Oleh :
NIM : 201704009
BAB 1 PENDAHULUAN
semua kabupaten /kota sudah mencapai target penurunan yang telah ditetapkan nasional
sebesar 4,45%. Akan teteapi untuk wilaya jawa timur ini sendiri terdapat peningkatan
period prevalence ispa (pneumoni) antara tahun 2013-2018 (49,7%)berdasarkan profil
kesehatan 2018, provinsi jawa timur merupakan salah satu provinsi dengan realisai
pneumonia pada balita tertinggi.angka kematian balita dijawa timur akibat pneumonia
menduduki peringkat pertama. Berdasarkan profilkesehatan provinsi jawa timur tahun
2018 49,7% (Dinkes, profil kesehatan provinsi jawa timur 2018) (Riskesdas, 2018). data
dari dinas kesehatan mojokerto tahun 2017 jumlah balita penderita pneumonia yang
dilaporkan dan ditanggani dikabupaten mojokerto tahun 2017 sebanyak 914
balita(251,1%), terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2016 sebanyak (334,1%).
Meskipun menunjukkan tren perkembangan yang cukup baik, dengan adanya peningkatn
capaian setisp tahunnya.(dinkes mojokerto 2017)
Untuk menaggulangi pneumonia ada 3 langkah utama yang dicadangkan oleh
WHO yaitu proteksibalita, pencegahan pneumonia, dan tata laksana pneumonia yang
tepat. Proteksi ditujukan untuk menyediakan lingkungan hidup yang sehat bagi balita,
yaitu nutrisi , asi eksklusif sampai 6 bulan, dan pernafasan yang terbebas polusi.
Imunisasi yang lengkap beberapa jenis imunisasi yang terkait dengan pneumonia dapat
menurunkan kejadian pneumonia sebsar 50%. Memacu pada laporan john Hopkins
Bloomberg School of Public Health 2015 pneumonia & Diarrhea Proress Report 2015
indonesia adalah salah satu dari Negara dengan kasus pneumonia teringgi yang belum
memasukkan vaksin pneumokokus sbagai vaksin program imunisasi rutin nasional.
Ikatan dokter Indonesia telah merekomendasikan pembaerian imunisasi 2 bulan PCV
untuk anak berumur 2 bulan hingga 5 tahun. (Kaswandani, 2017)
Pneumoni masuk dengan system pertahanan yang normal menjadi terganggu karena
adanya organism menyerang menuju ke thrombus sehingga permukaan lapisan pleura
tertutup tebal eksudat thrombus vena pulmonalis menyebabkan adanya nekrosis
hemorganik akan meningkatkan produksi sputum semakin banyak sehingga terjadilah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Nurarif & Kusuma, 2016).
Berdasarkan mekanisme penyakit pneumonia peran perawat yang komprehensif
sangat dibutuhkan penderita pneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien selain peran keluarga, juga diperlu
4
diajarkan cara untuk mengefektifkan bersihan jalan nafas dengan cara mengajarkan
penggunaan nebulizer dan fisioterapi dada dengan cara penguapan menggunakan oabat
yang dilarutkan dalam bentuk cair kemudian diisikan dalam nebulezer yang kemudian
dihirup uapannya sehingga dapat langsung menuju ke paru-paru yang mampu
menghancurkan mucus/dahak . (M., 2015-207)
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil studi
kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas pada pneumonia di Rs S”.
1.2 Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan anak dengan
masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pneumonia di Rs. S.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah dalam studi
kasus sebagai berikut yaitu bagaimana ”asuhan keperawatan anak dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pneumonia diRs. S ?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.4.1Tujuan Umum
Mengetahui tentang keperawatan pada anak yang mengalami pneumonia dengan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Rs.S .
1.4.2Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak yang mengalami pneumonia dengan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Rs.S.
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada anak yang mengalami pneumonia dengan
ketidak efektifan bersihan jalan nafas di Rs.S
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada anak anak yang mengalami pneumonia
dengan ketidak efektifan bersihan jalan nafas di Rs.S
4. Melaksanakan Tindakan Keperawatan Pada anak yang mengalami pneumonia dengan
ketidak efektifan bersihan jalan nafas di Rs.S
5. Melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan pada anak yang mengalami
pneumonia dengan ketidak efektifan bersihan jalan nafas di Rs.S
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Melibatkan satu bagian dari paru atau kedua dari bagian paru, bila kedua paru
terkena , maka dikenal sebagai Pnumonia Bilateral atau ”ganda”Pneumonia
Lobularis (Bronkopneumonia)
b. Pneumonia Lobularis
Terjadi pada ujung akhirbronkiolus , yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen
untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya,
disebut juga Pneumonia Loburalis.
c. Pneumonia Interstitial
Proses inflamasi yang terjadi didalam dinding alveolar (interstisium) dan
jaringan peribronkial serta interlobular. (Nurarif & Kusuma, 2016)
7
a) Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman , pneumonia kimia akibat aspirasi
bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan
atau lambung, edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh
bahan padat.
b) Pneumonia pada Gangguan imun
Terjadi akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi
dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau miktoorganisme yang
biasanya nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus,
jamur, dan cacing. (Nurarif & Kusuma, 2016)
2.1.3 Etiologi
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccus
pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureus sedangkan pada pemakian
ventilatore oleh p.aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan
keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan,
penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Setelah masuk keparu-paru organism bermultiplikasi dan, jika telah berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain atas penyebab
terjadinya pneumonia sesuai penggolongan yaitu :
9
2.1.4 Manifestasi
1. Demam, Sering tampak sebagai tanda infeksi yang utama. Paling sering terjadi
pada usia 6 bulan-3tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan infeksi
ringan. Mungkin malas dan peka rangsangan atau terkadang euforia dan lebih aktif
dari normal.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda menigeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan
awalan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada
punggung dan leher, akan berkurang saat suhu mulai turun.
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap saat derajat yang
lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali
memanjang sampai ketahap memulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awal infeksi. Biasnya berlangsung singkat, tetapi dapat menetap
selama sakit.
5. Diare biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai
infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. nyeri Abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari
nyeri apendiksitis.
10
7. Sembatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan
mukosa dan edukasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusui pada bayi.
8. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti
hanya selama fase akut. Batuk terkadang disertahi dahak kental , terkadan berwarna
kuning atau hijau
9. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mngorok. Auskultasi terdengar mengi,
krekeis.
10. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak. Ditandai
dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.
11. Keadaan berat badan bayi tidak dapat menyusu atau makan/ minum,
ataumuntahkan semua, kejang, latergis,atau tidak sadar sianosis, distress pernafasan
berat.
12. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat pada nafas cepat saja
a. Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan : > 50x / menit
b. Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : > 40x / menit. (Amin Huda Nurarif,
2016)
Gejala yang ditimbulkan pneumonia tergantung dari penyebabnya. Gejala-gejala
pneumonia tersebut antara lain:
1. Pneumonia yang disebabkan oleh Bakteri :
Gejala pneumonia yang timbul akibat serangan bakteri sebagai berikut :
a. Suhu badan tinggi dan berkeringat.
b. Bibir dan kuku lama-kelamaan membiru karena kekurangan oksigen
c. Denyut jantung meningkat dengan cepat disertai sakit pada dada
d. Mengeluhkan dahak berwarna hijau kwtika batuk
e. Apabila pneumonia telah parah, penderita akan menggigil dengan
bergemeletuk
2. Pneumonia yang disebabkan oleh virus
Gejala pneumonia yang disebabkan oleh virus sama dengan gejala pada influenza
gejala pneumonia yang timbul akibat serangan virus sebagai berikut :
a. Demam tinggi kadang disertai dengan bibir membiru
b. Letih dan lesu selama 12 jam
11
2.1.6 Patofisiologi
Pneumonia masuk dengan sistem pertahanan yang normal menjadi terganggu karena
adanya organism seperti bakteri, virus, jamur, mikroorganisme, benda asing yang
menyerang menuju ke trombus sehingga permukaan lapisan pleura tertutup tebal eksudat
trombus vena pulmonalis sehingga dapat menyebabkan adanya nekrosis hemoragik yang
akan meningkatkan produksi sputum semakin banyak sehingga terjadilah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. (Nurarif & Kusuma, 2016)
13
Konsolidasi paru
Leukosit dan
Nekrosis hemoragik
fibrin mengalami
Kapasitas vital, compliance konsolidasi
menurun hemorganik
leukositosis
2.1.8 Komplikasi
Adapun komplikasi pada pneumonia, antara lain :
1. Abses Paru
2. Efusi pleura
3. Amfisema
4. Gagal nafas
5. Perikarditis
6. Meningitis
7. Atelektasi
8. Hipotensi
9. Delirium
10. Asidosis Metabolic
11. Dehidrasi
12. Penyakit multi lobula (Suprapto & Wahid, 2013)
2.1.10 Penatalaksanaan
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi
perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distress
pernafasan, tidak mau makan atau minum, ada penyakit dasar lain , komplikasi dan
terutama mempertimbangkan usia pasien. Neunatus dan bayi kecil dengan
kemungkinan klinis pneumonia harus rawat inap.
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per-oral dan tetap berada dirumah. Penderita yang lebih tua dan penderita
dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau dengan penyakit paru lainnya,
harus dirawat inap dan diberikan antibiotik melalui infus. Mungkin perlu adanya
pemberihan tambahan oksigen , cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik,
koreksi terhadap keseimbangan asam dan basa, elektrolit, gula darah. Untuk nyeri dan
demam dapat diberikan analgetik, suplementasi vitamin A.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaanya dapat membaik dalam waktu 2 minggu.penatalaksanaan umum yang dapat
diberikan :
1. Oksigen 1-2L/ menit
2. IVFD dekstrose 10% : Nacl 0.9% =3 : 1, + KCL 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan ststus dehidrasi
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang NGT dengan feeding drip.
4. Jika skresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan brta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier,. Koreksi gangguan keseimbangan
asam basa, elektrolit.
Penatalaksaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotik diberikan
sesuai hasil kultur.
Untuk pneumonia kasus community based :
1. Ampisilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Kloramfenikol 75mg/kh BB/hari dalam 4x prmberian
Untuk pneumonia hospital based :
16
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons manusia
terhadap gangguan kesehatan atas proses kehidupan atau kerentanan respons dari
seseorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas (Herdman & Kamitsuru,
2015-2017)
Berikut diagnosa keperawatan pada pasien dengan pneumonia :
a. ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi mucus
yang kental.
4. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan didefinisikan sebagai ’berbagai keperawatan, berdasarkan
penilaian klinis dan pengetahuan, yang dilakukan oleh seseorang perawat untuk
meningkatkan hasil klien atay pasien’ (Herdman & Kamitsuru, 2015-2017),
berikut intervensi keperawatan pada klien dengan pneumonia :
Diagnosa keperawan 1 :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi mucus yang
kental
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan bersihan jalan
nafas menjadi efektif
krikteria hasil :
menunjukkan jalan napas klien yang paten, mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidakada pursed lips, tidak ada sianosis dan
dyspneu, pernafasan klien normal (30-60x/ mnit), tanpa ada penggunaan otot
bantu napas, bunyi napas normal, pergerakan pernapasan normal, tidak ada suara
nafas tambahan (ronchi), tidak ada sputum dalam jumlah berlebihan.
Intervensi :
a. Observasi fungsi pernafasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman
pernafasan dan penggunaan otot bantu napas)
Rasional
22
4. Implementasi
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang
telah ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebtuhan klien secara optimal,
pelaksanaan adalah wujud dari tujuan keperawatan pada tahap perencanaan
(Suprapto & Wahid, 2013) pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi
adalah melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan yang sudah sirencanakan
pada tahap sebelumnya.
Terhadap berbagai tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi
ketidakefektifan bersihanjalan nafas, implementasi lebih ditujukan pada:
g. Upaya perawatan dalam meningkatkan bersihan jalan napas
h. Upaya pemberian informasi yang akurat
i. Upaya mempertahankan bersihan jalan napas dan kesejahteraan klien
j. Upaya tindakan mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas secara
nonfarmakologi
k. Pemberian terapi penanganan ketidakefektifan bersihan jalan napas secara
farmakologi
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menangkut pengumpulan
data objektif dan subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang
terselesikan apa yang perlu dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai
apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau sebagian tercapai atau belum
tercapai sama sekali, atau timbul masalah baru()suprapto & wahid 2015), evalusi
keperawatan terhadap pasien dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan
napas, diantaranya :
a. Klien melaporkan adanya ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Mendapatkan pemahaman yang akurat mengenai bersihan jalan napas
24
BAB 3
METODE PENELITIAN