A. Latar Belakang
anak dan kaum lanjut usia di dunia. World Health Organization (WHO)
dunia sekitar 19% atau berkisar 1,6-2,2 juta, sekitar 70% terjadi di Negara-
negara berkembang, terutama Afrika dan Asia Tenggara. Pada tahun 2005
keenam(Zairinayati,SKM, 2020)
diantara semua balita), dan selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar
cepat dan napas sesak karena paru meradang secara mendadak (Poetry,
2018)
kematian bayi dan 22,8% kematian balita disebabkan oleh penyakit sistem
dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko, antara lain berat badan lahir
Di Indonesia proporsi kematian balita pada umur 1-1 tahun antara lain
leukemia 2,9% dan lain-lain 4,9%, namun penelitian tersebut tidak menilai
2007, prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada dua tahun (>35%) ISPA
cenderung terjadi lebih tinggi pada kelompok ibu dengan pendidikan dan
A. Konsep Medis
a. Definisi
penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena napas paru
kali/menit atau anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40
kali/menit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5
b. Etiologi
Terjadinya suatu peningkatan kasus penyakit tertentu dan atau
kejadian luar biasa sewaktu-waktu bisa terjadi secara sproratis. Hal ini
(Zairinayati,SKM, 2020)
pneumonia. Hanya biakan dari specimen fungsi atau aspirasi paru serta
balita akan tetapi fungsi paru merupakan prosedur yang berbahaya dan
nosocomial:
2. Yang didapat di rumah sakit; basil usus gram negatif (E, coli,
a. Bakteri
b. Virus
Cytomegalovirus.
c. Jamur
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carinii pneumonia
mikroorganisme:
a) Bahan kimia
c) Merokok
2021)
c. Patofisiologi
alveoli penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit, fibrin dan
Perlahan sel darah merah yang akan masuk ke alveoli menjadi mati
dan lingkungan yang berintraksi satu sama lain. Dalam keadaan sehat,
d. Manifestasi Klinis
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45
6. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat
lelah.
10. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi
e. Penatalaksanaan Medis
3. Pemberian oksigen
penderita.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X
2. GDA
Jika terdapat penyakit paru biasanya GDA tidak normal tergantung
3. JDL leukositosis
Sel darah putih rendah karena terjadi inveksi virus, dan kondisi
imun.
4. LED meningkat
meningkat.
g. Komplikasi
mesti diwaspadai:
1. Gagal Napas
2. Bakteremia
Ketika pneumonia sudah memburuk, infeksi akan meluas ke
meninggal dunia.
3. Efusi Pleura
selaput pleura, yaitu selaput tipis yang melapisi bagian luar paru-
2018)
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
jarang terdapat masalah yang perlu diantisipasi oleh perawat. Data hasil
2020)
panjang.
e. Pemeriksaan fisik :
1) Inspeksi
2) Palpasi
cairan atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak
terdapat secret.
3) Perkusi
redup.
4) Auskultasi
g. Riwayat sosial
keyakinan agama/budaya.
h. Kebutuhan dasar
3. Data psikologis
1) Anak
b) Pengalaman sebelumnya
2. Diagnosis Keperawatan
jalan nafas
hasil: b. Monitor
menurun sputum
membaik d. Monitor
(frekuensi,
kedalaman,
usaha
napas)
e. Auskultasi
bunyi napas
Terapeutik
f. Atur posisi
semi fowler
atau fowler
g. Berikan
minum
hangat
h. Lakukan
fisioterapi
dada, jika
perlu
i. Berikan
oksigen,
jika perlu
Edukasi
j. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
batuk
efektif
k. Ajarkan
teknik
batuk
efektif
l. Anjurkan
batuk
dengan kuat
langsung
setelah tarik
napas
dalam yang
ke-3
Kolaborasi
m. )
Kolaborasi
pemberian
bronkodilat
or,
mukolitik
atau
ekspektoran
, jika perlu
hasil: sputum
a. Tekanan ekspirasi c. Monitor
meningkat frekuensi,
meningkat kedalaman
menurun kemampuan
membaik efektif
membaik adanya
sumbatan
jalan napas
f. Palpasi
kesimetrisa
n ekspansi
paru
g. Monitor
saturasi
oksigen
Edukasi
h. Anjurkan
asupan
cairan 2000
ml/hari, jika
tidak
kontraindik
asi
i. Ajarkan
teknik
batuk
efektif
hasil: kedalaman
kussmaul,
cheyne-
stokes, biot,
ataksik)
c. Monitor
adanya
sumbatan
jalan napas
d)
Auskultasi
bunyi napas
d. Monitor
saturasi
oksigen
e. Monitor
nilai AGD
f. Monitor
hasil x-ray
thoraks
g. Monitor
kecepatan
aliran
oksigen
h. Monitor
integritas
mukosa
hidung
akibat
pemasangan
oksigen
Terapeutik
i. Tetap
berikan
oksigen saat
pasien
ditransporta
si
Kolaborasi
j. Kolaborasi
penentuan
dosis
oksigen
k. Kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas
dan/atau
tidur
hasil: hipertermia
menurun vital
membaik output
suhu kulit
f. Monitor
komplikasi
akibat
hipertermia
Terapeutik
g. Sediakan
lingkungan
yang dingin
h. Longgarkan
atau
lepaskan
pakaian
i. Basahi dan
kipasi
permukaan
tubuh
j. Tingkatkan
asupan
cairan dan
nutrisi yang
adekuat
k. Berikan
cairan oral
l. Ganti linen
setiap hari
jika
mengalami
keringat
berlebih
m. Lakukan
pendinginan
eksternal
(mis.
kompres
dingin pada
dahi, leher,
dada,
abdomen,
aksila
Edukasi
n. Anjurkan
tirah baring
o. Anjurkan
memperban
yak minum
Kolaborasi :
p. Kolaborasi
pemberian
antipiretik,
jika perlu
q. Kolaborasi
pemberisn
antibiotik,
jika perlu
4. Evaluasi
jenis evaluasi:
perencanaan.
1) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali
oleh perawat.
ditetapkan.
Nurhayati, S., Suryani, R. L., Cahyaningrum, E. D., & Nony. (2022). Fisioterapi
dada untuk mengatasi masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada
Poetry, I. (2018). Penyakit infeksi saluran napas pneumonia pada anak, orang
Rigustia, Zeffira, & Vani, A. (2019). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan
Safitri, R. wardana, & Suryani, R. lintang. (2022). Batuk efektif untuk mengurangi
sesak nafas dan sekret pada anak dengan diagnosa pneumonia. vol.3 no.4.
Pascal Books.