Anda di halaman 1dari 24

RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN

An. S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERUBAHAN NUTRISI


KURANG DARI KEBUTUHAN PADA DIAGNOSIS MEDIS
SYNDROME DOWN DI RUANG SELINCAH
RSUP DR.MOHAMMAD HOESIN

OLEH :
MITHA GUSEMI
NIM: 04021381821025
MATA KULIAH: MANAJEMEN KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING: MUTIA NADRA MAULIDA, S,Kep., Ns.,M.Kep

ALIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2019
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN
An. S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERUBAHAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN PADA DIAGNOSIS MEDIS
SYNDROME DOWN DI RUANG SELINCAH
RSUP DR.MOHAMMAD HOESIN

Topik Asuhan keperawatan pada pasien


dengan masalah keperawatan
perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan pada diagnosis medis
Syndrome Down
Sasaran Pasien An.S (1 tahun)
Hari/Tanggal Senin, 05 Desember 2019
Waktu 60 Menit (Pkl. 10.00 – 11.00)
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN
An. S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERUBAHAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN PADA DIAGNOSIS MEDIS
SYNDROME DOWN DI RUANG SELINCAH
RSUP DR.MOHAMMAD HOESIN

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi yaitu nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
2. Tujuan Khusus
a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim
kesehatan lain
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah
pasien.
B. Sasaran
Pasien An. S umur 1 tahun yang dirawat di kelas II no tempat tidur 3 di
Ruang Selincah
C. Materi
1. Teori asuhan keperawatan pasien dengan syndrome down
2. Masalah-masalah yang muncul pada pasien dengan syndrome down
3. Intervensi keperawatan pada pasien syndrome down
D. Metode : Diskusi
E. Media
1. Dokumen/status pasien
2. Sarana diskusi
3. Materi yang disampaikan secara lisan
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan pasien Tempat


1 hari sebelum Pra Ronde Pra Ronde : Penanggung Ruang Selincah
ronde 1. Menentukan kasus dan jawab
topik
2. Menentukan tim ronde
3. Menentukan literature
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan pasien
6. Diskusi pelaksanaan

5 menit Ronde Pembukaan Kepala Nurse station


1. Salam pembukaan ruangan
2. Memperkenalkan tim ronde
3. Menyampaikan identitas
dan masalah
4. Menjelaskan tujuan ronde
30 menit Ronde Penyajian masalah Perawat
1. Memberi salam dan Pelaksana
memperkenalkan pasien dan
keluarga kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan keperawatan
pasien
3. Menjelaskan masalah pasien
dan rencana tindakan yang
telah dilaksanakan dan serta
menetapkan prioritas yang
perlu didiskusikan

Validasi data Karu, Perawat Keluarga Pasien memberikan Ruang


1. Mencocokkan dan Pelaksana, respon dan menjawab perawatan
menjelaskan kembali data Perawat, pertanyaan
yang telah disampaikan Konselor
2. Diskusi antar anggota tim
dan pasien tentang masalah
keperawatan tersebut
3. Pemberian justifikasi oleh Karu
perawat primer atau
konselor atau kepala
ruangan tentang masalah
pasien serta rencana
tindakan yang akan
dilakukan
4. Menentukan tindakan
keperawatan pada masalah
prioritas yang telah
ditetapkan
10 menit Pasca ronde 1. Evaluasi dan rekomendasi Karu, Nurse Station
intervensi keperawatan Supervisor,
2. Penutup Perawat
Konselor,
Pembimbing
KRITERIA EVALUASI

1. Struktur
Ronde keperawatan dilakukan pada pasien An. S umur 1 th yang dirawat
di kelas II no tempat tidur 3 Ruang Selincah.
a. Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan
b. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan .
3. Hasil
1) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2) Masalah pasien dapat teratasi
3) Perawat dapat ;
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis
b. Meningkatkan cara berpikir yang sistematis
c. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
e. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
f. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
g. Meningkatkan kemampuan justifikasi
h. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
PENGORGANISASIAN

1. Kepala ruangan : Lilis Hartati, S.Kep,.Ns.,M.Kep


2. PP I : Okta Fitriani, S.Kep.,Ns.
PP II : Desi Ratnasari, S.Kep.,Ns.
3. PA I : Pitri Hasana, S.Kep.,Ns.
PA II : Jainab Astiani, S.Kep.,Ns.
4. Konselor : Mitha Gusemi, S.Kep,.Ns.,M.Kep
5. Pembimbing : Intania Novridhatami, S.Kep,.Ns.,M.Kep
6. Supervisor : Hikmah Elya Lestari, S.Kep,.Ns.,M.Kep
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Down syndrome merupakan kelainan yang dapat dikenal dengan melihat
manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada
keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental.
Syndrome Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan
fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan
kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk
saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Wong, 2003).
Down Syndrome adalah kelainan kogenital yang disebabkan oleh
kerusakan kromosomal yang ditandai dengan retardasi mental dan bentuk fisik
yang unik yang disebut Mongoloid Idiots (Berk,2003).
Sindroma Down (Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan
kromosom yang menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan
kelainan fisik (medicastore). Sindrom Down adalah kecacatan kromosom
bercirikan kehadiran bahan genetik salinan tambahan kromosom pada keseluruhan
trisomi 21 atau sebahagian, disebabkan translokasi kromosom (Wong, 2003).
Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya
dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom
21 yang berlebihan (Soetjiningsih, 2013).

2. Etiologi
Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu
terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan :
» Non disjunction (pembentukan gametosit)
1. Genetik Bersifat menurun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian
epidemiologi pada keluarga yang memiliki riwayat sindrom down akan
terjadi peningkatan resiko pada keturunannya.
2. Radiasi Menurut Uchida (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh
kembang anak karangan Soetjiningsih) menyatakan bahwa sekitar 30% ibu
yang melahirkan anak dengan sindrom down adalah ibu yang pernah
mengalami radiasi pada daerah perut. Sehingga dapat terjadi mutasi gen.
3. Infeksi juga dikaitkan dengan sindrom down, tetapi sampai saat ini belum
ada ahli yang mampu menemukan virus yang menyebabkan sindrom down
ini.
4. Autoimun Penelitian Fial kow (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku
tumbuh kembang anak karangan Soetjiningsih) secara konsisten
mendapatkan adanya perbedaan antibodi ibu yang melahirkan anak dengan
sindrom down dengan anak yang normal.
5. Usia ibu diatas 35 tahun juga mengakibatkan sindrom down. Hal ini
disebabkan karena penurunan beberapa hormon yang berperan dalam
pembentukan janin, termasuk hormon LH dan FSH.
6. Ayah Penelitian sitogenetik mendapatkan bahwa 20 – 30% kasus
penambahan kromosom 21 bersumber dari ayah, tetapi korelasi tidak
setinggi dengan faktor dari ibu.
» Gangguan intragametik yaitu gangguan pada gamet, kemungkinan
terjadi Translokasi kromosom 21 dan 15.
» Organisasi nukleus yaitu sintesis protein yang abnormal sehingga
menyebabkan kesalahan DNA menuju ke RNA.
» Bahan kimia juga dapat menyebabkan mutasi gen janin pada saat dalam
kandungan.
» Frekwensi coitus akan merangsang kontraksi uterus, sehingga dapat
berdampak pada janin.

3. Manifestasi Klinis
Berat pada bayi yang baru lahir dengan penyakit sindrom down pada
umumnya kurang dari normal, diperkirakan 20% kasus dengan sindrom down ini
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Anak-anak yang menderita
sindroma down memiliki
penampilan yang khas:
1. Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil dengan bagian belakang
kepalanya mendatar (sutura sagitalis terpisah).
2. Lesi pada iris mata (bintik Brushfield), matanya sipit ke atas dan kelopak
mata berlipat-lipat (lipatan epikantus) serta jarak pupil yang lebar.
3. Kepalanya lebih kecil daripada normal. (mikrosefalus) dan bentuknya
abnormal serta Leher pendek dan besar
4. Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease
(kelainan jantung bawaan). kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di
mana bayi dapat meninggal dengan cepat.
5. Hidungnya datar (Hidung kemek/Hipoplastik) lidahnya menonjol, tebal
dan kerap terjulur serta mulut yang selalu terbuka.
6. Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan
seringkali hanya memiliki satu garis tangan pada telapak tangannya. Tapak
tangan ada hanya satu lipatan
7. Jarak ibu jari kaki dengan jari kedua lebar
8. Jari kelingking hanya terdiri dari dua buku dan melengkung ke dalam
(Plantar Crease).
9. Telinganya kecil dan terletak lebih rendah
10. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (hampir semua penderita
sindroma Down tidak pernah mencapai tinggi badan rata-rata orang
dewasa)
11. Keterbelakangan mental.
12. Hiper fleksibilitas.
13. Bentuk palatum yang tidak normal
14. Kelemahan otot Namun tidak semua ciri – ciri di atas akan terpenuhi pada
penderita penyakit sindrom down, berdasarkan penelitian terakhir orang
dengan penyakit sindrom down juga dapat mengukir prestasi seperti
kebanyakan orang yang normal.

4. Patofisiologi
Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang
berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena
diperjirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non-
disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal
ini dapat mempengaruhi pada proses menua. (livingstone,2006).

5. Komplikasi
a. Penyakit Alzheimer’s (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)
b.Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan).

6. Prognosis
Sebanyak 44 % syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 %
hidup sampai 68 tahun. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada
penderita ini yang mengakibatkan 80 % kematian. Meningkatnya resiko terkena
leukemia pada syndrom down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit
Alzheimer yang lebih dini akan menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun
(William,2002).

7. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan diagnostik digunakan ntuk mendeteksi adanya kelainan
sindrom down, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan
diagnosa ini, antara lain:
» Pemeriksaan fisik penderita
» Pemeriksaan kromosom (Kariotip manusia biasa hadir sebagai 46 autosom+XX
atau 46 autosom +XY, menunjukkan 46 kromosom dengan aturan XX bagi betina
dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi jantan, tetapi pada sindrom down
terjadi kelainan pada kromosom ke 21 dengan bentuk trisomi atau translokasi
kromosom 14 dan 22).
Kemungkinan terulang pada kasus (trisomi adalah sekitar 1%, sedangkan
translokasi kromosom 5-15%).
» Ultrasonograpgy (didapatkan brachycephalic, sutura dan fontela terlambat
menutup, tulang ileum dan sayapnya melebar)
» ECG (terdapat kelainan jantung)
» Echocardiogram untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung bawaan
mungkin terdapat ASDatau VSD.
» Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling) salah satunya adalah
Dengan adanya Leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena
infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta pemberian terapi
pencegah infeksi yang adekuat.
» Penentuan aspek keturunan
» Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan cairan amnion atau korion pada
kehamilan minimal 3 bulan, terutama kehamilan di usia diatas 35 tahun keatas
» Pemeriksaan dermatoglifik yaitu lapisan kulit biasanya tampak keriput.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan
yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini.Pada tahap perkembangannya
penderita. Down syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari sistim
tubuhnya. Dengan demikian penderita harus mendapatkan support maupun
informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas
yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun
mentalnya.
Hal yang dapat dilakukan antara lain :
a. Penanganan Secara Medis
1) Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya
defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal
dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut.
2) Pemeriksaan Dini
» Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal kelahiran,
sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak awal kehidupannya.
» Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
secara rutin oleh dokter ahli mata
3) Pemeriksaan Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan sindrom down akan mengalami
gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan gizi pada masa bayi dan prasekolah
ataupun kegemukan pada masa sekolah dan dewasa, sehingga perlu adanya
kerjasama dengan ahli gizi (Wicaksono, 2015)
4)Pemeriksaan Radiologis
Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa keadaan tulang yan
dianggap sangat mengganggu atau mengancam jiwa (spinaservikalis).
b. Pendidikan
1) Pendidikan khusus
Program khus untuk menangani anak dengan sindrom down adalah
membuat desain bangunan dengan menerapkan konsep rangsangan untuk tempat
pendidikan anak-anak down's syndrome. Ada tiga jenis rangsangan, yakni fisik,
akademis dan sosial. Ketiga rangsangan itu harus disediakan di dalam ruangan
maupun di luar ruangan. Hal ini diharapkan anak akan mampu melihat dunia
sebagai sesuatu yang menarik untuk mengembangkan diri dan bekerja.
2) Taman bermain atau taman kanak– kanak
Rangsangan secara motorik diberikan melalui pengadaan ruang berkumpul
dan bermain bersama (outdoor) seperti :
a) Cooperative Plaza untuk mengikis perilaku pemalu dan penyendiri.
b) Mini Zoo dan Gardening Plaza adalah tempat bagi anak untuk bermain bersama
hewan dan tanaman
3) Intervensi dini.
Pada akhir – akhir ini terdapat sejumlah program intervensi dini yang dipakai
sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberikan lingkungan bagi anak dengan
sindrom down. Akan mendapatkan manfaat dari stimulasi sensori dini, latihan
khusus untuk motorik halus dan kasar dan petunjuk agar anak mau berbahasa.
Dengan demikian diharapkan anak akan mampu menolong diri sendiri,
seperti belajar makan, pola eliminasi, mandi dan yang lainnya yang dapat
membentuk perkembangan fisik dan mental.
c. Penyuluhan terhadap orang tua
Diharapkan penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena kita
memandang bahwa perasaan orang tua sangat beragam dan kerena kebanyakan
orang tua tidak menerima diagnosa itu sementara waktu, hal ini perlu disadari
bahwa orang tua sedang mengalami kekecewaan. Setelah orang tua merasa bahwa
dirinya siap menerima keadaan anaknya, maka penyuluhan yang diberikan
selanjutnya adalah bahwa anak dengan sindrom down itu juga memiliki hak yang
sama dengan anak normal lainnya yaitu kasih sayang dan
pengasuhan.
Pada pertemuan selanjutnya penyuluhan yang diberikan antra lain : Apa
itu sindrom down, karakteristik fisik dan antisipasi masalah tumbuh kembang
anak. Orang tua juga harus diberi tahu tentang fungsi motorik, perkembangan
mental dan bahasa. Demikian juga penjelasan tentang kromosom dengan istilah
yang sederhana, informasi tentang resiko kehamilan berikutnya.

9. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit sindrom down antara
lain :
a). Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom
melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal
kehamilan (lebih dari 3 bulan). Terlebih lagi ibu hamil yang pernah
mempunyai anak dengan Down syndrome atau mereka yang hamil di atas
usia 35 tahun harus dengan hati-hati dalam memantau perkembangan
janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down
syndrome lebih tinggi. Down Syndrome tidak bisa dicegah, karena Down
Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah
kromosom. Jumlah kromosom 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3.
b). Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat baik, karena dapat
menurunkan angka kejadian sindrom down. Dengan Gene targeting atau
Homologous recombination gene dapat dinon-aktifkan. Sehingga suatu saat
gen 21 yang bertanggung jawab terhadap munculnya fenotip sindrom down
dapat di non aktifkan.
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN RONDE KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ny.D
Umur : 34 tahun
Alamat : Jl.Gg Buntu No 04 RT 01 RW 02, Indralaya
Adalah suami/istri/orang tua dari pasien :
Nama : An.S
Umur : 1 tahun
Alamat : Jl.Gg Buntu No 04 RT 01 RW 02, Indralaya
Ruang : Kelas II No tempat tidur 03 Ruang Selincah
RM : 114475
Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan

Indralaya,
Perawat yang menerangkan Penanggung Jawab

............................................ .................................
Saksi –saksi : tanda tangan
1. .................................... ...................
2. .................................... ...................
RESUME PASIEN

1. PENGKAJIAN.
A. Indentitas Klien
Nama : An. S
Usia : 1 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Gg Buntu No 04 RT 01 RW 02 Indralaya
No RM :114475
Tgl MRS : 05-12-2019
Tgl Pengkajian : 07-12-2019
Sumber Informasi : Orang tua klien
B. Status kesehatan saat ini.
Keluhan saat MRS : lemas dan hanya menangis
Keluhan saat pengkajian : klien mengalami kelemahan otot dan
hipotonia
Riwayat penyakit sekarang : Anak mengalami kelemahan otot dan
hipotonia
Diagnosa medis : Down Syndrome
C. Riwayat Kesehatan Terdahulu..
1. Penyakit yang pernah dialami : keterbelakangan fisik dan mental
2. Kecelakaan ( termasuk kecelakaan lahir/persalinan ) : -
3. Operasi ( jenis dan waktu ) : -
4. Penyakit kronis atau akut : kronis
5. Imunisasi :-
D. Riwayat kesehatan keluarga.
1. Penyakit yang pernah diderita keluarga : tidak ada
2. Lingkungan rumah dan komunitas : baik
3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : tidak ada
4. Persepsi keluarga terhadap penyakit anak : kurangnya pengetahuan
E. Pola nutrisi metabolic
Gangguan pada gizi pada masa bayi wajib kerja sama dengan ahli gizi
F. Pola eliminasi.
Terganggu karena keterbatasan gerak
G. Pemeriksaan fisik :
1. Tanda-tanda vital : S= 37,5˚
RR=36 x/i
N= 120 x/i
2. Pengkajian persistem :-
3. Personal hygiene : pasien sulit untuk membersihkan diri
karena terpasang infus, ibu pasien mengelap badan pasien dengan air
hangat 2 kali sehari.
4. Psikososial : pasien hanya berinteraksi dengan ibunya
selama dirumah sakit
5. Spiritual : pasien dibimbing dan diajarkan ibunya
untuk berdoa meminta kesembuhan
H. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan tinggi badan dan BB menurun, umumnya obesitas
I. Genogram.

Keterangan :
= perempuan
= Laki - laki
= Ibu
= Ayah
= Anak pertama
= Anak kedua
= klien
= tinggal dalam satu rumah

J. Pemeriksaan Fisik.
1. Keadaan umum : Berat pada anak pada umumnya kurang dari
normal
2. Kepala dan leher : Kepala pendek (brachycephaly) dan leher pendek
tebal
3. Dada :-
TERAPI : pemerian obat untuk pola nutrisi sang anak.

2. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 DS : Hipotonia, Risiko tinggi infeksi
- ibu klien mengatakan klien peningkatan
sesak nafas kerentanan terhadap
- Ibu klien mengatakan klien infeksi pernapasan
sering menangis kesakitan
- Ibu klien mengatakan klien
lemah

DO :
- TTV:
S= 37,5 C
RR=35 x/i
N= 120 x/i
- klien kelihatan lemas
- Klien tampak pucat
2 DS : Kesulitan pemberian Perubahan nutrisi
- ibu klien mengatakan klien makanan karena kurang dari
tidak nafsu makan lidah yang menjulur kebutuhan
- Ibu klien mengatakan klien dan palatum yang
mual dan muntah tinggi.
- Ibu klien mengatakan berat
badan klien menurun

DO :
- klien tampak lemah
- Klien tampak pucat
- Distensi abdomen
3 DS: Instabilitas Risiko tinggi cedera
- Ibu klien mengatakan klien atlantoaksial hiperekstensibilitas
sulit menggerakan tangan dan sendi
kakinya
- ibu klien mengatakan tubuh
klien mudah memar
- ibu klien mengatakan klien
mudah lemas

DO:
- klien tampak kesulitan
menggerakan tangan dan
kakinya
- klien tampak lemas
-ekstremitas klien tampak
memar

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan
terhadap infeksi pernapasan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan
palatum yang tinggi.
3. Risiko tinggi cedera hiperekstensibilitas sendi, berhubungan
dengan instabilitas atlantoaksial

4. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI


1. Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap
infeksi pernapasan
Kriteria hasil :
1) pasien tidak menunjukkan bukti infeksi pernafasan
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
a) Ajarkan keluarga tentang teknik mencuci tangan yang baik.
Rasional: Untuk meminimalkan pemajanan pada organisme infektif
b) Tekankan pentingya mengganti posisi anak dengan sering, terutama
penggunaan postur duduk
Rasional: Untuk mencegah penumpukan sekresi dan memudahkan
ekspansi paru
c) Dorong penggunaan vaporizer uap dingin
Rasional: Untuk mencegah krusta sekresi dan mengeringnya
membrane mukosa
d) Ajarkan pada keluarga penghisapan hidung dengan spuit tipe-bulb
Rasional: Karena tulang hidung anak tidak berkembang
menyebabkan masalah kronis ketidakadekuatan drainase mucus
e) Dorong kepatuhan terimunisasi yang dianjurkan
Rasional: Untuk mencegah infeksi
f) Tekankan pentingnya menyelesaikan program antibiotic bila
diinstruksikan
Rasional: Untuk keberhasilan penghilangan infeksi dan mencegah
pertumbuhan organism resisten

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum
yang tinggi.
Tujuan :
kesulitan pemberian makan pada masa bayi menjadi minimal
Intervensi:
a) Hisap hidung setiap kali sebelum pemberian makan, bila perlu
Rasional: Untuk menghilangkan mukus
b) Jadwalkan pemberian makan sedikit tapi sering: biarkan anak
untuk beristirahat selama pemberian makan
Rasional: Karena menghisap dan makan sulit dilakukan dengan
pernapasan mulut
c) Berikan makanan padat denga mendorongnya ke mulut bagian
belakang dan samping
Rasional: Karena refleks menelan pada anak dengan syndrome
down kurang baik
d) Hitung kebutuhan kalori untuk memenuhi energy berdasarkan
tinggi dan berat badan
Rasional: Memberikan kalori kepada anak sesuai dengan
kebutuhan
e) Pantau tinggi dan BB dengan interval yang teratur
Rasional: Untuk mengealuasi asupan nutrisi
f) Rujuk ke spesialis untuk menentukan masalah makananyang
spesifik
Rasional: Mengetahui diit yang tepat

3. Risiko tinggi cedera hiperekstensibilitas sendi, b.d instabilitas


atlantoaksial
Tujuan:
mengurangi risiko terjadinya cedera pada pasien dengan syndrome
down
Intervensi:
a) Anjurkan aktivitas bermain dan olahraga yang sesuai dengan
maturasi fisik anak, ukuran, koordinasi dan ketahanan
Rasional: Untuk menhindari cedera
b) Anjurkan anak untuk dapat berpartisipasi dalam olahraga yang
dapat melibatkan tekanan pada kepala dan leher
Rasional: Menjauhkan anak dari factor resiko cedera
c) Ajari keluarga dan pemberi perawatan lain (mis: guru, pelatih)
gejala instabilitas atlatoaksial
Rasional: Memberikan perawatan yang tepat

4. EVALUASI
Diagnosa Evaluasi
1. Risiko tinggi infeksi b/d S : -Ibu klien mengatakan tidak ada infeksi
hipotonia, peningkatan pernafasn
kerentanan terhadap infeksi -Ibu klien mengatakan klien tenang
pernapasan O : S= 37,5 C
RR=36 x/i
N= 120 x/i
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. Perubahan nutrisi kurang S : -Ibu klien mengatakan nafsu makan klien
dari kebutuhan berhubungan kembali membaik
dengan kesulitan pemberian O : -Klien tampak tidak muntah lagi
makanan karena lidah yang -Wajah klien tidak pucat lagi
menjulur dan palatum yang A : Masalah teratasi
tinggi. P : Intervensi dihentikan

3. Risiko tinggi cedera S : -Ibu klien mengatakan klien tidak sulit lagi
hiperekstensibilitas sendi, menggerakan tangan dan kakinya
instabilitas atlantoaksial O : - tangan dan kaki klien tidak memar lagi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih (2013) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC


Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatrik Edisi 4. Jakara:
EGC
Wicaksono, T., S. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Anak. J Dengan
Down Syndrome Dan Malformasi Anorektal Post Psarp Dengan Terapi Bermain
Dan Terapi Jus Mengkudu Di Ruang Pediatric Intensive Care Unit Rsud Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015. Karya Ilmiah Akhir. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan muhammadiyah Samarinda.
Berk, L.E (2003). Child Development. Boston : Allyn and Bacon

Anda mungkin juga menyukai