Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL

PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN

A. PENDAHULUAN
Pelayanan keperawatan pada klien secara profesional dapat membantu
klien dalam mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi klien. Salah satu
bentuk pelayanan keperawatan yang profesional tersebut dengan
memperhatikan seluruh keluhan yang dirasakan klien kemudian
mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan pemecahan
masalahnya.
Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal
tersebut adalah dengan ronde keperawatan. Ronde keperawatan akan
memberikan media bagi perawat untuk membahas lebih dalam masalah dan
kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan
harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui
suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke dalam praktik
keperawatan.

B. Definisi
Ronde keperawatan merupakan strategi yang efektif dalam memulai
banyak perubahan dalam aspek perawatan terutama meningkatkan
komunikasi di antara anggota tim terkait interaksi antar perawat. Ronde
keperawatan merupakan suatu metode untuk menggali dan membahas secara
mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dan kebutuhan
pasien atau keperawatan yang dilakukan oleh perawat primer atau perawat
pelaksana, konselor, kepala ruang, dan seluruh tim keperawatan yang
melibatkan pasien secara langsung sebagai focus kegiatan (Aitken et al.,
2010).
Karakteristik ronde keperawatan antara lain sebagai berikut:
1. Pasien dilibatkan secara langsung.
2. Pasien merupakan fokus kegiatan.
3. PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama.
4. Konselor memfasilitasi kreativitas.
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan diharapkan Ruang
Pudak RSUP Sanglah, baik mahasiswa praktek manajemen bersama staf
perawat mampu menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi
melalui pendekatan berfikir kritis.
2. Tujuan khusus
a) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan ilmiah
b) Meningkatkan kemampuan unutk memodifikasi rencana
keperawatan
c) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan
d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang sesuai
dengan masalah klien

D. Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat teratasi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
4. Terjalinnya kerjasama antara tim Kesehatan
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar
E. Sasaran
Topik : Asuhan Keperawatan pada Pasien An. A dengan
Masalah Keperawatan ….. pada Diagnosis Medis
Leukimia
Sasaran : Pasien An. A umur 3 tahun yang dirawat di kamar 3
bed 2 Ruang Pudak RSUP Sanglah
Hari/Tanggal : Jumat, 28 Mei 2021
Waktu : 08.30 WITA

F. Materi
1. Teori asuhan keperawatan pada pasien dengan Leukimia
2. Masalah-masalah yang muncul pada pasien dengan Leukimia dengan
masalah keperawatan ….

G. Metode: Diskusi

H. Media
1. Dokumen/status pasien.
2. Sarana diskusi: kertas, bulpen.
3. Materi yang disampaikan secara lisan.

I. Pengorganisasian
Penanggung Jawab :
Kepala Ruangan :
Ketua Tim I :
Ketua Tim II :
Perawat Pelaksana I :
Perawat Pelaksana II :
Dokter Penanggung Jawab :
Ahli Gizi :
Farmasi :
Keluarga Pasien :

J. Tugas Masing-Masing Anggota Tim


1. Peran perawat ketua tim dan Perawat pelaksana
a) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
b) Menjelaskan diagnosis keperawatan.
c) Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
d) Menjelasakan hasil yang didapat.
e) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil.
f) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
2. Peran Tenaga Kesehatan Lainnya
a. Memberikan justifikasi.
b. Memberikan reinforcement.
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan.
d. Mengarahkan dan koreksi.
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah di pelajari

K. Mekanisme Kegiatan
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksanaan Keg. Pasien Tempat
1 hari Praronde Praronde Penanggung Ruang
sebelum 1. Menentukan kasus jawab Pudak
ronde dan topik. RSUP
2. Menentukan Tim Sanglah
ronde.
3. Menentukan literatur.
4. Membuat proposal.
5. Mempersiapkan
pasien dengan
pemberian informed
consent.
5 menit Ronde Pembukaan Kepala Nurse
(Nurse 1. Salam pembuka. Ruangan Station
Station) 2. Memperkenalkan
tim ronde.
3. Menjelaskan tujuan
ronde.
4. Mengenalkan
masalah pasien
secara spintas
30 menit Penyajian masalah Ketua Tim Mendengarkan Nurse
1. Memberi salam dan Station
memperkenalkan
pasien dan keluarga
kepada tim ronde.
2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan
keperawatan pasien.
3. Menjelaskan
masalah pasien dan
rencana tindakan
yang telah
dilaksanakan dan
serta menetapkan
prioritas yang perlu
didiskusikan.

Validasi data (bed


Karu, Ketua
pasien):
tim, dokter,
4. Mencocokkan dan ahli gizi, dan
menjelaskan kembali farmasi.
data yang telah
disampaikan dengan
wawancara,
observasi dan Memberikan Ruang
pemeriksaan Respon dan perawatan
keadaan pasien menjawab
secara langsung, dan pertanyaan
melihat
dokumentasi.
5. Diskusi antar
anggota tim dan
pasien tentang
masalah
keperawatan tersebut
di bed pasien.
6. Pemberian justifikasi
oleh perawat primer
atau konselor atau Karu, Ketua
kepala ruang tentang tim, dokter,
masalah pasien. ahli gizi, dan
farmasi.

10 menit Pascaronde 1. Melanjutkan diskusi Karu, Nurse


(Nurse dan masukan dari Supervisor, Station
Station tim. dokter, ahli
2. Menyimpulkan gizi, dan
untuk menentukan farmasi.
tindakan
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah
ditetapkan.
3. Merekomendasikan
intervensi
keperawatan
4. Penutup.

L. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a) Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Pudak RSUP Sanglah.
b) Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
c) Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a) Seluruh anggota yang terlibat mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
b) Seluruh anggota berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran dan
keahlian masing-masing
3. Hasil
a) Keluarga pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b) Masalah pasien teratasi
4. Perawat dapat :
a) Mampu menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan ilmiah
b) Meningkatkan kemampuan unutk memodifikasi rencana keperawatan
c) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang sesuai
dengan masalah klien

M. Alur Ronde Keperawatan

KETUA TIM
a. PRA RONDE
TAHAP

PROPOSAL
b. PENETAPAN PASIEN

PERSIAPAN PASIEN :

 INFORMED CONSENT
 HASILPENGKAJIAN
DAN VALIDASI DATA

PENYAJIAN  APA YANG MENJADI MASALAH


c.
TAHAP RONDE MASALAH  CROSS CEK DATA YANG ADA
DI  APA YANG MENYEBABKAN
NURSESTATION MASALAH TERSEBUT
 BAGAIMANA PENDEKATAN
(PROSES, SAK, SOP)

TAHAP RONDE PADA BED PASIEN VALIDASI DATA

DISKUSI KARU, KATIM,


KONSELOR

ANALISA DATA

d. APLIKASI, HASIL
MASALAH ANALISA DAN DISKUSI
TAHAP PASCA RONDE TERATASI

Keterangan :

: Di Nurse Station

: Di Bed Pasien
PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2020/2021
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN
RONDE KEPERAWATAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :

Adalah suami/istri/orang tua/anak dari pasien:


Nama :
Umur :
Alamat :

Ruang :
No. RM :
Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan.

Denpasar,
Perawat yang menerangkan Penaggung jawab

Saksi-Saksi Tanda tangan


1…………………. …………
2………………...... ………….
MATERI
“Leukimia”

A. Tinjauan Kasus Leukimia


1. Pengertian
Leukemia adalah kanker sel darah putih atau leukosit. Kanker ini
menyerang sumsum tulang karena disanalah leukosit diproduksi. Akibat
kanker ini, maka sumsum tulang didominasi oleh sel-sel kanker tersebut,
akibatnya fungsi sumsum tulang terganggu. Sumsum tulang terletak di
rongga tulang yang berfungsi sebagai tempat produksi komponen-
komponen darah, seperti sel darah merah, trombosit dan sel darah putih.
Penyakit leukemia menyebabkan fungsi sumsum tulang terganggu,
sehingga seluruh kegiatan produksi darah (hematopoesis), yaitu :
pembetukan sel darah merah (eritropoesis), pembentukan sel limfosit
(limfopoesis), pembentukan trombosit (trombopoesis)
dan granulopoesis mengalami gangguan. Anak yang menderita sakit ini
akan mengalami anemia, mudah mengalami perdarahan dan mudah
terkena infeksi (Santoso dan Budi, 2017).
Leukemia, atau biasa dikenal sebagai kanker darah, merupakan
salah satu jenis keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang dan
dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Jenis kanker ini memang adalah
kanker yang paling sering dialami oleh anak-anak.

2. Klasifikasi
Ada berbagai jenis kanker darah. Berdasarkan kecepatan
perkembangannya, kanker ini dapat dikelompokkan menjadi akut dan
kronis. Kanker darah akut berkembang dengan cepat akibat penambahan
jumlah sel darah putih yang abnormal atau sel yang belum matang
sehingga tidak dapat berfungsi secara normal. Pertumbuhan ini sangat
pesat  begitu pun penyebarannya ke dalam aliran darah. Jenis ini harus
ditangani dengan segera. Jika dibiarkan, tubuh akan kekurangan oksigen
dan kekebalan tubuh terhadap penyakit atau infeksi menurun.
Sementara itu, kanker darah kronis berkembang secara perlahan-
lahan dan dalam jangka panjang. Sel-sel darah putih yang seharusnya
sudah mati akan tetap hidup dan menumpuk dalam aliran darah, sumsum
tulang, serta organ-organ lain yang terkait.  Sel-sel ini lebih matang
sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk beberapa saat, Oleh karena
itu, gejalanya cenderung tidak segera dirasakan sehingga baru
terdiagnosis setelah bertahun-tahun.
Berdasarkan dua pengelompokan di atas, terdapat empat jenis
kanker darah yang paling sering terjadi.Berikut ini penjelasan untuk
masing-masing jenis.
a) Leukemia limfotik akut atau acute lymphocytic leukemia (ALL)
ALL dapat menghambat fungsi  limfosit sehingga pengidapnya
berpotensi mengalami infeksi serius. Kanker darah ini umumnya
diidap oleh anak-anak, tapi bisa juga menyerang dewasa.
b) Leukemia mielogen akut atau acute myelogenous leukemia (AML)
Ini adalah jenis kanker darah yang umumnya menyerang
dewasa.Tetapi AML juga dapat diidap oleh anak-anak serta remaja.
Kanker ini akan membentuk sel-sel mieloid yang tidak sempurna dan
dapat menyumbat pembuluh darah.
c) Leukemia limfotik kronis atau chronic lymphocytic leukemia (CLL)
Jenis kanker darah ini hanya dialami oleh orang dewasa.CLL
umumnya baru terdeteksi pada stadium lanjut karena pasien
cenderung tidak merasakan gejala-gejalanya untuk waktu yang lama.
d) Leukemia mielogen kronis atau Chronic myelogenous leukemia (CML)
Jenis kanker darah ini kebanyakan diderita oleh orang-orang dengan
usia di atas 20 tahun. CML memiliki dua tahap. Pada tahap pertama,
sel-sel abnormal akan berkembang secara perlahan-lahan. Ketika
memasuki tahap kedua, jumlah sel-sel abnormal akan bertambah
dengan pesat sehingga akan menurun secara drastis.
3. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen (Tcell Leukemia -Lhymphoma Virus/ HLTV).
b. Radiasi
c. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti
diethylstilbestrol.
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita
Yuliani, 2010: hal. 177)
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari
sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap
penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan
pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia.
Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma
Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

4. Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang
fatal dan terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai
dengan tidak terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel
pertama-tama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam
sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ
hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga
mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringa
perifer serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya,
hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah
leukosit, eritrosit, dan trobosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat
rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal
sel hematopoetik lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan
sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh
ptekie dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau
perdarahan hidung, hematoma dalam membrane mukosa, serta perdarahan
saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak yang
disebabkan oleh infark tulang.

5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia,
perdarahan, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa
pembengkakan.Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien
membesar.Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat
ditemukan tanda meningitis.Cairan serebro spinal mengandung protein
yang meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat
beberapa hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme) :
a) Pucat
b) Malaise
c) Keletihan(letargi)
d) Perdarahan gusi
e) Mudah memar
f) Petekia dan ekimosis
g) Nyeri abdomen yang tidak jelas
h) Berat badan turun
i) Iritabilitas
j) Muntah
k) Sakit kepala (pusing)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah:
a) Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.
b) Hemoglobin: dapat kurang dari 10 g/100 ml
c) Retikulosit: jumlah biasanya rendah
d) Jumlah trombosit: mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
e) SDP: mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang
imatur (mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel blast
leukemia.
f) PT/PTT: memanjang
g) LDH: mungkin meningkat
h) Asam urat serum/urine: mungkin meningkat
i) Muramidase serum (lisozim): penigkatabn pada leukimia monositik
akut dan mielomonositik.
j) Copper serum: meningkat
k) Zinc serum: meningkat/ menurun
l) Biopsi Sumsum Tulang: SDM abnormal biasanya lebih dari 50 %
atau lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari
blast, dengan prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis
menurun.
m) Foto dada dan biopsi nodus limfe: dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan

7. Penatalaksanaan
a. Pelaksanaan Kemoterapi
1) Melalui mulut
2) Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau
intravena)
3) Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel)
4) Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal
5) Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak
semua fase yang digunakan untuk semua orang.
Ada beberapa tahapan yaitu:

a. Tahap 1 (terapi induksi)


Tujuan dari tahap pertama pengobatan auntuk membunuh
sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum
tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan
perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses
membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan
kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison
dan asparaginase.
b. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi
intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia
residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang
resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan
kemudian.
c. Tahap 3 (profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan
pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering
diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini
menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia
memasuki otak dan sistem saraf pusat.
d. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat
dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh,
tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa
mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan
hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif
yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
b. Terapi Biologi

Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani


terapi biologi untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh
terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam
pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik
kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi
monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia.
Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh
sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi
penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang
digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk
memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.
c. Terapi Radiasi

Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi)


menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar
akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain
dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini.
Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh
tubuh. (radiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum
transplantasi sumsum tulang.)
d. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)

Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel


induk (stem cell). Transplantasi sel induk memungkinkan pasien
diobati dengan dosis obat yang tinggi, radiasi, atau keduanya.
Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus
sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien
akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui
tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di
daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh
dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini. Setelah
transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus
menginap di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim
kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel
induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel
darah putih dalam jumlah yang memadai.
e. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6
g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif,
dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda
DIC dapat diberikan heparin.
f. Kortikosteroid
g. Sitostatika.
h. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi
dalam kamar yang suci hama).
i. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah
tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105- 106),
imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik
dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan
Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi
yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik
dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah
diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi
yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel
patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita
leukemia dapat sembuh sempurna.

8. Komplikasi
a. Perdarahan
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka
trombosit yang rendah ditandai dengan:
1) Memar (ekimosis)
2) Petchekie (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar
ujung jarum dipermukaan kulit)
3) Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 mm3 darah.
Demam dan infeksi dapat memperberat perdarahan
b. Infeksi
Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai
derajat netropenia dan disfungsi imun.
c. Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal.
Akibat penghancuran sel besar-besaran saat kemoterapi
meningkatkan kadar asam urat sehingga perlu asupan cairan yang
tinggi.
d. Anemia
e. Masalah gastrointestinal.
1) Mual
2) Muntah
3) Anoreksia
4) Diare
5) Lesi mukosa mulut
Terjadi akibat infiltrasi lekosit abnormal ke organ abdominal,
selain akibat kemoterapi.

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan Lupus


1. Pengkajian
a. Demografi
1) Usia : Lebih sering terjadi pada anak yang berusia 2-5 tahun
jenis leukemia ( limfositik myeloid akut ) lebih sering ditemukan
pada anak umur 15 th.
2) Ras : Lebih banyak terkena pada anak kulit putih
3) Lingkungan : Banyak polutan
4) Jenis kelamin : Sering menyerang kaum laki – laki
b. Data focus
1) Aktivitas
Gejala : Kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas biasanya
Tanda : Kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur,
somnolen
2) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi
Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat, dan tanda
pendarahan serebral
3) Eliminasi
Gejala : Diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang
pada tisu, feses hitam, darah pada urin, penurunan
haluaran urin.
4) Integritas ego
Gejala : Perasaan tak berdaya/ tidak ada harapan
Tanda : Depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah,
mudah terangsang, perubahan alam perasaan
5) Nutrisi dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, anokreksia, muntah,
penurunan berat badan, faringitis disfagia
Tanda : Distensi abdominal, penurunan bunyi usus,
splenomegaly, hepatomegaly, ikterik, hipertrofi
gusi.
6) Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang atau
sendi, nyeri tekan eksternal, kram otot.
Tanda : Perilaku berhati – hati/ distraksi, gelisah, focus
pada diri sendiri.
7) Neuro sensori
Gejala : Penurunan koordinasi, perubahan alam
perasaan, kacau, kurang konsentrasi, kebas,
kesemutan.
Tanda : Otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
8) Pernafasan
Gejala : Nafas pendek dengan kerja minimal
Tanda : Dispnue, takhipnea, batuk, ronkhi
9) Keamanan
Gejala : Riwayat saat ini / dahulu, jatuh, gangguan
penglihatan, pedarahan sponstan tak terkontrol
dengan trauma minimal.
Tanda : Demam, infeksi, kemerahan, purpura, pendarahan
gusi epistaksis, pembesaran nodul limfe.
c. Data penunjang
1) Hitung darah lengkap :
a) Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
b) Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (kurang dari
50.000/mm)
c) Sel darah putih : mungkin lebih daru 50.000/cm dengan
peningkatan sel darah putih imatur

2) Pemeriksaan sel darah tepi


Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia, tetapi
juga dapat menunjukan leucopenia, leukositosis tergantung pada
jumlah sel yang beredar.
3) Asam urat serum / urine : Mungkin meningkat
4) Biopsi sumsun tulang :
Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50% atau
lebih dari sel darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90%
dari sel blast, dengan prekusor eritrosit, sel matur, dan
megakariositis.
5) Biopsi nodus limfa :
6) Pemerikasaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia
dan sel yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti
linfosit normal dan granulasit

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan suplai darah keperifer (anemia).
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan profilerative gastrointestinal dan efek toksik obat
kemoterapi.
c. Resiko pendarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya system pertahanan
tubuh.
e. Nyeri akut berhubungan dengan ifiltrasi leukosit jaringan sistemik.
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur, kerusakan
integritas struktur tulang penurunan kekuatan otot (depresi sumsum
tulang).

3. Intervensi
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai
darah keperifer (anemia)

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Setelah diberikan Mandiri Mandiri
tindakan keperawatan 1. Kaji secara 1. Sirkulasi
….x24 Jam komprehensif perifer dapat
diharapkan sirkulasi sirkulasi perifer menunjukan
darah ke perifer 2. Kaji TTV tingkat keparahan
normal dengan kriteria 3. Evaluasi penyakit
hasil : nadi perifer dan 2. Mengetahui
edema status
1. TTV dalam
4. Elevasi kardiorespirasi
batas normal
anggota badan 200 pasien
2. Warna kulit
ataulebih 3. Pulsasi
normal
5. Ubah posisi yang lemah
3. Suhu kulit
pasien setiap 2 jam menimbulkan
hangat
6. Dorong kardiak output
4. Kekuatan
latihan ROM 4. Untuk
fungsi otot
sebelum bedrest meningkatkan
5. Nilai
venous return
laboratorium
5. Mencegah
dalam batas Kolaborasi
komplikasi
normal
1. Monitor dekubitus
laboratorium (Hb, 6. Menggerak
hmt) an otot dan sendi
2. Kolaborasi agar tidak kaku
pemberian anti
platelet atau anti
Kolaborasi
perdarahan
1. Nilai laboratorium
dapat menunjukan
komposisi darah
2. Meminimalkan
adanya bekuan
dalam darah

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


perubahan profilerative gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Setelah dilakukan Mandiri Mandiri
tindakan keperawatan 1. 1.
selama ….x 24 jam dan pengeluaran kalori atau kualitas
diharapkan kebutuhan makanan. kekurangan
nutrisi pasien terpenuhi 2. konsumsi makanan.
Dengan kriteria hasil : sedikit dan 2.
1. frekuensi sering. menurunkan
berkurang atau 3. kelemahan dan
bahkan makanan yang meningkatkan
menghilang disukai dan tidak pemasukan.
2. disukai. 3.
dipertahankan Kolaborasi defisiensi, menduga
3. kemungkinan
1.
menghabiskan intervensi.
makanan yang
makan 1 porsi. Kolaborasi
disukai dan tidak
disukai. 1.
membuat rencana
diit untuk memenuhi
kebutuhan
individual.
4.
c. Resiko pendarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Setelah dilakukan Mandiri : Mandiri :
tindakan keperawatan 1.Kaji keadaan kulit atau 1. Untuk mengetahui adanya
selama ….x 24 jam membrane mukosa. resiko perdarahan dengan
diharapkan resiko 2.Pantau TD dan Nadi. menemukan adanya
perdarahan pasien 3.Hindari tindakan yang Ptieke, perdarahan gusi.
berkurang atau tidak dapat membuat cidera 2. Perubahan dapat me-
terjadi perdarahan. jaringan atau nunjukan sebagai efek
Dengan kriteria hasil : perdarahan. hypovolemia
1. TD dan Nadi 4.Anjurkan klien untuk (perdarahan).
stabil. diet makanan halus. 3. Jaringan rapuh dan
2. Hb dalam batas 5.Awasi pemeriksaan lab, trombositopenia
normal (> 10 g/100 misalnya : trombostit, meningkatkan resiko
ml) HB / HT. perdarahan meskipun
3. Trombosit dalam Kolaborasi : trauma minor.
batas normal (> 4. Dapat mengurangi iritasi
1. Berikan SDM,
50.000/ml) gusi.
Trombosit.
5. penurunan jumlah
trombosit dan HB/HT
mengidentifikasi adanya
perdarahan.
Kolaborasi :

1. Memperbaiki atau
menormalkan jumlah
SDM dan kapaitas
pembawa O2 untuk
memperbaikai anemia,
berguna utuk mencegah
atau mengobati
perdarahan.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya system pertahanan tubuh

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


setelah dilakukan Mandiri Mandiri
tindakan keperawatan 1. Kaji adanya nyeri tekan 1. Mengidentifikasikan
selama …x 24 jam pada area eritema. infeksi local.
kondisi pasien baik dan 2. Observasi suhu tubuh. 2. Hipertermia terjadi
resiko infeksi berkurang 3. Berikan kompres air pada beberapa tipe
atau tidak terjadi dengan hangat jika ada demam. infeksi.
kriteria hasil : 4. Berikan periode istirahat 3. Membantu menuru-
1. Suhu dalam batas tanpa gangguan. nkan demam dengan
normal (36 – 37,5 5. Berikan makanan tinggi kompres hangat akan
derajat celcius). protein dan cairan. membantu membuka
2. Leukosit dalam 6. Awasi pemerikasaan pori – pori pada kulit.
batas normal. lab : DL terutama SDP, 4. Menghemat energy
3. Pasien dapat kultur gram/sensitivitas. untuk penyembuhan,
mengetahui Kolaborasi : regenerasi seluler.
tindakan yang dapat 5. Meningkatkan pemb-
1. Berikan obat sesuai
mencegah atau entukan andibody dan
indikasi, Antibiotik
menurunkan resiko mencegah dehidrasi.
infeksi. 6. Penurunn jumlah
SDP matur
menunjukan
peningkatan resiko
infeksi.
Kolaborasi :

4. Antibiotik dapat
mengobati infeksi
khusus.

e. Nyeri akut berhubungan dengan ifiltrasi leukosit jaringan sistemik

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Setelah di berikan tindakan Mandiri Mandiri
keperawatan ….x24jam 1. Kaji skala nyeri dan 1. Mengidentifikasi terjadi
diharapkan nyeri pasien dapat kaji TTV komplikasi dan membantu
berkurang dengan kriteria 2. Berikan lingkungan mengevaluasi pernyataan
hasil : tenang dan kurangi verbal keefektifan
rangsangan penuh intervensi
1. Pasien mengatakan
stress 2. Meningkatkan istirahat
nyeri terkontrol /
3. Tempatkan pada dan meningkatkan
hilang
posisi nyaman dan kemampuan koping
2. Menunjukan perilaku sokong sendi 3. Dapat menurunkan
penanganan nyeri ekstremitas kemampuan ketidaknyaman tulang dan

3. Tampak dan koping


rileks bantu latihan rentang
mampu tidur dengan 4. Dorong penggunaan gerak lembut
tenang teknik manajemen nyeri 4. Memudahkan relaksasi,
terapi farmakologis
Kolaborasi tambahan dan
1. Berikan obat sesuai meningkatkan kemampuan
indikasi analgesic koping
( asetaminofen
(Tylenol)) Kolaborasi
2. Berikan obat sesuai 1. Diberikan untuk nyeri
indikasi narkotik ringan yang tidak hilang
( Kodein, Meperdin, dengan tindakan
Morfin, dan keperawatan .
Hidromorfon) 2. Digunakan bila nyeri
berat. Penggunaan ADP
mungkin menguntungkan
dalam pencegahan punca
dan pemberian intermiten.

f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur, kerusakan integritas


struktur tulang penurunan kekuatan otot (depresi sumsum tulang)

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Setelah di berikan tindakan Mandiri Mandiri
keperawatan ….x24jam 1.Evalusi laporan
1.
Pasien dapat melakukan kelemahan,
dan kemoterapi
aktifitas sesuai dengan perhatikan
mungkin komulatif
kemampuannya dengan ketidakmampuan
(khususnya pada fase
Kriteria hasil : untuk berpartisipasi
pengobatan akut dan
dalam kegiatan
1. Pasien melaporkan adanya aktif).
sehari-hari.
peningkatan toleransi 2.
2.Berikan lingkungan
aktifitas yang dapat untuk aktifitas dan
tenang dan periode
diukur. regenerasi selular /
istirahat tanpa
2. Menunjukan penu-runan penyembuhan jaringan.
gangguan, dorong
tanda fisiologis tidak 3.
istirahat sebelum
toleran. energy untuk tugas
makan.
3. Dapat berpartisipasi dalam perawatan diri.
3.Implementasikan
aktifitas yang dapat 4.
tehnik penghematan
dilakukan sehari-hari pemasukan dengan
energy, contoh : lebih
sesuai dengan tingkat menurunkan mual dan
baik duduk dari pada
kemampuan pasien. dapat meningkatkan
berdiri, penggunaan
energy pasien.
kursi untuk mandi.
Bantu ambulasi /
aktivitas lain sesuai
indikasi.
4.Jadwalkan makan
sekitar kemoterapi.
Berikan kebersihan
mulut sebelum makan
dan berikan antiemik
sesuai indikasi.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyususun rencana keperawatan.
Implementasi keperawatan adalah serangkaia kegiatan yang dilakukan
oleh perawatat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan.Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang sesuai dengan
kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat dalam format yang
telah ditetapkan oleh institusi (Aziz, 2017).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses
keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini
dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana
keperawatan guna menilai ke efektifan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen
yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan
pasien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisi data dan perencanaa
(Aziz,2017).
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, AH. 2017. Dokumentasi Keperawatan. Diakses tanggal 22 Maret 2019, dari

Nanda, N.N. 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-


NOC. (Nurarif, A.H. & Kusuma, H, Ed). Yogyakarta: Medication.
Santoso, Bagus Budi. (2017). Mengenalkan Leukimia Pada Anak. IDAI (Ikatan
Dokter Anak Indonesia) http://www.idai.or.id/artikel/seputar-
kesehatan-anak/mengenal-leukemia-pada-anak diakses pada 31 Oktober
2018.

Suriadi, Yuliani, Rita.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta :


CV. Sagung Seto. http://repository.ump.ac.id/3810/3/Ahmad%20H%20Aziz
%20BAB%20II.pdf
WOC LEUKIMIA

Anda mungkin juga menyukai