Anda di halaman 1dari 53

LITERATURE REVIEW

PENGARUH PELATIHAN RJP TERHADAP KESIAPAN


SISWA DALAM MELAKUKAN PERTOLONGAN PERTAMA
PADA KASUS HENTI JANTUNG

Oleh:

NI LUH GEDE INTEN YULIANA DEWI


NIM. P07120216046

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S.TR
2020
LITERATURE REVIEW

PENGARUH PELATIHAN RJP TERHADAP KESIAPAN


SISWA DALAM MELAKUKAN PERTOLONGAN PERTAMA
PADA KASUS HENTI JANTUNG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan Keperawatan Jurusan Keperaw

Oleh :

NI LUH GEDE INTEN YULIANA DEWI NIM. P07120216046

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S.TR
2020

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

LITERATURE REVIEW
PENGARUH PELATIHAN RJP TERHADAP KESIAPAN
SISWA DALAM MELAKUKAN PERTOLONGAN PERTAMA
PADA KASUS HENTI JANTUNG

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN


Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ketut Sudiantara,A.Per.Pen.,S.Kep.,Ns.,M.Kes Dr K A Henny Achjar.,SKM.,M.Kep,Sp.Kom


NIP: 196808031989031003 NIP: 196603211988032001

KETUA JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES

DENPASAR

I DPG Putra Yasa,S.Kp,M.Kep,Sp.MB


NIP.197108141994021001
LEMBAR PENGESAHAN

LITERATURE REVIEW DENGAN JUDUL:


PENGARUH PELATIHAN RJP TERHADAP KESIAPAN SISWA
DALAM MELAKUKAN PERTOLONGAN PERTAMA
PADA KASUS HENTI JANTUNG

TELAH DIUJI OLEH TIM PENGUJI :

PADA HARI : RABU


TANGGAL: 20 MEI 2020

TIM PENGUJI:

1. Dr. Agus Sri Lestari, S.Kep,Ns.,M.Erg (Ketua) (..................)


NIP.196408131985032002
2. I Ketut Gama, SKM.,M.Kes (Anggota I) (..................)
NIP. 196202221983091001
3. Ketut Sudiantara, (Anggota II) (..................)
S.Kep.,Ns.,M.Kes NIP.
196808031989031003

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

I DPG Putra Yasa,S.Kp,M.Kep,Sp.MB


NIP.197108141994021001
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena

atas berkat asung kerta wara nugraha-Nya,peneliti dapat menyusunliterature

review penelitian yang berjudul “Pengaruh Pelatihan RJP Terhadap Kesiapan

Siswa Dalam Melakukan Pertolongan Pertama Pada Kasus Henti Jantung” tepat

pada waktunya dan sesuai dengan harapan.

Literature ini dapat terselesaikan bukanlah semata-mata atas usaha sendiri

melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu melalui

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH selaku Direktur

Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar yang telah memberikan bimbingan

secara tidak langsung dalam pendidikan Sarjana Terapan di Politeknik

Kesehatan Denpasar Jurusan Keperawatan.

2. Bapak I DPG Putra Yasa, S.Kp., M.Kep.Sp.MB. selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar yang telah

memberikan masukan, pengetahuan, bimbingan.

3. Ibu Ni Luh Kompyang Sulisna Dewi, M.Kep,Ns.,Sp.Kep.An selaku Ketua

Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Denpasar yang telah memberikan bimbingan selama

pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Denpasar.

4. Bapak Ketut Sudiantara, A.Per.Pen.,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing

utama yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dan masukan dalam

menyelesaikan literature ini.


5. Ibu Dr K A Henny Achjar.,SKM.,M.Kep,Sp.Kom. selaku pembimbing

pendamping yang telah memberikan pengetahuan dalam menyelesaikan

literature ini.

6. Bapak dan Ibu pembimbing mata ajar Keperawatan Riset yang telah

memberikan ilmu yang dapat digunakan dalam penyusunan literature ini.

7. Keluarga, kerabat serta sahabat peneliti yang telah memberikan dorongan dan

inspirasi.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan literature penelitian ini

yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.

Kemajuan selalu menyertai segala sisi kehidupan menuju ke arah yang

lebih baik, karenanya sumbang saran untuk perbaikan sangat peneliti harapkan

dan semoga literature ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis selanjutnya.

Denpasar, Mei 2020

Penulis

Ni Luh Gede Inten Yuliana Dewi


NIM. P07120216046

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ni Luh Gede Inten Yuliana Dewi
NIM : P07120216046
Program Studi : Sarjana Terapan
Jurusan : Keperawatan
Tahun Akademik 2020
Alamat : Jl. Pulau Moyo No. 33A Pedungan,
Denpasar Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Literature Review dengan judul Pengaruh Pelatihan RJP Terhadap Kesiapan
Siswa Dalam Melakukan Pertolongan Pertama Pada Kasus Henti Jantung
adalah benar karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain.

2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Literature Review ini bukan karya
saya sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia
menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Denpasar, 20 Mei 2020


Yang membuat pernyataan

Meterai
60000

Ni Luh Gede Inten Yuliana Dewi


NIM. P07120216046
DAFTAR ISI

LITERATURE REVIEW
LITERATURE REVIEW........................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.......................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
ABSTRAK...............................................................................................................x
ABSTRACT............................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
1. Tujuan umum 5
2. Tujuan khusus 5
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................5
1. Manfaat teoritis 5
2. Manfaat praktis 6
E. Metode Literature Review.............................................................................6
1. Kriteria inklusi 6
2. Strategi pencarian......................................................................................7
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................8
A. Konsep Dasar Pelatihan................................................................................8
1. Pengertian pelatihan..................................................................................8
2. Tujuan, manfaat dan dampak pelatihan.....................................................8
B. Konsep Dasar Kesiapan................................................................................9
1. Pengertian kesiapan...................................................................................9
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan.............................................9
C. Hasil 13
D. Pembahasan 25
1. Analisis persamaan dan perbedaan dari setiap penelitian.......................25
BAB III SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................35
A. Simpulan 35
B. Saran 35
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK

Latar Belakang: Kejadian henti jantung dapat terjadi baik di Rumah Sakit atau di
luar Rumah Sakit. Out-of-hospital Cardiac Arrest (OHCA) merupakan kejadian
henti jantung yang terjadi di luar Rumah Sakit. Angka kejadian OHCA di dunia
terjadi sebanyak 50 hingga 60 per 100.000 orang per tahun. Pertolongan pertama
secara tepat merupakan salah satu cara untuk meningkatkan harapan hidup pada
pasien dengan henti jantung.
Tujuan: literature review ini bertujuan untuk mereview artikel penelitian yang
melakukan penelitian tentang pengaruh pelatihan rjp terhadap kesiapan yang
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan
Metode: pengumpulan artikel dilakukan dengan menelusuri beberapa database
yaitu PORTAL GARUDA, PUBMED, MEDLINE, dan GOOGLE SCHOLAR
yang dicari mulai tahun 2010 sampai 2020 berupa hasil penelitian yang
membahas tentang kesiapan menolong korban henti jantung
Hasil: Pelatihan rjp berpengaruh terhadap peningkatan kesiapan yang meliputi
pengetahuan, sikap dan keterampilan
Simpulan: Dari 10 penelitian didapatkan mengatakan bahwa pelatihan rjp yang
diberikan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang.
Pengetahuan, sikap, dan keterampilan merupakan komponen dari kesiapan.
Saran: Literature ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya dalam
melakukan pelatihan rjp dengan menggunakan metode yang sama untuk dapat
mengukur kemampuan melakukan high quality rjp.
Kata Kunci: pelatihan resusitasi jantung paru (RJP), kesiapan, henti jantung,
pengetahuan, sikap, keterampilan

x
ABSTRACT

Background: Cardiac events can occur either in the hospital or outside the
hospital. Out-of-hospital Cardiac Arrest (OHCA) is a cardiac arrest event that
occurs outside the Hospital. The incidence of OHCA in the world occurs as much
as 50 to 60 per 100,000 people per year. Appropriate first aid is one way to
increase life expectancy in patients with cardiac arrest.

Objective: This literature review aims to review research articles that conduct
research on the effect of RPJ training on readiness that is influenced by
knowledge, attitudes, and skills

Method: Article collection is done by searching a number of databases, namely


PORTAL GARUDA, PUBMED, MEDLINE, and GOOGLE SCHOLAR which
were sought from 2010 to 2020 in the form of research that discusses the readiness
to help victims of cardiac arrest.

Results: The CPR training had an effect on increasing readiness which included
knowledge, attitudes and skills

Conclusion: From 10 studies found that the CPR training provided can improve
one's knowledge, attitudes and skills. Knowledge, attitudes, and skills are
components of readiness.

Suggestion: This literature can be used as a reference for further research in


conducting RJP training by using the same method to be able to measure the
ability to do high quality RJP.

Keywords: cardiaopulmonary resuscitation (CPR), readiness, cardiac arrest,


knowledge, attitude, skills
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keadaan kegawatdaruratan merupakan keadaan yang tidak dapat

diperkirakan kejadianya dan sangat mendesak sampai mengancam nyawa

sehingga diperlukan penanganan atau pertolongan yang cepat dan tepat.

Kasus kegawatdaruratan yang tidak mendapat penanganan dengan segera

akan mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf pusat, kardiovaskuler

dan pernapasan yang bersifat permanen yang berakibat pada kecatatan

bahkan kematian (Pigoga, et al ., 2017). Peran dari petugas kesehatan dan

peran masyarakat sangat diperlukan dalam kasus seperti ini. Pernyataan

tersebut disebabkan oleh keadaan kegawatdaruratan juga sering terjadi

pada daerah yang tidak dapat dijangkau oleh petugas kesehatan.

Salah satu kasus kegawatdaruratan yang dapat mengancam dan

menyebabkan kematian adalah cardiac arrest atau henti jantung. Henti

jantung merupakan kondisi jantung tiba tiba berhenti berdetak. Kejadian

henti jantung dapat terjadi baik di Rumah Sakit atau di luar Rumah Sakit.

Out-of-hospital Cardiac Arrest (OHCA) merupakan kejadian henti jantung

yang terjadi di luar Rumah Sakit (Berdowski et al., 2015). Pertolongan

pertama pada pasien dengan henti jantung yang terjadi di luar Rumah Sakit

tidak dapat terjadi dengan maksimal dikarenakan jarak menuju fasilitas

kesehatan yang jauh. Angka kejadian OHCA di dunia terjadi sebanyak 50

hingga 60 per 100.000 orang per tahun (Berdowski et al., 2010).

1
OHCA menjadi fokus permasalahan dunia karena angka

kejadiannya yang tinggi. Penyakit Jantung Koroner menjadi penyebab

kematian tertinggi pada semua umur setelah stroke, yakni sebesar 12,9%

(Kementrian Kesehatan RI, 2017). Menurut kementrian Kesehatan RI,

(2017) berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun

2012 juga menunjukkan 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat

penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia.

Lebih dari 3/4 kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara

berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang.

Berdasarkan data Riskesdas, (2018) Kalimantan Utara menduduki

angka tertinggi prevelensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter

pada penduduk semua umur di Indonesia yaitu (2,2%), sedangkan provinsi

Bali termasuk dalam urutan ke 8 dengan angka (1,3%) prevelensi penyakit

jantung. Berdasarkan data tersebut berarti masih tingginya angka penyakit

jantung di Bali. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam melakukan pola

hidup sehat dan tidak adanya pemaparan tentang pertolongan pertama pada

kasus henti jantung dapat menyebabkan kematian pada penderita.

Cardiac arrest jika tidak ditangani dengan cepat, tepat dan cermat

dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau kematian. Kematian terjadi

karena terlambatnya penanganan oleh petugas kesehatan pada fase

gawatdarurat (gold period). Pada saat jantung berhenti berdetak

menandakan bahwa tidak adanya aliran darah yang artinya tidak adanya

aliran oksigen ke seluruh tubuh. Sehingga dari proses tersebut

menyebabkan kerusakan pada otak.

2
Pertolongan pertama secara tepat dan cepat merupakan salah satu

indikator untuk meningkatkan harapan hidup pada pasien dengan henti

jantung. Pertolongan pertama adalah suatu perawatan yang diberikan

sementara menunggu bantuan datang atau sebelum dibawa ke Rumah

Sakit atau Puskesmas. Pertolongan pertama dimaksudkan untuk

menentramkan dan menyenangkan penderita sebelum ditangani oleh

tenaga yang lebih ahli dengan sarana yang lebih memadai. Diharapkan

dengan keadaan yang lebih tenang dapat mengurangi rasa sakit penderita

(Sumardino, 2014)

Masyarakat awam terkadang tidak mau untuk memberikan

pertolongan pertama pada kasus dengan henti jantung. Mereka merasa

tidak siap dan tidak mengetahui. Selain itu terlambat dalam menghubungi

fasilitas kesehatan juga menjadi pemicu kegagalan pertolongan pertama

pada kasus henti jantung. Setiap individu dapat melakukan pertolongan

pertama jika diberdayakan melalui kegiatan pelatihan.

Pertolongan pertama pada pasien dengan henti jantung dengan

melakukan resusitasi jantung paru (RJP). Menurut Travers(2010)Cardio

pulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru adalah

serangkaian tindakan penyelamatan jiwa yang meningkatkan kemungkinan

bertahan hidup setelah henti jantung. Pendekatan optimal terhadap rjp

dapat bervariasi, tergantung pada penyelamat, korban, dan sumber daya

yang tersedia dapat menjadi tantangan mendasar untuk mencapai keadaan

yang kembali normal dan melakukan rjp yang efektif. Rjp dapat menjaga

agar aliran darah tetap aktif bahkan memperluas kesempatan untuk


keberhasilan
resusitasi begitu staf medis yang terlatih tiba di lokasi. Masyarakat atau

orang awam perlu melakukan pelatihan tentang rjp.

Bidang pariwisata terus berkembang tiap tahunnya menjadikan

bertambahnya minat masyarakat untuk bergabung di bidang pariwisata.

Pernyataan ini sesuai dengan data dari Kementerian Pariwisata, (2016)

terjadi pertambahan jumlah wisatawan nasional sebanyak 1,97% dengan

jumlah wisatawan pertahunnya 6.667.918. Menurut data Disparda Provinsi

Bali, (2019) pariwisata di Bali selama bulan September 2019 terdapat

4.652.636 kunjungan wisatawan. Berdasarkan data ini tidak menutup

kemungkinan dapat juga terjadi keadaan gawatdarurat henti jantung

sehingga diperlukan pelatihan khusus bagi pelaku wisata untuk menangani

masalah ini.

Siswa SMK yang tidak berasal dari bidang kesehatan perlu

diberikan pemaparan tentang pertolongan pertama pada kasus henti

jantung karena dapat menjadi keterampilan tambahan bagi mereka. SMK

Pariwisata merupakan sekolah yang menghasilkan tenaga di bidang

pariwisata. Penyuluhan tentang pertolongan pertama pada pasien henti

jantung seharusnya diberikan sejak awal karena masih dalam proses

belajar dan lebih mudah untuk mengingat materi yang diberikan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, pemberian

pelatihan resusitasi jantung paru dapat meningkatkan kesiapan siswa

dalam melakukan pertolongan pertama pada henti jantung, hal tersebut

dibuktikan melalui studi dan penelitian.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan

masalah sebagai berikut “Apakah ada Pengaruh Pelatihan Resusitasi

Jantung Paru Terhadap Kesiapan Siswa SMK Pariwisata Dalam

Melakukan Pertolongan Pertama Pada Kegawatdaruratan Henti Jantung?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Literature review ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh

Pelatihan Resusitasi Jantung Paru Terhadap Kesiapan Siswa Dalam

Melakukan Pertolongan Pertama Pada Kasus Henti Jantung.

2. Tujuan khusus

Secara khusus tujuan literature ini adalah untuk

a. Mereview pengaruh pemberian pelatihan rjp

b. Mereview metode yang paling efektif untuk melakukan pelatihan rjp

c. Mereview kesiapan menolong korban henti jantung

d. Mereview pengaruh pelatihan resusitasi jantung paru terhadap kesiapan

menolong korban henti jantung sebelum dan sesudah pelatihan rjp

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi ilmiah di bidang

keperawatan dalam pengembangan ilmu kegawatdaruratan dalam

menghadapi kasus henti jantung pada siswa

b. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar acuan bagi peneliti

selanjutnya dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh pelatihan


resusitasi jantung dan paru terhadap kesiapan siswa dalam memberikan

pertolongan kegawatdaruratan pada kasus henti jantung dengan

berlandaskan pada kelemahan dari penelitian ini dan dapat

mengembangkan dengan pelatihan yang lain.

2. Manfaat praktis

a. Hasil literature ini dapat memberikan pertimbangan pada perawat gawat

darurat maupun mahasiswa lain untuk melakukan kegiatan pengabdian

kepada masyarakat yang berfokus meningkatkan kesiapan dalam

menghadapi kasus henti jantung pada siswa

b. Hasil literature ini dapat memberikan informasi pada orangtua dan

masyarakat di daerah wisata dalam rangka meningkatkan kesiapan dalam

menghadapi kasus henti jantung melalui pelatihan kegawatdaruratan.

c. Hasil literature ini dapat memberikan informasi kepada Kepala Sekolah

sehingga kedepannya mampu membuat program dan pelatihan yang

bertujuan tentang penanganan henti jantung di daerah wisata.

E. Metode Literature Review

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dari artikel yang dibahas:

a. Hasil penelitian / review tentang pelatihan RJP

b. Hasil penelitian / review tentang kesiapan menolong korban henti jantung

c. Hasil penelitian / review abstract dan fulltext


2. Strategi pencarian

Dalam literature ini terdapat empat database yang digunakan

(PORTAL GARUDA, PUBMED, MEDLINE, dan GOOGLE SCHOLAR)

yang dicari mulai tahun 2010 sampai 2020 berupa hasil penelitian dan

review yang membahas tentang kesiapan menolong korban henti jantung

sebelum dan sesudah diberikan pelatihan resusitasi jantung paru. Kata

kunci RJP, pelatihan, kesiapan digunakan untuk mencari informasi pada

database elektronik. Artikel diseleksi berdasarkan judul dan informasi

abstrak. Apabila dalam judul dan abstrak tidak jelas, maka digunakan

naskah lengkap untuk melakukan review.


BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pelatihan

1. Pengertian pelatihan

Menurut Mashar, (2015) pelatihan merupakan tindakan yang

dilakukan untuk meningkatkan keterampilan, kecakapan dan sikap

seseorang atau dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan kuliatas

sumber daya manusia.

Pelatihan merupakan suatu perbaikan kerja dan meningkatkan

motivasi untuk kemajuan dalam berbagai hal seperti pengetahuan,

keterampilan dan keahlian (Elfrianto, 2016). Menurut Elfrianto, (2016)

pengertian dari pelatihan yaitu suatu pendidikan jangka pendek yang dapat

meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan seseorang, sehingga

dapat memberikan hasil dari kemampuan yang telah didapatkan dan dapat

diaplikasikan secara terus menerus ke depannya.

2. Tujuan, manfaat dan dampak pelatihan

Pelatihan merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan

dengan tujuan untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan

seseorang, menurut Elfrianto, (2016) tujuan dilakukannya pelatihan

sebagai berikut :

a) Untuk meningkatkan keterampilan sesuai dengan perubahan teknologi

b) Untuk meningkatkan produktifitas kerja organisasi

c) Untuk mengurangi waktu belajar seseorang yang baru dalam bidangnya

agar lebih kompeten

d) Menambah wawasan

8
e) Meningkatkan kemampuan

f) Kemampuan menumbuhkan sikap untuk melihat segala sesuatu menurut

pandangan orang lain

Adapun dampak dan manfaat yang kita peroleh dalam suatu

pelatihan yaitu memperbaiki penguasaan keterampilan dan teknik

pelaksanaan suatu kegiatan tertentu dan memiliki tujuan jangka pendek

atau jangka panjang (Mashar, 2015).

B. Konsep Dasar Kesiapan

1. Pengertian kesiapan

Menurut Winarso, (2016) kesiapan diartikan sebagai segala sesuatu

yang dibutuhkan seseorang untuk mencapai tujuan dalam melakukan tugas

tertentu. Kesiapan yang dibutuhkan berupa kesiapan fisik, mental dan

kesiapan dalam kognitif. Kesiapan juga dapat diartikan lebih dari sekedar

ilmu dasar dan matematika, artinya kesiapan harus mencakup aspek

kognitif, sosial dan emosional, serta sikap positif terhadap suatu

pembelajaran (Bhise, 2016).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan

Uno (2011) menyatakan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi

kesiapan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

a. Faktor internal atau faktor intrinsik, yakni faktor yang berasal dari dalam

diri individu, yang terdiri atas :

1) Fisik

Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi

fisik atau kelainan fisik.

9
2) Proses mental

Kesiapan merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja,

tetapi ada kebutuhan yang mendasarinya.

3) Faktor kematangan usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai ulang tahunnya yang terakhir. Tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang lebih matang dalam berpikir logis ketika umurnya cukup.

Seiring bertambahnya umur seseorang menyebabkan terjadi perubahan

pada aspek fisik dan psikologis (mental). Kematangan usia akan

mempengaruhi proses pikir dan pengambilan keputusan dalam

melaksanakan pertolongan pada korban henti jantung. Pelaku wisata

dengan tingkat usia yang cukup matang menjadi sadar mengenai manfaat

pentingnya menolong sesama.

1) Keinginan dalam diri sendiri

Setiap manusia di dalam dirinya terdapat kemampuan,

keterampilan, kebiasaan yang menunjukkan kondisi orang untuk

melaksanakan pekerjaan yang mungkin dimanfaatkan sepenuhnya atau

mungkin tidak. Dalam hal ini, dapat berupa dorongan dari dalam diri untuk

mendapatkan hasil yang maksimal. Misalnya timbul kemauan atau

keinginan untuk melaksanakan pertolongan kegawatdaruratan pada korban

henti jantung sebagai upaya menurunkan angka kematian akibat henti

jantung.

2) Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan informasi yang diperoleh oleh manusia

melalui pengamatan akal yang digunakan untuk memahami sesuatu yang


belum pernah dilihat atau didapat sebelumnya. Pengetahuan yang

diperoleh
oleh manusia sebagian besar dari mata dan telinga. Pernyataan tersebut

dijelaskan dalam Notoaatmodjo, (2018) menjelaskan bahwa pengetahuan

merupakan hasil penginderaan manusia melalui indra yang dimiliki ( mata,

hidung, dan telinga dan sebagainya)

Tingkat pengetahuan seseorang memperngaruhi perilaku individu.

Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin tinggi pula

keinginan dalam diri seseorang untuk berprilaku sesuai dengan apa yang ia

dapat dari pengalaman, dalam hal ini motivasi atau dorongan dalam diri

seseorang untuk menolong akan kuat jika seseorang memiliki pengetahuan

tentang penanganan korban henti jantung.

b. Faktor eksternal atau faktor ektrinsik, yakni faktor yang berasal dari luar

diri individu, yang terdiri atas :

1) Jenis dan sifat pekerjaan

Jenis pekerjaan sangat menentukan pengalaman seseorang. Dengan

bekerja seseorang dapat memperoleh banyak pengalaman dan dari

pengalaman tersebut seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih luas

sehingga dapat terbentuk motivasi untuk melakukan suatu tindakan yang

lebih baik.

2) Dukungan social

Dukungan sosial dari pihak keluarga sangat berpengaruh dalam

memotivasi anggota keluarganya untuk melakukan perilaku menolong.

3) Lingkungan

Lingkungan merupakan tempat dimana seseorang tinggal.

Lingkungan dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi


untuk melakukan sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai

peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam merubah tingkah

lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka,

menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi.

4) Media

Media merupakan sarana yang memudahkan untuk memperoleh

suatu informasi yang dapat membantu mempercepat seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang diperoleh baik dari

pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh

jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan

atau peningkatan pengetahuan.


C. Hasil

Hasil penelusuran artikel didapatkan 10 artikel terkait pengaruh pelatihan rjp terhadap kesiapan melakukan pertolongan

pertama pada kasus henti jantung. Adapun artikel tersebut dijelaskan pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1

No Penulis Judul Tujuan Metode Hasil


1 Rismawan Adi Perbandingan Penelitian ini Desain penelitian yang Hasil penelitian menunjukkan
Yunanto,Titin Pelatihan Rjp bertujuan digunakan adalah quasi bahwa metode pelatihan rjp
Andri Wihastuti, Dengan Mobile menganalisis eksperimental dengan dengan menggunakan mobile
Septi Dewi Application Dan perbandingan pretest-posttest design. application dapat
Rachmawati Simulasi Terhadap pelatihan rjp Responden berjumlah 50 memberikan pengaruh yang
(2017) Pengetahuan Dan berbasis yang terbagi menjadi dua lebih besar terhadap
Keterampilan mobile kelompok, yaitu: kelompok peningkatan pengetahuan,
Melakukan Rjp application dan mobile application dan sedangkan metode simulasi
simulasi kelompok simulasi. dapat memberikan pengaruh
terhadap Responden ditentukan yang lebih besar terhadap
pengetahuan dengan teknik purposive peningkatan keterampilan
dan sampling. Data dalam melakukan rjp. Hasil

13
keterampilan dikumpulkan dengan uji tindependent didapatkan
melakukan rjp menggunakan kuesioner perbedaan yang signifikan
dan lembar observasi. terhadap variabel
Analisa data menggunakan pengetahuan antara kelompok
uji t-dependent dan uji mobile application dan
tindependent kelompok simulasi dimana
kelompok mobile application
memiliki nilai pengetahuan
yang lebih besar
dibandingkan kelompok
simulasi (p=0,021). Pada
variabel keterampilan
didapatkan perbedaan yang
signifikan antara kelompok
mobile application dan
kelompok simulasi dimana
kelompok simulasi memiliki
nilai keterampilan yang lebih
besar dibandingkan
kelompok mobile application
(p=0,044).
2 Mulyadi dan Pengaruh Simulasi Tujuan dari Desain penelitian yang Berdasarkan hasil penelitian
Mario Esau Tindakan penelitian ini digunakan yaitu quasy dari 33 responden didapati
Katuuk (2017) Resusitasi Jantung adalah untuk experiment with one group dari hasil uji statistik dengan
Paru (Rjp) mengetahui pre-post test dan menggunakan uji Wilcoxon
Terhadap Tingkat pengaruh menggunakan lembar diperoleh nilai ρ = 0,000 < α
Motivasi Siswa simulasi kuesioner untuk = 0,05. Dari data tersebut
Menolong Korban tindakan mendapatkan data dari menunjukkan dimana
Henti Jantung Di resusitasi responden terdapat pengaruh yang
Sma Negeri 9 jantung paru signifikan simulasi tindakan
Binsus Manado (rjp) terhadap RJP terhadap tingkat
tingkat motivasi motivasi siswa SMA Negeri
siswa menolong 9 Binsus Manado dalam
korban henti menolong korban henti
jantung di sma jantung
negeri 9 binsus
manado
3 Lestari Eko Peningkatan Tujuan dari Metode yang digunakan Hasil dari penelitian ini
Darwati, Pengetahuan penelitian ini dalam penelitian adalah aplikasi mobile
Setianingsih Orang Awam adalah untuk menggunakan quasi berbasis android dapat
Tentang mengetahui eksperimen dengan pre memberikan informasi
Penanganan Out peningkatan post test without control dengan cepat dan mudah
Of Hospital pengetahuan group. Alat ukur karena dapat digunakan
Cardiac Arrest orang awam menggunakan kuesioner dimana saja dan dapat
Melalui Aplikasi tentang tingkat pengetahuan yang diakses kapan saja. Oleh
Resusitasi Jantung penanganan out terdiri dari 20 pertanyaan karena itu, penggunaan
Paru Pada of hospital terkait resusitasi jantung aplikasi smartphone ini
Smartphone cardiac arrest paru sangat efektif apabila
melalui aplikasi digunakan untuk
resusitasi menyebarkan informasi
jantung paru penanganan out of hospital
pada cardiac arrest (OHCA)
smartphone melalui tindakan resusitasi
jantung paru yang dilakukan
oleh orang awam khususnya
remaja.
4 Tony Efek Metode Tujuan dari Penelitian ini merupakan Hasil penelitian menunjukkan
Suharsono,Riza Pembelajaran penelitian quasy experimental dengan bahwa rata-rata pengetahuan
Fikriana (2016) Tradisional adalah desain pretes-posttest sebelum pelatihan 6, 94 (1,8),
(Tutorial) mengidentifikasi without control group rata-rata pengetahuan setelah
Terhadap perbedaan dengan jumlah sampel 48 pelatihan 9,13 (1,2), dan p
Pengetahuan Dan peningkatan siswa sekolah menengah value 0.001. Responden tidak
Ketrampilan pengetahuan atas, diambil menggunakan dapat melakukan seluruh
Resusitasi Jantung dan ketrampilan teknik purposive sampling. tahapan dalam pertolongan
Paru rjp pada Data diambil melalui henti jantung. Setelah
pelatihan rjp pretest dan posttest untuk pelatihan, rata-rata
selama 3 jam mengukur perbedaan kedalaman kompresi dada
dengan metode pengetahuan dan 35,7 mm, kecepatan
tutorial. ketrampilan sebelum dan kompresi dada 117,6,
sesudah pelatihan ventilasi 0,3 kali, dan durasi
5 kali siklus rjp 142,8 detik.
Responden tidak dapat
melakukan kompresi dada
dengan kedalaman adekuat
dan ventilasi yang adekuat
pada korban henti jantung.
Pelatihan rjp pada
masyarakat awam, lebih baik
difokuskan pada pemberian
kompresi dada saja tanpa
memberikan ventilasi
5 Alga Febriana , Pengaruh Tujuan Penelitian ini merupakan Hasil uji statistik sebelum
Yuniar Ika Pelatihan dilakukan penelitian quasy- dan sesudah menunjukkan
Fajarini, Akbar Resusitasi Jantung penelitian ini eksperiment design dengan bahwa pelatihan resusitasi
Amin Abdullah Paru (Rjp) adalah untuk menggunakan desain one jantung paru sangat
(2018) Terhadap Tingkat mengetahui group pretest-posttest. mempengaruhi tingkat
Pengetahuan Pada pengaruh Sampel dalam penelitian pengetahuan siswa tentang
Siswa Kelas X Di pelatihan ini adalah siswa kelas X penanganan pertama korban
Sma N 1 resusitasi SMA N 1 Karanganom henti jantung, dengan nilai
Karanganom jantung paru Klaten yang berjumlah 24 pengetahuan siswa sebelum
Klaten terhadap tingkat siswa. Analisis data diuji diberikan pelatihan adalah
pengetahuan menggunakan Uji dalam kategori baik sebanyak
pada siswa kelas Wilcoxon. 2 responden setelah
X di SMA N 1 diberikan pelatihan
Karanganom pengetahuan siswa terjadi
Klaten peningkatan sebanyak 23
berpengetahuan dalam
kategori baik, sehingga
Terdapat pengaruh pelatihan
resusitasi jantung paru
terhadap tingkat pengetahuan
pada siswa kelas X di SMA
N 1 Karanganom Klaten
p=0,000(p<0,05), sehingga
penelitian ini dapat
menambah wawasan
responden dalam menangani
korban henti jantung.
6 Moh. Fachrizal Perbedaan Tujuan Penelitian ini menggunakan Hasil penelitian sebelum
Rosyid , Tanto Pemberian penelitian ini design case control dengan pelatihan memiliki skill tidak
Hariyanto, Vita Pelatihan adalah untuk pendekatan, Pre-Post Test baik yaitu 32 orang
Maryah Ardiyani Resusitasi Jantung mengidentifikasi Design. Teknik responden dengan nilai ≤
(2018) Paru Terhadap skill pengambilan sampel 30% dengan presentasi
Skill Resusitasi penanganan dengan teknik eccidental 100%, setelah pelatihan
Jantung Paru Pada sebelum sampling dengan sampel 32 memiliki skill baik dengan
Pasien Henti pelatihan orang yang diambil nilai 76-100% presentase
Jantung Di SMK resusitasi berdasarkan observasi. (69%) dengan presentasi
Pertanian jantung paru Teknik analisis data yang (50%). Hasil menunjukan
Pembembangunan pada pasien digunakan adalah uji nilai sig 2 tailed dengan α
“Wiyata Bakti” henti jantung, Paired Samples Test 0,000 < 0,05 artinya H1
Sengkaling mengidentifikasi diterima (ada perbedaan
skill pemberian pelatihan
penanganan resusitasi jantung paru
sesudah terhadap skill resusitasi
pelatihan jantung paru pada pasien
resusitasi henti jantung di SMK
jantung paru Pertanian Pembangunan
pada pasien “Wiyata Bakti” Sengkaling).
henti jantung Hasil penelitian ini dapat
dan dijadikan sebagai dasar
menganalisis dalam penelitian selanjutnya
perbedaan dengan menggunakan metode
pemberian yang lain dalam penilaianya
pelatihan serta waktu yang lebih lama
resusitasi lagi agar mendapatkan hasil
jantung paru yang lebih maksimal serta
terhadap skill mengawasi para responden
resusitasi agar tidak bermain phonsel
jantung paru ketika penelitian sedang
terhadap pasien berlangsung.
henti jantung
7 Chiwon Ahn, Evaluation of Tujuan Metode yang digunakan Hasil dari penelitian ini
Yongtak Smartphone dilakukannya dalam penelitian ini adalah adalah bahwa aplikasi kusus
Cho,Jaehoon Applications for penelitian ini mix-methode, sequintal rjp yang terdapat di
Oh,Yeongtak Cardiopulmonary adalah untuk explanatory yaitu smartphone sangat efektif
Song, Tae Ho Resuscitation mengevaluasi mengembangkan hasil digunakan dalam pelatihan
Lim, Hyunggoo Training in South penggunaan penelitia dari satu metode untuk menangani kasus henti
Kang, and Korea smartphone dengan metode yang lain jantung dan sudah terbukti
Juncheol Lee untuk pelatihan akurat. Selain mudah di akses
(2016) rjp di Korea dan dipelajari, animasi dan
Selatan suara yang terdapat dalam
aplikasi di smartphone
menjadi penunjang yang
sangat baik untuk
meningkatkan pengetahuan
seseorang tentang rjp.
8 TK Chan, KA New era of CPR: Tujuan Metode yang digunakan Peneliti melakukan penelitian
Wan , JCK Chan , application of i- dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
HKC Lam , YT technology in penelitian ini metode two groups with aplikasi smartphone
Wong , PG Kan resuscitation adalah untuk study group or without “PocketCPR” yang dapat
(2012) mengetahui control group mempermudah seseorang
gabungan dalam melakukan rjp karena
pelatihan rjp berisi arahan yang harus
menggunakan dilakukan penolong saat
media aplikasi menolong korban dalam
“PocketCPR” keadaan tidak sadar. Aplikasi
ini dapat meningkatkan
kedalaman dalam melakukan
kompresi dada sambil
mempertahankan kecepatan
kompresi yang memadai
9 Hong-mei Tang, Shorter training Tujuan dari Metode yang digunakan Penelitian ini menekankan
Xiao Wu, Yin Jin, intervals increase penelitian ini dalam penelitian ini adalah pentingnya pelatihan lanjutan
Yi-qing Jin, Zi Jun high school adalah untuk menggunakan metode tentang rjp, dan menyarankan
Wang, Jin-yan students’ mengetahui questionnaires measuring. bahwa metode pelatihan yang
Luo, Yan-qi Hu, awareness of hubungan lebih efektif harus
Ting Jin, Moses cardiopulmonary pelatihan dikembangkan untuk lebih
Shang, Qing resuscitation: a dengan faktor meningkatkan kesadaran rjp
Chang, and Fei questionnaire yang di kalangan siswa SMA
Wang (2020) study mempengaruhi
kesadaran dalam
memberikan
pertolongan
pertama rjp
10 Wahyu Dini Perbedaan Metode Tujuan dari Metode yang digunakan Hasil uji posttest
Metrikayanto, Simulasi dan Self penelitian ini dalam penelitian ini adalah pengetahuan (kelompok
Muhammad Directed Video adalah untuk quasi eksperimanetal simulasi) dan posttest
Saifurrohman, Terhadap mengidentifikasi dengan pendekatan pre- pengetahuan (kelompok self-
Tony Suharsono Pengetahuan,Sikap perbedaan post test with control directed video) memiliki nilai
(2018) dan Ketrampilan antara metode group. Kelompok signifikansi(p value)0,468
Resusitasi Jantung simulasi dan perlakuan diberikan (p>0,05), skor posttest sikap
Paru (RJP) self directed intervensi Self-Directed (kelompok simulasi) dan
Menggunakan I- video terhadap Video pembelajaran RJP, posttest sikap (kelompok self-
Carrer Cardiac pengetahuan, kelompok control directed video) memiliki nilai
Resuscitation sikap dan diberikan Intervensi signifikansi (p value) = 0,739
Manekin Pada keterampilan Simulasi RJP (p>0,05), dan skor posttest
Siswa SMA Resusitasi keterampilan (kelompok
Anggota Palang Jantung Paru simulasi) dan posttest
Merah remaja (RJP) keterampilan (kelompok self-
(PMR) menggunakan I- directed video) memiliki nilai
Carrer Cardiac signifikansi (p value) = 0.089
Resuscitation (p>0,05). Disimpulkan
Manekin pada metode simulasi dan self
siswa SMA directed video berpengaruh
anggota Palang terhadap pengetahuan, sikap
Merah Remaja dan keterampilan Resusitasi
(PMR). Jantung Paru (RJP)
menggunakan I-Carrer
Cardiac Resuscitation
Manekin , akan tetapi antara
metode simulasi dan self
directed video tidak terdapat
perbedaan terhadap
pengetahuan, sikap dan
keterampilan Resusitasi
Jantung Paru (RJP)
menggunakan I-Carrer
Cardiac Resuscitation
Manekin pada siswa SMA
anggota Palang Merah
Remaja (PMR).
D. Pembahasan

1. Analisis persamaan dan perbedaan dari setiap penelitian

Siswa sekolah menengah atas memiliki kualifikasi yang tidak

memuaskan, ini dikarenakan rendahnya kesadaran dalam melakukan

tindakan rjp dengan tingkat kualifikasi 7,7%. Peneliti mengatakan kecilnya

tingkat kesadaran dikalangan siswa dalam memberikan pertolongan

menjadi salah satu faktor rendahnya kualifikasi. Upaya yang dapat

dilakukan adalah memberikan pengetahuan tentang rjp. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa frekuensi belajar

yang lebih besar dan interval pelatihan yang lebih pendek dapat dikaitkan

dengan tingkat kualifikasi, hal ini menunjukkan bahwa kesadaran dalam

melakukan rjp dapat ditingkatkan dengan meningkatkan jumlah pelatihan

dan memperpendek jarak pelatihan. Penelitian ini juga menunjukkan

bahwa kemauan yang besar untuk melakukan rjp dan pelatihan dapat

meningkatkan pengetahuan tentang rjp, dan jika siswa diberikan

pembelajaran saja tidak meningkatkan penguasaan pengetahuan tentang

rjp. Setelah mendapatkan faktor-faktor yang relevan, interval pelatihan

yang lebih pendek dengan metode pembelajaran yang ada dapat

meningkatkan tingkat kelulusan dan meningkatkan kesadaran.

Penelitian ini menekankan pentingnya pelatihan lanjutan tentang

rjp, dan menyarankan bahwa metode pelatihan yang lebih efektif harus

dikembangkan untuk lebih meningkatkan kesadaran rjp di kalangan siswa

SMA. Peneliti menemukan bahwa rasa takut gagal memenuhi standar

25
pelaksanaan rjp dan hukum yang didapatkanmenjadi alasan utama

mengapa siswa SMA tidak melakukan rjp (Tang Hong-mei, et.all 2020)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Chan T K, et.all (2012)

kualitas dalam melakukan rjp memiliki pengaruh dengan hasil yang

diberikan. Semakin tinggi kualitas seseorang melakukan rjp maka semakin

besar pasien dapat diselamatkan. Peneliti melakukan penelitian dengan

menggunakan aplikasi smartphone “PocketCPR” yang dapat

mempermudah seseorang dalam melakukan rjp karena berisi arahan yang

harus dilakukan penolong saat menolong korban dalam keadaan tidak

sadar. Aplikasi ini dapat meningkatkan kedalaman dalam melakukan

kompresi dada sambil mempertahankan kecepatan kompresi yang

memadai. Peneliti menyebutkan ada beberapa batasan dalam

penelitiannya, yang pertama penelitian ini menggunakan manikin sehingga

peningkatan kedalaman kompresi dengan tingkat kompresi tidak

sepenuhnya dijelakan dalam sistem pengaturannya. Kedua, peserta yang

digunakan merupakan tenaga berpengalaman dalam memberikan

pertolongan pertama dengan rata rata pengalaman lebih dari 18 tahun,

sehingga tidak dapat menjadi acuan untuk penolong yang kurang

berpengalaman. Ketiga, aplikasi “PocketCPR” secara otomatis

memberikan beberapa instruksi sebelum memulai kompresi dada, seperti

mendorong penolong untuk mengecek respon korban, meminta bantuan,

dan demonstrasi penempatan perangkat yang benar sehingga dapat

menyebabkan penundaan melakukan kompresi dada. Peneliti mengatakan

dalam penelitian ini tidak menilai keterlambatan tersebut, karena teknologi

dapat berkembang dengan cepat dan aplikasi


yang baru dan peningkatan perangkat keras dapat mengatasi masalah

tersebut. Peneliti juga mengatakan fitur ini harus dipertimbangkan lebih

lanjut untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Ahn

Chiwon, et.all (2016)mengatakan bahwa aplikasi kusus rjp yang terdapat

di smartphone sangat efektif digunakan dalam pelatihan untuk menangani

kasus henti jantung dan sudah terbukti akurat. Selain mudah di akses dan

dipelajari, animasi dan suara yang terdapat dalam aplikasi di smartphone

menjadi penunjang yangsangat baik untuk meningkatkan pengetahuan

seseorang tentang rjp. Aplikasi yang digunakan dalam penelitian ini juga

memiliki kelebihan dapat mendeteksi perangkat AED terdekat

menggunakan fitur GPS.

Darwati dan Setianingsih, (2020) dalam penelitiannya

menggunakan smartphone dalam pemberian informasi mengenai rjp

menyebutkan seluruh siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara

mandiri melalui aplikasi resusitasi jantung paru. Kegiatan ini dikatakan

memiliki kontribusi dalam peningkatan pengetahuan siswa. Mobile

learning merupakan salah satu metode pembelajaran dengan perangkat

smartphone sebagai device utama. Android (smartphone) merupakan

media yang cukup mudah digunakan terutama pada anak-anak hingga

remaja karena lebih menarik yang dilihat dari berbagai aspek yaitu aspek

gambar, video dan warna, tulisan pada media android yang lebih mudah

terbaca, bahasa yang mudah dipahami walaupun dibandingkan dengan

website jumlah materi lebih sedikit. Darwati dan Setianingsih, (2020) juga

menyebutkan aplikasi
mobile berbasis android dapat memberikan informasi dengan cepat dan

mudah karena dapat digunakan dimana saja dan dapat diakses kapan saja.

Penggunaan aplikasi smartphone ini sangat efektif apabila digunakan

untuk menyebarkan informasi penanganan out of hospital cardiac arrest

(OHCA) melalui tindakan resusitasi jantung paru yang dilakukan oleh

orang awam khususnya remaja. Salah satu contoh bystander awam adalah

siswa setingkat sekolah menengah kejuruan (SMK), dimana para

bystander awam ini dapat mengetahui penanganan pada orang yang

mengalami henti jantung diluar rumah sakit tanpa ada rasa takut dan

cemas.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Suharsono dan Riza,

(2016), terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan secara

signifikan sebelum diberikan pelatihan dan setelah diberikan pelatihan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah traditional teaching

yang melibatkan instruktur yang sudah tersertifikasi dengan metode

ceramah dan simulasi. Menyebabkan tehnik mengajar seorang instruktur

juga menjadi faktor penentu keberhasilan pelatihan ini. Peneliti

mengatakan metode traditional teachingdianggap sebagai metode lama

yang memiliki beberapa kelemahan yaitu peserta menjadi pasif karena

berfokus pada penjelasan yang diberikan instruktur, perhatian peserta juga

dapat cepat menurun dan mudah lupa dengan yang telah disampaikan.

Peneliti dalam melakukan penelitiannya menggunakan pendekatan

instruksional dan interaktif dimana model yang digunakan lebih

mengaktifkan peserta dan peserta lebih banyak dilibatkan untuk praktik

secara langsung dengan didampingi.


Peneliti juga menyebutkan beberapa hambatan yang terjadi dalam

penelitiannya yaitu dalam penilaian komponen resusitasi jantung paru

berkualitas tinggi, hanya 2 (dua) komponen yaitu rata – rata kecepatan

kompresi dan jumlah incomplete release yang memenuhi standart terhadap

resusitasi jantung paru yang berkualitas. Sedangkan pada pencapaian

complete recoil yang diukur melalui komponen incomplete release,

didapatkan sebagian besar tidak terjadi incomplete release. Pada

komponen kedalaman kompresi dada yang efektif, responden tidak mampu

mencapai kedalaman yang dipersyaratkan yaitu minimal 5 cm. Rata-rata

capaian kedalamn kompresi dada adalah 35,71 mm, sedangkan pada

kemampuan melakukan ventilasi efektif, dalam lima siklus tindakan

resusitasi jantung paru yang seharusnya ventilasi efektif yang dihasilkan

sebanyak 10 kali, tidak satupun responden pada penelitian ini yang mampu

memenuhi standar yang dipersyaratkan.

Melihat kondisi seperti di atas, peneliti menyampaikan bahwa

pencapaian keterampilan tindakan resusitasi jantung paru agar

menghasilkan kualitas yang tinggi harus dilakukan dengan teknik yang

benar mulai dari penempatan posisi tangan yang tepat, tekanan yang

dibutuhkan untuk menghasilkan kedalaman yang maksimal, kecepatan

yang dihasilkan adekuat serta pemberian bantuan nafas yang efektif.

Tentunya pencapaian keterampilan tersebut tidak dapat diperoleh hanya

dengan pelatihan yang sifatnya singkat. Harus dilakukan pengulangan dan

latihan dengan interval waktu tertentu untuk menjaga ketrampilan RJP

yang dimiliki tetap baik.


Mulyadi dan Mario, (2017) dalam penelitiannya mengatakan

terjadi peningkatan motivasi siswa sebelum dilakukan simulasi dan setelah

dilakukan simulasi pelatiha rjp untuk menolong korban henti jantung.

Peneliti menjelaskantingkat motivasi seseorang dipengaruhi oleh umurnya,

pernyataan ini didukung berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan

distribusi responden berdasarkan umur yaitu responden dengan persentase

terbanyak adalah siswa yang berumur 15 tahun (51,5%). Berbeda dengan

karakteristik berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat hubungan atau

pengaruh yang signifikan terhadap tingkat motivasi seseorang, artinya baik

pria maupun wanita memiliki tingkat motivasi yang sama.

(Febriana, dkk 2018) mengatakan hasil penelitian mengenai

pengetahuan siswa tentang rjp sebelum diberi pelatihan sebagian besar

adalah adalah cukup sebanyak 16 responden (66,7%), siswa yang

berpengetahuan kurang sebanyak 6 responden (25%), sedangkan siswa

dengan pengetahuan baik hanya 2 responden (8,3%). Keadaan ini

disebabkan karena sedikitnya responden yang mendapatkan informasi

tentang rjp, karena dengan banyaknya informasi yang diperoleh maka

seseorang memiliki pengetahuan. Kurangnya informasi yang dimiliki

responden disebabkan kurangnya pemberian pendidikan kesehatan yang

mencakup pelatihan. Sedangkan hasil menunjukkan terjadi peningkatan

pengetahuan siswa dapat dilihat sebelum pelatihan 8,3 % pengetahuan baik

menjadi 95,8% dan penurunan pengetahuan yang cukup dari 66,7%

menjadi 4,2%. Pengetahuan dalam kategori kurang dari 25% menjadi

0%.Peningkatan pengetahuan pada siswa disebabkan karena ada informasi


yang memberikan pengetahuan tentang penting melakukan resusitasi

jantung paru saat menemukan seseorang yang sedang mengalami henti

jantung dan henti nafas.

Pelatihan diberikan dengan metode ceramah dan tanya jawab serta

memberikan materi tentang Resusitasi Jantung Paru (RJP).Pemberian teori

dan praktik dimaksudkan dapat memberikan pengetahuan, informasi dan

pengalaman yang lebih banyak. Tingkat pengetahuan menunjukkan adanya

perubahan sesudah diberikan pelatihan.Pelatihan rjp adalah suatu

pembelajaran dalam metode praktik, jadi seorang siswa mampu melihat

saat pelatih mempraktikkan, mampu mendengarkan materi saat pelatih

memberikan materi dan mampu melakukan tindakan rjp saat diberikan

pelatihan rjp.

Rosyid, dkk (2018) juga mengatakan berdasarkan hasil perhitungan

statistik diketahui terdapat perbedaan yang signifikan perubahan skill

resusitasi jantung paru sebelum dan setelah diberikan pelatihan resusitasi

jantung paru. Peneliti mengatakan yang mempengaruhi skill ada 3 macam

(kognitif, afektif dan psikomotor) ketiga kemampuan ini harusada dalam

diri siswa untuk mengembangkan skill dalam bidang apapun.

Berbeda dengan peneliti di atas, Yunanto, dkk 2017) melakukan

perbandingan atara pelatihan rjp dengan mobile app dan metode simulasi

dimana didapatkan hasil terdapat pengaruh antara pelatihan rjp dengan

metode simulasi dan mobile appyang ditunjukan dengan perbedaan yang

signifikan pada variabel pengetahuan dan adanya peningkatan rata-rata

nilai pengetahuan responden setelah mendapatkan pelatihan rjp dengan.

Hasil uji
pada variabel keterampilan juga didapatkan perbedaan yang signifikan

pada variabel keterampilan dalam melakukan tindakan rjp yang

ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata nilai keterampilan dalam

melakukan tindakan rjp pada responden setelah mendapatkan pelatihan rjp.

Peneliti menjelaskan perbedaan peningkatan pengetahuan tentang tindakan

rjp pada kelompok mobile application dan kelompok simulasi berdasarkan

hasil uji t-independent didapatkan bahwa kelompok yang mendapatkan

pelatihan rjp dengan menggunakan mobile application menunjukkan

peningkatan pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok

simulasi. Pernyataan ini dapat dijelaskan dengan melihat kembali

keuntungan yang dimiliki oleh mobile application sebagai salah satu

metode pembelajaran. Salah satu keuntungan yang diperoleh adalah

dengan adanya efek teknologi meningkatkan aktivasi korteks frontal dan

parietal yang berfungsi untuk memberikan stimulasi kognitif dan

memperkuat memori.

Perbedaan peningkatan nilai keterampilan dalam melakukan

tentang tindakan rjp pada kelompok mobile application dan kelompok

simulasi berdasarkan hasil uji t-independent didapatkan hasil bahwa proses

pelatihan rjp dengan simulasi menunjukkan peningkatan nilai keterampilan

yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok mobile application.

Karakteristik pelatihan rjp dengan simulasi yang tidak ditemukan pada

mobile application adalah kehadiran dari instruktur. Kehadiran instruktur

memberikan kemudahan dalam melakukan proses pembelajaran serta

evaluasi.
Pernyataan di atas sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Metrikayanto, dkk (2018) yang menyebutkan bahwa pelatihan rjp melalui

simulasi dan selfdirected video secara terperinci dapat diketahui kelebihan

masing-masing dari hasil uji statistik setiap pertanyaan tentang perbedaan

pengetahuan rjp (menjawab pertanyaan dengan benar) pada kelompok

simulasi dan self-directed video, diketahui bahwa simulasi lebih bemakna

dalam meningkatkan pengetahuan tentang alur rjp handsonly, sifat henti

jantung dan prinsip rjphandsonly dibandingkan dengan selfdirected video.

Berbeda dengan peningkatan pengetahuan tentang manfaat rjp lebih

bermakna pada self-directed video dibandingkan dengan simulasi. Self-

directed video lebih bermakna dalam meningkatkan sikap responden dalam

soal kasus kesediaan melakukan pijat jantung dan nafas buatan, kesediaan

melakukan pertolongan pada kasus 1 (ayah/ibu), kesediaan melakukan

pertolongan pada kasus 2 (paman) dan kesediaan melakukan pertolongan

pada kasus 3 (anak kecil).

Self-directed video lebih bermakna dalam meningkatkan

keterampilan responden dalam berteriak untuk mendapatkan pertolongan

dan mengaktifkan sistem tanggapan gawat darurat. Dapat dilihat pada poin

observasi yang lain (memeriksa keamanan lingkungan, memulai kompresi

dada, melanjutkan kompresi dada hingga bantuan datang) memiliki makna

dalam peningkatan keterampilan poin tersebut. Dua metode pelatihan rjp

(simulasi dan self-directed video) memiliki keunikan masing-masing. Pada

metode self-directed video, peserta pelatihan dapat belajar secara mandiri,

hal ini menjadi sisi positif bahwa metode pelatihan ini dapat dilakukan
dimana saja dan kapan saja, tetapi ketika peserta belajar secara mandiri,

kualitas keterampilan yang diperoleh tidak dapat diidentifikasi. Peneliti

mengatakan perlu adanya modifikasi dalam penggunaan metode pelatihan

rjp. Modifikasi dapat diterapkan disini yaitu mentor atau pelatih yang

mengevaluasi khususnya dalam hal keterampilan. Peneliti juga

berpendapat metode simulasi ini kurang fleksibel dan membutuhkan

mentor atau pelatih, tetapi pelatih tersebut dapat langsung memberikan

umpan balik berkaitan dengan keterampilan peserta.


BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari 10 penelitian didapatkan mengatakan bahwa pelatihan rjp

yang diberikan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan

seseorang. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan merupakan komponen

dari kesiapan, sehingga dapat juga dikatakan pelatihan rjp memiliki

pengaruh untuk meningkatkan kesiapan seseorang dalam memberikan

pertolongan pertama pada kasus henti jantung. Metode yang dijelaskan

dalam penelitian diatas memiliki pengaruh penting baik metode simulasi

ataupun metode menggunakan smartphone.

Metode simulasi memiliki kelebihan yaitu dengan kehadiran

instruktur memberikan kemudahan dalam melakukan proses pembelajaran

dan evaluasi. Metode smartphone juga memiliki kelebihan yaitu

memudahkan untuk mengakses informasi, selain itu dengan adanya fitur

suara dan animasi menjadikan metode ini lebih menarik minat seseorang

untuk mempelajari pemberian pertolongan pertama pada kasus henti

jantung peryataan ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Adi

Yunanto, dkk (2017) dan Metrikayanto, dkk (2018) yang melakukan

perbandingan atara dua metode tersebut.

B. Saran

Literature ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya

dalam melakukan pelatihan rjp dengan menggunakan metode yang sama

untuk dapat mengukur efektifitas metode yang digunakan terhadap

35
kemampuan melakukan high quality rjp pada responden yang berasal dari

tenaga kesehatan atau orang awam untuk meningkatkan kesiapan setiap

individu dalam memberikan pertolongan pertama pada kasus henti jantung.

Kelemahan yang terdapat dalam penelitian yang telah dijelaskan dapat

diperbaiki agar meningkatkan kualitas dan kesiapan penolong untuk

memberikan pertolongan penanganan henti jantung.

36
DAFTAR PUSTAKA

Ahn Chiwon, et.all (2016) ‘Evaluation of Smartphone Applications for


Cardiopulmonary Resuscitation Training in South Korea’, 2016. doi:
10.1155/2016/6418710.

Berdowski, J. et all. (2010) ‘Global incidences of out-of-hospital cardiac arrest


and survival rates: Systematic review of 67 prospective studies’,
Resuscitation. Elsevier Ireland Ltd, 81(11), pp. 1479–1487. doi:
10.1016/j.resuscitation.2010.08.006.

Bhise, et all. (2016) ‘Factors Influencing School Readiness of Children’,


Research Journal of Recent Sciences
E, 5(5), pp. 53–
58. Available at: www.isca.me.

Chan T K, et. all. (2012) ‘New era of CPR : application of i-technology in


resuscitation’, pp. 1–7. doi: 10.1177/102490791201900502.

Darwati dan Setianingsih (2020) ‘Peningkatan Pengetahuan Orang Awam


Tentang Penanganan Out Of Hospital Cardiac Arrest Melalui Aplikasi
Resusitasi Jantung Paru Pada Smartphone Improvement Of Knowledge
People About Handling Out Of Hospital Cardiac Arrest Through The
Application Of Lung Hea’, 10(1).

Elfrianto (2016) ‘Manajemen pelatihan sumber daya manusia dalam


meningkatkan mutu lulusan’, Jurnal EduTech, 2(2), pp. 46–58. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/54626-ID-manajemenpelatihan-
sumber-daya-manusia.pdf.

Febriana, dkk (2018) ‘Pengaruh Pelatihan Resusitasi Jantung Paru ( Rjp )


Terhadap Tingkat Pengetahuan Pada Siswa Kelas X Di Sma N 1
Karanganom Klaten Pendahuluan Kegawatdaruratan Secara Umum
Adalah Suatu Keadaan Seseorang Yang Berada Pada Suatu Kondisi Yang
Mengancam Hidupnya’, 1(2).

Kementrian Kesehatan RI (2017) ‘Penyakit Jantung Penyebab Kematian


Tertinggi’, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, pp. 2015–2016. doi:
351.077 Ind r.

Mashar, W. (2015) ‘Pengaruh Pelatihan Terhadap Presatasi Kerja Pegawai


Pada Inspektorat Kabupaten Rokan Hulu’, Jurnal Feb Unmul, 8(1), p. 13.
Available at: https://media.neliti.com/media/publications/24316-ID-
pengaruh-pelatihan-terhadap-prestasi-kerja-pegawai-pada-inspektorat-
kabupaten-ro.pdf.
Metrikayanto, dkk (2018) ‘Perbedaan Metode Simulasi dan Self Directed Video
Terhadap Pengetahuan,Sikap dan Ketrampilan Resusitasi Jantung
Paru(RJP) Menggunakan I-Carrer Cardiac Resuscitation Manekin Pada
Siswa SMA Anggota Palang Merah remaja (PMR)’, Care : Jurnal Ilmiah
Ilmu Kesehatan, 6(1), p. 79. doi: 10.33366/cr.v6i1.792.

Mulyadi dan Mario (2017) ‘Pengaruh Simulasi Tindakan Resusitasi Jantung Paru
( Rjp ) Terhadap Tingkat Motivasi Siswa Menolong Korban Henti Jantung
Di Sma Negeri 9 Binsus’, 5.

Notoaatmodjo (2018) Metodologi Penelitian Kesehatan. 3rd edn. Jakarta: PT


RINEKA CIPTA.

Pariwisata, K. (2016) ‘Perkembangan Wisnas ( Wisatawan Nasional ) Tahun 2011


- 2016’, p. 2016. Available at: file:///C:/Users/ASUS/Downloads/rekap
wisnas.pdf.

Pigoga, et all (2017) ‘Adapting the emergency first aid responder course for
Zambia through curriculum mapping and blueprinting’, BMJ Open, 7(12),
pp. 1–7. doi: 10.1136/bmjopen-2017-018389.

Rosyid, dkk. (2018) ‘PERBEDAAN PEMBERIAN PELATIHAN RESUSITASI


JANTUNG PARU TERHADAP SKILL RESUSITASI JANTUNG PARU
PADA PASIEN HENTI JANTUNG DI SMK PERTANIAN
PEMBEMBANGUNAN “WIYATA BAKTI” SENGKALING’, 3, pp. 653–661.

Suharsono dan Riza (2016) ‘Efek metode pembelajaran tradisional (tutorial)


terhadap pengetahuan dan ketrampilan resusitasi jantung paru’, 7, pp. 156–
162.

Sumardino, W. (2014) ‘Kompetensi Guru UKS dalam Memberikan Pertolongan


Pertama pada Kecelakaan (P3K)’, Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 3(1), pp.
80–87.

Tang Hong-mei, et all. (2020) ‘Shorter training intervals increase high school
students ’ awareness of cardiopulmonary resuscitation : a questionnaire
study’. doi: 10.1177/0300060519897692.

Travers, 2010 (2010) ‘AHA Guidelines 2010: Part 4: CPR Overview’,


Circulation, 122(18_suppl_3), pp. S676–S684. doi:
10.1161/CIRCULATIONAHA.110.970913.

Winarso, W. (2016) ‘Assessing the Readiness of Student Learning Activity and


Learning Outcome’, 10(2), pp. 81–94. doi: 10.13170/jp.10.2.5246.

Yunanto, dkk. (2017) ‘Perbandingan Pelatihan Rjp Dengan Mobile Application


Dan Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Melakukan Rjp’,
2(2). doi: 2540-7937.

Anda mungkin juga menyukai