Anda di halaman 1dari 81

TERAPI AL-QUR’AN UNTUK MENURUNKAN HALUSINASI

PENDENGARAN (LITERATUR REVIEW)

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Program


Diploma III Keperawatan

REZA FAHLEFI

2018200053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)

JAWA TENGAH DI WONOSOBO

2021

i
TERAPI AL-QUR’AN UNTUK MENURUNKAN HALUSINASI
PENDENGARAN (LITERATUR REVIEW)

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Program


Diploma III Keperawatan

REZA FAHLEFI

2018200053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)

JAWA TENGAH DI WONOSOBO

2021

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Reza Fahlefi

NIM : 2018200053

Institusi : Universitas Sains Al-Quran

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil

tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima

sanksi atas perbuatan tersebut.

Wonosobo, 8 April 2021

Mengetahui,

Pembimbing Pembuat pernyataan

M. Sahli, SKM., M.Kes REZA FAHLEFI

LEMBAR PERSETUJUAN

iii
Karya Tulis Ilmiah oleh REZA FAHLEFI NIM 2018200053 dengan judul

“Terapi Al-Qur’an Untuk Menurunkan Halusinasi Pendengaran” telah diperiksa

dan disetujui untuk diujikan.

Wonosob, 5 April 2021

Pembimbing,

M. Sahli, SKM., M.Kes

LEMBAR PENGESAHAN

iv
Karya Tulis Ilmiah oleh REZA FAHLEFI dengan judul “Terapi Al-Qur’an

Untuk Menurunkan Halusinasi Pendengaran” telah dipertahankan di depan dewan

penguji pada tanggal 20 April 2021

Dewan Penguji

Penguji 1 Penguji 2

Ns.Sri Mulyani, S.Kep., M.Kep M. Sahli, SKM., M.Kes

Mengetahui
Kaprodi,

Ns. Sri Mulyani, S.Kep., M. Kep

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat kasih-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul

v
“TERAPI AL-QUR’AN UNTUK MENURUNKAN HALUSINASI
PENDENGARAN” telah disetujui oleh Penguji Sidang Akademi Keperawatan
Universitas Sains Al-Qur’an sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir Program
D III Keperawatan Akademi Keperawatan Universitas Sains Al-Qur’an
Wonosobo. Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Saya selaku penulis
mendapat bimbingan, dukungan dan masukan dari beberapa pembimbing
sehingga karya tulis ilmiah saya ini dapat tersusun dengan baik, untuk itu saya
menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. Drs. KH. Muchotob Hamzah, M.M selaku Rektor Universitas Sains Al-

Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo.

2. Bapak Asmaji Muchtar, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo.

3. Ns. Sri Mulyani, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Prodi Diploma III Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di

Wonosobo.

4. Ns. Sri Mulyani, S.Kep.,M. Kep selaku penguji 1 yang selama ini senantiasa

meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta kesabaran dalam membimbing dan

menguji Karya Tulis Ilmiah saya ini.

5. M. Sahli, SKM., M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini telah

senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam

menyusun Karya Tulis Ilmiah sehingga selesai tepat pada waktunya.

6. Kedua orang tua yang saya cintai yang telah memberi dukungan, do’a untuk

saya sehingga saya dapat menyusun Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Teman-teman Program studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sains Al-Quran Jawa Tengah di Wonosobo angkatan 2018 & 2017

vi
yang telah memberikan bantuan berupa dukungan dan semangat, dan semua

Teman-teman yang terlibat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan,oleh sebab

itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar

supaya kelak dapat membuat karya tulis ilmiah yang lebih baik.

Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak yang membacanya, Aamiin ya rabbal’alamin

Wassalamu’alaikum Wr, Wb

Wonosobo, 05 Mei 2021

Penulis

TERAPI AL-QUR’AN UNTUK MENURUNKAN HALUSINASI


PENDENGARAN (LITERATUR REVIEW)

ABSTRAK

vii
Reza fahlefi1, Muhammad Sahli2, Sri Mulyani3

Latar belakang : Halusinasi yaitu suatu gejala gangguan jiwa dimana klien
merasakan suatu stimulus yang sebenarnya itu tidak ada. Halusinasi pendengaran
adalah suara-suara dimana yang dirasakan tanpa ada stimulasi eksternal. Salah
satu pemberian tindakan non farmakologis yaitu dengan Terapi Al-Qur’an untuk
mengatasi dan mengurangi halusinasi pendengaran.

Tujuan : Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien Halusinasi dengan


pemberian Tindakan Terapi Al-Qur’an dalam mengontrol halusinasi serta
mengurangi tenda gejala halusinasi pendengaran.

Metode : Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah literature review,
yaitu sebuah pencarian literature baik internasional maupun nasional dengan
menggunakan Google Scholar. Kata kunci “Terapi Al-Qur’an”, “Halusinasi
Pendengaran”.

Hasil : Berdasarkan hasil pencarian 3 artikel mengenai pemberian Terapi Al-


Qur’an pada pasien halusinasi pendengaran, yaitu jurnal Yeni Devita (2019),
Mimi Aisyah, Jumaini, Safri (2019), Ila Rifatul Mahmuda, Jumaini, Agria (2018)
terdapat pengaruh terhadap perbedaan ketenangan, rileks dan rasa nyaman pada
pasien halusinasi. Hal tersebut yang membuat pasien dapat mengontrol
halusinasinya.

Simpulan : Terapi Al-Qur’an sangat efektif untuk mengontrol dan menurunkan


halusinasi serta dapat mengurangi tanda gejala halusinasi.

Kata Kunci: Terapi Al-Qur’an, Halusinasi Pendengaran

1
Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sains Al-Qur’an
2
Dosen Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sains Al-Qur’an
3
Dosen Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sains Al-Qur’an

DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.....................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................iv

viii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
ABSTRAK....................................................................................................viii
DAFTAR ISI...................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..........................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................8
C. Tujuan ..................................................................................................8
D. Manfaat Studi Kasus.............................................................................8
1. Manfaat Teoritis..............................................................................8
2. Manfaat Praktis...............................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Halusinasi...............................................................................10
1. Definisi..........................................................................................10
2. Faktor Penyebab Halusinasi..........................................................11
3. Akibat Halusinasi..........................................................................14
4. Macam-macam Halusinasi............................................................14
5. Fase Halusinasi..............................................................................16
6. Proses terjadinya halusinasi..........................................................18
7. Tanda dan Gejala Halusinasi.........................................................19
8. Rentang Respon............................................................................20
9. Penatalaksanaan............................................................................21

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Fokus Pengkajian..........................................................................25
2. Pohon Masalah..............................................................................28
3. Diafnosa Keperawatan..................................................................29

ix
4. Perencanaan...................................................................................29
5. Terapi Al-Qur’An..........................................................................38
BAB III METODE PENULISAN................................................................41
A. Desain KTI..........................................................................................41
B. Variabel KTI.......................................................................................41
C. Teknik Pengumpulan Data..................................................................42
D. Analisis Data.......................................................................................43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil....................................................................................................44
B. Pembahasan.........................................................................................46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................52
B. Saran....................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rentang Respon Neurobiologis.........................................................20


Tabel 4.1. Hasil Penelitian.................................................................................44

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pohon Masalah..............................................................................28

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi

xii
Lampiran 3 : ayat-ayat Al-Quran

Lampiran 4 : Jurnal

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO)

adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu

menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima orang lain sebagaimana

seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang

lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat

berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu

tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat

bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk

komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada individu

disebut gangguan jiwa (Silitonga, 2017).

Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang biasanya disingkat

(ODMK) adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial,

pertumbuhan dan perkembangan, dan atau kualitas hidup sehingga

memiliki resiko mengalami gangguan jiwa. Orang Dengan Gangguan Jiwa

(ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran,

perilaku,dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan

gejala dan atau perubahan perilaku yang bermakna,serta dapat

menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang

sebagai manusia. Di beberapa wilayah Indonesia Orang Dengan Gangguan

1
Jiwa (ODGJ) diasingkan, dilecehkan bahkan sampai dipasung (Kemenkes,

2014).

Halusinasi yaitu salah satu gangguan jiwa dimana pasien

mengalami perubahan persepsi sensori, klien merasakan sensasi palsu

berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan (Damaiyanti, 2012 dalam

Gupita, 2018). Akibat dari halusinasi yaitu dapat beresiko mencederai diri

sendiri, orang lain dan lingkungan. Kondisi tersebut disebabkan karena

klien berada dibawah halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan

sesuatu diluar kesadarannya (Iskandar, 2012).

Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena

depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia,

serta 47,5 juta terkena dimensia. Kategori penderita gangguan jiwa di

Indonesia saat ini yaitu gangguan jiwa ringa 6% penduduk berusia 15-24

tahun mengalami gangguan jiwa (Kemenkes, 2018).

Menurut Riskesdes tahun 2018, bahwa prevalensi gangguan jiwa

berat pada pada penduduk Indonesia adalah 1,7 per mil. Gangguan jiwa

berat terbanyak Di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa

Tengah. Lebih lanjut juga Riskesdas menyebutkan bahwa prevalensi

gangguan jiwa emosional pada penduduk Jawa Tengah adalah 9,8% dari

seluruh penduduk Indonesia (Hothasian, 2018).

2
Menurut Dinkes Jateng tahun 2015 (Dikutip dalam Casmadi 2019)

gambaran kondisi kesehatan jiwa secara nasional terhadap 0,17%

penduduk di indonesia mengalami gangguan jiwa berat (skizofrenia) atau

secara absolute terdapat lebih dari 400.000 jiwa dan 6% prevalensi

Gangguan Mental Emosional (GME). Jawa Tengah merupakan salah satu

dari 12 provinsi yang mempunyai prevalensi GME ,melebihi angka

nasional. Hal ini kemungkinan dikarenkan penduduk di daerah jawa

tengah khususnya dan di indonesia pada umumnya mayoritas tinggal di

daerah rawan bencana dan kurang mencukupinya pemenuhan fasilitas dan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya kesehatan jiwa.

Jumlah gangguan jiwa di jawa tengah dari tahun ke tahun terus

meningkat. Prevelensi skizofrenia yaitu 0,23% dari jumlah penduduk

melebihi angka normal sebanyak 0,17% menempati posisi ke lima

(Riskesdas, 2013). Jumlah penderita gangguan jiwa dari data Dinas

Kesehatan Jawa Tengah menyebutkan jumlah gangguan jiwa pada tahun

2013 yaitu sampai 121.962 penderita. Sedangkan pada tahun 2014 jumlah

meningkat menjadi 260.247 dan sampai pada tahun 2017 bertambah

menjadi 417.504 (Wibowo, 2016).

Data pasien berdasarkan pencatatan rekam medis dirumah sakit

jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang selama 1 bulan yaitu bulan mei 2017

didapatkan data pasien gangguan jiwa dalam 21 ruang sebanyak 831

orang, dengan diagnosa keperawatan halusinasi 486 orang, RPK dan PK

268 orang, Harga Diri Rendah 44 orang dan Isolasi Sosial 33 orang

3
(Ulinnuha, 2017 dalam Atika, 2018). Data pasien pada bulan Mei 2018

telah didapatkan data pasien gangguan jiwa dalam 20 ruang sebanyak 779

orang, dengan diagnosa keperawatan halusinasi 405 orang, PK 94 orang,

RPK 105 orang, DPD 64 orang, dan Isolasi Sosial 35 orang (Atika, 2018)

Menurut Puri et al (2013) dikutip dalam Nurlaili (2019) Halusinasi

pendengaran yaitu halusinasi yang paling umum sering terjadi pada pasien

skizofrenia. Halusinasi pendengaran ini merupakan yang paling banyak

ditemukan pada pasien skizofrenia sehingga perlu diketahui dampak-

dampaknya. Dampak negatif dari halusinasi pendengaran tersebut dapat

melukai dirinya sendiri atau orang lain. Pasien sangat terganggu dan

gelisah karena banyaknya jumlah tekanan atau tingginya intensitas tekanan

dari halusinasi pendengaran yang membuat mereka sulit untuk

membedakan khayalan dengan kehidupan nyata yang membuat mereka

depresi.

Akibat yang dapat ditimbulkan pada klien halusinasi berkelanjut

(Dikutip dalam Faozi 2019) adalah klien dapat melakukan kekerasan

seperti mencedari diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal ini

disebabkan jika halusinasi yang dialami klien merupakan ancaman bagi

diri sendiri. Klien yang mengalami intoleransi aktivitas sehingga

perawatan diri klien menjadi kurang, hal tersebut disebabkan oleh karna

halusinasi yang sudah mempengaruhi atau memfokuskan pikiran klien ke

hal yang tidak realitas sehingga klien hanya sibuk dengan dunia khayalan

dan lupa akan keadaan realitas (Dermawan dan Rusdi, 2013).

4
Tindakan keperawatan yang harus dilakukan pada pasien dengan

halusinasi yaitu tindakan keperawatan generalis dan spesialis. Tindakan

keperawatan yang generalis sesuai dengan standar asuhan kemampuan

kognitif dan perilaku klien harga diri rendah. Terapi perilaku kognitif

dapat, meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku klien skizofrenia

dengan perilaku kekerasan. Sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh

Morisson 2009 (dikutip dalam Faozi 2019) mengatakan terapi perilaku

kognitif dapat diberikan pada klien skizofrenia yang menjadikan klien

dapat mengontrol klien yang berbicara sendiri atau halusinasi dan dapat

meningkatkan hubungan klien baik di rumah sakit, keluarga dan di tempat

kerja.

Cara untuk mengatasi masalah penyakit halusinasi tersebut yaitu

dengan cara melakukan terapi individu, yaitu berupa Strategi Pelaksaan

yaitu: menghardik, meminum obat secara teratur, bercakap-cakap,

melakukan aktivitas kegiatan, evaluasi dan terapi berupa pemberian Terapi

aktivitas kelompok stimulasi. Penilaian halusinasi terapi ini bertujuan

untuk mengapresiasikan pikiran klien,perasaan,hingga perilaku melalui

gambar dan Terapi ini sangat bermanfaat untuk meminimalisirkan

interaksi dengan dunianya sendiri (Faozi, 2019).

5
Terapi Al-Qur’an digunakan sebagai obat penawar bagi penyakit

penyakit yang terdapat dalam surat Yunus ayat : 57 dan surat Fushilat

ayat : 44.

ٌ ‫اء ْت ُك ْم َم ْو عِ َظ ٌة ِم ْن َر ِّب ُك ْم َو شِ َف‬


‫اء ل َِم ا‬ َّ ‫َي ا أَ ُّي َه ا‬
َ ‫الن اسُ َق ْد َج‬

َ ‫ور َو ُه ًد ى َو َر حْ َم ٌة ل ِْل ُم ْؤ ِم ن‬
‫ِين‬ ِ ‫ص ُد‬
ُّ ‫فِي ال‬

Artinya :

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

tuhanmu dan penyembuh bagi penyakiy-penyakit ( yang berada) dalam dada

dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.(QS. Yunus: 57)

ُ ‫ت َآي‬
ۖ ‫ات ُه‬ ِّ ُ‫َو َل ْو َج َع ْل َن اهُ قُ ْر ًآن ا أَ عْ َج ِم ًّي ا َل َق الُ وا َل ْو اَل ف‬
ْ ‫ص َل‬

َ ‫اء ۖ َو الَّ ِذ‬


‫ين‬ ٌ ‫آم ُن وا ُه ًد ى َو شِ َف‬ َ ‫أَ أَ عْ َج ِم يٌّ َو َع َر ِب يٌّ ۗ قُ ْل ُه َو لِلَّ ِذ‬
َ ‫ين‬

‫ك‬ َ ٰ ُ ‫ون فِي َآذ ان ِِه ْم َو ْق ٌر َو ُه َو َع َل ْي ِه ْم َع ًم ى ۚ أ‬


َ ‫ول ِئ‬ َ ‫اَل ُي ْؤ ِم ُن‬

ٍ ‫ُي َن ا َد ْو َن ِم ْن َم َك‬
ٍ ‫ان َب ِع‬
‫يد‬

Artinya :

“Al-Qur’An itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang

mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada

sumbatan. (QS. Fushilat: 44).

6
Seperti yang sudah di jelaskan dalam Al-Qur’an surat Ar Ra’d ayat

28 untuk meminimalisirkan halusinasi yaitu:

‫ِين آ َم ُنوا َو َت ْط َمئِنُّ قُلُو ُب ُه ْم ِبذ ِْك ِر هَّللا ِ ۗ أَاَل ِب ِذ ْك ِر هَّللا ِ َت ْط َمئِنُّ ْالقُلُوب‬
َ ‫الَّذ‬

Artinya :

(Yaitu) orang – orang yang beriman dan hati mereka tentram

dengan mengingat Allah SWT. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-

lah hati menjadi tentram.[ar Ra’d/13:28].

Maksud dari ayat diatas dikutip dalam, Faozi (2019) yaitu dengan

membaca Al-Qur’an maka hati dapat menjadi tenang dan rileks sehingga

dapat terhindar dari kecemasan, dengan melakukan terapi Baca Al-Qur’an

dan do’a ataupun dengan berdzikir secara teratur adalah salah satu

manifestasi dari menjalani kehidupan secara religius dan banyak

mengandung aspek yang positif didalamnya. Dan juga bagi seorang

muslim, ini tidak hanya sbagai amal dan ibadah saja, namun juga dapat

menjadi obat dan penawar bagi seseorang yang gelisah jiwanya dan tidak

sehat secara mental (Hidayatullah, 2012).

Terapi dengan alunan bacaan Al-Quran ini dapat dijadikan terapi

alternatif terapi baru sebagai terapi relaksasi bahkan lebih baik daripada

dengan terapi audio atau musik lainnya karena stimulan Al-Quran ini

dapat memunculkan delta sebesar 63,11% (Abdurrachman & Andhika,

2008) dalam (Florencia,& Fanni, 2016).

7
Berdasarkan dengan latar belakang dan studi pendahuluan yang

telah di rangkum dan ditulis diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan metode Literature Review tentang penerapan Terapi Al-

Qur’an untuk mengatasi dan mengurangi halusinasi pendengaran.

B. Rumusan Masalah

Bagaimakah tindakan keperawatan terapi Al-Qur’an pada pasien

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran ?

C. Tujuan

Menggali tindakan keperawatan terapi Al-Qur’an pada pasien

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran?

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Dapat meningkatkan pengetahuan ilmu serta tekhnologi tentang

cara menerapkan di bidang keperawatan dalam penanganan pada

pasien gangguan Halusinasi pendengaran

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi

1) Agar dapat meningkatkan pembelajaran tentang terapi Al-

Qur’an untuk pasien dengan gangguan halusinasi pendengaran.

2) Agar dapat meningkatkan mutu pendidikan dalam asuhan

keperawatan jiwa untuk mahasiswa

8
b. Bagi Peneliti

1) Dapat memperoleh data yang lebih akurat dan mampu

memberikan informasi atau pengetahuan serta solusi bagi

permasalahan yang akan di temukan.

2) Dapat meningkatkan wawasan pengetahuan dibidang

keperawatan dengan masalah gangguan halusinasi

pendengaran.

c. Bagi Tenaga Kesehatan

1) Diharapkan agar dapat meningkatkan pemahaman tenaga

kesehatan dalam usaha pencegahan atau pengobatan alternatif

yang terkaiit dengan gangguan halusinasi.

2) Agar dapat menjadi sumber referensi dalam upaya untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien yang terkait

dengan gangguan halusinasi.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Halusinasi

1. Definisi

Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien

merasakan suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami

perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, perabaan, atau penciuman. Pada gangguan halusinasi

penglihatan misalnya, klien melihat suatu bayangan mengerikan,

padahal tidak ada bayangan tersebut jika dipandang orang lain yang

tidak mengalami halusinasi. Halusinasi merupakan salah satu dari

sekian bentuk psikopatologi yang paling parah dan membingungkan

(Sutejo, 2019).

Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi

sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi

yang paling sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-dearing

voices or sounds), penglihatan (Visual-seeling persons or things),

penciuman (Olfactory-smelling odors), pengecapan (Gustatory-

experiencing tastes). Persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa

adanya rangsangan/stimulus eksternal dapat membuat klien tidak dapat

memenuhi kehidupannya sehari-hari (Yosep,2014).

10
Halusinasi adalah ketidakmampuan klien menilai dan merespon

pada realitas. Klien tidak bisa membedakan rangsangan internal dan

eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien

tidak mampu memberi respon secara akurat, sehingga tampak perilaku

yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan (Afnuhazi, 2015).

Menurut Dellazo et al tahun 2018 (Dikutip dalam Hashari et al

2019) mengatakan bahwa halusinasi pendengaran lisan Auditory

Verbal Halusinasi (AVH) adalah suara suara yang dirasakan tanpa ada

stimulus eksternal. Prevalensi tertinggi fenomena ini adalah pada

pasien yang didiagnosis dengan skizofrenia yaitu 70-80%. Dimana

cenderung yang menyebabkan perilaku destruktif, seperti bunuh diri

dan pembunuhan.

2. Faktor Penyebab Halusinasi

Menurut Yusuf et al (2015) faktor predisposisi/yang mengarah

kesuatu keadaan atau perkembangan halusinasi adalah:

a. Menurut Perkembangan

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya seperti

rendahnya kontrol atau keluarga yang menyebabkan klien tidak

mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan

lebih rentan terhadap stress.

11
b. Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak

bayi (unwanted cheld) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan

tidak percaya pada lingkungannya.

c. Faktor Biokimia

Biokimia mempunyai pengaruh pada terjadinya gangguan jiwa.

Dengan adanya stress yang berlebihan yang dialami seseorang

maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat

halusiogenik neurokimia.

d. Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh

pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang

tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat

dan lari dari alam nyata menuju khayal.

e. Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh orang tua

skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi

menunjukan faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat

berpengaruh pada penyakit ini.

12
Faktor presipitasi/faktor timbulnya gangguan jiwa halusinasi

menurut Yusuf et al (2015) adalah :

a. Stresor sosial budaya

Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan

stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau

diasingkan dari kelompok dapat dapat menimbulkan halusinasi.

b. Perilaku

Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan

orientasi realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif

persepsi, motorik, dan sosial.

c. Faktor biokimia

Berbagai penelitian tentang dopamin (obat untuk hormon

pengendali emosi / obat penenang), norepinetrin (obat untuk

menangani tekanan darah rendah parah yang berpotensi mengacam

nyawa), indolamin (obat penenang suasana hati dan obat tidur),

serta zat halusigenik yang diduga berkaitan dengan gangguan

orientasi realitas termasuk halusinasi.

d. Faktor Psikologis

Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai

terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan

berkembangnya gangguan orientasi realitas dalam kehidupannya.

Klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang

tidak menyenangkan.

13
e. Faktor presipitasi

Pada umumnya klien dengan gangguan halusinasi ini dapat timbul

gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan,

isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.

Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat

mengindikasikan kemunginan kekambuhan (Keliat, 2011).

3. Akibat Halusinasi

Menurut Prabowo tahun 2014 (dikutip dalam Faozi 2019) Akibat

dari halusinasi tersebut adalah dapat beresiko mencederai dirinya

sendiri, bahkan orang lain dan lingkungan sekitar. Oleh sebab itu ini

diakibatkan karena pasien disebabkan oleh halusinasinya yang

meminta si pasien untuk melakukan sesuatu hal yang diluar

kesadarannya. Maka manifestasi yang akan muncul dalam gangguan

halusinasi ini yaitu membuat klien tidak dapat melakukan pemenuhan

kehidupannya sehari-hari. Hal tersebut akan mengakibatkan klien

terjadinya sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain dan akan sulit

beradaptasi dengan lingkungan yang ada disekitarnnya.

4. Macam-Macam Halusinasi

Menurut Sutejo (2019), halusinasi merupakan gangguan dari

beberapa jenis dengan karakteristik tertentu yaitu :

14
a. Halusinasi pendengaran (audiotory)

Gangguan stimulasi dimana ketika pasien saat mendengar

suara-suara terutama suara-suara orang, yang orang lain tidak

mendengar suara apapun.

b. Halusinasi Penglihatan (visual)

Gangguan stimulus visual dengan bentuk yang beragam

contohnya seperti pancaran cahaya, gambaran geometrik,

gambaran kartun serta panaroma luas yang orang lain tidak

melihatnya. Biasanya bayangan ini menyenangan bahkan juga bisa

menakutkan si penderita.

c. Halusinasi Penciuman (Olfactory)

Gangguan stimulus yang ditandai pada penciuman dengan

adanya bau busuk, amis, hingga bau yang menjijikan seperti :

darah, urine, feses, dan bau harum. Maka orang lain yang tidak

menderita sama sekali tidak merasakan bau yang klien rasakan.

d. Halusinasi Perabaan (Taktil)

Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya rasa sakit

yang dirasakan. Contoh : klien seperti merasakan sensasi sengatan

listrik yang datang dari tanah, hingga benda mati atau orang lain.

e. Halusinasi Pengecap (Gusfactory)

Gangguan stimulus yang ditandai dengan disaat klien

merasakan sesuatu yang busuk, amis, hingga yang menjijikkan.

15
5. Fase Halusinasi

Menurut Direja tahun 2011 (Dikutip dalam Casmadi 2019)

halusinasi berkembang melalui 4 fase yaitu :

a. Fase Comforting

Dengan fase Conferting yaitu fase yang menyenangkan. Maka

pada fase ini masuk dalam golongan non psikotik.

Karakteristik : klien yang mengalami stress, cemas, perasaan,

perpisahan, rasa yang bersalah, kesepian yang memuncak, maka

gangguan tersebut akan sulit diselesaikan. Klien yang mulai

melamun serta dengan memikirkan hal-hal yang menyenangkan

dalam halusinasi. Dengan perilaku yang tersenyum bahkan tertawa

yang tidak sesuai dengan perasaanya,

b. Fase Comdemming

Biasa disebut fase comdemming atau ansietas berat yaitu

halusinasi menjadi menjijikan, termasuk dalam psikotik ringan.

Karakteristik tentang pengalaman sensori menjijikan serta

menakutkan, bahkan kecemasan meningkat dan juga sering

melamun. Maka mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas dari

klien, dan tidak ingin orang lain tau. Perilaku klien ini dapat

meningkatkan denyut jantung bahkan tekanan darah, klien asik

sendiri dengan halusinasinya dan tidak dapat membedakan realitas

kehidupan yang nyata.

16
c. Fase Controling

Biasa disebut fase controlling yaitu dengan pengalaman

sensori yang menjadi meningkat. Karakteristik seperti bisikan,

suara, isi halusinasi semakin menonjol untuk menguasai dan

mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa serta tidak berdaya

terhadap halusinasinya. Maka perilaku klien : kemauannya

dikendalikan halusinasi, rentang perhatiannya hanya beberapa

menit saja bahkan sampai beberapa detik. Maka tanda-tanda fisik

dijelaskan berupa klien yang berkeringat, tremor, hingga tidak

mampu untuk mematuhi perintah.

d. Fase Conquering

Dapat disebut fase Conquering atau panik yaitu klien lebur

dengan halusinasinya. Dari karakteristik halusinasinya berubah

menjadi mengancam, memerintah hingga memarahi. Maka klien

menjadi takut, tidak berdaya, tidak dapat mengontrol dirinya

sendiri, hingga klien tidak dapat berhubungan secara nyata dengan

orang lain dalam lingkungannya. Untuk perilaku klien adalah :

perilaku teor akibat panik, dapat berpotensi bunuh diri, perilaku

kekerasan, agitasi, menarik diri dan katatonik (tidak mampu

merespon terhadap perintah, atau tidak mampu berespon lebih dari

satu orang).

17
6. Proses Terjadinya Halusinasi

Proses terjadinya halusinasi menurut Yosep 2011 (dalam

Hernandi 2020), diawali dengan seseorang yang menderita halusinasi

akan menganggap sumber dari halusinasinya berasal dari

lingkungannya atau stimulus eksternal. Padahal sumber itu berasal

dari stimulus internal yang berasal pada dirinya tanpa adanya stimulus

dari luar. Stimulus internal itu merupakan suatu bentuk perlindungan

diri dari psikologi yang mengalami trauma sehubungan dengan

penolakan, stress, kehilangan, kesepian, serta tuntunan ekonomi yang

dapat meningkatkan kecemasan. Pada fase awal masalah itu

menimbulkan peningkatan kecemasan terus menerus dan sistem

pendukung yang kurang akan membuat persepsi untuk membeda-

bedakan apa yang di pikirkan dengan perasaan sendiri menurun, klien

sulit tidur sehingga terbiasa mengkhayal dan klien terbiasa

menganggap lamunan itu sebagai pemecah masalah.

Meningkatnya pada fase comforting, klien mengalami

emosi yang berkelanjutan seperti adanya cemas, kesepian, perasaan

berdosa dan sensorinya yang diatur, pada fase ini klien cenderung

merasa nyaman dengan halusinasinya.

Halusinasi menjadi sering datang, klien tidak mampu lagi

mengontrolnya dan berupaya menjaga jarak dengan objek lain yang

dipersepsikan. Pada fase condeming, klien mulai menarik diri dari

orang lain.

18
Pada fase controlling dimulai klien mencoba melawan

suara – suara atau bunyi yang datang dan klien dapat merasa

kesepian jika halusinasinya berhenti, maka dari sinilah dimulai fase

gangguan psycotik.

Pada fase conquering panic level of anxiety, klien lama –

kelamaan pengalaman sensorinya terganggu, klien merasa

terancam dengan halusinasinya terutama bila tidak menuruti

perintah yang dari halusinasinya.

7. Tanda dan Gejala Halusinasi

Menurut Sutejo (2019) tanda dan gejala halusinasi ini dinilai dari

hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan dari pasien. Adapun

tanda gejala dari pasien halusinasi yaitu :

a. Bicara, senyum bahkan tertawa sendiri.

b. Menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan

respon verbal yang lambat.

c. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri

dari orang lain.

d. tidak dapat membedakan antara keadaan yang nyata ayau keadaan

yang nyata.

e. Terjadinya peningkatan denyut jantung, serta pernafasan sampai ke

tekanan darah.

f. Perhatian dengan lingkungannya yang kurang atau hanya beberapa

detik dan mulai berkonsentrasi dengan sensorinya.

19
g. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain, serta

lingkungannya), dan takut.

h. Sulit berhubungan dengan orang lain.

i. Dengan ekspresi muka yang tegang, mudah tersinggung, jengkel

bahkan sampai marah.

j. Pasien tidak dapat mengikuti perintah dari perawat.

k. Pasien tampak tremor bahkan berkeringat, dan perilaku yang panik.

8. Rentang Respon

Persepsi yang mengacu pada identifikasi atau interpretasi awal dari

suatu stimulus dengan berdasarkan informasi yang diterima melalui

panca indra. Respon neorologis sepanjang rentang seht sakit berkisar

adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten, serta perilaku

yang sesuai sampai dengan respon maladaftif yang meliputi delusi,

halusinasi, isolasi sosial. Rentang respon dapat digambarkan sebagai

berikut.

Rentang Respon Neurologis

Respon Adaptif Respon maladptif

Pikiran logis 1. Pikiran kadang menyimpang 1. Kelainan pikiran


2. Ilusi 2. Halusinasi
1. Persepsi akurat 3. Reaksi emosional berlebihan 3. Ketidakmampuan emosi
2. Emosi konsisten 4. Perilaku tidak lazim
3. Perilaku sesuai 5. Menarik diri
4. Hubungan sesuai
5. ketidakteraturan

Tabel 2.1 Rentang Respon Neurologis (Yusuf et al, 2015)

20
9. Penatalaksanaan

Menurut Stuart 2013 (Dikutip dalam Faozi 2019), pengobatan

harus secepat mungkin dapat diberikan, disini peran keluarga sangatlah

penting untuk pasien karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ

pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peran

yang sangat penting dalam hal untuk merawat pasien dirumah, dengan

menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif serta keluarga

diharapkan dapat menjadi pengawas disaat pasien minum obat.

a. Farmakoterapi

Neuroleptika dengan dosis efektif yang dapat bermanfaat

bagi penderita skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih banyak

jika mulai diberikan dalam dua tahun penyakit. Neuroleptika

dengan dosis yang efektif tinggi ini dapat bermanfaat pada

penderita dengan psikomotorik yang telah meningkat.

Menurut Stuart tahun 2013 (Dikutip dalam Faozi 2019),

gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/skizofrenia yang

biasanya diatasi dengan menggunakan obat-obatan antipsikotik

antara lain :

1) Chlorpromazine

Sediaan chlorpromazine : Tablet 25 mg, 100 mg. Injeksi :

25mg/ml, dapat diberikan secara oral ataupun dapat diberikan

secara injeksi. Pada fase kronis ini diberikan chlorpromazine 2

x 100 mg/hari. Kegunaan dari obat ini dapat mengurangi

21
hiperaktif, agresif, dan agitasi. Efek samping dari obat ini

adalah dapat menyebabkan mulut kering, pandangan kabur,

konstipasi. Sedangkan indikasi untuk sindrom psikosis tersebut

yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,

kesadaran diri terganggu,berdaya berat dalam fungsi-fungsi

mental, halusinasi. Adapun kontra indikasi yaitu pada penyakit

hati, epilepsi, kelianan jantung, serta febris.

2) Haloperidol

Sediaan : Haloperidol : Tablet 0,5 mg. Injeksi 5 mg/ml,

dapat diberikan secara oral bahkan diberikan secara injeksi.

Pada fase kronis ini diberikan Haloperidol 2 x 0,5-1 mg/sehari.

Maka kegunaan dari obat in yaitu dapat mengurangi halusinasi.

Sedangkan efek samping dari obat ini adalah dapat

menyebabkan mulut kering, pandangan kabur, konstipasi,

sedasi, hipotensi ortostatik. Adapun indikasi dari obat ini yaitu

tidak mampu menilai realitas dalam fungsi kehidupan sehari-

hari. Kontra indikasi yaitu penyakit hati, epilepsy, kelainan

jantung, dan febris.

3) Triheksifenidil

Sediaan : Tablet 2 mg, diberikan secara oral. Pada fase

kronis Triheksifenidil diberikan 1-2 x 2 mg/sehari. Efek

samping dari obat ini adalah menyebabkan mulut kering,

retensi urin, takikardi, dan dilatasi pupil. Sedangkan indikasi

22
dari obat ini yaitu segala macam penyakit parkinson. Untuk

kontra indikasi dari obat ini yaitu dapat berupa hipersensitif

terhadap triheksifenidil, glukoma, psikosis berat, dan obstruksi

saluran cerna.

b. Terapi kejang listrik

Elektro konvulsif (ECT) adalah suatu tindakan terapi dengan

menggunakan aliran listrik serta menimbulkan kejang pada

penderita baik tonik maupun klonik. Tujuannya yaitu untuk

mengembalikan fungsi mental klien, dan meningkatkan ADLs

klien periodik.

1) Indikasi

Indikasi terapi kejang listrik yaitu klien yang mengalami

depresi pada psikosa manik depresi, klien skizofrenia stupor

katatonik serta gaduh gelisah katatonik.

2) Kontra indikasi

Peningkatan dari tekanan intra kranial, keguguran pada

kehamilan, gangguan kardiovaskuler, serta gangguan sistem

pernafasan.

3) Komplikasi

Diskolasi sendi, robekan otot rahang, sakit kepala, mual,

nyeri otot, serta amnesia.

23
4) Efek Samping Terapi Kejang Listrik

a) Efek samping dari Terapi Kejang Listrik (TKL)

Terhadap daya ingat yaitu akan memberikan

peningkatan pada pengguna kasus-kasus tertentu. Akibat

yang akan langsung adalah amnesia, antegrade, serta

anemiasia yang retrograde setelah dilakukan terapi hal ini

tidak berlangsung lama setelah beberapa minggu hingga

beberapa bulan ingatan klien akan kembali.

b) Efek samping (TKL) pada kehamilan

Terapi ini relatif aman pada semua trimester, akan

tetapi harus ada pemberian obat-obatan farmakologis.

Sebelum dilakukannya TKL harus ada pemeriksaan

panggul, dihentikan pemberian antikolinegrik, maka

pengawasan pada interaksi uterus dengan tokodinamometri

dan lalu dipasang infus, selama TKL ini dipasang intubasi

dapat mencegah terjadinya hiperventilasi.

c) Psikoterapi dan rehabilitasi

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat

membantu karena berhubungan untuk mempersiapkan

pasien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat

baik untuk membantu mendorong pasien bergaul dengan

orang lain atau orang-orang yang ada disekitarnya, seperti

pasien lain, perawat, dokter. Maksud dari penjelasan ini

24
supaya pasien tidak mengasingkan diri karena dapat

membentuk kebiasaan yang kurang baik bagi pasien,maka

sangat dianjurkan untuk mengadakan permainan atau

latihan bersama, seperti terapi aktifitas kelompok.

TAK Stimulasi Presepsi : Halusinasi

1) Sesi 1 : mengenal halusinasi

2) Sesi 2 : mengontrol halusinasi dengan menghardik

3) Sesi3 :mengontrol halusinasi untuk melakukan kegiatan

4) Sesi 4 : mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap

5) Sesi 5 : mengaluasi SP yang sudah di ajarkan.

B. Asuhan Keperawatan

Menurut Damaiyanti dan Iskandar 2014 dikutip oleh Casmadi (2019)

fokus pengkajian didukung beberapa faktor-faktor sebagai berikut :

1. Fokus Pengkajian

a. Faktor predisposisi

Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa

lalu? Bagaimana pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya,

apakah berhasil, kurang berhasil atau tidak berhasil? Apakah klien

pernah mengalami riwayat penganiayaan fisik, seksual, penolakan,

kekerasan dalam keluarga dan tidak kriminal baik itu dilakukan,

dialami, disaksikan oleh klien, apakah ada anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa, dan apakah klien pernah mengalami

25
pengalaman yang tidak menyenangkan? Apa tanda gejala mengapa

klien mengalami gangguan jiwa.

b. Faktor presipitasi

Apakah klien pernah mengalami putus obat atau tidak ?

Apakah klien pernah mengalami ditinggal oleh orang yang

disayang ?

c. Hubungan sosial

Tanyakan siapa orang terdekat atau orang yang berarti

dalam kehidupan klien ? Bagaimana kegiatan klien dimasyarakat ?

Apakah klien mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan

orang lain ?

d. Status mental

1) Penampilan

Bagaimana ketepatan cara berpakaian klien, apakah rapi,

cara berpakaiannya tidak sesuai, atau cara berpakaiannya tidak

seperti biasanya ?

2) Pembicaraan

Bagaimana cara klien dalam berbicara apakah terlalu cepat,

keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoheren, atau tidak

dapat memulai pembicaraan ?

3) Aktivitas motorik

Apakah klien Nampak gelisah, lesu, tegang, dan tremor ?

26
4) Alam perasaan

Apakah klien terlihat sedih, putus asa, gembira, atau ketakutan?

5) Interaksi selama wawancara

Apakah klien saat melakukan wawancara klien terlihat

kurang kooperatif atau tidak, mudah tersinggung, kontak mata

kurang, atau bermusuhan ?

6) Persepsi

Apakah klien mendengar suara atau bunyi yang tidak

berhubungan dengan stimulus nyata dan orang lain tidak

mendengar. Kadang suara yang didengar tidak menyenangkan,

bisa juga perintah untuk melakukan sesuatu yang berbahaya

untuk diri sendiri bahkan bagi orang lain, maupun untuk

lingkungannya. Biasanya terjadi pada pagi, siang, sore, malam

hari atau pada saat klien sedang sendiri.

7) Isi pikir

Apakah klien mempunyai waham, obsesi atau tidak ?

8) Proses pikir

Apakah proses pikir klien berupa blocking, pengulangan

pembicaraan, atau fight of idea ?

9) Tingkat kesadaran

Apakah klien terlihat bingung, sedasi, stupor? Apakah

klien mengalami kebingungan dengan waktu, tempat, dan

orang lain?

27
10) Memori

Apakah klien mengalami daya ingat jangka panjang, jangka

pendek atau saat ini ?

11) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Observasi kemampuan klien dalam berkonsentrasi dan

berhitung.

12) Kemampuan penilaian

Berikan pilihan tindakan yang sedeerhana. Apakah klien

membuat keputusan sendiri atau harus dibantu ?

13) Daya titik diri

Apakah klien menerima atau mengingkari penyakitnya,

menyalahkan orang lain atau penyakitnya.

2. Pohon Masalah

Resiko tinggi perilaku kekerasan --------- › Akibat

(mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan)

--------- › Masalah utama


Halusinasi

Isolasi sosial --------- › Penyebab


Keterangan :
: Menyebabkan terjadinya masalah
--------- › : Penjelasan dari masing-masing masalah
: Masalah utama
Gambar 2.2 Pohon Masalah Halusinasi (Azizah, 2018)
s

28
3. Diagnosa Keperawatan

Menurut Azizah (2018) ada beberapa diagnosa keperawatan klien

yang muncul dengan gangguan sensori halusinasi adalah sebagai

berikut :

a. Isolasi sosial

b. Gangguan persepsi sensori halusinasi

c. Resiko perilaku kekerasan meliputi (diri sendiri, orang lain,

lingkungan).

4. Perencanaan

a. Menurut Prabowo tahun 2014 (Dikutip dalam Faozi 2019), rencana

keperawatan menggunakan tujuan umum dan tujuan khusus dan

khusus :

1) Tujuan umum (TUM)

Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya

2) Tujuan khusus (TUK)

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria Evaluasi :

(1) Ekspresi wajah bersahabat

(2) Menunjukan rasa senang

(3) Ada kontak mata atau mau berjabat tangan

(4) Mau menyebutkan nama

(5) Mau menyebut dan menjawab salam

(6) Mau duduk dan berdampingan dengan perawat

29
(7) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi

Intervensi :

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan

prinsip komunikasi terapeutik.

(1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non

verbal

(2) Perkenalkan nama, nama panggilan, dan tujuan

perawat berkenalan

(3) Tanyakan nama lengkap dan panggilang yang disukai

pasien

(4) Buat kontrak yang jelas

(5) Tunjukan sikap jujur dan menunjukan sikap empati

serta menerima apa adanya.

(6) Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan

kebutuhan dasar pasien

(7) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan

perasaanya

(8) Dengarkan ungkapan pasien dengan penuh perhatian

pada ekspresi perasaan pasien.

b) Klien dapat memanfaatkan obat dengan benar

Kriteria Evaluasi :

(1) Klien dapat menyebutkan manfaat minum obat,

kerugian tidak minum obat.

30
(2) Klien dapat menyebutkan nama, warna, dosis, efek

samping dan efek terapi.

(3) Klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan

benar.

(4) Klien meneyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa

konsultasi dengan dokter

Intervensi :

(1) Diskusikan tentang manfaat dan kerugian tidak minum

obat, dosis, frekuensi, dan efek samping, minum obat.

(2) Pantau saat klien minum obat.

(3) Anjurkan klien mnta sendiri obatnya pada perawat.

(4) Beri reinforcement jika klien menggunakan obat

dengan benar.

(5) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa

konsultasi dengan dokter.

(6) Anjurkan klien berkonsultasi dengan dokter atau

perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

c) Klien dapat mengenal halusinasinya

Kriteria Evaluasi :

(1) Klien dapat menyebutkan isi, frekuensi, timbulnya

halusinasi

(2) Klien dapat mengungkapkan perasaannya terhadap

halusinasi

31
Intervensi :

(1) Adakan kontak sering dan singkat bertahap

(2) Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi

(verbal dan non verbal)

(3) Bantu menganal halusinasinya

(a) Jika menemukan pasien sedang halusinasi,

tanyakan apakah ada suara/bisikan yang di dengar

atau melihat bayangan tanpa wujud atau

merasakan sesuatu yang tidak ada.

(b) Jika pasien menjawab iya, tanyakan apa yang

dialaminya

(c) Katakan bahwa perawat percaya pasien

mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri

tidak mengalaminya (dengan bersahabat, tidak

menuduh atau menghakimi).

(d) Katakan bahwa ada pasien lain yang mengalami

seperti pasien

(e) Katakan bahwa ada pasien akan membantu

pasien.

(4) Jika pasien tidak sedang berhalusinasi, klarifikasi

tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan

dengan pasien tentang isi, waktu dan frekuensi

halusinasi (pagi, siang, sore, malam, atau sering,

32
jarang), situasi dan kondisi yang dapat memicu

muncul atau tidaknya halusinasi.

(5) Diskusikan tentang apa yang dirasakan saat terjadi

halusinasi.

(6) Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya

jika pasien menikmati halusinasinya.

d) Klien dapat mengontrol halusinasinya

Kriteria Evaluasi :

(1) Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat

dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya

(2) Klien dapat menyebutkan cara baru mengontrol

halusinasinya

(3) Klien dapat memilih dan mendemonstrasikan cara

mengatasi halusinasi

(4) Klien melaksanakan cara yang dipilih untuk

mengendalikan halusinasinya

(5) Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok.

Intervensi :

(1) Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi

halusinasi

(2) Diskusikan manfaat cara yang digunakan pasien

(3) Jika cara tersebut adaptif beri pujian

33
(4) Jika maladaptif diskusikan dengan pasien kerugian

cara tersebut

(5) Diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol

halusinasi pasien.

(a) Menghardik halusinasi : katakan pada diri sendiri

bahwa ini tidak nyata (saya tidak mau

mendengar).

(b) Menemui orang lain untuk bercakap-cakap jika

halusinasi datang.

(c) Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan

sehari hari yang telah disusun.

(d) Memberikan pendidikan kesehatan tentang

penggunaan obat-obat untuk mengendalikan

halusinasinya.

(6) Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan

latih untuk mencobanya.

(7) Pantau pelaksanaan dan latih tindakan yang telah

dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian.

e) Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol

halusinasinya.

Kriteria Evaluasi :

(1) Keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti

pertemuan dengan perawat.

34
(2) Keluarga menyebutkan pengertian, tanda dan gejala,

proses terjadinya dan tindakan untuk mengendalikan

halusinasi.

Intervensi :

(1) Buat kontrak pertemuan dengan keluarga (waktu,

tempat, topik)

(2) Diskusikan dengan keluarga :

(a) Pengertian halusinasi

(b) Tanda dan gejala

(c) Proses terjadinya

(d) Cara yang bias dilakukan oleh pasien dan keluarga

untuk memutus halusinasinya.

(e) Obat-obat halusinasi

(f) Cara merawat pasien halusinasi dirumah

(g) Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu

mendapat bantuan.

(3) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

35
b. Rencana keperawatan dengan menggunakan strategi pelaksaan

keperawatan (Azizah, 2018)

1) Klien

a) SP I :

(1) Mengidentifikasi jenis halusinasi klien.

(2) Mengidentifikasi isi halusinasi klien.

(3) Mengidentifikasi waktu halusinasi klien.

(4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien.

(5) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.

(6) Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi.

(7) Mengajarkan klien menghardik halusinasi.

(8) Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik

halusinasi dalam jadwal kegiatan harian.

b) SP II :

(1) Mengevaluasi kegiatan sebelumnya

(2) Melatih klien mengontrol halusinasi dengan minum obat

secara teratur.

(3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian.

c) SP III :

(1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

(2) Melatih klien cara mengendalikan halusinasi dengan cara

bercakap-cakap.

36
(3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian.

d) SP IV :

(1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

(2) Mengajarkan klien cara mengontrol halusinasi dengan

cara melakukan aktivitas kegiatan klien.

(3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian.

e) SP V :

(1) Mengevaluasi kegiatan sebelumnya.

(2) Meminta klien mengulangi mengontrol halusinasi

menghardik, obat, bercakap-cakap, dan kegiatan.

(3) Memasukan kedalam jadwal kegiatan harian.

2) Keluarga

a) SP I K

(1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat pasien.

(2) Menjelaskan pengertian, tanda gejala, jenis halusinasi

yang dialami pasien beserta proses terjadinya.

(3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi.

b) SP II K

(1) Melatih keluarga memperbaiki cara merawat pasien

dengan halusinasi.

37
(2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung

kepada pasien halusinasi.

c) SP III K

(1) Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah

termasuk minuman obat.

(2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

2. Terapi Al-Qur’an

a. Definisi

Terapi Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk dari terapi

modalitas keperawatan jiwa yang efektif dalam mengurangi gejala

halusinasi pada pasien skizofrenia, sehingga dapat menurunkan

frekuensi halusinasi pada penderitanya (Hawari, 2010 dalam Devita,

2019). Terapi Al-Qur’an juga banyak direkomendasikan oleh beberapa

para ahli kejiwaan untuk menyembuhkan penyakit kejiwaan, salah

satunya penyakit skizofrenia dengan gejala halusinasi (Yosep, 2011,

dalam Devita, 2019).

Al-Qur’an merupakan sebuah terapi yang memuat resep-resep

mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit jiwa manusia. Dengan

membaca Al-Qur’an seseorang dapat terhindar dari penyakit kejiwaan,

karena Al-Qur’an dapat berfungsi sebagai nasihat, tindakan

pencegahan dan perlindungan, serta tindakan pengobatan dan

penyembuhan. Dengan membaca Al-Qur’an juga dapat membuat

38
perasaan menjadi tenang dan jiwa menjadi tentram (Julianto, 2015

dalam Devita, 2019).

b. Tujuan dan Manfaat

Mambaca Al-Qur’an dapat menstabilkan getaran neuron, dan dapat

membuat seseorang merasa lebih tenang, focus dan bias

berkonsentrasi, sehingga mampu menghadapi suatu stressor dan

mampu dalam mengenal dan mengontrol halusinasi pendengaran

(Ikawati, 2014).

c. Tindakan Terapi Al-Qur’an

Terapi Al-Qur’an yang dilakukan melalui lisan yaitu dengan cara

membaca Al-Qur’an dan dapat dilakukan dengan cara mendengar

suara murottal Al-Qur’an atau bacaan Al-Qur’an oleh telinga

(sumartyawati, 2019).

d. Tekhnik Terapi Al-Qur’an

Terapi Al-Qur’an menitik beratkan pada pembersihan diri, hati dari

semua penyakit dan kesyirikan, kemudian berdoa dan berzikir,

melakukan terapi Al-Qur’an dengan membaca surat as-syifa (al-

fatihah, ayat kursi, dua surat terakhir al-baqorah, al-ikhlas, al-falaq,

an-nas lalu ditiupkan dan diusapkan ke wajah sampai keseluruh tubuh,

kemudian mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an contohnya seperti (

Surat Ar-Rahman dan surat-surat lainnya) (Rosyanti et al, 2018).

39
Tujuan nya : Tindakan ini dapat dilakukan sehari 3x di waktu

Pagi : membaca surat Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Falaq

Siang : dua ayat terakhir Al-Baqarah, Al-Ikhlas, An-Nas

sore/malam : mendengarkan lantunan ayat Al-Qur’an (Surat Ar-

Rahman, dan surat-surat lainnya.

dilakukan dengan waktu cukup 10-15 menit saja dengan

mendengarkan dan membaca Al-Qur’an ini dapat menimbulkan efek

menenangkan, meningkatkan relaksasi, dan menghilangkan gangguan

negative fisik dan jiwa, mengalihkan pikiran negative, menurunkan

stress, kecemasan dan depresi.

40
BAB III

METODE PENULISAN

A. Desain Karya Tulis Ilmiah

Desain Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang digunakan adalah metode

literature review. Pengguna metode ini terkait situasi pandemi Covid-19

yang membatasi peneliti dalam pengambilan data. Studi Literature

(literature review) merupakan KTI yang dilakukan penulis dengan

mengumpulkan sejumlah artikel penelitian. Teknik ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan

permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam

pembahasan hasil penelitian. Literature review ini dilakukan berasal dari

beberapa sumber yang merupakan jurnal nasional menggunakan database

Google scholar.

B. Variabel Karya Tulis Ilmiah

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis telah menganalisis

artikel penelitian berorientasi pada asuhan keperawatan dengan fokus pada

bidang Keperawatan Jiwa. Pengumpulan data memuat kriteria inklusi dan

ekslusi, seleksi artikel dan penelitian terhadap kualitas artikel yang relevan

dengan topik penulisan Karya Tulis Ilmiah. Adapun kriteria inklusi

pengumpulan jurnal sebagai berikut :

41
1. Jurnal yang digunakan yaitu yang telah diterbitkan 5 tahun terakhir

yaitu dari tahun 2017 sampai 2021.

2. Pencarian jurnal menggunakan situs jurnal yang sudah terakreditasi

yaitu dengan menggunakan Google Scholar.

3. Penelusuran jurnal menggunakan cara memasukkan kata kunci sesuai

dengan judul penulisan yaitu “Terapi Al-Qur’an”, ”Halusinasi”

4. Melakukan penilaian terhadap jurnal dari abstrak, apakah sudah sesuai

dengan tujuan dari penulisan atau tidak.

Sedangkan untuk kriteria ekslusi dari pencarian jurnal ini yaitu yang tidak

memenuhi semua syarat inklusi. Dari pencarian akan diambil 3 jurnal

yang relevan.

C. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan

pengumpulan data literature review dengan mengelompokkan dan

mendiskusikan sumber-sumber sesuai tema atau topiknya. Pengumpulan

data literature review digunakan beberapa tahapan diantaranya adalah

pencarian artikel berdasarkan topik garis besar, pengelompokan artikel

berdasarkan relevansi dengan topik dan tahun penelitian, lalu pengurutan

struktur penjelasan serta perbandingan data yang saling berhubungan.

Pencarian jurnal yang telah terbit pada tahun 2017-2021.

Dalam pencarian jurnal ini penulis menggunakan google scholar

dengan mengetikkan kata kunci. Pencarian artikel dengan kata kunci

“Terapi Al-Qur’an”, “Halusinasi” yang terdapat dalam judul artikel

42
menghasilkan beberapa judul artikel dan didapatkan 3 artikel yang relevan

dan sesuai dengan rentang tahun dari 2017-2021. Ke 3 artikel ini

digunakan dalam membahas dan membandingkan penelitian sesuai topik

berdasarkan relevansi topik. Kemudian artikel yang sudah dikelompokan,

lalu dianalisis mengenai keterkaitan artikel dan topik penelitian.

D. Analisa Data

Analisis jurnal hasil literature review ini menggunakan metode

critical appraisal. Critical appraisal yaitu proses analisis jurnal yang

digunakan menjadi dasar teori terkait perbedaan, persamaan dan

kekurangan dari jurnal yang digunakan. Jurnal yang ditelaah untuk

memilih jurnal hasil pengukuran yang sesuai dengan topik. Dari pencarian

yang telah dilakukan di Google scholar telah ditemukan 3 artikel dari

tahun 2017-2021 yang telah memenuhi topik penelitian. Setelah itu

dianalisis menggunakan tabel Critical Appraisal yang meliputi : nama

peneliti, tahun terbit, volume, judul, metode dan hasil penelitian, serta

database yang digunakan dalam pencarian.

43
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan

Literature review dari 3 jurnal keperawatan dengan intervensi pemberian Terapi

Al-Qur’an pada pasien halusinasi pendengaran. Untuk hasil dan pembahasan

secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut dibawah ini.

A. Hasil
Tabel 4.1. Hasil Penelitian

Penulis
N Nama No & Populasi &
& Judul Artikel Metode Hasil
o jurnal Vol Sample
Tahun
1 Yeni Terapi Al- Jurnal No 2 Jumlah Desain Hasil
Devita, Qur’an Kesehata Vol 11 sample pada Quasy analisis
Hendri Dalam n (2020) penelitian ini Experiment menunjukan
yani Mengontrol berjumlah dengan bahwa
(2019) Halusinasi 46 rancangan sebelum
Pendengaran responden Pre-Post diberika
Pada Pasien yang dibagi With terapi Al-
Skizofrenia menjadi 2 Control Qur’an
yaitu 23 Group adalah 26,26
responden dan sesudah
untuk adalah 7,61.
kelompok Hasil uji
intervensi statistik
dan 23 didapatkan p
responden value =
untuk 0,0000,
kelompok maka dapat
kontrol disimpulkan
bahwa ada
perbedaan
kemampuan
mengontrol
halusinasi
pendengaran
pada
kelompok
intervensi
sebelum dan
sesudah
diberika
Terapi Al-
Qur’an.

44
2 Mimi Efektifitas JOM No 1 Purposive Desain Hasil uji
aisyah, Terapi FKp Vol 6 sampling penelitian Independent
dkk Murottal Al- (Jurnal dengan total Quasy Sample T
(2019) Qur’an Online sample 33 Eksperiment test
Terhadap Mahasis responden al berupa didapatkan p
Skor wa yang diteliti rancangan value
Halusinasi Fakultas penelitian (0,0000) <
Pasien Kesehata pre-post test (0,05), maka
Halusinasi n) (2019) with design dapat
control disimpulkan
group. bahwa ada
perbedaan
yang
signifikan
efektivitas
terapi
murottal Al-
Qur’an
terhadap
skor
halusinasi
pada pasien
halusinasi
3 Ila R, Perbedaan JOM No 2 Tekhnik Desain Hasil uji
M, dkk Efektivitas FKp, Vol 5 pengambilan penelitian Dependent
(2018) Antara (Jurnal sample Quasy Sample T
Mmembaca Online purposive eksperiment test
Dengan Mahasis sampling al berupa didapatkan p
Mnedengark wa dengan rancangan value
an Surah Al- Kesehata diketahui penelitian (0,652) >
Fatihah n) (2018) bahwa dari pre-post test (a=0,05),
terhadap 31 design with maka dapat
Skor responden two disimpulkan
Halusinasi yang diteliti comparison bahwa tidak
treatmensts ada
perbedaan
yang
signifikan
efektivitas
antara
membaca
dengan
mendengark
an surah Al-
Fatihah
terhadap
skor
halusinasi.

45
B. Pembahasan

Terapi psikoreligius salah satunya adalah Terapi Al-Qur’an yang sangat

dianjurkan oleh beberapa ahli kejiwaan karena dapat menyembuhkan seseorang

dari penyakit kejiwaan. Al-Qur’an juga memiliki pengaruh terhadap aspek

fisiologi maupun psikologis seseorang. Al-qur’an adalah obat penyembuh

berbagai penyakit baik penyakit fisik maupun penyakit jiwa. Hal ini sesuai dengan

arti dari salah satu ayat Al-Qur’an yang dibaca oleh responden yaitu surat Al-Is’ra

ayat 82 yang artinya “dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi

penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an tidaklah

menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. Dari terjemahan

surat dalam Al-Qur’an tersebut bahwa semua penyakit yang terdapat pada

manusia yang salah satunya penyakit kejiwaan dapat disembuhkan dengan cara

membaca Al-Quran dan mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an (Yosep,

2011).

Berdasarkan ketiga jurnal Yeni Devita dan Hendriyani (2019), dan Mimi

Aisyah, dkk (2019), Ila Rifatul Mahmuda, dkk (2018), dapat ditarik kesimpulan

bahwa hasil penelitiannya dengan p-value <0,05 yang berarti yang berarti ada

pengaruh yang signifikan dalam mengontrol pasien dengan halusinasi

pendengaran. Penelitian ini menggunakan metode yang sama yaitu desain Quasy

experiment dengan mengamati sebelum dan sesudah diberikan Terapi Al-Qur’an.

46
Berdasarkan artikel yang pertama menurut Yeni Devita dan Hendriyani

(2019), yaitu dengan hasil penelitian terhadap 46 responden yang dibagi menjadi

2 yaitu yang pertama 23 responden untuk kelompok intervensi dan 23 responden

untuk kelompok kontrol menjelaskan bahwa pelaksanaan terapi Al-Qur’an pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol ini dilakukan dengan cara meminta

pasien untuk membaca surat yang sudah di pilihkan yaitu surat dalam Al-Qur’an

yang terdiri dari QS:Al-Fatihah:1-7, QS:Al-Is’ra:82, QS:Yunus:57. Pasien diminta

untuk membaca surat tersebut beserta dengan artinya, untuk pelaksanaan terapi

Al-Qur’an ini dilakukan selama 8 kali pertemuan dan untuk pertemuannya

dilakukan setiap hari dalam sehari dilakukan sekelai pertamuan untuk sekali

pertemuan diberikan waktu 30 menit untuk membaca surat diatas sebanyak 3 kali

pengulangan. Hasil analisis menunjukan bahwa kemampuan mengontrol

halusinasi pendengaran sebelum diberikan terapi adalah 24,78. Terdapat rata-rata

perbedaan skor kemampuan mengontrol halusinasi ketika sesudah diberikan terapi

adalah 20,35. Terdapat perbedaan skor kemampuan mengontrol halusinasi

sesudah diberikan terapi generalis sebesar 4,43. Hasil uji yang didapatkan p value

= 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pada kemampuan untuk

mengontrol halusinasi pendengaran ketka sebelum dan sesudah diberika terapi Al-

Qur’an.

Berdasarkan artikel yang ke dua oleh Mimi Aisyah, Jumaini dan Safri (2019),

yaitu hasil penelitian terhadap 33 responden yang didapatkan bahwa usia

terbanyak yaitu dewasa awal (26-35) sebanyak 7 orang (42,4) pada kelompok

eksperimen dan 7 orang (43,8) pada kelompok kontrol. Hasil penelitian tentang

47
efektifitas mendengarkan murottal Al-Qur’an dengan surah Ar-Rahman yang

dilakukan 2 kali dalam seminggu, ketika halusinasi datang pasien dapat

memanggil perawat untuk melakukan terapi murottal Al-Qur’an sampai halusinasi

pasien mengurang, untuk terapi murottal Al-Qur’an dalam 2 kali dalam seminggu

dalam setiap pertemuan pasien mendengarkan lantunan terapi murottal Al-Qur’an

tanpa diberi batas waktu dan intervensi sesuai dengan SOP yaitu strategi

pelaksanaan pada pasien halusinasi setiap harinya dengan melakukan terapi

murottal Al-Qur’an diketahui bahwa terapi murottal Al-Qur’an sangat efektif

terhadap penurunan skor halusinasi. Pieter (2011) menjelaskan bahwa pada masa

dewasa awal diangap sebagai fase penyesuaian diri terhadap kehidupan dan

harapan sosial baru. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa pasien halusinasi

terbanyak adalah pasien yang berjenis kelamin laki-laki pada kelompok

eksperimen sebanyak 12 orang (70,6%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 11

orang (68,8%). Penyebabnya dikarenakan ketika laki-laki mengalami depresi

maka yang akan dilakukan adalah melakukan strategi pertahanan untuk

melawannya dengan melakukan penolakan bahwa dirinya sedang sakit, akibatnya

dirinya akan sering kambuh dan dirawat inap (Zilinska, 2017). Berdasarkan hasil

penelitian didapatkan bahwa pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

dengan berjumlah 6 orang pada kelompok eksperimen dan pada Sekolah

Menengah Atas (SMA) dengan jumlah yang sama kelompok kontrol. Intervensi

terapi murottal Al-Qur’an dengan uji Dependent sample T test kelompok

eksperimen menunjukan hasil yang signifikan terhadap penurunan skor halusinasi

didapatkan p value (0,0000) < (a=0,05) dan pada kelompok kontrol menunjukan

48
hasil yang tidak signifikan terhadap skor halusinasi yang didapatkan (0,130) >

(0,05). Hasil Uji Independent sampe T test didapatkan p value (0,000) < (a=0,05),

maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan efektivitas terapi

murottal Al-Qur’an terhadap skor halusinasi pada pasien halusinasi.

Berdasarkan artikel yang ke tiga menurut Ila Rifatul Mahmuda, dkk (2018),

dengan hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa karakteristik responden yang

telah terdiri dari 31 responden telah diperoleh bahwa usia terbanyak adalah

dewasa akhir (36-45 tahun) hal ini dikarenakan munculnya perubahan psikologis

berupa depresi menstrual, timbulnya perilaku yang aneh, dan sering terjadi emosi

akibatnya pada masa ini terjadi perilaku menarik diri, menurunnya daya ingat dan

halusinasi yang jika tidak cepat dilakukan intervensi maka dikhawatirkan akan

berlanjut hingga lansia dan akan membentuk demensia, sapurta, dkk (2018). Jenis

kelamin terbanyak adalah laki-laki dikarenakan ketika laki-laki mengalami

depresi maka laki-laki akan melakukan strategi pertahanan untuk melawannya

dengan melakukan penolakan bahwa dirinya sedang sakit dan menolak untuk

meminum obat akibatnya dirinya akan sering kambuh dan dirawat inap (Zilinska

& Smitkova, 2017). Lama rawat terbanyak adalah lebih dari 28 hari dikarenakan

kemampuan mengontrol halusinasi antara pasien pada batas minimal dan

maksimal perawatan tidak menunjukan perbedaan karena pola pelaksaan tindakan

yang ditetapkan untuk pasien yaitu sama (Wahyuni, dkk, 2011). Intervensi

membaca dan mendengarkan suarh Al-Fatihah dengan hasil uji yang menunjukan

hasil yang signifikan terhadap penurunan skor halusinasi Independent sample T

test didapatkan p value didapatkan (0,000) < (a=0,05).

49
Berdasarkan dari ketiga jurnal memiliki persamaan karakteristik berupa

metode yang digunakan dalam penelitian menggunakan desain penelitian Quasy

eksperiment berupa rancangan penelitian pre-post test design with. Analisa yang

digunakan dalam penelitian menggunakan analisis bivariat dengan uji dependent

sample T test dan independent sample T test. Hasil penelitian memiliki persamaan

nilai p value < (0,05) yang dapat disimpulkan bahwa terapi murottal Al-Qur’an

signifikan efektifitas dapat mengontrol halusinasi pendengaran.

Dari ketiga jurnal ini memiliki perbedaan salah satunya adalah usia yang

terbanyak meliputi dewasa awal, dan dewasa akhir. Menjelaskan pula pada

dewasa awal sebagai masa yang menyulitkan, yang bisa menyebabkan individu

mengalami masalah termasuk masalah psikologis sedangkan pada dewasa akhir

terjadi penurunan memori dan intelegensi sehingga kemampuan dalam menyerap

ataupun menerima informasi berkurang akibatnya sebagian besar responden

belum bisa mengontrol halusinasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi Al-Qur’an sangat efekif dalam

mengontrol halusinasi pendengaran dengan mendengar dan membaca Al-Qur’an

telah terbukti bahwa dapat meningkatkan kondisi mental seseorang (Mardiati,

dkk, 2017). Seperti yang telah terbukti dalam penelitian ini bahwa mambaca dan

mendengarkan beberapa ayat Al-Qur’an efektif terbukti dalam mengontrol

halusinasi pendengaran dan sebagai terapi dalam penatalaksanaan halusinasi

pendengaran pada pasien skizofrenia (Kaheel, 2013).

50
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terapi

murottal Al-Qur’an sangat efektivitas terhadap skor halusinasi pada pasien

halusinasi. Manfaat dari penelitian ini yaitu bagi ilmu keperawatan diharap dapat

digunakan sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan dan wawasan

serta dapat menjadi pilihan dalam melakukan tindakan keperawatan pada pasien

halusinasi khususnya halusinasi pendengaran dan juga terapi murottal Al-Qur’an

ini dapat diterapkan untuk pasien dengan masalah seperti Resiko Perilaku

Kekerasan, Harga Diri Rendah, Isolasi Sosial, dan lainnya terutama oleh perawat

jiwa.

Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa dengan terapi

murottal Al-Qur’an dapat memberikan pengaruh yang baikpada pasien halusinasi

sehingga terapi murottal Al-Qur’an ini dapat digunakan sebagai terapi tambahan

kepada pasien halusinasi.

51
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terapi Al-

Qur’an jika diterapkan pada pasien halusinasi pendengaran ada pengaruh yang

signifikan efektifitas dalam menurunkan tanda dan gejala serta mampu

mengontrol halusinasi. Terapi Al-Qur’an antara lain dengan cara membaca

beberapa ayat Al-Qur’an yang terdiri dari QS: Al-Fatihah:1-7, QS: Al-Isra: 82,

QS: Yunus: 57, dan QS: Al-Ra’d:11 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

Terapi Al-Qur’an sangat efektif untuk mengontrol halusinasi pendengaran. Hasil

uji independent sample T test didapatkan p value (0,000) < (a=0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan efektivitas terapi murottal Al-

Qur’an terhadap skor halusinasi pada pasien halusinasi. Maka setelah melakukan

Terapi Al-Qur’an pasien mampu mengontrol halusinasi disaat halusinasi tersebut

datang. Sehingga pasien merasa lebih rileks, tenang dan tidak merasa gelisah lagi.

B. Saran

Berdasarkan dari pengkajian hasil penelitian ini, maka penulis bermaksud

untuk memberikan saran yang dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, yaitu:

52
1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat terus menerapkan pembelajaran terkait

penerapan pembelajaran literature review, mempertahankan pembelajaran

terkait penerapan pemberian terapi Al-Qur’an pada pasien halusinasi

pendengaran.

2. Bagi mahasiswa keperawatan

Mahasiswa diharapkan dapat selalu mengaplikasikan ilmu pengetahuan

tentang tindakan keperawatan terapi Al-Qur’an pada pasien halusinasi

pendengaran.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak

sumber maupun jurnal-jurnal keperawatan terkini yang terkait

dengan Terapi Al-Qur’an agar hasil penelitian dapat dipertanggung

jawabkan dan sebagai referensi penelitian selanjutnya.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat membuat lebih baik lagi agar

penelitian dapat dilaksanakan dengan baik.

c. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan perencanaan

pelaksanaan terapi Al-Qur’an menjadi lebih baik, khususnya pada

pasien halusinasi pendengaran.

53
4. Bagi perawat

Diharap kan kepada perawat agar dapat meningkatkan literasi

melalui seminar atau workshop maupun membaca jurnal-jurnal ilmiah

keperawatan terkini, terutama yang berkaitan dengan Terapi Al-Qur’an.

Perawat juga harus lebih memiliki wawasan yang luas dalam memberikan

asuhan keperawatan serta perlu meningkatan hubungan terapeutik tujuan

untuk memperlancar dalam memberikan intervensi terapi Al-Qur’an,

khususnya pada pasien dengan halusinasi pendengaran.

54
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. 2015. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta


: Gosyen Publishing

Ah, Y., Endang, N. H,. Miranti.Florencia, I., & Fanni, O. (2016) Kebutuhan
Spiritual Konsep Dan Aplikasi dalam Asuhan Keperawatan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Atika, 2018. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Indonesia: Elseivier Ltd

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2018. Keperawatan Jiwa : Aplikasi Praktik Klinik.


Mojokerto : Karya bina sehat.

Casmadi. 2019. Asuhan Keperawatan Halusinasi Pendengaran pada Tn. M di


Wisma Drupada RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Karya Tulis Ilmiah
Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah. Wonosobo. Tidak diterbitkan

Dermawan, D dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Devita, Y. (2019). Pengaruh Terapi Al-Quran Terhadap Penurunan Frekuensi


Halusinasi Pendengaran Pasien Skizofrenia. Prosiding Sains TeKes, 1, 89-
92.
Faozi, Arlan. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Persepsi Sensori
Halusinasi Pendengaran pada Tn. S di ruang Antareja RSJ Prof. Dr.
Soerojo Magelang. Karya Tulis Ilmiah Universitas Sains Al-Qur’an Jawa
Tengah. Wonosobo. Tidak diterbitkan

Gupita. (2018). Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Persepsi


Sensori: Halusinasi Pendengaran Terhadap Kemampuan Menghardik
Tutup Telinga Di Wisma Arimbi Rsj Prof Dr Soerojo Magelang. STIKES
Muhammadiyah Gombong.
Hashari, Rahmiyanti. 2019. Efektifitas Murotal Terapi Terhadap Kemandirian
Mengontrol Halusinasi Pendengaran. Jurnal Kesehatan. Vol. 3 No. 1
tahun 2018.

Hernandi. 2020. Tinjauan Pustaka Halusinasi faktor penyebab Halusinasi.


Politeknik Kementerian Kesehatan Jogja.
Hidayatullah, 2012. Metode Penelitian Kperawatan Dan Tekhnik Analisis.
Jakarta: Salemba Medika.
Hothasian, Jessica Masta., et al. 2019. Evaluasi Pelaksanaan Program Upaya
Kesehatan Jiwa di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Tahun 2018.
Jurnal Online Mahasiswa. Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-
3346).
Ikawati, Z. 2014. Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat. Yogyakarta:
Bursa Ilmu.

Iskandar. (2012). Asuhan Keperaawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Kaheel. Sembuhkan Sakitmu Dengan Al-Qur’an. Yogyakarta: Laras Media Prima,


2013.

Keliat, A. B. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC


Kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Kemenkes RI.

Mardiati, S. (2017). Pengaruh Terapi Psikoreligius: Membaca Al-Fatihah


Terhadap Skor Halusinasi Pasien Skizofrenia. Skripsi Psik Unri. Tidak
dipublikasikan.

Nurlaili, et al. 2019. Pengaruh Tehnik Distraksi Menghardik dengan Spiritual


Terhadap Halusinasi Pasien. Jurnal Keperawatan Vol. 11 No. 3 September
2019 hal. 180. LLPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan.
Pieter, H. Z,. Janiwarti, B,. & Saragih, M. (2011). Pengantar Psikopatologi Untuk
keperawatan. Jakarta:Kencana

Riskesdas.(2013).http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%202013. Diperoleh pada tanggal 28 desember 2018.

Rosyanti, L. (2018). The Effectiveness Of Spritual Qur’Anic Emotional Freedom


Technique (SQEFT) Intervence Afainst The Change Of Brief Psychiatric
Rating Scale (BPRS) On Patient WITH Schizophrenia. Health Notions 2(9).
Saputra, F. B., Saswati, N., & Sutinah. (Juni 2018). Gambaran kemampuan
mengontrol halusinasi klien skizofrenia di ruang rawat inap rumah skit jiwa
daerah provinsi jambi. Riset Informasi Kesehatan. Vol. 7. No. 1. Diakses
pada tanggal 01 Agustus 2018 dari http://stikes-
hi.ac.id/jurnal/index.php/rik/article/view/112/47.

Silitonga, Riani BR. 2017. Hubungan Persepsi Diri, Sosial dan Keluarga dengan
Kesepian pada Klien Skizofrenia. Di Unit Pelayanan Jiwa A (Upja) Rsj.
Prof. Hb. Saanin Padang Tahun 2016. Skripsi. Universitas Andalas.
Sumartyawati, Ni Made., dkk. 2019. Efektivitas Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi Dan Terapi Al-Qur’an Terhadap Frekuensi Halusinasi.
Prima : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan. Volume 5 no. 1 2019
Sutejo. 2019. Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa :
Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Wahyuni, S., Yuliet, S. N., & Elita, V. (2011). Hubungan lama hari rawat dengan
kemampuan pasien dengan mengontrol halusinasi. Jurnal Ners Indonesia.
Vol. 1 no. 2. Diakses pada tanggal 29 Juli 2018.
http://journal.unri.ac.id.index.php.JNI.article.view.641.634.

Wibowo, S. (2016). Penderita Gangguan Jiwa Di Jawa Tengah Terus Meningkat.


Retrieved April 18, 2017 Tenpo.com:
https://gaya.tenpo.co/red/news/2016/10/060811005/penderita-gangguan-
jiwa-di-jawa-tengah-terus-meningkat Diakses pada tanggal 23 April 2017.

Yosep ”Keperawatan Jiwa,” Bandung: Pt Revika Aditama, 2011.

Yosep, dkk. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung : PT
Refika Aditama.

Yusuf, Ah. et al. 2015. Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : Salemba
Medika..
Zilinska, M., & Smitkova., H. (2017). Boys don’t cry: male depression through
gender lens. Psychologie a jeji kontexty 8 (1), 2017, 87-97. Diakses pada
tanggal 22 juni 2019 dari
http://psychont.osu.cz/fulltext/2017/2017_1_7_zilinska-V.pdf
LAMPIRAN 1

JADWAL KEGIATAN

Nama Kegiatan Februari Maret April Mei


Penyusunan

Proposal
Ujian Proposal
Penyusunan

KTI
Ujian KTI

LAMPIRAN 2
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : Reza Fahlefi


NIM : 2018200053
JUDUL KTI : Terapi Al-Qur’an Untuk Menurunkan Halusinasi
Pendengaran
PEMBIMBING : M. Sahli, SKM., M.Kes
NO HARI/TGL SARAN/ SARAN PEMBIMBING NAMA DAN
TTD
PEMBIMBING

9
10

11

12

13

14

Mengetahui
Ketua Program Studi

Ns. Sri Mulyani,M.Kep

Lampiran 3
QS. Al-Isra’ Ayat 82 :

ٰ ‫ونُن َِّز ُل منَ ْالقُرْ ٰان ما هُو شفَ ۤا ٌء َّورحْ مةٌ لِّ ْلم ْؤمن ْي ۙنَ واَل يز ْي ُد‬
‫الظّلِ ِم ْينَ اِاَّل َخ َسارًا‬ ِ َ َ ِِ ُ َ َ ِ َ َ ِ ِ َ

Artinya : Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan

rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an

itu) hanya akan menambah kerugian.

QS. Al-Fatihah 1-7 :

‫هّٰللا‬
ِ ‫بِس ِْم ِ الرَّحْ مٰ ِن الر‬
‫َّحي ِْم‬

َ‫اَ ْل َح ْم ُد هّٰلِل ِ َربِّ ْال ٰعلَ ِم ْي ۙن‬

Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam

ِ ‫ الرَّحْ مٰ ِن الر‬-
‫َّحي ۙ ِْم‬

Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,

‫ك يَوْ ِم ال ِّدي ۗ ِْن‬


ِ ِ‫ مٰ ل‬-

Pemilik hari pembalasan.

ُ‫ك نَ ْستَ ِعي ْۗن‬


َ ‫ك نَ ْعبُ ُ‡د َواِيَّا‬
َ ‫ اِيَّا‬-

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami

mohon pertolongan.

‫اِ ْه ِدنَا الص َِّراطَ ْال ُم ْستَقِ ْي َم‬

Tunjukilah kami jalan yang lurus,


‫ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل الض َّۤالِّ ْينَ ࣖ‬
‫ص َراطَ الَّ ِذ ْينَ اَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم ۙە َغي ِْر ْال َم ْغضُوْ ِ‬
‫‪ِ -‬‬

‫)‪(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan‬‬

‫‪mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.‬‬

‫‪QS:Yunus ayat 57 :‬‬

‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ْت ُك ْم َّموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَ ۤا ٌء لِّ َما فِى الصُّ ُدوْ ۙ ِر َوهُدًى َّو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ‬

‫‪Artinya :‬‬

‫‪Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari‬‬

‫‪Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta‬‬

‫‪rahmat bagi orang yang beriman.‬‬

‫‪QS : Ar-Rahman ayat 1-78 :‬‬

‫ان ‪َ ٥‬وٱلنَّ ۡج ُم َو َّ‬ ‫ۡ‬ ‫نس‡نَ ‪ ٣‬عَلَّ َم‡ هُ ۡٱلبَيَ‡‡انَ ‪َّ ٤‬‬ ‫ق ٱإۡل ِ ٰ َ‬‫ٱل‡ر َّۡح ٰ َمنُ ‪ ١‬عَلَّ َم ۡٱلقُ‡ ۡ‡ر َءانَ ‪ ٢‬خَ لَ‡ َ‬
‫ٱلش‡ َج ُر‬ ‫ٱلش‡مۡ سُ َوٱلقَ َم‡ ُر بِح ُۡس‡بَ ٖ‬
‫ُوا‬ ‫ض َع ۡٱل ِميزَ انَ ‪ ٧‬أَاَّل ت َۡطغ َۡو ْا فِي ۡٱل ِم‡يزَ ا ِن ‪َ ٨‬وأَقِي ُم ْ‬
‫‡وا ۡٱل‡ َو ۡزنَ بِ ۡٱلقِ ۡس‡ ِط َواَل تُ ۡخ ِس‡ر ْ‬ ‫يَ ۡس ُجدَا ِن ‪َ ٦‬وٱل َّس َمٓا َء َرفَ َعهَا َو َو َ‬
‫ف َوٱلر َّۡي َح‡ انُ‬ ‫ص‡ ِ‬ ‫‡ام ‪َ ١١‬و ۡٱل َحبُّ ُذو ۡٱل َع ۡ‬ ‫ات ٱأۡل َ ۡك َم‡ ِ‬
‫خ ُل َذ ُ‬ ‫ض َعهَا لِأۡل َن َِام ‪ ١٠‬فِيهَ‡‡ا ٰفَ ِكهَ‡ ‪‡ٞ‬ة َوٱلنَّ ۡ‡‬
‫ض َو َ‬ ‫ۡٱل ِمي َزانَ ‪َ ٩‬وٱأۡل َ ۡر َ‬
‫ار ‪١٥‬‬ ‫ار ٖج ِّمن نَّ ٖ‬ ‫ٓان ِمن َّم ِ‬‫ق ۡٱل َج‡ َّ‬ ‫ار ‪َ ١٤‬و َخلَ‡ َ‬ ‫ۡ‬ ‫ص ۡل ٰ َ‬
‫ص ٖل َكٱلفَ َّخ ِ‬ ‫ق ٱإۡل ِ ن ٰ َسنَ ِمن َ‬ ‫‪ ١٢‬فَبِأ َ ِّ‬
‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن ‪ ١٣‬خَ لَ َ‬
‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن ‪َ ١٨‬م َر َج ۡٱلبَ ۡح َر ۡي ِن‬ ‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن ‪َ ١٦‬ربُّ ۡٱل َم ۡش ِرقَ ۡي ِن َو َربُّ ۡٱل َم ۡغ ِربَ ۡي ِن ‪ ١٧‬فَبِأ َ ِّ‬ ‫فَبِأ َ ِّ‬
‫خ ُر ُج ِم ۡنهُ َم‡‡ا ٱللُّ ۡؤلُ‡ ُؤ َو ۡٱل َم ۡر َج‡ انُ ‪٢٢‬‬ ‫يَ ۡلتَقِيَا ِن ‪ ١٩‬بَ ۡينَهُ َما بَ ۡر َز ‪ٞ‬خ اَّل يَ ۡب ِغيَا ِن ‪ ٢٠‬فَبِ‡‡أَيِّ َءآاَل ِء َربِّ ُك َم‡‡ا تُ َك‡ ِّذبَا ِن ‪ ٢١‬يَ ۡ‡‬
‫ان ‪ُ ٢٥‬ك‡‡لُّ‬ ‫ات فِي ۡٱلبَ ۡح ِر َكٱأۡل َ ۡع ٰلَ ِم ‪ ٢٤‬فَبِأ َ ِّ‬
‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك‡ ِّذبَ ِ‬ ‫ش ُ‬‫ار ۡٱل ُمن َٔ‡َٔ‍‬ ‫ۡ‬
‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن ‪َ ٢٣‬ولَهُ ٱل َج َو ِ‬‫فَبِأ َ ِّ‬
‫ك ُذو ۡٱل َج ٰلَ‡ ِل َوٱإۡل ِ ۡك‡ َر ِام ‪ ٢٧‬فَبِ‡‡أ َ ِّ‬
‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َم‡‡ا تُ َك‡ ِّذبَا ِن ‪ ٢٨‬يَ ۡسََٔٔ‍‡لُ ۥهُ َمن فِي‬ ‫‡ان ‪َ ٢٦‬ويَ ۡبقَ ٰى َو ۡج‡ هُ َربِّ َ‬‫َم ۡن َعلَ ۡيهَ‡‡ا فَ‡ ٖ‬
‫غ لَ ُكمۡ أَيُّهَ ٱلثَّقَاَل ِن ‪ ٣١‬فَبِ‡‡أَيِّ‬ ‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َم‡‡ا تُ َك‡ ِّذبَا ِن ‪َ ٣٠‬س‡ن َۡف ُر ُ‬‫ض ُك َّل يَ ۡو ٍم هُ َو فِي َش ۡأ ٖن ‪ ٢٩‬فَبِ‡‡أ َ ِّ‬ ‫ت َوٱ َ ۡر ۚ ِ‬
‫ٱل َّس ٰ َم ٰ َو ِ أۡل‬
‫ض فَٱنفُ ‡ ُذ ۚ ْ‬
‫وا اَل‬ ‫ت َوٱ َ ۡر ِ‬
‫ٱلس ‡ ٰ َم ٰ َو ِ أۡل‬
‫‡ار َّ‬ ‫ۡ‬
‫وا ِم ۡن أَقطَ‡ ِ‬
‫ٱستَطَ ۡعتُمۡ أَن تَنفُ ُذ ْ‬ ‫نس إِ ِن ۡ‬ ‫ۡ‬
‫َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن ‪ٰ ٣٢‬يَ َم ۡع َش َر ٱل ِجنِّ َوٱإۡل ِ ِ‬
‫َص ‡ َرا ِن ‪٣٥‬‬ ‫اس فَاَل تَنت ِ‬ ‫ار َونُ َح‡ ‪ٞ‬‬ ‫اظ ِّمن نَّ ٖ‬‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن ‪ ٣٤‬ي ُۡر َس ُل َعلَ ۡي ُك َما ُش َو ‪ٞ‬‬‫تَنفُ ُذونَ إِاَّل بِس ُۡل ٰطَ ٖن ‪ ٣٣‬فَبِأ َ ِّ‬
‫ان ‪٣٨‬‬ ‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َم‡‡ا تُ َك‡ ِّذبَ ِ‬ ‫ٱلس‡ َمٓا ُء فَ َك‡‡ان َۡت َو ۡرد َٗة َكٱل‡ ِّدهَا ِن ‪ ٣٧‬فَبِ‡‡أ َ ِّ‬ ‫ت َّ‬ ‫ٱنش‡قَّ ِ‬
‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن ‪ ٣٦‬فَإ ِ َذا َ‬ ‫فَبِأ َ ِّ‬
‫ٓان ‪ ٣٩‬فَبِأَيِّ َءآاَل ِء َربِّ ُك َم‡ا تُ َك‡ ِّذبَا ِن ‪ ٤٠‬ي ُۡع‡ َرفُ ۡٱل ُم ۡج ِر ُم‡ونَ بِ ِس‡ي ٰ َمهُمۡ فَي ُۡؤخَ‡ ُذ‬
‫نس َواَل َج ‪ّ ٞ‬‬ ‫ُس ُل عَن َذ ۢنبِ ِٓۦه إِ ‪ٞ‬‬‫فَيَ ۡو َمئِٖ‡ذ اَّل ي ََۡٔ‡ٔ‍‬
‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن ‪ٰ ٤٢‬هَ ِذ ِهۦ َجهَنَّ ُم ٱلَّتِي يُ َك ِّذبُ بِهَا ۡٱل ُم ۡج ِر ُمونَ ‪ ٤٣‬يَطُوفُ‡‡ونَ بَ ۡينَهَ‡‡ا‬‫صي َوٱأۡل َ ۡقد َِام ‪ ٤١‬فَبِأ َ ِّ‬ ‫بِٱلنَّ ٰ َو ِ‬
‫ان ‪َ ٤٥‬ولِ َم ۡن خَ افَ َمقَا َم َربِّ ِهۦ َجنَّتَا ِن ‪ ٤٦‬فَبِأ َ ِّ‬
‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َم‡‡ا تُ َك‡ ِّذبَ ِ‬
‫ان‬ ‫ان ‪ ٤٤‬فَبِأَيِّ َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَ ِ‬ ‫َوبَ ۡينَ َح ِم ٍيم َء ٖ‬
‫ان ‪٥١‬‬ ‫َ‡ان ت َۡج ِريَ‡ا ِن ‪ ٥٠‬فَبِ‡أَيِّ َءآاَل ِء َربِّ ُك َم‡ا تُ َك‡ ِّذبَ ِ‬ ‫ان ‪ ٤٩‬فِي ِه َم‡ا ع َۡين ِ‬ ‫َان ‪ ٤٨‬فَبِأَيِّ َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَ ِ‬ ‫‪َ ٤٧‬ذ َواتَٓا أَ ۡفن ٖ‬
‫ُش بَطَٓائِنُهَ‡‡ا ِم ۡن إِ ۡس‡ت َۡب َر ۚ ٖق َو َجنَى‬‫ِٔين َعلَ ٰى فُ‡ر ۢ ِ‬ ‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َم‡‡ا تُ َك‡ ِّذبَا ِن ‪ُ ٥٣‬متَّ ِ‡ٔ‍ك َ‡‬ ‫فِي ِه َما ِمن ُك ِّل ٰفَ ِكهَ ٖة زَ ۡو َجا ِن ‪ ٥٢‬فَبِأ َ ِّ‬
‫ٓان ‪٥٦‬‬ ‫ف لَمۡ يَ ۡط ِم ۡثه َُّن ِإ ‪ٞ‬‬
‫نس قَ ۡبلَهُمۡ َواَل َج‡‡ ‪ّ ٞ‬‬ ‫ت ٱلطَّ ۡر ِ‬ ‫ان ‪ ٥٥‬فِي ِه َّن ٰقَ ِ‬
‫ص ‡ ٰ َر ُ‬ ‫َان ‪ ٥٤‬فَبِ‡‡أ َ ِّ‬
‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َم‡‡ا تُ َك ‡ ِّذبَ ِ‬ ‫ٱل َجنَّت َۡي ِن د ٖ‬
‫ۡ‬

‫وت َو ۡٱل َم ۡر َجانُ ‪ ٥٨‬فَبِأ َ ِّ‬


‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن ‪ ٥٩‬ه َۡل َجزَ ٓا ُء ٱإۡل ِ ۡح ٰ َس ِن‬ ‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن ‪َ ٥٧‬كأَنَّه َُّن ۡٱليَاقُ ُ‬‫فَبِأ َ ِّ‬
‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َم‡‡ا تُ َك‡‡ ِّذبَا ِن ‪٦٣‬‬ ‫َ‡‡ان ‪ ٦٢‬فَبِ‡‡أ َ ِّ‬ ‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َم‡‡ا تُ َك‡‡ ِّذبَا ِن ‪َ ٦١‬و ِمن دُونِ ِه َم‡‡ا َجنَّت ِ‬ ‫إِاَّل ٱإۡل ِ ۡح ٰ َس‡‡نُ ‪ ٦٠‬فَبِ‡‡أ َ ِّ‬
‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك‡ ِّذبَا ِن ‪ ٦٧‬فِي ِه َم‡‡ا‬ ‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن ‪ ٦٥‬فِي ِه َما ع َۡينَا ِن نَضَّا َختَا ِن ‪ ٦٦‬فَبِأ َ ِّ‬ ‫ُم ۡدهَٓا َّمتَا ِن ‪ ٦٤‬فَبِأ َ ِّ‬
‫ان ‪٧١‬‬ ‫ت ِح َس ‪ٞ‬ان ‪ ٧٠‬فَبِأ َ ِّ‬
‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َم‡‡ا تُ َك ‡ ِّذبَ ِ‬ ‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن ‪ ٦٩‬فِي ِه َّن خ َۡي ٰ َر ٌ‬‫ٰفَ ِكهَ ‪ٞ‬ة َون َۡخ ‪ٞ‬ل َو ُر َّم ‪ٞ‬ان ‪ ٦٨‬فَبِأ َ ِّ‬
‫ي َءآاَل ِء‬ ‫ٓان ‪ ٧٤‬فَبِ‡‡أ َ ِّ‬ ‫نس قَ ۡبلَهُمۡ َواَل َج‡ ‪ّ ٞ‬‬ ‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن ‪ ٧٣‬لَمۡ يَ ۡط ِم ۡثه َُّن إِ ‪ٞ‬‬ ‫ُور َّم ۡقصُو ٰ َر ‪ٞ‬ت فِي ۡٱل ِخيَ ِام ‪ ٧٢‬فَبِأ َ ِّ‬ ‫ح ‪ٞ‬‬
‫ك ۡ‬
‫ٱس ‡ ُم‬ ‫ان ‪ ٧٧‬تَ ٰبَ‡ َر َ‬ ‫ان ‪ ٧٦‬فَبِ‡‡أ َ ِّ‬
‫ي َءآاَل ِء َربِّ ُك َم‡‡ا تُ َك‡ ِّذبَ ِ‬ ‫ِٔين َعلَ ٰى َر ۡف َر ٍ‬
‫ف ُخ ۡ‬
‫ض ٖر َوع َۡبقَ ِر ٍّ‬
‫ي ِح َس ٖ‬ ‫َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن ‪ُ ٧٥‬متَّ ِ‡ٔ‍ك َ‡‬

‫َربِّ َك ِذي ۡٱل َج ٰلَ ِل َوٱإۡل ِ ۡك َر ِام ‪٧٨‬‬

‫‪Artinya :‬‬

‫‪1. (Tuhan) Yang Maha Pemurah‬‬

‫‪2. Yang telah mengajarkan al Quran‬‬

‫‪3. Dia menciptakan manusia‬‬

‫‪4. Mengajarnya pandai berbicara‬‬

‫‪5. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan‬‬

‫‪6. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-‬‬

‫‪Nya‬‬

‫)‪7. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan‬‬

‫‪8. Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu‬‬

‫‪9. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu‬‬

‫‪mengurangi neraca itu‬‬


10. Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya)

11. Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak

mayang

12. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya

13. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

14. Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar

15. dan Dia menciptakan jin dari nyala api

16. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

17. Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang

memelihara kedua tempat terbenamny

18. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu

20. antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing

21. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

22. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan

23. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

24. Dan kepunyaan-Nya lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan

laksana gunung-gunung

25. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

26. Semua yang ada di bumi itu akan binasa

27. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan

28. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan
29. Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap

waktu Dia dalam kesibukan

30. Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan

31. Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin

32. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

33. Hai jama´ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)

penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya

kecuali dengan kekuatan

34. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

35. Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga

maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya)

36. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

37. Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti

(kilapan) minyak

38. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

39. Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya

40. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

41. Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandannya, lalu dipegang

ubun-ubun dan kaki mereka

42. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

43. Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa

44. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air mendidih yang

memuncak panasnya
45. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

46. Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga

47. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

48. kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan

49. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

50. Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengali

51. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

52. Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang

berpasangan

53. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

54. Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera.

Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat

55. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

56. Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan

pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka

(penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula

oleh jin

57. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

58. Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan

59. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

60. Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)

61. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

62. Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lag
63. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

64. Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya

65. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

66. Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang memancar

67. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

68. Di dalam keduanya (ada macam-macam) buah-buahan dan kurma serta

delima

69. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

70. Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik

71. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

72. (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah

73. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

74. Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-

penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin

75. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

76. Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-

permadani yang indah

77. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

78. Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia

Anda mungkin juga menyukai