PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang salah satu atau
lebih dari satu saluran pernapasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga
alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adnegsinya seperti sinus, rongga
telinga Tengah dan pleura (Depkes RI, 2010). Infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) merupakan infeksi penyakit yang menyerang disaluran nafas dan
kebanyakan merupakan infeksi virus. Anak akan mengalami demam, batuk,
dan pilek berulang serta anoreksia. Dibagian tonsilitis dan otitis media akan
memperlihatkan adanya inflamasi pada tonsil atau telinga Tengah dengan
jelas. Infeksi akut pada balita akan mengakibatkan berhentinya pernapasan
sementara atau apnea.
ISPA disebabkan oleh virus, bakteri dan reketsia (Widoyono, 2011) dan
infeksi ini sering terjadi pada anak karena beberarapa factor seperti terpapar
asap rokok, pencemaran lingkungan, makanan yang kurang bersih dan lain-
lain, anak akan mengalami masalah pernapasan berupa sesak napas, kesulitan
bernapas, batuk dan bentuk-bentuk masalah lainnya sebagai akibat infeksi
saluran pernapasan. Karena itu masalah yang berhubungan dengan
pernapasan ISPA yang paling utama adalah ketidakefektipan kebersihan jalan
napas, yang pada akhirnya akan mengganggu system pernapasan klein
(Arivalagan, 2013).
Pencemaran seperti debu pada peristiwa meletusnya gunung berapi
merupakan dampak pencemaran partikel yang disebabkan karena peristiwa
alamiah (factor internal). Secara umum partikel-partikel yang mencemari
udara dapat merusak lingkungan menimbulkan gangguan Kesehatan pada
manusia. Partikel-partikel tersebut dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit saluran pernapasan. Pada saat menarik napas udara yang
mengandung partikel akan terhirup masuk ke dalam paru-paru. Ukuran debu
partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak
1
2
Pada umumnya anak akan mengalami demam, batuk, dan pilek berulang
serta Anoreksia, di bagian Tonsilitis dan Otitis media akan memperlihatkan
adanya inflamasi pada tonsil atau telinga Tengah dengan jelas. Infeksi akut
jika anak tidak mendapatkan pengobatan serta perawatan yang baik akan
mengakibatkan timbul Pneumonia yang berlanjut pada kematian karena
sepsis yang meluas bahkan berhentinya pernapasan sementara atau Apnea
(WHO, 2017).
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh batuk efektif dan psioterafi
dada terhadap pengeluaran sputum pada balita usia 3-5 tahun sebanyak 19
balita mampu mengeluarkan sputum dan ada 1 balita yang tidak
mengeluarkan sputum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum
perlakuan batuk efekttif dan psioterafi dada rata-rata responden mengalami
ISPA, di mana yang mengalami ISPA sebanyak 20 balita. Hasil sesudah
perlakuan batuk efektif dan psioterafi dada responden mengalami
penegluaran sputum sebanyak 19 balita dan yang tidak mengalami
pengeluaran sputum sebanyak 1 balita. Penelitian di peroleh hasil bahwa
ada pengauh yang signifikan antar batuk efektif dan psioterafi dada
terhadap pengeluaran sputum pada balita usia 3-5 tahun P = 0.003 di mana
responden yang mengalami pengeluaran sebanyak 19 balita (95%) dan
yang tidak mengalami penegluaran sputum sebanyak 1 balita (5%).
Untuk membantu menangani ketidakefektifan kebersihan jalan napas pada
anak, peran perawat atau tenaga Kesehatan ialah mengajarkan anak untuk
batuk efektif serta melakukan pengisapan lender (Nanda, 2015) dan untuk
menangani ISPA pada anak sebaiknya memenuhi kebutuhan dasar menurut
Abraham Maslow, salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus di
penuhi adalah Oksigenasi ( Potter dan Perry, 2012).
Dari beberapa masalah tersebut perawat mempunyai peran penting dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif terutama
promotive, prepentif, kuratif dan realibitas secara kolistik yaitu meliputi
bio psikososial dan spiritual, selain memberikan asuhan keperawatan
perawat juga dapat memberikan pengetahuan tentang penyakit ISPA
kepada klien atau keluarga klien. Berdasarkan latar belakang diatas
4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis
Penyakit Ispa Pada Anak A Di Wilayah Puskesmas Hikun.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep dasar pada penyakit ISPA
b. Untuk mengetahui konsep anak
c. Unruk mengetahuai asuhan keperawatan penyakit ISPA
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Siswa
Manfaat penulisan bagi siswa adalah untuk menambah wawasan dan
mengenal faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA
pada anak dan pengetahuan ibu.
2. Bagi Sekolah
Penulisan laporan ini semoga bermanfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan dan kajian dalam bidang pendidikan khususnya bagi
jurusan.
3. Bagi Puskesmas
Sebagai masukan dan informasi dalam program kesehatan masyarakat
dalam rangka pencegahan dan mengetahui penyakit ISPA pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
2. Etiologi ISPA
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri dari
genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofillus, bordetella,
dan korinebakterium dan virus dari golongan mikrovirus (termasuk
didalamnya virus para influenza dan virus campak), adenoveirus,
koronavirus, pikornavirus, herpesvirus ke dalam tubuh manusia melalui
partikel udara (droplet infection). Kuman ini akan melekat pada sel epitel
5
6
3. Patofisiologi ISPA
Menurut Amalia Nurin, dkk, (2014) Perjalanan alamiah penyakit ISPA
dibagi 4 tahap yaitu :
a. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum
menunjukkan reaksi apa-apa.
b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
c. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul
gejala demam dan batuk.
d. Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan meninggal
akibat pneumonia.
7
5. Penatalaksanaan ISPA
Terapi untuk ISPA atas tidak selalu dengan antibiotik karena sebagian
besar kasus ISPA atas disebabkan oleh virus. Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) atas yang disebabkan oleh virus tidak memerlukan antiviral,
tetapi cukup dengan terapi suportif.
a. Terapi Suportif
Berguna untuk mengurangi gejala dan meningkatkan performa
pasien berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin.
b. Antibiotik
Hanya digunakan untuk terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab, utama
ditujukan pada pneumonia, influenza, dan aureus. (Kepmenkes RI,
2011)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab) : hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai jenis kuman
b. Pemeriksaan hidung darah (deferential count) : laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia
c. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Saputro, 2013)
7. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba eusthacii dan
penyebaran infeksi. (Windasari, 2018)
a. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan
anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak
lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan
10
B. KONSEP ANAK
1. Definisi Anak
Anak adalah seseorang yang sampai berusia 18 tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan (Kemenkes RI, 2014). Menurut WHO
definisi anak adalah dihitung sejak seseorang di dalam kandungan sampai
dengan usia 19 tahun (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan konvensi Hak
hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-
Bangsa, yang dimaksud anak adalah setiap orang yang berusia di bawah
18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak
ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal (Soediono (2014)
dalam Sari, 2020).
Menurut Koizer (2011), anak dikategorikan menjadi beberapa kelompok
usia, yaitu masa anak-anak berumur 0-12 tahun, masa remaja berumur
13- 20 tahun, masa dewasa berumur 21-25 tahun. Pada masa anak-anak,
anak cenderung memiliki sifat suka meniru apa yang dilakukan orang
lain dan orang terdekatnya, serta mempunyai emosi yang masih meluap-
luap.
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Identitas Pasien
a. Nama : An. A
b. Umur : 9 tahun
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Tgl. Pengkajian : 8 juli 2023
g. Diagnosis medis : ISPA
2. Identitas Tanggung Jawab
a. Nama : Ny. R
b. Umur : 30 tahu
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Status : Ibu kandung
f. Pendidikan : SLTA
g. Pekerjaan : Wiraswasta
h. No.telp : 083862718182
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama
Orang tua klien mengatakan anaknya batuk, batuk berdahak kental
susah dikeluarkan, serta pilek sejak 2 hari yang lalu.
15
16
5. Genogram
Perempuan : Pasein :
Garis keturunan :
Serumah :
17
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran: CM (Compos mentis)
BB : 24 kg
R : 30 x/menit
S : 37,30 c
N : 106 x/menit
2. Kulit
Kulit px tampak baik ( normal ), tidak terdapat benjolan maupun luka,
warna kullit px berwarna kuning langsat, kelembapan kulit baik.
9. Abdomen
Perut px tampak kembung,tidak ada luka/benjolan diperut px,tidak
terdapat nyeri pada perut px.
E. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 3.1 Hasil Laboratorium
PEMERIKSAA HASIL NILAI SATUAN KETERANGAN
N RUJUKAN
Hematologi
Darah rutin 3
Hemoglobin 11.1 10.7-13.1 g/dl
Hematokrit 34.1 31.0-43.0 %
Leukosit 12.86 6.00-17.50 Ribu/ul
Eritrosit 4.4 3.8-5.2 Ribu/ul
Trombosit 22.2 229-553 Ribu/ul L
Hitung jenis
Leukosit
Eosinofil% 0.2 1.0-5.0 % L
Basofil% 0.2 0-1 %
Neutrofil% 57.7 50-70 %
Limfosit% 33.4 25-50 %
Monosit% 8.2 1-6 % H
19% 0.3
Nearofil 1.7
Limfosit rasio
Absolute 4290 /ul
Limfosit count
Index eritrosit
Mcv 76.8 74.0-102.0 Fl
Mch 25.0 23.0-31.0 Pg
Mchc 32.6 28.0-32.0 g/dl H
Golongan A/positif
darah/RH
Kimia klinik
Elektrolit
(NA,K,CL)
21
F. Terapi
1. Infus futrolit 10 tpm
2. Paracetamol3x125 mg
3. Bactesyn 2x200 mg
4. Fartison 2x250 mg
5. Glybotic 2x250 mg
6. Triamcinolone 3x1 mg
7. Lapifed 3x1/4 mg
8. Cetirizine 3x2 mg
9. Aminofilin 3x1 mg
10. Pulmicort 2x0,25 mg
11. Velutine 2x0,25 mg
G. Analisa Data
Tabel 3.2 Analisa Data
Analisa Data Pada Anak A Dengan diagnosa Medis ISPA.
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS:orang tua klien Ketidak seimbangan Anorexia
mengatakan anaknya nutrisi kurang dari
batuk pilek disertai kebutuhan tubuh
demam sejak 2 hari
yang lalu,anaknya
malas makan selama
dirawat dan porsi
makannya tidak
dihabiskan.
DO:-klien tampak
lemah,pucat,kurus,BB
24 kg
22
-IMT:24/128 cm x
100=18,7
-TTV:R:30x/
menit,N:106x/menit,
S:37,3OC
bernafas pergerakan
sputung keluar dari
jalan nafas pergerakan
sumbatan keluar dari
jalan nafas
2. Ketidak seimbangan Tujuan : kebutuhan 1. kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari nutrisi terpenuhi makanan
kebutuhan tubuh kretria hasil : setalah 2. anjurkan orang tua
berhubungan dengan di lakukan tindakan pasien untuk pemberian
anoreksia keperawata selama 3x sedikit tapi sering
24jam maka ktetria 3. kolaborasi dengan ahli
hasil yang di harpkan gizi untuk menentukan
adanya peningkatakn jumlah kalori dan nutrisi
berat badan sesuai tubuh
dengan tujuan berat
badan ideal, sesuai
ttinggi badan
3. Gangguan pola tidur Tujuan : kebutuhan 1. tidur yang cukup dapat
berhubungan dengan tidur terpenuhi ktetria membantu prosses
secret berlebihan hasil setelah di penyembuhan
lakukan tindakan 2. kelahan dapat
keperawatan selama menurunkan kualitas tidur
3x 24jam maka kretria 3. lingkungan yang
hasil : yang di nyaman dapat
harapkan yaitu jumlah meningkatkan kualitas
jam tidur dalam batas tidur.
normal mampu
mengedintifikasi hal-
hal yang
meningkatkan tidur.
diperlukan
Selasa,1 Diagnosa 1.memberikan S:orang tua klien
1 juli keperawatan makan dalam porsi mengatakan nafsu makana
jam ketidakseimbanga kecil tapi sering anaknya telah membaik
10.00 n nutrisi kurang 2.mengkolaborasika dan porsi makan telah
dari kebutuhan n dengan ahli gizi habis
tubuh dalam memberikan O:TTV:BB:24kg
berhubungan variasi makanan N:100x/menit S:37,3oC
dengan anoreksia pada anak A:masalah telah teratasi
P:intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT ISPA
27
28
c. Terapi Antibiotik
Kebanyakan kasus ISPA disebabkan oleh virus, sehingga penggunaan
antibiotik tidak efektif dan hanya boleh digunakan jika terdapat
kecurigaan atau konfirmasi adanya infeksi bakteri.
2. Penatalaksanaan non Farmakologis
a. Penyebab ISPA umumnya adalah virus, sehingga terapi biasanya
hanya bersifat suportif saja.
1) Memperbanyak Minum
Memperbanyak minum sebanyak 8 gelas atau lebih dapat
menurunkan sekresi mukosa dan menggantikan kehilangan cairan.
Selain itu, minum air putih serta jus dilaporkan dapat meningkatkan
sistem imun.
2) Kompres Hangat
Lakukan kompres hangat pada daerah wajah untuk membuat
pernapasan lebih nyaman, mengurangi kongesti, dan membuat
drainase lebih baik pada rhinosinusitis. Gunakan lap hangat atau
botol berisi air hangat yang diletakkan di atas wajah dan pipi
selama 5-10 menit sebanyak 3-4 kali dalam sehari jika diperlukan.
3) Irigasi Nasal
Irigasi nasal dengan salin dapat meningkatkan kemampuan mukosa
nasal untuk melawan agen infeksius, dan berbagai iritan. Irigasi
nasal dapat meningkatkan fungsi mukosiliar dengan meningkatkan
frekuensi gerakan siliar. Irigasi nasal dapat dilakukan dengan
menggunakan larutan salin isotonik (NaCl 0,9%) via spuit
ataupun spray dengan frekuensi 2 kali dalam sehari.
A. Kesimpulan
1. ISPA merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang salah satu
atau lebih dari satu saluran pernapasan mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adnegsinya seperti
sinus, rongga telinga Tengah dan pleura (Depkes RI, 2010). Infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit yang
menyerang disaluran nafas dan kebanyakan merupakan infeksi virus.
Anak akan mengalami demam, batuk, dan pilek berulang serta anoreksia.
Dibagian tonsilitis dan otitis media akan memperlihatkan adanya
inflamasi pada tonsil atau telinga Tengah dengan jelas. Infeksi akut pada
balita akan mengakibatkan berhentinya pernapasan sementara atau apnea.
2. Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri dari
genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofillus, bordetella,
dan korinebakterium dan virus dari golongan mikrovirus (termasuk
didalamnya virus para influenza dan virus campak), adenoveirus,
koronavirus, pikornavirus, herpesvirus ke dalam tubuh manusia melalui
partikel udara (droplet infection).
3. Tanda dan gejala ISPA secara umum yang sering didapat adalah rinitis,
nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri
retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari
disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan
insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya
menunjukkan adanya penyulit. (Suriani, 2018)
4. Terapi untuk ISPA atas tidak selalu dengan antibiotik karena sebagian
besar kasus ISPA atas disebabkan oleh virus. Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) atas yang disebabkan oleh virus tidak memerlukan antiviral,
tetapi cukup dengan terapi suportif.
32
33
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Yaitu dapat
meningkatkan kualitas mutu dalam memberikan asuhan keperawatan dan
mengembangkan ilmu keperawatan menjadi lebih maju.
2. Bagi Sekolah
Diharapkan Laporan Akhir ini dapat dijadikan referensi dan digunakan
bagi siswa/siswi yang akan melakukan penelitian selanjutnya, sehingga
siswa/siswi dapat mengetahui pembelajaran tentang penyakit ISPA.
34
3. Bagi Siswa/Siswi
Agar dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai penyakit
ISPA.
DAFTAR PUSTAKA
35