Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

”ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SAKIT DENGAN PNEUMONIA”

DOSEN PEMBIMBING :

Dwi Sulistyawati, S.Si.T. M.KES

DISUSUN OLEH:

MURNIATI

191101044

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PRODI D – III KEPERAWATAN T.2B
2019/2020
KONSEP PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Pneumonia merupakan infeksi atau peradangan pada parenkim paru yang sering
mengakibatkan gangguan pada pernapasan salah satunya bersihan jalan napas.
Penatalaksanaan pada masalah bersihan jalan napas bisa dengan menggunakan
tindakan fisioterapi dada.
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur,
pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik paru. Pneumonia dapat menyerang siapa
saja, seperti anakanak, remaja, dewasa muda san usia lanjut, namun lebih banyak pada
balita dan lanjut usia (PDPI, 2020). Pneumonia disebabkan oleh agen infeksius seperti
virus, bakteri dan jamur. Virus dan bakteri ini akan menginfeksi paru-paru jika
terhirup terutama pada anak-anak dengan daya tahan tubuh yang lemah. Sistem
kekebalan tubuh anak akan dapat melemah karena kekurangan gizi terutama pada
anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Faktor lingkungan juga meningkatkan
kerentanan anak terhadap pneumonia seperti polusi udara dalam ruangan, kepadatan
hunian dan anggota keluarga yang merokok (WHO, 2016). Pneumonia merupakan
penyebab kematian terbesar pada anak-anak di seluruh dunia.

B. ETIOLOGI
Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya adalah
bakteri. Penyebab paling umum pneumonia di Amerika Serikat yaitu bakteri
Streptococcus pneumonia, atau Pneumococcus.Sedangkan pneumonia yang
disebabkan karena virus umumnya adalah Respiratory Syncytial Virus, rhinovirus,
Herpes Simplex Virus, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)(Nursalam,
2016).
a. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu
1) Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
a) Streptococcus pneumonia
merupakan bakteri anaerob fakultatif. Bakteri patogen ini di temukan pneumonia
komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%, sedangkan pada
pneumonia komunitas rawat inap di ICU sebanyak 33%.
b) Staphylococcus aureus
bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan obat secara intravena
(intravena drug abusers) memungkan infeksi kuman ini menyebar secara
hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru-paru. Apabila suatu
organ telah terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan,
nekrosis dan pembentukan abses.
c) Enterococcus (E. faecalis, E faecium)
2) Atipikal organisme
Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp, chlamedia sp, Legionella
sp.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet, biasanya
menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya
adalah cytomegali virus, herpes simplex virus, varicella zooster virus.
c. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik,
dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara. Organisme yang
menyerang adalah Candida sp, Aspergillus sp, Cryptococcus neoformans.
d. Lingkungan
Faktor lingkungan termasuk faktor yang sangat mempengaruhi untuk terjadinya
pneumonia salah satunya yaitu pencemaran udara. Pencemaran udara dalam
rumah dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain, bahan bangunan (misal;
asbes), struktur bangunan (misal; ventilasi), bahan pelapis untuk furniture serta
interior (pada pelarut organiknya), kepadatan hunian, kualitas udara luar rumah
(ambient air quality), radiasi dari Radon (Rd), formaldehid, debu, dan kelembaban
yang berlebihan. (Kemenkes RI, 2011).

C. PATOFISIOLOGI
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer
melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru
yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan fibrin, eritrosit, cairan
edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi
merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit di
alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat.
Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag
meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan
debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner
jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal (Nursalam, 2016).
Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis, cairan edema
masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak, kemudian
makrofag akan membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh
lagi ke lobus yang sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru- paru melalui cairan
bronkial yang terinfeksi. Melalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran
darah dan pluro viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsolidasi, maka
kapasitas vital dan comliance paru menurun, serta aliran darah yang mengalami
konsolidasi menimbulkan pirau/ shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang
mismatch, sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja jantung mungkin meningkat oleh
karena saturasi oksigen yang menurun dan hipertakipnea. Pada keadaan yang berat
bisa terjadi gagal nafas (Nursalam, 2016).

D. TANDA DAN GEJALA


- Demam tinggi, yang terkadang disertai menggigil
- Batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh malah memburuk
- Sesak nafas, bahkan ketika melakukan aktivitas ringan
- Nyeri dada saat menarik nafas atau batuk
- Batuk dan pilek yang berlangsung terus-menerus atau makin memburuk
- Kebingungan atau perubahan perilaku, terutama pada pengidap berusia di atas 65
tahun.
E. PATHWAT PNEOMONI
F. KOMPLIKASI
Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa
menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok pasien
risiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bakteremia (sepsis),
abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas. Bakteremia dapat terjadi pada pasien
jika bakteri yang menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan
infeksi ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan kegagalan organ. Pada 10%
pneumonia dengan bakteremia dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa
meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan empiema. Pneumonia
juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa disebut
dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat eksudatif. Efusi
pleura eksudatif yang mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta
dengan nanah disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema maka cairan perlu di
drainage menggunakan chest tube atau dengan pembedahan (Ryusuke, 2017).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia.
Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
b. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula
ditemukanleukopenia.
c. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk
mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen
polisakarida pneumokokkus.
d. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial
karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis
respiratorik.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Karena penyebab pneumonia bervariasi membuat penanganannya pun
akan disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu, penanganan dan pengobatan
pada penderita pneumonia tergantung dari tinggkat keparahan gejala yang timbul dari
infeksi pneumonia itu sendiri (shaleh, 2013).
a. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
Maka pemberian antibiotik adalah yang paling tepat. Pengobatan haruslah benar-
benar komplit sampai benar-benar tidak lagi adanya gejala pada penderita. Selain
itu, hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum harus tidak lagi menampakkan adanya
bakteri pneumonia. Jika pengobatan ini tidak dilakukan secara komplit maka suatu
saat pneumonia akan kembali mendera si penderita (shaleh, 2013).
1) Untuk bakteri Streptococus Pneumoniae
Bisa diatasi dengan pemberian vaksin dan antibiotik. Ada dua vaksin tersedia,
yaitu pneumococcal conjugate vaccine dan pneumococcal polysacharide
vaccine. Pneumococcal conjugate vaccine adalah vaksin yang menjadi
bagian dari imunisasi bayi dan direkomendasikan untuk semua anak dibawah
usia 2 tahun dan anak-anak yang berumur 2-4 tahun. Sementara itu
pneumococcal polysacharide vaccine direkomendasikan bagi orang dewasa.
Sedangkan antibiotik yang sering digunakan dalam perawatan tipe pneumonia
ini termasuk penicillin, amoxcillin, dan clavulanic acid, serta macrolide
antibiotics, termasuk erythromycin (shaleh, 2013).
2) Untuk bakteri Hemophilus Influenzae
Antibiotik yang bermanfaat dalam kasus ini adalah generasi cephalosporins
kedua dan ketiga, amoxillin dan clavulanic acid, fluoroquinolones
(lefofloxacin), maxifloxacin oral, gatifloxacin oral, serta sulfamethoxazole dan
trimethoprim (shaleh, 2013).
3) Untuk bakteri Mycoplasma
Dengan cara memberikan antibiotik macrolides (erythromycin, clarithomycin,
azithromicin dan fluoroquinolones), antibiotik ini umum diresepkan untuk
merawat mycoplasma pneumonia (shaleh, 2013).
b. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus
Pengobatannya hampir sama dengan pengobatan pada penderita flu. Namun, yang
lebih ditekankandalam menangani penyakit pneumonia ini adalah banyak
beristirahat dan pemberian nutrisi yang baik untuk membantu pemulihan daya
tahan tubuh. Sebab bagaimana pun juga virus akan dikalahkan jika daya tahan
tubuh sangat baik (shaleh, 2013).
c. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur
Cara pengobatannya akan sama dengan cara mengobati panyakit jamur lainnya.
Hal yang paling penting adalah pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi
pneumonia (shaleh, 2013).

KONSEP PENYAKIT
A. PENGKAJIAN
Pengkajian yang cermat oleh perawat merupakan hal penting
untuk mendeteksi masalah ini. Melakukan pengkajian pada pernafasan lebih jauh
dengan mengidentifikasi manifestasi klinis pneumonia: nyeri, takipnea, penggunaan
otot pernafasan untuk bernafas, nadi cepat, bradikardi, batuk, dan sputum purulen.
Keparahan dan penyebab nyeri dada harus diidentifikasi juga. Segala perubahan
dalam suhu dan Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan
dokumentasi data (informasi) yang sistematis dan berkesinambungan. Sebenarnya,
pengkajian tersebut ialah proses berkesinambungan yang dilakukan pada semua fase
proses keperawatan. Misalnya, pada fase evaluasi, pengkajian dilakukan untuk
menentukan hasil strategi
keperawatan dan mengevaluasi pencapaian tujuan. Semua fase proses keperawatan
bergantung pada pengumpulan data yang lengkap dan akurat (Muttaqin, 2008).
nadi, jumlah sekresi, bau sekresi, dan warna sekresi, frekuensi dan
keparahan batuk, serta takipnea atau sesak nafas harus di pantau. Konsolidasi pada
paru-paru dapat di kaji dengan mengevaluasi bunyi nafas (pernafasan bronkial, ronki,
atau krekles) dan hasil perkusi (pekak pada bagian dada yang sakit) (Brunner &
Suddarth, 2013).
Pengkajian meliputi:
a. Identitas pasien
Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
registrasi, serta diagnose medis (Muttaqin, 2008).
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada gangguan sistem pernapasan, penting untuk mengenal
tanda serta gejala umum sistem pernapasan.Termasuk dalam keluhan utama pada
sistem pernapasan, yaitu batuk, batuk darah, produksi sputum berlebih, sesak napas,
dan nyeri dada. Keluhan utama pada bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk
tidak efektif, mengi, wheezing, atau ronkhi kering, sputum berlebih (Muttaqin, 2008).
c. Riwayat kesehatan
1). Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya, yang
dapat mendukung dengan masalah sistem pernapasan. Misalnya apakah klien pernah
dirawat sebelumnya, dengan sakit apa, apakah pernah mengalamisakit yang berat,
pengobatan yang pernah dijalanidan riwayat alergi (Muttaqin, 2008).
2). Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada sistem pernapasan seperti menanyakan
riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan hingga klien meminta
pertolongan.Misalnya sejak kapan keluhan bersihan jalan napas tidak
efektifdirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi. Setiap keluhan
utama harus ditanyakan kepada klien dengan sedetail-detailnya dan semua
diterangkan pada riwayat kesehatan sekarang (Muttaqin, 2008).
3). Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pada sistem
pernapasan adalah hal yang mendukung keluhan penderita,
perlu dicari riwayat keluarga yang dapat memberikan
presdiposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak napas, batuk
dalam jangka waktu lama, sputum berlebih dari generasi
terdahulu (Muttaqin, 2008).
d. Aktivitas / istirahat
Akan timbul gejala seperti kelemahan, kelelahan, dan insomnia yang
ditandai dengan penurunan intoleransi terhadap aktivitas.
e. Sirkulasi
Memiliki riwayat gagal jantung serta ditandai dengan takikardi, tampak pucat.
Makanan / cairan
Akan timbul gejala seperti kehilangan nafsu makan, mual /
muntah serta ditandai dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi
bisingusus, kulit kering dan tugor kulit buruk serta penampilan
malnutrisi.
f. Kenyamanan
Akan timbul gejala seperti sakit kepala, nyeri dada meningkat
disertai batuk, myalgia, dan atralgia.
g. Keamanan
Memiliki riwayat gangguan system imun, mengalami demam
yang ditandai dengan berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan.
h. Pemeriksaan fisik
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul
yaitu dikeadaan umum pasien tampak lemah dan sesak nafas, untuk kesadaran
tergantung tingkat keparahan penyakit. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital
diperoleh tekanan darah hipertensi, nadi takikardi, respirasi takipnea atau dispnea
serta nafas dangkal, dan suhu tubuh hipertermi. Pemeriksaan di bagian kepala
tidak ada kelainan, pemeriksaan mata terdapat konjungtiva tampak anemis,
pemeriksaan hidung jika pasien mengalami sesak akan terdengar nafas cuping
hidung. Pemeriksaan pada paru-paru saat infeksi terlihat ada penggunaan otot
bantu nafas. Palpasi di dapatkan adanya nyeri tekan, paningkatan vocal fremitus
pada daerah yang terkena. Perkusi terdengar suara pekak karena terjadi
penumpukan cairan di alveoli. Dan saat dilakukan auskultasi terdengarronki. Pada
pemeriksaan Jantung jika tidak ada kelainan jantung, maka pemeriksaan jantung
tidak ada kelemahan. Pemeriksaan ekstremitas tampak sianosis.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Diagnosa keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan
phatway, diagnosa yang mungkin muncul yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
D.0001
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
D.0005
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan D.0019
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi
keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan buku Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia sebagai berikut:
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
Tertahan D.0001
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
bersihan jalan nafas meningkat L.01001
Kriteria hasil: L.01001
1) Batuk efektif meningkat
2) Produksi sputum menurun
3) Mengi menurun
4) Wheezing menurun
5) Dispnea menurun
6) Sianosis menurun
7) frekuensi nafas membaik
8) pola nafas membaik
Intervensi keperawatan:
Latihan batuk efektif 1.01006
1) Observasi
a) Identifikasi kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi sputum
c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
d) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan
karakteristik)
2) Terapeutik
a) Atur posisi semi-fowler atau fowler
b) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
c) Buang sekret pada tempat sputum
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu (dibulatkan) selam 8 detik
c) Anjurkan tarik nafas dalam hingga 3 kali
d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas
dalam yang ke-3
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas D.0005
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola
nafas membaik L.010004
Kriteria hasil: L.010004
1) Kapasitas vital meningkat
2) Tekanan ekspirasi meningkat
3) Tekanan inspirasi meningkat
4) Dispnea menurun
5) Penggunaan otot bantu nafas menurun
6) Pernafasan cuping hidung menurun
7) Frekuensi nafas membaik
8) Kedalaman nafas membaik
9) Ekskursi dada membaik
Intervensi keperawatan:
Manajemen jalan nafas 1.01011
1) Observasi
a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
b) Monitor bunyi nafas tambahan (misalnya gurgling, mengi,
wheezing, ronki)
c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2) Terapeutik
a) Posisikan semi-fowler atau fowler
b) Berikan minum hangat
c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
d) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
e) Berikan oksigen, jika perlu
3) Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
b) Ajarkan teknik batuk efektif
4) Kolaborasi
a) kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik. jika perlu

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan D.0019


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan status
nutrisi membaik L.03030
Kriteria hasil: L.03030
1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2) Perasaan cepat kenyang menurun
3) Frekuensi makan membaik
4) Nafsu makan membaik
5) Membran mukosa membaik
Intervensi keperawatan:
Manajemen nutrisi 1.03119
1) Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dari intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastik
f) Monitor asupan makanan
g) Monitor berat badan
h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2) Terapeutik
a) Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu
b) Fasilitasi menentukan pedoman diet
c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
f) Berikan suplemen makanan, jika perlu
3) Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b) Ajarkan diet yang diprogramkan
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalkan pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien
(Perry, 2009). Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
dimana rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang
telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi
perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah
dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadapsetiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya.
Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana
perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya (Wilkinson.M.J, 2012).

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Menurut setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan terbagi menjadi dua yaitu:
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi formatif harus dilaksanakan segra setelah
perencanaan keperawatan telah diimplementasikan untuk membantu menilai
efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi formatif harus dilaksanakan terus menerus
hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam
evaluasi formatif terdiri atas analisis rencana asuhan keperawatan, pertemuan
kelompok, wawancara, observasi klien, dan menggunakan from evaluasi.
Ditulis dalam catatan perawatan.
b. Evaluasi Sumatif (hasil)
Evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan.
Fokus evaluasi sumatif adalah perubahan prilaku atau setatus kesehatan klien pada
akhir asuhan keperawatan. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan
keperawatan secara paripurna. Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah
tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan, tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika
klien menunjukan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan,
dan tujuan tidak tercapai/ masalah tidak teratasi : jika klien tidak menunjukan
perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.Perumusan evaluasi sumatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan
istilah SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan perencanaan.
1) S (subjektif)
Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia
2) O (objektif)
Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.
3) A (analisis)
Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau dikaji dari data
subjektif dan data objektif.
4) P (perencanaan)
Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan, baik yang
sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan
pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2019). Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018. In Riset Kesehatan Dasar 2018
(pp. 182–183).
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-risetkesehatan-dasar-riskesdas/
Brunner & Suddarth. (2013).Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

“ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA ANAK SAKIT DENGAN PNEUMONIA”

DOSEN PEMBIMBING :

Dwi Sulistyawati, S.Si.T. M.KES

DISUSUN OLEH:

MURNIATI

191101044

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PRODI D – III KEPERAWATAN T.2B
2019/2020
KASUS:

Seorang ibu datang kerumah sakit sambas membawa anak nya yang berumur 8 tahun yang
masih duduk dibangku SD dengan keluhan batuk berdahak, Demam naik turun, Nafsu makan
menurun sejak 4 hari yang lalu disertai dengan kepala pusing. Lalu pasien pada tanggal 14
Juli 2019 pukul 10.00 Wita dirawat diruangan Cendana. Dibagian ekstermitas kiri atas
terpasang infus RL 20 tetes/menit. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh hasil TD:
110/70 mmHg, N: 62x/menit, S: 38,60C, dan RR: 24x/menit.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama pasien : An. T
Umur : 8 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : melayu/ indonesia
Agama : islam
Pendidikan : SD
Alamat : Tengarang Kab.sambas
No. RM : 105832
Diagnose masuk : pneumonia
Tanggal MRS : 14 Juli 2020/10.00 WIB
Tanggal pengkajian :14 juli 2020/17.00 WIB

B. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN


1. Keluhan utama :
An.T masuk rumah sakit dengan keluhan batuk berdahak, Demam naik turun,
Nafsu makan menurun sejak 4 hari yang lalu disertai dengan kepala pusing

2. Riwayat penyakit sekarang :


Ibu pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit dikarenakan
sakit jantung. Pasien tidak memiliki penyakit kronik dan menular, pasien tidak
memiliki riwayat alergi makanan ataupun obat, serta pasien tidak ada riwayat
oprasi.

3. Riwayat kesehatan keluarga:


Ibu pasien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
yang seperti dideritanya.

C. GENOGRAM

D. POLA AKTIVITAS
a. Pola makan dan minum
- Makan:
SMRS: dalam sehari 4x dengan nasi, sayur, telur, dan kadang daging.
MRS : Setelah sakit An.T mengalami penurunan nafsu makan. Porsi
makan An.T dalam sehari 3x dengan nasi, sayur, dan ikan. Setiap
makan An.T hanya menghabiskan ¼ porsi makanan yang diberikan.
- Minum :
SMRS: dalam sehari minum air putih sebanyak 1200cc hingga 1300cc.
MRS: dalam sehari minum air putih sebanyak 1200cc hingga 1300cc.
b. Pola tidur/istirahat:
SMRS: Istirahat dan tidur An.T sebelum sakit biasanya tidur malam 7 jam, tidur
siang 1-2 jam.
MRS : Setelah sakit Pasien mengatakan pola istirahat terganggu karena batuk dan
sesak napas. Pasien hanya bisa tidur malam 3-4 jam, sedangkan tidur siang kurang
dari 1 jam.

c. Kebersihan diri/ personal hygiene:


- Mandi:
SMRS: sebelum sakit mandi 3x/hari,
MRS : saat sakit mandi 2x/hari
- Mencuci rambut:
SMRS : keramas 1x/minggu
MRS : keramas tidak pernah
- Sikat gigi :
SMRS: sikat gigi 2x/hari
MRS : sikat gigi 2x/hari
- Potong kuku:
SMRS: 1x/minggu.
MRS: tidak pernah

d. Pola eliminasi
- BAK :
SMRS: Sebelum sakit An..T BAK sebanyak 3x/hari dengan produksi urine ≤
1500cc/jam
MRS : Setelah sakit An.T dalam sehari BAK sebanyak 3x dengan produksi
urine 1200cc/jam.
- BAB :
SMRS: BAB dalam sehari sebanyak 2x dengan konsistensi lembek dan
berwarna kuning.
MRS: BAB dalam sehari sebanyak 1-2x dengan konsistensi lembek bewarna
coklat.
e. Pemeriksaan system pencernaan dan setatus nutrisi
An.T memiliki BB yaitu 36 kg dan TB yaitu 145 cm. Dengan IMT yaitu 14,5 kg
m2 masuk dalam kategori berat badan dibawah normal

E. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Hubungan sosial baik, dukungan keluarga aktif, dukungan teman serta masyarakat
aktif, reaksi saat interaksi kooperatif. Spiritual keyakinan akan penguasa kehidupan
yaitu Tuhan, Sumber kekuatan saat sakit hanya pada Tuhan. Ritual agama yang sering
dilakukan yaitu ibadah.

F. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum: sedang
b. Kesadaran : Composmentis
GCS: E:4 V: 5 M: 6
Total : 15

c. Tanda –tanda vital:


TD: 110/70 mmHg,
N: 62 x/menit teraba kuat,
S: 38,60C, akral teraba hangat,
RR: 24x/menit teratur
d. Pemeriksaan kepala dan leher:
1. Kepala dan rambut:
- Bentuk kepala: simetris, Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe dan tidak ada
lesi.
- Rambut: penyebaran rambut merata
- Warna: berwarna hitam campur tidak mudah patah, tidak bercabang dan tidak
ada kelainan
2. Mata:
- Inspeksi: simetris kanan dan kiri, kornea mata jernih, konjungtiva merah
muda, sklera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata,
adanya reflek cahaya pada pupil dan bentuk isokor, iris berwarna hitam
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
3. Hidung
- Inspeksi: simetris, posisi septum nasi ditengah, lubang hidung bersih,
penciuman baik, tidak ada kelainan
- Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan
4. Telinga
- Inspeksi: simetris, Pinna telinga elastis, kanalis telinga bersih, membrane
timpani dengan cahaya politser (+), dan pasien dapat mendengar dengan baik
- Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
5. Mulut dan lidah
- Inspeksi: Keadaan mukosa bibir berwarna pucat, gigi tanggal 2 bagian bawah,
tidak ada karies, lidah berwarna merah muda, dan uvula terletak simetris di
tengah.
- Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
6. Leher
- Inspeksi: tidak ada lesi
- Palpasi: Kelenjar getah bening tidak teraba, kelenjar tiroid tidak teraba, posisi
trakea terletak ditengah, dan tidak ada kelainan

e. Pemeriksaan Thorak:
Pasien mengeluh sesak
f. System pernafasan:
- Inspeksi : Bentuk dada simetris, frekuensi pernafasan 24x/menit, tidak ada
jejas, irama nafas tampak tidak teratur, tampak adanya\retraksi otot
pernafasan, dipsnea, tampak batuk disertai lendir berwarna kuning yang sulit
dikeluarkan dan terdapat penggunaan alat bantu pernafasaan nasal kanul 3lpm.
- Palpasi: vokal fremitus normal teraba simetris, adanya retraksi otot
pernafasaan
- Perkusi: Suara perkusi redup
- Auskultasi : Terdengar suara nafas tambahan wheezing

g. Pemeriksaan jantung:
- Inspeksi: CRT < 2 detik, tidak ada sianosis
- Palpasi: Iktus kordis teraba, akral hangat
- Auskultasi : BJ II Aorta: dup, reguler dan intensitas kuat BJ II Pulmonal: dup,
reguler, dan intensitas kuat BJ I Trikuspid: lup, reguler dan intensitas kuat BJ I
Mitral: lup, reguler dan intensitas kuat
- Perkusi : Tidak ada bunyi jantung tambahan
h. Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : Bentuk abdomen datar, tidak terlihat bayangan vena, tidak ada
benjolan atau masa, tidak ada luka oprasi
- Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, dan ginjal tidak teraba
- Perkusi: Tidak ada asites
- Auskultasi: Bising usus 10x/menit

i. Pemeriksaan muskuluskeletal (ekstremitas) dan integument:


Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan ekstermitas, tidak ada fraktur, dan
kekuatan otot: 5555

j. Genetalia :
Normal, tidak ada lesi, tidak terdapat nyeri tekan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium :
Pemeriksaan lab darah lengkap 14 Juli 2020
- Hb: 11,9 gr/dL Eritrosit: 4,12 106/mm Leukosit: 13.850 /mm Hematokrit: 34,
9% Tromb : 250.000 /mm
- gula darah sewaktu 14 Juli 2020
- ureum 14 Juli 2020
- creatinin 14 Juli 2020
- elektrolit 14 Juli 2020
- Urine lengkap 14 Juli 2020
- EKG 14 Juli 2020
- foto Thorax 14 Juli 2020

H. PENATALAKSAAN DAN TERAPI


1. Obat yang diterima:
- RL 20 tpm Aspar K 2x1
- tablet Lapibal 2x1
- ampulAzitromycin 1x500 mg
- Ambroxol 3x1 tablet
- Aritromycin 1 x 500mg

I. ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH


.
1. DS: Penumpukan sekret Ketidakefektifan jalan nafas
Pasien mengatakan
bahwa batuk
berdahak dan sesak
sudah sejak 4 hari
yang lalu
DO:
Tampak batuk dan
susah mengeluarkan
sekret Tanda-tanda
vital TD: 110/70
mmHg
N: 62 ×/menit
S: 36,8 0C
RR: 24×/menit
Wheezing (+) Sesak
(+)

2. DS: Kurang nya asupan Ketidakseimbangan nutrisi


Ibu pasien makan kurang dari kebutuhan tubuh
mengatakan nafsu
makan pasien
menurun.
DO:
Urin pasien tampak
berwarna kemerahan
Jumlah urin pasien
100 cc Jumlah
minum pasien selama
sakit ± 3 gelas
Mukosa bibir kering
Turgor kulit jelek
Infuse terpasang Nacl
0,9 % dengan tetesan
20 tpm
TD: 110/70 mmHg
N: 62 x/menit
RR: 24 x/ menit
S: 36,8 0C

3. DS: Intake yang tidak Pemenuhan nutrisi kurang dari


Pasien mengatakan adekuat kebutuhan tubuh
mual dan tidak nafsu
makan sejak 4 hari
yang lalu.
Pemenuhan
DO:
Makanan yang
disajikan hanya habis
¼ porsi Pasien
tampak lemas
Mukosa tampak
kering

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA MASALAH TERATASI PARAF


PERAWATAN
DITEMUKAN
1. Ketidakefektifan bersihan 14 Juli 2020 16 juli 2020
jalan napas berhubungan
dengan Penumpukan
secret (D.0001)
2. Ketidak efektifan pola 14 Juli 2020 16 juli 2020
nafas berhubungan dengan
disfungsi neuromuscular
(D.0005)
3. Resiko defisit nutrisi 14 Juli 2020 16 uli 2020
berhubungan dengan
Intake yang tidak adekuat
(D.0032)

K. INTERVENSI

No DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


. KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifa n Setelah dilakukan 1. Monitor posisi
bersihan jalan napas tindakan keperawatan selang
berhubungan dengan selama 3 × 24 jam endotrakeal
Penumpukan secret diharapkan kebersihan (ETT), terutama
(D.0001) jalan nafas kembali setelah mengubah
efektif dengan kriteria posisi.
hasil: 2. Kurangi tekanan
-Produksi sputum balon secara
mengiWheezing periodic tiap shift
meconium(pada 3. Jelaskan pasien
neonates) menurun. atau keluarga
(L.01001) tujuan dan
prosedur
pemasangan jalan
nafas buatan.
4. Kolaborasi
intubasi ulang jika
berbentuk mucous
plug yang tidak
dapat dilakukan
penghisapan.
(l.01012)
2. Ketidak efektifan pola Setelah dilakukan 1. memonitor kulit
nafas berhubungan tindakan keperawatan area stoma
dengan disfungsi selama 3x24 jam trakeostomi(mis,
neuromuscular diharapkan pola nafas kemerahan,
(D.0005) efektif kembali dengan drainase,
kriteria hasil: perdarahan).
- dispnea menurun 2. Lakukan
- penggunaan otot bantu penghinsapan
napas menurun lender kurang
- pemanjangan fase dari 15 detik jika
ekspirasi menurun diperlukan(bukan
- frekuensi nafas secara
membaik berkala/rutin).
- keadaan nafas 3. Jelaskan pasien
membaik atau keluarga
(L.01004) tujuan dan
prosedur
pemasangan jalan
nafas buatan
4. Kolaborasi
intubasi ulang
jika berbentuk
moccous plug
yang tidak dapat
dilakukan
penghinsapan.
(l.01012)
3. Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Identifikasi status
berhubungan dengan tindakan keperawatan nutrisi.
Intake yang tidak selama 3x24 jam 2. Berikan makanan
adekuat diharapkan defisit tinggi kalori dan
(D.0032) nutrisi membaik dengan tinggi protein.
kriteria hasil: 3. Anjurkan posisi
-pola makan yang duduk, jika
meningkat mampu
- Berat badan indeks 4. Kolaborasi
massa tubuh (IMT) dengan ahli gizi
membaik. untuk menentukan
(L.03030) jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu.
(l.03119)

L. IMPLEMENTASI

No TANGGAL TINDAKAN EVALUASI PARAF


. / JAM KEPERAWATAN
1. 14 Juli 2020 Tindakan yang dilakukan S:
17.00 WIB (l.01012) - Pasien
1. Monitor posisi mengatakan
selang endotrakeal batuk sejak 4
(ETT), terutama hari yang lalu.
setelah mengubah O:
posisi. - Wheezing(+)
17.15 WIB 2. Kurangi tekanan RR: 24x/menit
balon secara
periodic tiap shift A: Masalah belum
17.35 WIB 3. Jelaskan pasien teratasi
atau keluarga
tujuan dan prosedur P: Lanjutkan intervensi
pemasangan jalan
nafas buatan.
17.55 WIB 4. Kolaborasi intubasi
ulang jika
berbentuk mucous
plug yang tidak
dapat dilakukan
penghisapan.

2. 14 Juli 2020 Tindakan yang dilakukan: S:


18.30 WIB (l.01012) - pasien
1. memonitor kulit mengatakan
area stoma nafas pasien
trakeostomi(mis, sesak
kemerahan, - pasien
drainase, mengatakan
perdarahan). pasien banyak
18.35 WIB 2. Lakukan tidur
penghinsapan O:
lender kurang dari - pasien tampak
15 detik jika batuk
diperlukan(bukan - pasien tampak
secara sesak berkurang
berkala/rutin). - Pasien minum
18.40 WIB 3. Jelaskan pasien air hangat
atau keluarga - TD 120/70
tujuan dan mmHg
prosedur - N 62 x/menit.
pemasangan jalan - RR 24 x/ menit
nafas buatan - S 38,6 0C.
18. 50 WIB 4. Kolaborasi intubasi
ulang jika A: Masalah teratasi
berbentuk moccous sebagian
plug yang tidak
dapat dilakukan P: Lanjutkan intervensi
penghinsapan.

3. 14 Juli 2020 Tindakan keperawatan S:


19. 30 WIB yang dilakukan: (l.03119) - Pasien
1. Identifikasi status mengatakan
nutrisi. mual dan tidak
19.40 WIB 2. Berikan makanan mampu makan
tinggi kalori dan
tinggi protein. O:
19.45 WIB 3. Anjurkan posisi - Makanan yang
duduk, jika mampu di sajikan habis
20.00 WIB 4. Kolaborasi dengan ¼ porsi
ahli gizi untuk
menentukan jumlah A: Masalah belum
kalori dan jenis teratasi
nutrient yang
dibutuhkan, jika P: Laanjut intervensi
perlu.

1. 15 juli 2020 1. Memantau setatus S:


08.00 WIB pernafasan setiap 4 - Pasien
jam sekali. RR: mengatakan
20x/menit. batuk berkurang
08.30 WIB 2. Mempertahankan O:
posisi fowler atau - Wheezing(+)
semifowler RR: 20x/menit
08.35 WIB 3. Memberikan O2 jika A: Masalah teratasi
perlu sebagian
08.45 WIB 4. Memberikan obat P: Lanjutkan intervensi
Ambroxol 30 mg
Azitromycin500 mg
2. 15 juli 2020 1. Mengatur posisikan S:
09.00 WIB pasien semi fowler - pasien
dengan cara mengatakan
meletakan bantal di nafas pasien
belakang punggung tidak sesak
pasien. - pasien
09.15 WIB 2. Menganjurkan mengatakan jika
pasien minum air nafas pasien
hangat. sesak pasien
09.30 WIB 3. Memonitor akan di pasang
pernafasan pasien
oksigen.
09.40 WIB 4. Memonitor tanda- O:
tanda vital - pasien tampak
tidak terpasang
O2
- pasien tampak
sesak berkurang
- TD 120/70
mmHg
- N 62 x/menit.
- RR 24 x/ menit
- S 38,6 0C. A:

A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
3. 15 juli 2020 1. Memantau jumlah S:
makanan yang
10.00 WIB - Pasien
dikonsumsi
(makanan yang mengatakan
disajikan habis ½
mual berkurang
porsi)
10.15 WIB 2. Menimbang berat
badan/hari O:
10.30 WIB 3. Menganjurkan - Makanan yang
makan dalam porsi disajikan habis
kecil tapi sering ½ porsi
10.36 WIB 4. Menganjurkan A: Masalah teratasi
pasien konsumsi sebagian
makanan tinggi P: intervensi dilanjutkan
kalori dan tinggi
protein

1. 16 juli 1. Memantau setatus pernafasan S:


2020 pasien setiap 4 jam sekali. - Pasien
08.30 WIB RR: 18x/menit mengatakan
2. Memantau setatus pernafasan tidak batuk
08.35 WIB pasien setiap 4 jam sekali. lagi
RR: 18x/menit O:
08.40 wib 3. Mempertahankan posisi - Wheezing (+)
fowler atau semifowler RR: 18x/menit
09.00 WIB 4. Memberikan O2 jika perlu
09.15 WIB 5. Memberikan obat Ambroxol A: Masalah teratasi
30 mg Azitromycin 500 mg P: Intervensi
dihentikan
2. 16 juli 1. Mengatur posisikan S:
2020 pasien semi fowler - Ibu pasien
09.30 WIB dengan cara mengatakan
meletakan bantal di napas pasien
belakang punggung tidak sesak
09.35 WIB pasien. lagi.
2. Menganjurkan pasien
minum air hangat. O:
09.46 WIB 3. Memonitor - Pasien
pernafasan pasien. tampak tidak
09.55 WIB 4. Memonitor tanda- terpasang O2
tanda vital - Menganjurkan
pasien banyak
minum
- TD 90/50
mmHg
- N 85 x/menit
- RR 28 x/
menit
- S 37,5 0C

A: Masalah teratasi
sebagian

P: intervensi
dihentikan
3. 16 juli 1. Memantau jumlah makanan S:
2020 yang dikonsumsi (makanan - Pasien
10.05 WIB yang disajikan habis 1 porsi) mengatakan
10.35 WIB 2. Menimbang berat badan/hari tidak mual
lagi
3. Menganjurkan makan dalam
10.40 WIB
porsi kecil tapi sering
O: Makanan yang
4. Menganjurkan pasien untuk
disajikan habis 1
konsumsi makanan yang
10.56 WIB porsi
tinggi protein dan tinggi
kalori
A: Masalah teratasi
sebagian
P: intervensi
dihentikan

LAMPIRAN JURNAL PNEUMONIA

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PNEUMONIA DENGAN MASALAH


UTAMA BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF DI RUANG EMERALD LT.2
RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Baidah*, Ria Rahmadhani**

Akademi Keperawatan Kesdam VI/Tanjungpura Program Studi D-III Keperawatan *Email:


baidah_nazpur@yahoo.com
ABSTRAK

Pneumonia merupakan infeksi atau peradangan pada parenkim paru yang sering
mengakibatkan gangguan pada pernapasan salah satunya bersihan jalan napas.
Penatalaksanaan pada masalah bersihan jalan napas bisa dengan menggunakan tindakan
fisioterapi dada. Kejadian pneumonia menurut WHO Pada tahun 2017 Pneumonia
membunuh 808.694 balita, terhitung 15% dari semua kematian anak di bawah usia lima
tahun. Di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2018 sebanyak 215 kasus dan
meningkat pada tahun 2019 sebanyak 222 kasus. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi
manfaat tindakan fisioterapi dada dalam upaya mengurangi sekret yang diakibatkan oleh
produksi mukus berlebih pada asuhan keperawatan anak. Metode penelitian karya tulis ini
menggunakan desain studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan. Tempat di ruang
Emerald lt.2 RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin, pada tanggal 29 Maret-10 April
2021. Metode pengambilan data adalah dengan wawancara, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Instrumen pengumpulan data menggunakan format asuhan
keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku di Diploma III Keperawatan di Akademi
Keperawatan Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin. Didapatkan hasil pengeluaran sekret
pada jalan napas setelah pemeberian tindakan fisiotrapi dada. Pasien 1 masalah bersihan jalan
napas tidak efektif teratasi dan pasien 2 masalah bersihan jalan napas teratasi sebagian. Dari
penelitian yang dilakukan didapatkan hasil tindakan fisioterapi dada dapat membantu
mengeluarkan sekret dan memperbaiki keadaan umum pasien. Tindakan fisioterapi dada
dapat digunakan sebagai alternative dalam membantu mengeluarkan sekret pada pasien
pneumonia dengan masalah utama bersihan jalan napas tidak efektif.

Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Pneumonia, Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

PENDAHULUAN:

Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, pajanan bahan kimia atau
kerusakan fisik paru. Pneumonia dapat menyerang siapa saja, seperti anakanak, remaja,
dewasa muda san usia lanjut, namun lebih banyak pada balita dan lanjut usia (PDPI, 2020).
Pneumonia disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri dan jamur. Virus dan bakteri
ini akan menginfeksi paru-paru jika terhirup terutama pada anak-anak dengan daya tahan
tubuh yang lemah. Sistem kekebalan tubuh anak akan dapat melemah karena kekurangan gizi
terutama pada anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Faktor lingkungan juga
meningkatkan kerentanan anak terhadap pneumonia seperti polusi udara dalam ruangan,
kepadatan hunian dan anggota keluarga yang merokok (WHO, 2016). Pneumonia merupakan
penyebab kematian terbesar pada anak-anak di seluruh dunia. Pada tahun 2017 Pneumonia
membunuh 808.694 balita, terhitung 15% dari semua kematian anak di bawah usia lima
tahun. Pada tahun 2015 UNICEF. melaporkan kurang lebih 14% dari 147.000 balita di
Indonesia meninggal karena pneumonia (WHO, 2019). Data dari profil kesehatan Indonesia
tahun 2016 pneumonia merupakan penyebab dari 16% kematian balita. Kematian akibat
pneumonia yang kelompok umur 1-4 tahun lebih tinggi yaitu sebesar 0,13% dibandingkan
pada kelompok bayi yang sebesar 0,06%. Tahun 2016, terdapat 568.146 jumlah kasus
pneumonia pada balita (65,27%) (Kemenkes, 2017). Prevalensi kasus pneumonia balita
berdasarkan hasil pengamatan penyakit di puskesmas kabupaten Karanganyar pada tahun
2014 sampai dengan 2016 mengalami peningkatan yakni dari 726 kasus menjadi 913 kasus.
Pada bulan Januari hingga Juni tahun 2017 kasus insiden pneumonia pada balita menurun
yakni menjadi 304 kasus (Dinkes kabupaten Karanganyar, 2016).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan diketahui kasus pneumonia di


kota Banjarmasin yang merupakan daerah tertinggi penemuan jumlah kasus pneumonia pada
tahun 2017 yaitu sebanyak 14.630 kasus (66,52%) pada balita dalam 5 tahun terakhir, baik
dari segi jumlah kasus maupun dari persentase penemuan kasusnya (Dinkes Kota
Banjarmasin, 2018).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Susan.N & I wayan pada tahun 2020 dengan
judul “faktor-faktor risiko kejadian pneumonia pada pasien pneumonia usia 12-59 bulan di
RSUD Wangaya” ditemukan status imunisasi yang tidak lengkap dan terpapar asap rokok
merupakan faktor resiko terjadinya pneumonia pada anak usia 12-59 bulan di RSUD
Wangaya.

Pemerintah Indonesia berkomitmen tinggi terhadap program pencegahan dan pengendalian


pneumonia, upaya pemerintah semaksimal mungkin dalam meningkatkan dan
mempertahankan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata, meningkatkan akses, cakupan
dan kualitas dari intervensi pneumonia yang kompherensif serta melakukan perluasan
imunisasi secara bertahap ke wilayah lainnya di Indonesia (Alexander K. Ginting, 2020).
Dalam proses perawatan, penyakit pneumonia menimbulkan gangguan kebutuhan oksigenasi
yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas, dan gangguan pertukaran gas. Oleh karena itu,
dibutuhkan penatalaksanaan yang cepat pada penderita pneumonia (Suriadi & Yuliani, 2010).
Masalah keperawatan pada klien dengan pneumonia dapat dicegah dengan penatalaksanaan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh mulai dari pengkajian
masalah, menentukan diagnosa keperawatan, membuat intervensi, implementasi serta
evaluasi asuhan keperawatan pada pasien pneumonia dengan memperbaiki pola nafas yang
tidak efektif. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien pneumonia dengan gangguan
kebutuhan oksigenasi ialah auskultasi suara nafas, pemberian posisi semi fowler, fisioterapi
dada, pemberian oksigen, melakukan suction, dan pemberian inhalasi pada anak (Bulechek et
al, 2016).

Menurut Wahyuningsih (2015), dalam naskah publikasinya yang berjudul “Asuhan


Keperawatan Pada Anak B dengan Ganggauan Sistem Pernafasan: Pneumonia di Ruang
Anggrek RSUD Surakarta” untuk mengatasi masalah keperawatan yang berhubungan dengan
kebutuhan oksigenasi peneliti melakukan pemberian posisi semi fowler, terapi inhalasi
(nebulizer) dan pemberian oksigen.

Data yang diperoleh dari RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin ruang Emerald lt.2
untuk data pneumonia pada 3 tahun terakhir ini mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Ditemukan data sebagai berikut:

Keterangan: Tahun:

2018 2019 2020


Jumlah kasus 1.618 1.577 696
Peneumonia
215 222 170

Meningkatnya kasus pneumonia menjadi masalah yang harus dapat ditangani bagi perawat di
Ruang Emerald lt.2 RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin yang mana peran perawat
disini sangat penting untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang terkena
pneumonia. Menurut hasil wawancara dengan perawat di Ruang Emerald lt.2 RSUD
Dr.H.Moch. Ansari Saleh Banjarmasin peran perawat terhadap anak dengan penyakit
Pneumonia tidak hanya memberikan asuhan keperawatan saja tetapi peran perawat disini
sebagai edukator, koordinator, kolabolator, dan konsultan.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Pneumonia dengan Masalah Utama
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif di Ruang Emerald lt.2 RSUD Dr.H.Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin tahun 2021”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan asuhan


keperawatan dengan mengambil satu kasus sebagai unit analisis. Unit analisis yaitu dua orang
pasien anak rawat inap dengan pneumonia di ruang Emerald lt.2 RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin. Metode pengambilan data adalah dengan wawancara, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Instrumen pengumpulan data menggunakan format asuhan
keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku di Diploma III Keperawatan di Akademi
Keperawatan Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil :

Dilakukan pembahasan tentang resume asuhan keperawatan pada pasien anak dengan
pneumonia dengan pemanfaatan tindakan fisioterapi dada di ruang Emerald lt.2 RSUD Dr. H.
Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Resume kasus meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
interensi, implementasi, dan evaluasi. Pasien 1 dilakukan pengkajian pada An.M pada tanggal
29 Maret 2021 dan didapatkan data meliputi usia 8 tahun, beralamat di Jl.Meratus No.34
dengan diagnosa medis pneumonia. An.M mengeluh batuk berdahak. Pasien tampak lemas
dan batuk berdahak, hasil perkusi paru terdengar pekak daerah dekstra inferior. Pemeriksaan
fisik meliputi Nadi: 117x/mnt, suhu: 36,6°C, respirasi: 22x/mnt, SpO2: 95%. Pasien 2
dilakukan pengkajian pada An.S pada tanggal 5 April 2021 usia tahun beralamat di
Komp.Persada raya No.4 dengan diagnosa medis Asma bronkial+pneumonia. An.S mengeluh
batuk berdahak dan sulit untuk mengeluarkan dahak. Hasil perkusi paru terdengar pekak di
daerah inferior, auskulatasi bunyi paru sedikit ronchi di daerah inferior. Pemeriksaan fisik
meliputi Nadi: 122 x/mnt, suhu: 36,2°C, respirasi: 34x/mnt, SpO2: 93%. Berdasarkan
pengkajian pada kedua pasien dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret. Dari analisis data tersebut
muncul intervensi untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas yaitu dengan melakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam jalan napas pasien paten dengan kriteria hasil: batuk
pasien berkurang dan sekre mulai keluar, saat perkusi suara pekak berkurang, auskultasi
bunyi napas vesikuler. Intervensi yang dilakukan untuk kedua pasien berkadarkan buku SIKI
antara lain: (1)kaji keefektifan jalan napas dan monitor status pernapasan anak. (2)beritahu
untuk meminum air hangat agar sekret mudah dikeluarkan. (3)lakukan fisiotrapi dada bila
perlu. (4)berikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai pnemonia.
(5)kolaborasi untuk pemberian inhalasi dan antibiotik.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada An.M pada tanggal 30 Maret 2021, An.S
pada tanggal 6 April 2021, selama 3 hari meliputi: (1)mengkaji keefektifan jalan napas
dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada derah dada pasien. (2)memberitahu dan
membantu pasien untuk minum air hangat. (3)melakukan fisioterapi dada, meminta pasien
untuk duduk, perawat mendengarkan bunyi napas dan menentukan letak sekret pasien, lalu
perawat menepuk dan menggetarkan punggung pasien. (4)mendiskusikan kepada pasien dan
keluarga tentanf etiologi, tnada gejala, dan penatalaksanaan saat anak mengalami pneumonia.
Evaluasi tindakan pada An.M dan An.S berdasarkan masalah utama bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan sekret evaluasi dtindakan
keperawatan dilakukan pada hari ke-3 pada An.M pada tanggal 31 Maret 2021, ibu pasien
mengatakan batuk anaknya sudah sangat berkurang, suara napas tambahan sudah tidak ada
lagi, masalah bersihan jalan napas teratasi, dan intervensi dihentikan.

Evaluasi pada An.S pada Tanggal 8 April 2021, ibu pasien mengatakan anaknya sudah bisa
mengeluarkan dahak saat batuk, batuk pasien sudah sangat berkurang dan suara napas
tambahan sudah tidak ada lagi, masalah bersihan jalan napas tertatasi sebagia, intervensi
dilanjutkan no.(2&3).

Pembahasan :

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien 1 dan 2 terdapat beberapa


perbedaan, diantaranya pada saat perawat telah selesai melakukan fisioterapi dada lalu
meminta anak untuk batuk efektif agar sekret keluar, pasien 1 lebih tepat melakukan batuk
efektif dibanding pasien 2, menurut peneliti hal ini dipengaruhi oleh tingkat usia anak karena
pasien 1 lebih tua 3 tahun dibanding pasien 2, hal ini dapat mempengaruhi kemampuan pada
aktivitasnya. Pada pasien 1 dan pasien 2 juga terdapat persamaan dalam diagnosa yang
muncul yaitu sama-sama mengalami bersihan jalan napas tidak efektif karena adanya
penumpukan sekret saat pneumonia terjadi. Adapun pembahasan dari hasil asuhan
keperawatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: Fisioterapi dada merupakan
kumpulan tehnik atau tindakan pengeluaran sputum yang digunakan baik secara mandiri
maupun kombinasi agar tidak terjadi penumpukan sputum yang mengakibatkan tersumbatnya
jalan napas dan komplikasi penyakit lain sehingga menurunkan fungsi ventilasi paru-paru
(Hidayat, dkk., 2014).

Menurut Terry & Sharon (2013), gambaran klinis pneumonia bervariasi, yang
tergantung pada usia anak, respon sistemik anak terhadap infeksi, agen etiologi, tingkat
keterlibatan paru, dan obstuksi jalan nafas. Tanda dan gejala anak yang mengalami
pneumonia antara lain : takipnea, demam, dan batuk disertai penggunaan otot bantu nafas dan
suara nafas abnormal. Berdasarkan keluhan saat pengkajian, kedua pasien sudah tidak
mengalami demam dan sesak napas karena pasien sudah dirawat di ruangan sekitar 5 hari
sebelum pengkajian dilakukan, keluhan demam dan sesak napas sudah teratasi. Berkaitan
dengan hal tersebut kedua pasien masih sama-sama mengalami batuk berdahak sehingga
bersihan jalan napas menjadi tidak efektif.

KESIMPULAN

Asuhan keperawatan pada pasien 1 An.M dan pasien 2 An.S dilakukan secara menyeluruh
(kompherensif). Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, penegakan diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan diakhiri dengan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander (2020). Pneumonia. https://www.kemkes.go.id. Tanggal 16 pukul 17.30


WITA Bulechek G, et al. (2016). Nursing Interventions Clarification (NIC), Nurjanah
Intansari, Roxana D, Tumanggor (2016) (Alih Bahasa). Yogyakarta: Mocomedia.

Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar (2016). Profil Kesehatan Kabupaten


Karanganyar Tahun 2016.

Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Data laporan mingguan (W2) ISPA Puskesmas di
Kota Banjarmasin Tahun 2017. Dinkes: Banjarmasin, 2018.

I Wayan & Susan (2020). Faktor-Faktor Resiko Kejadian Pneumonia pada Pasien
Pneumonia Usia 12-59 bulan di RSUD Wangaya. Journal Ners Volume 11 Nomor 1, (398-
404) diakses pada tanggal 20 Februari pukul 20.40 WITA.
Kementrian Kesehatan RI. Profil Data Kesehatan Indonesia (2016). Jakarta: Pusat
Data dan informasi Kementerian Kesehatan RI.

PDPI (2020). Pres Release “Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)” Outbreak
Pneumonia Di Tiongkok. www.klikpdpi.com. tanggal 20 Februari pukul 20.30 WITA
(tanggal akses)

Suriadi & Yuliani Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta. Sagung Seto.
WHO (2016). Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang
(Widjaja, A,C perterjemah). Jakarta: EGC.

WHO (2019). Pneumonia. https://www/who.int/news-


room/factsheets/detail/pneumonia tanggal 20 Februari pukul 20.40 WITA (tanggal akses).

http:///C:/Users/SMILE/Downloads/22-Article%20Text-83-2-10-20210604.pdf

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“PNEUMONIA”

Pokok bahasan : Pneumonia

Sub Pokok bahasan : Penanganan dan Pencegahan Pneumonia

Hari/Tanggal : Selasa, 02 Agustus 2020

Waktu : 08.10 s.d selesai

Tempat : RSUD. Sambas

Sasaran : An.T
A. TUJUAN
 Tujuan umum :
Setelah diberikan pendidikan kesehatan (pendkes) selama 30 menit
ibu klien memiliki gambaran mengenai penyakit pneumonia dan
mengetahui penanganannya secara tepat.
 Tujuan khusus:
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan (pendkes) selama 1 x 30
menit ibu klien diharapkan mampu :
1. Menjelaskan mengenai penyebab pneumonia dan klasifikasi
pneumonia
2. Menjelaskan tanda gejala penyakit pneumonia
3. Menjelaskan penanganan yang tepat pada penyakit pneumonia
4. Dapat mengetahui upaya pencegahan penyakit pneumonia
5. Menjelaskan tentang pengertian penyakit pneumonia

B. SUB POKOK BAHASAN


1. Pengertian penyakit pneumonia
2. Penyebab penyakit pneumonia dan klasifikasi pneumonia
3. Tanda gejala penyakit pneumonia
4. Cara penanganan yang tepat pada penyakit pneumonia
5. Upaya pencegahan penyakit pneumonia

Materi Penyuluhan
“PENYAKIT PNEUMONIA PADA ANAK”

A. Pengertian Penyakit Pneumonia


Pneumonia adalah peradangan jaringan paru dimana terdapat penyebaran
kuman yang disebabkan pengisian rongga paru yang terkecil oleh eksudat
(nanah bercampur cairan). Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap
penyakit ini karena respon imunitas mereka masih belum berkembang
dengan baik. Pneumonia merupakan sebuah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri atau virus dan menyerang pada bagian paru-paru.

B. Klasifikasi Pneumonia
1. Penyebab Pneumonia:
 Pneumonia biasanya disebabkan oleh infeksi kuman seperti virus,
bakteri, jamur, mycoplasma, dan protozoa.
 Bakteri : Streptoccus Pneumoniae (Pneumokokus), penyebab
paling sering infeksi bakteri pada anak.
 Virus : Resiratory Syncytial Virus, penyebab paling sering infeksi
saluran pernafasan bawah pada anak.
2. Klasifikasi Pneumonia :
 Pneumonia berat : gejalanya, adanya tarikan dinding dada ke
dalam atau saturasi oksigen <90%.
 Pneumionia : gejalanya, nafas cepat
 Batuk bukan pneumonia : tidak ada tanda-tanda pneumonia
berat maupun pneumonia ringan.
C. Tanda Gejala Penyakit Pneumonia
1. Anak akan mengalami sesak nafas, atau kesulitan dalam bernafas,
nafas tidak normal
2. Nafas berbunyi
3. Anak akan mengalami demam tinggi
4. tampak gelisah dan lemas
5. Batuk mula-mula tidak berdahak kemudian menjadi berdahak
6. Sulit makan atau minum
7. Nyeri dada atau perut
D. Pencegahan Pneumonia pada anak
 Pastikan lingkungan tempat tinggal anak sehat untuk paru-paru
mereka.
 Orang dewasa yang akan merokok sebaiknya tidak berdekatan
dengan anak.
 sehingga lingkungan anak cukup sehat.
 Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum, agar
anak tidak terkena kontaminasi bakteri atau virus dari tangan orang
dewasa.
 Jika ada orang dewasa yang terkena pilek atau batuk, maka
sebaiknya tidak berdekatan dengan anak. Cara ini lebih baik
menjaga kesehatan anak agar tetap bertahan.

“LEBIH BAIK MENCEGAH DARIPADA MENGOBATI.”

E. Kegiatan Penyuluhan

No. waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran


1. 3 Menit Pembukaan:
a. Memberi salam Menjawab salam
pembuka
b. Memperkenalkan Memperhatikan
diri
c. Menjelaskan pokok Memperhatikan
bahasan dan tujuan
penyuluhan
2. 20 menit Pelaksanaan:
a. Menjelaskan Memperhatikan
pengertian
penyakit Pneumonia
b. Menjelaskan Memperhatikan
penyebab
penyakit pneumonia
dan klasifikasi
pneumonia
c. Menjelaskan tanda Memperhatikan
gejala penyakit
Pneumonia
d. Menjelaskan cara Memperhatikan
penanganan dan
pencegahan
penyakit pneumonia
3. 7 menit Evaluasi: Menanyakan Menjawab
kepada ibu klien Pertanyaan
tentang materi yang telah
diberikan

Terminasi:
a. Mengucapkan Mendengarkan
terimakasih atas
peran serta dan
peserta
b. Mengucapkan salam Menjawab salam

penutup
F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

G. Media
1. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
2. Leaflet

H. Daftar pustaka
https://hamil.co.id/anak/sakit/pneumonia-pada-anak

Anda mungkin juga menyukai