KLOMPOK 1
Matakuliah : Ibadah dan Kesehatan Mental
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Siti Faridah, M.Ag
OLEH :
Muhammad Hasan Amin : 1401451342
Rafi Zafran Arano : 1501451884
Muhammad Sofyan Setiawan :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bersuci adalah kegiatan dalam Islam yang sangat penting agar ibadah yang
kita kerjakan menjadi sah dan dapat diterima oleh Allah Swt. Kegiatan bersuci pun
merupakan ibadah yang pertama sebelum masuk ke ibadah yang lainnya. Seperti
ketika ingin melaksanakan sholat dan sebelumnya tidak dalam keadaan suci, maka
diwajibkan bagi orang tersebut untuk bersuci terlebih dahulu. Bersuci disini adalah
sebuah cara untuk menghilangkan hadats baik itu hadats besar maupun hadats kecil.
Bersuci ada beberapa macam jenis, yaitu beristinja’, mandi, berwudhu, dan
tayamum. Istinja’ adalah pekerjaan untuk menghilangkan najis setelah buang air kecil
dan air besar. Bisa dikatakan juga sebagai membersihkan dua kemaluan yaitu qubul
dan dubur (yang didepan dan dibelakang).
Mandi terbagi menjadi 2, yaitu ada yang mandi sunnah dan mandi wajib.
Mandi sunnah adalah mandi biasa yang didalamnya terdapat niat karena Allah Swt.
Pengertian tersebut adalah pengertian secara umumnya. Ada juga mandi sunnah yang
memang disyariatkan oleh Islam, yaitu mandi sebelum berangkaat sholat jum’at,
mandi 2 hari raya dan lain-lain yang terdapat dalam hadits-hadits.
Yang kedua adalah mandi wajib yang dikerjakan dengan sebab keluar mani
bagi laki-laki dan setelah haid atau nifas bagi perempuan. Mandi ini wajib hukumnya
karena apabila belum melaksanakan mandi, maka pekerjaan ibadah wajib lainnya
tidak akan sah.
Selanjutnya dalam bersuci, ada bagian wudhu, yaitu pekerjaan yang dilakukan
sebelum masuk ke ibadah yang syaratnya harus melalui pekerjaan tersebut, seperti
sholat, tawwaf, baca Qur’an dan lain-lain. Bagian ini bisa dikatakan bagian terpenting
dalam pelaksanaan ibadah lainnya. Dan ibadah ini merupakan pembuka bagi ibadah
sholat yang menjadi tiang agama serta amalan yang pertama dihisab. Kegiatan wudhu
ini harus menggunakan air yang suci lagi mensucikan. Maksudnya adalah air yang
tidak bercampur apa-apa yang merubah sifat air tersebut. Jika air yang ingin kita
gunakan untuk berwudhu ternyata tidak ada, maka yang dilakukan untuk mengganti
kegiatan tersebut adalah dengan bertayamum.
Selain untuk ibadah, wudhu dan tayamum juga berguna sebagai kesehatan
mental. Oleh sebab itu penulis ingin memaparkan makalah tentang hubungan dan
manfaat wudhu dan tayamum bagi kesehatan mental.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian wudhu dan tayamum
2. Bagaimana hubungan wudhu dan tayamum terhadap kesehatan mental
3. Apa manfaat wudhu dan tayamum pada kesehatan mental
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian wudhu dan tayamum
2. Mengetahui hubungan wudhu dan tayamum terhadap kesahatan mental
3. Mengetahui manfaat wudhu dan tayamum terhadap kesehatan mental
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
a. Pengertian Wudhu
Wudhu secara bahasa berasal dari kata wudhu diambil dari kata
waḍā’a, yang artinya baik, bersih, murni atau tidak kecampuran dosa.1
Demikian juga menurut Supiana dan M. Karman bahwa, kata al-wuḍūu
berasal dari bahasa Arab yang diadopsi dari kata al- waḍāah yang artinya
baik dan bersih.2
1
Ibrahim Al-Bajuri, Al-Bajuri ‘Ala Ibn Qasim, (Surabaya: Maktabah Hidayah), hal. 45.
2
Supiana dan M. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 4.
3
Muhammad Akrom, Terapi Wudhu; Sempurna Shalat, Bersihkan Penyakit, (Yogyakarta:
Mutiara Media,2010), hal. 17.
4
Supiana dan M. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, hal. 4.
dengan niat. Selain untuk membersihkan diri, wudhu juga merupakan
syarat sah mengerjakan ibadah, seperti shalat dan thawaf.
b. Pengertian Tayamum
6
Tim Penyusun Fak. Tarbiyah, Buku Ajar Praktik Ibadah (IAIN SU, 2012), hal. 37.
a) Rata- rata kejadian insomnia sebelum terapi wudhu adalah 23,36 dengan
median 23,00, standar deviasi 3,563. Angka kejadian insomnia terendah
adalah 11 dan angka kejadian insomia tertinggi adalah 30.
b) Sedangkan rata- rata kejadian insomnia sesudah terapi adalah 19,97
dengan median 20,00, standar deviasi 2,063. Angka kejadian insomnia
terendah adalah 17 dan angka kejadian insomia tertinggi adalah 26.
c) Berdasarkan uji normalitas data dengan menggunakan shapiro wilk di
dapatkan data berdistribusi tidak normal, sehingga uji paired t test tidak
dapat dilakukan. Uji alternatif non parametrik dari paired t test adalah
wilcoxon. Berdasarkan uji wilcoxon didapatkan P value <0,05 yaitu 0,000,
berarti ada pengaruh terapi wudhu dengan penurunan skala insomnia.
Adapun penelitian yang hampir mirip dengan yang dilakukan oleh
Mey Rinawati yaitu yang berjudul Pengaruh Terapi Wudhu Sebelum Tidur
Terhadap Kejadian Insomnia Pada Usia Lanjut Di Dusun Tilaman
Wukirsari Imogiri Bantul Yogyakarta.
C. Manfaat Wudhu Dan Tayamum Terhadap Kesehatan Mental
7
B. Ginting, Mulut Sehat Gigi Kuat (Bandung: Indonesia Publishing House, 1985), hal. 21.
darah terganggu dan tersumbat.8 Tersumbatnya aliran darah ini akan dapat
mengganggu kerja jantung dan akan membahayakan organ-organ lain, karena
organ-organ itu akan kekurangan makanan yang seharusnya dibawa oleh
aliran darah.
Dari kedua pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa penyakit yang
disebabkan oleh mulut dan gigi tidak bersih bukan hanya penyakit ringan,
seperti pilek, gigi berlubang dan karies gigi. Tetapi mulut dan gigi yang tidak
bersih ini juga dapat menyebabkan penyakit berat, seperti penyakit jantung,
dipteri, dan radang paru. Hal ini diperkuat oleh pendapat Plinius, seorang
Bacteriolog, yang mengatakan bahwa:
Pada bekas air cuci mulut atau berkumur itu terdapat bibit penyakit
yang tidak kurang dari 40 milliar, yang terdiri dari bermacam-macam bibit
penyakit, seperti baksil vibrio, spiril, coccus, dan diantaranya terdiri dari
penyakit diploccus, steptococcus, staphyococcus, protozoa, spitochaeta, dan
virus. Disamping itu berbagai penyakit yang melewati selaput lendir, mulut
dan hidung adalah salesma atau pilek, Agina, Dypteria, Bronchitis,
pneomonia (radang Paru), tubercolose, pertussis (batuk
rajang), Tussisconsulviva, dan influenza.9
8
Lita Darmawan, Cara Instan Membuat Gigi Sehat dan Cantik dengan Dental Cosmetics +
Kiat Merawat Gigi yang Tepat dan Efektif (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 29.
9
Al-Hafidz Ahsin W, Fikih Kesehatan (Jakarta: Amzah, 2007), hal. 84.
mulut akan dikeluarkan, sehingga tidak sampai mengganggu kesehatan
seseorang.
Kotoran, virus, dan bakteri yang menempel dalam bulu-bulu hidung itu
harus cepat dibersihkan sebelum mengganggu kesehatan seseorang. Oleh
karena itu, benarlah jika ketika berwudhu kita dianjurkan untuk melakukan
istinsyaq dan istintsar sebanyak tiga kali agar kotoran, virus, dan bakteri yang
berada di dalam lubang hidung tersebut ikut keluar. Hal ini diperkuat oleh
pendapat Bahar Azwar yang menjelaskan bahwa:
10
Bahar Azwar, Fikih Kesehatan; Dari Ibadah, Pengobatan, sampai Penyakit Flu Burung
(Jakarta: Quantum Media, 2005), hal. 32.
menjadi sebab penyakit saluran nafas, radang paru-paru, penyakit rongga
hidung, dan lain-lain.11 Muhammad salim juga mengungkapkan hasil
penelitiannya bahwa:
Dari beberapa pendapat di atas dapat kita ketahui bahwa istinsyaq dan
istintsar sebanyak tiga kali dapat membuat hidung benar-benar bersih dan
terbebas dari kotoran, virus, dan bakteri penyebab berbagai penyakit. Dengan
hilangnya kotoran, virus, dan bakteri yang berada dalam lubang hidung
tersebut, maka penyakit yang disebabkan oleh masuknya bakteri dari lubang
hidung, seperti infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), radang paru-paru, infeksi
daerah telinga, hidung, dan tenggorokan ini akan terhindari.
11
Akbar Kelola, Nikmatnya Shalat Bersama Rasulullah (Yogyakarta: Elangit7, 2008),hal.5.
12
Muhammad Akrom, Terapi Wudhu; Sempurna Shalat, Bersihkan Penyakit (Yogyakarta:
Mutiara Media, 2010), hal. 110.
13
Muhammad Syafi’ie El-Bantanie, Dahsyatnya Terapi Wudhu (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2010), hal. 69.
pendengaran, bahkan peradangan telinga yang bila menyebar ke bagian dalam
dapat mengacaukan keseimbangan tubuh karena telinga bagian dalam menjadi
pusat keseimbangan tubuh.14
14
Hilmi Al-Khuli, Menyingkap Rahasia Gerakan-Gerakan Sholat; Keajaiban Gerakan-
Gerakan Sholat terhadap Kesehatan Psikologis dan Fisik Manusia (Yogyakarta: DIVA Press, 2008),
hal. 78.
15
Ahmad Fathoni El-Kaysi, Berobat dengan Wudlu; Mencegah dan Mengobati Berbagai
Penyakit dengan Wudlu (Yogyakarta: Cakrawala, 2010), hal. 66.
16
Mutia Purwanti, Pengobatan Timur, SEFT dan Terapy Hati, dalam
http://terapyhati.com/artikel-kesehatan/, diakses tanggal 27 Februari 2018.
Syaraf mengatakan bahwa, titik-titik sentra refleks pembuluh darah dan
syaraf bertumpu di kaki dan tangan yang berjumlah miniml 91 titik yang dapat
diformulasikan untuk mengobati sekitar 170 jenis penyakit.
17
Sunyoto, Pijat Refleksi I (Semarang: Dahara Prize, 2006), hal. 4.
18
Sholeh Gisymar, Terapi Wudhu: Kiat Sehat, Murah dan Berkah Melalui Hidroterapi dan
Pijat Refeleksi (Surakarta: NUUN, 2008) hal. 96-97.
Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater dan sekaligus
neurology berkebangsaan Austria, menemukan sesuatu yang menakjubkan
terhadap wudlu. Ia mengemukakan bahwa, pusat-pusat syaraf yang paling
peka adalah sebelah dahi, tangan, dan kaki. Pusat-pusat syaraf tersebut sangat
sensitif terhadap air segar. Dari sini ia menghubungkan hikmah wudhu yang
membasuh pusat-pusat syaraf tersebut.
PENUTUP
Kesimpulan
Buku :
Internet :