OLEH:
I PUTU ARTHA SUWARTIKA
2002621048
6. Gejala Klinis
Menurut Amin dan Hardhi (2015), tanda dan gejala pneumonia adalah sebagai
berikut:
a. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering
terjadi pada usia 6 bulan - 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5°C - 40,5°C
bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau
terkadang euforia dan lebih aktif dari normal,beberapa anak bicara dengan
kecepatan tidak biasa.
b. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awaitan demam tiba- tiba dengan disertai sakit kepala,
nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan
brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
c. Anoreksia merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa
kanak- kanak. Sering kali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap
sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam
dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap pemulihan.
d. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat,
tetapi dapat menetap selama sakit.
e. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyetai infeksi pernafasan, khususnya karena virus.
f. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan
dari nyeri apendiksitis.
g. Sumbatan nasal, lubang hidung dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusui pada bayi.
h. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan
sedikit lendir kental dan purulen, bergantung pada tipe dan tahap infeksi.
i. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
j. Bunyi pernafasan, seperti mengi, mengorok, dan krekels.
k. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang
lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan
peroral.
l. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusui atau makan/minum, atau
memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis,
distress pernapasan berat.
m. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, terdapat napas cepat
1) Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan > 50 kali/menit
2) Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun > 40 kali/menit
7. Pemeriksaan Fisik
Secara riwayat, keluhan utama dalam kasus pneumonia termasuk tanda-tanda
sistemik seperti demam disertai menggigil, malaise, kehilangan nafsu makan,
dan mialgia. Temuan ini lebih umum pada pneumonia virus dibandingkan
dengan pneumonia bacterial. Sebagian kecil pasien mungkin mengalami
perubahan status mental, nyeri perut, nyeri dada, dan temuan sistemik lainnya.
Temuan paru termasuk batuk dengan atau tanpa produksi sputum. Pneumonia
bakteri dikaitkan dengan sputum bernanah atau jarang disertai darah.
Pneumonia virus berhubungan dengan produksi sputum encer atau kadang
mukopurulen. Mungkin ada nyeri dada pleuritik terkait dengan keterlibatan
pleuran bersamaan. Dispnea dan rasa berat di dada juga terlihat sesekali.
Pemeriksaan fisik dan temuan yang umum pada pasien pneumonia, meliputi
takipnea, takikardia, demam disertai atau tanpa menggigil, penurunan suara
napas atau suara napas brokial, egofoni dan penurunan taktil fremitus, baik
sugestif dari proses konsolidatif, krekels pada suara auskultasi pada organ paru
yang terkena, dullness saat perkusi (Jaint et al, 2021).
Pemeriksaan fisik pernapasan lebih rinci mengidentifikasi manifestasi klinis
pneumonia: nyeri, takipnea, penggunaan otot-otot aksesori pernapasan untuk
bernapas, nadi cepat, bounding atau bradikardia relatif, batuk, dan sputum
purulen. Keparahan, letak, dan penyebab nyeri dada harus diidentifikasi juga
hal apa yang dapat menghilangkannya. Segala perubahan dalam suhu dan
nadi, jumlah , bau, warna sekresi, frekuensi dan keparahan batuk, dan tingkat
takipnea atau sesak napas juga dipantau. Konsolidasi pada paru-paru diperiksa
dengan mengevaluasi bunyi napas (pernapasan bronchial, ronki
bronkovesikular atau krekels), fremitus, egofoni, pektoriloquy berbisik, dan
hasil perkusi (pekak pada bagian dada yang sakit) (Smeltzer & Bare, 2001).
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Menurut Muttaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada
orang dengan masalah pneumonia adalah:
a. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses.
b. Oksimetri nadi : untuk mengukur berapa banyak oksigen dalam darah.
Pneumonia dapat mencegah paru-paru memindahkan cukup oksigen ke
dalam darah. Untuk mengukur level, sensor kecil yang disebut oksimeter
denyut dipasang ke jari atau telinga
c. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada. Tes kultur dan sputum dilakukan untuk
mengetahui kuman yang menyebabkan pneumonia. Pemeriksaan darah
dilakukan dengan pemeriksaan darah lengkap untuk melihat apakah sistem
kekebalan sedang melawan infeksi.
d. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
e. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
f. Bronkoskopi : jika perawatan tidak berhasil dengan baik, prosedur ini
digunakan untuk melihat ke dalam saluran udara. Selama prosedur, dokter
mungkin juga mengumpulkan sampel jaringan paru-paru dan cairan dari
paru-paru untuk membantu menemukan penyebab pneumonia.
9. Diagnosis/Kriteria Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pneumonia pada anak, harus ada gejala khas
yang dialami anak yaitu demam, nyeri dada dan sesak (pernafasan cuping
hidung). Pada pemeriksaan fisik ditemukan takpnea (nafas cepat), retraksi
dinding dada dan suara nafas ronchi. Ditemukan infiltrate pada rontgen thorax,
pada pemeriksaan lab darah (leukosit meningkat) serta pada pemeriksaan gram
sputum (ditemukan bakteri atau pathogen penyebab pneumonia) (Ardiansyah,
2012).
10. Terapi/Tindakan Penanganan
Penatalaksanaan yang umum dilakukan pada penderita pneumonia yaitu
(Ardiansyah, 2012):
a. Oksigen 1-2 liter/menit (karena biasanya terjadi penurunan SaO2 < 90%).
b. Intra vena fluid drip dextrose 10%, NaCl 0,9% = 3:1, KCl 10 mEq/500 ml
cairan, jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan, kenaikan suhu dan
status hidrasi.
c. Pemberian makanan enteral diberikan secara bertahap melalui selang
nasogastric dengan feeding drip jika sesak tidak terlalu berat.
d. Jika terdapat sekresi lendir berlebihan dapat dilakukan pemberian inhalasi
dengan salin normal dan beta agonis untuk meperbaiki transport
mukosilier. Seperti pemberian terapi nebulizer dengan flexoid dan ventolin
yang bertujuan untuk mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat
meningkatkan lebar lumen bronkus.
e. Pemberian antibiotic : pneumonia (Amoxicillin oral 40 mg/kgBB/12 jam,
Kontrimoksazol 8 mg/kgBB), pneumonia berat (Ampicillin 50 mg/kgBB,
Benzylpenicillin 50.000 U/kgBB IM/IV per 6 jam, Gentamicin 7.5
mg/kgBB IM/IV per 24 jam, Cefriaxon 80 mg/kgBB per 24 jam).
f. Pemberian antipiretik seperti paracetamol untuk meredakan demam.
11. Komplikasi
Menurut Misnadiarly (2008) Komplikasi pneumonia yang tidak diobati atau
kurang diobati termasuk gagal napas, sepsis, infeksi metastasis, empiema,
abses paru, dan disfungsi multi-organ.
a. Efusi pleura
Ketika cairan menumpuk di antara pleura dan dinding dada karena
banyaknya cairan yang sudah ada di paru-paru. Sebagai akibat dari
Pneumonia, efusi pleura dapat berkembang yang dapat menyebabkan
kolaps paru-paru jika tidak ditangani dengan tepat.
b. Empiema
Nanah mungkin ada di paru-paru karena infeksi. Dengan demikian
kantong nanah dapat berkembang di rongga antara pleura dan dinding
dada, atau di paru-paru itu sendiri yang dikenal sebagai empiema.
c. Abses paru
Abses paru berkembang ketika infeksi telah menghancurkan jaringan paru-
paru dan terbentuk rongga berisi nanah.
d. Bakteremia
Ini terjadi ketika infeksi tidak lagi terkandung di dalam paru-paru dan
berpindah ke aliran darah, sehingga darah terinfeksi.
e. Septikemia
Keadaan infeksi pada aliran darah (sepsis) akubat dari pathogen penyebab
pneumonia.
f. Meningitis
Infeksi dapat menyebar ke meninges yang menutupi otak dan sumsum
tulang belakang, menyebabkan meningitis.
g. Septic arthritis
Ketika bakteremia telah terjadi, septic arthritis juga merupakan bahaya,
karena bakteri bermanifestasi di persendian yang dilalui darah.
h. Endokarditis atau perikarditis
Karena darah juga diedarkan melalui otot jantung dan perikardium, risiko
terkena infeksi sangat tinggi jika terdapat bakteremia.
Pathway Pneumonia
Bakteri, virus, jamur, aspirasi benda asing masuk Faktor penyebab meningkatnya
kesaluran nafas pneumonia pada anak :
1. Umur balita (< 12 tahun)
2. Faktor nutrisi (tidak mengosumsi ASI
ekslusif)
Gangguan Pertukaran Gas Bakteri berkolonisasi di saluran 3. Faktor lingkungan (menggunakan jenis
pernafasan bawah bahan bakar yang memiliki banyak
asap lebih, tinggal dengan orang tua
Intoleransi Aktivitas perokok.
Menginfeksi area alvoli dan parenkim paru
ATP menurun
Stimulasi kemoreseptor
Reaksi radang pada bronkus dan alveolus Sel point bertambah
dari hipotalamus
Pernafasan Anaerob
PNEUMONIA Leukosit meningkat Reaksi peningkatan
suhu tubuh
O2 menurun Proses difusi
terganggu PK Infeksi
Konsolidasi alveoli Hipertermi
Kesulitan bernafas
Produksi sputum meningkat
Ketidakefektifan Bersihan
Peningkatan asam Tertelan dan masuk pada
Mual Jalan Nafas
lambung lambung
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien yaitu meliputi nomor rekam medis, nama pasien, tempat
tanggal lahir, usia, jenis kelamin, bahasa, dan identitas
orangtua/penanggung jawab
b. Keluhan utama, yaitu meliputi keluhan yang dirasakan saat ini. Pada anak
dengan pneumonia biasanya mengeluhkan merasa demam disertai
menggigil, malaise, kehilangan nafsu makan, dan mialgia, batuk, sesak,
nyeri perut maupun nyeri dada.
c. Riwayat keluhan saat ini, yaitu tentang bagaimana perjalanan penyakit
yang pasien detita saat ini. Dari kapan mulai tanda gejala, sempat berobat
dimana dan bagaimana kronologi penyakitnya.
d. Riwayat kesehatan masa lalu yaitu seperti :
1) Kondisi prenatal, perinatal dan postnatal (apakah terdapat gangguan
pernafasan atau tanda-tanda infeksi sebelumnya)
2) Penyakit yang pernah diderita (riwayat penyakit lain yang pernah
diderita sebelumnya)
3) Riwayat masuk rumah sakit dan operasi (riwayat adanya masuk rumah
sakit sebelumnya, kapan, karena apa dan tindakan yang diberikan)
4) Riwayat kecelakaan atau trauma (riwayat trauma yang berhubungan
dengan kondisi pernafasan)
5) Riwayat alergi (riwayat alergi yang dimiliki anak)
6) Riwayat imunisasi (megkaji status imunisasi anak sesuai dengan
usianya)
7) Pengobatan (pengobatan sebelumnya yang diterima seperti antipiretik,
antibiotic dan nebulizer)
e. Riwayat pertumbuhan, yaitu riwayat pertumbuhan anak apakah ada
pertumbuhan yang menyimpang atau tidak (BB dan TB)
f. Riwayat sosial, yaitu siapa pengasuh anak, hubungan dengan anggota
keluarga, hubungan anak dengan teman sebaya serta pembawaan anak
secara umum
g. Riwayat keluarga, yaitu kondisi sosial ekonomi, kondisi lingkungan rumah
(apakah cenderung menggunakan bahanbakar kayu dan ada kebiasaan
merokok orang tua dekat anak), riwayat penyakit keluarga dan genogram
keluarga (apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama atau
tidak)
h. Pengkajian tingkat perkembangan, yaitu meliputi pengkajian terhadap
personal sosial, adaptif motorik halus, bahasa dan motorik kasar anak.
i. Pengkajian pola kesehatan klien saat ini
Data yang perlu dikaji terkait pola fungsi kesehatan seperti pemeliharaan
dan persepsi terhadap kesehatan (apakah orang tua rutin memeriksakan
tumbuh kembang anak, apakah rutin melakukan imunisasi), nutrisi atau
metabolic (mengkaji apakah anak memiliki mual dan muntah), pola
eliminasi (BAB dan BAK, apakah ada tanda diare atau kencing sedikit)
pola aktivitas dan latihan (pengkajian kemandirian pasien dalam
melakukan ADL dan latihan serta apakah pasien merasakan sesak), pola
tidur dan istirahat (apakah pola istirahat pasien terganggu), pola
kognitifperseptual, pola persepsi diri/konsep diri, pola seksual dan
reproduksi, pola peranhubungan, pola manajemen koping stress dan pola
keyakinan dan nilai pasien.
j. Pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan head to toe dengan melakukan
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut hingga ujung
kaki. Inspeksi meliputi keadaan umum anak lemah, tampak menggigil,
pucat, sianosis, pernafasan cuping hidung, sesak nafas penggunaan otot
bantu nafas dan retraksi dinding dada. Palpasi meliputi adanya nyeri tekan
pada kepala, dada dan peningkatan suhu. Perkusi meliputi suara pasu
cenderung pekak atau dullness, auskultasi meliputi suara nafas tambahan
ronchi atau wheezing.
k. Pemeriksaan diagnostik penunjang meliputi ditemukan infiltrate pada
rontgen thorax, pada pemeriksaan lab darah (leukosit meningkat) serta
pada pemeriksaan gram sputum (ditemukan bakteri atau pathogen
penyebab pneumonia).
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan mukus
berlebihan dan sekresi yang tertahan ditandai dengan suara napas
tambahan, dispnea, sputum dalam jumlah yang berlebihan, batuk yang
tidak efektif.
b. Hipertermi berhubungan dengan penyakit infeksi pneumonia dan
peningkatan laju metabolisme ditandai dengan kulit terasa hangat dan
gelisah.
c. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan
keluhan tentang intensitas dan karakteristik nyeri.
3. Rencana Asuhan Keperawatan