RADJA BULUKUMBA
Disusun oleh:
Nurmala Sari
NIM. D20.07.039
2021
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY”N” DENGAN
SECTIO CAESAREA INDIKASI PREEKLAMSIA BERAT
DI RUANG ASOKA RSUD H. ANDI SULTHAN DAENG
RADJA BULUKUMBA
Disusun oleh:
Nurmala Sari
NIM. D20.07.039
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Ny”N”
Dengan Sectio Caesarea Indikasi Preeklamsia Berat Di Ruang Asoka Rsud H. Andi
Sulthan Daeng Radja Bulukumba” ini telah disetujui untuk diujikan pada
Pembimbing
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Ny”N”
Dengan Section Caesarea Indikasi Preeklamsia Berat Di Ruang Asoka Rsud H. Andi
dinyatakan “Lulus” dalam Ujian Sidang dihadapan Tim Penguji pada April 2021.
Pembimbing
Penguji 1 Penguji 2
Hamdana, S.Kep, Ns, M.Kep Irawati, S.Kep, Ns, M.Tr. Adm. Kes
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Akhir Ners dengan
judul “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Ny”N” Dengan Section Caesarea Indikasi
Preeklamsia Berat Di Ruang Asoka Rsud H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba”.
KIAN ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners pada Program
Studi Pendidikan Profesi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba. Bersamaan ini
perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati
yang tulus kepada:
1. H. Muh. Idris Aman., S.Sos selaku Ketua Yayasan Panrita Husada Bulukumba.
2. DR. Muriyati., S.Kep, M.Kes selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba.
3. Haerani, S.Kep, Ns, M. Kep selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Ners
4. Fitriani, S.Kep, Ns, M.Kes, Selaku dosen pembimbing atas arahan, bimbingan
dan bantuannya selama menyusun KIAN ini.
5. Hamdana, S.Kep, Ns, M.Kep Selaku dosen penguji 1 atas arahan, bimbingan dan
bantuannya selama menyusun KIAN ini.
6. Irawati, S.Kep, Ns, M.Tr. Adm. Kes Selaku dosen penguji 1 atas arahan,
bimbingan dan bantuannya selama menyusun KIAN ini.
7. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf Stikes Panrita Husada Bulukumba atas bekal
keterampilan dan pengetahuan yang telah diberikan.
Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian KIAN ini. Mohon maaf
atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya perbuat. Semoga
Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan
dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Amin.
Bulukumba, Agustus 2021
Penulis
5
ABSTRAK
Analisis Asuhan Keperawatan Pada Ny”N” Dengan Sectio Caesarea Indikasi Preeklamsia Berat
Di Ruang Asoka RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba. Nurmala Sari1. Fitriani2.
Latar belakang: Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih
perlu dibenahi dan mendapat perhatian khusus di Indonesia. Penurunan angka kematian ibu telah
cukup signifikan dari tahun1994 hingga tahun 2007, tetapi AKI di Indonesia tetap menjadi nomor satu
di Asia. Salah satu penyebab kematian dari ibu melahirkan adalah pre-eklampsia berat (PEB) yang
berlanjut menjadi eklampsia bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat. Peran perawat sangat
penting disini, perawat murupakan bagian dari pemberi pelayanan kesehatan diharapkan mempunyai
perhatian yang tinggi dalam membantu ibu untuk meminimalkan dampak dari preelamsai berat baik
secara fisik maupun psikologis. Pertama perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan,
perawat harus memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan. Yang kedua perawat berperan sebagai advokad dimana peran ini dilakukan
perawat dalam membantu klien dan keluarga menginterpretasikan berbagai informasi, yang ketiga
perawat berperan sebagai edukator peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang akan diberikan.
Tujuan penelitian: untuk mendeskripsikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny”N” dengan
section caesarea indikasi preeklamsia berat di ruang Asoka RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja
Bulukumba.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan kejadian atau peristiwa penting yang terjadi pada masa kini.
Hasil: Berdasarkan hasil Evaluasi keperawatan dilakukan sejak tanggal 12 s/d 15 Maret 2021 sesuai
dengan tindakan keperawatan pada klien dimana untuk nyeri akut terkait dengan agen pencedera fisik
teratasi, gangguan mobilitas fisik terkait dengan keenggangan melakukan pergerakan teratasi, ansietas
terkait dengan kriris situasional teratasi dan Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
teratasi.
Kesimpulan: hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan masukan bagi petugas kesehatan agar
dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan dan diharapkan juga akan
memberikan manfaat kepada masyarakat dalam hal informasi tentang pentingnya asuhan keperawatan
pada Ny.N dengan preeklamsia berat.
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KIAN) ini adalah hasil karya saya sendiri
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar. Saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan KIAN saya yang berjudul:
asuhan keperawatan pada Ny.N dengan preeklamsia berat di ruang asoka RSUD H.
Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba.
Apabila suatu saat nanti terbukti bahwa saya melakukan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah di tetapkan.
Nurmala Sari
NIM. D20.07.039
7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................. 3
1. Tujuan Umum ........................................................................... 3
2. Tujuan Khusus .......................................................................... 3
C. Ruang Lingkup ................................................................................ 4
D. Manfaat Penulisan ........................................................................... 4
E. Metode Penulisan ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar .................................................................................. 5
1. Pengertian ................................................................................. 5
2. Etiologi ..................................................................................... 7
3. Patofisiologi ............................................................................. 7
4. Manifestasi klinik ..................................................................... 9
5. Komplikasi ............................................................................... 10
6. Penatalaksanaan Medis ............................................................ 11
B. Konsep Keperawatan ...................................................................... 12
1. Pengkajian Keperawatan .......................................................... 12
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 19
3. Perencanaan Keperawatan ....................................................... 20
4. Pelaksanaan Keperawatan ........................................................ 27
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
masih perlu dibenahi dan mendapat perhatian khusus di Indonesia. Penurunan
angka kematian ibu telah cukup signifikan dari tahun1994 hingga tahun 2007,
tetapi AKI di Indonesia tetap menjadi nomor satu di Asia. Salah satu penyebab
kematian dari ibu melahirkan adalah pre-eklampsia berat (PEB) yang berlanjut
menjadi eklampsia bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat (Karima
et.al., 2015). Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin di
lahirkah melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syaraf rahim dalam keadaan utuhserta berat janin di atas 4500 gram Sectio
caesarea biasanya dilakukan karena beberapa indikasi diantaranya komplikasi
keahamilan seperti pre eklamsi, partus lama, ketuban pecah dini, letak sungsang,
panggul sempit (Padila, 2016).
Di negara maju angka kejadian preeklampsia berat berkisar 6-7% dan
eklampsia 0,1-0,7%. Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan
angka kejadian preeklampsia berkisar antara 0,51% - 38,4 %. Pada tahun 2015
AKI mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup yang disebabkan karena
perdarahan mencapai 38,24% (111,2 per 100.000 kelahiran hidup), preeklampsia
berat 26,47% (76,97 per 100.000 kelahiran hidup), akibat penyakit bawaan 19,41
(56,44 per 100.000 kelahiran hidup), dan infeksi 5,88% (17,09 per 100.000
kelahiran hidup) (Kemenkes RI, 2019). Dari data-data tersebut di atas dapat
dilihat adanya peningkatan jumlah kematian ibu maupun pergeseran urutan
penyebab kematian akibat preeklampsia berat yaitu yang semula tahun 2012
berada diurutan ke-3 sebanyak 30,7 per 100.000 kelahiran hidup (10%) menjadi
urutan ke-2 yaitu sebanyak 76,97 per 100.000 kelahiran hidup (26,47%).
Preeklampsia berat dan komplikasinya (eklampsia) juga menjadi salah satu
penyebab utama kematian ibu (Kemenkes RI, 2019). Berdasarkan data dari
RSUD H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba didapatkan jumlah pasien yang di
2
rawat dengan pre eklampsia pada tahun 2018 sebesar 21 pasien, pada tahun 2019
sebesar 25 pasien dan tahun 2020 sebesar 20 pasien.
Preeklampsia adalah tekanan darah sekurang kurangya 140/90 mmHg pada
dua kali pemeriksaan yang berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya
normotensi setelah kehamian 20 minggu atau pada periode pasca salin dini
disertai dengan proteinuria. Proteinurin minimal positif 1 atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukan hasil > 300 mg per 24 jam (Bardja, 2020).
Pre-eklampsia berat pada ibu hamil tidak terjadi dengan sendirinya. Ada
banyak faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian pre-eklampsia berat
seperti: usia ibu, paritas, usia kehamilan, jumlah janin, jumlah kunjungan ANC
dan riwayat hipertensi. Pre-eklampsia merupakan gangguan kehamilan akut yang
dapat terjadi saat ante, intra, bahkan postpartum. Gambaran klinik dari masing
masing individual berbeda. Manifestasi klinik yang paling penting sebagai tanda
dari pre-eklampsia adalah proteinuria, hipertensi, dan edema. Secara teoritik,
urutan gejala tersebut adalah edema, hipertensi dan proteinuria. Diagnosis pre-
eklampsia berat ditegakkan dengan kriteria minimum, yaitu tekanan darah
≥140/90 mmHg setelah gestasi lebih dari 20 minggu dan proteinuria ≥300 mg/24
jam atau ≥+1 pada dipstick.
Komplikasi pada ibu dapat terjadi, solutio plasenta, pendarahan, pembekuan
darah, sindrom help, ablasio retina, dan gagal jantung syok, sedangkan pada bayi
mengakibatkan premature, asfiksia neonatorum, terhambatnya pertumbuhan
uterus, bahkan terjadi kematian terhadap keduanya. maka perlu penanganan cepat
dan tepat. salah satunya adalah dengan oprasi sectio caesarea karena jika tidak
segera ditindak lanjuti dapat menyebab kan kematian pada ibu dan janinnya.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor risiko pre-eklampsia
berat, Rozikhan pada tahun 2007 mendapatkan bahwa paritas dan riwayat
hipertensi memiliki hubungan terhadap kejadian pre eklampsia berat.7 Penelitian
Aghamohammadi dan Nooritajeer pada tahun 2011 didapatkan usia ibu > 35
tahun memiliki hubungan terhadap kejadian pre eklampsia berat
3
Peran perawat sangat penting disini, perawat murupakan bagian dari pemberi
pelayanan kesehatan diharapkan mempunyai perhatian yang tinggi dalam
membantu ibu untuk meminimalkan dampak dari preelamsai berat baik secara
fisik maupun psikologis. Pertama perawat berperan sebagai pemberi asuhan
keperawatan, perawat harus memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan. Yang kedua perawat
berperan sebagai advokad dimana peran ini dilakukan perawat dalam membantu
klien dan keluarga menginterpretasikan berbagai informasi, yang ketiga perawat
berperan sebagai edukator peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan
yang akan diberikan (Machmudah, 2015).
Berdasarkan masalah yang terjadi diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “asuhan keperawatan pada Ny.N dengan
preeklamsia berat di ruang asoka RSUD H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba“.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mendeskripsikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny”N”
dengan sectio caesarea indikasi preeklamsia berat di ruang Asoka RSUD H.
Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba.
2. Tujuan khusus
a. Untuk Mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada Ny.N dengan
sectio caesarea indikasi preeklamsia berat
b. Untuk Mengidentifikasi diagnosis keperawatan pada Ny.N dengan sectio
caesarea indikasi preeklamsia berat
c. Untuk Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada Ny.N dengan
sectio caesarea indikasi preeklamsia berat
d. Untuk Mengidentifikasi implementasi atau tindakan keperawatan yang
sudah direncanakan pada Ny.N dengan sectio caesarea indikasi
preeklamsia berat.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Vasospasmus menyebabkan :
1) Hipertensi
2) Pada otak (sakit kepala, kejang)
3) Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
4) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
5) Pada hati (icterus)
6) Pada retina (amourose)
b. Teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu :
1) Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan molahidatidosa.
2) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
4) Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
c. Factor Perdisposisi Preeklamsi
1) Primigravida
2) Molahidatidosa, diabetes melitus, bayi besar
3) Kehamilan ganda
4) Hidrocepalus
5) Obesitas
6) Umur yang lebih dari 35 tahun
7) Riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia
8) Hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.
3. Klasifikasi
Menurut (Nurarif, 2015) Preeklamsi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
sebagai berikut :
a. Preeklampsi ringan
11
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berabaring telentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau
kenaikan siastolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-
kurangnya 2x pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam.
2) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1
kg atau lebih per minggu
3) Proteinurin kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif 1+ atau
2+ pada urin cateter atau midsteam
b. Preeklampsi berat
1) Bila salah satu diantara gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil
sudah dapat digolongkan preeklamsia berat.
2) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
3) Proteinuria lebih dari 3g/liter
4) Oliguria, yaitu jumlah urin
4. Manifestasi Klinis
Pada preeklamisa berat dijumpai gejala-gejala sebagai berikut :
a. Nyeri kepala berat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti
dengan peningkatan tekanan darah yang abnoramal.
b. Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya,
pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.
c. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara
berisik atau gangguan lainnya.
d. Nyeri perut pada bagian ulu hati (bagian epigastrium yang kadang disertai
dengan mual dan muntah.
e. Gangguan pernafasan sampai cyanosis.
f. Terjadi gangguan kesadaran.
g. Dengan pengeluaran proteinuria keadaan semakin berat, karena terjadi
gangguan fungsi ginjal (Oktarina, 2016).
5. Patofisiologi
12
d. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan
menyebabka partus prematur.
e. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga
oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola
nafas. Juga mengalami aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan
kematian .
f. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan
perdarahan subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium,
serta ikterus
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan preeklamsia terbagi menjadi dua, yaitu (Pudiastuti,
2014):
a. Penatalaksanaan medis
1) Jika tekanan diastolik >110 mmHg berikan anti hipertensi sampai
tekanan diastolik diantara 90-100 mmhg.
2) 2) Pasang infus RL
3) Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
4) Kateterisasi urine untuk pengeluaran volume dan proteinuria
5) Pantau pasien untuk menghindari terjadinya kejang
6) Observasi TTV, refleks dan DJJ setiap jam
7) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru, krefitasi
merupakan tanda edema paru, jika ada edema maka stop pemberian
cairan dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg IV
14
Untuk mengetahui nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalammemberikan penanganan.
2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui biasanya sering terjadi pada
primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun.
3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
5) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan keperawatan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat intelektualnya, sehingga perawat dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya.
6) Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena
ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
b. Riwayat Kehamilan
Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada ibu hamil
primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa dan
semakin tuanya usia kehamilan.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya klien dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit kepala
dan peningkatan tekanan darah.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
18
1) Kondom
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu
pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek
samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)
serta lamanya menggunakan kontrasepsi.
2) Kb suntik
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. KB suntik terdapat dua
macam, yaitu suntik 1 bulan dan suntik 3 bulan.
3) KB pil
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil diperuntukkan
bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah
kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur.
4) AKDR atau IUD (Intra Uterine Device)
Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya
pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi,
kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). AKDR terdapat dalam
berbagai jenis, yaitu (copper T, copper 7, multi load, lipppes loap).
5) Kontrasepsi Implant
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit
pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan
atas sebelah dalam.Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau
pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek
api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau
tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif
berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit
demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi
20
i. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik,
cukup atau kurang pada kasus umum biasanya lemah. Biasanya pada
klien dengan preeklamsia berat keadaan umum lemah.
2) Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah
composmentis (sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya), apatis (tidak menanggapi rangsangan/
acuh tak acuh, tidak peduli) somnolen (kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengansekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), spoor
(keadaan yang menyerupai tidur), koma (tidak bisa dibangunkan,
tidak ada respon terhadap rangsangan apapun, tidak ada respon kornea
maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya) Pada kasus biasanya ditemui kesadaran composmentis.
3) Tanda-tanda Vital
a) Tekanan darah Untuk mengetahui tekanan darah klien. Biasanya
pada preeklamsia ditemui tekanan darah hingga TD 160/100
mmHg bahkan lebih. Batas normalnya 110/60-140/90 mmHg.
b) Nadi Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit.
Batas normal nadi berkisar antara 60 - 80 x/menit. Denyut nadi di
atas 100 x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya
suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan.
c) Suhu Suhu normal tubuh manusia adalah 36,6°C-37,6°C. Suhu
pada klien dengan preeklamsia berat seharusanya dibawah 37,6°C,
jika sudah mencapai 38°C dapat menyebabkan ibu mengalami
eklamsia atau kejang.
22
4) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan klien.
5) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan klien, apakah bertambah atau
berkurang. Untuk klien dengan preeklamsia berat badan diharuskan
menurun.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Rambut Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau
tidak.
2) Wajah Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak adakah
kelainan, adakah edema
3) Mata Untuk mengetahui edema atau tidak, conjungtiva, anemia atau
tidak, sklera ikterik atau tidak, ada gangguan penglihatan atau tidak.
4) Mulut / gigi / gusi Untuk mengetahui ada stomatitis atau tidak,
keadaan gigi, gusi berdarah atau tidak, mukosa bibir kering/lembab.
5) Abdomen Untuk mengetahui ada luka bekas operasi/tidak,
adastrie/tidak, ada tidaknya linea alba nigra.
6) Genetalia Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda
infeksi, varices, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan.
Adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir.
7) Fundus uteri Fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm
dibawah umbilicus. Bila uterus lembek , lakukan masase sampai
keras. Bila fundus bergeser kearah kanan midline , periksa adanya
distensi kandung kemih.
8) Leher Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar thyroid, ada
benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe
23
A.
34
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Umum Klien
1) Inisial klien : Ny’N’ Inisial Suami : Tn’H’
2) Usia : 37Th Usia : 42th
3) Status perkawinan: Kawin Status perkawinan : Kawin
4) Pekerjaan : Honorer Pekerjaan : Buruh Bangunan
5) Pendidikan terakhir : SMA Pendidikan terakhir : SMA
6) Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu
No Tahun Tipe Penolong Jenis BB Keadaan Masalah
Persalinan kelamin lahir bayi kehamil
waktu an
lahir
1. 2020 Sectio Tim P 1700 Prematur PEB,Sho
Casearea Medis gr ck
13) Dada :
inspeksi : bentuk dada simetris saat statis dan damis, gerak pernapasan
simetris Kanan dan kiri, tidak ada retraksi sela iga, tidak terlihat
benjolan, payudara letaknya simetris
Palpasi : palpasi tidak ada nyeri tekan, tidak adsa benjolan, gerak
napas simetris.
14) Jantung : BJ I-II irregular tidak ada murmur, tidak ada gallop.
15) Paru : SD vesikuler, Rh (-/-),Wh (-/-)
16) Payudara : bentuk simetris, puting susu normal
17) Puting susu : normal, tidak ada nyeri tekan
18) Pengeluaran ASI : tidak ada pengeluaran ASI
Masalah Khusus : -
19) Abdomen : terdapat luka jahitan SC ± 12 cm secara horizontal, masih
dibalut (hari pertama)
20) Data lain: Pasien mengeluh nyeri pada abdomen sehingga pasien
nampak meringis setiap merasa nyeri pasien posisinya selalu
menghindari nyeri
P: Nyeri hilang timbul saat digerakkan
Q: Nyeri ditusuk-tusuk
R: Hipogastric region
S: 5 (sedang)
T: 3-4 Menit
Masalah Khusus: Nyeri Akut
21) Perineum dan Genital
Vagina : Bentuk Normal tidak ada udema
R : Kemerahan : tidak
E : Edema : tidak
E : Ekimosis : tidak
D : tidak ada
A : Approximate : tidak
37
Masalah khusus : -
27) Keadaan Mental
Adaptasi psikologis : pasien merasa cemas dan tampak tegang dengan
kondisi yang dialaminya karena pernah mengalami hal yang sama
sebelumnya tekanan darah meningkat setalah usia kehamilan
mendekati 6 bulan namun anaknya meninggal dunia,pasien merasa
bingung dan khawatir dengan akibat dari kondisi yang dialaminya
sehingga pasien pasien sering mengeluh pusing bahkan merasa tidak
berdaya.
Penerimaan terhadap bayi : Pasien sulit menerima keadaan
yang berulang sehingga pasien nampak gelisah dan pucat padahal dia
telah berhati-hati dalam mengurus kehamilannya dan setiap bulan
datang untuk mengontol kehamilannya.
Masalah khusus : Kecemasan
Kemampuan menyusui: Pasien tidak ada kemampuan
menyusui sebab belum pernah menyusui bayinya sebelumnya.
28) Penatalaksaan Medis : - RL 22tts/i
- inj.Ceftizoxime/12Jam
- inj. As.Tranexamat/8jam
- inj. Ranitidine/8jam
- inj. Ketorolac/8jam
29) Hasil pemeriksaan penunjang :
a) WBC : 11.84 +
b) MPV : 8.5 –
c) NEUT# : 9.38 +
d) CT : 8’ (4’-10’)
e) BT : 2’ (3’-7’)
f) Alc : 1680 (>1500)
g) NLR : 3,30 (1500)
39
DO:
a. Pasien nampak meringis
b. Pasien nampak posisi
menghindari nyeri
c. Pasien nampak gelisah
d. Pasien sulit tidur
e. TTV: Agen Cedera
Nyeri Akut
TekananDarah:150/90mmHg; Fisik
Nadi : 87x/i
Suhu :36,7ºC
Pernapasan : 22 x/mnt
f. P: Nyeri hilang timbul saat
digerakkan
g. Q: Nyeri ditusuk-tusuk
h. R: Hipogastric region
i. S: 5(sedang)
j. T: 3-4 Menit
2 DS:
a. Pasien mengeluh nyeri saat
bergerak
b. Pasien enggan melakukan
pergerakan Keenggangan
Gangguan
c. Pasien merasa cemas saat Melakukan
Mobilitas Fisik
bergerak Pergerakan
DO:
a. Gerakan pasien nampak
terbatas
b. Pasien nampak lemah
3 DS: Krisis Ansietas
a. Pasien merasa bingung Situasional
b. Pasien mengatakan khawatir
dengan akibat dari kondisi
yang dialaminya
40
B. Diagnosa Keperawatan
Sesuai dengan hasil pengkajian, peneliti menemukan 3 diagnosis keperawatan
sesuai kasus tersebut yaitu:
1. Nyeri Akut Terkait Dengan Agen Pencedera Fisik
2. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Dengan Keenggangan Melakukan
Pergerakan
3. Ansietas Terkait Dengan Kriris Situasional
4. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
C. Perencanana Keperawatan
Dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang muncul pada pasien selama
perawatan dibutuhkan intervensi keperawatan yang didalamnya terdapat tujuan
dan kriteria hasil yang diharapkan serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
perlu
1
Diagnosa
No Waktu Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Keperawatan
Hari 1 (12/07/2021)
1 Nyeri Akut Terkait (12/7/21 a. Mengidentifikasi lokasi, S: -Pasien mengeluh nyeri
Dengan Agen 09.20-10.02) karakteristik, durasi, frekuensi, O:
Pencedera Fisik kualitas, intensitas nyeri. a. Pasien nampak meringis
H: P: Nyeri hilang timbul saat b. Pasien nampak posisi menghindari
digerakkan nyeri
Q: Nyeri ditusuk-tusuk c. Pasien nampak gelisah
R: Hipogastric region d. Pasien sulit tidur
S: 4 (sedang) A: Nyeri Akut belum teratasi
T: 3-4 Menit P: Lanjutkan intervensi
b. Mengidentifikasi skala nyeri a. Lakukan pengkajian nyeri
H: skala 4 (Sedang) komprehensif yang meliputi lokasi,
c. Mengidentifikasi respon non verbal karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
H: respon melindungi nyeri, nampak kualitas, intensitas atau beratnya
memegang abdomen bagian post op nyeri dan faktor pencetus
d. Mengidentifikasi faktor yang b. Identifikasi Skala nyeri
memperberat dan memperingan c. Identifikasi respon nyeri non verbal
nyeri d. Identifikasi faktor yang memperberat
H: nyeri berat apabila melakukan
2
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian seorang pasien perempuan dengan inisial
Ny’N’, usia 37th, status perkawinan: kawin, pekerjaan : honorer, pendidikan
terakhir : SMA. Berdasarkan hasil klasifikasi data didapatkan DS: Pasien
mengeluh nyeri, Pasien mengeluh nyeri saat bergerak, Pasien enggan melakukan
pergerakan, Pasien merasa cemas saat bergerak, Pasien merasa bingung, Pasien
mengatakan khawatir dengan akibat dari kondisi yang dialaminya, pasien
mengeluh pusing, pasien mengatakan tidak berdaya. DO: Pasien nampak
meringis, Pasien nampak posisi menghindari nyeri, Pasien nampak gelisah,
Pasien sulit tidur, TTV : TekananDarah:150/90mmHg; Nadi : 87x/I,
Suhu :36,7ºC, Pernapasan : 22 x/mnt, P: Nyeri hilang timbul saat digerakkan, Q:
Nyeri ditusuk-tusuk, R: Hipogastric region, S: 5(sedang), T: 3-4 Menit, Gerakan
pasien nampak terbatas, Pasien nampak lemah, Pasien nampak gelisah, Pasien
nampak tegang, Pasien nampak pucat.
Pengkajian adalah tahap awal dari proses perawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengindentifikasi suatu kesehatan kilen. Tahap pengkajian
merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kenyataan. Kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon
individu (Nursalam, 2017).
Penyakit preeklamsia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain umur,
paritas, riwayat kehamilan yang lalu, status gizi, riwayat keluarga, ibu hamil
dengan gangguan fungsi organ (diabetes mellitus, penyakit ginjal, migrain, dan
hipertensi). Perempuan hamil dengan dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun
dianggap beresiko mengalami preeklamsia. Hal ini disebabkan seiring
peningkatan usia akan terjadi proses degeneratif yang meningkatkan resiko
2
hipertensi kronis dan wanita dengan resiko hipertensi kronik akan lebih besar
mengalami preeklamsia. Preeklamsia dapat menimbulkan gangguan baik bagi
janin maupun ibu. Kondisi preeklamsia dan eklamsia akan memberi pengaruh
buruk bagi kesehatan janin akibat penurunan perfusi utero plasenta, hipovolemia,
vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta (Heriani, 2019).
Menurut (Fatkhiyah, 2016) Preeklampsia adalah suatu sindroma yang ditemui
pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu, dengan tanda hipertensi dan
proteinuria disertai atau tanpa edema. Preeklampsia adalah kumpulan gejala dari
trias: hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
dalam masa nifas; terkadang disertai konvulsi sampai koma. Hipertensi dan
proteinuria dalam kehamilan dapat meningkatkan risiko gagal ginjal, gangguan
sistem koagulasi dan fungsi hati, perdarahan otak, prematuritas, kematian janin-
neonatal dan kematian ibu. Adanya koagulasi intravaskuler, hipoperfusi darah ke
plasenta mengakibatkan hipoksia kronis dan retardasi pertumbuhan janin.
Menurut (Bardja, 2020) dalam penelitiannya preeklamsia dapat menimbulkan
gejala-gejala seperti nyeri kepala berat pada bagian depan atau belakang kepala
yang diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal, gangguan
penglihatan, pandangan kabur dan terkadang bisa menjadi kebutaan sementara,
ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau gangguan
lainnya, edema, nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai mual dan
muntah, gangguan pernafasan, terjadi gangguan kesadaran, dengan pengeluaran
proteinuria keadaan berat, karena terjadi fungsi ginjal.
Peran perawat dalam menurunkan AKI antara lain : memberikan pendidikan
tentang kehamilan dan persalinan, pengawasan pada kunjungan ke pelayanan
kesehatan selama masa kehamilan, persalinan dan nifas disini peran perawat
sangat diperlukan. Perawat harus mampu memberikan perawatan yang
komprehensif, berkesinambungan, teliti dan penuh kesabaran. Perawat juga
berperan dalam memberikan intervensi yang dapat menurunkan tekanan darah
pada ibu hamil dengan pre eklamsia berat dengan penatalaksaan nonfarmakologi
3
seperti terapi herbal, terapi nutrisi, aromterapi, pijat refleksiologi dan terapi
rendam kaki dengan air hangat (Bardja, 2020).
Hal diatas, seperti riwayat, manifestasi yang terdapat dan diungkapkan oleh
klien sesuai dengan teori yang ada tentang preeklampsia berat, meski tidak semua
dialami oleh klien namun hampir sebagian besar dari teori terdapat dan terjadi
pada klien.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinik mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2016) :
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut:
a. Gangguan pertukaran gas b.d penimbunan cairan pada paru (edema paru)
b. Kelebihan volume cairan b.d kerusakan fungsi glomerolus sekunder terhadap
penurunan cardiac output
c. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d terjadinya vasospasme arterional,
edema serebral, perdarahan
d. Ansietas b.d rencana operasi
e. Gangguan rasa nyaman b.d kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
f. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
g. Defisiensi pengetahuan b.d penatalaksanaan terapi dan perawatan
Sedangkan diagnosa yang dijumpai pada kasus sama dengan kemungkinan
diagnosa yang muncul yang mengacu pada Nanda dan SDKI yang terdapat 6
diagnosa. Diagnosa yang dijumpai dalam kasus Ny. N sesuai dengan data yang
didapatkan yaitu Pada kasus, peneliti menetapkan 3 diagnosis keperawatan sesuai
kasus tersebut yaitu:
1. Nyeri Akut Terkait Dengan Agen Pencedera Fisik
Berdasarkan analisis data didapatkan masalah/diagnosis keperawatan
yaitu nyeri akut terkait dengan agen pencedera fisik ditandai dengan DS:
4
pasien mengeluh nyeri, dan DO: pasien nampak meringis, pasien nampak
posisi menghindari nyeri, pasien nampak gelisah, pasien sulit tidur, TTV :
Tekanan Darah : 150/90mmHg; Nadi : 87x/I, Suhu :36,7ºC, Pernapasan : 22
x/mnt, P: Nyeri hilang timbul saat digerakkan, Q: Nyeri ditusuk-tusuk, R:
Hipogastric region, S: 5(sedang), T: 3-4 Menit.
Menurut (Bardja, 2020) preeklamsia dapat menimbulkan gejala-gejala
seperti nyeri kepala berat pada bagian depan atau belakang kepala yang
diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal, nyeri perut pada
bagian ulu hati yang kadang disertai mual dan muntah, gangguan pernafasan,
terjadi gangguan kesadaran, dengan pengeluaran proteinuria keadaan berat,
karena terjadi fungsi ginjal.
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari tiga bulan.Sedangkan nyeri kronis berlangsung
lebih dari tiga bulan (SDKI, 2016).
Menurut analisa peneliti, ada kesesuaian antara teori dengan kasus
dimana klien mengeluh nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang
actual atau potensial. Nyeri yang dirasakan seseorang mempunyai rentang
nyeri yang berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya. Rasa nyeri ini
dapat timbul akibat trauma fisik yang disengaja atau tidak disengaja.
2. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Dengan Keenggangan Melakukan
Pergerakan
Berdasarkan analisis data didapatkan masalah/diagnosis keperawatan
yaitu gangguan mobilitas fisik terkait dengan keenggangan melakukan
pergerakan ditandai dengan DS: Pasien mengeluh nyeri saat bergerak, Pasien
enggan melakukan pergerakan, Pasien merasa cemas saat bergerak, dan DO:
Gerakan pasien nampak terbatas, Pasien nampak lemah.
5
Menurut analisa penulis, ada kesesuaian antara teori dan kasus yaitu
teknik relaksasi napas dalam dan tekhnik distraksi sangat berpengaruh
terhadap intensitas nyeri. Nyeri yang tidak diatasi akan menghambat proses
penyembuhan, menimbulkan stres, dan ketegangan yang akan menimbulkan
respon fisik dan psikis sehingga memerlukan upaya yang tepat.
2. Gangguan Mobilitas Fisik Terkait Dengan Keenggangan Melakukan
Pergerakan
Pada diagnosis gangguan mobilitas fisik terkait dengan keenggangan
melakukan pergerakan diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama 2x24 jam diharapkan Status mobilitas fisik membaik dengan kriteria
hasil: mobilitas fisik meningkat (5), kekuatan otot meningkat (5), tonus otot
meningkat (5). Dengan intervensi Manajemen Mobilitas Fisik, Observasi :
identifikasi tanda-tanda hambatan mobilitas fisik, Monitor pakaian yang
terlalu ketat, Dorong pasien untuk duduk ditempat tidur, atau di kursi,
sebagaimana yang dapat ditoleransi, Instruksikan ketersediaan perangkat
pendukung, jika sesuai, Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman,
Dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya relaksasi, misalnya bernapas
dalam, menguap, pernapasan perut, atau bayangkan bayangan yang
menyenangkan, Bantu pasien untuk berpindah, sesuai kebutuhan, Edukasi :
Gambarkan rasional dan manfaat terapi, Pertimbangkan keinginan pasien
untuk berpartisipasi, kemampuan berpartisipasi, Berikan penjelasan tentang
tindakan, Kolaborasi pada ahli terapi fisik mengenai rencana ambulasi, sesuai
kebutuhan.
Menurut (Adytia, 2019) ibu hamil dengan pre eklamsi ringan dapat
dirawat secara rawat jalan. Di anjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring
atau tidur miring) tetapi harus mutlak selalu tirah baring. Gangguan mobilitas
atau imobilitas merupakan keadaan di mana seseorang tidak dapat bergerak
secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas),
misalnya trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada
ekstremitas, dan sebagainya. Imobilitas atau gangguan mobilitas adalah
11
keterbatasan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan
terarah (Nurarif and Kusuma, 2015)
Menurut WHO (2016) Dari 33 juta penderita imobilitas di dunia, lebih
dari 12 juta yang tersisa dengan cacat. Untuk mencegah hal tersebut maka
perawat harus memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh. Tindakan
yang dapat dilakukan oleh perawat kepada pasien imobilitas dengan
hambatan mobilitas fisik diantaranya adalah dengan latihan mobilisasi, tirah
baring setiap 2 jam sekali tindakan ini sangat efektif untuk mencegah
terjadinya kekakuan pada otot, memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga maupun pasien tentang tujuan peningkatan mobilitas fisik.
3. Ansietas Terkait Dengan Kriris Situasional
Pada diagnosis ansietas terkait dengan kriris situasional diharapkan
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, ansietas teratasi
dibuktikan dengan kriteria hasil: ansietas menurun, dengan intervensi Reduksi
Ansietas, Observasi: Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal, kondisi,
waktu, stressor), Identifkasi faktor faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan ansietas, Terapeutik : Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan, Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
(jika memungkinkan), Pahami situasi yang membuat ansietas, dengarkan
dengan penuh perhatian, Ajarkan tekhnik relaksasi untuk mengurangi ansietas
yang dialami, Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, Edukasi :
Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan, Informasikan
secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis.\
Menurut (Rudiyanti dan Raidartiwi, 2017) kekhawatiran dan kecemasan
pada ibu hamil apabila tidak ditangani dengan serius akan membawa dampak
dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun janin. Menurut
(Devita, 2018) gangguan kecemasan ada bermacam-macam, mulai dari
gangguan kecemasan menyeluruh, serangan panik, hingga fobia. Meskipun
masing-masing gangguan kecemasan memiliki karakteristik yang berbeda,
secara umum kondisi ini dapat ditangani dengan psikoterapi dan obat-obatan.
12
Salah satu bentuk psikoterapi yang paling dikenal adalah terapi perilaku
kognitif (CBT), di mana penderita diarahkan ke cara berpikir, bereaksi, dan
berperilaku yang dapat membantunya mengurangi gejala kecemasan. Selain
dengan obat-obatan dan psikoterapi, ada beberapa cara sederhana yang dapat
dilakukan secara mandiri dan telah terbukti dapat membantu mengurangi
gejala gangguan kecemasan.
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata
berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk
mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala
kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan
terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien. Pada
penatalaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen,
interdependen, dan dependen.
Berdasarkan teori, ansietas bisa menyebabkan seseorang akan
bertambah parah lagi penyakit yang dialami pasien karena penyakit yang di
alaminya hanya dibiarkan saja tidak tahu bagaimana dalam menanganinya.
Pada intervensi keperawatan tidak ada terjadi kesenjangan antara intervensi
keperawatan teori dan kasus intervensi keperawatan dalam hal ini berarti
sama antar teori dan kasus tentang penyakit preeklamsia berat.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
Pada diagnosis ketiga diharapkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam, tingkat infeksi menurun dibuktikan dengan
kriteria hasil: nyeri menurun, kemerahan menurun, bengkak menurun.
Selanjutnya disusun rencana keperawatan dengan intervensi keperawatan
diantaranya: Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik, Lakukan
perawatan kulit pada area yang luka, Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan linkungan pasien, Jelaskan tanda dan gejala infeksi,
ajarkan cara mencuci tangan dengan benar, ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi, Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu.
13
dalam untuk mengurangi nyeri. Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat
di laksanakan karena kasus semu sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi
dapat di lakukan, karena dapat di ketahui keadaan pasien dan masalahnya
secara langsung.
Menurt (Bardja, 2020) bahwa klien yang melakukan teknik relaksasi
nafas dalam dengan baik dan didukung dengan lingkungan yang tenang akan
memberikan efek penurunan intensitas nyeri, Penurunan nyeri oleh teknik
relaksasi nafas dalam disebabkan ketika seseorang melakukan relaksasi nafas
dalam untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan, maka tubuh akan
meningkatkan komponen saraf parasimpatik secara stimulan, maka ini
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon kortisol dan adrenalin
dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat stress seseorang sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi dan membuat klien merasa tenang untuk mengatur
ritme pernafasan menjadi teratur.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Amita et.al., 2018) Rata-
rata intensitas nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam didapat
skor 5. Rata rata intensitas nyeri sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam didapat skor 3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi
nafas dalam berpengaruh terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi
Sectio caesarea.
2. Gangguan mobilitas fisik
Berdasarkan evaluasi keperawatan yang telah dilakukan untuk
diagnosa gangguan mobilitas fisik yaitu, dengan Subyektif (S): Pasien
mengeluh nyeri saat bergerak berkurang, Obyektif (O) : Gerakan pasien
mampu berjalan sendiri ke kamar mandi, Assesment (A): Gangguan
Mobilitas Fisik teratasi, Plan (P): Pertahankan Intervensi
Pada diagnosis keperawatan ini setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan mobilitas fisik teratasi dibuktikan
dengan kriteria hasil: keluhan keadaan umum meningkat, gangguan berjalan
tertasi dan nyeri tertasi, dan tidak ada tanda-tanda kekauan pada persendian.
21
dampak yang baik atau tidak terhadap pasien. Saat itu memberikan dampak yang
baik pada perkembangan kesehatan pasien. Peneliti kemudian menghentikan
implementasinya karena pasien sudah kembali kedalam keadaannya yang
homeostatis / sehat. Hal ini menunjukkan bahwa proses keperawatan nya berhasil
dan memberikan asuhan keperawatan yang berhasil pula. Menurut (Muttaqin,
2016) pada tahap ini perawat melakukan penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan.
Pada evaluasi keperawatan, peneliti menjelaskan dan mengkaji ulang lagi
dampak dari implementasi intervensi keperawatannya. Apakah memberikan
dampak yang baik atau tidak terhadap pasien. Saat itu memberikan dampak yang
baik pada perkembangan kesehatan pasien. si peneliti kemudian menghentikan
implementasinya karena pasien sudah kembali kedalam keadaannya yang
homeostatis / sehat. Hal ini menunjukkan bahwa proses keperawatan nya berhasil
dan memberikan asuhan keperawatan yang berhasil pula
Didapatkan pula bahwa proses keperawatan menjadi pedoman dalam
pemberian asuhan keperawatan. Hubungannya adalah sebagai berikut yaitu
semakin baiknya kemampuan perawat dalam berpikir kritis dan berpikir secara
holistik / menyeluruh terhadap suatu kasus / permasalahan kesehatan maka asuhan
keperawatan yang diberikannya tentu akan menjadi baik.
23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan dengan hasil analisis data Data
Subyektif: Pasien mengeluh nyeri, Pasien mengeluh nyeri saat bergerak,
Pasien enggan melakukan pergerakan, Pasien merasa cemas saat bergerak,
Pasien merasa bingung, Pasien mengatakan khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dialaminya, pasien mengeluh pusing, pasien mengatakan tidak
berdaya. DO: Pasien nampak meringis, Pasien nampak posisi menghindari
nyeri, Pasien nampak gelisah, Pasien sulit tidur, TTV : Tekanan Darah:
150/90mmHg; Nadi : 87x/I, Suhu :36,7ºC, Pernapasan : 22 x/mnt, P: Nyeri
hilang timbul saat digerakkan, Q: Nyeri ditusuk-tusuk, R: Hipogastric region,
S: 5(sedang), T: 3-4 Menit, Gerakan pasien nampak terbatas, Pasien nampak
lemah, Pasien nampak gelisah, Pasien nampak tegang, Pasien nampak pucat.
2. Sesuai dengan hasil pengkajian, peneliti menemukan 3 diagnosis keperawatan
sesuai kasus tersebut yaitu: nyeri akut terkait dengan agen pencedera fisik,
gangguan mobilitas fisik terkait dengan keenggangan melakukan pergerakan,
ansietas terkait dengan kriris situasional dan Risiko infeksi berhubungan
dengan efek prosedur invasif.
3. Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang
muncul pada pasien selama perawatan dibutuhkan intervensi keperawatan
yang didalamnya terdapat tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan serta
rencana tindakan yang akan dilakukan.
4. Peneliti melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun serta dipilh sesuai dengan kondisi kesehatan saat itu. rencana
tindakan dari masing-masing masalah tidak semua bisa dilaksanakan. Hal ini
berkaitan dengan implementasi yang dilakukan selalu berdasarkan kondisi
24
DAFTAR PUSTAKA
Aditya Nora. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Ny.D Dengan Diagnosa Medis Post
Sectio Caesarea Indikasi Pre Eklampsia Berat Di Rs Bangil Pasuruan.
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Amita Dita, Fernali, Yulendasar Rika. 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Bengkulu. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic
Healthcare), Volume 12, No.1, Januari
Bardja Sutiati. 2020. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu
Hamil. Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1
Devita Nova. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Sectio Caesarea Atas
Indikasi Pre Eklampsia Berat Di Ruang Rawat Kebidanan Rsup Dr. M.
Djamil Padang. Poltekkes Kemenkes Ri Padang
Faridah. 2015. Deep Breathing Exercise (Dbe) Dan Tingkat Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Laparatomi. 3(1), 31–41.
Heriani Jessy. 2019. Penerapan Terapi Rendam Kaki Air Hangat Pada Ibu Nifas
Dengan Riwayat Preeklamsia Berat Di Ruangan Kebidanan Rsud Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi. Stikes Perintis Padang
Karima Nurulia Muthi et.al., 2015. Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Pre-
Eklampsia Berat di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.
4(2)
Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan.
Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
26
Nikmatur Rohmah & Saiful Walid. 2016. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Jogjkarta : AR-Ruzz Media.
Oktarina, M. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Deepublish.
Risnanto Dan Insani, Uswatun. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan. Yogyakarta:
Deepublish
Rudiyanti Novita dan Raidartiwi Erike. 2017. Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil
Dengan Kejadian Pre Eklampsia Di Sebuah Rs Provinsi Lampung. Jurnal
Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober
Sudoyo, Aru. 2016. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.