Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

PNEUMONIA PADA AN.L DI RUANG BANGSAL ANAK


RUMAH SAKIT RADEN MATTAHER KOTA JAMBI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : WINDI CLARISKA


NIM : G1B221014
KELOMPOK : II
PERIODE : MINGGU 1

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
A. Konsep Teori Pneumonia

1. Definisi

Istilah pneumonia menggambarkan keadaan paru apapun, tempat


alveolus biasanya terisi dengan cairan dan sel. Pneumonia adalah penyakit
infeksi akut yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Dahlan,
2014).

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan


bawahakut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan
agens infeksius seperti : virus bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasisubstansi
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dankonsolidasi. (Nurarif
& Kusuma, 2015).

Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa pneumonia


adalah Suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru yang di sebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi) maupun benda asing.

Gambar Pneumonia
2. Klasifikasi

Klasifikasi pneumonia berdasarakan anatomi (pola keterlibatan paru)


(LeMone. Atal, 2016) antara lain :

a. Pneumonia lobal, biasanya mengenai seluruh lobus paru. Proses


awalnya, ketika respons imun minimal, bakteri menyebar sepanjang lobus
yang terkena dengan akumulasi cepat. Cairan edema karena terjadi
respons imun dan inflamasi, RBC dan neutrofil, merusak sel epitel, dan
fibrin berakumulasi dalam alveoli. Eksudat purulent mengandung
neurofil dan makrofag terbentuk. Karena alveoli dan bronkiolus
pernafasan terisi dengan eksudat, sel darah, fibrin, dan bacteria,
konsolidasi (solidifikasi) jaringan paru terjadi. Akhirnya, proses sembuh
karena enzim menghancurkan eksudat dan sisa debris direabsorpsi, di
fagosit, atau dibatukan keluar.

b. Bronkopneumonia (pneumonia lobularis), Biasanya mengenai bagian


jaringan paru terkait, ditandai dengan konsolidasi bercak. Eksudat
cenderung tetap terutama di bronki dan bronkiolus, dengan sedikit
edema dan kongesti alveoli daripada Pneumonia lobar.

c. Pneumonia interstisial (Bronkiolitis), proses inflamasi terutama


melibatkan interstisium : dinding alveolar dan jaringan ikat yang
menyokong pohon bronchial. Keterlibatan dapat berupa bercak atau
difus karena limfosit, makrofag, dan sel plasma menginfiltrasi septa
alveolar. Ketika alveoli biasanya tidak mengandung eksudat yang
banyak, membrane hialin yang kaya protein dpat melapisi alveoli,
mengandung pertukaran gas.

d. Pneumonia milier, pada pneumonia milier, sejumlah lesi inflamasi


memiliki ciri tersendiri terjadi sebagai akibat penyebaran patogen ke
paru melalui aliran darah. Pneumonia milier umumnya terlihat pada
orang yang mengalami luluh imun berat. Sebagai akibatnya, respons
imun buruk dan kerusakan jaringan pleura sangat signifikan.
Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan
(LeMone.Atal,2016)

a. Pneumonia Komunitas (Community-Acquired Pneumonia).

Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksius


yang sering di sebabkan oleh bakteri yaitu Streptococcus pneumonia.
Bakteri ini terletak di saluran napas atas pada hingga 70% orang dewasa.
Bakteri ini dapat menyebar secara langsung dari kontak orang ke orang
melalui droplet.

b. Penyakit Legionnaire.

Penyakit Legionnaire adalah bentuk bronkopneumonia yang


disebabkan oleh legionella pneumophilia, bakteri gram negative yang
secara luas ditemukan dalam air, terutama air hangat. Perokok, lansia,
dan orang yang menderita penyakit kronik atau gangguan pertukaran imun
merupakan orang yang paling rentan terhadap penyakit Legionnaire.
c. Pneumonia Atipikal Primer

Pneumonia disebabkan oleh Mycoplasma pneumonia umumnya


diklasifikasikan sebagai Pneumonia Atipikal Primer karena manifestasi
dan rangkaian penyakit sangat berbeda dengan Pneumonia bakteri lainnya.
Dewasa muda khususnya mahasiswa dan calonanggota militer merupakan
populasi yang umumnya terkena. Pneumonia ini sangat menular.
d. Pneumonia Virus.

Pneumonia virus umumnya merupakan penyakit ringan yang


sering kali mengenai lansia dan orang yang mengalami kondisi kronik.
Sekitar 10% pneumonia ini terjadi pada orang dewasa.
e. Pneumonia Pneumosis

Orang yang mengalami luluh imun yang parah beresiko terjadinya


pneumonia oportunistik yang disebabkan oleh Pneumocystis jiroveci,
parasit yang lazim ditemukan di seluruh dunia. Infeksioportunistik dapat
terjadi pada orang yang ditangani dengan imunosupresif atau obat
sitotoksik untuk kanker atau transplan organ.
f. Pneumonia Aspirasi.

Pneumonia aspirasi merupakan aspirasi isi lambung ke paru-paru


yang menyebabkan pneumonia kimia dan bakteri.

3. Etiologi
Menurut Hariadi (2010) dan Bradley dkk (2011) pneumonia dibagi
berdasarkan kuman penyebab yaitu :
a. Pneumonia bacterial/tipikal adalah pneumonia yang dapat terjadi pada
semua usia. Bakteri yang biasanya menyerang pada balita dan anak- anak
yaitu Streptococcus pneumonia, Haemofilus influenza, Mycobacterium
tuberculosa dan Pneumococcus.
b. Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh Mycoplasma.
Organisme atipikal yang biasanya menyerang pada balita dan anak-anak
yaitu Chlamidia trachomatis, Mycoplasma pneumonia, C. pneumonia dan
Pneumocytis.
c. Pneumonia virus. Virus yang biasanya menyerang pada balita dan anak-
anak yaitu Virus parainfluenza, Virus influenza, Adenovirus, Respiratory
Syncytial Virus (RSV) dan Cytomegalovirus.
d. Pneumonia jamur adalah pneumonia yang sering, merupakan infeksi
sekunder, terutama pada penderita dengan daya tahan tubuh lemah
(Immunocompromised).

Menurut (LeMone. Atai, 2016) pneumonia didapatkan oleh 2


penyebabantara lain : infeksius dan noninfeksius. Penyebab infeksius yaitu
bakteri, virus, jamur, protozoa dan mikroba. Sedangkan penyebabnoninfeksius
anatara lain adalah aspirasi isi lambung dan inhalasi gas beracun atau gas
yang mengiritasi. Pneumonia infeksius sering kalidiklasifikasikan sebagai
infeksi yang didapat komunitas, infeksi nosokpomial (didapat dirumah sakit),
atau oportunistik (Imun menurun).
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh
streptoccus pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureus
sedangkan pada pemakaian ventilator oleh p.aeruginosa dan enterobacter. Dan
masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan
penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotik yang tidak tepat
(Nurarif & Kusuma, 2015).

4. Manifestasi klinis
Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penebab dan
penyakit pasien Brunner & Suddarth (2011).
o
a. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5
C sampai 40,5 o C).
b. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk.
c. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali
pernapasan/menit) dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.
d. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat
peningkatan suhu tubuh (Celcius).
e. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus,
infeksi mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella.
f. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah,
nyeri pleuritik, myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum
mucoid atau mukopurulen dikeluarkan.
g. Pneumonia berat : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan
sianosis sentral.
h. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau
hijau, bergantung pada agen penyebab.

i. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.
j. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama
pasien (misal, yang menjalani terapi imunosupresan, yang menurunkan
resistensi terhadap infeksi.
5. Patogenesis Pneumonia
Suatu penyakit infeksi pernapasan dapat terjadi akibat adanya serangan
agen infeksius yang bertransmisi atau ditularkan melalui udara (droplet
infection). Namun pada kenyataannya tidak semua penyakit pernapasan
disebabkan oleh agen yang bertransmisi dengan cara yang sama. Pada
dasarnya, agen infeksius memasuki saluran pernapasan melalui berbagaicara
seperti inhalasi (melalui udara), hematogen (melalui darah), ataupun dengan
aspirasi langsung ke dalam saluran tracheobronchial. Selain itu, masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran pernapasan juga dapat diakibatkan dari
adanya perluasan langsung dari tempat-tempat lain di dalam tubuh. Pada kasus
pneumonia, mikroorganisme biasanya masuk melalui inhalasi dan aspirasi.
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi darirendahnya
daya tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti
bakteri yang menyerang saluran pernapasan. Selain adanya infeksi kuman dan
virus,menurunnya daya tahan tubuh dapat juga disebabkan karena adanya
tindakanendotracheal dan tracheostomy serta konsumsi obat- obatan yang
dapat menekan refleks batuk sebagai akibat dari upaya pertahanan saluran
pernapasan terhadap serangan kuman dan virus.

6. Faktor Risiko Pneumonia


Faktor risiko adalah faktor atau keadaan yang mengakibatkan seorang
anak rentan menjadi sakit atau sakitnya menjadi berat (Kartasasmita, 2010)

a. Faktor Lingkungan
1) Kualitas udara dalam rumah
Polusi udara yang berasal dari pembakaran di dapur dan di
dalam rumah mempunyai peran pada risiko kematian balita di
beberapa negara berkembang. Diperkirakan 1,6 juta kematian
berhubungan dengan polusi udara dari dapur.
2) Ventilasi Udara Dalam Rumah
Ventilasi mempunyai fungsi sebagai sarana sirkulasi udara
segar masuk kedalam rumah dan udara kotor keluar rumah dengan
tujuan untuk menjaga kelembaban udara didalam ruangan. Rumah
yang tidak dilengkapi sarana ventilasiakan menyebabkan suplai udara
segar didalam rumah menjadi sangan minimal. Kecukupan udara
segar didalam rumah sangat di butuhkan oleh penghuni didalam
rumah, karena ketidakcukupan suplai udara segar didalam rumah
dapat mempengaruhi fungsi sistem pernafasan bagi penghuni rumah,
terutama bagi bayi dan balita. Ketika fungsi pernafasan bayi atau
balita terpengaruh, maka kekebalan tubuh balita akan menurun dan
menyebabkan balita mudah terkena infeksi dari bakteri penyebab
pneumonia. (Indria Cahya, 2011)
3) Jenis Lantai Rumah
Balita yang tinggal di rumah dengan jenis lantai tidak
memenuhi syarat memiliki risiko terkena pneumonia sebesar 3,9 kali
lebih besar dibandingkan anak balita yang tinggal di rumah dengan
jenis lantai memenuhi syarat. Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko
balita terkena pneumonia akan meningkat jika tinggal di rumah yang
lantainya tidak memenuhi syarat. Lantai rumah yang tidak memenuhi
syarat tidak terbuat dari semen atau lantai rumah belum berubin.
Rumah yang belum berubin juga lebih lembab dibandingkan rumah
yang lantainya sudah berubin. Risiko terjadinya pneumonia akan lebih
tinggi jika balita sering bermain di lantai yang tidak memenuhi syarat.
4) Kepadatan Hunian Rumah
Balita yang tinggal di kepadatan hunian tinggi mempunyai
peluang mengalami pneumonia sebanyak 2,20 kali dibandingkan
dengan balita yang tidak tinggal di kepadatan hunian tinggi (Hartati,
2011).
5) Kebiasaan merokok didalam rumah
Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen, dan
setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan,
racun utama pada rokok adalah tar, nikotin dan karbonmonoksida. Tar
adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel
pada paru-paru, Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf
dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu
kanker paru-paru yang mematikan. Karbon monoksida adalah zat
yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak
mampu mengikat oksigen (Sugihartono & Nurjazuli, 2012). Asap
rokok yang mencemari di dalam rumah secara terus-menerus akan
dapat melemahkan daya tahan tubuh terutama bayi dan balita sehingga
mudah untuk terserang penyakit infeksi, yaitu pneumonia
(Sugihartono & Nurjazuli, 2012)
b. Faktor Individu anak
1) Berat Badan Lahir
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna, berisiko terkena
penyakit infeksi terutama pneumonia sehingga risiko kematian
menjadi lebih besar dibanding dengan berat badan lahir normal
(Hartati et al., 2012)
2) Status Gizi
Pemberian Nutrisi yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat mencegah balita terhindar dari penyakit
infeksi sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi
optimal (Hartati et al., 2012).
3) Pemberian ASI Eksklusif
Hal ini secara luas diakui bahwa anak-anak yang mendapatkan
ASI eksklusif mengalami infeksi lebih sedikit dan memiliki penyakit
yang lebih ringan dari pada mereka yang tidak mendapat ASI
eksklusif. ASI mengandung nutrisi, antioksidan, hormon dan antibodi
yang dibutuhkan oleh anak untuk bertahan dan berkembang, dan
membantu sistem kekebalan tubuh agar berfungsi dengan baik.
Kekebalan tubuh atau daya tahan tubuh yang tidak berfungsi dengan
baik akan menyebabkan abak mudah terkena infeksi. Namun hanya
sekitar sepertiga dari bayi di negara berkembang yang diberikan ASI
eksklusif selama enam bulan pertama kehidupannya. Bayi di bawah
enam bulan yang tidak diberi ASI ekslusif berisiko 5 kali lebih tinggi
mengalami pneumonia, bahkan sampai terjadi kematian. Selain itu,
bayi 6 - 11 bulan yang tidak diberi ASI juga meningkatkan risiko
kematian akibat pneumonia dibandingkan dengan mereka yang diberi
ASI (Unicef, 2016).

7. Pencegahan
Pencegahan pneumonia yaitu menghindari dan mengurangi faktor
resiko, meningkatkan pendidikan kesehatan, perbaikan gizi, pelatihan petugas
kesehatan dalam diagnosis dan penatalaksanaan pneumonia yang benar dan
efektif (Said, 2010)

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar x : Mengidentifikasikan distribusi structural (misal: labor,
bronchial), dapat juga meyatakan abses.
b. Biopsy paru : Untuk menetapkan diagnosis.
c. Pemeriksaan gram atau kultur, sputum dan darah : untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
d. Pemeriksaan serologi : Membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
e. Pemeriksaan fungsi paru : Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
f. Spirometrik static : Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
g. Bronkostopi : Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Pneumonia didiagnosis berdasarkan tanda klinik dan gejala, hasil
pemeriksaan laboratorium dan mikrobiologis, evaluasi foto x-ray dada. Berikut
untuk pemeriksaan penunjang pada pneumonia :
a. Pemeriksaan radiologi
Foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang
utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa
infiltrate sampai konsolidasi dengan air broncogram, penyebab
bronkogenik dan interstisial serta gambar kaviti. Gambar adanya infiltrate
dari foto x-ray merupakan standar yang memastikan diagnosis. Foto
thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia,
hanya merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi, misalnya gambaran
pneumonia Lobaris tersering disebabkanoleh Steptococcus pneumonia,
pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkaninfiltrate bilateral atau
gambaran bronkopneumonia sedangkan klebsiela pneumonia sering
menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun
dapat mengenai beberapa lobus.

b. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul,
dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran kekiri serta terjadi
peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etilogi diperlukan
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah positif pada
20-25% penderita yang tidak diobati, analisis gas darah menunjukkan
hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik.
9. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
Kepeda penderita yang penyakitnya tidak berat, bisa diberikan
antibiotic per-oral, dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebihtua
dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantungatau paru
lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melaluiinfuse. Mungkin
perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat
bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon
terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain :
i. Oksigen 1-2 L/menit.
ii. IVFD dekstrose 10 % , NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml
cairan.
iii. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
iv. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
v. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
vi. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

b. Medis
Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan
tampak pada rontgen dada mencakup area berbercak atau keseluruhan
lobus (pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik, temuan tersebut dapat
mencakup bunyi napas bronkovesikular atau bronchial, krekles,
peningkatan fremitus, egofani, dan pekak pada perkusi. Pengobatan
pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai seperti yang
ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram. Selain itu untuk pengobatan
pneumonia yaitu eritromisin, derivate tetrasiklin, amantadine,
rimantadine, trimetoprim-sulfametoksazol, dapsone, pentamidin,
ketokonazol.
Untuk kasus pneumonia community base :
i. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
ii. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus Pneumonia hospital base :
i. Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
ii. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian. (Nurarif &
Kusuma, 2015,68).

10. Komplikasi
Komplikasi pneumonia meliputi hipoksemia, gagal respiratorik, effusi
pleura, empyema, abses paru, dan bacteremia, disertai penyebaran infeksi ke
bagian tubuh lain yang menyebabkan meningitis, endocarditis, dan pericarditis
(Paramita 2011).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data


secara subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode
anamnesa dan data objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut
Nurarif (2015), pengkajian yang harus dilakukan adalah :
a. Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin,

b. Riwayat sakit dan kesehatan

1) Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.

2) Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak


produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk
produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan, kehijau-
hiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan serring kali berbau busuk.
Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil
(onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanyakeluhan nyeri dada
pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan nyeri
kepala.
3) Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita
penyakit seperti ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
4) Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab
pneumoni seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi
terhadap beberapa oba, makanan, udara, debu.
c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas

2) Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnole

3) Tanda-tand vital:

- TD: biasanya normal

- Nadi: takikardi

- RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal

- Suhu: hipertermi

4) Kepala: tidak ada kelainan

Mata: konjungtiva anemis


5) Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung
Paru:
- Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak
simetris, adapenggunaan otot bantu napas
- Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus
padadaerah yang terkena.
- Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
- Auskultasi: bisa terdengar ronchi.

6) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan

7) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang,
sebagai akibat dari masalah kesehatan. Adapun diagnosa keperawatan pada
klien berdasarkan masalah yang didapat melalui SDKI adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
secret
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


berlebihan
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi alveoli

5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas


pembawa oksigen darah

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antarasuplai


dan kebutuhan oksigen

7. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua


tentang perawatan anak

8. Resiko tumbuh kembang berhubungan dengan hospitalisasi

3. Intervensi Keperawatan

Menurut SDKI, rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian


tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi
perumusan tujuan tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan dapat
diatasi. Rencana tindakan keperawatan dapat dilihat pada uraian berikut :
No Diagnosa Tujuan Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda-tanda vital
keperawatan permbersihan (suhu, RR, HR)
bersihan jalan nafas
jalan nafas efektif. 2. Pantau status
berhubungan dengan Kriteria hasil: pernafasan: irama,
- RR 30-50 x/menit frekuensi, suara, dan
penumpukan secret - Bunyi nafas vasikuler retraksi dada
- Tidak ada sputum 3. Atur posisi yang nyaman,
- Irama nafas teratur posisi pronasi untuk bayi
- Jalan nafas paten dan semifowler untuk anak
- Sekresi yang efektif 4. Lakukan suction sesuai
indikasi
5. Kolaborasi dengan dokter
pemberian inhalasi
ventolin + NaCl 0.9% per 6
jam
6. Kolaborasi dengan dokter
pemberian oksigen nasal
kanul sesuai indikasi dokter
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda-tanda vital
pola nafas keperawatan pola nafas (suhu,RR,HR)
berhubungan dengan efektif 2. Pantau status
hiperventilasi Kriteria hasil: pernafasan: irama,
- RR 16-24 x/menit frekuensi, suara, dan
- Bunyi nafas vasikuler retraksi dada (otot bantu
- Irama nafas teratur pernafasan)
- Tidak ada penggunaan 3. Atur posisi yang nyaman:
otot bantu nafas posisi pronasi untuk bayi
- Ekspansi dada simetris dan semi fowler untuk anak
4. Kolaborasi dengan dokter
pemberian oksigen nasal
kanul sesuai indikasi
3. Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Pantau status hidrasi
cairan berhubungan tindakan keperawatan (membrane mukosa, turgor
dengan kehilangan Pasien memperlihatkan kulit, frekuensi nadi, dan
cairan yang tanda rehidrasi dan tekanan darah)
berlebihan mempertahankan hidrasi 2. Pantau intake dan output
yang adekuat pasien (balance cairan)
Kriteria hasil: 3. Pantau hasil laboratorium
- Membrane mukosa bibir sepertI natrium, kalium,
lembab klorida
- Turgor kulit baik 4. Motivasi anak dan keluarga
- Urine jernih dan tidak untuk meningkatkan
pekat asupan cairan per oral
5. Pantau kebutuhan cairan
kolaborasi
4. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Ukur suhu tubuh 1 jam
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Motivasi anak dan keluarga
proses inflamasi tidak terjadi demam untuk meningkatkan
lveoli Kriteria hasil: asupan cairan per oral
- Tidak demam 3. Anjurkan orang tua
- Suhu 36,5-37,5˚C melakukan kompres hangat
- Tidak teraba panas pada 4. Anjurkan ibu untuk
tubuh menggantikan pakaian
yang mudah menyerap
keringat dari bahan katun
5. Kolaborasi pemberian
paracetamol sesuai indikasi
6. Kolaborasi pemberian
cairan infus
5. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji Frekuensi atau
pertukaran gas tindakan keperawatan kedalaman dan
berhubungan dengan gangguan gasteratasi kemudahan bernafas.
gangguan kapasitas Kriteria hasil: 2. Observasi warna kulit,
pembawa oksigen - Sianosis tidak ada membran mukosa dan
darah - Nafas normal kuku. Catat adanyasianosis
- Sesak tidak ada perifer (kuku)
- Gelisah tidak ada 3. Kaji status mental
- Hipoksia tidak ada 4. Tinggikan kepala dan
dorong untuk sering
mengubah posisi, nafas
dalam dan batuk efektif
5. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam
6. pemberian terapi oksigen
dengan benar
6. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Evaluasi respon pasien
berhubungan dengan tindakan keperawatan terhadap aktivitas
ketidakseimbangan intoleransi aktivitasi 2. Berikan lingkungan tenang
antara suplai dan teratasi dan batasi pengunjung
kebutuhan oksigen Kriteria hasil: 3. Jelaskan kepada orang tua
- Nafas normal perlunya istirahat dalam
- Sianosis tidak ada rencana pengobatan dan
- Irama jantung normal perlunya keseimbangan
bermain dengan istirahat
4. Bantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan
7. Kecemasan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Lakukan pendekatan
kurangnya kecemasan berkurang dengan tenang dan
pengetahuan orang sampai dengan hilang meyakinkan
tua tentang Kriteria hasil: 3. Gunakan media untuk
perawatan anak - Orang tua tenang menjelaskan mengenai
- Gelisah tidak ada penyakit klien
- Tidak cemas 4. Jelaskan tentang perawatan
yang diberikan kepada klien
dan prosedur pengobatan
8. Resiko tumbuh Setelah dilakukan 1. Berikan stimulasi atau
kembang tindakan keperawatan rangsangan kepadaklien
berhubungan dengan klien tidak mengalami 2. Berikan kasih sayang
hospitalisasi gangguan tumbuh kepada klien
kembang 3. Kolaborasi dengan tim gizi
Kriteria hasil: dalam pemberian diet
- Keterlambatan tidak nutrisi untuk tumbuh
terjadi kembangnya
- Tumbuh kembang
sesuai tahapan usia

4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang


merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat secara
langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan denganmengacu pada
rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara


melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria
evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, & Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.). Jakarta:
Kedokteran EGC.

Dahlan Z. Pneumonia. In Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi


B, Syam AF (Eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014. p1608-19.

Hariadi, S. Winariani. Wibisono, MJ. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
Hartati. (2011). Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Pneumonia Pada Anak Balita.

Hartati, S., Nurhaeni, N., & Gayatri, D. (2012). Faktor risiko terjadinya pneumonia
pada anak balita. Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(1), 13–20.

Indria Cahya. (2011). Kondisi Lingkungan Fisik Rumah terhadap Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut Pada Balita. Depok.

Kartasasmita, C. 2010. Pneumonia Pembunuh Balita. Kemenkes RI: Buletin


Jendela Epidemiologi Volume 3, September 2010. ISSN 2087-1546
Pneumonia Balita

LeMone, Burke, & Bauldoff, (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa.
Jakarta: EGC

Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan.Yogyakarta:


Mediaction

Said, Mardjanis,Prof,Dr,SpA (K), 2010 Pengendalian Pneumonia anak Balita


dalam rangka pencapaian MDG, Buletin Jendela Epidemiologi, 3 (2): 16-21

Sugihartono, & Nurjazuli. (2012). Analisis Faktor Risiko Kejadian Pneumonia


Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kota Pagar Alam.
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 11(1), 82–86.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

UNICEF. (2016). Pneumonia | Health | UNICEF. Unicef, & WHO. (2006).


Pneumonia The Killer of Children. The United Nations Children’s Fund
(UNICEF)/World Health Organization (WHO). https://doi.org/ISBN-13:
978-92-806-4048-9
FORMAT ASUHANKEPERAWATAN PADA ANAK

Tanggal Pengkajian : 06 Oktober 2021


Tanggal Klien Masuk : 27 September
No. Register : 606251
DX. Medis : Dispneu ec, BP (Bronko Pneumonia), CP (Cerebral Palsy)
dan ulkus dekubitus.

I. IDENTITAS BAYI/KELUARGA
a. Klien
Nama : An. L
Tgl/umur : 10-02-2008 / 13 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan

b. Orang Tua
Nama ayah : Mawardi
Umur : 39 tahun
Pekerjaan : tidak bekerja
Suku Bangsa : indonesia
Agama : islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : JL. Sunan agung jati perum permatasari rt 37 kel kenali
asam bawah kec kota baru kota jambi
No. Telp : tidak ada

Nama Ibu : linda


Umur : 34 tahun
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : indonesia
Agama : islam
Pendidikan terakhir : SMP
Alamat : JL. Sunan agung jati perum permatasari rt 37 kel kenali
asam bawah kec kota baru kota jambi
No. Telp : 0853-3772-5781

I. ALASAN MASUK RS : ibu mengatakan An.L sesak dan ada luka di


punggung

II. KELUHAN UTAMA : Sesak (+), batuk (+), demam dan ada luka
III.RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG (PQRST)
Pasien terpasang O2 karena mengalami sesak, batuk (terdapat sputum) dan
An.L mengalami demam saat diraba badan terasa panas.

IV. PENGKAJIAN KEMAMPUAN KONSERVASI ENERGI


a. kesadaran : samnolen dengan GCS 9 (A4V1M4)
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : tidak terkaji
Suhu : 38,4℃
Denyut nadi : 141 x/i
Pernafaan : 30 x/i
c. Penampilan umum : lemah dan lemas
d. TB/BB : 13kg
e. Lingkar kepala : 44 cm

MAKANAN
- Jenis Makanan : susu cair
- Nafsu makan : baik
- Pola makan (jumlah/frekuensi) : 8x1 sehari
- Makanan yang disukai : tidak terkaji
- Makanan yang tidak disukai : tidak terkaji

ISTIRAHAT TUDUR
- Jam tidur malam : 19.00
- Jam tidur siang : 2-3 jam
- Gangguan/hambatan tidur : tidak ada
- Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada
(perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur, dll)

V. PENGKAJIAN KEMAMPUAN INTEGRITAS STRUKTUR


a. Kepala
- Struktur : simetris
- Rambut : normal (warna hitam)
- Kulit kepala : ada biang keringat di kulit kepala
- Nyeri/pusing : tidak terkaji
- Haematum : tidak ada
- Lesi : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
b.Mata
- Ketajaman : penglihatan tajam
- Kelopak mata : baik (normal)
- Schelera : bersih
- Pupil : isokor
- Konjungtiva : anemis
- Pergerakan bola mata : tidak ada masalah
- Lapangan pandang : terbatas
- Refleks kornea : tidak terkaji
- Peradangan : tidak ada
- Alat bantu : tidak ada
- Keluhan : tidak ada

c. Hidung
- Struktur : simetris
- Fungsi penciuman : tidak terkaji
- Membran mukosa : tidak terkaji
- Perdarahan : tidak ada
- Keluhan : tidak ada

d.Telinga
- Struktur : simetris
- Fungsi : tidak terkaji
- Cerumen : tidak ada
- Cairan telinga : tidak ada
- Nyeri telinga : tidak ada
- Alat bantu : tidak ada
- Keluhan : terdapat lesi pada daun telinga An.L

e.Mulut dan Kerongkongan


- Keadaan bibir : kering
- Keadaan gusi : pucat
- Keadaan gigi : berlubang, ada karies dan blm tumbuh semua
- Keadaan lidah : merah dan ada keputihan
- Kemampuan bicara : tidak dapat beribicara
- Fungsi mengunyah : tidak terkaji
- Fungsi menelan : An.L bisa menelan
- Fungsi mengecap : tidak terkaji
- Kerongkongan : tidak terkaji
- Suara : tidak dapat beribicara hanya ada suara teriakan
ketika menangis
- Keluhan : tidak dapat beribicara
f. Leher
- Struktur : simetris
- Trakhea : tidak ada masalah
- Kelenjar thyroid : tidak ada masalah
- Arteri carotis : tidak terkaji
- Vena jugularis : tidak ada pembesaran
- Kelenjar getah bening : tidak ada masalah
- Keluhan : tidak ada

g. Dada
1) Struktur : simetris
2) Payudara : tidak terkaji
3) Aksila : tidak ada masalah
4) Pernafasan
a) Pola nafas : teratur
b) Frekuensi nafas : cepat
c) Kualitas nafas : sesak, memakai oksigen nasal kanul 2L
d) Bunyi nafas : ronchi
e) Penggunaan otot pernafasan tambahan : tidak ada
f) Batuk : ada
g) Sputum : terdapat sputum
h) Keluhan lain : batuk

5) Kardiovaskuler
a) Ukuran jantung : tidak terkaji
b) Denyut jantung : cepat dan terdapat kebocoran jantung
c) Bunyi jantung : bunyi jantung tambahan (+)
d) Palpitasi : terdapat palpitas
e) Edema : tidak ada
f) Sianosis : tidak ada
g) Jari-jari tabuh : tidak ada
h) Keluhan lain : tidak ada

h. Abdomen
- Struktur : simetris
- Bising usus : ada dan meningkat
- Keadaan hepar : tidak ada
- Keadaan lambung : tidak terkaji
- Keadaan ginjal : tidak terkaji
- Kandung kemih : tidak terkaji
- Nyeri tekan : tidak ada
- Benjolan : tidak ada
- Kembung : tidak ada
- Ascites : tidak ada
- Mual : tidak ada
- Muntah : tidak ada
- Keluhan lain : tidak ada

i. Genetalia
1) Laki-laki
- Struktur : tidak ada
- Skrotum : tidak ada
- Penis : tidak ada
- Testis : tidak ada
- Keluhan lain : tidak ada

2) Wanita
- Struktur : simetris
- Labia mayora : tidak terkaji
- Labia minora : tidak terkaji
- Orifisium urethra : tidak terkaji
- Vagina : tidak terkaji
- Peradangan : tidak ada
- Keluhan lain : tidak ada

j. Rectum
- Struktur : tidak simetris
- Pigmentasi : tidak terkaji
- Haemorrhoid : tidak terkaji
- Abses : tidak terkaji
- Kista/massa : tidak terkaji
- Lesi : ada kulit terkelupas
- Keluhan : tidak ada

k.Ekstremitas
1)Atas
- Struktur : simetris
- Kekuatan otot : lemah
- Tonus otot : lemah
- Rentang gerak : terbatas
- Kecacatan : gangguan tumbuh kembang
- Nyeri : tidak ada
- Trauma/fraktur : tidak terkaji
- Deformitas : tidak terkaji
- Kejang : kejang diam
- Gangguan motorik (kelumpuhan) : tidak ada
- Pemasangan infuse: ada
- Lain-lain : tidak ada
2)Bawah
- Struktur : tidak simetris
- Kekuatan otot : lemah
- Tonus otot : lemah
- Keterbatasan gerak: pasien tidak dapat bergerak karena memiliki luka
di punggung
- Kecacatan : gangguan tumbuh kembang
- Nyeri : tidak ada
- Trauma/fraktur : tidak ada
- Deformitas : tidak terkaji
- Kejang : tidak ada
- Gangguan motorik (kelumpuhan) : tidak bisa berjalan
- Pemasangan infuse: tidak ada
- Lain-lain : tidak ada

l. Punggung
- Struktur : tidak simetris
- Skar : tidak ada
- Pembengkakan : tidak ada
- Lesi : pada bagian punggung (ulkus dekubitus)
- Nyeri : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada

m. Kulit
- Warna : kemerahan
- Turgor : elastis
- Kelembaban : kering
- Perasaan terhadap rangsangan
a. Nyeri : tidak ada
b. Suhu : 38,4℃
c. Raba : tidak ada
d. Tekan : tidak ada
- Lesi : pada bagian siku, bahu dan punggung
- Lain-lain : tidak ada

VI. PENGAJIAN KEMAMPUAN INTEGRITAS PERSONAL

Anak lebih mandiri dalam aktivitas dan menggunakan kekuatan mental


untuk menolak suatu keputusan, bersifat egosentris.

Anak merasa malu & ragu jika merasa tidak mampu mengatasi tindakan
yang dipilihnya sendiri serta kurang support dari orang tua &
lingkungan
Anak menggunakan inisiatif dan banyak belajar serta mencoba hal-hal
yang baru

Anak merasa bersalah jika melakukan tindakan yang tidak tepat atau
melakuakn sesuatu yang berlawanan dengan perilaku yang diharapkan

Anak lebih bertanggung jawab & dapat mengikuti aturan

Anak mengembangkan kemandirian dan ingin menyelesaikan suatu


tugas yang dapat menjadikan dia menjadi seseorang yang berprestasi
secara sosial.

Anak memiliki keinginan untuk bekerja sama, berkompetisi dengan


orang lain

Perkembangan identitas diri. Identitas kelompok penting untuk


mengembangkan identitas dirinya. Anak mulai meninggalkan nilai-nilai
yang dianut dalam keluarga dan cendrung memilih menggunakan nilai,
kebiasaan yang dianut oleh kelompok sebayanya.

Emosional mengalami pasang surut , terkadang mengalami kematangan


emosional, terkadang berperilaku seperti anak-anak. kadang gembira
dan bersemangat, pada waktu yang lain dapat tiba-tiba depresi dan
menarik diri.

VII.PENGKAJIAN KEMAMPUAN INTEGRITAS SOSIAL

1. Siapa yang mengasuh : ibu


2. Hubungan dengan anggota keluarga : ibu kandung
3. Hubungan dengan teman sebaya : tidak terkaji
4. Pembawaan anak secara umum : tidak terkajji

VIII. DATA PENUNJANG

PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG


1. Kemandirian dan bergaul : anak tidak bisa bergaul dikarenakan anak
mengalami gangguan tumbuh kembang
2. Motorik halus : tidak dapat melakukan motorik halus
dikarenakan anak mengalami gangguan
tumbuh kembang
3. Motorik kasar : tidak dapat melakukan motorik kasar
dikarenakan anak mengalami gangguan
tumbuh kembang (tidak bisa berjalan)
4. Kognitif : tidak terkaji
5. Bahasa : tidak terkaji karenakan anak mengalami
gangguan tumbuh kembang (tidak bisa
berbicara)

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN


1. Pre Natal
a. Berapa kali memeriksa kehamilan : rutin
b. Tempat pemeriksaan kehamilan : bidan
c. Adakah dalam pengobatan
- Diet : tidak ada
- Infeksi : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
d. Pemeriksaan Rontgen : tidak pernah
e. Ketergantungan obat-obatan : tidak ada
f. Adakah tanda-tanda pre-eklampsia : tidak ada
g. Adakah masalah lain : tidak ada

2. Natal
a. Usia kehamilan : cukup bulan
b. BB/PB Lahir : 3000/57
c. Jenis persalinan : normal
d. Lama persalinan : seperti pada umumnya
e. Keadaan anak setelah lahir
- Segera menangis : bayi menangis kuat
- Resusitasi : tidak ada
f. Masalah waktu persalinan : tidak ada

3. Post Natal
Ibu
a. Perawatan pasca persalinan : tidak ada
b. Masalah pasca persalinan : tidak ada

Bayi
a. Apgar Score : tidak terkaji
b. Kelainan kongenital : tidak ada
c. Warna kulit
- Cyanosis: tidak terkaji
- Pucat : tidak terkaji
- Kuning : tidak terkaji
d. Panas : tidak terkaji
e. Kejang : tidak ada
f. Kesulitan dalam menelan, mengisap/minum : tidak terkaji

RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU


1. Penyakit waktu kecil : tidak ada
2. Pernah dirawat di RS : pernah
- Kapan : 26 hari yang lalu
- Berapa lama : 2 minggu
3. Tindakan pembedahan : tidak ada
- Kapan : tidak ada
- Jenis pembedahan : tidak ada
4. Pernah kecelakaan/trauma : tidak ada
- Kapan : tidak ada
- Jenis kecelakaan : tidak ada
5. Adakah alergi : tidak ada
- Jenis alergi : tidak ada
6. Imunisasi :
- Apakah imunisasi lengkap : Lengkap
- Jenis imunisasi : Anak berusia < 24 jam diberikan imunisasi
Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan
(BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan
(DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia
4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4
dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan
diberikan (Campak atau MR). bayi bawah
dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan
imunisasi (DPT-HB-Hib dan Campak/MR),
- Alasan tidak imunisasi : tidak ada
7. Obat-obatan yang dikonsumsi : Sirup depaken

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium : tanggal 04 Oktober 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Keterangan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 9,45 12 - 16 L
Hematokrit 29,7 34,5 - 54 L
MCV 70,2 80 - 96 L
MCH 22,3 27 - 31 L
MCHC 31,8 32 - 36 L
Trombosit 512 150 - 450 H
MVP 6,64 7,2 - 11,1 L
PDW 18,7 9 - 13 H
Leukosit 19,2 4,0 - 10,0 H
Hitung jenis
Neutrofil 75,1 50 - 70 H
Lymfosit 14,2 18 - 42 L
Eosinofil 0,968 1-3 L

2. Radiologi
pemeriksaan radiografi toraks proyeksi AP : jantung kesan tidak membesar.
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar. Trakea ditengah, kedua
hilus suram. Infiltrat di suprahiler, perihiler, dan parakardial bilateral.
Kedua hemidiafragma licin. Kedua sinis kostofrenikus lancip. Jaringan
lunak dinding dada terlihat baik.
An.L mengalami pneumonia.

3. ECO : ada kebocoran jantung

4. Lain-Lain
PROGRAM PENGOBATAN MEDIS

CATATAN TAMBAHAN

Yang melakukan pengkajian

(Windi Clariska)
ANALISA DATA
DATA PENYEBAB MASALAH
DS : Ibu klien Penumpukan sekret Bersihan jalan nafas tidak
mengatakan anaknya efektif
sesak dan batuk disertai
dahak /lendir

DO :

- Klien terlihat sesak


napas

- Ada sekret

- Nadi: 141x/menit

- Penapasan : 30x/menit

- Ronki (+)

DS : Ibu klien Proses penyakit (inflamasi Hipertermi


mengatakan anaknya Alveoli)
demam

DO :

- Suhu : 38,4°C

- Nadi : 141x/menit

- Kulit teraba hangat

DS : ibu mengatakan kurang terpapar informasi Defisit pengetahuan


memberikan sedikit
minum pada anak
DO :
- Ibu memberikan sedikit
minum pada An.L
- Suhu : 38,4°C
- Nadi : 141x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TANGGAL NO DIAGNOSA PARAF TANGGAL


DITEGAKKAN DX KEPERAWATAN TERATASI
06 - 10 -2021 1. Bersihan jalan nafas tidak
efektif b.d peningkatan
produksi sputum
2. Hipertermi b.d proses
penyakit (inflamasi alveoli)
3. Defisit pengetahuan b.d
kurang terpapar informasi

PRIORITAS DIAGNOSAKEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum


2. Hipertermi b.d proses penyakit (inflamasi alveoli)
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
INTERVENSI KEPERAWATAN

No DIAGNOSA TUJUAN/ KRITERIA INTERVENSI


HASIL
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda vital
nafas tidak efektif tindakan keperawatan (suhu, RR, N)
b.d peningkatan 3x24 jam, bersihan
produksi sputum 2. Berikan oksigen sesuai
jalan nafas efektif. kebutuhan pasien
Kriteria hasil: 3. Pantau status pernafasan:
- RR 16-24 x/menit irama, frekuensi, suara, dan
- Bunyi nafas vasikuler retraksi dada
- Tidak ada atau 4. Mengatur posisi nyaman
berkurangnya sekret (semifowler)
- Irama nafas teratur
- Jalan nafas paten 5. Mengatur posisi mika/miki
- Sekresi yang efektif 6. Lakukan nebulizer dan
- Ronki (-) suction sesuai indikasi
7. Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

2. Hipertermi b.d Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda vital


proses penyakit tindakan keperawatan
(inflamasi 3x24 jam, tidak terjadi (suhu dan N)
alveoli) demam 2. Motivasi anak dan keluarga
Kriteria hasil: untuk meningkatkan
- Tidak demam asupan cairan per oral
- Suhu 36,5-37,5℃ 3. Anjurkan orang tua
- Kulit tidak teraba melakukan kompres hangat
hangat
4. Anjurkan ibu untuk
menggantikan pakaian
yang mudah menyerap
keringat dari bahan katun

5. Kolaborasi pemberian obat

3. Defisit Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan


pengetahuan b.d intervensi selama 1x15- keluarga
kurang terpapar 30 menit jam , maka 2. jelaskan dan berikan
informasi tingkat pengetahuan penkes tentang penyakit
meningkat, dengan pneumonia dan tanda &
Kriteria Hasil : gejala yang dialami
- pasien mengatakan
sudah memahami
tentang penyakit yang
dialami
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

TANGGAL DX IMPLEMENTASI EVALUASI


6-10-2021 1 - Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, N) S:
- ibu mengatakan An.L batuk dan banyak dahak/lendir
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien - ibu mengatakan melakukan mika/miki pada An.L
O:
- Memantau status pernafasan: irama, frekuensi,
- S : 38,4 ℃ - RR : 30 x/i
suara, dan retraksi dada
- N : 141 x/I - ronchi
- Mengatur posisi nyaman (semifowler) - SPO2 93%
- Oksigen : 1-2 L
- Mengatur posisi mika/miki - nebulizer dan suction 2x1
- pemberian obat (ramipril, furosemid, asam folat dan
- Melakukan nebulizer dan suction sesuai indikasi zink sirup)
- Berolaborasi dengan dokter pemberian obat A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan kembali

2 - Memantau tanda-tanda vital (suhu dan N) S : ibu mengatakan An.L demam


O:
- Motivasi anak dan keluarga untuk meningkatkan
- S : 38,4 ℃ - RR : 30 x/i
asupan cairan per oral
- N : 141 x/I
- Menganjurkan orang tua melakukan kompres - pemberian obat paracetamol
hangat A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan kembali
- Menganjurkan ibu untuk menggantikan pakaian
yang mudah menyerap keringat dari bahan katun
- Kolaborasi pemberian obat
3 - Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga S : ibu mengatakan telah memahami tanda dan gejala
penyakit An.L
- Menjelaskan dan berikan penkes tentang O : ibu bisa mengulang lagi tanda dan gejala yang
penyakit pneumonia dan tanda & gejala yang dialami An.L
dialami A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
7-10-2021 1 - Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, N) S : ibu mengatakan An.L masih batuk tetapi sudah
jarang
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien O:
- S : 38℃ - RR : 32 x/i
- Memantau status pernafasan: irama, frekuensi,
- N : 150 x/I - ronchi
suara, dan retraksi dada
- SPO2 91%
- Mengatur posisi nyaman (semifowler) - Oksigen : 1-2 L
- nebulizer dan suction 2x1
- Mengatur posisi mika/miki - pemberian obat (ramipril, furosemid, asam folat dan
zink sirup)
- Melakukan nebulizer dan suction sesuai indikasi A : masalah belum teratasi
- Berolaborasi dengan dokter pemberian obat P : intervensi dilanjutkan kembali

2 - Memantau tanda-tanda vital (suhu dan HR) S : ibu mengatakan An.L demam naik turun
O:
- Motivasi anak dan keluarga untuk meningkatkan
- S : 38℃ - RR : 30 x/i
asupan cairan per oral
- N : 150 x/I
- Menganjurkan orang tua melakukan kompres - ibu melakukan kompres pada An.L
hangat - ibu memberikan sedikit minum tapi sering kepada
An.L
- Menganjurkan ibu untuk menggantikan pakaian - pemberian obat paracetamol
yang mudah menyerap keringat dari bahan katun A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan kembali
- Kolaborasi pemberian obat

Anda mungkin juga menyukai