A. PENDAHULUAN
Pelayanan keperawatan pada klien secara profesional dapat membantu
klien dalam mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi klien. Salah satu
bentuk pelayanan keperawatan yang profesional tersebut dengan
memperhatikan seluruh keluhan yang dirasakan klien kemudian
mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan pemecahan
masalahnya.
Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal
tersebut adalah dengan ronde keperawatan. Ronde keperawatan akan
memberikan media bagi perawat untuk membahas lebih dalam masalah dan
kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan
harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui
suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke dalam praktik
keperawatan.
B. Definisi
Ronde keperawatan merupakan strategi yang efektif dalam memulai
banyak perubahan dalam aspek perawatan terutama meningkatkan
komunikasi di antara anggota tim terkait interaksi antar perawat. Ronde
keperawatan merupakan suatu metode untuk menggali dan membahas secara
mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dan kebutuhan
pasien atau keperawatan yang dilakukan oleh perawat primer atau perawat
pelaksana, konselor, kepala ruang, dan seluruh tim keperawatan yang
melibatkan pasien secara langsung sebagai focus kegiatan (Aitken et al.,
2010).
Karakteristik ronde keperawatan antara lain sebagai berikut:
1. Pasien dilibatkan secara langsung.
2. Pasien merupakan fokus kegiatan.
3. PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama.
4. Konselor memfasilitasi kreativitas.
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan diharapkan Ruang
Pudak RSUP Sanglah, baik mahasiswa praktek manajemen bersama staf
perawat mampu menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi
melalui pendekatan berfikir kritis.
2. Tujuan khusus
a) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan ilmiah
b) Meningkatkan kemampuan unutk memodifikasi rencana
keperawatan
c) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan
d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang sesuai
dengan masalah klien
D. Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat teratasi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
4. Terjalinnya kerjasama antara tim Kesehatan
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar
E. Sasaran
Topik : Asuhan Keperawatan pada Pasien An. A dengan
Masalah Keperawatan ….. pada Diagnosis Medis
Leukimia
Sasaran : Pasien An. A umur 3 tahun yang dirawat di kamar 3
bed 2 Ruang Pudak RSUP Sanglah
Hari/Tanggal : Jumat, 28 Mei 2021
Waktu : 08.30 WITA
F. Materi
1. Teori asuhan keperawatan pada pasien dengan Leukimia
2. Masalah-masalah yang muncul pada pasien dengan Leukimia dengan
masalah keperawatan ….
G. Metode: Diskusi
H. Media
1. Dokumen/status pasien.
2. Sarana diskusi: kertas, bulpen.
3. Materi yang disampaikan secara lisan.
I. Pengorganisasian
Penanggung Jawab :
Kepala Ruangan :
Ketua Tim I :
Ketua Tim II :
Perawat Pelaksana I :
Perawat Pelaksana II :
Dokter Penanggung Jawab :
Ahli Gizi :
Farmasi :
Keluarga Pasien :
K. Mekanisme Kegiatan
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksanaan Keg. Pasien Tempat
1 hari Praronde Praronde Penanggung Ruang
sebelum 1. Menentukan kasus jawab Pudak
ronde dan topik. RSUP
2. Menentukan Tim Sanglah
ronde.
3. Menentukan literatur.
4. Membuat proposal.
5. Mempersiapkan
pasien dengan
pemberian informed
consent.
5 menit Ronde Pembukaan Kepala Nurse
(Nurse 1. Salam pembuka. Ruangan Station
Station) 2. Memperkenalkan
tim ronde.
3. Menjelaskan tujuan
ronde.
4. Mengenalkan
masalah pasien
secara spintas
30 menit Penyajian masalah Ketua Tim Mendengarkan Nurse
1. Memberi salam dan Station
memperkenalkan
pasien dan keluarga
kepada tim ronde.
2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan
keperawatan pasien.
3. Menjelaskan
masalah pasien dan
rencana tindakan
yang telah
dilaksanakan dan
serta menetapkan
prioritas yang perlu
didiskusikan.
L. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a) Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Pudak RSUP Sanglah.
b) Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
c) Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a) Seluruh anggota yang terlibat mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
b) Seluruh anggota berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran dan
keahlian masing-masing
3. Hasil
a) Keluarga pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b) Masalah pasien teratasi
4. Perawat dapat :
a) Mampu menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan ilmiah
b) Meningkatkan kemampuan unutk memodifikasi rencana keperawatan
c) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang sesuai
dengan masalah klien
KETUA TIM
a. PRA RONDE
TAHAP
PROPOSAL
b. PENETAPAN PASIEN
PERSIAPAN PASIEN :
INFORMED CONSENT
HASILPENGKAJIAN
DAN VALIDASI DATA
ANALISA DATA
d. APLIKASI, HASIL
MASALAH ANALISA DAN DISKUSI
TAHAP PASCA RONDE TERATASI
Keterangan :
: Di Nurse Station
: Di Bed Pasien
PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2020/2021
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN
RONDE KEPERAWATAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :
Ruang :
No. RM :
Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan.
Denpasar,
Perawat yang menerangkan Penaggung jawab
2. Klasifikasi
Ada berbagai jenis kanker darah. Berdasarkan kecepatan
perkembangannya, kanker ini dapat dikelompokkan menjadi akut dan
kronis. Kanker darah akut berkembang dengan cepat akibat penambahan
jumlah sel darah putih yang abnormal atau sel yang belum matang
sehingga tidak dapat berfungsi secara normal. Pertumbuhan ini sangat
pesat begitu pun penyebarannya ke dalam aliran darah. Jenis ini harus
ditangani dengan segera. Jika dibiarkan, tubuh akan kekurangan oksigen
dan kekebalan tubuh terhadap penyakit atau infeksi menurun.
Sementara itu, kanker darah kronis berkembang secara perlahan-
lahan dan dalam jangka panjang. Sel-sel darah putih yang seharusnya
sudah mati akan tetap hidup dan menumpuk dalam aliran darah, sumsum
tulang, serta organ-organ lain yang terkait. Sel-sel ini lebih matang
sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk beberapa saat, Oleh karena
itu, gejalanya cenderung tidak segera dirasakan sehingga baru
terdiagnosis setelah bertahun-tahun.
Berdasarkan dua pengelompokan di atas, terdapat empat jenis
kanker darah yang paling sering terjadi.Berikut ini penjelasan untuk
masing-masing jenis.
a) Leukemia limfotik akut atau acute lymphocytic leukemia (ALL)
ALL dapat menghambat fungsi limfosit sehingga pengidapnya
berpotensi mengalami infeksi serius. Kanker darah ini umumnya
diidap oleh anak-anak, tapi bisa juga menyerang dewasa.
b) Leukemia mielogen akut atau acute myelogenous leukemia (AML)
Ini adalah jenis kanker darah yang umumnya menyerang
dewasa.Tetapi AML juga dapat diidap oleh anak-anak serta remaja.
Kanker ini akan membentuk sel-sel mieloid yang tidak sempurna dan
dapat menyumbat pembuluh darah.
c) Leukemia limfotik kronis atau chronic lymphocytic leukemia (CLL)
Jenis kanker darah ini hanya dialami oleh orang dewasa.CLL
umumnya baru terdeteksi pada stadium lanjut karena pasien
cenderung tidak merasakan gejala-gejalanya untuk waktu yang lama.
d) Leukemia mielogen kronis atau Chronic myelogenous leukemia (CML)
Jenis kanker darah ini kebanyakan diderita oleh orang-orang dengan
usia di atas 20 tahun. CML memiliki dua tahap. Pada tahap pertama,
sel-sel abnormal akan berkembang secara perlahan-lahan. Ketika
memasuki tahap kedua, jumlah sel-sel abnormal akan bertambah
dengan pesat sehingga akan menurun secara drastis.
3. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen (Tcell Leukemia -Lhymphoma Virus/ HLTV).
b. Radiasi
c. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti
diethylstilbestrol.
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita
Yuliani, 2010: hal. 177)
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari
sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap
penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan
pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia.
Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma
Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
4. Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang
fatal dan terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai
dengan tidak terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel
pertama-tama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam
sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ
hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga
mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringa
perifer serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya,
hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah
leukosit, eritrosit, dan trobosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat
rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal
sel hematopoetik lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan
sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh
ptekie dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau
perdarahan hidung, hematoma dalam membrane mukosa, serta perdarahan
saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak yang
disebabkan oleh infark tulang.
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia,
perdarahan, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa
pembengkakan.Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien
membesar.Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat
ditemukan tanda meningitis.Cairan serebro spinal mengandung protein
yang meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat
beberapa hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme) :
a) Pucat
b) Malaise
c) Keletihan(letargi)
d) Perdarahan gusi
e) Mudah memar
f) Petekia dan ekimosis
g) Nyeri abdomen yang tidak jelas
h) Berat badan turun
i) Iritabilitas
j) Muntah
k) Sakit kepala (pusing)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah:
a) Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.
b) Hemoglobin: dapat kurang dari 10 g/100 ml
c) Retikulosit: jumlah biasanya rendah
d) Jumlah trombosit: mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
e) SDP: mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang
imatur (mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel blast
leukemia.
f) PT/PTT: memanjang
g) LDH: mungkin meningkat
h) Asam urat serum/urine: mungkin meningkat
i) Muramidase serum (lisozim): penigkatabn pada leukimia monositik
akut dan mielomonositik.
j) Copper serum: meningkat
k) Zinc serum: meningkat/ menurun
l) Biopsi Sumsum Tulang: SDM abnormal biasanya lebih dari 50 %
atau lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari
blast, dengan prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis
menurun.
m) Foto dada dan biopsi nodus limfe: dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan
7. Penatalaksanaan
a. Pelaksanaan Kemoterapi
1) Melalui mulut
2) Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau
intravena)
3) Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel)
4) Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal
5) Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak
semua fase yang digunakan untuk semua orang.
Ada beberapa tahapan yaitu:
8. Komplikasi
a. Perdarahan
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka
trombosit yang rendah ditandai dengan:
1) Memar (ekimosis)
2) Petchekie (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar
ujung jarum dipermukaan kulit)
3) Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 mm3 darah.
Demam dan infeksi dapat memperberat perdarahan
b. Infeksi
Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai
derajat netropenia dan disfungsi imun.
c. Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal.
Akibat penghancuran sel besar-besaran saat kemoterapi
meningkatkan kadar asam urat sehingga perlu asupan cairan yang
tinggi.
d. Anemia
e. Masalah gastrointestinal.
1) Mual
2) Muntah
3) Anoreksia
4) Diare
5) Lesi mukosa mulut
Terjadi akibat infiltrasi lekosit abnormal ke organ abdominal,
selain akibat kemoterapi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan suplai darah keperifer (anemia).
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan profilerative gastrointestinal dan efek toksik obat
kemoterapi.
c. Resiko pendarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya system pertahanan
tubuh.
e. Nyeri akut berhubungan dengan ifiltrasi leukosit jaringan sistemik.
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur, kerusakan
integritas struktur tulang penurunan kekuatan otot (depresi sumsum
tulang).
3. Intervensi
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai
darah keperifer (anemia)
1. Memperbaiki atau
menormalkan jumlah
SDM dan kapaitas
pembawa O2 untuk
memperbaikai anemia,
berguna utuk mencegah
atau mengobati
perdarahan.
4. Antibiotik dapat
mengobati infeksi
khusus.
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyususun rencana keperawatan.
Implementasi keperawatan adalah serangkaia kegiatan yang dilakukan
oleh perawatat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan.Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang sesuai dengan
kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat dalam format yang
telah ditetapkan oleh institusi (Aziz, 2017).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses
keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini
dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana
keperawatan guna menilai ke efektifan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen
yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan
pasien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisi data dan perencanaa
(Aziz,2017).
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, AH. 2017. Dokumentasi Keperawatan. Diakses tanggal 22 Maret 2019, dari