Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia adalah penyakit peradangan menular yang menyerang

jalan nafas disertai gejala yaitu batuk dan terasa sesak. Keadaan ini

disebabkan oleh faktor infeksi virus, bakteri mikoplasma (jamur) dan

inhalasi zat lain seperti cairan dalam paru dan bercak awan (plak keruh).

(Sekaradhi, 2021). Nyeri dada, demam, batuk serta sulit napas merupakan

tanda dan gejalanya. Rontgen dan kultur dahak merupakan pemeriksaan

pendukung yang digunakan dalam meneggakkan diagnosa (Muntiani,2021).

Pneumonia adalah penyakit yang didiagnosa keperawatan yaitu bersihan

jalan nafas tidak efektif.

Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan

utama pada anak di negara berkembang. Diantara lima kematian balita, satu

disebabkan oleh pneumonia, namun tidak banyak perhatian terhadap

penyakit ini sehingga pneumonia disebut juga pembunuh balita yang

terlupakan atau the forgotten killer of children (Bulechek, 2015). Karena

daya tahan tubuh balita rendah dan mudah terserang oleh bakteri, virus dan

jamur maka jika bakteri masuk saluran pernapasan akan mengakibatkan

peradangan di dalam parenkim paru yang ditandai dengan gejala panas,

batuk, hingga sesak napas, produksi sputum berlebih. Dari banyaknya

spuntum yang dihasilkan biasanya anak usia balita tidak dapat

1
mengeluarkan spuntum itu, sehingga menyumbat jalannya pernapasan.

(Ngastiyah, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO), 15% dari kematian

anak dibawah umur 5 tahun disebabkan oleh pneumonia ditahun 2017 lebih

dari 800.000 anak. Lebih dari 2 juta anak meninggal tiap tahun karena

pneumonia (WHO, 2019). Berdasarkan hasil (Riskesdas) Indonesia 2018,

pneumonia masih menjadi penyebab kematian pada bayi dibawah lima

tahun maupun bayi baru lahir. Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Timur

pada tahun 2018 terdapat kasus sebanyak 100.528 kasus, tahun 2019

sebanyak 6.824 kasus. Berdasarkan profil kesehatan jatim (2020) capaian

penemuan pneumonia pada anak untuk Provinsi Jawa Timur yaitu 50,32 %.

Ada 12 kabupaten/kota yang sudah mencapai prosentase 60%. Pada kota

madiun sendiri jumlah kasus Pneumonia di Tahun 2019 sebesar 620 kasus

(114,9% dari target 540 kasus). Jumlah kasus pneumonia ini mengalami

penurunan jika dibandingkan kasus tahun 2018 yaitu dari 624 menjadi 620

pada tahun 2019.

Anak dengan pneumonia akan mengalami gangguan pernapasan

yang disebabkan karena adanya inflamasi di alveoli paru-paru. Bakteri yang

masuk ke paru melalui saluran pernapasan masuk ke bronkiolus dan alveoli

lalu menimbulkan reaksi peradangan dan menghasilkan cairan sehingga

kapiler alveoli menjadi, paru tidak berisi udara tetapi terisi oleh cairan

edema yang terinfeksi oleh bakteri dan virus. Infeksi ini akan menimbulkan

peningkatan produksi sputum yang akan menyebabkan bersihan jalan napas

2
tidak efektif. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berarti

ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi jalan napas memiliki

batasan karakteristik batuk, dispnea, terdapat suara napas tambahan dan

perubahan frekuensi napas (Herdman, 2015). Apabila keberhasilan jalan

napas ini terganggu maka menghambat pemenuhan suplai oksigen ke otak

dan sel-sel di seluruh tubuh, jika dibiarkan dalam waktu yang lama keadaan

ini akan menyebabkan hiposekmia kemudian terus berkembang menjadi

hipoksia berat, dan penurunan kesadaran serta kematian dari tanda klinis

yang muncul pada pasien dengan pneumonia (Maidarti, 2014).

Dari kejadian pneumonia pada anak perawat harus segera melakukan

asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan pada pasien Pneumonia meliputi

pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

Pengkajian meliputi keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan

pneumonia untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas,

batuk, dan peningkatan suhu tubuh/demam (Wong, 2018). Data yang perlu

dikaji pada pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk

tidak efektif pasien, ketidakmampuan batuk pasien, sputum berlebih yang

dihasilkan pasien, adanya mengi, wheezing dan atau ronkhi kering, dyspnea,

sulit bicara, ortopnea, gelisah atau tidaknya pasien, ada atau tidaknya

sianosis, kaji bunyi napas, frekuensi napas berubah, dan pola napas berubah.

(SDKI DPP PPNI, 2017).

Pada anak penderita pneumonia, biasanya ditemui gejala khas seperti

demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif

3
atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada

karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka

berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada

(Sartiwi, 2021).

Untuk menyelesaikan masalah keperawatan bersihan jalan napas

tidak efektif dapat diberikan tindakan keperawatan yaitu dengan manajemen

jalan napas dan fisoterapi dada. Menurut (SIKI,2018) manajemen jalan

napas dengan tindakan monitor pola napas, monitor bunyi napas monitor

sputum, memposisikan semi Fowler atau Fowler, memberikan air hangat,

memberikan nebulizer, melakukan clapping, dan kolaborasi pemberian

bronkodilator, ekspektoran, mukolitik. Menurut Maidartati (2014)

melakukan fisioterapi dada adalah salah satu dari fisioterapi yang

menggunakan tehnik postural drainase, vibrasi dan perkusi. Fisioterapi dada

sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi

pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka penulis

tertarik mengambil laporan studi kasus tentang Asuhan keperawatan anak

dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien pneumonia di

RSUD dr Soedono Madiun

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran dalam latar belakang diatas, maka perumusan

masalah dalam laporan studi kasus ini adalah “bagaimanakah asuhan

keperawatan anak dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada

pasien pneumonia di RSUD dr Soedono Madiun?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mempelajari asuhan

keperawatan pada anak dengan masalah bersihan jalan napas tidak

efektif pada kasus pneumonia di RSUD dr Soedono Madiun

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada anak dengan masalah

bersihan jalan napas tidak efektif pada kasus pneumonia

2. Menentukan diagnosis asuhan keperawatan pada anak dengan

masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada kasus

pneumonia

3. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan

masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada kasus

pneumonia

5
4. Melakukan implementasi asuhan keperawatan pada anak dengan

masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada kasus

pneumonia

5. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada anak dengan

masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada kasus

pneumonia

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penulisan Karya Tulisi Ilmiah ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran dan informasi dalam bidang

keperawatan anak tentang asuhan keperawatan pada anak dengan

pneumonia.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Perawat atau penulis

Sebagai sarana dalam mendapatkan pengetahuan dan

pengalaman khusus Asuhan Keperawatan pada pasien

Pneumonia

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan informasi bagi tenaga keperawatan untuk

lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam menangani dan

melayani pasien dengan masalah Pneumonia di Rumah Sakit.

3. Bagi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

6
Sebagai bahan masukan dalam proses belajar mengajar

tentang asuhan keperawatan dengan pneumonia yang dapat

digunakan sebagai acuan dalam praktik bagi mahasiswa

keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai