Anda di halaman 1dari 8

JNPH

Volume 9 No. 2 (Oktober 2021)


© The Author(s) 2021

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN


DENGAN POSTURAL DRAINASE PADA BALITA PNEUMONIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

NURSING CARE DISORDERS FULFILLMENT OF OXYGEN NEEDS WITH


POSTURAL DRAINAGE INTOTAL PNEUMONIA IN PUSKESMAS
SAWAH LEBAR BENGKULU CITY

ELSI WULANDARI, SISKA ISKANDAR


PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN, SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN SAPTA BAKTI, BENGKULU, INDONESIA
Email: siska.flonfel@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Pneumonia merupakan infeksi yang menyerang parenkim paru dan jaringan
interstisial di alveolus yang disebabkan oleh bakteri, dengan tanda dan gejalanya seperti demam
tinggi, batuk berdahak, frekuensi napas cepat >50 x/menit, sesak napas, sakit kepala, gelisah,
nafsu makan berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk diketahuinya gambaran penerapan
asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen dengan pemberian postural
drainase pada anak dengan kasus pneumonia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dalam bentuk studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen dengan pemberian postural drainase pada anak
dengan kasus pneumonia pada 2 responden dan membandingkan respon hasil dari setiap
tindakan yang diberikan kepada kedua responden kemudian melakukan analisa berdasarkan
teori dan hasil studi kasus. Hasil : setelah dilakukan intervensi selama 3 hari didapatkan bahwa
kedua responden menunjukkan bahwa masalah bersihan jalan napas padan kedua responden
teratasi. Hal ini terlihat dari frekuensi napas dalam batas normal. Kesimpulan : masalah
pneumonia dengan terapi komplementer postural drainase dinyatakan berhasil dengan gejala
jalan napas paten/ tidak adanya gangguan pada jalan napas dengan bunyi ronchi, dan klien
mampu melakukan batuk efektif.

Kata Kunci: Pneumonia, Postural Drainase

ABSTRACT

Introduction: Pneumonia is an infection that attacks the lung parenchyma and interstitial tissue
in the alveoli caused by bacteria, with signs and symptoms such as high fever, cough with
phlegm, rapid respiratory rate >50 x/minute, shortness of breath, headache, restlessness,
decreased appetite. This study aims to find out the description of the application of nursing care

30 Journal of Nursing and Public Health Vol. 9 No. 2 Oktober 2021


for disorders of fulfilling oxygen needs by providing postural drainage in children with
pneumonia cases. Methods: This research is aqualitative research in the form of a case study to
explore the problem of nursing care disorders in meeting oxygen needs by providing postural
drainage in children with pneumonia cases in 2 respondents and comparing the response results
of each action given to the two respondents then analyzing based on theory and case study
results. Results anda discussion: : After the intervention for 3 days, it was found that both
respondents indicated that the problem of airway clearance was resolved in both respondents.
This can be seen from the respiratory rate within normal limit. Conclusion: The case study
showed that the pneumonia problem with complementary postural drainage therapy was
successful with patent airway symptoms/no airway obstruction with crackles, and the client was
able to cough effectively.

Keywords: Pneumonia, Postural Drainage

PENDAHULUAN baik (Monita, 2015). Pneumonia adalah


infeksi pernapasan akut yang berakibat buruk
Bervariasinya usia anak mulai dari dalam terhadap paruparu disebabkan oleh virus,
kandungan sampai sebelum 18 tahun, bakteri dan jamur. Infeksi ini umumnya
menyebabkan anak tidak selalu berada dalam tersebar dari seseorang yang terpapar di
kondisi yang sehat. Perhatian dari orang tua lingkungan tempat tinggal atau melakukan
diperlukan karena karena kesehatan seorang kontak langsung dengan orang-orang yang
anak menjadi tanggung jawab dari orang tua terinfeksi, biasanya melalui tangan atau
dan pemerintah, terutama pada mereka yang menghirup tetesan air di udara (droplet)
usianya masih relatif kecil. Masa akibat batuk atau bersin. Bakteri yang
pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui biasanya menyebabkan pneumonia adalah
anak tidak selalu berjalan dengan baik, streptococcus dan mycoplasma pneumonia,
banyak penyebab yang menganggu kondisi sedangkan virus yang menyebabkan
kesehatan anak antara lain faktor sosial pneumonia adalah adenoviruses, rhinivirus,
ekonomi, lingkungan, fisik dimana fungsi influenza virus, respiratory syncytial virus
organnya yang belum matur, daya tahan tubuh (RSV) dan para influenza virus (Prinati,
yang rendah, serta malnutrisi yang 2021).
mempermudah terjadinya penyakit pada anak Gejala penyakit pneumonia yang sering
(Melati, 2018). Salah satu penyakit yang terjadi yaitu napas cepat dan napas sesak,
terjadi pada anak dan menyebabkan anak di karena paru-paru meradang secara mendadak.
rawat di rumah sakit adalah pneumonia. Paru-paru meradang disebabkan karena
Pneumonia menjadi pembunuh utama pada kantong-kantong udara dalam paru yang
anak dan merupakan penyebab kematian yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan
tertinggi di negara berkembang dan negara sehingga kemampuan menyerap oksigen
maju (Rowanlegg, 2012). menjadi kurang. Kekurangan oksigen
Angka kejadian pneumonia terbanyak membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja.
pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun Karena inilah, selain penyebaran infeksi ke
dan dewasa yang berusia lebih dari 75 tahun seluruh tubuh, penderita pneumonia bisa
(Langke, 2016). Pneumonia yang terjadi pada meninggal akibat kekurangan oksigen (Ridha,
balita akan memberikan gambaran klinis yang 2014). Menurut Burns (2013), manifestasi
lebih jelek dari pada orang dewasa karena klinis pneumonia di mulai dari infeksi
pada balita sistem pertahanan tubuh yang saluran napas atas, demam tinggi, batuk,
dimiliki relatif rendah. Balita lebih rentan pernapasan cepat, dypsnea, peningkatan suara
terhadap penyakit ini karena respon imunitas napas, merintih, retraksi dada kemudian
mereka masih belum berkembang dengan tampak lemah dan beresiko mengalami

31 Journal of Nursing and Public Health Vol. 9 No. 2 Oktober 2021


distress pernapasan yang lebih berat serta napas tidak efektif hal ini disebabkan akibat
hipoksemia (Melati, 2018). terjadinya penumpukan cairan pada paru dan
Data dunia WHO (2015) menemukan jalan napas (Wong, 2011).
sebanyak 15% atau 930.126 anak di dunia Proses inflamasi dari penyakit
meninggal karena pneumonia dengan insiden pneumonia mengakibatkan produksi sekret
tertinggi pada anak usia kurang dari 5 tahun meningkat sehingga muncul masalah bersihan
(Anwar A, 2014). Di Indonesia, menurut data jalan napas tidak efektif (Herdman, 2015).
Riskesdas (2018) kejadian pneumonia Bersihan jalan napas tidak efektif adalah
mengalami peningkatan dari 1,6% pada tahun ketidak mampuan membersihkan secret atau
2013 menjadi 2% di tahun 2018. Lima obstruksi jalan napas untuk mempertahankan
provinsi yang mempunyai insiden pneumonia jalan napas tetap paten dengan tanda dan
balita tertinggi adalah Papua (3,5 %), gejala berupa batuk tidak efektif/ tidak
Bengkulu (3,5%), Papua barat (2,9%), Jawa mampu batuk, sputum berlebihan, suara paru
barat (2,7%), dan Aceh (2,5%) (Riskesdas mengi/whezing, dispnea, gelisah, buntyi
2018). Menurut data dinas kesehatan provinsi napas menurun, perubahan frekuensi napas
Bengkulu, pada tahun 2018 ditemukan kasus (Tim Pokja PPNI, 2017). Dampak bila bersih
pneumonia sebanyak 4.386 kasus yang mana jalan napas tidak efektif pada pasien
83% (3.657penderita) pada usia balita dan pneumonia tidak segera di tangani
terjadi peningkatan di tahun 2019 menjadi mengakibatkan sekresi sputum mukopurulen
4.292 penderita pada usia balita. Berdasarkan dengan hemoptysis menyebabkan
survey awal yang di lakukan di wilayah kerja penyumbatan dan mengganggu syistem
Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu, transport oksigen menuju ke paru, paru akan
pada tahun 2018 ditemukan sebanyak. 39 mengalamipenurunan O2 dan CO2 akan
penderita pneumonia berusia 1-4 tahun kasus meningkat sehingga hipoksemia (A.
pneumonia meningkat di tahun 2019 dengan Muttaqin, 2012).
jumlah penderita rawat inap berusia 1-4 tahun Masalah gangguan pertukaran gas jika
sebanyak 45 kasus. tidak tertangani akan menyebabkan adanya
Pada anak yang menderita peneumonia dispnea, PAO2 akan meningkat, PO2 akan
biasanya ditemukan keluhan distress
pernapasan, masalah yang sering muncul menurun SaO2 menurun, peningkatan atau
pada balita dengan pneumonia yang dirawat penurunan PH arteri, adanya bunyi napas
di rumah sakit adalah distress pernapasan. tambahan, adanya gelisah, takikardia,
Distress pernapasan merupakan kompensasi diaphoresis, gelisah, napas cuping hidung,
tubuh terhadap kekurangan oksigen karena pola napas abnormal. Sel tubuh yang
konsentrasi oksigen yang rendah akan kekurangan oksigen akan sulit berkonsentrasi
menstimulus syaraf pusat untuk karena metabolisme terganggu akibat
meningkatkan frekuensi pernapasan. kurangnya suplay oksigen dalam darah. Otak
Penurunan konsentrasi oksigen ke jaringan merupakan organ yang sangat sensitive
sering karena adanya obstruksi atau hambatan terhadap kekurangan oksigen, apabila
suplai oksigen ke jaringan. Gejala yang sering kekurangan oksigen dalam 5 menit dapat
timbul saat anak sudah mengalami distress terjadi kerusakan sel otak secara permanen.
pernapasan adalah napas cepat dan sesak, Kerusakan sel yang menetap dapat
karena paru-paru meradang secara mendadak. menimbulkan kematian, oleh karena itu di
Hal ini disebabkan olehkantong-kantong perlukan penanganan yang tepat untuk
udara dalam paru-paru yang disebut alveoli menurunkan resiko kematian (Potter & perry,
dipenuhi nanah dan cairan sehingga 2009).
kemampuan menyerap oksigen menjadi Penatalaksanaan pneumonia pada anak
berkurang. Pada kondisi ini biasanya dengan bersihan jalan napas tidak efektif
timbulah masalah keperawatan bersihan jalan dilakukan dengan cara farmakologi dan non

P-ISSN: 2338-7033 E-ISSN: 2722-0613 32


farmakologi penatalaksanna farmakologi yang meliputi dalam upaya pengumpulan data
dapat dilakukan dengan cara pemberian (pengkajian), menegakkan diagnosa
antibiotik, obat antiperetik dan analgetik keperawatan berdasarkan analisa data,
seperti ibuprofen atau parasetemol untuk merencanakan intervensi keperawatan
meredakan demam dan nyeri pada pneumonia sebagai upaya mengatasi masalah yang
pada anak kemudian dibantu dengan muncul dan membuat langkah atau cara
pemberian oksigen tambahan untuk pemecahan masalah, melaksanakan tindakan
mempertahankan oksigen dalam darah keperawatan sesuai rencana yang ada dan
(Ihsaniah, 2019). sedangkan pengobatan non melakukan evaluasi berdasarkan respon
farmakologis dapat dilakukan dengan pasien terhadap tindakan keperawatan yang
menciptakan lingkungan sehat menjaga telah dilakukan (Puspita, 2014).
asupan gizi yang baik dan menjaga
kelancaran pernapasan melalui Postural METODE PENELITIAN
drainase merupakan suatu bentuk pengaturan
posisi pasien untuk membantu pengeluaran Jenis penelitian ini adalah kualitatif
mucus sehingga mucus akan berpindah dari dalam bentuk studi kasus untuk
segmen kecil ke segmen besar dengan mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan
bantuan gravitasi dan akan memudahkan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
mucus di ekspectorasikan dengan bantuan dengan postural drainase pada anak
batuk (Irfan, 2019). Dalam pelaksanaannya pneumonia melalui pendekatan asuhan
postural drainase ini selalu disertai dengan keperawatan yang meliputi pengkajian,
tapotement atau tepukan dengan tujuan untuk diagnosa keperawatan, perencanaan/
melepaskan mucus dari dinding saluran napas intervensi, pelaksanaan/ implementasi, dan
dan untuk merangsang timbulnya reflek evaluasi. Subyek yang digunakan dalam
batuk, sehingga dengan reflek batuk mucus penelitian adalah 2 balita pneumonia yang
akan lebih mudah dikeluarkan. Jika saluran mengeluh pemumpukan secret yang tidak bisa
napas bersih maka pernapasan akan menjadi dikeluarkan dan berobat di Puskesmas Sawah
normal dan ventilasi menjadi lebih baik Lebar kota Bengkulu. Studi kasus dilakukan
(Putri, 2013). Studi kasus yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sawah Lebar
Nigrum (2019), menemukan bahwa postural Kota Bengkulu. Studi kasus dilakukan dari
drainase yang dilakukan selama 3 hari tanggal 09 juni 2021 sampai 30 juni 2021.
berturut-turut sebanyak 2 kali sehari selama Alat atau instrumen pengumpulan data
kurang lebih 10 menit dapat meningkatkan menggunakan format pengkajian
efektifitas bersihan jalan nafas yang meliputi keperawatanan anak pada anak sakit. Hasil
frekuensi pernapasan pasien dalam batas asuhan keperawatan dilakukan analisa secara
normal, irama pernapasan pasien dalam batas kualitatif dari kasus yang diteliti, sebelum dan
normal, pasien mampu mengeluarkan sputum, sesudah dilakukannya intervensi pemberian
tidak ada suara napas tambahan dan batuk postural drainase pada balita pneumonia
berkurang. dengan masalah gangguan pemenuhan
Perawat memiliki peran sebagai pemberi kebutuhan oksigen. Selanjutnya dilakukan
asuhan keperawatan (care giver), pelindung analisa secara kualitatif dengan
(advokator), pendidik (edukator), pengarah membandingkan teori dan peneliti
(koordinator), konsultan, kolaborator dan sebelumnya.
peneliti (Nasir, 2011). Peran dalam
memberikan asuhan keperawatan (care giver) HASIL PENELITIAN
dilakukan dengan memberikan pelayanan
keperawatan secara langsung dan tidak Pengkajian adalah pemikiran dasar yang
langsung kepada pasien dan keluarga dengan bertujuan untuk mengumpulkan informasi
menggunakan pendekatan proses keperawatan atau data tentang klien, agar dapat

33 Journal of Nursing and Public Health Vol. 9 No. 2 Oktober 2021


mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah Diagnosa yang kedua adalah bersihan jalan
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, napas tidak efektif. Pada responden kedua
baik fisik, mental, sosial dan lingkungan diagnosa keperawatan yang muncul adalah
(Dermawan, 2012). Secara teori suhu tubuh bersihan jalan napas tidak efektif dan resiko
dikatakan demam adalah > 37,5°C yang deficit nutrisi hal ini hampir sama pada kasus
biasanya dikeluhkan oleh keluarga pasien. responden pertama, menurut Febry dan
Selain itu, klien akan mengeluh lemah dan Marendra (2016) hipertermia atau demam
tidak nafsu makan Pada saat dilakukan pada anak disebabkan oleh proses penyakit
pengkajian didapatkan pada Responden 1 (infeksi) yang menyebabkan kenaikan suhu
adalah Ibu klien mengatakan An.Y demam pada responden ke 2. Diagnosa kedua yang di
sejak 3 hari terakhir,demam selama >3. Suhu dapatkan pada responden kedua adalah
tubuh saat dilakukan pemeriksaan 39,3°C, bersihan jalan napas tidak efektif hal ini
anak kurang nafsu makan dan akral teraba disebabkan oleh agen infeksius (bakteri/virus)
dingin. An.Y nampak lemah dan lesu. yang menyebabkan sekresi mukus dan
Sedangkan pada Responden 2 adalah Ibu menyumbat saluran napas pada kondisi ini
klien mengatakan An.M mengalami batuk tubuh juga merespon dengan adanya
disertai sesak nafas, dan demam sudah >3 peningkatan suhu tubuh pada responden
hari. Demam pada. Suhu tubuh An. M adalah kedua. Terjadi perbedaan diagnosa
36,7°C, An.M sesak susah bernapas, terdapat keperawatan yang muncul pada responden 1
pernapasan cuping hidung. An.M terlihat dan 2 Intervensi keperawatan yang
gelisah dan lemah. direncanakan pada responden 1 adalah,
Diagnosa keperawatan adalah penilaian manajemen hipertermia dan manajemen
klinis tentang individu, keluarga atau energi. Pada responden 2 intervensi
komunitas terhadap masalah kesehatan atau keperawatan yang direncanakan adalah
proses kehidupan aktual maupun potensial manajemen hipertermia dan manajemen jalan
sebagai dasar pemilihan intervensi napas. Adapun intervensi yang dilakukan
keperawatan untuk mencapai hasil yang pada hasil pengkajian yaitu memfokuskan
diinginkan (Rohman dan Walid, 2015). pada tindakan keperawatan, melakukan
Terdapat 3 masalah keperawatan yang penanganan demam secara non farmakologis,
dapatdiangkat menjadi diagnosa keperawatan yaitu terapi postural drainase, dimana tujuan
pada anak pneumonia, yang pertama adalah terapi ini adalah untuk menghilangkan atau
hipertermia, bersihan jalan napas tidak efektif menurunkan sesak nafas dan mengeluarkan
dan defisit nutrisi. Pada kasus responden dahak yang dirasakan pada pasien. Intervensi
pertama didapatkan 3 masalah keperawatan keperawatan yang dilakukan pada kedua
yaitu yang pertama hipertermia berhubungan responden terdapat perbedaan. Pada
dengan proses penyakit di tandai dengan responden 1 intervensi yang dilakukan adalah
demam >3hari, suhu tubuh 39,30C, frekuensi manajemen bersihan jalan napas tidak efektif.
nadi 110x/menit dan bersihan jalan napas sedangakan pada responden 2 dilakukan
tidak efektif berhubungan dengan intervensi keperawatan hipertermia dan
hipersekresi jalan napas di buktikan dengan bersihan jalan napas tidak efektif. Terjadi
tidak dapat mengeluarkan dahak dan resiko perbedaan tentunya berasal dari hasil
deficit nutrisi di buktikan dengan peningkatan pengkajian dan diagnosa keperawatan yang
metabolisme suhu tubuh. Hal ini sejalan diambil dari masingmasing responden.
dengan teori yang dijelasakan oleh Febry dan Pada tanggal 11 juni 2021 sampai dengan 13
Marendra (2016). Menurut Febry dan juni 2021 dilakukan tindakan pada responden
Marendra (2016) demam bisa disebabkan 1 kemudian pada tanggal 27-29 juni 2021
oleh agen infeksius (bakteri/virus) ya masuk dilakukan pada responden 2 sesuai dengan
kedalam tubuh sehingga tubuh merespon perencanaan yang dibuat sebelumnya
dengan meningkatkan suhu tubuh (demam). sehingga dapat tercapai sesuai dengan tujuan

P-ISSN: 2338-7033 E-ISSN: 2722-0613 34


yaitu mengeluarkan dahak pada anak. Pada ini berhubungan dengan demam yang
responden 1 yang dilakukan pada tanggal 11 ditemukan pada kasus responden 1 dan 2.
juni 2021 dilakukan terapi postural drainase Maka tidak terdapat kesenjangan secara
pada hari ke 2 An. Y sudah berkurang suara teoritis dan tinjauan kasus pada responden 1
napas tambahan masih terdengar frekuensi dan responden 2.
napas 25x/menit frekuensi nadi 110x/menit Hasil pengkajian yang dilakukan pada
suhu 370C. sore :ibu klien mengatakan An.Y kedua responden terjadi perbedaan pada hasil
sudah mendingan, sesak napasnya sudah pengkajian yang muncul pada responden 1
berkurang, tidak terdapat suara napas dan 2. Perbedaan hasil pengkajian ini terjadi
tambahan lagi. akibat diagnosa medis yang berbeda pada
Evaluasi kepeawatan pada responden 1 responden 1 dari hasil pengkajian didapatkan
dilakukan pada tanggal 13 juni 2021 bahwa An.Y mengalami batuk disertai sesak
diperoleh hasil dimana masalah keperawatan nafas, sedangkan pada responden 2 setelah
Hipertermia dan bersihan jalan napas pada dilakukan pengkajian didapatkan data bahwa
An. Y teratasi. Sedangkan pada responden 2 An. M mengalami batuk dan tidak bisa
dilakukan evaluasi keperawatan pada tanggal mengeluarkan dahak sendiri , hal inilah yang
29 juni 2021 diperoleh hasil dimana masalah menjadikan hasil atau data yang didapatkan
keperawat bersihan jalan napas tidak efektif pada proses pengkajian berbeda. Namun
pada An. M teratasi. pada data subjektif ibu terdapat kesamaan pada kasus responden 1
An. Y mengatakan suhu tubuh klien sudah dan 2 adalah penyebab dari sesak nafas.
menurun dan tidak lagi batuk, hal ini Menurut Febry dan Marendra (2016)
ditegaskan kembali dengan data objektif yang mengatakan bahwa ada 3 penyebab sesak
didapatkan dengan hasil pada An. Y suhu nafas diantaranya adalah mulai dari faktor
tubuh pada hari ke 3 adalah 36,7°C keturunan, alergi, polusi udara, stres, cuaca
sedangakan An. M didapatkan Dari hasil dingin, infeksi saluran pernapasan hingga
penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa paparan zat kimia tertentu.
terdapat An. M tidak lagi merasakan sesak Perbedaan diagnosa ini terjadi akibat
nafas, sesuai dengan manfaat dan tujuan dari diagnosa yang berbeda pada responden 1 dari
postural drainase, menurut Reiga (2015) hasil pengkajian didapatkan bahwa An.Y
mengatakan bahwa postural drainase adalah mengalami demam dan batuk disertai sesak
teknit untuk mengeluarkan sekret. Tindakan nafas dan lesu, sedangkan pada responden 2
non farmakologis ini hanya sebagai setelah telah dilakukan pengkajian didapatkan
pelengkap dari tindakan farmakologi yang data bahwa An. M mengalami batuk disertai
diberikan. sesak nafas, hal inilah yang menjadikan
perbedaan diagnosa keperawatan yang
PEMBAHASAN muncul. Kesamaan pada kasus responden 1
dan 2 adalah penyebab dari batuk disertai
Menurut Sodikin dalam Wardiyah (2016) sesak nafas. Intervensi keperawatan adalah
menjelaskan dalam penelitiannya bahwa anak semua tindakan yang perawat lakukan atas
dikatakan demam apabila pada saat dilakukan nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi
pengukuran suhu tubuh menunjukan angka yang diperoleh perawat, dokter, atau
>39,3°C atau suhu normal dengan nilai intervensi kolaboratif. Intervensi keperawatan
>39,3°C atau suhu aksila menunjukan angka yang dapat digunakan berdasarkan teori yaitu,
>39,7°C, kemudian keadaan umum anak terapi non farmakologis yaitu pemberian
lemah. Menurut Febry dan Marendra (2016) terapi postural drainase pada anak pneumonia
mengatakan bahwa ada 3 penyebab demam (Nurarif, 2015).
diantaranya adalah demam infeksi yaitu Intervensi keperawatan yang
demam yang diakibatkan oleh infeksi virus direncanakan pada responden 1 adalah,
atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Hal manajemen hipertermia dan manajemen

35 Journal of Nursing and Public Health Vol. 9 No. 2 Oktober 2021


energi. Pada responden 2 intervensi tenang, pasien mampu melakukan latihan
keperawatan yang direncanakan adalah batuk efektif dengan baik. Hal ini dengan
manajemen hipertermia dan manajemen jalan kriteria hasil diagnose teori (khaidir munaj,
napas. Modalitas yang sesuai untuk 2008) intervensi yang dilakukan yaitu: jalan
pengeluaran sputum yaitu coughing exercise napas tidak adanya gangguan pada jalan
dikombinasi dengan postual drainage. napas, bunyi napas bersih tidak ada ronchi
Coughing exercise dapat membantu pasien dan pasien mampu melakukan latihan batuk
untuk melakukan batuk efektif serta dapat efektif dengan baik
mengeluarkan mukus/ dahak yang banyak
terkumpul di saluran pernafasan. Batuk SARAN
efektif dan nafas dalam merupakan teknik
batuk efektif yang menekankan inspirasi Diharapkan agar Penelitian yang akan
maksimal yang dimulai dari ekspirasi, yang datang dapat lebih baik lagi.
bertujuan merangsang terbukanya sistem
kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi, DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan volume paru, memfasilitasi
pembersihan saluran nafas yang Ardiani, 2013, Riwayat tumbuh kembang
memungkinkan pasien untuk mengeluarkan pada anak pneumonia.
sekresi/mukus dari jalan nafas bagian atas dan Anwar, A., & Dharmayanti, I. (2014).
bagian bawah (Tirta, 2016). Pneumonia pada anak balita di Indonesia.
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat
KESIMPULAN Nasional (National Public Health
Journal), 8(8),359-365.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan Burns C. E., Dunn A. M., Brady M. A.,
didapatkan data subjektif dan objektif. Dari Blosser C. G., dan Starr N. B. (2013).
data subjektif ibu responden 1 mengatakan Pediatric primary care. 5 Edisi.
An.Y demam sejak 3 hari terakhir, dengan Philladelphia: Elsevier Saunders.
suhu 39,3°C, anak lemah dan lesu dan nafsu Muttaqin, 2012. Asuhan Keperawatan Klien
makan menurun. Data objektif didapatkan dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
suhu tubuh 39,3°C, pernapasan 23x/menit, Jakarta : Salemba Medika
nadi 110x/menit dan An. M nampak lemah Djojodibroto. (2009). Penyakit Pneumonia
dan lesu. sedangkan dari data subjektif Ibu dan Pencegahan Penyakit Pneumonia
responden 2 mengatakan An. M mengalami Pada Balita. Jakarta
batuk >3 hari di sertai sesak nafas dan lesu. Dermawan, D 2012. Proses Keperawatan
An. M tidak bias mengeluarkan dahak sendiri. Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja
Data objektif didapatkan hidung kotor (1st). Yogyakarta : Gosyen Publishing
pernasan cuping hidung, pernapasan Herdman, T. H. (2019, July). Diagnosis
25x/menit, nadi 120x/menit dan anak nampak Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
sesak napas dan lemah. 2015-2017 Ed. 10. EGC.
Setelah dilakukan 3 hari implementasi Hanafi, P. C. M. M., & Arniyanti, A. (2020).
dari tanggal 10 juni 2021 sampai tanggal 12 Penerapan Fisioterapi Dada untuk
juni 2021 dengan diagnose bersihan jalan Mengeluarkan Dahak pada Anak Yang
napas tidak efektif berhubungan dengan Mengalami Jalan Napas Tidak Efektif.
hipersekresi jalan napas di buktikan dengan Jurnal Keperawatan Profesional, 1(1), 44-
tidak dapat mengeluarkan dahak, frekuensi 50.
pernapasan 23x/menit, pernapasan cuping Huda, T., Khandaker, G., Yin, K. J. H.,
hidung suara napas ronchi, suara napas Andrade, A. L., & Araujo, S. N. (2016).
hipersonor, adanya fremitus yang meninggi, Cost of management of severe pneumonia
ketika batuk berkurang, pasien tampak in young children: systematic analysis.

P-ISSN: 2338-7033 E-ISSN: 2722-0613 36


Hidayat. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Gangguan Bersihan Jalan Nafas Di
Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung.
Medika. Jurnal Keperawatan BSI, 2(1).
Ihsaniah, H. I. (2019). Pengaruh Relaksasi
Nafas Dalam Meniup Balon Terhadap
Intensitas Nyeri Anak Usia Presekolah
Pasca Bedahdi Rsud Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019
(Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjung
karang).
Irfan, M. Z., Suza, D. E., & Sitepu, N. F.
(2019). Perbandingan Latihan Napas
Buteyko dan Latihan Blowing Ballons
terhadap Perubahan Arus Puncak
Ekspirasi pada Pasien Asma. Jurnal
Perawat Indonesia, 3(2), 93.
https://doi.org/10.32584/jpi.v3i2.314
Iyer, P.W., Taptich, B.J. & Bernochi-losey, D.
(2015) Nursing Process and Nursing
Diagnosis.W.B.Saunders company.
Philadelphia.
Kisner, C. & Colby, L.A. 2017. Theraputic
Exercise and Techniques. third edition.
United States of America: Fad avis
Company.
Kozier, B. E. B., & Snyder. (2015). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, & Praktik (7 ed., Vol. 1). Jakarta:
EGC
Langke, N., Ali, R. H., & Simanjuntak, M. L.
(2016). Gambaran Foto Toraks
Pneumonia di Bagian/Smf Radiologi FK
UNSRAT/RSUP Prof. Dr. R. D Kandou
Manado Periode 1 April–30 September
2015. e-CliniC, 4(1).
Melati, R., Nurhaeni, N., & Chodidjah, S.
(2018). Dampak Fisioterapi Dada
Terhadap Status Pernapasan Anak Balita
Pneumonia Di Rsud Koja Dan Rsud Pasar
Rebo Jakarta: Fisioterapi. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Altruistik, 1(1), 40-50.
Monita, O., Yani, F. F., & Lestari, Y. (2015).
Profil pasien pneumonia komunitas
dibagian anak RSUP DR. M. Djamil
Padang Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan
Andalas, 4(1).
Maidartati, M. (2014). Pengaruh Fisioterapi
Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada
Anak Usia 1-5 Tahun Yang Mengalami

37 Journal of Nursing and Public Health Vol. 9 No. 2 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai