 10 besar
penyakit rawat inap di rumah sakit. Riset Kesehatan Dasar secara nasional pada tahun 2018 melaporkan, prevalensi pneumonia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 2,0%, sedangkan pada tahun 2013 adalah 1,8%. Ini menunjukkan adanya trend
peningkatan prevalensi kejadian pneumonia dalam rentang 2013 – 2018 sebesar 0,2% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2019)

Prevalensi penumonia di Provinsi Bali pada periode 2013-2018 mengalami penurunan, yakni dari 1,50% menjadi 1,01% (penurunan
sebesar 0,49%). Walaupun demikian, masih diharapkan penurunan yang lebih signifikan hingga mencapai 0%. Berbeda dengan
laporan berdasarkan kabupaten, di Kabupaten Gianyar terjadi peningkatan prevalensi pneumonia sebesar 0,42% dari 0,40% pada
tahun 2013 menjadi 0,82% pada tahun 2013. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di IGD RSUD Sanjiwani, kunjungan pasien dengan diagnosa medis pneumonia dari tahun 2019
yaitu sebanyak 231 kasus dan pada tahun 2020 jumlah kasus pneumonia yaitu sebanyak 128 kasus. Kunjungan pasien dengan
diagnose medis pneumonia terbilang mengalami penurunan dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2020.
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Proses peradangan pada pneumonia mengakibatkan banyak masalah keperawatan yang muncul pada pasien pneumonia yaitu pola
nafas tidak efektif, bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, hipertemia dan difisit nutrisi (Nurarif, A. H.,& Kusuma,
2015)

Proses peradangan yang disebabkan oleh proses infeksi dari bakteri, virus dan parasit pada pasien pneumonia akan menyebabkan
meningkatnya produksi sekret yang terus menurus dan mengakibatkan terjadinya penumpukan akibat dari ketidakmampuan batuk
secara efektif sehingga akan menimbulkan masalah yaitu bersihan jalan napas tidak efektif. Bersihan jalan napas tidak efektif
merupakan ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten (TIM
POKJA SDKI DPP PPNI., 2017)

Salah satu tindakan untuk membatu pasien dalam mengeluarkan dahak yang dapat dilakukan pada pasien dengan masalah bersihan
jalan nafas tidak efektif yaitu Latihan batuk efektif merupakan aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas, yang
berfungsi untuk meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi sekresi (Listiana dkk., 2020). Dengan batuk
efektif, klien diharapkan dapat menghemat energinya sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas penulis


mengangkat rumusan masalah “Bagaimanakah
Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif Pada Pasien Dengan Pneumonia Di Ruang IGD
RSUD Sanjiwani Gianyar Tahun 2021“?
C. TUJUAN PENULISAN
TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada
Pasien Dengan Pneumonia Di Ruang IGD RSUD Sanjiwani Gianyar Tahun 2021
TUJUAN KHUSUS
 Mendiskripsikan pengkajian keperawatan pada asuhan keperawatan pada pasien
pneumonia dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
 Mensikripsikan diagnose keperawatan pada pasien pneumonia dengan masalah
keperawatan bersihan jalan nafas
 Mendiskripsikan intervensi pemberian latihan batuk efektif pada pasien pneumonia
dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
 Mendiskripsikan implementasi pemberian latihan batuk efektif pada pasien pneumonia
dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
 Mengevaluasi intervensi pemberian latihan batuk efektif pada pasien pneumonia
dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
D. MANFAAT PENULISAN

MANFAAT TEORITIS MANFAAT PRAKTIS


 Hasil Hasil dari karya tulis ini diharapkan
 Hasil karya tulis ini diharapkan dapat
dapat digunakan sebagai informasi
memberikan pertimbangan kepada
ilmiah di bidang keperawatan khususnya
perawat pelaksana dalam memberikan
dalam pengembangan ilmu keperawatan
intervensi latihan batuk efektif pada
kegawatdaruratan dan pengembangan Presentation pasien pneumonia dengan masalah
asuhan keperawatan pada pasien Get a modern PowerPoint Presentation
keperawatan bersihan jalan nafas tidak
that is beautifully designed.
dengan pneumonia
efektif di ruang IGD.
 Hasil karya tulis ini diharapkan dapat
 Hasil karya tulis ini diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan untuk
memberikan manfaat sebagai acuan
penelitian lebih lanjut mengenai latihan
bagi pihak institusi kesehatan dalam
batuk efektif pada pasien pneumonia
memberikan asuhan keperawatan
dengan masalah keperawatan bersihan
sesuai dengan standar praktik asuhan
jalan nafas tidak efektif di ruang IGD
keperawatan
KONSEP DASAR
PNEUMONIA
DEFINISI

Menurut shaleh, (2013) pneumonia adalah suatu


infeksi atau peradangan pada
.
organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun
parasit, dimana pulmonary alveolus (alveoli), organ
yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari
atmosfer, mengalami peradangan dan terisi oleh
cairan.
TANDA DAN GEJALA

Menurut Sari, (2018) tanda dan


gejala yang dapat muncul pada klien
dengan pneumonia adalah
 Demam
 Berkeringat
 Batuk dengan sputum yang
produktif
 sesak napas, sakit kepala
 nyeri pada leher dan dada
 pada saat auskultasi dijumpai
adanya ronchi dan dullness pada
perkusi dada.
 Peningkatan kadar leukosit
PEMERIKSAAN
PENUJANG

 Sinar X
 Biopsy paru
 Pemeriksaan gram ata u culture
 Pemeriksaan serologi
 Pemeriksaan fungsi paru
 Bronkoskopy
 Radiologi
 Laboratorium
 Mikrobiologi
 Analisa gas darah
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan
.
medis

Pemberian terapi oksigen


 Pemberian antibiotic Memberikan latihan batuk
 Pengobatan suportif efektif
meliputi hidrasi, Pemberian fisioterapi dada
antipiretik obat antitusif,
antihistamin
 Pemberian oksigenasi
suportif meliputi
pemberian fraksi
oksigen, intubasi
endotrakeal, dan
fentilasi mekanis
B. KONSEP DASAR MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK
EFEKTIF PADA PASIEN PNEUMONIA

• Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi
jalan napas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. Adapun tanda dan gejala yang
DIFINISI ditimbulkan seperti, batuk tidak efektif, sputum berlebih, suara napas mengi atau wheezing dan
ronkhi (TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2017).

• Data mayor ( Subyektif : tidak tersedia) ( Obyektif : Batuk tidak efektf, tidak mampu batuk, sputum
DATA berlebih, mengi, wheezing dan atau ronkhi kering)
MAYOR • Data Minor (Subyektif : Dyspnea, sulit bicara, ortopnea) ( Obyektif : Gelisah, sianosis, bunyi napas
DAN menurun, frekuensi napas berubah,, pola napas berubah)
MINOR

• Penyebab fisiologi ( spasme jalan napas, hipersekresi jalan napas, disfungsi neuromuskuler, benda
FAKTOR asing dalam jalan napas, adanya jalan napas buatan, skresi yang tertahan, hiperplasia dinding
PENYEBA jalan napas, proses infeksi, respon alergi, efek agen farmakologi ( mis.anestasi),
B • Penyebab situasional, antara lain merokok aktif , merokok pasif, terpajan polutan
B. KONSEP DASAR MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN
NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA PASIEN PNEUMONIA

Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018) penatalaksanaan yang dapat dilakukan dilakukan berdasarkan standar
intervensi keperawatan Indonesia yaitu:

Observasi
Edukasi
 Identifikasi kemampuan batuk Kolaborasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
 Monitor adanya retensi sputum pemberian mukolitik atau
batuk efektif
 Monitor tanda dan gejala infeksi ekspektoran, jika perlu.
 Anjurkan tarik nasaf dalam
saluran nafas
melalui hidung selama 4 detik,
 Monitor input dan output cairan
ditahan selam 2 detik, kemudian
( mis. Jumlah dan karakteristik)
keluarkan dai mulut dengan
Terapeutik
bibir mencucu (dibulatkan)
 Atur posisi semi-fowler atau
selam 5 detik
fowler
 Anjurkan mengulangi tarik nafas
 Pasang perlak dan bengkok
dalam hingga 3 kali
letakan di pangkuan pasien
 Anjurkan batuk dengan kuat
 Buang secret pada tempat
langsung setelah tarik nafas
sputum dalam yang ke-3
C. KONSEP INTERVENSI PEMBERIAN LATIHAN BATUK EFEKTIF
DEFINISI TUJUAN INDIKASI
 Pada pasien dengan
Batuk efektif merupakan jalan nafas tidak
mekanisme pertahanan tubuh  Membersihkan jalan nafas
efektif
yang berfungsi untuk  Mencegah komplikasi  Pada pasien pre dan
mengeluarkan benda asing atau seperti infeksi bersihan post operasi
sekresi yang banyak di saluran jalan nafas
pernafasan. Batuk efektif  Membantu pasien yang
merupakan suatu metode batuk mengalami peningkatan KONTRAINDIKASI
dengan benar, dimana pasien akumulasi secret
dapat menghemat energy sehingga  Pasien yang mengalami
tidak mudah lelah dan dapat peningkatan Tekanan Intra
Kranial (TIK)
menghemat energy sehingga tidak
 Gangguang
mudah lelah dan dapat kardiovaskular
mengeluarkan dahak secara  Emphysema
maksimal (Wijaya, 2013)
D. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PNEUMONIA DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAFAS

01
PENGKAJIAN

02
DIAGNOSA

03 INTERVENSI
Your Text Here

04 IMPLEMENTASI
Your Text Here

05 EVALUASI
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Pengkajian
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
ANALISA DATA
Data focus Etiologi Masalah keperawatan
   

1 2 3
Pasien I (Ny S) Sekresi yang tertahan Bersihan jalan nafas tidak efektif
 
Subyektif
Pasien mengatakan sesak, batuk sejak 4 hari yang lalu dan sulit untuk mengeluarkan
dahak
Obyektif :
Tidak mampu batuk secara efektif, terdengar suara nafas tambahan ronchi, pasien
nampak sulit mengeluarkan dahaknya, frekuensi pernafasan meningkat 24x/menit,
SpO2 ; 96x/menit

Pasien II (Tn D) Sekresi yang tertahan Bersihan jalan nafas tidak efektif
 
Subyektif
pasien mengatakan sesak, batuk sejak 1 minggu yang lalu dan dahaknya terasa sangat
kental dan sulit di keluarkan
Obyektif :
Gelisah, tidak mampu batuk secara efektif, terdengar suara nafas tambahan ronchi,
sulit mengeluarkan dahaknya, frekuensi pernafasan meningkat 26x/menit, SpO2 ;
94x/menit
 
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pasien I (Ny S) Pasien II (Tn D)


 
1 2
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Bersihan jalan nafas tidak
skresi yang tertahan dibuktikan dengan pasien efektif berhubungan dengan skresi yang tertahan
mengeluh dadanya terasa sedikit sesak pasien dibuktikan dengan dada terasa sesak , batuk dahaknya
mengeluh batuk, sulit untuk mengeluarkan dahak , tidak terasa sangat kental dan sulit di keluarkan, gelisah, tidak
mampu batuk secara efektif, terdengar suara nafas mampu batuk secara efektif, terdengar suara nafas
tambahan ronchi, frekuensi pernafasan meningkat tambahan ronchi, frekuensi pernafasan meningkat
24x/menit dan SpO2 96 % 26x/menit dan SpO2 94 %
   
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
INTERVENSI
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
INTERVENSI
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
IMPLEMENTASI
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
EVALUASI
PENGKAJIAN BAB IV PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada kedua pasien kelolaan didapatkan hasil bahwa keluhan
yang dirasakan pada pasien I saat di bawa ke rumah sakit yaitu dengan keluhan yaitu mengalami batuk, sulit
mengeluarkan dahak, tidak mampu batuk secara efektif, terdengar bunyi nafas tambahan ronchi dan terdapat
peningkatan frekuensi pernafasaan 24x/menit sedangkan pada pasien II di bawa ke rumah sakit dengan keluhan
yaitu batuk disertai dengan sesak, sulit mengeluarkan dahak, terdengar bunyi nafas tambahan ronchi dan
mengalami peningkatan frekuensi pernafasan 26x/menit.

Berdasarkan data pendukung yang muncul pada kedua pasien yaitu dapat dilihat dari hasil pemeriksaan
laboratorium dan photo thoraks. Pada pasien I hasil pemeriksaan laboratoriumnya menyatakan bahwa kadar
leukositnya meningkat yaitu sebanyak 14, 1 dari batas normalnya yaitu (4.00 – 10.0) hasil ini menandakan bahwa
terdapat gejala infeksi pada pasien dan untuk hasil photo thoraknya menyatakan bahwa hasil pemeriksaanya
terdapat infiltrate di lapang paru kanan hasil ini menunjukan kesan bahwa pasien mengalami pneumonia.
Sedangkan pada pasien II hasil pemeriksaan laboratoriumnya menyatakan bahwa kadar leukositnya meningkat
yaitu sebanyak 18,5 dari batas normalnya yaitu (4.00 – 10.0) ) hasil ini menandakan bahwa terdapat gejala infeksi
pada pasien dan untuk hasil photo thoraknya menyatakan bahwa hasil pemeriksaanya terdapat infiltrate di lapang
paru kanan hasil ini menunjukan kesan bahwa pasien mengalami pneumonia.
PENGKAJIAN
BAB IV PEMBAHASAN
Hasil dari data yang telah didapatkan pada kedua pasien kelolaan saat pengkajian sesuai dengan dengan Menurut teori
Muttaqin (2014) yang menyatakan bahwa keluhan yang sering muncul pada pasien dengan gangguan system pernafasan yaitu
pasien akan mengalami batuk, batuk darah, produksi sputum berlebih, sesak nafas, dan nyeri dada.

Hasil dari data pendukung tersebut sesuai dengan teori menurut Sari, (2018) yaitu mengenai tanda dan gejala yang dapat
muncul pada klien dengan pneumonia dapat dilihat dari salah satunya itu terdapat peningkatan kadar leukosit seperti pada
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh kedua pasien kelolaan. Selain hasil dari pemeriksaan photothorak yang dilakukan
dilakukan oleh kedua pasien kelolan hasil sesuai dengan teori menurut Dahlan, (2009) pemeriksaan menggunakan foto thoraks
(PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia. Hasil dari
gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsoludasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan
intertisial serta gambaran kavitas.

Menurut penulis berdasarkan hasil dari data keluhan dan hasil pemeriksaan pendukung pada kedua pasien sesuai dengan
teori yang sudah dijelaskan yaitu dapat dilihat dari pengkajian kedua pasien kelolaan keluhan yang dialami pada kedua pasien
hampir sama yaitu pada pasien I mengalami, batuk, sulit mengeluarkan dahak, tidak mampu batuk efektif, terdengar suara
nafas tambahan ronci dan mengalami peningkatan frekuensi pernafasan. Sedangkan pada pasien II mengalami keluhan, batuk
disertai sesak, dahak sulit dikeluarkan, tidak mampu batuk secara efektif, bunyi nafas tambahan ronci, dan mengalami
peningkatan frekuensi pernafasan. Selain itu berdasarkan dari hasil data pendukung yaitu pemeriksaan laboratorium pada
kedua pasien mengalami peningkatan leukosit lebih dari batas normal dan hasil pemeriksaan photothorak pada kedua pasien
hasil menunjukan terdapat infiltrate pada lapang paru sehingga kesannya menunjukan kedua pasien mengalami pneumonia.
DIAGNOSA
BAB IV PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisa data keluhan pada kedua pasien kelolaan keluhan yang dialami pada kedua pasien hampir sama yaitu
pada pasien I mengalami, batuk, sulit mengeluarkan dahak, tidak mampu batuk efektif, terdengar suara nafas tambahan ronci
dan mengalami peningkatan frekuensi pernafasan. Sedangkan pada pasien II mengalami keluhan, batuk disertai sesak, dahak
sulit dikeluarkan, tidak mampu batuk secara efektif, bunyi nafas tambahan ronci, dan mengalami peningkatan frekuensi
pernafasan.

Hasil dari analisa data yang dilakukan pada kedua pasien kelolaan sesuai dengan teori berdasarkan standar diagnosa
keperawatan Indonesia, yaitu pada kedua pasien kelolaan mengalami masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
yang disebabkan oleh faktor penyebab yaitu salah satunya akibat dari sekresi yang tertahan. Sehingga dari faktor penyebab
tersebut menimbulkan tanda gejala mayor dan minor yang menjadi salah satu acuan dalam penegakan diagnosa bersihan jalan
nafas tidak efektif. Adapun gejala obyektif mayor yang muncul yaitu batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih,
mengi, wheezing dan ronchi kering, selain itu pada tanda gejala minor subyektif yaitu dispnea, sulit bicara, ortopnea dan pada
tanda gejala minor obyektif yaitu gelisah, sianosi, bunyi nafas menurun, frekuensi nafas berubah, pola nafas berubah. (TIM
POKJA SDKI DPP PPNI., 2017)

Berdasarkan peneliti dari data keluhan yang dialami pada kedua pasien kelolaan didapatkan bahwa kedua pasien memiliki
diagnose keperawatan yang sama yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
dibuktikan dengan pasien mengeluh batuk disertai dengan sesak, sputum berlebih, tidak mampu batuk secara efektif, terdapat
bunyi nafas tambahan ronci dan mengalami peningkatan frekuensi pernafasan
INTERVENSI
BAB IV PEMBAHASAN
Pada penelitian ini intervensi yang digunakan pada kedua pasien sama yaitu pemberian latihan batuk efektif yang dilakukan
selama 1 x 15 menit diharapkan setelah diberikan intervensi maka bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi dengan kriteria hasil
produksi sputum menurun, dispnea menurun, ronchi menurun dan frekuensi pernafasan membaik. Intervensi yang dilakukan
pada kedua pasien sama yaitu pemberian latiahan batuk efektif sesuai dengan standar implementasi keperawatan Indonesia
yaitu dengan melakukan tindakan megidentifikasi kemampuan batuk, monitor adanya retensi sputum dan melakukan tindakan
pemberian latihan batuk efektif sesuai dengan standar oprasional prosedur pemberian latihan batuk efektif.

Pemberian intervesi latihan batuk efektif dapat dilakukan pada kedua pasien kelolaan dimana batuk efektif merupakan suatu
metode batuk dengan benar, dimana pasien dapat menghemat energy sehingga tidak mudah lelah dan dapat menghemat
energy sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal (Wijaya, 2013). Tujuan dari pemberian
batuk efektif yaitu untuk membersihkan jalan nafas dan mencegah komplikasi infeksi saluran pernafasan. Selain itu Pemberian
latihan batuk efektif dapat diberikan pada pasien dengan masalah yaitu salah satunya bersihan jalan nafas (Rosyidi & Wulansari
(2013).

Menurut peneliti pemberian intervensi latihan batuk efektif pada kedua pasien kelolaan adalah tindakan yang tepat dilakukan
dimana pemberian latihan batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien dapat menghemat
energy sehingga tidak mudah lelah dan dapat menghemat energy sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal. Selain itu tujuan dan indikasi dari pemberian batuk efektif sama antara masalah yang dialami oleh kedua
pasien kelolaan dan teori yang telah dijelaskan bahwa batuk efektif bertujuan untuk membersihkan jalan nafas dan mencegah
kompilkasi infeksi saluran pernafas pada pasien dengan masalah bersihan jalan nafas
IMPLEMENTASI
BAB IV PEMBAHASAN
Pemberian terapi latihan batuk efektif dilakukan pada kedua pasien dengan menggunakan standar oprasional prosedur yang
sama sesuai dengan intervensi yang telah dirancanakan sebelumnya yaitu pada pasien I dan 2 diberikan intervensi latihan batuk
efektif selama 15 menit yaitu pertama melakukan tindakan observasi dengan memonitor kemampuan batuk, memonitor
adanya retensi sputum selanjutnya melakukan 3 tahap tindakan latihan batuk efektif yaitu tahap prainteralsi, orientasi dan
tahap kerja

Batuk efektif merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru-paru agar tetap bersih, disamping dengan
memberikan tidakan nebulizer atau postural drainage. Batuk efektif dapat diberika pada pasien dengan cara diberikan posisi
yang sesuai agar pengeluaran sputum dapat lancar. Batuk efektif ini merupakan bagian tindakan keperawatan untuk pasien
dengan pernafasan akut dan kronis (Wijaya, 2013)

Menurut peneliti pemberian batuk efektif yang dilakukan pada kedua pasien kelolaan dilakukan sesuai dengan rencana
intervensi telah disusun sebelumnya tindakan yang dilakukan pada kedua pasien kelolaan sama yaitu pemberian latihan batuk
efektif dengan menggunakan standar oprasional prosedur.
EVALUASI
BAB IV PEMBAHASAN
Berdasarkan evaluasi dilakukan setelah 15 menit pemberian intervensi latihan batuk efektif yaitu hasil yang didapatkan pada
pasien I yaitu pasien mampu melakukan batuk secara efektif, mampu mengeluarkan dahak, dahak yang keluar tampak
berwarna putih kental dan dalam jumlah lumayan banyak, masih terdengar suara nafas ronchi. Pada pasien II pasien mampu
melakukan batuk secara efektif, mampu mengeluarkan dahak, dahak yang keluar tampak berwarna putih kental dan dalam
jumlah lumayan sedikit, masih terdengar suara nafas ronchi.

Menurut hasil penelitian Putri (2013) bahwa pemberian latihan batuk efektif dapat mengeluarkan sputum lebih banyak
dibandingkan dengan yang hanya diberikan nebulizer saja pada pasien pneumonia hal tersebut dikarenakan batuk efektif
dilakukan dengan teknik yang baik dan benar akan mempercepat pengeluaran sputum pada pasien dengan gangguan saluran
pernafasan dan menjaga paru-paru akan tetap bersih.

Latihan batuk efektif adalah aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas, yang berfungsi untuk
meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi sekresi (Listiana dkk., 2020). Dengan melakukan batuk
efektif, klien diharapkan dapat menghemat energinya sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal (Widiastuti & Siagian (2019) serta Listiana dkk. (2020) melaporkan bahwa ada pengaruh pemberian latihan batuk
efektif terhadap pengeluaran sputum, dimana hampir seluruh responden dengan TB paru dapat mengeluarkan sputum
sesudah dilatih batuk efektif.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN

Berdasarkan hasil dari data keluhan dan hasil pemeriksaan pendukung pada kedua pasien sesuai dengan teori yang sudah
dijelaskan yaitu dapat dilihat dari pengkajian kedua pasien kelolaan keluhan yang dialami pada kedua pasien hampir sama yaitu
pada pasien I mengalami, batuk, sulit mengeluarkan dahak, tidak mampu batuk efektif, terdengar suara nafas tambahan ronci
dan mengalami peningkatan frekuensi pernafasan. Sedangkan pada pasien II mengalami keluhan, batuk disertai sesak, dahak
sulit dikeluarkan, tidak mampu batuk secara efektif, bunyi nafas tambahan ronci, dan mengalami peningkatan frekuensi
pernafasan. Selain itu berdasarkan dari hasil data pendukung yaitu pemeriksaan laboratorium pada kedua pasien mengalami
peningkatan leukosit lebih dari batas normal dan hasil pemeriksaan photothorak pada kedua pasien hasil menunjukan terdapat
infiltrate pada lapang paru sehingga kesannya menunjukan kedua pasien mengalami pneumonia.

Berdasarkan dari data keluhan yang dialami pada kedua pasien kelolaan didapatkan bahwa kedua pasien memiliki diagnose
keperawatan yang sama yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan dibuktikan dengan
pasien mengeluh batuk disertai dengan sesak, sputum berlebih, tidak mampu batuk secara efektif, terdapat bunyi nafas
tambahan ronci dan mengalami peningkatan frekuensi pernafasan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN

Intervensi yang digunakan pada kedua pasien sama yaitu pemberian latihan batuk efektif yang dilakukan selama 1 x 15 menit
diharapkan setelah diberikan intervensi maka bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi dengan kriteria hasil produksi sputum
menurun, dispnea menurun, ronchi menurun dan frekuensi pernafasan membaik. Intervensi yang dilakukan pada kedua pasien
sama yaitu pemberian latiahan batuk efektif sesuai dengan standar implementasi keperawatan Indonesia yaitu dengan
melakukan tindakan megidentifikasi kemampuan batuk, monitor adanya retensi sputum dan melakukan tindakan pemberian
latihan batuk efektif sesuai dengan standar oprasional prosedur pemberian latihan batuk efektif.

Implementasi pemberian batuk efektif yang dilakukan pada kedua pasien kelolaan dilakukan sesuai dengan rencana intervensi
telah disusun sebelumnya tindakan yang dilakukan pada kedua pasien kelolaan sama yaitu pemberian latihan batuk efektif
dengan menggunakan standar oprasional prosedur.

Evaluasi setelah pemberian latihan batuk efektif pada kedua pasien kelolaan yaitu pasien I dan II mampu mengeluarkan sekret
dimana pemberian latihan batuk efektif dapat mengeluarkan sputum lebih banyak dibandingkan dengan yang hanya diberikan
nebulizer. Pemberian terapi latihan batuk efektif pada klien diharapkan dapat menghemat energinya sehingga tidak mudah lelah
dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
SARAN

1 2

Berdasarkan dari hasil simpulan, pasien


dengan pneumonia dengan masalah
keperawatan bersihan jalan nafas tidak Berdasarkan dari simpulan diharapkan
efektif, maka disarankan kepada perawat bahwa hasil karya tulis ini diharapkan
pelaksana agar menerapkan intervensi dapat digunakan sebagai acuan untuk
dengan melakukan latihan batuk efektif penelitian lebih lanjut mengenai latihan
pada pasien pneumonia di ruang instalasi batuk efektif pada pasien pneumonia
gawat darurat untuk membatu sistem dengan masalah keperawatan bersihan
pernafasan pasien yang mengalami masalah jalan nafas tidak efektif di ruang IGD
akibat dari sekresi yang tertahan untuk
mencegah komplikasi lainya seperti
kesulitan bernafas.
SEKIAN DAN TERIMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai